BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker serviks merupakan kanker yang banyak. menyerang perempuan. Saat ini kanker serviks menduduki

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan kanker yang banyak menyerang perempuan. Saat ini kanker serviks menduduki urutan kedua dari penyakit kanker yang menyerang wanita di dunia dan menjadi urutan pertama di negara berkembang (WHO, 2007). Setiap tahun dijumpai hampir 6 juta penderita baru yang diketahui menderita kanker dan lebih dari 4 juta di antaranya meninggal. Menurut data WHO, setiap tahun ada 6,25 juta penderita kanker dan dalam dekade terakhir terdapat 9 juta kematian karena kanker. Tingkat kematian tertinggi kanker serviks di dunia terjadi di daerah Afrika Timur, Barat, dan Afrika Selatan, serta Asia Tengah, Selatan dan Amerika Selatan. Sedangkan kematian terendah berada di Asia Barat, Australia, Selandia Baru dan Amerika Utara. Sebagian besar kanker serviks terjadi di negara berkembang. Hal tersebut dikarenakan kurangnya tes skrining untuk mendeteksi adanya kanker serviks sejak dini serta infrastruktur dari pelayanan kesehatan yang 1

2 2 kurang mendukung adanya tes skrining tersebut. Tes skrining yang paling efisien dan efektif adalah dengan pemeriksaan inspeksi visual dan pemeriksaan labaoratorium menggunakan larutan asam asetat atau Iodine Lugol. Adanya Human Papilloma Virus (HPV) merupakan salah satu indikasi kanker serviks tersebut. Dari hasil penelitian sebelumnya di India, tes skrining ini dapat menurunkan resiko kematian karena kanker serviks sampai 50%. Selain tes skrining, vaksinasi juga mencegah terinfeksi HPV (paling umum tipe 16 dan tipe 18) yang dapat menyebabkan sekitar 70% dari kanker serviks. Namun harga yang terjangkau merupakan faktor yang paling penting untuk pengenalan vaksinasi HPV di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Para wanita harus terus melakukan tes skrining karena vaksin ini hanya diberikan untuk gadis remaja. Bahkan setelah divaksinasi, gadis-gadis remaja itu juga harus melakukan tes skrining ketika mereka sudah mencapai usia skrining karena vaksin tersebut tidak memberikan perlindungan pada 30% HPV dengan infeksi kronis selain HPV tipe 16, 18, 6, dan 11 yang menyebabkan kanker serviks (Jemal, et al, 2011).

3 3 Kanker serviks dapat diobati jika dideteksi pada stadium awal. Pada stadium yang telah lanjut, perawatan intensif dapat memberikan perpanjangan usia 5 hingga 10 tahun. Kombinasi perawatan seperti operasi, radiasi, dan kemoterapi dapat memberi kesembuhan atau perpanjangan usia. Onkolog biasanya akan menyarankan kombinasi kemoterapi dengan terapi radiasi (radioterapi) apabila kanker telah memasuki stadium II B. Kemungkinan kesembuhan untuk kombinasi kedua tindakan ini dapat mencapai 80%. Terapi radiasi ini memiliki efek samping salah satunya adalah dapat mensupresi sumsum tulang yang merupakan penghasil sel darah merah (Leer, 2000). Hal ini juga akan berpengaruh pada kadar hemoglobin karena hemoglobin merupakan suatu protein yang memberi warna merah pada darah yang berfungsi untuk transpor oksigen di dalam tubuh (Tortora, et al. 2009). B. Perumusan masalah Berdasarkan uraian di atas, kadar hemoglobin kemungkinan besar berpengaruh pada respon tumor pada pasien dengan kanker serviks. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, akan dilakukan pengkajian terhadap

4 4 pengaruh antara kadar hemoglobin dengan respon tumor pada pasien kanker serviks setelah terapi radiasi. C. Pertanyaan penelitian Apakah terdapat hubungan antara kadar hemoglobin dengan respon tumor setelah terapi radiasi pada pasien kanker serviks? D. Keaslian Penelitian Penelitian tentang kadar hemoglobin dengan respon tumor setelah terapi kemoradiasi pada pasien kanker serviks sudah pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian tersebut dilakukan oleh Andreas Obermarl et al. dari Queensland Center for Gynecological Cancer, Royal Women s Hospital, Brisbane, Queensland, dengan judul Impact of Hemoglobin Levels Before and During Concurrent Chemoradiotherapy on the Response of Treatment in Patients with Cervical Cancer yang dipublikasikan di jurnal American Cancer Society tahun Penelitian ini menggunakan analisis multivariate. Sedangkan pada penelitian sekarang menggunakan analisis bivariate. Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa kadar hemoglobin nadir pada pasien dengan kanker

5 5 serviks yang menjalani kemoradiasi dapat digunakan sebagai faktor prediksi keberhasilan terapi sedangkan kadar hemoglobin awal tidak signifikan. Pada penelitian tersebut digunakan rerata kadar hemoglobin 12.1 g/dl ± 1.4 g/dl. Namun pada penelitian ini menggunakan rerata kadar hemoglobin 10,5 g/dl. E. Tujuan Penelitian Mengetahui hubungan antara kadar hemoglobin dengan respon tumor setelah terapi radiasi pada pasien kanker serviks. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik pada tenaga medis maupun masyarakat, terutama bagi populasi yang sedang menjalani terapi radiasi untuk kanker serviks maupun untuk penelitipeneliti lain yang akan menindaklanjuti pengkajian terhadap permasalahan yang serupa. Apabila terdapat hubungan antara kadar hemoglobin dengan respon tumor pada pasien dengan kanker serviks setelah mendapat terapi radiasi maka dapat dilakukan

6 6 usaha-usaha prevensi agar hasil dari terapi radiasi lebih maksimal. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi sumber informasi mengenai hubungan kadar hemoglobin dengan respon tumor pada pasien kanker serviks setelah terapi radiasi. Informasi ini diharapkan dapat membantu penelitian yang akan datang.