BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Kemampuan Menyelesaikan Pengurangan Pecahan biasa

dokumen-dokumen yang mirip
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN PENGURANGAN PECAHAN BIASA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA DAKON BILANGAN PADA SISWA KELAS IV SDN 1 TELAGA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. maka pada bab ini peneliti akan mendeskripsikan hasil penelitian yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Perencanaan Pembelajaran. dipersiapkan diantaranya:

BAB IV. Nilai Rata-rata < Belum Tuntas 52, Tuntas Jumlah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Prasiklus Jumlah siswa Presentase (%) , ,33 JUMLAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 10 siswa perempuan dan 19 siswa laki-laki. Penelitian ini dilakukan di SDN 1 Kaliawi Bandar Lampung.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo Utara yang berjumlah 20 orang siswa, terhadap materi perubahan

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X. Maspupah SDN Inpres 1 Birobuli, Sulawesi Tengah

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN Hakekat KemampuanMenyelesaikan pengurangan Pecahan Biasa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian dengan menerapkan Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SDN 1 Limboto Barat Kecamatan Limboto Barat Kabupaten Gorontalo dengan fokus penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pelaksanaan tindakan kelas yang menyajikan materi pemahaman konsep

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Setting Penelitian dan Karakteistik Subjek Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pelaksanaan tindakan kelas ini dilakukan di kelas VIIIc SMP Negeri 7

BAB III METODE PENELITIAN. peningkatan proses dan praksis pembelajaran. Arikunto (2010: 135).

BAB III METODE PENELITIAN. dengan jumlah siswa 17 anak yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 6

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Tahap-tahap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. desa blimbingsari, Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto. Desa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Sedangakan model yang digunakan

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB III METODE PENELITIAN

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini merupakan kerja kolaborasi antara observer dan

BAB III METODELOGI PENELITIAN. dari 20 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN dengan nomor akte No. 79/3/KHI/1984. Dengan Luas tanah 128 m². Secara umum

H S A I S L I PE P N E E N L E I L T I I T A I N A DA D N A PE P M E B M A B H A A H S A A S N

BAB III METODE PENELITIAN. dengan jumlah siswa 20 anak yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 11. Lugusari Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

I. METODE PENELITIAN. dari 22 siswa perempuan dan 10 siswa laki-laki. Tingkat kemampuan belajar. orang siswa. Penentuan kelompok berdasarkan tes awal.

Tingkat kemampuan A B C D 1 Apersepsi 10 2 Motivasi 12 3 Revisi 12

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan

BAB III METODE PENELITIAN. terkait dan berkesinambungan yaitu (1) Perencanaan (planning), (2)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 2009/2010, berlangsung selama kurang lebih tiga bulan yaitu pada bulan Februari

BAB III METODE PENELITIAN. lazim dilalui, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. indikator indikator penelitian yang telah ditetapkan sebagaimana dikemukakan pada bahasan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga aktifitas dan hasil belajar

BAB III METODE PENELITIAN. Tindakan kelas (PTK), artinya penelitian ini berbasis pada masalah di kelas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkapura ini menggunakan model cooperative learning Tipe TSTS dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. Madrasah tempat berlangsungnya penelitian terletak di Jalan Basuki

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di kelas V MI Al

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab ini menyajikan hasil penelitian berkenaan dengan pembelajran yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan skenario pembelajaran dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembelajaran berlangsung 2 x 35 menit, selama 2 x pertemuan yang diikuti

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR. Oleh SUHARNI L G2G

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IV SDN 2

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. diungkapkan pada latar belakang, yaitu peneliti melakukan penelitian dengan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Tanjung Jaya Lampung

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. melaksanakan tindakan telah melakukan observasi awal sebagai langkah awal dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. eksperimen dapat dideskripsikan sebagai berikut.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan kelas yang dikenai tindakan adalah kelas VIII E yang berjumlah 27 peserta

BAB III METODE PENELITIAN. sebanyak 21 siswa yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan.

III. METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA3 SMA Perintis I Bandar Lampung

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. memilih lokasi ini karena sekolah ini adalah tempat peneliti mengajar dan sesuai

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di MTs. Ubudiyah Kec. Bati-

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Taopa, Kecamatan

Transkripsi:

4.1 Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Gambaran Kemampuan Menyelesaikan Pengurangan Pecahan biasa 4.1.1.1 Gambaran Kemampuan Menyelesaikan Pengurangan Pecahan biasa Siklus I Setelah diadakan pembelajaran siklus I dengan menggunakan media dakon bilangan pada materi pengurangan pecahan biasa berpenyebut tidak sama, peneliti dapat menggambarkan kemampuan menyelesaikan pengurangan pecahan biasa berpenyebut tidak sama pada siswa kelas IV SDN 1 Telaga pada tabel 4.1 Tabel 4.1. Kemampuan Menyelesaikan Pengurangan Pecahan Biasa Berpenyebut Tidak Sama Pada Siswa Kelas IV Pembelajaran Siklus I No. Aspek yang dinilai Kriteria Jumlah Siswa Persentase Kemampuan menentukan KPK SM 4 16,7% 1 dua pecahan berpenyebut tidak M 12 50 % sama KM 8 33,3% Kemampuan menyelesaikan SM 4 16,7% 2 pengurangan pecahan biasa M 12 50 % berpenyebut tidak sama KM 8 33,3% Sebagaimana yang dijelaskan pada observasi awal, siswa dikatakan mampu menyelesaikan pengurangan pecahan biasa berpenyebut tidak sama apabila siswa memenuhi dua kriteria pada tabel pengamatan kemampuan siswa, yaitu mampu menyelesaikan pengurangan pecahan biasa berpenyebut tidak sama dan mampu menentukan KPK.

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa: a) Pada kedua aspek yang dinilai terdapat 4 siswa atau 16,7% yang sangat mampu menyelesaikan pengurangan pecahan biasa berpenyebut tidak sama. b) Terdapat 12 siswa atau 50 % yang mampu menyelesaikan pengurangan pecahan biasa berpenyebut tidak sama. c) Terdapat 8 siswa atau 33,3 % yang kurang mampu menyelesaikan pengurangan pecahan biasa berpenyebut tidak sama. 4.1.1.2 Gambaran Kemampuan Menyelesaikan Pengurangan Pecahan Siklus II Setelah diadakan pembelajaran siklus II dengan menggunakan media dakon bilangan pada materi pengurangan pecahan biasa berpenyebut tidak sama, peneliti dapat menggambarkan kemampuan menyelesaikan pengurangan pecahan biasa berpenyebut tidak sama pada siswa kelas IV SDN 1 Telaga pada tabel 4.2 Tabel 4.2. Kemampuan Mengalikan Pecahan Biasa Pada Siswa Pembelajaran Siklus II No. Aspek yang dinilai Kriteria Jumlah Siswa Persentase Kemampuan menentukan KPK SM 6 25 % 1 dua pecahan berpenyebut tidak M 13 54,2 % sama KM 5 20,8 % Kemampuan menyelesaikan SM 6 25 % 2 pengurangan pecahan biasa M 13 54,2 % berpenyebut tidak sama KM 5 20,8 % Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa:

a) Pada kedua aspek yang dinilai terdapat 6 siswa atau 25 % yang sangat mampu menyelesaikan pengurangan pecahan biasa berpenyebut tidak sama. b) Terdapat 13 siswa atau 54,21% yang mampu menyelesaikan pengurangan pecahan biasa berpenyebut tidak sama c) Terdapat 5 siswa atau 20,8 % yang kurang mampu menyelesaikan pengurangan pecahan biasa berpenyebut tidak sama. 4.1.2 Gambaran Penggunaan Media Dakon Bilangan dalam Menentukan KPK 4.1.2.1 Gambaran Penggunaan Media Dakon Bilangan dalam Menentukan KPK Siklus I a. Pengamatan Kegiatan Siswa 1. Kesiapan menerima pelajaran tergolong pada kategori baik dengan tiga aspek yang terpenuhi yaitu, menjawab salam, mengatur diri, dan menjawab pertanyaan. 2. Menyimak apersepsi dan tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru tergolong pada kategori cukup dengan dua aspek yang terpenuhi yaitu menjawab pertanyaan apersepsi dan mendengarkan penyampaian tujuan pembelajaran. 3. Memperhatikan guru menjelaskan cara menyelesaikan pengurangan pecahan biasa tergolong pada kategori baik dengan tiga aspek yang terpenuhi yaitu, menjawab pertanyaan guru pada materi pengurangan pecahan biasa berpenyebut sama, memperhatikan cara menyamakan penyebut pecahan, dan memperhatikan cara menentukan KPK. 4. Mendengarkan penjelasan guru tentang langkah-langkah penggunaan media dakon bilangan dalam pengurangan pecahan biasa berpenyebut tidak sama tergolong pada kategori baik dengan tiga aspek yang terpenuhi yaitu, menerima

