Menghitung Pressure Drop

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PERANCANGAN SISTEM PERPIPAAN AIR UNTUK PENYIRAMAN TANAMAN KEBUN VERTIKAL

REKAYASA INSTALASI POMPA UNTUK MENURUNKAN HEAD LOSS

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

FLUIDA DINAMIS. 1. PERSAMAAN KONTINUITAS Q = A 1.V 1 = A 2.V 2 = konstanta

ANALISIS FAKTOR GESEK PADA PIPA AKRILIK DENGAN ASPEK RASIO PENAMPANG 1 (PERSEGI) DENGAN PENDEKATAN METODE EKSPERIMENTAL DAN EMPIRIS TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida

JUDUL TUGAS AKHIR ANALISA KOEFISIEN GESEK PIPA ACRYLIC DIAMETER 0,5 INCHI, 1 INCHI, 1,5 INCHI

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR ISI iv. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xii. DAFTAR NOTASI... xiii

Gambar 3-15 Selang output Gambar 3-16 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk Gambar 3-17 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk

BAB II ALIRAN FLUIDA DALAM PIPA. beberapa sifat yang dapat digunakan untuk mengetahui berbagai parameter pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS FAKTOR GESEKAN PADA PIPA HALUS ABSTRAK

18/08/2014. Fluid Transport MATA KULIAH: DASAR KETEKNIKAN PENGOLAHAN. Nur Istianah-THP-FTP-UB-2014

PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DINGIN DARI TANGKI ATAS MENUJU HOTEL PADA THE ARYA DUTA HOTEL MEDAN

Masalah aliran fluida dalam PIPA : Sistem Terbuka (Open channel) Sistem Tertutup Sistem Seri Sistem Parlel

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA

ANALISA PERANCANGAN INSTALASI GAS

HIDRODINAMIKA BAB I PENDAHULUAN

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

Klasisifikasi Aliran:

Soal No. 2 Seorang anak hendak menaikkan batu bermassa 1 ton dengan alat seperti gambar berikut!

ALIRAN PADA PIPA. Oleh: Enung, ST.,M.Eng

MODUL PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Jaringan ventilasi Tambang

MODUL KULIAH : MEKANIKA FLUIDA DAN HIROLIKA

Aliran Fluida. Konsep Dasar

STUDI EKSPERIMENTAL PENGUKURAN HEAD LOSSES MAYOR (PIPA PVC DIAMETER ¾ ) DAN HEAD LOSSES MINOR (BELOKAN KNEE 90 DIAMETER ¾ ) PADA SISTEM INSTALASI PIPA

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2015

KARAKTERISTIK ZAT CAIR Pendahuluan Aliran laminer Bilangan Reynold Aliran Turbulen Hukum Tahanan Gesek Aliran Laminer Dalam Pipa

BAB II LANDASAN TEORI

FLUIDA DINAMIS. GARIS ALIR ( Fluida yang mengalir) ada 2

FISIKA FLUIDA YUSRON SUGIARTO, STP, MP, MSc yusronsugiarto.lecture.ub.ac.id. Didit kelas D: Arga kelas G:

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Intake dan exhaust Tambang Ciurug. Intake Tambang Ciurug MHL RC

MEKANIKA FLUIDA BAB I. SIFAT-SIFAT FLUIDA

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI PENANGGULANGAN PROBLEM SCALE PADA FLOWLINE SUMUR TLJ-XXX DI PT. PERTAMINA EP ASSET II FIELD PRABUMULIH SUMATERA SELATAN

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM TEKNIK KIMIA ALIRAN FLUIDA

Analisa Tekanan Air Dengan Methode Pipe Flow Expert Untuk Pipa Berdiameter 1, ¾ dan ½ Di Instalasi Pemipaan Perumahan

FLUID FLOW ANALYSIS IN PIPE DIAMETER 12.7 MM ACRYLIC (0.5 INCHES) AND 38.1 MM (1.5 INCH) Eko Singgih Priyanto, Ridwan., ST., MT

