EKSTRAKSI CAIR-CAIR. BAHAN YANG DIGUNAKAN Aquades Indikator PP NaOH 0,1 N Asam asetat pekat Trikloroetan (TCE)
|
|
- Verawati Darmadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 EKSTRAKSI CAIR-CAIR I. TUJUAN Dapat menerapkan prinsip perpindahan massa pada operasi pemisahan secara ekstraksi dan memahami konsep perpindahan massa pada operasi stage dalam kolom berpacking. II. III. IV. PERINCIAN KERJA Menentukan koefesien distribusi (K) Neraca massa dan koefisien perpindahan massa dengan fasa air sebagai fase kontinyu ALAT YANG DIGUNAKAN Corong pemisah 500 Gelas ukur 100 Erlenmeyer 250 Erlenmeyer asah 250 Gelas kimia 200, 300, 500, 600 Bola hisap Corong kaca Piknometer Neraca analitik Buret 50 Pipet ukur 10 Pipet tetes Gelas ukur plastik 2000 BAHAN YANG DIGUNAKAN Aquades Indikator PP NaOH 0,1 N Asam asetat pekat Trikloroetan (TCE) V. DASAR TEORI Ekstraksi adalah operasi pemisahan larutan menjadi beda daya larut komponenkomponen tersebut terhadap pelarut yang ditambahkan (media pemisah). Larutan umpan terdiri dari zat yang terlarut yang disebut solut, dan pelarut yang sering disebut dengan diluen. Sedangkan media pemisah yang juga berupa cairan yang diharapkan dapat melarutkan solut tetapi tidak melarutkan diluen sering disebut sebagai solven. Ekstraksi adalah salah satu cara operasi pemisahan yang dapat dijumpai pada industri kimia. Operasi pemisahan secara ekstraksi dipilih bila: - Larutan terdiri dari komponen-komponen yang kurang volatil
2 - Komponen-komponen penyusun mempunyai volatilitas yang hampir sama - Larutan terdegradasi (rusak) pada suhu tinggi - Larutan hanya sedikit mengandung komponen yang tidak volatil Ekstraksi cair-cair menggunakan prinsip kesetimbangan dengan perpindahan massa zat terlarut (fasa disperse) dan larutan yang diekstraksi kelarutan yang digunakan sebagai pelarut (fasa kontinu). Menurut Ladda (1976), ekstraksi cair-cair digunakan jika pemisahan dengan operasi lainnya tidak dapat dicapai seperti: distilasi, evaporasi, kristalisasi dan lain-lain. Ekstraksi cair-cair adalah proses pemisahan suatu komponen dari fasa cair ke fasa cair lainnya. Operasi ekstraksi cair-cair terdiri dari beberapa tahap, yaitu: 1. Kontak antara pelarut (solvent) dengan fasa cair yang mengandung komponen yang akan diambil (solute), kemudian solute akan berpindah dari fasa umpan (diluen) ke fasa pelarut. 2. Pemisahan dua fasa yang tidak saling melarutkan yaitu fasa yang banyak mengandung pelarut disebut fasa ekstrak dan fasa yang banyak mengandung umpan disebut fasa rafinat (Ladda, 1976). Pertimbangan pertimbangan dalam pemilihan pelarut yang digunakan adalah: - Selektifitas (factor pemisahan = β). Β = fraksi massa solute dalam ekstrak/ fraksi massa diluent dalam ekstra Fraksi massa solute dalam rafinat/ fraksi massa diluent dalam rafinat pada keadaan setimbang. Agar proses ekstraksi dapat berlangsung, harga β harus lebih besar dari satu. Jika nilai β = 1 artinya kedua komponen tidak dapat dipisahkan - Koefisien Distribusi, yaitu konsentrasi solute dalam fasa ekstrak, Y konsentrasi solute dalam fasa rafinat, X Sebaiknya dipilih harga koefisien distribusi yang besar, sehingga juah solvent yang dibutuhkan lebih sedikit. - Recoverability (kemampuan untuk dimurnikan) Pemisahan solute dari solvent biasanya dilakukan dengan cara destilasi, sehingga diharapkan harga relative volatility dari campuran tersebut cukup tinggi. - Densitas Perbedaan densitas fasa solvent dan fasa diluent harus cukup besar agar mudah terpisah. Perbedaan densitas ini akanberubah selama proses ekstraksi dan mempengaruhi laju perpindahan massa - Tegangan antar muka (interfasia tention) Tegangan antar muka besar menyebabkan penggasbungan (coalescence) lebih mudah namun mempersulit proses pendispersian. Kemudahan penggabungan lebih dipentingkan sehingga dipilih pelarut yang memiliki tegangan natar muka yang besar.
3 - Chemical reactivity Pelarut merupakan senyawa yang stabil dan inert terhadap komponen komponen dalam sistem dan material (bahan konstruksi). - Viskositas, tekanan uap dan titik beku dianjurkan rendah untuk memudahkan penanganan dan penyimpanan. - Pelarut tidak beracun dan tidak mudah terbakar. Ekstraksi cair-cair (liquid extraction, solvent extraction): yaitu pemisahan solute dari cairan pembawa (diluen) menggunakan solven cair. Campuran diluen dan solven tersebut bersifat heterogen (immiscible, tidak saling campur), dan jika dipisahkan terdapat 2 fase, yaitu fase diluen (rafinat) dan fase solven (ekstrak). Fase rafinat = fase residu, berisi diluen dan sisa solut. Fase ekstrak = fase yang berisi solut dan solven. Pemilihan solven menjadi sangat penting. Dipilih solven yang memiliki sifat antara lain: - Solut mempunyai kelarutan yang besar dalam solven, tetapi solven sedikit atau tidak melarutkan diluen, - Tidak mudah menguap pada saat ekstraksi, - Mudah dipisahkan dari solut, sehingga dapat dipergunakan kembali, - Tersedia dan tidak mahal. Pada ekstraksi cair-cair, satu komponen bahan atau lebih dari suatu campuran dipisahkan dengan bantuan pelarut. Proses ini digunakan secara teknis dalam skala besar misalnya untuk memperoleh vitamin, antibiotika, bahan-bahan penyedap, produk-produk minyak bumi dan garam-garam. logam. Proses inipun digunakan untuk membersihkan air limbah dan larutan ekstrak hasil ekstraksi padat cair. Ekstraksi cair-cair terutama digunakan, bila pemisahan campuran dengan cara distilasi tidak mungkin dilakukan (misalnya karena pembentukan aseotrop atau karena kepekaannya terhadap panas) atau tidak ekonomis. Seperti ekstraksi padat-cair, ekstraksi cair-cair selalu terdiri atas sedikitnya dua tahap, yaitu pencampuran secara intensif bahan ekstraksi dengan pelarut, dan pemisahan kedua fasa cair itu sesempurna mungkin. Pada saat pencampuran terjadi perpindahan massa, yaitu ekstrak meninggalkan pelarut yang pertama (media pembawa) dan masuk ke dalam pelarut kedua (media ekstraksi). Sebagai syarat ekstraksi ini, bahan ekstraksi dan pelarut tidak saling melarut (atau hanya dalam daerah yang sempit). Agar terjadi perpindahan masa yang baik yang berarti performansi ekstraksi yang besar haruslah diusahakan agar terjadi bidang kontak yang seluas mungkin di antara kedua cairan tersebut. Untuk itu salah satu cairan distribusikan menjadi tetes-tetes kecil (misalnya dengan bantuan perkakas pengaduk).