media dakon, mendengarkan penjelasan cara mengisi lubang media dengan biji, dan menentukan KPK penyebut dua pecahan. 5. Membagi diri dalam kelompok tergolong cukup dengan dua aspek yang terpenuhi yaitu mendengarkan pembacaan nama-nama anggota kelompok dan mengatur diri masing-masing dalam kelompok. 6. Mengisi LKS tergolong pada kategori cukup dengan dua aspek yang terpenuhi yaitu menerima LKS dan mendengarkan penjelasan mengisi LKS. 7. Mempresentasikan hasil kerja kelompok tergolong pada kategori baik dengan tiga aspek yang terpenuhi yaitu, perwakilan masing-masing kelompok menjelaskaan hasil kerja kelompoknya, hasil kerja kelompoknya diperiksa terlebih dahulu, dan hasil kerja kelompok dikonfirmasikan dengan guru. 8. Siswa secara aktif membuat rangkuman pelajaran tergolong pada kategori baik dengan tiga aspek yang terpenuhi yaitu, seluruh siswa membuat rangkuman, rangkuman materi mencakup keseluruhan materi, dan rangkuman mater dikonfirmasikan guru. 9. Mengerjakan evaluasi tergolong pada kategori baik dengan tiga aspek yang terpenuhi yaitu, menerima soal evaluasi, mengisi soal evaluasi, dan mengerjakan evaluasi tanpa bantuan teman lain. 10. Akhir pembelajaran tergolong cukup dengan dua aspek yang terpenuhi yaitu, menyimpulkan pembelajaran bersama guru, dan menjawab salam.

b. Pengamatan Kegiatan Guru 1) Dalam mempersiapkan siswa belajar, kegiatan guru sudah termasuk pada kategori baik dengan tiga aspek yang terpenuhi yaitu memberi salam, mengatur tempat duduk siswa, dan membuka pelajaran. 2) Melakukan kegiatan apersepsi tergolong cukup dengan dua aspek yang terpenuhi yaitu, memberikan pertanyaan apersepsi dan menyampaikan tujuan pembelajaran. 3) Menjelaskan materi pembelajaran pengurangan pecahan biasa tergolong baik dengan tiga aspek yang terpenuhi yaitu, menanyakan pada siswa pengurangan pecahan biasa yang berpenyebut sama, menjelaskan cara memenentukan KPK. 4) Menjelaskan langkah-langkah menggunakan media dakon bilangan dalam pengurangan pecahan biasa berpenyebut tidak sama tergolong kategori baik dengan tiga aspek yang terpenuhi, membagikan media dakon bilangan, menjelaskan cara mengisi lubang media dengan biji dakon, dan menentukan KPK penyebut dua pecahan. 5) Membagi siswa dalam empat kelompok, tergolong pada kategori cukup dengan dua aspek yang terpenuhi, membacakan nama-nama anggota kelompok, dan mengatur tempat duduk masing-masing kelompok. 6) Mengarahkan siswa mengisi LKS tergolong pada kategori cukup dengan dua aspke yang terpenuhi, membagikan LKS dan menjelaskan petunjuk mengisi LKS.

7) Meminta siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok tergolong pada kategori cukup dengan dua kriteria yang terpenuhi, meminta perwakilan masing-masing kelompok menjelaskan hasil kerja kelompoknya dan membimbing siswa dalam memeriksa hasil kerja kelompoknya. 8) Bersama dengan siswa membuat rangkuman materi tergolong pada kategori baik dengan tiga aspek yang terpenuhi yaitu meminta seluruh siswa membuat rangkuman materi, membimbing siswa membuat rangkuman materi yang mencakup keseluruhan materi, dan mengkonfirmasi rangkuman materi yang dibuat siswa. 9) Memberikan evaluasi pada siswa tergolong pada kategori baik dengan tiga aspek yang terpenuhi yaitu, membagikan soal evaluasi, menjelaskan petunjuk mengisi evaluasi, dan mengamati siswa selama mengisi evaluasi. 10) Menutup pembelajaran tergolong cukup dengan aspek yang terpenuhi, menyimpulkan pembelajaran dan memberi salam. 4.1.2.2 Gambaran Penggunaan Media Dakon Bilangan dalam Menentukan KPK Siklus II a. Pengamatan Kegiatan Siswa 1. Kesiapan menerima pelajaran tergolong pada kategori sangat baik dengan semua aspek yang terpenuhi yaitu, menjawab salam, mengatur diri, menyatakan kehadiran dan menjawab pertanyaan. 2. Menyimak apersepsi dan tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru tergolong pada kategori baik dengan tiga aspek yang terpenuhi yaitu menjawab

