Upaya Peningkatan Kerjasama INDONESIA - AS DI SEKTOR PERTAMBANGAN

dokumen-dokumen yang mirip
POTENSI DAN MASALAH PULAU PERBATASAN: KABUPATEN PULAU MOROTAI DAN KABUPATEN PULAU RAJA AMPAT

Dinamika Politik Pemekaran Daerah

Prayudi POSISI BIROKRASI DALAM PERSAINGAN POLITIK PEMILUKADA

SINKRONISASI DAN HARMONISASI HUKUM PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH: STUDI DI PROVINSI BALI

Penyunting: DR. Harsanto Nursadi, S.H., M.Si. PUTUSAN PENGADILAN TERKAIT SENGKETA TANAH DI INDONESIA

Dr.jur Udin Silalahi, SH., LL.M. KAJIAN SEPUTAR PROBLEMATIKA KEUANGAN NEGARA, ASET NEGARA, DAN KEKAYAAN NEGARA YANG DIPISAHKAN

TENAGA KERJA: PERSPEKTIF HUKUM, EKONOMI, DAN SOSIAL

PENGENTASAN KEMISKINAN MASYARAKAT SEKITAR HUTAN KONSERVASI: Studi Pemberdayaan Masyarakat Melalui Model Desa Konservasi. Sri Nurhayati Qodriyatun

KEBIJAKAN PEMERINTAHAN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

KEJAHATAN TRANSNASIONAL DI INDONESIA DAN UPAYA PENANGANANNYA. Penyunting Humphrey Wangke

Ujianto Singgih Prayitno KONTEKSTUALISASI KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

PENCEGAHAN TINDAK PIDANA KORUPSI

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PNPM-MANDIRI PERKOTAAN DI KOTA BATAM (Sebuah Perspektif Intervensi Sosial)

PEMANASAN GLOBAL DAN PERUBAHAN IKLIM. Penyunting Poltak Partogi Nainggolan

Humphrey Wangke TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP INDONESIA

Judul: Perlindungan TKI Perempuan Sektor Informal

INTER-PARLIAMENTARY UNION DAN AGENDA GLOBAL ABAD 21

Prof. Dr. Syamsuddin Haris, M.Si. PELAKSANAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

Editor: DR. Lili Romli DPR RI PERIODE : Catatan Akhir Masa Bakti

Bunga Rampai Model Penyelenggaraan

TENAGA KERJA INDONESIA: ANTARA KESEMPATAN KERJA, KUALITAS, DAN PERLINDUNGAN. Penyunting: Sali Susiana

MASALAH NEGARA KEPULAUAN Di ERA GLOBALISASI

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

FUNGSI LEGISLASI: PEmbENtUkAN dan PELAkSANAAN beberapa UNdANG-UNdANG republik INdoNESIA

KEBIJAKAN DAN IMPLEMENTASI OTONOMI KHUSUS DI PAPUA DAN ACEH

SIARAN PERS. Realisasi Investasi Triwulan II Tahun 2017 Mencapai Rp 170,9 Triliun

HUKUM EKONOMI AGUNG EKO PURWANA, SE, MSI.

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BAB I PENDAHULUAN. antara satu negara dengan negara lainnya. Salah satu usaha yang selalu dilakukan

Tentang Pemurnian dan Pengolahan Mineral di Dalam Negeri

PEMBANGUNAN SOSIAL: WACANA, IMPLEMENTASI DAN PENGALAMAN EMPIRIK. Penyunting: Dr. Ujianto Singgih Prayitno, M.Si

Oleh Rangga Prakoso dan Iwan Subarkah

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... 1 LEMBAR PENGESAHAN 2 LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TESIS.. 3 KATA PENGANTAR. 4 ABSTRACK... 7 INTISARI 8 DAFTAR ISI...

Realisasi Investasi PMDN dan PMA Tahun 2017 Melampaui Target

KEBIJAKAN UMUM SEKTOR PERTAMBANGAN

POLITIK PEMILUKADA 2010: Sebuah Kajian Terhadap Penyelenggaraan Pemilukada di Dumai dan Indragiri Hulu

HUKUM ADAT DAN KEARIFAN LOKAL

Apa alasan Freeport inengajukan perpanjangan kontrak karya di Papua hingga 2041?

