Bab 3. Pengumpulan dan Pengolahan Data. Bab 3 Pengumpulan dan Pengolahan Data. 3.1 Pengumpulan Data

dokumen-dokumen yang mirip
Bab 2. Dasar Teori Akustik Bawah Air. Bab 2 Dasar Teori Akustik Bawah Air. 2.1 Persamaan Dasar Akustik

HASIL DAN PEMBAHASAN

Variabilitas Suhu dan Salinitas Perairan Selatan Jawa Timur Riska Candra Arisandi a, M. Ishak Jumarang a*, Apriansyah b

Praktikum M.K. Oseanografi Hari / Tanggal : Dosen : 1. Nilai SUHU DAN SALINITAS. Oleh. Nama : NIM :

Perambatan Suara dalam Air di Perairan Laut Bengkulu Menggunakan Model ODE (Ordinary Differential Equation)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perairan Laut Arafura di lokasi penelitian termasuk ke dalam kategori

BAB III METODE PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

STASIUN METEOROLOGI KLAS III NABIRE

PEMODELAN KANAL KOMUNIKASI AKUSTIK PADA PERAIRAN DANGKAL

BAB III METODOLOGI. Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian di Samudera Hindia bagian Timur

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

2. KONDISI OSEANOGRAFI LAUT CINA SELATAN PERAIRAN INDONESIA

aptudika.web.ugm.ac.id

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

hujan, penguapan, kelembaban udara, suhu udara, kecepatan angin dan intensitas

Gambar 1. Diagram TS

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

3. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada koordinat 5º - 8 º LS dan 133 º º BT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMODELAN POLA ARUS LAUT PERMUKAAN DI PERAIRAN INDONESIA MENGGUNAKAN DATA SATELIT ALTIMETRI JASON-1

JOURNAL OF OCEANOGRAPHY. Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman Online di :

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di laboratorium dan lapangan. Penelitian di

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Horizontal. Kedalaman. Laut. Lintang. Permukaan. Suhu. Temperatur. Vertikal

2. TINJAUAN PUSTAKA. Suhu menyatakan banyaknya bahang (heat) yang terkandung dalam suatu

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Suhu, Cahaya dan Warna Laut. Materi Kuliah 6 MK Oseanografi Umum (ITK221)

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 2 DASAR TEORI AKUSTIK BAWAH AIR

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI. Tabel 3.1 Data dan Sumber No Data Sumber Keterangan. (Lingkungan Dilakukan digitasi sehingga 1 Batimetri

Physics Communication

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

3. BAHAN DAN METODE. data oseanografi perairan Raja Ampat yang diperoleh dari program terpadu P2O-

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN :

HASIL DAN PEMBAHASAN

VARIABILITAS SUHU DAN SALINITAS DI PERAIRAN BARAT SUMATERA DAN HUBUNGANNYA DENGAN ANGIN MUSON DAN IODM (INDIAN OCEAN DIPOLE MODE)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pasang Surut Surabaya Selama Terjadi El-Nino

POSITRON, Vol. V, No. 1 (2015), Hal ISSN :

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

3. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Oktober 2011 meliputi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada pembenturan tiga lempeng kerak bumi yaitu lempeng Eurasia,

04. PENGGUNAAN SOFTWARE OCEAN DATA VIEW (ODV)

SIMULASI NUMERIK UJI EKSPERIMENTAL PROFIL ALIRAN SALURAN MULTI BELOKAN DENGAN VARIASI SUDU PENGARAH

ANALISA VARIASI HARMONIK PASANG SURUT DI PERAIRAN SURABAYA AKIBAT FENOMENA EL-NINO

SIRKULASI ANGIN PERMUKAAN DI PANTAI PAMEUNGPEUK GARUT, JAWA BARAT

BAB III TEORI DASAR. 3.1 Metode Gayaberat

POLA DISTRIBUSI SUHU DAN SALINITAS DI PERAIRAN TELUK AMBON DALAM

BAB III METODE PENELITIAN. yang mempengaruhi penyebaran penyakit demam berdarah dengue yang

