BAB I PENDAHULUAN. limfoid, dan sel neuroendocrine. Dari beberapa sel-sel tersebut dapat berubah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. paling sering ditemukan didunia. Tumor ini sangat prevalen didaerah tertentu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. KHS terjadi di negara berkembang. Karsinoma hepatoseluler merupakan

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya adalah Ilmu Penyakit Dalam, Sub-bagian

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam mempertahankan hidup. Hati termasuk organ intestinal terbesar

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Paradigma mengenai kanker bagi masyarakat umum. merupakan penyakit yang mengerikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan penyebab kematian kesembilan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Banyak pasien yang meninggal

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi

BAB IV METODE PENELITIAN. Dalam, Sub Bagian Gastroenterohepatologi.

BAB I PENDAHULUAN. I. A. Latar Belakang. Infeksi virus hepatitis B (VHB) masih merupakan. masalah kesehatan pokok dengan tingkat morbiditas dan

BAB I PENDAHULUAN. akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit hati di Indonesia umumnya masih tergolong tinggi. Berdasarkan

DISTRIBUSI GEOGRAFIS DAN TINGKAT KEPARAHAN PASIEN KARSINOMA HEPATOSELELULER ETIOLOGI VIRUS HEPATITIS B DI RS.DR KARIADI

a. Tujuan terapi.. 16 b. Terapi utama pada hepatitis B.. 17 c. Alternative Drug Treatments (Pengobatan Alternatif). 20 d. Populasi khusus

BAB I PENDAHULUAN I.A. LATAR BELAKANG MASALAH. Infeksi virus hepatitis B (VHB) merupakan salah. satu masalah kesehatan utama dengan tingkat morbiditas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesembilan di Amerika Serikat, sedangkan di seluruh dunia sirosis menempati urutan

KARAKTERISTIK KLINIS PASIEN KARSINOMA HEPATOSELULER: STUDI KASUS DI RSUP DR KARIADI SEMARANG PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. keganasan yang berasal dari sel epitel yang melapisi daerah nasofaring (bagian. atas tenggorok di belakang hidung) (KPKN, 2015).

BAB 1 PENDAHULUAN. pemeriksaan rutin kesehatan atau autopsi (Nurdjanah, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Sirosis hati merupakan salah satu permasalahan. penting dalam bidang kesehatan karena dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. kematiannya. Karsinoma kolorektal merupakan penyebab kematian nomor 4 dari

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kolorektal merupakan keganasan ketiga terbanyak dari seluruh

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsi dari organ tempat sel tersebut tumbuh. 1 Empat belas juta kasus baru

BAB 1 PENDAHULUAN. empedu atau di dalam duktus koledokus, atau pada kedua-duanya (Wibowo et al.,

KARAKTERISTIK KLINIS PASIEN KARSINOMA HEPATOSELULER: STUDI KASUS DI RSUP DR KARIADI SEMARANG PERIODE JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dari saluran pencernaan yang berfungsi menyerap sari makanan untuk

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kanker kolorektal merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penelitian yang dilakukan oleh Weir et al. dari Centers for Disease Control and

Distribusi Geografis dan Tingkat Keparahan Pasien Karsinoma Hepatoseluler Etiologi Virus Hepatitis B di RS.Dr Kariadi LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Karsinoma laring adalah keganasan pada laring yang berasal dari sel epitel laring.

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan keganasan. yang berasal dari lapisan epitel nasofaring. Karsinoma

BAB I PENDAHULUAN. A (HAV), Virus Hepatitis B (HBV), Virus Hepatitis C (HCV), Virus

BAB I PENDAHULUAN. klinik. Prevalensi nodul berkisar antara 5 50% bergantung pada populasi tertentu

BAB I PENDAHULUAN. kasus. Kematian yang paling banyak terdapat pada usia tahun yaitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. membungkus jaringan otak (araknoid dan piameter) dan sumsum tulang belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai stadium lanjut dan mempunyai prognosis yang jelek. 1,2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Etiology dan Faktor Resiko

ABSTRAK PREVALENSI DAN GAMBARAN PASIEN KARSINOMA NASOFARING DI RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kulit terbagi 2 kelompok yaitu melanoma dan kelompok non

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang prevalensinya paling tinggi dalam masyarakat umum dan. berperan besar terhadap mortalitas dan morbiditas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. arsitektur hati dan pembentukan nodulus regeneratif (Sherlock dan Dooley,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tumor kolorektal merupakan neoplasma pada usus besar yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. Sirosis hati merupakan jalur akhir yang umum untuk histologis berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Sirosis hati merupakan stadium akhir dari penyakit. kronis hati yang berkembang secara bertahap (Kuntz, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. arsitektur hepar dan pembentukan nodulus regenatif (Nurdjanah, 2009).