Siaran Pers. Realisasi Investasi Januari-September 2016 Mencapai Rp 453 Triliun

Berdasarkan hasil penyelidikan awal, pit Batu Hijau berpotensi dikembangkan ke fase 7

n.a n.a

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

Jakarta, 29 Juli 2016 Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas

BAB II DESKRIPSI INDUSTRI PERTAMBANGAN

Tadinya, PT Freeport mematok penjualan emas akan 50,5% dibanding tahun lalu

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

Feliza Zubair CSR, PR, & Etika Bisnis

ISU PERDAGANGAN DAN INDUSTRI SEBAGAI KEBIJAKAN STRATEGIS DAERAH DALAM MENGAHADAPI GLOBALISASI DAN LIBERALISASI. Editor: Rusdy Syahra, Ph.

CAPAIAN SUB SEKTOR MINERAL DAN BATUBARA SEMESTER I/2017

(TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG SUMBER DAYA MINERAL TAHUN ANGGARAN

Boks.1 MODEL PENGELOLAAN PERTAMBANGAN BATUBARA YANG BERKELANJUTAN

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

STRATEGI PEMBELAJARAN

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta

Ditulis oleh David Dwiarto Senin, 05 November :53 - Terakhir Diperbaharui Senin, 05 November :13

Dr. Ujianto Singgih Prayitno, M.Si. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 1992 TENTANG PERSYARATAN PEMILIKAN SAHAM DALAM PERUSAHAAN PENANAMAN MODAL ASING

REPRESENTASI PEREMPUAN DALAM LEMBAGA LEGISLATIF

DAFTAR ISI. Sampul Depan. 1. Daftar Isi Bab I : Pendahuluan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Pengertian...

Bedah Permen ESDM No. 7 Tahun Tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

Sanksi Pelanggaran Pasal 72: Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 9/Okt-Des/2016

BAB I PENDAHULUAN. kepulauan Indonesia dengan jumlah yang sangat besar seperti emas, perak, nikel,

OLAHRAGA DAN BENCANA. (Kontribusi Olahraga dalam Pemulihan Pasca Bencana)

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sektor. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

Mudah Membuat Referensi & Bibliografi

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia

CAPAIAN Februari 2016 KOMITMEN INVESTASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 1992 TENTANG PERSYARATAN PEMILIKAN SAHAM DALAM PERUSAHAAN PENANAMAN MODAL ASING

Mekanisme Investasi Modal Asing Dalam Pertambangan Nasional

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAVA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR: 25 TAHUN 2008 TENTANG

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN

Bentuk Laporan Kegiatan Penanaman Modal Tahap Pembangunan LAPORAN KEGIATAN PENANAMAN MODAL TAHAP PEMBANGUNAN

Prof.Dr.Azhar Susanto,MBus,CPA,Ak,CA Universitas Padjadjaran

Prof. Dr. Drs. H. Budiman Rusli, M.S. Isu-isu Krusial ADMINISTRASI PUBLIK KONTEMPORER

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Repub

IZIN DICABUT, CHURCHILL MINING GUGAT PEMERINTAH USD 2 MILIAR

RINGKASAN DATA DAN INFORMASI PENANAMAN MODAL PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2017 KONDISI S.D. 30 JUNI 2017

Strategi dan Kebijakan Investasi di Indonesia Selasa, 25 Maret 2008

BAB I PENDAHULUAN. Krisis multi-dimensional yang terjadi akhir-akhir ini secara global, baik krisis

Mendesain 3 Dimensi Secara Cepat dengan AutoCAD 2008

Analisis dan Perencanaan Stuktur Beton Bertulang

Prof. Carunia Mulya Firdausy, MADE, Ph. D., APU SINERGI, PEMBIAYAAN, PERAN MASYARAKAT, DAN DAYA SAING DALAM PENGUATAN KONEKTIVITAS NASIONAL