PERENCANAAN INSTALASI PEMIPAAN DENGAN MENGGUNAKAN METHODE PIPE FLOW EXPERT. ABSTRACT

Minggu 1 Tekanan Hidrolika (Hydraulic Pressure)

Rumus Minimal. Debit Q = V/t Q = Av

MENENTUKAN NILAI KOEFISIEN GESEK PADA PIPA DENGAN MENGGUNAKAN APLIKASI MICROSOFT VISUAL BASIC. Irsan Mustafid Halomoan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisa aliran berkembang..., Iwan Yudi Karyono, FT UI, 2008

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM

BAB IV PEMODELAN POMPA DAN ANALISIS

FISIKA STATIKA FLUIDA SMK PERGURUAN CIKINI

KOEFISIEN GESEK PADA RANGKAIAN PIPA DENGAN VARIASI DIAMETER DAN KEKASARAN PIPA

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

Model Matematika dan Analisanya Dari Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih di Suatu Kompleks Perumahan

B. FLUIDA DINAMIS. Fluida 149

INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA UJIAN TENGAH SEMESTER GASAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

contoh soal dan pembahasan fluida dinamis

REYNOLDS NUMBER K E L O M P O K 4

HUKUM STOKES. sekon (Pa.s). Fluida memiliki sifat-sifat sebagai berikut.

Losses in Bends and Fittings (Kerugian energi pada belokan dan sambungan)

BAB II LANDASAN TEORI

Nama : Zainal Abidin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT.

BAB III RANCANG BANGUNG MBG

Fluida Statik & Dinamik

pipa acrylic diameter 5, mm (1 inci) dan pipa acrylic diameter 38,1 mm (1,5 inci) Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan penulis yai

PERTEMUAN VII KINEMATIKA ZAT CAIR

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR. Disusun Oleh : AKRAM Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh :

BAB III SET-UP ALAT UJI

ALIRAN FLUIDA DALAM PIPA TERTUTUP

KAJI EKSPERIMENTAL RUGI TEKAN (HEAD LOSS) DAN FAKTOR GESEKAN YANG TERJADI PADA PIPA LURUS DAN BELOKAN PIPA (BEND)

V 1,2 = kecepatan aliran fluida dititik 1 dan 2 (m/det)

Soal No. 2 Seorang anak hendak menaikkan batu bermassa 1 ton dengan alat seperti gambar berikut!

BAB III PEMODELAN ALIRAN DAN ANALISIS

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kecepatan dan Kapasitas Aliran Fluida. Penentuan kecepatan di sejumlah titik pada suatu penampang

BAB III ANALISA ALIRAN TURBULENT TERHADAP ALIRAN FLUIDA CAIR PADA CONTROL VALVE ANSI 150 DAN ANSI. 300 PADA PT.POLICHEM INDONESIA Tbk

F A. Soal dan Pembahasan UAS Fisika X T.P.2014/2015

TUGAS AKHIR PERANCANGAN DELUGE SYSTEM SPRINKLER MENGGUNAKAN SMOKE DETECTOR PADA GEDUNG DIREKTORAT PPNS-ITS. Ricki Paulus Umbora ( )

BAB II DASAR TEORI. Fluida atau zat cair (termasuk uap air dan gas) dibedakan dari benda padat

ANALISIS DEBIT FLUIDA PADA PIPA ELBOW 90 DENGAN VARIASI DIAMETER PIPA

BAB II LANDASAN TEORI

TL2101 Mekanika Fluida I

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

FIsika FLUIDA DINAMIK

SEMINAR NASIONAL ke8tahun 2013 : RekayasaTeknologiIndustridanInformasi

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

HIDROLIKA SALURAN TERTUTUP -PUKULAN AIR (WATER HAMMER)- SEBRIAN MIRDEKLIS BESELLY PUTRA TEKNIK PENGAIRAN

AWAL GERAK BUTIR SEDIMEN

SKRIPSI. ANALISA LAJU ALIRAN AIR BERSIH DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE PIPE FLOW EXPERT V 6.39 di PERUMAHAN GRAHA INDAH KELAPA GADING.