4 Tentu saja pendistribusian ini tidak boleh terlalu jauh, karena akan menyebabkan terbentuknya emulsi yang tidak dapat lagi atau sukar sekali dipisah. Turbulensi pada saat mencampur tidak perlu terlalu besar. Yang penting perbedaan konsentrasi sebagai gaya penggerak pada bidang batas tetap ada. Hal ini berarti bahwa bahan yang telah terlarutkan sedapat mungkin segera disingkirkan dari bidang batas. Pada saat pemisahan, cairan yang telah terdistribusi menjadi tetes-tetes hanis menyatu kembali menjadi sebuah fasa homogen dan berdasarkan perbedaan kerapatan yang cukup besar dapat dipisahkan dari cairan yang lain. Berbagai jenis metode pemisahan yang ada, ekstraksi pelarut atau juga disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan popular. Pemisahan ini dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro. Prinsip distribusi ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua zat pelarut yang tidak saling bercampur. Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada juah yang berbeda dalam kedua fase terlarut. Teknik ini dapat digunakan untuk kegunaan preparatif, pemurnian, pemisahan serta analisis pada semua kerja. Berbeda dengan proses retrifikasi, pada ekstraksi tidak terjadi pemisahan segera dari bahan-bahan yang akan diperoleh (ekstrak), melainkan mula-mula hanya terjadi pengumpulan ekstrak (dalam pelarut). Suatu proses ekstraksi biasanya melibatkan tahap-tahap berikut: - Mencampurkan bahan ekstrak dengan pelarut dan membiarkannya saling kontak. Dalam hal ini terjadi perpindahan massa dengan cara difusi pada bidang antar muka bahan ekstraksi dan pelarut. Dengan demikian terjadi ekstraksi yang sebenarnya, yaitu pelarut ekstrak. - Memisahkan larutan ekstrak dari refinat, kebanyakan dengan cara penjernihan atau filtrasi. - Mengisolasi ekstrak dari larutan ekstrak dan mendapatkan kembali pelarut. Umumnya dilakukan dengan mendapatkan kembali pelarut. Larutan ekstrak langsung dapat diolah lebih lanjut atau diolah setelah dipekatkan. VI. PROSEDUR KERJA Percobaan 1 1) Menyiapkan alat dan bahan, 2) Membersihkan alat, 3) Menambahkan 50 TCE dan 50 aquades ke dalam corong pemisah, 4) Menambahkan 5 asam asetat ke dalam corong pemisah, 5) Mengocok corong pemisah selama 5 menit, 6) Meletakkan corong pemisah, kemudian didiamkan sampai terbentuk dua lapisan, 7) Mengambil ekstrak dan rafiinat kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer, 8) Mengambil masing-masing sampel sebanyak 10,
5 9) Menambahkan 5 tetes indikator PP, 10) Menitrasi masing-masing sampel dengan NaOH 0,1N sampai larutannya berubah warna menjadi merah muda, 11) Megulangi prosedur kerja dengan volume asam asetat yang berbeda (4, 3, 2 dan 1 ). Percobaan 2 1) Mengisi tangki dengan TCE sebanyak 8 L dan 50 asam asetat ke tangki umpan (tangki paling bawah) 2) Mengisi tangki air dengan aquades 3) Menjalankan pompa air (switch S3). Kemudian mengisi kolom pada laju alir tinggi (valve rotameter dibuka penuh) 4) Mengurangi laju air sampai 200 l/min setelah air mencapai puncak unggun packing. 5) Menjalankan pompa fasa organik (switch F4) pada laju alir 200 l/min dengan mengatur (F2) pada pompa. 6) Menjalankan proses tersebut selama kurang lebih 60 menit sampai terjadi kondisi steady tercapai dan tetap memantau laju alir dalam periode ini untuk meyakinkan bahwa sistem tetap konstan. 7) Mengambil sampel (rafinat dan ekstrak) sebanyak 15 setiap 15 menit. 8) Menitrasi sampel dengan 0,1 N NaOH dengan menambahkan indikator phenolpthalin (PP).
6 VII. DATA HASIL PENGAMATAN Percobaan 1 (Menentukan Koefisien Distribusi, K) Berat piknometer kosong Piknometer + air Temperatur = 17,2 gram = 42,27 gram = 28 o C Densitas air pada suhu 28 o C = g/cm 3 = 996,23 mg/ Konsentrasi NaOH = 0,1 N TABEL DATA PENGAMATAN N o Asam Asetat ditambahkan Volume Sampel Titer NaOH Berat Piknometer + Sampel (gram) Rafinat Ekstrak Rafinat Ekstrak Rafinat Ekstra k ,2 50,0 6,2 143,0 53,58 42, ,2 48,0 4,1 118,3 53,34 42, ,0 48,0 2,0 66,9 53,40 42, ,0 49,0 1,2 48,1 53,63 42, ,0 48,0 0,9 23,4 53,67 42,30 Percobaan 2 (Neraca Massa dan Koefisien Perpindahan Massa dengan Fasa Air sebagai Fasa Kontinyu) Laju Alir Fasa Air = 200 l/menit Laju Alir Fasa Organik= 200 l/menit TABEL DATA PENGAMATAN No Waktu Rafinat Ekstrak (menit) Volume Titer NaOH Volume Titer NaOH
7 DATA HASIL PENGAMATAN Percobaan 1 (Menentukan Koefisien Distribusi, K) Berat piknometer kosong Piknometer + air Temperatur = 17,2 gram = 42,27 gram = 28 o C Densitas air pada suhu 28 o C = g/cm 3 = 996,23 mg/ Konsentrasi NaOH = 0,1 N TABEL DATA PENGAMATAN N o Asam Asetat ditambahkan Volume Sampel Titer NaOH Berat Piknometer + Sampel (gram) Rafinat Ekstrak Rafinat Ekstrak Rafinat Ekstra k ,2 50,0 6,2 143,0 53,58 42, ,2 48,0 4,1 118,3 53,34 42, ,0 48,0 2,0 66,9 53,40 42, ,0 49,0 1,2 48,1 53,63 42, ,0 48,0 0,9 23,4 53,67 42,30 Percobaan 2 (Neraca Massa dan Koefisien Perpindahan Massa dengan Fasa Air sebagai Fasa Kontinyu) Laju Alir Fasa Air = 200 l/menit Laju Alir Fasa Organik= 200 l/menit TABEL DATA PENGAMATAN No Waktu Rafinat Ekstrak (menit) Volume Titer NaOH Volume Titer NaOH