RANCANGAN UNDANG-UNDANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

Dilema Ancaman PHK dan UU Minerba. Ditulis oleh David Dwiarto Rabu, 08 Januari :27 - Terakhir Diperbaharui Rabu, 08 Januari :29

KEYNOTE SPEECH BIMBINGAN TEKNIS REKLAMASI DAN PASCATAMBANG

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Keberhasilan atau tidaknya pembangunan ekonomi di suatu negara

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 81/PUU-XIII/2015 Ijin Usaha Pertambangan Operasi Produksi

Sistem Informasi Manajemen Integrasi subsistem dan komponennya

Kinerja Ekspor Nonmigas Indonesia Tahun 2017

Ditulis oleh David Dwiarto Rabu, 20 November :02 - Terakhir Diperbaharui Rabu, 20 November :20

Pusat Sumber Daya Geologi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Bandung, Maret 2015

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

Tambang Batu Hijau, Indonesia

BAB III UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA. A. Profil Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

Upaya Peningkatan Kerjasama INDONESIA - AS DI SEKTOR PERTAMBANGAN (Studi di PT. Freeport Indonesia dan PT. Newmont Nusa Tenggara) Editor: Humphrey Wangke Diterbitkan oleh: P3DI Setjen DPR Republik Indonesia dan Azza Grafika

Judul: Upaya Peningkatan Kerjasama Indonesia - AS di Sektor Pertambangan (Studi di PT. Freeport Indonesia dan PT. Newmont Nusa Tenggara) Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) viii+160 hlm.; 17x24 cm Cetakan Pertama, 2012 ISBN: 978-979-9052-71-1 Penulis: Trias Palupi Kurnianingrum Humphrey Wangke Tri Rini Puji Lestari Sita Hidriyah Simela Victor Muhamad Editor: Humphrey Wangke Desain Sampul: Fery C. Syifa Penata Letak: Zaki Diterbitkan oleh: Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR Republik Indonesia Gedung Nusantara I Lt. 2 Jl. Jenderal Gatot Subroto Jakarta Pusat 10270 Telp. (021) 5715409 Fax. (021) 5715245 Bersama: Azza Grafika, Anggota IKAPI DIY, No. 078/ DIY/ 2012 Kantor Pusat: Jl. Seturan II CT XX/128 Yogyakarta Telp. +62 274-6882748 Perwakilan Jabodetabek: Graha Azza Grafika Perumahan Alam Asri B-1 No. 14 Serua Bojongsari Kota Depok 16520 Telp. +62 21-49116822 Sanksi Pelanggaran Pasal 72 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta 1. Barangsiapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (1) atau Pasal 49 Ayat (1) dan Ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidanan penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) 2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait sebagai dimaksud pada ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

KATA PENGANTAR AS merupakan negara industri maju yang sangat tergantung pada luar negeri untuk pemenuhan kebutuhan mineralnya di dalam negeri. Seperti misalnya pada tahun 1985 negara ini mengimpor lebih dari 90 persen kebutuhan akan mangan, platina, mika, bauksit, kobalt, tantalium, dan kolombium. AS mengimpor lebih dari 33 mineral yang strategis dari luar negeri. 13 mineral di antaranya untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya yang terkait dengan kegiatan ekonomi dengan pasokan yang sangat terbatas dan rawan untuk dihentikan. Kobalt, kromium, mangan dan platina merupakan kelompok mineral yang termasuk dalam first tier karena sangat penting bagi kehidupan AS. AS membutuhkan mineral yang tergolong first tier itu untuk memenuhi kebutuhan militer dan sipil. Ironisnya, AS justru mempercayai negara-negara yang secara politik tidak stabil atau rezim yang represif dalam memenuhi kebutuhan mineral di dalam negerinya. Seperti misalnya pada awal dekade tahun 1980-an, AS banyak mengimpor kromium, mangan dan platina dari Afrika Selatan. AS juga mengimpor kebutuhan kobaltnya dari negara Zaire pada tahun 1980-an. Selama periode yang sama, AS juga mengimpor tembaga dalam jumlah besar dari Chili. Meskipun terjadi pelanggaran HAM di negara-negara tersebut, AS tetap melanjutkan impor mineral dari negaranegara itu yang berarti mendukungnya secara ekonomis. Konsekuensinya, AS harus mengkompromikan antara pemenuhan kebutuhan sumber daya mineral di dalam negeri dengan dukungan terhadap negara-negara yang represif. Tapi sayangnya, AS tidak mampu mengurangi ketergantungannya terhadap sumber-sumber mineral dari luar negeri karena hanya sedikit negara yang menghasilkan mineral yang dibutuhkannya. Memasuki abad ke 21, AS tetap menjadi negara yang sangat tergantung pada sumber-sumber mineral yang berada di luar negeri. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan mineral, AS akan lebih bergantung pada kebaikan negara-negara yang sering mengalami pergolakan politik. Akibatnya, pemenuhan kebutuhan mineral AS sering terganggu. Karena itu sangat mungkin di masa depan pemenuhan kebutuhan mineral AS akan mengalami gangguan lagi. Ketika negara-negara di Afrika mengalami pergolakan, maka dapat dipastikan bahwa pasokan mineral ke AS akan terganggu. Karena ketergantungannya terhadap kebutuhan mineral yang strategis ini, AS harus menjalani politik luar negeri yang bersifat ganda. Di satu sisi ia iii