Oseanografi Fisis. Massa Air dan Proses Percampuran

PERTEMUAN KE-5 M.K. DAERAH PENANGKAPAN IKAN SIRKULASI MASSA AIR (Bagian 2) ASEP HAMZAH

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR

KONDISI OSEANOGRAFIS SELAT MAKASAR By: muhammad yusuf awaluddin

2. TINJAUAN PUSTAKA. utara. Kawasan pesisir sepanjang perairan Pemaron merupakan kawasan pantai

BAB II SURVEI LOKASI UNTUK PELETAKAN ANJUNGAN EKSPLORASI MINYAK LEPAS PANTAI

KATA PENGANTAR KUPANG, MARET 2016 PH. KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI LASIANA KUPANG CAROLINA D. ROMMER, S.IP NIP

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

Sebaran Arus Permukaan Laut Pada Periode Terjadinya Fenomena Penjalaran Gelombang Kelvin Di Perairan Bengkulu

BAB 1 PENDAHULUAN. Arus globalisasi dan teknologi saat ini berkembang demikian cepat di seluruh

ANALISIS CURAH HUJAN DASARIAN III MEI 2017 DI PROVINSI NTB

Frek = 33,5 Hz. Gambar 4.1 Grafik perpindahan massa kecepatan aliran 1.3 m/s 2. Untuk kecepatan aliran 1.5 m/s

KONDISI OSEANOGRAFI DI SELAT SUNDA DAN SELATAN JAWA BARAT PADA MONSUN BARAT 2012

Oleh Satria Yudha Asmara Perdana Pembimbing Eko Minarto, M.Si Drs. Helfinalis M.Sc

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 3 (2015), Hal ISSN :

Simulasi Arus dan Distribusi Sedimen secara 3 Dimensi di Pantai Selatan Jawa

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Gayaberat merupakan salah satu metode dalam geofisika. Nilai Gayaberat di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Suhu rata rata permukaan laut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

3. METODOLOGI PENELITIAN

ARUS PERMUKAAN YANG BERPENGARUH TERHADAP DISTRIBUSI 137 Cs (CESIUM-137) DI PERAIRAN GRESIK

ANALISIS CUACA KEJADIAN BANJIR TANGGAL 26 OKTOBER 2017 DI BANDARA PONGTIKU KABUPATEN TANA TORAJA

PRAKIRAAN MUSIM 2017/2018

VARIABILITAS SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN PULAU BIAWAK DENGAN PENGUKURAN INSITU DAN CITRA AQUA MODIS

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS

Derajat dari reaksi biokimia pada suatu organisme dipengaruhi oleh:

SEBARAN MEDAN MASSA, MEDAN TEKANAN DAN ARUS GEOSTROPIK DI PERAIRAN SELATAN JAWA BULAN AGUSTUS 2009

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3. METODE PENELITIAN

KARAKTERISTIK MASSA AIR ARLINDO DI PINTASAN TIMOR PADA MUSIM BARAT DAN MUSIM TIMUR

ANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON

3 BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan Tempat

3 METODE PENELITIAN. Gambar 7. Peta Lokasi Penelitian

Simulasi Arus dan Distribusi Sedimen secara 3 Dimensi di Pantai Selatan Jawa

Transkripsi:

Bab 3 Pengumpulan dan Pengolahan Data 3.1 Pengumpulan Data Pemodelan propagasi akustik bawah air di Samudera Hindia memerlukan data-data sebagai berikut: 1. Kecepatan suara. 2. Temperatur. 3. Salinitas. 4. Batimetri. Data-data tersebut diambil di 12 lokasi Samudera Hindia. Nama dan letak astronomis masing-masing lokasi disajikan pada Tabel 3.1. Lokasi pengambilan data ditampilkan pada Gambar 3.1 dan 3.2. Gambar karakteristik perairan berupa temperatur, salinitas dan kecepatan suara untuk masing-masing lokasi diperoleh dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel. Tabel 3. 1 Lokasi Pengambilan Data No Stasiun Garis Bujur Garis Lintang ( BT) ( LS) 1 GeoB144-1 19.14 8.5 2 GeoB145-2 19.21 8.74317 3 GeoB148-2 18.147 8.253 4 GeoB149-2 11.497 8.7848 5 GeoB151-2 11.498 9.294 6 GeoB152-2 11.63 8.69 7 GeoB153-2 112.872 8.675 8 GeoB154-2 112.668 8.681 9 GeoB155-2 113.51 9.249 1 GeoB157-2 113.16 9.821 11 GeoB161-2 115.24 9.729 12 GeoB162-2 115.992 11.163 Tze Wen 155 3 15 3-1

Gambar 3. 1 Lokasi Pengambilan Data GeoB148-2 GeoB144-1 GeoB152-2 GeoB153-2 GeoB145-2 GeoB149-2 GeoB154-2 GeoB151-2 GeoB155-2 GeoB161-2 GeoB157-2 GeoB162-2 Gambar 3. 2 Lokasi Stasiun Pengambilan Data Tze Wen 155 3 15 3-2

3.2 Pengolahan Data Data hasil pengukuran akan digunakan sebagai input dalam pemodelan propagasi akustik bawah air di Samudera Hindia. Pengolahan data bertujuan untuk menentukan persamaan empiris kecepatan suara yang dapat mewakili kondisi perairan di lokasi pemodelan. Profil kecepatan suara dianggap hanya bergantung pada 3 faktor, yakni temperatur (T), salinitas (S) dan kedalaman (z). Persamaan empiris yang mewakili berupa persamaan yang memiliki error terkecil bila dibandingkan dengan data pengukuran. 3.3 Karakteristik Samudera Hindia 3.3.1 Karakteristik Temperatur di Samudera Hindia Profil temperatur dapat dibagi ke dalam 3 macam lapisan yaitu lapisan well-mixed, termoklin dan isotermal. Lapisan well-mixed sangat dipengaruhi oleh pergerakan angin dan energi panas matahari yang diserap oleh permukaan laut. Lapisan well-mixed kerap teraduk-aduk sehingga memiliki perubahan temperatur yang kecil. Lapisan termoklin berupa lapisan yang nilai temperaturnya menurun drastis seiring dengan semakin dalamnya batimetri perairan. Kondisi ini terjadi karena lambatnya transfer energi panas dari permukaan laut. Lapisan isotermal berupa lapisan yang nilai temperaturnya relatif konstan, yakni berada pada kisaran 4-5 C (anomali air yang paling berat). Karakteristik profil temperatur di laut secara umum ditampilkan pada Gambar 3.3. Grafik profil temperatur terhadap kedalaman di Samudera Hindia ditampilkan pada Gambar 3.4. Gambar 3. 3 Karakteristik Profil Temperatur di Laut Secara Umum Tze Wen 155 3 15 3-3

Data Temperatur vs Kedalaman Temperatur ( C) Kedalaman (m) 1 2 3 4 5 6 5 1 15 2 25 3 Stasiun 44-1 Stasiun 45-2 Stasiun 48-2 Stasiun 49-2 Stasiun 51-2 Stasiun 52-2 Stasiun 53-2 Stasiun 54-2 Stasiun 55-2 Stasiun 57-2 Stasiun 61-2 Stasiun 62-2 7 Gambar 3. 4 Profil Temperatur Terhadap Kedalaman di Samudera Hindia 3.3.2 Karakteristik Salinitas di Samudera Hindia Profil temperatur dapat dibagi ke dalam 3 macam lapisan yaitu lapisan well-mixed, haloklin dan isohaline. Lapisan well-mixed berupa lapisan yang memiliki perubahan salinitas yang sangat kecil. Lapisan haloklin berupa lapisan yang nilai salinitasnya naik secara drastis seiring dengan semakin dalamnya batimetri perairan. Lapisan isohaline berupa lapisan yang nilai salinitasnya relatif konstan, yakni berada pada kisaran 3-35 ppt. Karakteristik profil salinitas di laut secara umum ditampilkan pada Gambar 3.5. Grafik profil salinitas terhadap kedalaman di Samudera Hindia ditampilkan pada Gambar 3.6. Tze Wen 155 3 15 3-4