HIDRODINAMIKA & APLIKASINYA

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN PROSES PEMBUATAN ALAT PENYANGGA TENGAH OTOMATIS PADA SEPEDA MOTOR YANG MENGGUNAKAN SISTEM HIDROLIK

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Pustaka 2.2. Dasar Teori

BAB II. 2.1 Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohydro. lebih kecil. Menggunakan turbin, generator yang kecil yang sama seperti halnya PLTA.

Analisa Rugi Aliran (Head Losses) pada Belokan Pipa PVC

ANALISIS SISTEM PENDISTRIBUSIAN AIR BERSIH PADA BANGUNAN BERTINGKAT DENGAN SOFTWARE EPANET 2.0

Transkripsi:

Menghitung Pressure Drop Jika di dalam sebuah pipa berdiameter dan panjang tertentu mengalir air dengan kecepatan tertentu maka tekanan air yang keluar dari pipa dan debit serta laju aliran massanya bisa dihitung. Adanya aliran air di dalam sebuah pipa menyebabkan penurunan tekanan di sisi keluar pipa. Adanya perbedaan tekanan air masuk pipa dan keluar pipa dapat disebabkan oleh hambatan aliran, misalnya kekasaran permukaan dalam pipa, gesekan air dengan permukaan pipa, panjang pipa, diameter pipa dan kecepatan aliran. Untuk menghitung perbedaan tekanan antara sisi masuk pipa dan sisi keluar pipa sering kali menggunakan rumus Bernoulli seperti berikut ini. PA VA PB VB L VB + + z A = + + zb + f... pers. 7.1 ρg g ρg g D g Dalam rumus di atas, tekanan di sisi masuk pipa disimbolkan dengan subscript A dan tekanan di sisi keluar pipa disimbolkan dengan subscript B. Penurunan tekanan aliran untuk berbagai kondisi aliran dijelaskan sebagai berikut: 1. Untuk aliran dalam pipa berdiameter seragam dan tidak terdapat beda ketinggian. Dalam kondisi ini, karena diameter pipa seragam maka kecepatan aliran masuk dan keluar pipa sama sehingga V A = V B. Kemudian, karena tidak terdapat beda ketinggian 83

antara sisi masuk dan sisi keluar pipa maka z A = z B atau Δz = 0. Dengan demikian, beda tekanan (pressure loss) adalah: L ρvb PA PB = f... pers. 7. D. Untuk aliran dalam pipa berdiameter seragam dan terdapat beda ketinggian. Kecepatan aliran, V A Diameter pipa, D Kekasaran, e Panjang pipa, L B Δz Gambar 7.1 Skematis Aliran Air dalam Pipa Dalam kondisi ini, kecepatan aliran di dalam pipa dianggap konstan (V A = V B ) dan terdapat beda ketinggian Δz. Rumus beda tekanan kasus ini adalah: L ρvb PA PB = ρ gδz + f... pers. 7.3 D Jika dalam kasus menghitung pressure loss menggunakan persamaan Bernoulli, maka untuk menghitung laju aliran volume (debit) digunakan rumus berikut ini: πd Q = V A = V... pers. 7.4. 4 Rumus di atas menyatakan bahwa debit air yang mengalir di dalam pipa sangat bergantung pada kecepatan aliran (V) dan diameter dalam pipa (d). Dari penjelasan di atas, yang termasuk dalam data-data input antara lain: 1. Tekanan di sisi masuk pipa (pa), satuan kpa (kilo-pascal).. Kecepatan rata-rata air di dalam pipa (V), satuan m/s. 84