pertanyaan apersepsi dan mendengarkan penyampaian tujuan pembelajaran dan termotivasi dalam pembelajaran. 3. Memperhatikan guru menjelaskan cara menyelesaikan pengurangan pecahan biasa tergolong pada kategori baik dengan tiga aspek yang terpenuhi yaitu, menjawab pertanyaan guru pada materi pengurangan pecahan biasa berpenyebut sama, memperhatikan cara menyamakan penyebut pecahan, dan memperhatikan cara menentukan KPK. 4. Mendengarkan penjelasan guru tentang langkah-langkah penggunaan media dakon bilangan dalam pengurangan pecahan biasa berpenyebut tidak sama tergolong pada kategori baik dengan tiga aspek yang terpenuhi yaitu, menerima media dakon, mendengarkan penjelasan cara mengisi lubang media dengan biji, dan menentukan KPK penyebut dua pecahan. 5. Membagi diri dalam kelompok tergolong baik dengan tiga aspek yang terpenuhi yaitu mendengarkan pembacaan nama-nama anggota kelompok dan mengatur diri masing-masing dalam kelompok, dan siswa dibagi ke dalam kelompok secara heterogen. 6. Mengisi LKS tergolong pada kategori baik dengan tiga aspek yang terpenuhi yaitu menerima LKS, mendengarkan penjelasan mengisi LKS da di bawah bimbingan guru mengisi LKS. 7. Mempresentasikan hasil kerja kelompok tergolong pada kategori baik dengan tiga aspek yang terpenuhi yaitu, perwakilan masing-masing kelompok menjelaskaan

hasil kerja kelompoknya, hasil kerja kelompoknya diperiksa terlebih dahulu, dan hasil kerja kelompok dikonfirmasikan dengan guru. 8. Siswa secara aktif membuat rangkuman pelajaran tergolong pada kategori baik dengan tiga aspek yang terpenuhi yaitu, seluruh siswa membuat rangkuman, rangkuman materi mencakup keseluruhan materi, dan rangkuman mater dikonfirmasikan dengan guru. 9. Mengerjakan evaluasi tergolong pada kategori baik dengan tiga aspek yang terpenuhi yaitu, menerima soal evaluasi, mengisi soal evaluasi, dan mengerjakan evaluasi tanpa bantuan teman lain. 10. Akhir pembelajaran tergolong cukup dengan dua aspek yang terpenuhi yaitu, menyimpulkan pembelajaran bersama guru, dan menjawab salam. b. Pengamatan Kegiatan Guru 1. Dalam mempersiapkan siswa belajar, kegiatan guru sudah termasuk pada kategori sangat baik dengan semua aspek yang terpenuhi yaitu memberi salam, mengatur tempat duduk siswa, mengabsen siswa dan membuka pelajaran. 2. Melakukan kegiatan apersepsi tergolong cukup dengan tiga aspek yang terpenuhi yaitu, memberikan pertanyaan apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa terhadap materi pengurangan pecahan biasa. 3. Menjelaskan materi pembelajaran pengurangan pecahan biasa tergolong baik dengan tiga aspek yang terpenuhi yaitu, menanyakan pada siswa pengurangan pecahan biasa yang berpenyebut sama, menjelaskan cara memenentukan KPK.

4 Menjelaskan langkah-langkah menggunakan media dakon bilangan dalam pengurangan pecahan biasa berpenyebut tidak sama tergolong kategori baik dengan tiga aspek yang terpenuhi, membagikan media dakon bilangan, menjelaskan cara mengisi lubang media dengan biji dakon, dan menentukan KPK penyebut dua pecahan. 5 Membagi siswa dalam empat kelompok, tergolong pada kategori baik dengan tiga aspek yang terpenuhi, membagi siswa ke dalam kelompok secdara heterogen, membacakan nama-nama anggota kelompok, dan mengatur tempat duduk masing-masing kelompok. 6 Mengarahkan siswa mengisi LKS tergolong pada kategori baik dengan tiga aspek yang terpenuhi, membagikan LKS dan menjelaskan petunjuk mengisi LKS dan membimbing siswa mengisi LKS. 7 Meminta siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok tergolong pada kategori baik dengan tiga kriteria yang terpenuhi, meminta perwakilan masing-masing kelompok menjelaskan hasil kerja kelompoknya dan membimbing siswa dalam memeriksa hasil kerja kelompoknya, dan mengkonfirmasi hasil kerja siswa. 8 Bersama dengan siswa membuat rangkuman materi tergolong pada kategori baik dengan tiga aspek yang terpenuhi yaitu meminta seluruh siswa membuat rangkuman materi, membimbing siswa membuat rangkuman materi yang mencakup keseluruhan materi, dan mengkonfirmasi rangkuman materi yang dibuat siswa.