mengkritik kondisi politik dalam negeri suatu negara, tetapi di lain sisi ia terus mengimpor bahan-bahan mineral dari negara tersebut. Dengan tingkat kebutuhan mineral di dalam negerinya yang sangat tinggi, AS terus berusaha mencari negara yang mempunyai kekayaan mineral yang dapat diandalkan untuk memenuhi kebutuhan pasokan didalam negerinya. Indonesia merupakan salah satunya. Hal ini dibuktikan dengan kecepatan AS untuk memanfaatkan kesempatan pertama yang dberikan oleh Presiden Soeharto kepada investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Berlakunya UU No 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dimanfaatkan AS dengan menghadirkan PT Freeport McMoran di bumi cenderawasih untuk melakukan penambangan tembaga dan bauksit di kawasan itu. Kontrak Karya (KK) yang dilakukan oleh PT Freeport McMoran terjadi pada tahun 1971 dan 1991. KK tahun 1971 untuk penambangan Gunung Ertsberg atau Gunung Bijih Timur dan KK 1991 untuk penambangan Gunung Grasberg. AS tidak dapat mengesampingkan posisi strategis Indonesia sebagai penghasil mineral karena Indonesia merupakan negara terbesar kedua dunia sebagai penghasil timah dan negara ketiga terbesar dunia dalam produksi batubara. Indonesia juga merupakan negara ketiga terbesar di dunia sebagai produsen tembaga, posisi kelima dan ketujuh sebagai penghasil nikel dan emas. Dengan kekayaan alam seperti itu, pada tahun 2009 Indonesia memperoleh pemasukan dari sumber-sumber energi dan mineral hingga 24 persen dari total pendapatan nasional. Tapi ironisnya, meskipun secara keseluruhan sumbersumber mineral Indonesia menduduki peringkat 6 dunia akan tetapi investasi di sektor pertambangan hanya menduduki peringkat 46 dunia. Data yang dimiliki oleh Indonesia Mining Association (IMA) menyebutkan bahwa hingga tahun 2010, jumlah investasi di sektor pertambangan mencapai 41,8 miliar dolar AS. Karena itu Indonesia mempunyai potensi besar untuk meningkatnya jumlah nilai investasi asing di sektor pertambangan. Peluang ke arah itu cukup besar karena Indonesia menyimpan cadangan mineral yang masih tergolong besar. Untuk nikel, jumlah cadangan mencapai 1,8 miliar ton, untuk timah jumlah cadangan mencapai 650.000 ton, bauksit 726 ribu ton, sedangkan emas mencapai sekitar 5 ribu ton. Dengan situasi dan kondisi seperti itu, Indonesia berharap, AS bersedia meningkatkan investasinya di Indonesia. Hingga saat ini AS merupakan salah satu negara dengan investasi terbesar di Indonesia bersama Singapura, Jepang, Belanda dan Korea Selatan. Indonesia berharap AS merealisasikan janjinya untuk meningkatkan investasinya di Indonesia, seperti yang sebelumnya disampaikan Presiden Amerika Serikat Barack Obama saat berkunjung ke Indonesia yaitu menjadikan investasi dan perdagangan Amerika nomor satu terbesar di Indonesia. Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), AS merupakan salah satu negara dengan nilai investasi terbesar di Indonesia. Selama kurun iv

