BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV. Nilai Rata-rata < Belum Tuntas 52, Tuntas Jumlah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITTIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online)

Skripsi. Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Oleh MEI UTAMI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

X f fx Jumlah Nilai rata-rata 61 Keterangan :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian dengan menerapkan Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mengenai proses pembelajaran pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil belajar Siswa Pra Siklus

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. yang berjarak kurang lebih 12 kilometer dari ibukota Kabupaten Pringsewu.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. mengidentifikasi masalah pembelajaran matematika yang terdapat di kelas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini merupakan kerja kolaborasi antara observer dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR. Oleh SUHARNI L G2G

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri I Tulang Bawang Tengah Kecamatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keterampilan membaca permulaan dengan menggunakan metode SAS yang peneliti

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Perencanaan Pembelajaran. dipersiapkan diantaranya:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. diungkapkan pada latar belakang, yaitu peneliti melakukan penelitian dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian dilakukan dalam 2 (dua) siklus. Setiap siklus terdiri dari tiga kali

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN TINDAKAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Oktober 2016 dan Selasa, 18 Oktober Tahap pra siklus ini bertujuan untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Hasil observasi dan Kondisi Real Pembelajaran Matematika di SD Negeri 2 Metro Pusat.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. No Ketuntasan Frekuensi Persentase 1 Tuntas 7 33% 2 Tidak tuntas 14 67% Jumlah % Minimum 30 Maksimum 82

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dimulai pada tanggal 7 Januari 2013 dan diawali dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Peningkatan Pemahaman Materi Sistem Peredaran Darah Manusia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Dalam penelitian penggunaan media Flip Chart untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian tentang Penerapan Model Pembelajaran Two Stay Two

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Sebelum pelaksanaan penelitian dengan Pendekatan Kooperatif Learning. NO Indikator Keterangan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian tentang penigkatan pemahaman materi mempertahankan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Transkripsi:

27 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklus 3 kali pertemuan. Setiap pertemuan dilaksanakan selama 3 x 35 menit. Tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur penelitian, yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi dan tahap refleksi. Untuk lebih rincinya, kegiatankegiatan yang dilaksanakan dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut: 4.1.1 Pelaksanaan Siklus 1 4.1.1.1 Tahap Perencanaan (Planning) Sebelum dilaksanakan tindakan siklus I pertemuan 1,2 dan 3 peneliti terlebih dahulu melakukan beberapa tahap perencanaan antara lain sebagai berikut: (1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada pertemuan 1 memuat materi tentang operasi hitung penjumlahan pecahan biasa berpenyebut sama, pertemuan 2 memuat materi tentang operasi hitung penjumlahan pecahan biasa berpenyebut tidak sama, pertemuan 3 memuat materi tentang operasi hitung penjumlahan pecahan biasa berpenyebut sama dan tidak sama; (2) Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS); (3) Menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan; (4) Membuat lembar evaluasi; (5) Membuat lembar observasi untuk guru dan lembar observasi siswa. Peneliti sebagai pelaksana tindakan dan observer pada penelitian ini adalah teman sejawat yang dalam hal ini guru kelas 4; (6) Mempersiapkan alat untuk dokumentasi, berupa Kamera digital; (7) Melakukan penataan ruang kelas dan menyiapkan media konkret yang akan digunakan ketika kegiatan pembelajaran. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan cara kolaborasi dengan teman sejawat sebagai observer didukung dengan adanya evaluasi pada pertemuan ke tiga, dokumentasi dengan kamera digital untuk mengetahui kegiatan/aktifitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung pada pelaksanaan tindakan siklus ini. Dengan pembelajaran ini dilakukan seperti langkah di atas diharapkan siswa mampu menemukan permasalahan yang dihadapi dan dapat meyelesaiakan soal cerita dengan terampil sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. 27

28 4.1.1.2 Tahap Pelaksanaan (Acting) Siklus 1 dilaksanakan selama 3 kali pertemuan, setiap pertemuan 2 x 35 menit. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin tanggal 8 April 2013 pada pukul 09.15-09.25. Pukul 09.15 guru masuk kelas, guru mengucapkan salam kemudian mempersilahkan ketua kelas memimpin doa. Setelah berdoa selesai guru mengabsen siswa, ternyata semua siswa masuk. Selanjutnya, guru menanyakan kepada siswa tentang operasi penjumlahan dua pecahan berpenyebut sama. Kemudian guru memulai pembelajaran dengan model TGT. Guru presentasi materi tentang operasi penjumlahan dua pecahan berpenyebut sama. Selanjutnya setelah presentasi kelas, siswa duduk bersama kelompok, yang sebelumnya kelompoknya sudah dibagi. Kemudian guru memberikan LKS untuk dikerjakan bersama kelompok.selama mengerjakan LKS, guru memberikan bimbingan kepada kelompok yang belum jelas. Setelah selesai mengerjakan LKS, kemudian hasilnya ditukar dengan kelompok lain untuk dibahas bersama guru. Setiap kelompok membacakan satu soal. Tahap berikutnya yaitu guru memainkan game. Di sini siswa sangat antusias, siapa yang mengacungkan jari tangan terlebih dahulu, itu yang berhak menjawab pertama. Di sini siswa sebagian besar aktif karena semua ingin menjawab soal.satu soal skornya 10. Selanjutnya, turnamen akademik. Disini siswa berkumpul bersama anggota kelompok lain untuk bermain turnamen. Guru membagikan 10 soal beserta jawaban yang sudah dilinting, dan kapur untuk menulis skor. Tidak jauh berbeda dengan game, turnamen juga membuat siswa aktif.setelah selesai, siswa kembali ke kelompoknya masing-masing untuk menjumlahkan skor mereka. Setelah dijumlah kelompok A yang mendapat skor terbanyak. Kelompok tersebut mendapat ucapan selamat dan hadiah. Semua langkah dalam model TGT sudah dilaksanakan selanjutnya guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Kemudian guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 10 April 2013 pada pukul 07.15-08.25. Pukul 07.15 guru masuk kelas, guru mengucapkan salam kemudian mempersilahkan ketua kelas memimpin doa. Setelah berdoa selesai guru mengabsen siswa, ternyata semua siswa masuk. Selanjutnya, guru menanyakan kepada siswa tentang operasi penjumlahan pecahan berpenyebut tidak sama. Kemudian guru memulai

