LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN KADAR KOEFISIEN DISTRIBUSI SELASA, 22 MEI 2014

dokumen-dokumen yang mirip
PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI. Indah Desi Permana Sari

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI Sabtu, 26 April 2014

Widya Kusumaningrum ( ) Page 1

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA FISIK II. PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI Selasa, 22 April 2014 DISUSUN OLEH: Fikri Sholiha KELOMPOK 4

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PEMISAHAN PERCOBAAN 1 EKSTRAKSI PELARUT

Sistem tiga komponen

Laporan Praktikum Kimia Analitik II. Koefisien Distribusi Iod

Percobaan 6 DISTRIBUSI ZAT TERLARUT ANTARA DUA JENIS PELARUT YANG BERCAMPUR. Lab. Kimia Fisika Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PERCOBAAN I KESETIMBANGAN KIMIA DI DALAM LARUTAN PROGRAM STUDI S-1 KIMIA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II ENERGI KESETIMBANGAN FASA Sabtu, 19 April 2014

tetapi untuk efektivitas ekstraksi analit dengan rasio distribusi yang kecil (<1), ekstraksi hanya dapat dicapai dengan mengenakan pelarut baru pada

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II. Kesetimbangan Fasa. 22 April 2014

ENERGI KESETIMBANGAN FASA

TITRASI IODOMETRI. Siti Masitoh. M. Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana, Ira Nurpialawati PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

PENENTUAN KADAR CuSO 4. Dengan Titrasi Iodometri

Ekstraksi pelarut atau ekstraksi air:

Fraksi mol tiga komponen dari sistem terner (C = 3) sesuai dengan X A + X B + Xc =

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENRUAN KADAR VITAMIN C MENGGUNAKAN TITRASI IODOMETRI. Senin, 28 April Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH

Metodologi Penelitian

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 1 PERCOBAAN VII TITRASI PENGENDAPAN

HASIL KALI KELARUTAN (Ksp)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ANALISIS II TURUNAN ASAM HIDROKSI BENZOAT

LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH

TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. BAHAN YANG DIGUNAKAN Aquades Indikator PP NaOH 0,1 N Asam asetat pekat Trikloroetan (TCE)

TITRASI IODIMETRI PENENTUAN KADAR VITAMIN C. Siti Masitoh. M. Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana, Ira Nurpialawati PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

Setiap system kesetimbangan melibatkan reaksi-reaksi endoterm dan eksoterem. Kenaikan suhu system akan menguntungkan reaksi eksoterem

JURNAL PRAKTIKUM. KIMIA ANALITIK II Titrasi Permanganometri. Selasa, 10 Mei Disusun Oleh : YASA ESA YASINTA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I DIAGRAM TERNER (SISTEM ZAT CAIR TIGA KOMPONEN)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENTUAN KADAR KLORIDA. Senin, 21 April Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH KELOMPOK 1

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

LAPORAN KIMIA ANALITIK KI-2221

PEMBUANTAN NIKEL DMG KIMIA ANORGANIK II KAMIS, 10 APRIL 2014

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

EKSTRAKSI PELARUT. I. TUJUAN 1. Memahami prinsip kerja dari ekstraksi pelarut 2. Menentukan konsentrasi Ni 2+ yang terekstrak secara spektrofotometri

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. Bahan yang digunkan NaOH Asam Asetat Indikator PP Air Etil Asetat

ORDE REAKSI PADA LAJU KETENGIKAN MINYAK KELAPA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

TITRASI DENGAN INDIKATOR GABUNGAN DAN DUA INDIKATOR

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

PERCOBAAN I PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS

BAB I PENDAHULUAN A. Judul Percobaan B. Tujuan Percobaan

LAPORAN PENELITIAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN MAKANAN Penentuan Asam Lemak Bebas, Angka Peroksida Suatu Minyak atau Lemak. Oleh : YOZA FITRIADI/A1F007010

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN V (STOIKIOMETRI KOMPLEKS AMMIN-TEMBAGA (II))