3. Diameter pipa (D), satuan cm. 4. Material pipa yang dinyatakan dengan kekasaran permukaan (e), satuan mikron. 5. Panjang pipa (L), satuan meter. 6. Perbedaan ketinggian antara sisi masuk dan keluar pipa (Δz), satuan meter. 7. Massa jenis air (ρ), satuan kg/m 3. 8. Kekentalan fluida (dinamik, μ), satuan centipoise (cp). Sedangkan yang termasuk dalam data-data output adalah: 1. Bilangan Reynolds (Re). Bilangan Reynolds merupakan ukuran untuk menyatakan apakah modus aliran berupa aliran laminer atau turbulen. Bilangan Reynold ini dihitung menggunakan rumus berikut ini. ρvd = μ Re... pers. 7.5. Faktor gesekan (f). Faktor gesekan bisa dicari dari diagram Moody atau bisa juga dihitung menggunakan rumus Colebrook berikut ini. 1 f e D, 51 = log + 3,7 R f... pers. 7.6 Rumus di atas hanya berlaku untuk kondisi aliran turbulen. Untuk diagram Moody ditunjukkan dalam gambar di bawah ini. 85

Gambar 7. Diagram Moody 3. Tekanan di sisi keluar pipa (p B ), satuan kpa. Tekanan di sisi keluar pipa dapat diturunkan dari persamaan Bernoulli, seperti berikut: P B = P A gδz + f L ρv D B ρ... pers. 7.7 4. Beda tekanan (pressure loss, Δp), satuan kpa. Beda tekanan atau pressure loss dinyatakan dengan rumus berikut ini. Δ... pers. 7.8 p = P A P B 5. Debit, satuan liter/detik. Dihitung dengan rumus berikut. πd Q = V... pers. 7.9 4 6. Laju aliran massa, satuan kg/detik. Dihitung dengan rumus berikut: m = ρq... pers. 7.10 86

7.1 Menyusun Area Data Input Area data input dituliskan dalam bentuk tabel seperti nampak dalam Gambar 7.3. Kolom B diisi dengan uraian variabel, kolom C diisi dengan data input, dan kolom D adalah satuan dari input data. Angka-angka yang terdapat di kolom C dapat diubah sesuai dengan kondisi yang diinginkan. Untuk mengubah-ubah angka-angka itu dapat dilakukan dengan mengetikkan angka melalui keyboard dan diakhiri dengan menekan tombol ENTER. Jenis dan ukuran font yang digunakan adalah Calibri 11. Gambar 7.3 Area Data Input Langkah-langkah dalam menyusun area data input adalah: 1. Buatlah area data input ini apa adanya sesuai dengan Gambar 7.3.. Memberi Nama pada Setiap Sel Data Input. Microsoft Excel secara otomatis sudah memberikan nama pada setiap sel. Misalnya sel C3 namanya adalah C3, sel C11 namanya adalah C11 dan lain-lain. Ada baiknya jika nama- 87

nama yang diberikan oleh Microsoft Excel ini diubah dengan nama yang lebih mewakili, misalnya saja: Nama Sel Sebelumnya C8 C9 C10 C11 C1 C13 C14 C15 C16 C0 Nama Sel Baru PA V D E E_D L Delta_Z Rho Myu F Buka dan baca kembali isi Bab 6 tentang bagaimana cara mengubah nama sel. 7. Menyusun Area Data Output dan Area Perhitungan Sama seperti dalam contoh Bab 6, dalam contoh ini area perhitungan dibuat di dalam area yang sama dengan area data output. Area perhitungan tidak dibuat secara khusus karena perhitungan yang dilakukan tidak terlampau rumit. Dalam contoh ini tidak ada pembacaan data tabel secara khusus oleh Microsoft Excel, semua data atau angka-angka yang diperlukan harus dibaca secara manual. Tampilan area data output ditunjukkan dalam Gambar 7.4 di bawah ini. 88