29 pembelajaran dengan model TGT. Guru presentasi materi tentang operasi penjumlahan pecahan berpenyebut tidak sama. Selanjutnya setelah presentasi kelas, siswa duduk bersama kelompok, yang sebelumnya kelompoknya sudah dibagi. Kemudian guru memberikan LKS untuk dikerjakan bersama kelompok. Selama mengerjakan LKS, guru memberikan bimbingan kepada kelompok yang belum jelas. Setelah selesai mengerjakan LKS, kemudian hasilnya ditukar dengan kelompok lain untuk dibahas bersama guru. Setiap kelompok membacakan satu soal. Tahap berikutnya yaitu guru memainkan game. Di sini siswa sangat antusias, siapa yang mengacungkan jari tangan terlebih dahulu, itu yang berhak menjawab pertama. Di sini siswa sebagian besar aktif karena semua ingin menjawab soal. Satu soal skornya 10. Selanjutnya, turnamen akademik. Disini siswa berkumpul bersama anggota kelompok lain untuk bermain turnamen. Guru membagikan 10 soal beserta jawaban yang sudah dilinting, dan kapur untuk menulis skor. Tidak jauh berbeda dengan game, turnamen juga membuat siswa aktif. Setelah selesai, siswa kembali ke kelompoknya masing-masing untuk menjumlahkan skor mereka. Setelah dijumlah kelompok C yang mendapat skor terbanyak.kelompok tersebut mendapat ucapan selamat dan hadiah. Semua langkah dalam model TGT sudah dilaksanakan selanjutnya guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Kemudian guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam. Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 13 April 2013 pada pukul 09.15-10.25. Pukul 09.15 guru masuk kelas, guru mengucapkan salam kemudian guru menanyakan kepada siswa tentang operasi penjumlahan dua pecahan berpenyebut sama dan tidak sama. Kemudian guru memulai pembelajaran dengan model TGT. Guru presentasi materi tentang operasi penjumlahan dua pecahan berpenyebut sama dan tidak sama. Selanjutnya setelah presentasi kelas, siswa duduk bersama kelompok, yang sebelumnya kelompoknya sudah dibagi. Kemudian guru memberikan LKS untuk dikerjakan bersama kelompok. Selama mengerjakan LKS, guru memberikan bimbingan kepada kelompok yang belum jelas. Setelah selesai mengerjakan LKS, kemudian hasilnya ditukar dengan kelompok lain untuk dibahas bersama guru. Setiap kelompok membacakan satu soal.

30 Tahap berikutnya yaitu guru memainkan game. Di sini siswa sangat antusias, siapa yang mengacungkan jari tangan terlebih dahulu, itu yang berhak menjawab pertama. Di sini siswa sebagian besar aktif karena semua ingin menjawab soal. Satu soal skornya 10. Selanjutnya, turnamen akademik. Disini siswa berkumpul bersama anggota kelompok lain untuk bermain turnamen. Guru membagikan 10 soal beserta jawaban yang sudah dilinting, dan kapur untuk menulis skor. Tidak jauh berbeda dengan game, turnamen juga membuat siswa aktif. Setelah selesai, siswa kembali ke kelompoknya masing-masing untuk menjumlahkan skor mereka. Setelah dijumlah kelompok D yang mendapat skor terbanyak. Kelompok tersebut mendapat ucapan selamat dan hadiah. Semua langkah dalam model TGT sudah dilaksanakan selanjutnya siswa mengerjakan evaluasi siklus 1. Kemudian guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Kemudian guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam. 4.1.1.3 Tahap Pengamatan (Observing) Kegiatan observasi atau pengamatan dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran kegiatan yang telah dilaksanakan oleh peneliti. Observasi dalam penelitian ini dilakukan dari tahap persiapan sampai dengan selesai pembelajaran. Observasi yang dilakukan yaitu meliputi dua aspek yaitu aspek guru dan aspek siswa. Selain observasi, penilaian proses juga dilaksanakan. Berdasarkan hasil pengamatan observer tentang penggunaan model TGT dalam pembelajaran Matematika hasil observasi pada pertemuan pertama, kedua, dan ketiga tindakan guru dalam mengajar sepenuhnya sudah masuk kategori baik tetapi guru masih kurang dalam mengkondisikan siswa menuju pembelajaran yang kondusif ini terlihat pada saat presentasi kelas masih ada siswa yang ramai. Hasil Observasi untuk kegiatan siswa siklus 1 pertemuan pertama sampai dengan ketiga masuk kategori cukup. Bagian yang masih kurang dan harus diperbaiki yaitu siswa masih ramai saat presentasi kelas. Selama tindakan berlangsung peneliti juga melakukan penilaian proses pelaksanaan. Penilaian ini dilakukan untuk mengetahui sikap siswa selama mengikuti pembelajaran Matematika dengan menggunakan model pembelajaran TGT. Penilaian ini mencakup tiga aspek yaitu sportivitas, tanggung jawab dan kerja sama. Adapun penilaian