8 VIII. PERHITUNGAN Percobaan 1 (Menentukan Koefisien Distribusi, K) 1. Menentukan volume piknometer (beratpiknometer+air ) (beratpiknometerkosong) VolumePiknometer= ρ air (28 0 C) 2. Menentukan densitas sampel a. Rafinat ( 42,27 17,2 ) gram 0,99594 g cm 3 25,172 cm 3 0,0252liter - Sampel 1 ( asam asetat 5 ) ρ sampel = (beratpiknometer+air ) (beratpiknometerkosong) V piknometer (53,58 17,2) gram 25,172 cm ,651 g l 1443,651 mg b. Ekstrak - Sampel 1 ( asam asetat 5 ) (beratpiknometer+air ) (beratpiknometerkosong) ρ sampel = V piknometer ( 42,58 17,2 ) gram 25,172cm 3 1,008 g l 1,008 mg Tabel Densitas Sampel Sesuai Asam Asetat Ditambahkan
9 Asam Asetat Berat Piknometer + Sampel ditambahkan (gram) Densitas Sampel (mg/) Rafinat Ekstrak Rafinat Ekstrak 5 53,58 42,58 1,445 1, ,34 42,59 1,436 1, ,40 42,47 1,438 1, ,63 42,43 1,447 1, ,67 42,30 1,449 0, Menentukan Konsentrasi Asam Asetat Ekstrak - Sampel 1 (asam asetat 5 ) Masamasetat= M NaOH xv NaOH V sampel 0,1 Mx 143,0 10 1,43 M Konsentrasi asam asetat = 1,43 M 1,43 mmol x 60,05 mg mmol 85,872 mg Rafinat - Sampel 1 (asam asetat 5 ) Masamasetat= M NaOH xv NaOH V sampel 0,1 Mx 6,2 10 0,062M Konsentrasi asam asetat = 1,43 M 0,062 mmol x 60,05 mg mmol 3,723 mg
10 Tabel Konsentrasi Sampel Sesuai Asam Asetat Ditambahkan M asam asetat Konsentrasi Asam Asam Asetat N (M atau mmol/) Asetat (mg/) Ditambahkan o Ekstrak Rafinat Ekstrak Rafinat (Y) (X) ,430 0,062 85,872 3, ,183 0,041 71,039 2, ,669 0,020 40,173 1, ,481 0,012 28,884 0, ,234 0,009 14,052 0, Menentukan massa asam asetat Sampel 1 - Ekstrak Massaasamasetatdalamekstrakdalam10= M as. asetat x BM as. asetat xv sampel 1,430 mmol 858,751 mg x 60,05 mg mmol x 10 Massatotalasamasetatdalamekstrak=massasampelx V total V sampel ,751 mgx 10 = 4293,575 mg - Rafinat Massaasamasetatdalamrafinatdalam10 =M as.asetat x BM as.asetat x V sampel 0,062 mmol 37,231mg x 60,05 mg mmol x 10 Massatotalasamasetatdalamrafinat=massasampelx V total V sampel
11 54,2 37,231mgx 10 = 201,792mg Tabel Massa Asam Asetat Asam Asetat Ditambahkan Massa Asam Asetat dalam 10 (mg) Massa Total Asam Asetat (mg) Ekstrak Refinat Ekstrak Rafinat 5 858,715 37, , , ,392 24, , , ,735 12, ,326 62, ,841 7, ,318 36, ,517 5, ,482 27, Menentukan nilai Koefisien Distribusi (K) K= Y X 85,872 mg/ K= 3,723 mg/ = 23,065 Tabel Koefisien Distribusi Sampel Asam Asetat Konsentrasi Asam Asetat (mg/) ditambahkan Ekstrak (Y) Rafinat (X) Nilai K ( Y/X) 5 85,872 3,723 23, ,039 2,462 28, ,173 1,201 33, ,884 0,721 40, ,052 0,540 26,022
12 KURVA KESETIMBANGAN (X Vs Y) Y (mg/) X (mg/) 6. Menentukan Neraca Massa Asam Asetat Berat jenis asam asetat = 1,05 g/ Feed = ekstrak + rafinat + looses 1,05 g x5x 103 mg =4293,58 mg+201,79 mg+looses 1 g 5250 mg = 4495,367 mg + looses Looses = 754,633 mg looses= looses feed x ,633mg 4293,575mg x100 14,374 Tabel Neraca Massa Asam Asetat Volume asam asetat yang yang digunakan Feed (mg) Ekstrak (mg) Rafinat (mg) Rafinat + Ekstrak (mg) Looses (mg) % Looses , , , ,633 14, , , , ,678 15, ,326 62, , ,222 36, ,318 36, , ,931 30, ,482 27, , ,955 33,139
13 Percobaan 2 (Neraca Massa dan Koefisien Perpindahan Massa dengan Fasa Air sebagai Fasa Kontinyu) - Menentukan Konsentrasi Asam Asetat 1. Umpan Masamasetat= M NaOH xv NaOH V sampel 0.1 Mx M Konsentrasi asam asetat = M mmol x60.05 mg mmol 2. Sampel 1 - Rafinat Masamasetat= M NaOH xv NaOH V sampel 0.1 Mx M mg Konsentrasi asam asetat = M mmol x60.05 mg mmol - Ekstrak mg Masamasetat= M NaOH xv NaOH V sampel 0.1 Mx M
14 Konsentrasi asam asetat = 0M 0 mmol x60.05 mg mmol 0 mg Tabel Konsentrasi Asam Asetat Waktu Titer NaOH M Asam asetat (menit) (M atau mmol/) Konsentrasi Asam Asetat (mg/) Rafinat Ekstrak Rafinat Ekstrak Rafinat (X) Ekstrak (Y) Menentukan Massa Asam Asetat dalam Umpan Massaumpan=M as. asetat xbm as. asetat xv sampel Mx mg mmol x mg 2. Sampel - Rafinat Massarafinat=M as. asetat xbm as. asetat xv sampel Mx mg x 15 mmol mg - Ekstrak Massaekstrak=M as.asetat xbm as.asetat x V sampel 0 Mx60.05 mg x15 mmol 0mg
15 Waktu M Asam asetat Massa Asam Asetat dalam 10 (menit) (M atau mmol/) Sampel (mg) Rafinat Ekstrak Rafinat Ekstrak Menentukan Neraca Massa Asam Asetat Sampel 1 V o (X 1 X 2 )=V w (Y 1 0) V o = 200 L/min = 3,33L/s = 3333,33 /s V w = 200 L/min = 3,33 L/s = 3333,33 /s X 1 = mg/ / 15 = mg/ (umpan) X 2 = mg/ / 15 = mg/ (untuk rafinat) Y 1 = mg/ 15 = 0 mg/ (untuk ekstrak) 3333,33 s mg mg ( ) =333 3,33 (0 0) s mg/s = 0 mg/s Waktu Tabel Neraca Massa Asam Asetat Massa Asam Asetat dalam 10 Sampel (mg) V o (X 1 X 2 ) V w (Y 1 0) (menit) Rafinat Ekstrak (mg/s) (mg/s) , ,084 10, ,485 15,480
16 ,751 15, ,018 16,280 - MenentukanEfisiensiEkstraksi Tinggi packing = 126 cm Keliling packing = 9,5 cm Keliling = 2πr 9,5 cm = 2πr r= 9,5cm 2 x3,14 r= 1,513 cm Volume Packing = r 2 t = (3,14)(1,513 cm) 2 (126 cm) = 905,687 cm 3 Logmeandrivingforce= X 1 X 2 ln X 1 X 2 Dimana: X 1 : driving force pada bagian bawah kolom = (X 2 -X 2 *). Untuk X 2 * = 0 X 2 : driving force pada bagian puncak kolom= (X 1 -X 1 *). Untuk X1* ditentukan atau dapat diperoleh dari grafik hasil percobaan 1. Grafik tersebut adalah kurva kesetimbangan Y Vs X yaitu:
17 y (mg/) X (mg/) X (mg/) X 1 * sampel 1 : 0 X 1 * sampel 2: X 1 * sampel 3: X 1 * sampel 4 : X 1 * sampel 5 :