9 Memberikan evaluasi pada siswa tergolong pada kategori baik dengan tiga aspek yang terpenuhi yaitu, membagikan soal evaluasi, menjelaskan petunjuk mengisi evaluasi, dan mengamati siswa selama mengisi evaluasi. 10 Menutup pembelajaran tergolong cukup dengan aspek yang terpenuhi, menyimpulkan pembelajaran dan memberi salam 4.1.3 Deskripsi Hasil Pelaksanaan Tindakan 4.1.3.1 Hasil Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pelaksanaan tindakan siklus I ini dilakukan melalui empat tahapan yaitu, tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pemantauan dan evaluasi, dan tahap analisis dan refleksi. a. Tahap Perencanaan Berdasarkan pada hasil observasi awal, kemudian direncanakan pelaksanaan tindakan siklus I yakni, memilih media pembelajaran yang sesuai dengan masalah yang ditemukan di kelas. Setelah pemilihan media pembelajaran kemudian peneliti merumuskan tujuan yang baik dari sudut kecakapan atau kegiatan yang di harapkan dapat tercapai dengan menggunakan media dakon bilangan. Setelah perumusan tujuan, langkah selanjutnya adalah menetapkan garis-garis besar langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan media dakon bilangan serta memperhitungkan waktu yang di butuhkan. Selanjutnya penelitu menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I, membuat media dakon bilangan, menyusun lembar

penilaian terhadap peningkatan kemampuan siswa siklus I dan menyusun lembar observasi kegiatan guru dan siswa dalam proses pembelajaran siklus I. b. Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan kelas siklusidilaksanakan pada hari Jumat tanggal 19 April 2013 pada jam ketiga dan keempat pelajaran yaitu pada pukul 10.00-11.10. Pada saat pelaksanaannya tindakan siklus I, siswa diwajibkan hadir seluruhnya yaitu berjumlah 24 siswa kelas IV yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Berdasarkan pada hasil observasi awal, kemudian dilakukan penelitian tindakan kelas siklus I pada materi pengurangan pecahan berpenyebut tidak sama dengan menggunakan media dakon bilangan. Pada tahap pelaksanaan tindakan mengacu pada rencana pembelajaran yang telah disusun sebelumnya dengan langkah-langkah yaitu, menyiapkan siswa untuk menerima pelajaran, melaksanakan kegiatan belajar mengajar berdasarkan skenario pembelajaran yang telah disiapkan dan berdasarkan model pembelajaran yang dipilih, pembimbingan siswa apabila mengalami kendala dalam proses pembelajaran, mengevaluasi pelaksanaan tindakan dan mengadakan refleksi. c. Tahap Pemantauan dan Evaluasi Pada pembelajaran siklus I terlihat siswa sangat bersemangat dalam belajar, dikarenakan penggunaan media pembelajaran mencari KPK penyebut dua bilangan satu angka menggunakan media dakon bilangan yang cukup menarik perhatian siswa,

dengan demikian siswa terlihat aktif terlibat dalam pembelajaran. Beberapa siswa yang sebelumnya hanya mampu menyelesaikan pengurangan pecahan biasa berpenyebut tidak sama, telah mengalami peningkatan. Peningkatan ini terjadi karena siswa lebih memperhatikan guru saat menjelaskan materi pelajaran dan mereka antusias saat menggunakan media dakon bilangan. Hal ini terlihat adanya peningakatan pada 4 siswa atau 16,7 % yang sangat mampu menyelesaikan pengurangan pecahan biasa, 12 siswa atau 50 % yang mampu menyelesaikan pengurangan pecahan biasa, dan 8 siswa atau 33,3 % yang kurang mampu menyelesaikan pengurangan pecahan biasa. Dalam kemampuan menentukan KPK pada siswa dapat diukur dengan menggunakan kriteria penilaian yakni ditetapkan berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada materi pengurangan pecahan biasa, yaitu siswa yang mendapat nilai 65 ke atas dinyatakan telah tuntas. Berdasarkan hasil pemantauan sudah terdapat 66,7 % yang dinyatakan telah tuntas yaitu 4 siswa atau 16,7 % yang sangat mampu menentukan KPK, 12 siswa atau 50 % yang mampu menentukan KPK, dan 8 siswa atau 33,3 % yang kurang mampu menentukan KPK. d. Tahap Analisis dan Refleksi Setelah diadakan pembelajaran pada materi pengurangan pecahan biasa berpenyebut tidak sama dengan menggunakan media dakon bilangan siklus I, jumlah siswa yang mampu menyelesaikan pengurangan pecahan biasa berpenyebut tidak sama telah meningkat menjadi 66,7% atau 14 dari 24 siswa. Terjadi peningkatan