waktu 2000-2010, total nilai investasi Amerika Serikat adalah 3.540 juta dolar. Pada kuartal pertama tahun 2011, nilai investasi dari Amerika Serikat mencapai 359,1 juta dolar. Komitmen AS untuk meningkatkan hubungan perdagangan dan investasi dengan Indonesia dilakukan melalui penandatangan US-Indonesia Comprehensive Partnership. Perdagangan kedua negara pada tahun 2010 mencapai nilai 23,4 miliar dolar AS. Pada kuartal pertama tahun 2011, ekspor AS ke Indonesia meningkat 17 persen dibandingkan waktu yang sama tahun 2010, sementara impor dari Indonesia meningkat 22 persen. Indonesia tetap menjadi prioritas utama perdagangan AS melalui pemberian fasilitas Generalized System of Preferences (GSP) sehingga hampir 1,9 miliar dolar AS produk Indonesia memasuki pasaran di AS. Sementara di bidang investasi, pada tahun 2009 investasi langsung AS di Indonesia mencapai 1,6 miliar dolar AS, sementara investasi Indonesia di AS sejak tahun 2008 mencapai total 256 juta dolar AS. Indonesia dan AS telah membentuk Trade and Investment Framework Agreement (TIFA) untuk membicarakan setiap hambatan di sektor perdagangan terutama untuk sektor farmasi, produk pertanian, dan energi. Kesiapan Indonesia untuk menarik investor asing lebih banyak lagi ditunjukkan dengan diterbitkannya UU No. 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara untuk menggantikan UU No. 11 tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan yang sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Ada catatan menarik dari UU yang baru ini. Dalam banyak hal rumusan kebijaksanaan sangat berbeda dengan UU sebelumnya. Perbedaan-perbedaan tersebut antara lain dalam hal: 1. Dasar hukum dan bentuk perizinan usaha pertambangan; 2. Desentralisasi wewenang pengurusan dan pengelolaan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah; 3. Penggolongan (pengelompokan) usaha pertambangan; 4. Pemberian perlakuan yang sama bagi PMA (Penanaman Modal Asing) dan PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri). Selain itu, UU No. 4 tahun 2009 cukup mengatur hal-hal yang berkenaan dengan lingkungan hidup, pengembangan masyarakat, pemberdayaan masyarakat, dan lain-lain, yang belum atau tidak diatur dalam UU No. 11 tahun 1967. Karena itu, terbitnya UU yang baru ini telah menimbulkan kontroversi karena berbagai penyesuaian yang harus dilakukan oleh perusahaan-perusahan pertambangan yang telah beroperasi di Indonesia. Berkaitan dengan hal ini, tim Hubungan Indonesia Setjen DPRRI mengadakan penelitian di dua perusahaan pertambangan AS yang beroperasi di Indonesia yaitu PT Freeport Indonesia dan PT Newmont Nusa Tenggara. Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauhmana kedua perusahaan ini mau melakukan penyesuaian terhadap UU No. 4 Tahun 2009 mengingat kedua pertambangan ini menghasilkan v