18 Sehingga diperoleh: Waktu X2 Y2 X1 X1* ΔX1 ΔX , , , , , Logmeandrivingforce= X 1 X 2 ln X 1 X 2 mg mg ( ) ( ) mg ln mg mg laju perpindahanasam Koefisien perpindahanmassa= volume packing x log mendriving force V 0 (X 1 X 2 ) volume packing x log mendriving force mg/ s 905,687 cm 3 x mg/ s 1
19 Tabel Efisiensi Ekstraksi Waktu (menit) X1 (mg/) X2 (mg/) Log mean driving force (mg/) Koefisien perpinda han massa ( s 1 ) Rata-rata Koefisien perpindahan massa
20 IX. PEMBAHASAN Ekstraksi adalah salah satu proses memisahkan larutan dua komponen dengan menambahkan komponen ketiga (solven) yang larut dengan solut tetapi tidak larut dengan pelarut (diluen). Dengan penambahan solven ini sebagian solut akan berpindah dari fasa diluen ke fasa solven (disebut ekstrak) dan sebagian lagi tetap tinggal di dalam fasa diluen (disebut rafinat). Percobaan ini bertujuan untuk menentukan koefisien distribusi (K)dan neraca massa dan koefisien perpindahan massa dengan fasa air sebagai fasa kontinyu. Pada percobaan ini dilakukan dengan memisahkan TCE sebagai diluen dengan asam asetat sebagai solut dengan air sebagai solven. Percobaan ini diawali dengan menentukan koefisien distribusi. Hal pertama yang dilakukan adalah membuat larutan 50 trikloroetilen (TCE) dan 50 aquadest di dalam corong pisah dan menambahkan 5 asam asetat. Larutan tersebut dikocok. Kemudian akan terbentuk dua fase ( fase organik dan fase air). Kedua fase tersebut kemudian dititrasi dengan NaOH 0.1 N untuk menentukan konsentrasi asam asetat dalam fase organik (rafinat) dan fase air (ekstrak). Selain menentukan konsentrasi asam asetat, ditentukan juga densitas kedua fase tersebut. Percobaan selanjutnya yaitu menentukan koefisien perpindahan massa dengan fasa air sebagai fasa kontinyu. Pada percobaan ini diawali mengisi tangki dengan TCE sebanyak 8 L dan 50 asam asetat ke tangki umpan (tangki paling bawah) dan mengisi tangki untuk air kemudian mengatur menjalankan pompa air (switch S3) dan pompa fasa organik (switch F4) dengan laju alir 200 l/min. Sampel (rafinat dan ekstrak) diambil sebanyak 15 setiap 15 menit kemudian dititrasi dengan 0,1 N NaOH dengan penambahan indikator PP. Hasil perhitungan yang diperoleh pada koefisien distribusi dengan persamaan K= Y X dengan mengetahui nilai X dan Y (menggunakan persamaan
21 Masamasetat= M NaOH xv NaOH V sampel dan hasilnya kemudian dikali dengan BM asam asetat yaitu 60,05 mg mmol ). Nilai koefisien distribusi yang diperoleh yaitu: Asam Asetat Konsentrasi Asam Asetat (mg/) ditambahkan Ekstrak (Y) Rafinat (X) Nilai K ( Y/X) 5 85,872 3,723 23, ,039 2,462 28, ,173 1,201 33, ,884 0,721 40, ,052 0,540 26,022 Hasil perhitungan yang diperoleh pada neraca massa dengan persamaan V o (X 1 X 2 )=V w (Y 1 0) dengan mengetahui nilai massa asam asetat dalam 10. Nilai yang diperoleh dari persamaan tersebut dengan laju alir 200 l/min adalah: Waktu Massa Asam Asetat dalam 10 Sampel (mg) V o ( X 1 X 2 ) V w (Y 1 0) (menit) Rafinat Ekstrak (mg/s) (mg/s) , ,084 10, ,485 15, ,751 15, ,018 16,280 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai fasa organik sangat jauh berbeda dengan nilai fasa air dikarenakan adanya floading atau pembanjiran. Pembanjiran tersebut terjadi mungkin karena adanya kebocoran pada alat. Sedangkan hasil perhitungan yang diperoleh dari koefisien perpindahan massa dengan fasa air sebagai fasa kontinyu dengan persamaan: laju perpindahanasam Koefisien perpindahanmassa= volume packing x log meandriving force
22 dengan mengetahui nilai laju perpindahan asam ( v 0 (x 1 -x 2 )), volume packing ( r 2 t ) dan log mean driving force ( yaitu: X 1 X 2 ln X 1 X 2. Nilai koefisien perpindahan massa yang diperoleh Waktu (menit) X1 (mg/) X2 (mg/) X. KESIMPULAN Log mean driving force (mg/) Koefisien perpinda han massa ( s 1 ) Rata-rata Koefisien perpindahan massa Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa : Ekstraksi adalah salah satu proses memisahkan larutan dua komponen dengan menambahkan komponen ketiga (solven) yang larut dengan solut tetapi tidak larut dengan pelarut (diluen). Prinsip dari ekstraksi cair-cair yaitu dengan menggunakan komponen ketiga (solvent) untuk memisahkan larutan dua komponen yang larut dengan solute tetapi tidak larut dengan pelarut (diluent). Neraca massa dan koefisien perpindahan massa yang diperoleh yaitu: Neraca massa (mg/s) V o ( X 1 X 2 ) V w (Y 1 0) Koefisien perpindahan massa (s -1 )
23 XI. DAFTAR PUSTAKA
EKSTRAKSI CAIR-CAIR. Bahan yang digunkan NaOH Asam Asetat Indikator PP Air Etil Asetat
EKSTRAKSI CAIR-CAIR I. TUJUAN PERCOBAAN Mahasiswa mampu mengoperasikan alat Liqiud Extraction dengan baik Mahasiswa mapu mengetahui cara kerja alat ekstraksi cair-cair dengan aliran counter current Mahasiswa
Lebih terperinciBAB V EKSTRAKSI CAIR-CAIR
BAB V EKSTRAKSI CAIR-CAIR I. TUJUAN 1. Mengenal dan memahami prinsip operasi ekstraksi cair cair. 2. Mengetahui nilai koefisien distribusi dan yield proses ekstraksi. 3. Menghitung neraca massa proses
Lebih terperinciEKSTRAKSI CAIR-CAIR. _Indra Wibawa Dwi Sukma_ _. 1. Pengertian Ekstraksi
_Indra Wibawa Dwi Sukma_0715041046_ EKSTRAKSI CAIR-CAIR 1. Pengertian Ekstraksi Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau cairan dengan bantuan pelarut. Ekstraksi juga