sebesar 25% atau jumlah siswa yang mampu menyelesaikan pengurangan pecahan biasa berpenyebut tidak sama bertambah 4 siswa pada siklus I dengan menggunakan menggunakan media dakon bilangan. Hasil ini menunjukkan bahwa penelitian belum mencapai target mengingat bahwa indikator kinerja dalam penelitian ini adalah 75% maka perlu dilakukan pembelajaran pada siklus berikut. Sesuai dengan hasil refleksi, maka peneliti dan guru menetapkan beberapa kelemahan pada Kegiatan guru dalam pembelajaran materi pengurangan pecahan biasa berpenyebut tidak sama dengan menggunakan media dakon bilangan pada siklus ini: 1) Cara guru guru menyampaikan materi pembelajaran pengurangan pecahan biasa berpenyebut tidak sama terlalu cepat sehingga ada beberapa siswa yang masih sulit mengerti cara penyelesaian pengurangan pecahan. 2) Langkah-langkah proses pembelajaran belum efektif dan efisien. Pada Kegiatan siswa selama proses belajar ditemui kelemahan antara lain: 1) Beberapa siswa masih sering salah menentukan kelipatan dari penyebut pecahan karena tidak hafal perkalian; 2) Ada beberapa siswa yang bermain menggunakan batu yang digunakan pada media dakon bilangan, saat kelompoknya selesai mengerjakan tugas kelompok dan mengakibatkan kelas menjadi gaduh. 3) Pada proses menyelesaikan pengurangan pecahan biasa berpenyebut tidak sama beberapa siswa masih salah dalam menentukan hasil pembagian KPK dengan penyebut awal pecahan dan mengalikannya dengan pembilang awal pecahan.

Berdasarkan hasil refleksi bersama bahwa untuk memperbaiki kelemahankelemahan yang terjadi pada pelaksanaan tindakan pada siklus I serta mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan maka peneliti dan guru mata mitra menetapkan bahwa pelaksanaan tindakan lanjutan pada siklus berikutnya yaitu pelaksanaan tindakan siklus II. 4.1.3.2 Hasil Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pelaksanaan tindakan siklus II ini dilakukan melalui empat tahapan yaitu, tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pemantauan dan evaluasi, dan tahap analisis dan refleksi. Pelaksanaan tindakan kelas siklus II dilakukan pada hari jumat tanggal 26 April 2013 pada jam ketiga pelajaran yaitu pada pukul 09.15-10.25. a. Tahap Perencanaan Setelah pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus I, dilakukan perencanaan untuk pelaksanaan tindakan siklus II, setelah dilakukan analisis dan refleksi pada pembelajaran siklus I. Adapun tahap perencanaan pada pelaksanaan tindakan siklus II yaitu menetapkan kelemahan-kelemahan pada pelaksanaan siklus I, dan menentukan cara mengatasi kelemahan tersebut, menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus II, menyiapkan LKS dan lembar evaluasi siswa dengan tingkat kesulitan lebih tinggi dari siklus sebelumnya, menetapkan waktu pelaksanaan tindakan siklus II, menyusun lembar penilaian terhadap peningkatan kemampuan siswa pada pelaksanaan tindakan siklus II dan menyusun lembar observasi kegiatan guru dan siswa dalam proses pembelajaran siklus II.

b. Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan pembelajaran siklus II masih dengan materi yang sama namun contoh soal yang berbeda dan tingkat kesulitan lebih tinggi pada evaluasi. Pada tahap pelaksanaan tindakan mengacu pada rencana pembelajaran yang telah disusun sebelumnya dengan langkah-langkah yaitu, menyiapkan siswa untuk menerima pelajaran, melaksanakan kegiatan belajar mengajar berdasarkan skenario pembelajaran yang telah disiapkan dan berdasarkan model pembelajaran yang dipilih, pembimbingan siswa apabila mengalami kendala dalam proses pembelajaran, mengevaluasi pelaksanaan tindakan serta mengadakan refleksi. c. Tahap Pemantauan dan Evaluasi Pada pengamatan kegiatan siswa siklus II telah terjadi peningkatan, sebab sebagian besar siswa dapat memahami penjelasan materi yang disampaikan guru dan tidak ada lagi siswa yang bermain dalam kelompok selama pembelajaran berlangsung. Pembelajaran belangsung efektif dan efisien. Hal ini terlihat pada peningkatan jumlah siswa dalam menyelesaikan pengurangan pecahan biasa yaitu, terdapat 19 siswa atau 79,2 % sudah dapat menyelesaikan pengurangan pecahan biasa yang terdiri dari 6 siswa atau 25 % yang sangat mampu menyelesaikan pengurangan pecahan biaasa, 13 siswa atau 54,2 % yang mampu menyelesaikan pengurangan pecahan biasa dan 5 siswa atau 20,8 % kurang mampu menyelesaikan pengurangan pecahan biasa.