31 proses meliputi aspek keaktifan, kerjasama, dan ketepatan pada siswa kelas 4 SD Negeri Weton Kulon mata pelajaran Matematika dapat dilihat pada diagram dibawah ini: Jumlah 67,2 67 66,8 66,6 66,4 66,2 66 65,8 65,6 65,4 Sportivitas Tanggung jawab Kerjasama Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Perbandingan Penilaian Proses Siklus I Gambar 3 Diagram Perbandingan Penilaian Proses Siklus 1 Berdasarkan gambar 3 dapat diketahui bahwa penilaian proses ketika pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model TGT, dapat diketahui jumlah ratarata sportivitas siswa mencapai 67 yang artinya aspek sportivitas itu masuk kategori cukup di pertemuan 1. Pada pertemuan 2 jumlah rata-rata aspek sportivitas masih sama dengan pertemuan 1 yaitu 67. Belum ada peningkatan pada pertemuan ini. Sebagian besar siswa dalam menggunakan model TGT dalam turnamen belum memiliki sportivitas karena jika menjawab pertanyaan masih ada siswa yang berebutan menjawab pertanyaan. Pada pertemuan 3 jumlah rata-rata aspek sportivitas juga masih sama dengan pertemuan sebelumnya yaitu mencapai 67. Hal ini berarti belum ada peningkatan dalam aspek ini. Penilaian proses untuk aspek tanggung jawab pada pertemuan 1 mencapai 67 yang dapat dikatakan cukup. Deskriptor yang muncul pada pertemuan ini adalah deskriptor melaksanakan tugas yang diberikan guru, namun tugas yang diberikan guru tidak dikumpulkan sendiri, tetapi dikumpulkan oleh temannya. Sedangkan deskriptor yang

32 jarang ditemui pada pertemuan ini adalah membacakan hasil diskusi kelompok. Siswa harus ditunjuk terlebih dahulu sebelum membacakan hasil kelompok. Pada aspek tanggung jawab, pada pertemuan 2 jumlah rata-rata mencapai 67. Hasil yang diperoleh sama dengan pertemuan 1, berarti tidak ada peningkatan pada pertemuan 2. Penilaian proses pada aspek tanggung jawab pertemuan 3 jumlah hasil rata-rata mencapai 67. Tidak ada peningkatan dari pertemuan 1 sampai dengan pertemuan 3 pada siklus 1. Pada pertemuan ini, siswa masih belum berani maju untuk membacakan hasil diskusi kelompok, siswa masih ditunjuk oleh guru. Penilaian proses untuk aspek kerja sama pada pertemuan 1 jumlah rata-ratanya hanya mencapai 66 yang dikatakan cukup. Deskriptor yang sering muncul yaitu mau membantu tim kelompok yang belum paham dengan materi yang diberikan guru. Sedangkan deskriptor yang jarang muncul yaitu tidak mau menghargai teman yang berpendapat. Aspek kerjasama pada pertemuan 2 jumlah rata-rata mancapai 67 dikatakan cukup. Tetapi mengalami peningkatan dari pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan 2 ini siswa mulai mau menghargai pendapat teman atau mau memperhatikan teman yang sedang menyampaikan pendapat. Sedangkan aspek kerjasama pada pertemuan 3 jumlah rata-rata mencapai 67 dikatakan kategori cukup. Pada pertemuan 3 ini jumlahnya sama dengan pertemuan 2, berarti tidak ada peningkatan dari pertemuan 2 sampai pertemuan 3. 4.1.1.4 Tahap Refleksi (Reflecting) Berdasarkan hasil observasi yang telah dilaksanakan, peneliti melakukan refleksi untuk mengetahui kendala yang dihadapi pada pembelajaran siklus I sehingga peneliti dapat memperbaiki hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan. Refleksi ini dilakukan di ruang kantor SDN Weton Kulon oleh peneliti dan observer, memberikan saran untuk pelaksanaan perbaikan pada siklus II natinya. Pada siklus 1 ini peneliti menganalisis hasil tindakan yaitu penilaian proses dan hasil yang telah dilakukan. Dari hasil penelitianyang dilakukan oleh peneliti, maka penilaian proses pada siklus 1 pertemuan 1 rata-rata kelas sebesar 67. Selanjutnya pada siklus 1 pertemuan 2 penilaian proses yaitu 67. Sedangkan pada siklus 1 pertemuan 3 rata-rata