BAB 6 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian pada 45 penderita karsinoma epidermoid serviks uteri

BAB I PENDAHULUAN. I.A. Latar Belakang. Hepatitis B merupakan penyakit infeksi menular. berbahaya yang disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB).

ABSTRAK KARSINOMA HEPATOSELULER DIAGNOSIS DAN TERAPI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kepala leher dan paling sering ditemukan di Indonesia dan sampai saat ini belum

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan struktur masyarakat agraris ke masyarakat industri banyak

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Karsinoma sel basal merupakan keganasan kulit. tersering, menempati kira-kira 70% dari semua keganasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. varises pada pasien dengan sirosis sekitar 60-80% dan risiko perdarahannya

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dan perawatan orang sakit, cacat dan meninggal dunia. Advokasi,

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Di Indonesia, diantara berbagai jenis kanker, karsinoma paru

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA KANKER PARU DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2011

Asuhan Keperawatan Hepatitis D

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menduduki urutan ke 10 dari urutan prevalensi penyakit. Inflamasi yang terjadi pada sistem saraf pusat

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan masalah kesehatan utama masyarakat di dunia dan. penyebab kematian nomor dua di Amerika Serikat.

BAB I PENDAHULUAN. jutaan wanita di seluruh dunia terkena kanker payudara tiap tahunnya. Walaupun

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan tahap akhir dari infeksi

BAB 6 PEMBAHASAN. tahun, usia termuda 18 tahun dan tertua 68 tahun. Hasil ini sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Meningioma adalah tumor jinak pada CNS yang. berasal dari selubung meninges pada otak dan korda

BAB I PENDAHULUAN. timbul yang disertai rasa gatal pada kulit. Kelainan ini terutama terjadi pada masa

ABSTRAK INSIDENSI DAN GAMBARAN PENDERITA KANKER SERVIKS DI RSUP DR HASAN SADIKIN BANDUNG TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. kasus diantaranya menyebabkan kematian (Li et al., 2012; Hamdi and Saleem,

BAB I PENDAHULUAN. Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh dan. menyumbang 1,5-2% dari berat tubuh manusia (Ghany &

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Hasil. Hasil penelusuran

BAB I PENDAHULUAN. dunia, dimana saat ini merupakan peringkat kedua penyakit kanker setelah kanker

BAB I PENDAHULUAN. kanker yang paling sering ditemukan pada wanita, setelah kanker mulut

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi dari rata-rata nasional (1,4%), yaitu pada urutan tertinggi ke-6 dari 33 provinsi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pakar yang dipublikasikan di European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal

BAB I PENDAHULUAN. dan akhirnya bibit penyakit. Apabila ketiga faktor tersebut terjadi

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana terkandung dalam Al Baqarah ayat 233: "Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh,.

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma sel hati merupakan tumor ganas hati primer yang berasal dari

BAB 1 PENDAHULUAN. penanganan serius, dilihat dari tingginya prevalensi kasus dan komplikasi kronis

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Karsinoma nasofarings (KNF) merupakan salah satu. kasus keganasan yang tergolong jarang ditemukan di

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA HEPATITIS B DI RUMAH SAKIT SANTO YUSUP BANDUNG TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju terlebih lagi bagi negara berkembang. Angka kematian akibat

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kepala dan leher adalah penyebab kematian akibat kanker tersering

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena penderitanya sebagian besar orang muda, sehat dan produktif (Ropper &

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker serviks merupakan kanker yang banyak. menyerang perempuan. Saat ini kanker serviks menduduki

BAB I PENDAHULUAN. menular di seluruh dunia setelah Human Immunodeficiency Virus (HIV). 1 Sepertiga

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Infeksi Virus Hepatitis B (VHB) merupakan masalah. kesehatan global, terutama pada daerah berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. global.tuberkulosis sebagai peringkat kedua yang menyebabkan kematian dari

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini angka kejadian kanker di. masyarakat semakin meningkat.hal ini menuntut kita agar

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Hati merupakan organ tubuh manusia yang terbentuk dari berbagai tipe sel, seperti hepatosit, epitel biliaris, endotel vaskuler, sel Kupfer, sel stelata, sel limfoid, dan sel neuroendocrine. Dari beberapa sel-sel tersebut dapat berubah menjadi tumor maligna atau benigna. Namun sekitar 90-95% dari seluruh tumor hati primer adalah karsinoma hepatoseluler yang berasal dari sel parenkim hati. 1 Angka kejadian karsinoma hepatoseluler bervariasi di seluruh dunia, berkisar dari 150 kasus per 100.000 populasi per tahun di area-area seperti Taiwan, Mozambique, dan China Selatan sampai yang rendah 3-7 kasus per 100.000 populasi di Amerika Utara, Amerika Selatan, Eropa Utara, Eropa Tengah, dan Australia. Selain sub-afrika Sahara, Asia Tenggara juga merupakan wilayah yang memiliki angka kejadian yang tinggi seperti di negara Indonesia, Filipina, China Selatan, dan Singapura. Angka sedang dari 5-20 kasus per 100.000 populasi per tahun ditemukan di Jepang, Timur Tengah, dan negara-negara di Eropa yang dilalui Mediterania. Angka kejadian karsinoma hepatoseluler pada negara-negara barat akhir-akhir ini meningkat tetapi dengan peningkatan insidensi di Amerika sekitar 71% pada tahun 1976-1980 dan 1991-1995. Peningkatan insidensi tersebut dapat terjadi karena bermacam-macam faktor, termasuk meningkatnya sirosis alkoholik, perawatan yang baik pada pasien-pasien sirosis yang menyebabkan 1