PENETAPAN NATRIUM BENZOAT Laporan Praktikum Kimia Pangan

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

Pembuatan Koloid, Denaturasi Protein dan Lem Alami

PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

Modul 3 Ujian Praktikum. KI2121 Dasar Dasar Kimia Analitik PENENTUAN KADAR TEMBAGA DALAM KAWAT TEMBAGA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA ANALITIK II. METODE VOLHARD Selasa, 10 April 2014

BAB III METODE PENELITIAN

PERCOBAAN I PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS KIMIA ORGANIK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENGUJIAN. Rempah UPT.Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Jl. STM

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA KELARUTAN TIMBAL BALIK SISTEM BINER FENOL AIR

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA FISIK II SEL ELEKTROLISIS (PENGARUH SUHU TERHADAP SELASA, 6 MEI 2014 DISUSUN OLEH: Fikri Sholiha

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan

KELARUTAN DAN GEJALA DISTRIBUSI. Oleh : Nur Aji, S.Farm., Apt

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Sabun Mandi Padat Transparan dengan Penambahan Ekstrak Lidah Buaya (Aloe Vera) BAB III METODOLOGI

BAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen

Pembuatan Nikel DMG. dalam range konsentrasi yang lebar.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II Teknik Isolasi Kafein dari Biji Kopi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pelarut polar Pelarut semipolar Pelarut nonpolar

BAB V EKSTRAKSI CAIR-CAIR

LAPORAN PERCOBAAN. HARI/ TANGGAL PERCOBAAN Hari Jum at/ Tanggal 04 Desember 2015 Pukul WIB

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ASIDIMETRI DAN ALKALIMETRI. Senin, 9 November 2015 KELOMPOK IV Senin, Pukul WIB

DESTILASI, RESIN PENUKAR ION DAN PEMURNIAN

r = pengulangan/replikasi 15 faktor nilai derajat kebebasan Penurunan bilangan peroksida pada minyak jelantah.

Laporan Praktikum Kimia

Sel Elektrolisis: Pengaruh Suhu Terhadap ΔH, ΔG dan ΔS NARYANTO* ( ), FIKA RAHMALINDA, FIKRI SHOLIHA

Penentuan Kadar Klorida Menggunakan Metode Gravimetri

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR KIMIA MEDISINAL SEMESTER GANJIL PENGARUH ph DAN PKa TERHADAP IONISASI DAN KELARUTAN OBAT

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK II

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober

PENENTUAN KADAR KLORIDA DALAM MgCl 2 DENGAN ANALISIS GRAVIMETRI

Gambar 2.1 Reaksi Saponifikasi tripalmitin

BAB I PRAKTIKUM ASIDI AL-KALIMETRI

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

PERCOBAAN 3. Bogor: IPB. 1 Armi Yuspita Karo Pengaruh penggunan kombinasi jenis minyak terhadap mutu sabun transparan.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I PERCOBAAN VIII PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT PADAT ( REKRISTALISASI & SUBLIMASI)

PRAKTIKUM II TITRASI ASAM BASA OLEH RONIADI SAGULANI 85AK14020

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN KADAR KOEFISIEN DISTRIBUSI SELASA, 22 MEI 2014 Disusun oleh : Fika Rakhmalinda (1112016200003) Fikri Sholihah (1112016200028 ) Naryanto (1112016200018 ) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014