Gambar 3. 5 Karakteristik Profil Salinitas di Laut Secara Umum Data Salinitas Terhadap Kedalaman Data Salinitas (ppt) Kedalaman (m) 1 2 3 4 5 6 31 32 32 33 33 34 34 35 35 36 Stasiun 44-1 Stasiun 45-2 Stasiun 48-2 Stasiun 49-2 Stasiun 51-2 Stasiun 52-2 Stasiun 53-2 Stasiun 54-2 Stasiun 55-2 Stasiun 57-2 Stasiun 61-2 Stasiun 62-2 7 Gambar 3. 6 Profil Salinitas Terhadap Kedalaman di Samudera Hindia Tze Wen 155 3 15 3-5

3.3.3 Karakteristik Kecepatan Suara di Samudera Hindia Profil kecepatan suara juga dapat dibagi ke dalam 3 macam lapisan yaitu lapisan well-mixed, termoklin dan isotermal. Lapisan well-mixed sangat dipengaruhi oleh pergerakan angin dan perubahan temperatur (baik harian maupun lokal). Suara umumnya terperangkap pada lapisan ini. Kondisi tersebut dikenal dengan nama Sand Surface Duct. Kecepatan suara meningkat karena pengaruh tekanan. Lapisan termoklin berupa lapisan yang nilai kecepatan suaranya menurun drastis (berbanding lurus dengan penurunan nilai temperatur) seiring dengan semakin dalamnya batimetri perairan. Lapisan isotermal berupa lapisan yang nilai kecepatan suaranya meningkat karena pengaruh peningkatan tekanan. DSC terletak diantara lapisan termoklin dan isotermal. Pada perairan dangkal dan di sekitar lempeng benua, profil kecepatan suara cenderung tidak beraturan dan sulit untuk diprediksi. Profil kecepatan suara di perairan dangkal sangat dipengaruhi oleh perubahan temperatur permukaan laut, perubahan salinitas dan arus. Karakteristik profil kecepatan suara di laut secara umum ditampilkan pada Gambar 3.7. Grafik profil kecepatan suara terhadap kedalaman di Samudera Hindia ditampilkan pada Gambar 3.8. Gambar 3. 7 Karakteristik Profil Kecepatan Suara di Laut Secara Umum Tze Wen 155 3 15 3-6

Data Kecepatan Suara Terhadap Kedalaman Kecepatan Suara (m/s) Kedalaman (m) 148 15 152 154 156 158 1 2 3 4 5 6 Stasiun 44-1 Stasiun 45-2 Stasiun 48-2 Stasiun 49-2 Stasiun 51-2 Stasiun 52-2 Stasiun 53-2 Stasiun 54-2 Stasiun 55-2 Stasiun 57-2 Stasiun 61-2 Stasiun 62-2 7 Gambar 3. 8 Profil Kecepatan Suara Terhadap Kedalaman di Samudera Hindia 3.4 Penentuan Persamaan Empiris Kecepatan Suara di Samudera Hindia Persamaan empiris yang dapat digunakan untuk menentukan kecepatan suara dalam pemodelan propagasi akustik bawah air adalah persamaan dari Leroy, Medwin, dan MacKenzie. Ketiga persamaan empiris tersebut menggunakan asumsi bahwa kecepatan suara hanya bergantung pada temperatur (T), salinitas (S), dan kredalaman (z). (3.1) Tze Wen 155 3 15 3-7