2 peningkatan angka harapan hidup dan peningkatan kejadian penyakit hati kronik yang berkaitan dengan virus hepatitis B. 2,3 Pada negara-negara dengan angka kejadian karsinoma hepatoseluler yang tinggi, umur pasien rata-rata berada pada dekade tiga dan empat, sedangkan di Eropa, Amerika Utara, dan Asia pada dekade lima dan enam. Hampir semua literatur menyatakan bahwa insidensi karsinoma hepatoseluler lebih banyak terjadi pada pria daripada wanita dengan rasio 2:1 sampai 5:1. 3 Karsinoma hepatoseluler berkembang dari sirosis hati pada 80% pasien, dan kondisi preneoplastik ini merupakan faktor predisposisi yang kuat. Infeksi virus hepatitis B (HBV) merupakan faktor risiko utama di Asia dan Afrika. Pada penderia dengan carrier kronik memiliki risiko relatif 100 kali lipat untuk berkembang menjadi karsinoma hepatoseluler, dengan angka kejadian pertahun sekitar 2-6% pada pasien sirosis. Aflatoksin B 1 merupakan faktor risiko lainnya. Di negara-negara Barat dan Jepang, infeksi hepatitis virus C (HCV) merupakan faktor risiko utama bersama dengan penyebab lain dari sirosis. Sekitar 20-30% dari perkiraan 170 juta penduduk dunia yang terinfeksi HCV akan berkembang menjadi sirosis. Ketika sudah menjadi sirosis, maka angka kejadian pertahun dari karsinoma hepatoseluler adalah 3-5%, sepertiga dari pasien-pasien dengan sirosis akan berkembang menjadi karsinoma hepatoseluler pada masa hidupnya. 41 Jika tidak diterapi, karsinoma hepatoseluler memiliki survival rata-rata alamiah adalah 4,3 bulan. 6 Prognosis bergantung pada stadium penyakit dan kecepatan pertumbuhan tumor. Tumor yang berukuran kecil ( diameter kurang dari 3 cm) memiliki survival rate 1 tahun sebanyak 90,7%, survival rate 2 tahun

3 sebanyak 55% dan survival rate 3 tahun sebesar 12,8%. Pasien dengan tumor masif memiliki survival 3 bulan. Biasanya setelah reseksi dari tumor yang tumbuh lambat memiliki survival lebih dari 10 tahun. 4 Peneliti ingin meneliti tentang karakteristik klinis pada pasien karsinoma hepatoseluler di RSUP DR Kariadi Semarang. Beberapa karakteristik klinis yang ingin diketahui antara lain keluhan utama, jenis kelamin, usia, etiologi, status fungsi hati (klasifikasi Child-Pugh), stadium klinis (BCLC staging), dan survival rate. 1.2 Permasalahan Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut : Bagaimanakah karakteristik klinis pasien karsinoma hepatoseluler di RSUP Dr. Kariadi Semarang? Berdasarkan permasalahan umum tersebut, dapat dijabarkan menjadi : 1) Keluhan apa saja yang membuat pasien karsinoma hepatoseluler datang ke RSUP Dr. Kariadi Semarang? 2) Bagaimana distribusi jenis kelamin pada pasien karsinoma hepatoseluler di RSUP Dr. Kariadi Semarang? 3) Bagaimana distribusi usia pada pasien karsinoma hepatoseluler di RSUP Dr. Kariadi Semarang? 4) Apa saja etiologi yang menyebabkan karsinoma hepatoseluler di RSUP Dr. Kariadi Semarang?