Lebih terperincitetapi untuk efektivitas ekstraksi analit dengan rasio distribusi yang kecil (<1), ekstraksi hanya dapat dicapai dengan mengenakan pelarut baru pada
I. TUJUAN PERCOBAAN 1.1 Memahami pemisahan berdasarkan ekstraksi asam asetat. 1.2 Menentukan harga koefisien distribusi senyawa dalam dua pelarut yang tidak saling campur (ekstraksi cair - cair) II. DASAR
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN KADAR KOEFISIEN DISTRIBUSI SELASA, 22 MEI 2014
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN KADAR KOEFISIEN DISTRIBUSI SELASA, 22 MEI 2014 Disusun oleh : Fika Rakhmalinda (1112016200003) Fikri Sholihah (1112016200028 ) Naryanto (1112016200018 ) PROGRAM
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PEMISAHAN PERCOBAAN 1 EKSTRAKSI PELARUT
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PEMISAHAN PERCOBAAN 1 EKSTRAKSI PELARUT NAMA NIM KELOMPOK ASISTEN : REGINA ZERUYA : J1B110003 : 1 (SATU) : SUSI WAHYUNI PROGRAM STUDI S-1 KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
Lebih terperinciPercobaan 6 DISTRIBUSI ZAT TERLARUT ANTARA DUA JENIS PELARUT YANG BERCAMPUR. Lab. Kimia Fisika Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang
Percobaan 6 DISTRIBUSI ZAT TERLARUT ANTARA DUA JENIS PELARUT YANG BERCAMPUR Candra Tri Kurnianingsih Lab. Kimia Fisika Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang Gedung D8 Lt 2 Sekaran Gunungpati Semarang,
Lebih terperinciEkstraksi pelarut atau ekstraksi air:
Ekstraksi pelarut atau ekstraksi air: Metode pemisahan atau pengambilan zat terlarut dalam larutan (biasanya dalam air) atau menggunakan pelarut lain (biasanya organik) Tidak memerlukan alat khusus atau
Lebih terperinciBAB II. KESEIMBANGAN
BAB II. KESEIMBANGAN Pada perhitungan stage wise contact konsep keseimbangan memegang peran penting selain neraca massa dan neraca panas. Konsep rate processes tidak diperhatikan pada alat kontak jenis
Lebih terperinciBAB I DISTILASI BATCH
BAB I DISTILASI BATCH I. TUJUAN 1. Tujuan Instruksional Umum Dapat melakukan percobaan distilasi batch dengan system refluk. 2. Tujuan Instrusional Khusus Dapat mengkaji pengaruh perbandingan refluk (R)
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI. Indah Desi Permana Sari
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI Disusun oleh: Indah Desi Permana Sari 1112016200002 Kelompok 1: Ahmad Ainul Yakin (1112016200001) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN
Lebih terperinciSistem tiga komponen
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA FISIK II KESETIMBANGAN FASA Selasa, 15 April 2014 DISUSUN OLEH: Fikri Sholiha 1112016200028 KELOMPOK 4 1. Fika Rakhmalinda 1112016200005 2. Naryanto 1112016200018 PROGRAM
Lebih terperinciPENGAMBILAN ASAM PHOSPHAT DALAM LIMBAH SINTETIS SECARA EKSTRAKSI CAIR-CAIR DENGAN SOLVENT CAMPURAN IPA DAN n-heksan
PENGAMBILAN ASAM PHOSPHAT DALAM LIMBAH SINTETIS SECARA EKSTRAKSI CAIR-CAIR DENGAN SOLVENT CAMPURAN IPA DAN n-heksan Yoga Saputro, Sigit Girindra W Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Lebih terperinciLaporan Praktikum Kimia Analitik II. Koefisien Distribusi Iod
Laporan Praktikum Kimia Analitik II Koefisien Distribusi Iod Oleh : 1. Fitri Aprilia 093194205 2. Wilda Ulin Nuha 093194211 3. Endah Rohmawati 093194216 Universitas Negeri Surabaya Fakultas Matematika
Lebih terperincia. Pengertian leaching
a. Pengertian leaching Leaching adalah peristiwa pelarutan terarah dari satu atau lebih senyawaan dari suatu campuran padatan dengan cara mengontakkan dengan pelarut cair. Pelarut akan melarutkan sebagian
Lebih terperinciBAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian
14 BAB V METODOLOGI 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian No. Nama Alat Jumlah 1. Oven 1 2. Hydraulic Press 1 3. Kain saring 4 4. Wadah kacang kenari ketika di oven 1 5.
Lebih terperinciLABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA CILEGON BANTEN
MODUL 1.01 ABSORPSI Oleh : Fatah Sulaiman, ST., MT. LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA CILEGON BANTEN 2008 2 Modul 1.01 ABSORPSI I. Tujuan Praktikum
Lebih terperinciBAB V METODELOGI. 5.1 Pengujian Kinerja Alat. Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi:
BAB V METODELOGI 5.1 Pengujian Kinerja Alat Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi: 1. Analisa Fisik: A. Volume B. Warna C. Kadar Air D. Rendemen E. Densitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui nilai konstanta dalam peristiwa adsorbsi dari larutan asam asetat oleh karbon aktif pada suhu konstan. I.2. Dasar
Lebih terperinciMateri kuliah OTK 3 Sperisa Distantina EKSTRAKSI CAIR-CAIR
Materi kuliah OTK 3 perisa istantina EKTRKI CIR-CIR Peserta kuliah harus membawa: 1. kertas grafik milimeter 2. pensil/ballpoint berwarna 3. penggaris Pustaka: Foust,.., 1960, Principles of Unit Operation,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Absorpsi dan stripper adalah alat yang digunakan untuk memisahkan satu komponen atau lebih dari campurannya menggunakan prinsip perbedaan kelarutan. Solut adalah komponen
Lebih terperinciMODUL MATA KULIAH PRAKTIKUM BIOPROSES (IBK 551) Disusun Oleh Ariyo Prabowo Hidayanto, M.Si.