ABSTRAK Bila zat padat atau zat cair dicampur ke dalam dua pelarut yang berbeda atau tidak saling bercampur, maka zat tersebut akan terdistribusi ke dalam dua pelarut dengan kemampuan kelarutannya. Koefisien distribusi adalah perbandingan konsentrasi kesetimbangan zat dalam dua pelarut yang berbeda yang tidak bercampur. Tujuan dari percobaan kimia fisika kali ini yaitu untuk menentukan koefisien distribusi iodoform dalam air dan iodoform dalam klorofom. Dari data hasil praktikum didapat konsentrasi iodoform dalam air dan konsentrasi iodoform dalam kloroform berbeda. Nilai koefisien distribusinya adalah 1,225 PENDAHULUAN Koefisien distribusi atau koefisien partisi (partition coefficient), didefinisikan sebagai perbandingan antara fraksi berat solute dalam fase K ekstrak dibagi dengan fraksi berat solute dalam fase rafinat, pada keadaan kesetimbangan (Mega Kasmiyatun, 2010). Hukum Distribusi. Metode ini dapat digunakan untuk menentukan aktivitas zat terlarut dalam satu pelarut jika aktivitas zat terlarut dalam pelarut lain diketahui, asalkan kedua pelarut tidak tercampur sempurna satu sama lain (Dogra, 2009). Cukup diketahui bahwa zat-zat tertentu lebih mudah larut dalam pelarut-pelarut tertentu dibandingkan dengan pelarut-pelarut yang lain. Jadi iod jauh lebih dapat larut dalam karbon disulfida, kloroform, atau karbon tetraklorida dari pada dalam air. Lagi pula, bila cairan-cairan tertentu seperti karbon disulfida dan air, dan juga eter dan air, dikocok bersamasama dalam suatu bejana dan campuran kemudian dibiarkan, maka kedua cairan akan memisah menjadi dua lapisan. Cairan-cairan semacam itu dikatakan sebagai tak dapat campur atau setengah campur, bergantung pada apakah satu kedalam yang lain hampir tak dapat larut atau setengah dapat larut. Jika iod dikocok bersama suatu campuran karbon disulfida dan air serta kemudian didiamkan, iod akan dijumpai terbagi kedalam kedua pelarut itu. Ternyata bila banyaknya iod diubah-ubah, angka banding konsentrasi konsentrasi itu selalu konstan asal temperatur konstan. Yakni : Konsentrasi iod dalam karbon disulfida = C 2 = K d Konsentrasi iod dalam air C 1

Tetapan K d dikenal sebagai koefisien distribusi atau partisi. Hukum distribusi atau partisi dapat dirumuskan : bila suatu zat terlarut terdistribusi antara dua pelarut yang tak dapat campur, maka pada suatu temperatur yang konstan untuk tiap spesi molekul terdapat angka banding distribusi yang konstan antara kedua pelarut itu, dan angka banding distribusi ini tak bergantung pada spesi molekul lain apapun yang mungkin ada. Harga angka banding berubah dengan sifat dasar kedua pelarut, sifat dasar zat terlarut, dan temperatur (Vogel, 1985). ALAT BAHAN DAN LANGKAH KERJA Alat dan bahan 1. Labu Erlenmeyer 2. Buret 3. Corong pisah 4. Gelas ukur 5. Statif + klem 6. Pipet tetes 7. Larutan Na2S2O3 8. Larutan jenuh I2 dalam CHCl3 9. Indikator amilum 10. Akuades Langkah kerja 1. Mengukur 25 ml larutan jenuh I2 dalam CHCl3 dan memasukkannya ke dalam corong pisah 2. Menambahkan 200 ml akuades ke dalam corong pisah 3. Mengocok campuran tersebut selama 60 menit 4. Mendiamkan larutan tersebut hingga terbentuk 2 lapisan 5. Memisahkan kedua lapisan tersebut melalui corong pisah

6. Memipet 5 ml larutan tiap lapisan, masing-masing lapisan atas 3 kali dan lapisan bawah 2 kali 7. Menitrasi larutan tersebut dengan Na2S2O3 0,1 N hingga analit bening dengan menggunakan indikator amilum. HASIL DAN PEMBAHASAN Titrasi lapisan atas ke 1 = 0,4 ml Titrasi lapisan atas ke 2 = 0,3 ml Titrasi lapisan atas ke 3 = 0,1 ml Rata-rata lapisan atas = 0,27 ml Titrasi lapisan bawah ke 1 = 2 ml Titrasi lapisan bawah ke 2 = 2,9 ml Rata-rata lapisan bawah = 2,45 ml Molaritas Na2S2O3 = 0,1 M Konsentrasi I2 dalam air setelah diekstrak n I2 dalam air = x n Na2S2O 3 = x ( V Na2S2O3 x M Na2S2O3 ) = x (0,27 ml x 0,1 M ) = 0,01 mmol Konsentrasi I2 dalam air = = = 0,002 M Konsentrasi I2 dalam kloroform setelah diekstrak n I2 dalam kloroform = x n Na2S2O 3 = x ( V Na2S2O3 x M Na2S2O3 ) = x ( 2,45 ml x 0,1 M )