mineral yang sangat dibutuhkan oleh AS. Asumsi yang digunakan adalah karena ketergantungan AS terhadap pasokan mineral dari luar negeri sangat tinggi maka seharusnya kedua perusahaan itu mau melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap peraturan perundangan-undangan yang berlaku di Indonesia. Topik penelitian yang kami lakukan mencakup 5 aspek yang penting untuk diketahui yaitu 1. Bidang hukum; 2. Bidang lingkungan hidup; 3. Bidang kesehatan; 4. Bidang ketenagakerjaan; dan 5. Hubungan Indonesia-AS dewasa ini dan di masa depan. Penelitian di bidang hukum adalah yang terkait dengan kewajiban divestasi saham seperti yang diamanatkan Pasal 112 ayat (2) UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Permasalahan lain yang diteliti adalah amanat UU No. 32 Tahun 2004 jo UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, di mana diwajibkan adanya pelimpahan wewenang di bidang pertambangan dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah. Di bidang lingkungan hidup, penelitian terfokus pada upaya yang dilakukan oleh kedua perusahaan itu untuk mengurangi dampak pencemaran akibat kegiatan pertambangan yang dilakukannya. Masalah utama penelitian adalah tailing yang dihasilkan oleh kedua perusahaan ini masih menimbulkan polemik apakah berbahaya untuk kesehatan ataukah tidak. Terkait dengan bidang lingkungan hidup adalah masalah kesehatan. Masalah kesehatan di pertambangan sangat kompleks sebab bukan hanya menyangkut jaminan kesehatan bagi pada pekerjanya tetapi juga bagi masayarakat di sekitar tambang. Masalah sosial lainnya yang diteliti adalah sektor ketenagakerjaan. Telah jamak diketahui bahwa investasi asing banyak mempekerjakan tenaga kerja asing. Karena itu melalui penelitian ini, ingin diketahui bagaimana kedua perusahaan ini mengakomodasi tenaga kerja domestik agar kepentingan Indonesia di dalam mengatasi masalah pengangguran bisa terbantukan. Terakhir adalah pembahasan tentang prospek hubngan kedua negara di bidang investasi di sektor pertambangan. Analisis dalam penelitian ini, kami lakukan dengan lebih memperhatikan aspek kualitatif agar dapat lebih menjelaskan secara luas permasalahan yang hendak diteliti. Tentu saja hasil penelitian ini masih memiliki kekurangankekurangan, karena itu setiap kritik dan masukan sangat kami harapkan untuk kesempurnaan hasil penelitian ini. Editor, Humphrey Wangke vi

DAFTAR ISI Kata Pengantar...iii Daftar Isi...vii Bagian I KAJIAN HUKUM ATAS DIVESTASI SAHAM BIDANG PERTAMBANGAN DI INDONESIA (STUDI KASUS PT. NEWMONT NUSA TENGGARA DAN PT. FREEPORT INDONESIA) Trias Palupi Kurnianingrum...1 BAB I.PENDAHULUAN...3 BAB II.METODE PENELITIAN... 11 BAB III.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 13 BAB IV.KESIMPULAN DAN SARAN... 33 DAFTAR PUSTAKA... 35 Bagian II PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERKELANJUTAN PADA PT. FREEPORT INDONESIA DAN PT. NEWMONT NUSA TENGGARA Humphrey Wangke... 37 BAB I.PENDAHULUAN... 39 BAB II.METODE PENELITIAN... 51 BAB III.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 53 BAB IV.PENUTUP... 69 DAFTAR PUSTAKA... 71 Bagian III CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) BIDANG KESEHATAN Tri Rini Puji Lestari... 75 BAB I.PENDAHULUAN... 77 BAB II.METODE PENELITIAN... 83 BAB III.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 85 BAB IV.KESIMPULAN DAN SARAN... 99 DAFTAR PUSTAKA...101 vii

Bagian IV DINAMIKA PERMASALAHAN PEKERJA TAMBANG INDONESIA PADA PERUSAHAAN TAMBANG AMERIKA SERIKAT YANG BEROPERASI DI INDONESIA Sita Hidriyah...103 BAB I.PENDAHULUAN...105 BAB II.METODE PENELITIAN...111 BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN MASALAH...113 BAB IV.KESIMPULAN...127 DAFTAR PUSTAKA...129 Bagian V KEHADIRAN PT. NEWMONT NUSA TENGGARA DAN PT. FREEPORT INDONESIA DALAM PERSPEKTIF HUBUNGAN INDONESIA-AMERIKA SERIKAT Simela Victor...131 BAB I.PENDAHULUAN...133 BAB II.METODE PENELITIAN...137 BAB III.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...139 BAB IV.KESIMPULAN DAN REKOMENDASI...153 DAFTAR PUSTAKA...155 Biografi Penulis...159.