1,675.1-7 z 2 1,25.1-2 T (S 35) 7,139.1-13 T z 3 (3.4) Bab 3 Pengumpulan dan Pengolahan Data Ketiga persamaan empiris untuk menentukan kecepatan suara ditulis ulang pada persamaan berikut ini: 1. Persamaan empiris kecepatan suara menurut Leroy c = 1492,9 + 3 (T - 1) 6.1-3 (T - 1) 2-4.1-2 (T - 18) 2 + 1,2 (S 35) 1-2 (T - 18) (S - 35) + z/61 (3.2) 2. Persamaan empiris kecepatan suara menurut Medwin c = 1449,2 + 4,6T -5,5.1-2 T 2 + 2,9.1-4 T 3 + (1,34 1-2 T) (S - 35) + 1,6.1-2 z (3.3) 3. Persamaan empiris kecepatan suara menurut MacKenzie c = 1448,96 + 4,591 T 5,34.1-2 T 2 + 2,374.1-4 T 3 + 1,34 (S 35) + 1,63.1-2 z + Data hasil pengukuran dimasukkan ke persamaan (3.2), (3.3), dan (3.4). Persamaan empiris kecepatan suara yang dipilih adalah persamaan yang memiliki persentase error terkecil terhadap data kecepatan suara hasil pengukuran. Persentase error ditentukan menggunakan persamaan berikut:! %&&' " #$! (3.5) ()*! (+),-./. (+),(/.*,+( 1 )(/( Grafik perbandingan profil kecepatan suara antara data pengukuran dengan hasil perhitungan dari ketiga persamaan empiris untuk setiap stasiun di Samudera Hindia ditampilkan pada Gambar 3.9 hingga Gambar 3.2. Tze Wen 155 3 15 3-8

Stasiun GeoB144-1 Gambar 3. 9 Grafik Perbandingan Data Pengukuran Kecepatan Suara dengan Persamaan Empiris untuk Stasiun GeoB144-1 Stasiun GeoB145-2 Perbandingan Profil Kecepatan Suara 5 1 15 Kedalaman, z (m) 2 25 3 Data 35 Medwin Leroy Mackenzie 4 148 149 15 151 152 153 154 Kecepatan Suara, c (m/s) Gambar 3. 1 Grafik Perbandingan Data Pengukuran Kecepatan Suara dengan Persamaan Empiris untuk Stasiun GeoB145-2 Tze Wen 155 3 15 3-9

Stasiun GeoB148-2 Perbandingan Profil Kecepatan Suara 5 1 Kedalaman, z (m) 15 2 25 3 Data Medwin Leroy Mackenzie 35 148 149 15 151 152 153 154 Kecepatan Suara, c (m/s) Gambar 3. 11 Grafik Perbandingan Data Pengukuran Kecepatan Suara dengan Persamaan Empiris untuk Stasiun GeoB148-2 Stasiun GeoB149-2 Perbandingan Profil Kecepatan Suara 2 4 Kedalaman, z (m) 6 8 1 12 Data Medwin Leroy Mackenzie 14 148 149 15 151 152 153 154 Kecepatan Suara, c (m/s) Gambar 3. 12 Grafik Perbandingan Data Pengukuran Kecepatan Suara dengan Persamaan Empiris untuk Stasiun GeoB149-2 Tze Wen 155 3 15 3-1