Gambar 7.4 Area Data Output Jumlah variabel output yang harus dihitung adalah sebanyak enam variabel. Uraian variabel diletakkan di kolom B, sedangkan angkaangka hasil perhitungan diletakkan di kolom C dan satuan diketikkan di kolom D. Jenis dan ukuran font yang digunakan adalah Calibri 11. Bagian tersulit dari penyusunan area ini adalah perhitungan friction factor (f) karena melibatkan perhitungan iterasi di dalam sel C0 dan C1. Proses perhitungan iterasi ini perlu dilakukan karena dalam mencari nilai friction factor ingin diperoleh hasil yang mendekati benar. Penjelasan yang lebih lengkap akan dibahas di halaman berikutnya. 1. Mengolah data Pipe relative roughness (e/d). Untuk menghitung angka ini, rumus yang harus diketikkan di sel C1 dalam formula bar adalah: = E/D 89

. Mengolah data Reynolds Number (Re). Untuk menghitung bilangan Reynolds (Reynolds Number), rumus yang harus diketikkan di sel C19 dalam formula bar adalah: = Rho*V*(D/100)/(Myu/1000) Rumus yang diketikkan dalam formula bar kelihatan tidak sama dengan rumus bilangan Reynolds yang ada di halaman sebelumnya. Diameter pipa harus dibagi 100 dan Myu harus dibagi 1.000, mengapa demikian? Ini karena kebutuhan konversi satuan. Untuk konversi satuan dari cm ke meter, sebuah angka harus dibagi 100. Untuk konversi satuan dari cp ke kg/m-s, sebuah angka harus dibagi 1000. 3. Mengolah data Friction factor (f). Faktor gesekan (friction factor) dalam contoh ini diperoleh dengan menghitung bukan diperoleh dari diagram Moody. Akan tetapi, angka yang diketikkan ke dalam sel C0 diestimasi dari diagram Moody. Untuk memeriksa apakah angka yang diketikkan itu sudah mendekati benar maka angka ini diperiksa dengan rumus berikut. 1 f e D, 51 = log + 3,7 R f Bagaimana cara memeriksanya? Rumus atau persamaan di atas dimodifikasi menjadi rumus berikut ini. Δf = 1 f e D, 51 log + 3,7 R f Selama proses perhitungan, apabila Δf mendekati nol (0) maka angka faktor gesekan yang diketikkan ke dalam sel C0 mendekati benar. Angka faktor gesekan harus diketikkan secara berulang untuk memeriksa apakah Δf sudah 90

mendekati nol atau belum. Berapa angka pertama yang harus diketikkan? Sebagai angka perkiraan, angka koefisien gesek dari diagram Moody harus dipakai. Angka faktor gesekan yang dibaca dari diagram Moody, baru bisa didapat jika bilangan Reynolds (Re) dan kekasaran relatif bahan pipa (e/d) sudah diketahui. Kemudian kedua angka itu diplot dalam diagram Moody dan faktor gesekan baru bisa diperoleh. Sebagai contoh, apabila bilangan Reynolds sudah dihitung sebesar 10 6 dan e/d dihitung sebesar 0,003 maka faktor gesekan yang didapat adalah sekitar 0,04. Berikut ini ilustrasi yang memperlihatkan bagaimana memperoleh faktor gesekan dari diagram Moody (Gambar 7.5). 0,04 Gambar 7.5 Membaca Koefisien Gesek dari Diagram Moody Sebelum mencoba memasukkan data ke dalam sel C0, ada baiknya membuat rumus terlebih dahulu di sel C1. Rumus yang harus diketikkan dalam formula bar adalah: =(1/SQRT(f))-(- *LOG10((E_D/3.7)+(.51/(Re*SQRT(F))))) Setelah mendapatkan angka faktor gesekan dan menuliskan rumus, angka faktor gesekan ini diketikkan ke dalam cel 91