Pada akhir pembelajaran diadakan evaluasi namun dengan tingkat kesulitan lebih tinggi dari evaluasi pada siklus sebelumnya. Tidak berbeda dengan siklus sebelumnya, pada siklus II ini pada kemampuan menentukan KPK, juga mengacu pada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah 65 ke atas. Berdasarkan hasil pemantauan sudah terdapat 79,2 % yang dinyatakan telah tuntas yang terdiri atas 6 siswa atau 25 % yang sangat mampu menentukan KPK, 13 siswa atau 54,2 % yang mampu menentukan KPK, dan 5 siswa atau 20,8 % yang kurang mampu menentukan KPK. d. Tahap Analisis dan Refleksi Setelah pelaksanaan pembelajaran siklus, maka peneliti dan guru mitra mengadakan kegiatan refleksi untuk membahas hal-hal yang telah terjadi pada pelaksanaan pembelajaran siklus II. Berdasarkan hasil refleksi pada siklus II, pembelajaran sudah berlangsung maksimal baik dari kegiatan guru, kegiatan siswa dan kemampuan menyelesaikan pengurangan pecahan biasa berpenyebut tidak sama pada siswa mengalami peningkatan. Beberapa aspek pada Kegiatan guru telah mengalami peningkatan. Sama hal pada Kegiatan siswa, beberapa aspek yang berkriteria baik telah menjadi sangat baik pada siklus II setelah diadakan perbaikan. Sehubungan dengan kemampuan mengalikan pecahan biasa pada siswa pada siklus II telah mencapai indikator minimal 75% yaitu sampai pada 79,2% yang mampu menyelesaikan

pengurangan pecahan biasa berpenyebut tidak sama pada siswa kelas IV SDN 1 Telaga. 4.2 Pembahasan 4.2.1 Kemampuan Menyelesaikan Pengurangan Pecahan Berdasarkan gambaran kemampuan menyelesaikan pengurangan pecahan biasa seperti yang dipaparkan di atas, diperoleh bahwa kemampuan menyelesaikan pengurangan pecahan biasa pada siswa kelas IV SDN 1 Telaga meningkat dengan menggunakan media dakon bilangan. Hal ini terbukti bahwa sebelum dilakukan pembelajaran dengan menggunakan media dakon bilangan kemampuan awal siswa 41,7 % atau 10 dari 24 siswa dan meningkat menjadi 79,2 % atau 19 dari 24 siswa. Dan berdasarkan kajian yang relevan yang telah dibahas pada bab II, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Sartin Mamu (2009) dengan judul meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan pengurangan pecahan melalui teknik Fading di kelas IV SDN 17 Tilamuta Kabupaten Boalemo. Hasil penelitian tindakan kelas ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan dalam menyelesaikan pengurangan pecahan di kelas IV SDN 17 Tilamuta Kabupaten Boalemo dapat meningkat melalui teknik fading. Hal ini terbukti sebelum dilakukan pembelajaran melalui teknik fading, kemampuan awal siswa yaitu 48,6% atau 10 siswa dari 21 siswa naik menjadi 85,7% atau 18 siswa dari 21 siswa. Kesamaan di antara dua penelitian ini bahwa keduanya mengalami peningkatan. Penyelesaian pengurangan pecahan biasa menggunakan teknik fading

peningkatan terjadi pada aspek kecepatan dan ketelitian siswa dalam menyelesaikan pengurangan pecahan biasa. Sedangkan pada penyelesaian pengurangan pecahan biasa menggunakan media dakon bilangan peningkatan terjadi pada aspek menyelesaikan pengurangan pecahan biasa dan menentukan KPK dua pecahan biasa berpenyebut tidak sama. 4.2.2 Penggunaan Media Dakon Bilangan dalam Menentukan KPK Penelitian yang dilakukan oleh Sutiyono (2011) dengan judul peningkatan kemampuan melakukan perkalian dan pembagian melalui permainan tradisional dakon pada siswa kelas IV SD 2 Besito. Hasil penelitian tindakan kelas ini dapat disimpulkan bahwa melalui permainan tradisional Dakon pada pembelajaran matematika tentang melakukan perkalian dan pembagian, kemampuan siswa dapat meningkat. Hal ini terbukti sebelum dilakukan pembelajaran melalui permainan tradisional Dakon, kemampuan awal siswa rata-rata nilai siswa 80,4 pada siklus I, dan naik menjadi 92,9 pada siklus II. Persentasi kenaikan dari kemampuan awal sebelum dilakukan perbaikan siklus I ke siklus II mengalami kenaikan sebesar 33,3%. Pembelajaran dirancang dengan model pembelajaran yang menggunakan permainan tradisional dakon, ternyata sangat membantu siswa dalam memahami konsep perkalian dan pembagian. Dengan pemanfaatan media, sarana, dan prasarana yang cukup, sehingga keaktifan siswa meningkat melalui permainan tradisional dakon, maka hasil belajar dan kemampuan siswa dapat optimal.