33 kelasnya yaitu 67. Dari pertemuan 1 sampai dengan pertemuan 3 tidak ada peningkatan dalam siklus I. Selain penilaian proses juga penilaian hasil pembelajaran yaitu penilaian hasil belajar pada soal evaluasi pada siklus 1 hasil belajar rata-rata mencapai 77,1, siswa yang tuntas belajar sebanyak 16 dan yang tidak tuntas belajar 12 siswa. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar pada siklus 1 ini masih banyak siswa yang dibawah KKM. Hal ini ada penyebab kurang optimalnya pembelajaran di kelas ditujukkan dengan adanya kendala sebagai berikut ini : 1) Siswa belum memanfaatkan waktu dengan baik saat diskusi kelompok mengerjakan LKS. 2) Guru tidak memberi motivasi kepada siswa. 3) Siswa kurang aktif dalam mengikuti game, sebagian masih belum bisa menjawab pertanyaan dengan benar sehingga hasilnya akan berpengaruh. Berdasarkan hasil refleksi di atas, peneliti merencanakan tindakan siklus II dengan meningkatkan pembelajaran yang lebih baik dari pada sebelumnya. Dari hasil analisis lembar observasi, penilaian proses dan penilaian hasil beljar siswa peneliti dapat menyimpulkan tentang kelebihan dan kekurangan pada siklus 1. Kelebihannya yaitu 1) penggunaan model TGT dapat digunakan guru karena fleksibel., 2) penggunaan model TGT dapat digunakan untuk materi Matematika., 3) siswa merasa terkesan dengan pembelajaran yang dilakukan peneliti karena menyenangkan. Kekurangannya yaitu 1) materi yang diajarkan dengan menggunakan model TGT tidak dapat banyak karena memerlukan waktu lama, 2) dalam pembagian kelompok sulit karena banyak hal yang ditentukan. 4.1.2 Pelaksanaan Siklus II Kegiatan penelitian pada siklus II tidak jauh berbeda dengan siklus I yang dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan. Setiap pertemuan dilaksanakan selama 3 x 35 menit. Tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur penelitian, yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi dan tahap refleksi. Untuk lebih rincinya, kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut.

34 4.1.2.1 Tahap Perencanaan (Planning) Sebelum dilaksanakan tindakan siklus II pertemuan 1,2 dan 3 peneliti terlebih dahulu melakukan beberapa tahap perencanaan antara lain sebagai berikut: (1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada pertemuan 1 memuat materi tentang operasi hitung penjumlahan pecahan biasa berpenyebut sama, pertemuan 2 memuat materi tentang operasi hitung penjumlahan pecahan biasa berpenyebut tidak sama, pertemuan 3 memuat materi tentang operasi hitung penjumlahan pecahan biasa berpenyebut sama dan tidak sama; (2) Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS); (3) Menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan; (4) Membuat lembar evaluasi; (5) Membuat lembar observasi untuk guru dan lembar observasi siswa. Peneliti sebagai pelaksana tindakan dan observer pada penelitian ini adalah teman sejawat yang dalam hal ini guru kelas 4; (6) Mempersiapkan alat untuk dokumentasi, berupa Kamera digital; (7) Melakukan penataan ruang kelas dan menyiapkan media konkret yang akan digunakan ketika kegiatan pembelajaran. Penyampaian materi dengan menggunakan model kooperatif tipe TGT yang dipersiapkan diharapkan lebih menarik siswa dan lebih mengaktifkan siswa. Guru akan membimbing siswa secara merata pada setiap kelompok, memberi penguatan dengan pujian, acungan jempol, tepuk tangan, dan lain-lain siswa agar dapat bekerja sama dengan kelompoknya dan tidak bermain saat pembelajaran berlangsung. Hasil pembelajaran diharapkan akan meningkat dengan memperbaiki proses pembelajaran. 4.1.2.2 Tahap Pelaksanaan (Acting) Siklus II dilaksanakan selama 3 kali pertemuan, setiap pertemuan 2 x 35 menit.pertemuan pertama dilaksanakan pada Senin tanggal 15 April 2013 pada pukul 09.15-10.25. Pukul 09.15 guru masuk kelas, guru mengucapkan salam kemudian guru menanyakan kepada siswa tentang operasi pengurangan dua pecahan berpenyebut sama. Kemudian guru memulai pembelajaran dengan model TGT. Guru presentasi materi tentang operasi pengurangan dua pecahan berpenyebut sama. Selanjutnya setelah presentasi kelas, siswa duduk bersama kelompok, yang sebelumnya kelompoknya sudah dibagi. Kemudian guru memberikan LKS untuk dikerjakan bersama kelompok. Selama mengerjakan LKS, guru memberikan bimbingan kepada kelopok yang belum jelas. Setelah

35 selesai mengerjakan LKS, kemudian hasilnya ditukar dengan kelompok lain untuk dibahas bersama guru. Setiap kelompok membacakan satu soal. Tahap berikutnya yaitu guru memainkan game. Di sini siswa sangat antusias, siapa yang mengacungkan jari tangan terlebih dahulu, itu yang berhak menjawab pertama. Di sini siswa sebagian besar aktif karena semua ingin menjawab soal. Satu soal skornya 10. Selanjutnya, turnamen akademik. Disini siswa berkumpul bersama anggota kelompok lain untuk bermain turnamen. Guru membagikan 10 soal beserta jawaban yang sudah dilinting, dan kapur untuk menulis skor. Tidak jauh berbeda dengan game, turnamen juga membuat siswa aktif. Setelah selesai, siswa kembali ke kelompoknya masing-masing untuk menjumlahkan skor mereka. Setelah dijumlah kelompok A yang mendapat skor terbanyak. Kelompok tersebut mendapat ucapan selamat dan hadiah. Semua langkah dalam model TGT sudah dilaksanakan selanjutnya guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Kemudian guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 17 April 2013 pada pukul 07.15-08.25. Pukul 07.15 guru masuk kelas, guru mengucapkan salam kemudian mempersilahkan ketua kelas memimpin doa. Setelah berdoa selesai guru mengabsen siswa, ternyata semua siswa masuk. Selanjutnya, guru menanyakan kepada siswa tentang operasi pengurangan dua pecahan berpenyebut tidak sama. Kemudian guru memulai pembelajaran dengan model TGT. Guru presentasi materi tentang operasi pengurangan dua pecahan berpenyebut tidak sama. Selanjutnya setelah presentasi kelas, siswa duduk bersama kelompok, yang sebelumnya kelompoknya sudah dibagi. Kemudian guru memberikan LKS untuk dikerjakan bersama kelompok. Selama mengerjakan LKS, guru memberikan bimbingan kepada kelompok yang belum jelas. Setelah selesai mengerjakan LKS, kemudian hasilnya ditukar dengan kelompok lain untuk dibahas bersama guru. Setiap kelompok membacakan satu soal. Tahap berikutnya yaitu guru memainkan game. Di sini siswa sangat antusias, siapa yang mengacungkan jari tangan terlebih dahulu, itu yang berhak menjawab pertama. Di sini siswa sebagian besar aktif karena semua ingin menjawab soal. Satu soal skornya 10. Selanjutnya, turnamen akademik. Disini siswa berkumpul bersama anggota kelompok lain untuk bermain turnamen. Guru membagikan 10 soal beserta jawaban yang sudah