Stasiun GeoB151-2 Perbandingan Profil Kecepatan Suara 5 Kedalaman, z (m) 1 15 2 Data Medwin Leroy Mackenzie 25 148 149 15 151 152 153 154 155 156 157 158 Kecepatan Suara, c (m/s) Gambar 3. 13 Grafik Perbandingan Data Pengukuran Kecepatan Suara dengan Persamaan Empiris untuk Stasiun GeoB151-2 Stasiun GeoB152-2 Perbandingan Profil Kecepatan Suara 1 2 3 Kedalaman, z (m) 4 5 6 7 8 9 Data Medwin Leroy Mackenzie 1 148 149 15 151 152 153 154 Kecepatan Suara, c (m/s) Gambar 3. 14 Grafik Perbandingan Data Pengukuran Kecepatan Suara dengan Persamaan Empiris untuk Stasiun GeoB152-2 Tze Wen 155 3 15 3-11

Stasiun GeoB153-2 Perbandingan Profil Kecepatan Suara 2 4 Kedalaman, z (m) 6 8 1 12 Data Medwin Leroy Mackenzie 14 1485 149 1495 15 155 151 1515 152 1525 153 1535 Kecepatan Suara, c (m/s) Gambar 3. 15 Grafik Perbandingan Data Pengukuran Kecepatan Suara dengan Persamaan Empiris untuk Stasiun GeoB153-2 Stasiun GeoB154-2 Perbandingan Profil Kecepatan Suara 2 4 Kedalaman, z (m) 6 8 1 Data Medwin Leroy Mackenzie 12 1485 149 1495 15 155 151 1515 152 1525 153 1535 Kecepatan Suara, c (m/s) Gambar 3. 16 Grafik Perbandingan Data Pengukuran Kecepatan Suara dengan Persamaan Empiris untuk Stasiun GeoB154-2 Tze Wen 155 3 15 3-12

Stasiun GeoB155-2 Perbandingan Profil Kecepatan Suara 5 1 Kedalaman, z (m) 15 2 25 Data Medwin Leroy Mackenzie 3 148 149 15 151 152 153 154 Kecepatan Suara, c (m/s) Gambar 3. 17 Grafik Perbandingan Data Pengukuran Kecepatan Suara dengan Persamaan Empiris untuk Stasiun GeoB155-2 Stasiun GeoB157-2 Perbandingan Profil Kecepatan Suara 2 4 6 Kedalaman, z (m) 8 1 12 14 16 Data Medwin Leroy Mackenzie 18 148 149 15 151 152 153 154 Kecepatan Suara, c (m/s) Gambar 3. 18 Grafik Perbandingan Data Pengukuran Kecepatan Suara dengan Persamaan Empiris untuk Stasiun GeoB157-2 Tze Wen 155 3 15 3-13

Stasiun GeoB161-2 Perbandingan Profil Kecepatan Suara 5 Kedalaman, z (m) 1 15 2 Data Medwin Leroy Mackenzie 25 1485 149 1495 15 155 151 1515 152 1525 153 1535 Kecepatan Suara, c (m/s) Gambar 3. 19 Grafik Perbandingan Data Pengukuran Kecepatan Suara dengan Persamaan Empiris untuk Stasiun GeoB161-2 Stasiun GeoB162-2 Perbandingan Profil Kecepatan Suara 1 2 Kedalaman, z (m) 3 4 5 Data Medwin Leroy Mackenzie 6 148 149 15 151 152 153 154 155 156 Kecepatan Suara, c (m/s) Gambar 3. 2 Grafik Perbandingan Data Pengukuran Kecepatan Suara dengan Persamaan Empiris untuk Stasiun GeoB162-2 Tze Wen 155 3 15 3-14