4 5) Bagaimana variasi klasifikasi Child-Pugh pada pasien karsinoma hepatoseluler di RSUP Dr. Kariadi Semarang? 6) Bagaimana stadium pada pasien karsinoma hepatoseluler di RSUP Dr. Kariadi Semarang berdasarkan BCLC staging? 7) Bagaimana survival rate pada pasien karsinoma hepatoseluler di RSUP Dr. Kariadi Semarang? 1.3 Tujuan penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui karakteristik klinis pasien karsinoma hepatoseluler di RSUP Dr. Kariadi Semarang periode 2010-2012. 1.3.2 Tujuan Khusus 1) Mengetahui keluhan utama yang menyebabkan pasien karsinoma hepatoseluler datang ke RSUP Dr. Kariadi Semarang 2) Menganalisis distribusi jenis kelamin pada pasien karsinoma hepatoseluler di RSUP Dr. Kariadi Semarang. 3) Menganalisis distribusi usia pada pasien karsinoma hepatoseluler di RSUP Dr. Kariadi Semarang. 4) Mengetahui etiologi yang menyebabkan karsinoma hepatoseluler di RSUP Dr. Kariadi Semarang.

5 5) Menganalisis klasifikasi Child-Pugh pada pasien karsinoma hepatoseluler di RSUP Dr. Kariadi Semarang. 6) Menganalisis stadium berdasarkan BCLC staging pada pasien karsinoma hepatoseluler di RSUP Dr. Kariadi Semarang. 7) Menganalisis survival rate pada pasien karsinoma hepatoseluler di RSUP Dr. Kariadi Semarang. 1.4 Manfaat penelitian 1) Untuk ilmu pengetahuan : memberikan kontribusi ilmiah tentang karakteristik klinis pada pasien karsinoma hepatoseluler di RSUP Dr. Kariadi Semarang. 2) Untuk pelayanan kesehatan: memberikan informasi bagi para klinisi sebagai acuan dalam pengelolaan penderita dan bagi masyarakat agar dapat lebih memahami mengenai efek penyakit dalam kehidupan sehari-hari. 3) Untuk penelitian : dapat digunakan sebagai dasar penelitian mengenai karakteristik klinis pada pasien karsinoma hepatoseluler selanjutnya yang lebih mendalam dan spesifik.

6 1.5 Keaslian penelitian Tabel 1. Keaslian penelitian No. Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian 1. Falkson G, Cnaan A, Schutt J. A, et al. Prognostic Factors for Survival in Hepatocellular Carcinoma. Cancer Res 1998;48:7314-7318 2. GretenT.F, Papendorf F, Bleck J.S, Kirchhoff T, et al. Survival Rate in Patients with Hepatocelullar Carcinoma: A Retrospective Analysis of 389 Patients.British Journal of Cancer 2005;92:1862-1868 Desain penelitan menggunakan studi prospektif, metode tes x 2 atau tes Fisher. Subjek penelitian adalah 432 pasien dengan karsinoma hepatoseluler (301 pasien berasal dari Amerika Utara, 131 pasien berasal dari Afrika Selatan) Desain penelitian menggunakan analisis retrospektif. Subjek penelitian adalah 389 pasien karsinoma hepatoseluler. Variabel penelitian antara lain parameter klinis, pengobatan yang telah dilakukan, dan kurva survival dari saat pertama didiagnosis. Faktor dengan efek samping yang paling signifikan terhadap kelangsungan hidup adalah gangguan status kinerja, jenis kelamin lakilaki, usia tua, dan gejala dari penyakit (ikterus dan penurunan napsu makan). Tidak ada perbedaan survival yang nyata pada pasien kulit putih dengan kulit hitam Amerika Utara, namun pasien yang berasal dari Amerika Utara memiliki survival lebih lama daripada pasien yang berasal dari Afrika Selatan. Di antara bermacam-macam terapi, p.o. 5-fluotouracil memiliki waktu survival paling buruk (6 minggu), dan i.v. 5- fluorouracil ditambah semustine memiliki median survival terbaik. Secara keseluruhan, survival rate adalah 11 bulan. Sirosis hati didiagnosis sekitar 80.5% dari seluruh pasien. Sebanyak 170 pasien menerima terapi chemoembolisation transarterial (TACE) dan / atau suntikan ethanol perkutan (PEI) dengan tingkat kelangsungan hidup rata-rata 16 bulan untuk pasien yang menerima TACE, dan 11 bulan untuk pasien yang menerima PEI dan 24 bulan untuk pasien yang menerima TACE

7 diikuti oleh PEI. Independent parameter prognostik negatif untuk kelangsungan hidup adalah adanya trombosis vena portal, sirosis hati stadium lanjut (Child - Pugh skor B atau C) dan skor lebih dari 2. Penelitian yang akan dilakukan peneliti berbeda dengan penelitian di atas dari segi tempat dilakukannya penelitian, di mana peneliti melakukan penelitian di Indonesia yang memiliki karakter populasi berbeda dengan populasi Amerika Utara, Afrika Selatan, dan Inggris. Selain itu, perbedaan lainnya terletak pada variabel. Di mana peneliti tidak menilai dari segi pengobatan yang didapatkan dan bukan berdasarkan sistem Okuda dan skor CLIP, melainkan berdasarkan sistem BCLC.