MODUL MATA KULIAH PRAKTIKUM BIOPROSES (IBK 551) Disusun Oleh Ariyo Prabowo Hidayanto, M.Si. UNIVERSITAS ESA UNGGUL 2017 KATA PENGANTAR Pujisyukur kami panjatkankehadirattuhan Yang MahaEsaataslimpahanrahmatdankarunia-NyasehinggabukuModulPraktikum
Lebih terperinciFraksi mol tiga komponen dari sistem terner (C = 3) sesuai dengan X A + X B + Xc =
DIAGRAM TERNER I. DASAR TEORI erdasarkan hukum fase Gibbs jumlah terkecil peubah bebas yang diperlukan untuk menyatakan keadaan suatu sistem dengan tepat pada kesetimbangan dilengkapkan sebagai : V = C
Lebih terperinciBAB IV. PERHITUNGAN STAGE CARA PENYEDERHANAAN (Simplified Calculation Methods)
BAB IV. PERHITUNGAN STAGE CARA PENYEDERHANAAN (Simplified Calculation Methods) Di muka telah dibicarakan tentang penggunaan diagram entalpi komposisi pada proses distilasi dan penggunaan diagram (x a y
Lebih terperinciBAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan
BAB V METODOLOGI 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan 5.1.1 Alat yang Digunakan Tabel 5. Alat yang Digunakan No. Nama Alat Ukuran Jumlah 1. Baskom - 3 2. Nampan - 4 3. Timbangan - 1 4. Beaker glass 100ml,
Lebih terperinciMODUL PRAKTIKUM TEKNIK BIOSEPARASI. Oleh : Shinta Rosalia Dewi, S.Si, M.Sc Dina Wahyu Indriani, S.TP, M.Sc
MODUL PRAKTIKUM TEKNIK BIOSEPARASI Oleh : Shinta Rosalia Dewi, S.Si, M.Sc Dina Wahyu Indriani, S.TP, M.Sc Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian Jurusan Keteknikan Pertanian, Fakultas
Lebih terperinciBab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat
Bab III Metodologi Penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu isolasi selulosa dari serbuk gergaji kayu dan asetilasi selulosa hasil isolasi dengan variasi waktu. Kemudian selulosa hasil isolasi dan
Lebih terperinciBAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen
18 BAB V METODOLOGI 5.1 Pengujian Kinerja Alat Press Hidrolik 5.1.1 Prosedur Pembuatan Minyak Wijen Biji Wijen Pembersihan Biji Wijen Pengovenan Pengepresan Pemisahan Minyak biji wijen Bungkil biji wijen
Lebih terperinciIII. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel
III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah saus sambal dan minuman dalam kemasan untuk analisis kualitatif, sedangkan untuk analisis kuantitatif digunakan
Lebih terperinci3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).
3 Percobaan 3.1 Bahan dan Alat 3.1.1 Bahan Bahan yang digunakan untuk menyerap ion logam adalah zeolit alam yang diperoleh dari daerah Tasikmalaya, sedangkan ion logam yang diserap oleh zeolit adalah berasal
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April September 2013 bertempat di
27 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan April September 2013 bertempat di Laboratorium Kimia dan Biokimia, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian,
Lebih terperinciBAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian
BAB V METODOLOGI Penelitian ini akan dilakukan 2 tahap, yaitu : Tahap I : Tahap perlakuan awal (pretreatment step) Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Keadaan Lokasi Pengambilan Sampel Sampel yang digunakan adalah sampel bermerek dan tidak bermerek yang diambil dibeberapa tempat pasar
Lebih terperinciKumpulan Laporan Praktikum Kimia Fisika PERCOBAAN VI
PERCOBAAN VI Judul Percobaan : DESTILASI Tujuan : Memisahkan dua komponen cairan yang memiliki titik didih berbeda. Hari / tanggal : Senin / 24 November 2008. Tempat : Laboratorium Kimia PMIPA FKIP Unlam
Lebih terperinciMAKALAH ALAT INDUSTRI KIMIA ABSORPSI
MAKALAH ALAT INDUSTRI KIMIA ABSORPSI Disusun Oleh : Kelompok II Salam Ali 09220140004 Sri Dewi Anggrayani 09220140010 Andi Nabilla Musriah 09220140014 Syahrizal Sukara 09220140015 JURUSAN TEKNIK KIMIA
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA 1113016200027 ABSTRAK Larutan yang terdiri dari dua bahan atau lebih disebut campuran. Pemisahan kimia
Lebih terperinciBlanching. Pembuangan sisa kulit ari
BAB V METODOLOGI 5.1 Pengujian Kinerja Alat Press Hidrolik 5.1.1 Prosedur Pembuatan Minyak Kedelai Proses pendahuluan Blanching Pengeringan Pembuangan sisa kulit ari pengepresan 5.1.2 Alat yang Digunakan
Lebih terperinciTRANSFER MASSA ANTAR FASE. Kode Mata Kuliah :
TRANSFER MASSA ANTAR FASE Kode Mata Kuliah : 2045330 Bobot : 3 SKS ALAT-ALAT TRANSFER MASSA Perancangan alat transfer massa W A = W A = N A A jumlah A yang ditransfer waktu N A : Fluks molar atau massa
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel dan Tempat Penenlitian. Sampel yang diambil berupa tanaman MHR dan lokasi pengambilan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel dan Tempat Penenlitian Sampel yang diambil berupa tanaman MHR dan lokasi pengambilan sampel yaitu, di sekitar kampus Universitas Pendidikan Indonesia,
Lebih terperinciEKSTRAKSI Ekstraksi padat-cair Ekstraksi cair-cair Ekstraksi yang berkesinambungan Ekstraksi bertahap Maserasi metode ekstraksi padat-cair bertahap
EKSTRAKSI Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan substansi dari campurannya dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Berdasarkan bentuk campuran yang diekstraksi, dapat dibedakan dua macam ekstraksi yaitu
Lebih terperinciWidya Kusumaningrum ( ) Page 1
Penentuan Koefisien Distribusi Tujuan: Menentukan koefisien distribusi I 2 dalam sistem air-kloroform Widya Kusumanngrum (1112016200005) Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Lebih terperinciJason Mandela's Lab Report
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I PERCOBAAN-4 KINETIKA ADSORPSI Disusun Oleh: Nama : Jason Mandela NIM :2014/365675/PA/16132 Partner : - Dwi Ratih Purwaningsih - Krisfian Tata AP - E Devina S - Fajar Sidiq
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.
BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014. 2. Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Teknik Pengolahan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 22 23 3.2 Metode Penelitian Penelitian ini
Lebih terperinciBABffl METODOLOGIPENELITIAN
BABffl METODOLOGIPENELITIAN 3.1. Baban dan Alat 3.1.1. Bahan-bahan yang digunakan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah CPO {Crude Palm Oil), Iso Propil Alkohol (IPA), indikator phenolpthalein,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan secara eksperimental laboratorium. B. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fakultas
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II ENERGI KESETIMBANGAN FASA Sabtu, 19 April 2014
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II ENERGI KESETIMBANGAN FASA Sabtu, 19 April 2014 Di Susun Oleh: Ipa Ida Rosita 1112016200007 Kelompok 2 Widya Kusumaningrum 1112016200005 Nurul mu nisa A. 1112016200008
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN OTK di bidang Teknik Kimia?