= 0,1225 mmol Konsentrasi I2 dalam klorofrm = = = 0,0245 M Penentuan K d K d = Konsentrasi iodin dalam kloroform Konsentrasi iodin dalam air K d = 0,0245 M = 1,225 0,002 M Praktikum kali ini yaitu penentuan koefisien distribusi. Prinsip dasar percobaan ini yaitu distribusi zat terlarut I2 ke dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur yaitu air dan kloroform. Jika ke dalam sistem dua fasa cair yang tidak saling bercampur dimasukkan solut yang dapat larut dalam kedua pelarut tersebut maka akan terjadi pembagian kelarutan. Perbandingan konsentrasi solut di dalam kedua pelarut tersebut tetap dan merupakan suatu ketetapan pada suhu tetap. Tetapan tersebut adalah tetapan distribusi atau koefisien distribusi. Dalam praktikum ini digunakan larutan jenuh iodoform. Larutan jenuh iodoform ditambahkan ke dalam kloroform, lalu larutan jenuh iodoform dalam kloroform ini ditambahkan dengan air, ketika ditambahkan dengan air maka terbentuk dua fasa. Dua fasa ini terbentuk karena perbedaan kepolaran antara air dan kloroform, di mana air bersifat polar sedangkan kloroform bersifat nonpolar. Lapisan atas merupakan air dan lapisan bawah adalah kloroform. Hal ini disebabkan karena massa jenis air yakni 1 g/ml lebih kecil dibandingkan massa jenis kloroform yakni 1,48 g/ml sehingga air berada pada lapisan atas dan lapisan bawahnya adalah kloroform. Setelah dicampurkan lalu larutan dikocok. Faktor pengocokan sangat penting dan mempengaruhi proses distribusi suatu larutan organik pada pelarut organik dan air yang tidak saling campur. Fungsi dari pengocokan tersebut adalah agar iodin terdistribusi dengan maksimal ke kloroform dan air. Setelah dikocok,dipisahkan dan dititrasi dengan Na 2 S 2 O 3 dengan indikator amilum. Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna. Pada lapisan atas yang berwarna orange setelah di titasi berubah menjadi bening, sedangkan pada lapisan bawah yang berwarna ungu pekat menjadi bening.

Dari hasil data yang di dapatkan, Kd nya sebesar 1,225. Koefisien distribusi suatu senyawa dalam dua larutan yang tidak bercampur harus sama dengan dengan 1. Jika nilai koefisien distribusi lebih besar dari 1 maka senyawa tersebut cenderung untuk terdistribusi kedalam kloroform daripada air. KESIMPULAN Berdasarkan percobaan mengenai penentuan koefisien distribusi yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan: 1. Hukum distribusi adalah suatu metode yang digunakan untuk menentukan aktivitas zat terlarut dalam suatu pelarut jika aktivitas zat terlarut dalam pelarut lain diketahui, asalkan kedua pelarut tidak tercampur sempurna satu sama lain 2. Jika suatu zat terlarut di masukkan kedalam pelarut polar dan non polar maka akan terbentuk dua fasa 3. Koefisien distribusi hasil percobaan sebesar 1,225 4. Larutan iodin cenderung terdistrbusi kedalam kloroform daripada kedalam air karena koefisien distribusi hasil percobaan lebih besar dari 1 DAFTAR PUSTAKA Dogra, S. 2009. Kimia Fisik dan Soal-Soal. Jakarta : UI-Press Svehla, G. 1985. Vogel : Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semikiro Edisi Kelima. Jakarta : PT Kalman Media Pusaka Kasmiyatun, Mega. Ekstraksi Asam Sitrat dan Asam Oksalat. http://eprints.undip.ac.id. 2010. Diakses pada 6 Mei 2014. Pukul 08.31 WIB