z + 1,675.1-7 z 2 1,25.1-2 T(z) (S(z) 35) 7,139.1-13 T(z) z 3 (3.6) Bab 3 Pengumpulan dan Pengolahan Data No Tabel 3. 2 Persentase Error Seluruh Stasiun Nama Stasiun Persentase Error (%) Leroy Medwin Mackenzie Keterangan 1 GeoB144-1.394.772.213 Mackenzie 2 GeoB145-2.456.886.228 Mackenzie 3 GeoB148-2.326.66.199 Mackenzie 4 GeoB149-2.163.17.112 Mackenzie 5 GeoB151-2.237.452.17 Mackenzie 6 GeoB152-2.192.115.95 Mackenzie 7 GeoB153-2.17.189.115 Mackenzie 8 GeoB154-2.27.12.93 Mackenzie 9 GeoB155-2.256.533.181 Mackenzie 1 GeoB157-2.156.241.131 Mackenzie 11 GeoB161-2.22.381.155 Mackenzie 12 GeoB162-2.1174.1918.331 Mackenzie Berdasarkan Tabel 3.2, input pemodelan propagasi akustik bawah air pada tugas akhir ini menggunakan persamaan empiris dengan persentase error yang terkecil yakni persamaan kecepatan suara menurut Mackenzie. 3.5 Penentuan Kecepatan Suara sebagai Fungsi Kedalaman di Samudera Hindia Persamaan empiris kecepatan suara menurut Mackenzie terdiri dari 3 variabel. Persamaan empiris ini perlu diubah menjadi variabel yang sama yakni hanya sebagai fungsi kedalaman. Data temperatur (T) dan salinitas (S) hasil pengukuran perlu didekati dengan persamaan polinomial orde n sebagai fungsi kedalaman T(z) dan S(z). Persamaan 3.4 diubah menjadi: c (z) = 1448,96 + 4,591 T(z) 5,34.1-2 T(z) 2 + 2,374.1-4 T(z) 3 + 1,34 (S(z) 35) + 1,63.1-2 ()* /2.3-)4.-)/(,*(,*.*5 *.3-)4.-)/(,*,))3-)4.-)/(,* /(,*(,*.* Tze Wen 155 3 15 3-15

Bentuk polinomial orde n dinyatakan sebagai: $ 6 7 8 69$ 7:7 6 7 6;$ (3.7) $ 6 7 8 69$ 7:7 6 7 6;$ (3.8) ()* $ 8 < 6 6;$ /f))* $ 8 < 6 6;$ /f))* > (* Koefisien persamaan T(z) dan S(z) didapat dengan cara mencocokan data T(z(i)) dan S(z(i)) dari persamaan (3.7) dan (3.8) dengan data hasil pengukuran. Fungsi polyfit yang tersedia pada perangkat lunak Matlab digunakan untuk pencocokan data tersebut. Dalam tugas akhir ini, orde polinomial curve fitting yang dibandingkan adalah orde ke-1 hingga orde ke-2. Grafik perbandingan antara data hasil pengukuran temperatur dengan data hasil polynomial curve fitting untuk stasiun GeoB155-2 ditampilkan pada Gambar 3.21. Gambar 3. 21 Grafik Perbandingan Data Pengukuran Temperatur dengan Hasil Polynomial Curve Fitting untuk Stasiun GeoB155-2 Tze Wen 155 3 15 3-16

Persentase error hasil polynomial curve fitting data temperatur untuk Stasiun GeoB155-2 disajikan pada Tabel 3.3. Grafik perbandingan persentase error data temperatur hasil polynomial curve fitting orde ke-1 hingga ke-2 untuk stasiun GeoB155-2 ditampilkan pada Gambar 3.22. Tabel 3. 3 Persentase Error Hasil Polynomial Curve Fitting Data Temperatur untuk Stasiun GeoB155-2 Polynomial Curve Fitting Persentase Error Data Temperatur (%) Orde ke-1 23.7679 Orde ke-2 4.1144 Orde ke-3 29.7276 Orde ke-4 17.9933 Orde ke-5 13.7893 Orde ke-6 9.8377 Orde ke-7 5.3227 Orde ke-8 2.685 Orde ke-9 1.683 Orde ke-1 1.8341 Orde ke-11 1.8676 Orde ke-12 2.4564 Orde ke-13 2.5435 Orde ke-14 1.7819 Orde ke-15 1.1326 Orde ke-16.7691 Orde ke-17.7167 Orde ke-18.6151 Orde ke-19.5691 Orde ke-2.5637 Grafik perbandingan antara data hasil pengukuran salinitas dengan data hasil polynomial curve fitting untuk stasiun GeoB155-2 ditampilkan pada Gambar 3.23. Persentase error hasil polynomial curve fitting data temperatur untuk Stasiun GeoB155-2 disajikan pada Tabel 3.4. Grafik perbandingan persentase error data salinitas hasil polynomial curve fitting orde ke-1 hingga ke-2 untuk stasiun GeoB155-2 ditampilkan pada Gambar 3.24. Tze Wen 155 3 15 3-17