C0. Apabila angka yang tercetak di sel C1 mendekati nol maka angka faktor gesekan yang diketikkan sudah mendekati benar. 4. Mengolah data Tekanan di sisi keluar pipa (p B ). Untuk menghitung tekanan p B ini, rumus yang harus diketikkan dalam formula bar adalah: =((PA*1000)- rho*9.81*(delta_z+(f*l*v^/((d/100)**9.81))))/1000 Ada beberapa faktor konversi satuan yang ikut diketikkan dalam rumus di atas. Faktor-faktor konversi satuan itu, antara lain: Satuan tekanan (p A ) harus dikonversikan dari kpa ke Pa (Pascal atau N/m ) dengan mengalikannya dengan 1.000. Satuan diameter pipa (D) harus dikonversikan dari cm ke meter dengan membaginya dengan 100. Di akhir rumus terdapat faktor pembagi 1.000. Itu adalah sebagai faktor konversi satuan dari Pascal (atau N/m ) ke kpa. Ingat bahwa satuan akhir dari rumus di atas adalah Pascal. Oleh karenanya satuan Pascal ini harus dikonversikan kembali menjadi kpa dengan membagi 1.000. 5. Mengolah data Pressure Drop. Pressure drop adalah selisih antara tekanan di sisi masuk pipa (p A ) dan sisi keluar pipa (p B ). Untuk menghitung pressure drop ini, rumus yang harus diketikkan dalam formula bar adalah: =PA-C Di mana P A adalah tekanan di sisi masuk pipa dan isi sel C adalah tekanan di sisi keluar pipa. 6. Mengolah data Debit aliran. Debit atau laju aliran volumetrik adalah volume fluida yang mengalir dalam setiap satu satuan waktu. Debit ini bisa 9

dihitung dari hasil perkalian antara kecepatan aliran fluida dan luas penampang aliran. Untuk menghitung debit, rumus yang harus diketikkan dalam formula bar adalah: =(V*PI()*(D/100)^/4)*1000 Di mana V adalah kecepatan aliran dan D adalah diameter pipa. Beberapa faktor koreksi yang ikut diketikkan dalam rumus di atas, antara lain: Satuan diameter pipa (D) harus dikonversikan dari cm ke meter dengan membaginya dengan 100. Karena satuan akhir yang diinginkan adalah liter/detik maka rumus itu harus dikalikan dengan 1.000. Sebelum dikalikan dengan 1.000, satuan debit itu adalah m 3 /detik. Konversi satuan dari m 3 ke liter (dm 3 ) adalah dengan mengalikan 1.000. 7. Mengolah data Laju aliran massa fluida. Laju aliran massa fluida merupakan hasil perkalian massa jenis (ρ) dengan debit. Rumus yang harus diketikkan dalam formula bar untuk menghitung pressure drop ini adalah: =(C4/1000)*rho Faktor pembagi 1.000 adalah faktor konversi dari liter (dm 3 ) ke m 3. 7.3 Menguji Aplikasi Untuk menguji apakah ada korelasi antara data input dan nilai output maka aplikasi ini harus diuji. Pengujian dilakukan dengan mengetikkan angka-angka pada area data input. Angka-angka yang harus diketikkan adalah: Tekanan di titik A 300 kpa Kecepatan rata-rata fluida 3 m/s Diameter pipa 5 cm Material pipa, e 45 mikron 93

Panjang pipa dari A ke B 100 m Perbedaan ketinggian dari A ke B 3 m Massa jenis fluida 1000 kg/m 3 Kekentalan fluida 1 cp Dengan angka-angka input itu, hasil perhitungan di area data output diperlihatkan dalam Gambar 7.6. Pada saat menentukan friction factor, angka pertama yang diketikkan adalah 0,01. Dengan angka itu, nilai di bawah friction factor masih belum bernilai nol. Kemudian angka friction factor diketikkan kembali selain angka 0,01. Demikian seterusnya hingga diperoleh nilai di bawah friction factor mendekati nol. Dalam contoh ini angka friction factor yang diperoleh berkisar di angka 0,01. Selanjutnya variabel seperti pressure drop, volume flowrate dan mass flowrate juga diperoleh. Gambar 7.6 Hasil Perhitungan saat Pengujian Aplikasi 94