BAB I. PENDAHULUAN OTK di bidang Teknik Kimia? Aplikasi dasar-dasar ilmu pengetahuan alam yang dirangkai dengan dasar ekonomi dan hubungan masyarakat pada bidang yang berkaitan Iangsung dengan proses dan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai
30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai macam alat gelas, labu Kjeldahl, set alat Soxhlet, timble ekstraksi, autoclave, waterbath,
Lebih terperinciKadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu
40 Lampiran 1. Prosedur analisis proksimat 1. Kadar air (AOAC 1995, 950.46) Cawan kosong yang bersih dikeringkan dalam oven selama 2 jam dengan suhu 105 o C dan didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. diekstrak dari limbah pabrik tekstil sebagai inihibitor korosi dalam media yang
43 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian Garis besar penelitian ini adalah pengujian potensi senyawa azo yang diekstrak dari limbah pabrik tekstil sebagai inihibitor korosi dalam media yang sesuai
Lebih terperinciLaporan Praktikum Kimia
Laporan Praktikum Kimia Membuat Larutan Na2S2O3( Natriumthiosulfat) disusun oleh: Natasya Octavia Indrawan ( 20 ) Kelas: XI IPA 1 SMA MARDI YUANA BOGOR Jl Siliwangi No. 50 Sukasari 2012-2013 KATA PENGANTAR
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II DIAGRAM TERNER SISTEM ZAT CAIR TIGA KOMPONEN Oleh : Nama : Ni Made Susita Pratiwi Nim : 1008105005 Kelompok : II Tanggal Praktikum : 9 April 2012 LABORATORIUM KIMIA FISIK
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-
18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang- Cihideung. Sampel yang diambil adalah CAF. Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telah kita ketahui bahwa materi terdiri dari unsur, senyawa, dan campuran. Campuran dapat dipisahkan melalui beberapa proses pemisahan campuran secara fisika dimana
Lebih terperinciPenelitian ini akan dilakukan dengan dua tahap, yaitu : Tahap I: Tahap perlakuan awal (pretreatment step)
BAB V METODOLOGI 5.1. Pengujian Kinerja Alat yang digunakan Penelitian ini akan dilakukan dengan dua tahap, yaitu : Tahap I: Tahap perlakuan awal (pretreatment step) 1. Menimbang Variabel 1 s.d 5 masing-masing
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reaksi-reaksi kimia berlangsung antara dua campuran zat, bukannya antara dua zat murni. Salah satu bentuk yang umum dari campuran ialah larutan. Larutan memainkan peran
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari Bulan Maret sampai Bulan Juni 2013. Pengujian aktivitas antioksidan, kadar vitamin C, dan kadar betakaroten buah pepaya
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas
BAB III METODE PENELITIAN Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas minyak belut yang dihasilkan dari ekstraksi belut, dilakukan penelitian di Laboratorium Riset Kimia Makanan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif yang ditunjang studi pustaka. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia Analis Kesehatan
Lebih terperinciPENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI
PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI 26 April 2014 DI SUSUN OLEH : NURUL MU NISAH AWALIYAH 1112016200008 Kelompok 1 : 1. Ipa Ida Rosita (1112016200007) 2. Putri Dewi Malya Fatimah (1112016200011) PROGRAM STUDI
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I DIAGRAM TERNER (SISTEM ZAT CAIR TIGA KOMPONEN)
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I DIAGRAM TERNER (SISTEM ZAT CAIR TIGA KOMPONEN) Oleh : Nama : I Gede Dika Virga Saputra NIM : 1108105034 Kelompok : IV.B JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
Lebih terperinci4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat
NP 4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat CEt + FeCl 3 x 6 H 2 CEt C 8 H 12 3 C 4 H 6 C 12 H 18 4 (156.2) (70.2) (270.3) (226.3) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Adisi
Lebih terperinciALAT TRANSFER MASSA ABSORBER DAN STRIPPER
PMD D3 Sperisa Distantina ALAT TRANSFER MASSA ABSORBER DAN STRIPPER Silabi D3 Teknik Kimia: 1. Prinsip dasar alat transfer massa absorber dan stripper. 2. Variabel-variabel proses alat absorber dan stripper.
Lebih terperinciPMD D3 Sperisa Distantina EKSTRAKSI CAIR-CAIR
Peserta kuliah harus membawa: 1. kertas grafik milimeter 2. pensil/ballpoint berwarna 3. penggaris PM 3 perisa istantina EKTRKI CIR-CIR Ekstraksi adalah proses pemisahan satu atau lebih komponen dari suatu
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 LOKASI PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analisa dan Laboratorium Proses Industri Kimia, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Sumatera
Lebih terperinciPraktikum Kimia Fisika II Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah & Asam Kuat
I. Judul Percobaan Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah & dalam Suasana Asam Kuat II. Tanggal Percobaan Senin, 8 April 2013 pukul 11.00 14.00 WIB III. Tujuan Percobaan Menentukan orde reaksi
Lebih terperinciADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAMPIRAN Lampiran 1. Data Absorbansi Larutan Naphthol Blue Black pada Berbagai Konsentrasi No. Konsentrasi (ppm) Absorbansi 1. 3 0.224 2. 4 0,304 3. 5 0,391 4. 6 0,463 5. 7 0,547 6. 8 0,616 7. 9 0,701
Lebih terperinciPERCOBAAN I PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN
PERCOBAAN I PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN I. TUJUAN PERCOBAAN Tujuan percobaan praktikum ini adalah agar praktikan dapat membuat larutan dengan konsentrasi tertentu, mengencerkan larutan,
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli September 2013 bertempat di
III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli September 2013 bertempat di Laboratorium Pengolahan Limbah Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian dan Laboratorium
Lebih terperinciHASIL KALI KELARUTAN (Ksp)
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA HASIL KALI KELARUTAN (Ksp) NAMA : YUSI ANDA RIZKY NIM : H311 08 003 KELOMPOK : II (DUA) HARI/TGL PERC. : SENIN/08 MARET 2010 ASISTEN : FITRI JUNIANTI LABORATORIUM KIMIA FISIKA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Produksi bahan bakar alternatif (biofuel) saat ini mendapat perhatian lebih dari beberapa pemerintahan di seluruh dunia. Beberapa pemerintahan telah mengumumkan komitmen
Lebih terperinciBAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif
BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif Departemen Farmasi FMIPA UI, dalam kurun waktu Februari 2008 hingga Mei 2008. A. ALAT 1. Kromatografi
Lebih terperinciBAB III METODA PENELITIAN. Secara umum, proses penelitian ini terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama
BAB III METODA PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Secara umum, proses penelitian ini terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama adalah mengekstrak polipeptida dari ampas kecap melalui cara pengendapan dengan
Lebih terperinciBahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Minyak goreng bekas
BABHI METODA PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat 3.1.1. Bahan-bahan yang digunakan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Minyak goreng bekas yang diperoleh dari salah satu rumah makan di Pekanbaru,
Lebih terperinciSATUAN OPERASI-2 ABSORPSI I. Disusun Oleh:
SATUAN OPERASI-2 ABSORPSI I Kelas : 4 KB Kelompok Disusun Oleh: : II Ari Revitasari (0609 3040 0337) Eka Nurfitriani (0609 3040 0341) Kartika Meilinda Krisna (0609 3040 0346) M. Agus Budi Kusuma (0609
Lebih terperinciPRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 2 EQUILIBRIUM STILL
PRKTIKUM OPERSI TEKNIK KIMI II MODUL 2 EQUILIRIUM STILL LORTORIUM RISET DN OPERSI TEKNIK KIMI PROGRM STUDI TEKNIK KIM FKULTS TEKNOLOGI INDUSTRI UPN VETERN JW TIMUR SURY EQUILIRIUM STILL TUJUN Percobaan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan tahapan isolasi selulosa dan sintesis CMC di Laboratorium Kimia Organik
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Desain dan Sintesis Amina Sekunder
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Sintesis amina sekunder rantai karbon genap dan intermediat-intermediat sebelumnya dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Institut Pertanian Bogor. Sedangkan
Lebih terperinciENERGI KESETIMBANGAN FASA
ENERGI KESETIMBANGAN FASA NURUL MU NISAH AWALIYAH 1112016200008 Kelompok 2 : 1. Ipa Ida Rosita 2. Putri Dewi M.F PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH
Lebih terperinciPERCOBAAN I PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS
PERCOBAAN I PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS I. Tujuan 1. Menentukan berat molekul senyawa CHCl 3 dan zat unknown X berdasarkan pengukuran massa jenis gas secara eksperimen
Lebih terperinciPENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH
PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : 19630504 198903 2 001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, tanggal
Lebih terperincir = pengulangan/replikasi 15 faktor nilai derajat kebebasan Penurunan bilangan peroksida pada minyak jelantah.