2 Persentase Error (%) 15 1 5 2 4 6 8 1 12 14 16 18 2 Orde Polinomial Gambar 3. 22 Grafik Perbandingan Persentase Error Data Temperatur Hasil Polynomial Curve Fitting untuk Stasiun GeoB155-2 Gambar 3. 23 Grafik Perbandingan Data Pengukuran Salinitas dengan Hasil Polynomial Curve Fitting untuk Stasiun GeoB155-2 Tze Wen 155 3 15 3-18

Tabel 3. 4 Persentase Error Hasil Polynomial Curve Fitting Data Salinitas untuk Stasiun GeoB155-2 Polynomial Curve Fitting Persentase Error Data Salinitas (%) Orde ke-1.1891 Orde ke-2.1797 Orde ke-3.1718 Orde ke-4.1165 Orde ke-5.53 Orde ke-6.346 Orde ke-7.344 Orde ke-8.358 Orde ke-9.323 Orde ke-1.269 Orde ke-11.269 Orde ke-12.264 Orde ke-13.269 Orde ke-14.272 Orde ke-15.255 Orde ke-16.268 Orde ke-17.259 Orde ke-18.241 Orde ke-19.245 Orde ke-2.24 Tze Wen 155 3 15 3-19

.2.18 Persentase Error (%).16.14.12.1.8.6.4.2 2 4 6 8 1 12 14 16 18 2 Orde Polinomial Gambar 3. 24 Grafik Perbandingan Persentase Error Data Salinitas Hasil Polynomial Curve Fitting untuk Stasiun GeoB155-2 Gambar 3. 25 Grafik Perbandingan Data Pengukuran Kecepatan Suara dengan Hasil Polynomial Curve Fitting untuk Stasiun GeoB155-2 Tze Wen 155 3 15 3-2

Tabel 3. 5 Persentase Error Data Kecepatan Suara Data Kecepatan Suara Persentase Error (%) Orde ke-1.7113 Orde ke-2.447 Orde ke-3.312 Orde ke-4.2237 Orde ke-5.1738 Orde ke-6.1187 Orde ke-7.659 Orde ke-8.4 Orde ke-9.391 Orde ke-1.398 Orde ke-11.412 Orde ke-12.48 Orde ke-13.374 Orde ke-14.289 Orde ke-15.254 Orde ke-16.25 Orde ke-17.248 Orde ke-18.248 Orde ke-19.247 Orde ke-2.247 Tze Wen 155 3 15 3-21

.8 Persentase Error Kecepatan Persentase Error (%).7.6.5.4.3.2.1 2 4 6 8 1 12 14 16 18 2 Orde Polinomial Gambar 3. 26 Grafik Perbandingan Persentase Error Data Kecepatan Hasil Polynomial Curve Fitting untuk Stasiun GeoB155-2 Berdasarkan Gambar 3.21 hingga Gambar 3.26 serta Tabel 3.3 hingga Tabel 3.5, maka dalam Tugas Akhir ini digunakan polinomial orde ke-18. Orde ini dipilih karena memberikan persentase error di bawah.7%. Peningkatan orde tidak memberikan peningkatan akurasi yang signifikan. Tze Wen 155 3 15 3-22