36 dilinting, dan kapur untuk menulis skor. Tidak jauh berbeda dengan game, turnamen juga membuat siswa aktif. Setelah selesai, siswa kembali ke kelompoknya masing-masing untuk menjumlahkan skor mereka.setelah dijumlah kelompok C yang mendapat skor terbanyak. Kelompok tersebut mendapat ucapan selamat dan hadiah. Semua langkah dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT sudah dilaksanakan selanjutnya guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Kemudian guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam. Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 20 April 2013 pada pukul 07.15-08.25. Pukul 07.15 guru masuk kelas, guru mengucapkan salam kemudian mempersilahkan ketua kelas memimpin doa. Setelah berdoa selesai guru mengabsen siswa, ternyata semua siswa masuk. Selanjutnya, guru menanyakan kepada siswa tentang operasi pengurangan dua pecahan berpenyebut sama dan tidak sama. Kemudian guru memulai pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Guru presentasi materi tentang operasi pengurangan dua pecahan berpenyebut sama dan tidak sama. Selanjutnya setelah presentasi kelas, siswa duduk bersama kelompok, yang sebelumnya kelompoknya sudah dibagi. Kemudian guru memberikan LKS untuk dikerjakan bersama kelompok. Selama mengerjakan LKS, guru memberikan bimbingan kepada kelompok yang belum jelas. Setelah selesai mengerjakan LKS, kemudian hasilnya ditukar dengan kelompok lain untuk dibahas bersama guru. Setiap kelompok membacakan satu soal. Tahap berikutnya yaitu guru memainkan game. Di sini siswa sangat antusias, siapa yang mengacungkan jari tangan terlebih dahulu, itu yang berhak menjawab pertama. Di sini siswa sebagian besar aktif karena semua ingin menjawab soal. Satu soal skornya 10. Selanjutnya, turnamen akademik. Disini siswa berkumpul bersama anggota kelompok lain untuk bermain turnamen. Guru membagikan 10 soal beserta jawaban yang sudah dilinting, dan kapur untuk menulis skor. Tidak jauh berbeda dengan game, turnamen juga membuat siswa aktif. Setelah selesai, siswa kembali ke kelompoknya masing-masing untuk menjumlahkan skor mereka. Setelah dijumlah kelompok D yang mendapat skor terbanyak.kelompok tersebut mendapat ucapan selamat dan hadiah. Semua langkah dalam model pembelaaran kooperatif tipe TGT sudah dilaksanakan selanjutnya siswa mengerjakan evaluasi siklus II. Kemudian guru bersama

37 siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Kemudian guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam. 4.1.2.3 Tahap Pengamatan (Observing) Kegiatan observasi atau pengamatan dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran kegiatan yang telah dilaksanakan oleh peneliti. Observasi dalam penelitian ini dilakukan dari tahap persiapan sampai dengan selesai pembelajaran. Observasi yang dilakukan yaitu meliputi dua aspek yaitu aspek guru dan aspek siswa. Selain observasi aspek guru dan siswa, penilaian proses juga dilaksanakan. Berdasarkan hasil pengamatan observer tentang penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam pembelajaran Matematika, pada pertemuan pertama, kedua, dan ketiga tindakan guru dalam mengajar sepenuhnya sudah masuk kategori baik tetapi guru masih kurang dalam mengkondisikan siswa menuju pembelajaran yang kondusif ini terlihat pada saat presentasi kelas masih ada siswa yang ramai. Hasil Observasi untuk kegiatan siswa siklus II pertemuan pertama sampai dengan ketiga masuk kategori baik. Selama tindakan berlangsung peneliti juga melakukan penilaian proses pelaksanaan. Penilaian ini dilakukan untuk mengetahui sikap siswa selama mengikuti pembelajaran Matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Penilaian ini mencakup tiga aspek yaitu sportivitas, tanggung jawab dan kerja sama. Adapun penilaian proses meliputi aspek keaktifan, kerjasama, dan ketepatan pada siswa kelas 4 SD Negeri Weton Kulon mata pelajaran Matematika dapat dilihat pada diagram berikut ini:

38 Jumlah 80 78 76 74 72 70 68 Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 66 Sportivitas Tanggung jawab Kerjasama Gambar 4 Diagram Perbandingan Penilaian Proses Siklus II Berdasarkan Gambar 4 di atas bahwa penilaian proses untuk aspek sportivitas pada pertemuan 1 siklus II jumlah rata-rata mencapai 70 yang artinya dikatakan baik. Pada pertemuan ini siswa dalam menjawab pertanyaan dari guru sudah terlihat sportivitas karena tidak berebutan jadi terlihat tertib. Perbandingan Penilaian Proses Siklus II Pada pertemuan 2 aspek sportivitas jumlah rata-rata mencapai 71 yang artinya dikatakan baik. Hal ini terjadi peningkatan dari pertemuan sebelumnya.siswa sudah terlihat tertib dalam menjawab pertanyaan yang diberikan guru. Pada pertemuan 3 aspek sportivitas mencapai 78 yang artinya masih dikatakan baik. Hal ini terjadi penngkatan yang drastis dari pertemuan sebelumnya. Berati dalam pembelajaran Matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada langkah game dan turnamen dapat dikatakan berhasil karena siswa sudah terlihat sportiv dalam menjawab pertanyaan yang diberikan guru. Pada aspek tanggung jawab pertemuan 1 jumlah rata-rata yang diperoleh siswa mencapai 71 yang artinya dikatakan baik. Pada pertemuan ini siswa sudah dapat bertanggung jawab atas tugas yang diberikan guru. Pada pertemuan 2 aspek tanggung jawab jumlah rata-rata yang dipeoleh siswa juga mengalami peningkatan menjadi 75 yang artinya kategori baik. Begitu juga pada pertemuan 3 juga mengalami peningkatan lagi menjadi 76 yang artinya dikatakan baik.

39 Dari pertemuan 1 sampai dengan pertemuan 3 pada aspek tanggung jawab selalu mengalami peningkatan. Hal ini berarti dalam pembelajaran Matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT siswa dapat bertanggung jawab atas tugas yang diberikan oleh guru. Penilaian proses pada aspek kerjasama pada pertemuan 1 siklus II ini jumlah ratarata yang dicapai sebesar 71 yang artinya dikatakan dalam kategori baik. Hal ini terjadi peningkatan dari siklus II sebelumnya. Pada pertemuan 2 aspek kerjasama jumlah rata-rata yang dicapai yaitu 73 yang artinya dikatakan baik. Hal ini terjadi peningkatan dari pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan 3 aspek kerjasama jumlah rata-rata yang dicapai mencapai 77 yang artinya kategori baik. Dari pertemuan 1 sampai dengan pertemuan 3 pada aspek kerjasama selalu mengalami peningkatan dari setiap pertemuan.hal ini menunjukkan bahwa siswa dalam pembelajaran juga mengalami peningkatan, siswa dapat menghargai teman yang mengemukakan pendapatnya. 4.1.2.4 Tahap Refleksi (Reflecting) Berdasarkan hasil observasi yang telah dilaksanakan, peneliti melakukan refleksi untuk mengetahui kendala yang dihadapi pada pembelajaran siklus II sehingga peneliti dapat memperbaiki hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan. Relfeksi ini dilakukan di ruang kantor SDN Weton Kulon oleh peneliti dan observer, memberikan saran untuk pelaksanaan perbaikan pada Penelitian Tindakan Kelas natinya. Pada siklus II ini peneliti menganalisis hasil tindakan yaitu penilaian proses dan hasil yang telah dilakukan. Dari hasil penelitianyang dilakukan oleh peneliti, maka penilaian proses pada siklus II pertemuan 1 rata-rata kelas sebesar 70. Selanjutnya pada siklus II pertemuan 2 penilaian proses yaitu 73. Sedangkan pada siklus 1 pertemuan 3 rata-rata kelasnya yaitu 80. Dari pertemuan 1 sampai dengan pertemuan 3 mengalami peningkatan dalam siklus II. Setelah peneliti melaksanakan penelitian pada siklus II, peneliti menyimpulkan bahwa tindakan pada siklus II ini sudah cukup karena penilaian proses pada siklus II ini rata-ratanya mencapai 80 ini sudah memenuhi batas kriteria yaitu yang ditargetkan 80%. Sedangkan perolehan hasil belajar pada pertemuan akhir siklus II nilai rata-rata kelas mencapai 85, ini sudah memenuhi batas kriteria. Namun dalam pelaksanaan siklus II

40 masih terdapat kelebihan dan kekurangan. Tetapi secara keseluruhan dari siklus I sampai dengan siklus II proses dan hasil pembelajaran sudah meningkat dan memenuhi kriteria pencapaian target, target yang dicapai yaitu sebesar 80%. Adapun kelebihan dan kekurangan pada siklus II adalah: (a) Kelebihannya yaitu 1) pembelajaran berlangsung dengan menyenangkan dan semua siwa antusias, 2) siswa merasa terkesan dengan pembelajaran yang dilakukan peneliti karena menyenangkan, 3) siswa sudah aktif dalam kerja kelompok., (b) kekurangannya yaitu 1) siswa tidak memanfaatkan waktu dalam diskusi kelompok sehingga waktu terbuang sia-sia, 2) pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT memerlukan banyak waktu sehingga harus dapat membagi waktu dengan baik dalam langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TGT, 3) harus dapat memilih materi yang tepat dalam pembelajaran supaya waktu yang ditargetkan tidak sia-sia. 4.2 Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 8 April 2013. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus masing-masing siklus terdiri dari 3 pertemuan. Setiap siklus itu terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan, pengamatan (observasi), dan refleksi. Berikut ini adalah deskripsi penelitian tindakan kelas pada pelajaran Matematika siswa kelas 4 tentang pecahan SD Negeri Weton Kulon Tahun Pelajaran 2012/2013 sebagai berikut. 4.2.1 Deskripsi Data 4.2.1.1 Data Siklus I Dari hasil pelaksanaan siklus I,hasil distribusi frekwensi hasil belajar Matematika siklus I siswa kelas 4 di SDN Weton Kulon di sajikan melalui Tabel 7 berikut ini.