23 Keterangan : t = perlakuan/treatment r = pengulangan/replikasi 15 faktor nilai derajat kebebasan D. Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas (Independent) Variasi lama perendaman selama 2, 3, 4, 5, dan
Lebih terperinciPRAKTIKUM KIMIA ORGANIK. Percobaan 1 PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT CAIR. Distilasi dan Titik Didih
PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK Percobaan 1 PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT CAIR Distilasi dan Titik Didih Disusun oleh : NAMA : FAJRI ZAKIYYATU SA ADAH NPM : 10060312091 SHIFT / KELOMPOK : C / 2 TANGGAL PRAKTIKUM
Lebih terperinciIII. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di
30 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 - Januari 2013, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.
Tegangan Permukaan (dyne/cm) Tegangan permukaan (dyne/cm) 6 dihilangkan airnya dengan Na 2 SO 4 anhidrat lalu disaring. Ekstrak yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan radas uap putar hingga kering.
Lebih terperincipengenceran larutan PENDAHULUAN
pengenceran larutan PENDAHULUAN Latar belakang Larutan baku atau larutan standar y.i larutan yang konsentrasinya sudah diketaui dengan pasti. Untuk mengetahui konsentrasinya larutan tersebut harus dibakukan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TOMAT (Lycopersicum esculentum) Tomat (Lycopersicum esculentum) merupakan salah satu sayuran yang paling banyak dikonsumsi, dan telah menjadi tanaman sayuran yang paling penting
Lebih terperinciNgatijo, dkk. ISSN Ngatijo, Pranjono, Banawa Sri Galuh dan M.M. Lilis Windaryati P2TBDU BATAN
181 PENGARUH WAKTU KNTAK DAN PERBANDINGAN FASA RGANIK DENGAN FASA AIR PADA EKSTRAKSI URANIUM DALAM LIMBAH CAIR MENGGUNAKAN EKSTRAKTAN DI-2-ETIL HEKSIL PHSPHAT Ngatijo, Pranjono, Banawa Sri Galuh dan M.M.
Lebih terperinciKLASIFIKASI PADATAN MENGGUNAKAN ALIRAN FLUIDA
Yogyakarta, 3 November 212 KLASIFIKASI PADATAN MENGGUNAKAN ALIRAN FLUIDA Ir. Adullah Kuntaarsa, MT, Ir. Drs. Priyo Waspodo US, MSc, Christine Charismawaty Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA ISOTHERM ADSORPSI Oleh : Kelompok 2 Kelas C Ewith Riska Rachma 1307113269 Masroah Tuljannah 1307113580 Michael Hutapea 1307114141 PROGRAM SARJANA STUDI TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo yaitu SMPN 1 Gorontalo, SMPN 2 Gorontalo, SMPN 3 Gorontalo,
22 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini telah dilakukan pada 7 Sekolah Menengah Pertama Kota Gorontalo yaitu SMPN 1 Gorontalo, SMPN 2 Gorontalo,
Lebih terperinciPembuatan Koloid, Denaturasi Protein dan Lem Alami
Pembuatan Koloid, Denaturasi Protein dan Lem Alami I. Tujuan Pada percobaan ini akan dipelajari beberapa hal mengenai koloid,protein dan senyawa karbon. II. Pendahuluan Bila garam dapur dilarutkan dalam
Lebih terperinciMETODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel
METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku Bahan baku yang digunakan untuk penelitian ini adalah gliserol kasar (crude glycerol) yang merupakan hasil samping dari pembuatan biodiesel. Adsorben
Lebih terperinci4025 Sintesis 2-iodopropana dari 2-propanol
4025 Sintesis 2-iodopropana dari 2-propanol OH I + 1/2 I 2 + 1/3 P x + 1/3 P(OH) 3 C 3 H 8 O (60.1) (253.8) (31.0) C 3 H 7 I (170.0) (82.0) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Substitusi nukleofilik
Lebih terperinciDiagram Fasa Zat Murni. Pertemuan ke-1
Diagram Fasa Zat Murni Pertemuan ke-1 Perubahan Fasa di Industri Evaporasi Kristalisasi Diagram Fasa Diagram yang bisa menunjukkan, pada kondisi tertentu (tekanan, suhu, kadar, dll) zat tersebut berfasa
Lebih terperinciSintesis partikel Fe 0. % degradasi. Kondisi. Uji kinetika reaksi
LAMPIRAN 13 14 Lampiran 1 Bagan alir penelitian Sintesis partikel Fe 0 Uji degradasi dengan DBS (penentuan rasio konsentrasi partikel Fe 0 /sampel, waktu degradasi, dan ph terbaik) Uji degradasi dengan
Lebih terperinciMetodologi Penelitian
Bab III Metodologi Penelitian Pembuatan larutan buffer menggunakan metode pencampuran antara asam lemah dengan basa konjugasinya. Selanjutnya larutan buffer yang sudah dibuat diuji kemampuannya dalam mempertahankan
Lebih terperinciDESTILASI, RESIN PENUKAR ION DAN PEMURNIAN
Nama : Suryani Rizki NRP : 113020097 Asisten : Dandy Yusuf DESTILASI, RESIN PENUKAR ION DAN PEMURNIAN DESTILASI Destilasi atau penyulingan adalah suatu proses pemisahan komponen yang berdasarkan pada perbedaan
Lebih terperinci