Pada penyelesaian pengurangan pengurangan pecahan pecahan biasa dengan menggunakan media dakon bilangan pada siswa kelas IV SDN 1 Telaga juga mengalami peningkatan. Peningkatan ditandai dengan terbantunya siswa dalam menentukan KPK pecahan biasa berpenyebut tidak sama yang sebelumnya tidak menggunakan media kemampuan siswa hanya 41,7% atau 10 dari 24 siswa, dan meningkat menjadi 79,2 % atau 19 dari 24 siswa. Kesamaan kedua penelitian ini terletak pada penggunakan media pembelajaran yang pada intinya sangat membantu siswan dalam memahami materi yang diajarkan sehingga keaktifan siswa sama-sama meningkat. Perbedaan di antara keduanya hanyalah terletak pada materi yang diajarkan. 4.2.3 Peningkatan Kemampuan Menyelesaikan Pengurangan Pecahan Biasa Menggunakan Media Dakon Bilangan Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya maka selanjutnya dibahas secara singkat pada pembahasan. Pembahasan difokuskan pada peningakatan menyelesaikan pengurangan pecahan biasa berpenyebut tidak sama pada siswa kelas IV SDN 1 Telaga dengan menggunakan media dakon bilangan. Pada proses pembelajaran pengurangan pecahan biasa berpenyebut tidak sama dengan menggunakan media dakon bilangan terjadi peningkatan dari observasi awal ke siklus I, kemudia terjadi peningkatan persentase siswa pada pembelajaran siklus II seperti yang digambarkan pada grafik 1.

Grafik 1. Kemampuan Menyelesaikan Pengurangan Pecahan Biasa Berpenyebut Tidak Sama pada Siswa Kelas IV SDN 1 Telaga 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 Observasi Awal Siklus I Siklus II Mampu Belum Mampu Jumlah siswa yang belum mampu berdasarkan pada gambar grafik di atas digambarkan dengan grafik batang berwarna merah, untuk siswa yang mampu menyelesaikan pengurangan pecahan biasa berpenyebut tidak samadigambarkan dengan grafik batang berwarna biru. Dari grafik di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa jumlah siswa yang mampu menyelesaikan pengurangan pecahan biasa berpenyebut tidak sama pada observasi awal, berjumlah 10 siswa atau 41,7%, meningkat menjadi 16 orang atau 66,7 % pada siklus I, dan terjadi peningkatan kembali pada siklus II menjadi 19 siswa atau 79,2 %.

Setelah diadakan analisis data hasil obervasi dan pelaksanaan pembelajaran siklus I, ternyata terjadi peningkatan kemampuan mengalikan pecahan pada siswa meskipun belum mencapai indikator kinerja. Dari 10 siswa atau rata-rata 41,7% pada observasi awal, meningkat menjadi 16 orang atau 66,7%, pada pembelajaran siklus I. Jumlah siswa yang mampu menyelesaikan pengurangan pecahan biasa berpenyebut tidak sama mengalami peningkatan sebesar 25% atau bertambah 6 siswa yang mampu menyelesaikan pengurangan pecahan biasa berpenyebut tidak sama pada siklus I setelah diadakan proses pembelajaran dengan menggunakan media dakon bilangan. Pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 12,5 % atau bertambah 3 siswa yang mampu menyelesaikan pengurangan pecahan biasa berpenyebut tidak sama setelah diadakan pembelajaran siklus II. Jadi total peningkatan jumlah siswa dari observasi awal sampai pembelajaran siklus II yaitu 37,5 % atau bertambah 9 siswa yang mampu menyelesaikan pengurangan pecahan biasa berpenyebut tidak sama setelah diadakan pembelajaran pengurangan pecahan biasa berpenyebut tidak sama. Dengan demikian disimpulkan bahwa hipotesis yang berbunyi jika menggunakan media dakon bilangan, maka kemampuan menyelesaikan pengurangan pecahan biasa pada siswa kelas IV SDN 1 Telaga dapat diterima.