41 Tabel 7 Distribusi Frekwensi Hasil Belajar Matematika Siklus 1 Siswa Kelas 4 SD Negeri Weton Kulon Semester 1/2012-2013 No Interval Frekwensi Persentase 1 94-104 9 32% 2 83-93 2 7% 3 72-82 4 14% 4 61-71 1 4% 5 50-60 12 43% 28 100% Berdasarkan Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa banyak siswa yang mendapat nilai skor 50-60 yaitu sebanyak 12 siswa atau sebesar 43 %, kedua skor 94-104 yaitu sebanyak 9 siswa atau sebesar 32 %, ketiga skor 72-82 yaitu sebanyak 4 siswa atau 14 %, keempat skor 83-93 yaitu sebanyak 2 siswa atau 7 % dan yang kelima skor 61-71 yaitu sebanyak 1 siswa atau 4 %. 4.2.1.2 Data Siklus II Dari hasil pelaksanaan siklus II, hasil distribusi frekwensi hasil belajar Matematika siklus II siswa kelas 4 di SDN Weton Kulon di sajikan melalui Tabel 8 berikut ini. Tabel 8 Distribusi Frekwensi Hasil Belajar Matematika Siklus II Siswa Kelas 4 SD Negeri Weton Kulon Semester 1/2012-2013 No Interval Frekwensi Persentase 1 98-104 13 46% 2 91-97 0 0% 3 84-90 0 0% 4 77-83 3 11% 5 70-76 12 43% 28 100%

42 Berdasarkan Tabel 8 di atas menunjukkan bahwa banyak siswa yang mendapat nilai skor 98-104 yaitu sebanyak 13 siswa atau 46%, kedua skor 70-76 yaitu sebanyak 12 siswa atau sebesar 43%, ketiga skor 77-83 yaitu sebanyak 3 siswa atau sebesar 11%, keempat skor 91-97 yaitu sebanyak 0 siswa atau sebesar 0%, serta skor 84 90 sebanyak 0 siswa atau 0 %. 4.2.2 Analisis Data Setelah melakukan tes atau evaluasi kemudian dilakukan analisis data dari hasil evaluasi pada siklus I dan siklus II yang dilakukan dalam dua tahapan yaitu analisis ketuntasan dan analisis komparatif. 4.2.2.1 Analisis Ketuntasan Hasil analisis ketuntasan hasil belajar Matematika pada siklus I siswa kelas 4 SDN Weton Kulon disajikan melalui Tabel 9 berikut ini. Tabel 9 Analisis Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siklus 1 Siswa Kelas 4 SD Negeri Weton Kulon Semester 1/2012-2013 No Ketuntasan Frekwensi Persentase 1 Tuntas 16 57.1% 2 Tidak Tuntas 12 42.9% Rerata 77.1 Maksimum 100.0 Minimun 50 Keterangan : Nilai Tuntas = 65 Berdasarkan Tabel 9 di atas menunjukkan bahwa 16 siswa yang tuntas atau sbesar 40 % dan 12 siswa tidak tuntas atau sebesar 30 %. Rerata pada ketuntasan hasil belajar matematika siklus I yaitu 64,6 dengan nilai maksimum 100 dan nilai minimum 50.

43 Kondisi ini menunjukkan peningkatan yang belum bermakna sehingga tindakan yang diberikan perlu mendapat pehatian. Ketuntasan hasil belajar Matematika siklus I siswa kelas 4 SDN Weton Kulon juga dapat dilihat pada grafik dibawah ini. Tidak Tuntas 43% Tuntas 57% Gambar 5 Grafik Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siklus I siswa kelas 4 SDN Weton Kulon Hasil analisis ketuntasan hasil belajar matematika pada siklus I siswa kelas 4 SDN Weton Kulon disajikan melalui Tabel 10 berikut ini. Tabel 10 Analisis Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siklus II Siswa Kelas 4 SD Negeri Weton Kulon Semester 1/2012-2013 No Ketuntasan Frekwensi Persentase 1 Tuntas 28 100.0% 2 Tidak Tuntas 0 0.0% Rerata Maksimum Minimun Keterangan : Nilai Tuntas = 65 85.0 100.0 70 Berdasarkan Tabel 10 di atas menunjukkan bahwa 28 siswa yang tuntas atau sebesar 100,0 % dan 0 siswa tidak tuntas atau sebesar 0,0 %. Rerataa pada ketuntasan hasil belajar matematika siklus II yaitu 85 dengan nilai maksimum 100 dan nilai minimum

44 70.Kondisi ini menunjukkan peningkatan yang berarti. Tindakan ini sudah mengalami peningkatan dan hasil belajar siswa sudah memenuhi KKM. Ketuntasan hasil belajar matematika siklus II siswa kelas 4 SDN Weton Kulon juga dapat dilihat pada grafik dibawah ini. Tidak Tuntas 0% Tuntas 100% Gambar 6 Grafik Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siklus II siswa kelas 4SDN Weton Kulon 4.2.2.2 Analisis Komparatif Dampak dari implementasi penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam pembelajaran Matematika yang dilaksanakan selama 2 siklus dan setiap siklus sebanyak 3 pertemuan, membawa perubahaan pada hasil belajar antar siklus. Peningkatan hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dari siklus I sampai siklus II dapat dilihat pada Tabel 11 di bawah ini.

45 Tabel 11 Analisis Komparatif Ketuntasan Hasil Belajar Matematka Siswa Kelas 4 SD Negeri Weton Kulon Semester 1/2012-2013 No Ketuntasan Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2 f % f % f % 1 Tuntas 10 35,7% 16 57,1% 28 100,0% 2 Tidak Tuntas 18 64,3% 12 42,9% 0 0,0% Rerata 50,7 77,1 85,0 Maksimum 80,0 100,0 100,0 Minimun 30 50 70,0 Keterangan : Nilai Tuntas = 65 Berdasakan Tabel 11 diatas terlihat bahwa ketuntasan hasil belajar matematika pada siswa kelas 4 SDN Weton Kulon mengalami peningkatan dari pra siklus, siklus I, dan siklus II. Pada pra siklus siswa yang tuntas dengan nilai maksimum 80 dan nilai minimum 30 sebanyak 10 siswa atau sebesar 35,7% siswa yang tuntas dan yang tidak tuntas 18 siswa atau sebesar 64,3% serta reratanya 50,7. Pada Siklus I mengalami peningkatan, siswa yang tuntas dengan nilai maksimum 100 dan nilai minimum 50 sebanyak 16 siswa atau sebesar 57,1% siswa yang tuntas dan yang tidak tuntas sebanyak 12 siswa atau sebesar 42,9% serta reratanya 77,1. Kemudian pada siklus II juga mengalami peningkatan, siswa yang tidak tuntas dengan nilai maksimum 100 dan nilai minimum 70 sebanyak 28 siswa atu 100% dan yang tidak tuntas 0 siswa atau sebesar 0% serta reratanya 85. Selain data di atas, data dari pra siklus hingga siklus II dapat dilihat melalui grafik komparasi di bawah ini.

46 30 20 10 10 18 16 12 28 0 0 Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2 Tuntas Tidak Tuntas Gambar 7 Grafik Analisis Komparasi Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 4 SDN Weton Kulon Berdasarkan grafik diatas pembelajaran model kooperatif tipe TGT di SDN Weton Kulon pada siswa kelas 4 mengalami kenaikan. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajarnya meningkat pada mata pelajaran Matematika. 4.3 Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan kegiatan pembelajaran pada setiap siklus padaa dasarnya sudah sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Pembelajaran dilakukan sesuai dengan komponen model TGT. Secara umum penggunaan model TGT dalam pembelajaran Matematika, siswa tidak mengalami kesulitan dalam pembelajaran Matematika. Dari pelaksanaan tindakan selama 2 siklus, diketahui bahwa keaktifan, keberanian, kerjasamaa dalam pembelajaran Matematika meningkat. Hal ini dapat mempengaruhi peningkatan proses dan hasil belajar. Sebelum diadakan tindakan siklus I terlebih dahulu diadakan pre test untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Hasil dari pra siklus nilai rata-rata mencapai 50,7 siswa belum mancapai nilai KKM yaitu 65. Kemudian dilakukan tindakan siklus I, pada pertemuan 1 siswa masih canggung dalam pembelajaran karena ini pengalaman pertama untuk mereka belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan mereka belum terbiasa dengann pembelajaran baru ini yang menuntut mereka harus aktif, dan berpikir kritis. Selain itu, guru juga kurang memotivasi siswa sehingga siswa tidak

47 semangat dalam pembelajaran. Pada siklus I ini hasil belajar siswa mencapai rata-rata sebesar 77,1 siswa yang tuntas belajar sebanyak 10 anak atau 35,7%. Kekurangan yang ada di siklus I diperbaiki di siklus II. Pada tindakan siklus II, secara keseluruhan sudah baik dan meningkat proses dan hasil belajarnya. Seluruh siswa terlihat aktif, semangat dan termotivasi. Selain itu, siswa sangat terkesan dengan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT karena menyenangkan untuk siswa karena di dalamnya terdapat game dan turnamen.keberanian siswa dalam menjawab pertanyaan sudah meningkat. Peningkatan juga terjadi pada kualitas guru dalam mengajar. Guru terlihat ramah, menguasai kelas, menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan tepat dapat mengkondisikan siswa menuju pembelajaran yang aktif, terkesan dan menyenangkan. Hasil belajar pada siklus II ini juga meningkat, nilai rata-rata mencapai 85. Ini terjadi peningkatan dari siklus sebelumnya sebesar 100% siswa yang tuntas belajar atau sebanyak 28 anak. Pada siklus II ini nilai rata-rata sudah mencapai indikator kinerja. Berdasarkan hasil pengamatan dan refleksi, secara garis besar kelebihan dari penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam pembelajaran Matematika siswa kelas 4 SDN Weton Kulon Kecamatan Puring Kabupaten Kebumen terdapat kelebihan 1) dapat meningkatkan proses dan hasil siswa, 2) menjadikan siswa terkesan dalam mengikuti pembelajaran karena menyenangkan, 3) dapat membangkitkan motivasi dan semangat siswa, 4) dapat meningkatkan kualitas guru dalam mengajar. Adapun kekurangan penggunaan model TGT dalam pembelajaran Matematika kelas 4 SDN Weton Kulon Kecamatan Puring, Kabupaten Kebumen adalah 1) Memerlukan waktu yang lama untuk pembelajaran, 2) Harus memilih materi pembelajaran yang sesuai, 3) siswa belum semua dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT karena hal ini dipengaruhi pengalaman dalam pembelajaran sebelumnya. Berdasarkan data yang diperoleh dari siklus I sampai siklus II bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam pembelajaran Matematika itu dapat membuat siswa belajarnya menjadi terkesan dan menyenangkan karena di dalam pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT terdapat game akademik. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa di setiap siklusnya setelah menggunakan model pembelaaran kooperatif tipe TGT dalam pembelajaran Matematika.

48 Selain itu dapat meningkatkan minat belajar siswa sehingga siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yeni Suryaningsih dan Wiji Wijayanti bahwa penggunaan model kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar siswa.