BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang Kota dan Perkembangannya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Taman Sekartaji merupakan salah satu taman kota bantaran sungai di

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

Rumah Susun Sewa Di Kawasan Tanah Mas Semarang Penekanan Desain Green Architecture

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INDONESIA MOST LIVEABLE CITY INDEX 2011

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jumlah penduduk dan urbanisasi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bagi suatu negara, termasuk Indonesia. Dampak peningkatan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

lib.archiplan.ugm.ac.id

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN TA Latar Belakang PENATAAN KAWASAN PERMUKIMAN SUNGAI GAJAH WONG DI YOGYAKARTA

Most Livable City Index, Tantangan Menuju Kota Layak Huni

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai kota pelajar,kota pariwisata dan kota budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. cenderung mengabaikan masalah lingkungan (Djamal, 1997).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TUGAS AKHIR. Oleh: MELANIA DAMAR IRIYANTI L2D

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREFERENSI BERMUKIM BERDASARKAN PERSEPSI PENGHUNI PERUMAHAN FORMAL DI KELURAHAN MOJOSONGO KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Latar Belakang Obyek. Perkembangan kota tergantung dari lokasi, kepadatan kota, dan berkaitan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 1 PENDAHULUAN

Instrumen Perhitungan Dampak Sosial Ekonomi dan Lingkungan Akibat Konversi Lahan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan ruang terbuka hijau khususnya ruang terbuka hijau publik.

BAB I PENDAHULUAN. 1 diakses 26 februari 2016, Pukul WIB.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial dan budaya dengan sendirinya juga mempunyai warna

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk yang hidup dan tinggal di daerah kota tersebut. Penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atau daerah (Timmer, 2005). Kota layak huni merupakan kota dengan kondisi

PEREMAJAAN PEMUKIMAN RW 05 KELURAHAN KARET TENGSIN JAKARTA PUSAT MENJADI RUMAH SUSUN

BAB III METODE PERANCANGAN. dilakukan berbagai metode perancangan yang bersifat analisa yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah peran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti perangkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan untuk memiliki tempat tinggal yaitu rumah sebagai unit hunian tunggal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan menjelaskan kerangka awal dan tahapan pelaporan pelaksanaan penelitian untuk memberikan gambaran mengenai apa dan

Tujuan Penyediaan Prasarana

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh Undang-undang Republik

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. pusat kota, terutama kawasan bantaran sungai di tengah kota. Status kepemilikan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Yogyakarta Urban Kampung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk kalangan menengah ke-atas (high-middle income). lebih dari batas UMR termasuk golongan menengah ke atas.

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

BAB I PENDAHULUAN. yang terletak di bantaran Sungai Deli, Kelurahan Kampung Aur, Medan. Jika

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun

IDENTIFIKASI MASALAH PERMUKIMAN PADA KAMPUNG NELAYAN DI SURABAYA

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSEMBAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR PETA DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN Jaringan Kereta Api di Surakarta dan Kota-Kota Sekitarnya

Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Jakarta Timur, disebut Jatinegara Kaum karena di sana terdapat kaum, dimana

MLCI tahun 2011: menghadapi tantangan dekade kedua abad 21

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. prasarana lingkungan di kawasan Kelurahan Tegalpanggung Kota Yogyakarta ini

Salah satunya di Kampung Lebaksari. Lokasi Permukiman Tidak Layak

INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DENGAN MEMANFAATKAN TEKNIK PENGINDERAAN JAUH DAN SIG (Studi Kasus: Kecamatan Umbulharjo, Yogyakarta)

PENDAHULUAN BAB I. Latar Belakang. Kota Jakarta, ibukota negara sekaligus sebagai pusat ekonomi dan pusat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. Abstrak... Prakata... Daftar Isi... Daftar Gambar... Daftar Tabel... Daftar Lampiran... Daftar Pustaka...

ISU STRATEGIS DAN REKOMENDASI

PENYUNTING : Ir. Bernardus Djonoputro Ir. Irwan Prasetyo, PhD Ir. Teti Armiati Argo, PhD Ir. Djoko Muljanto Dhani Muttaqin, ST

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk kota Yogyakarta berdasarkan BPS Propinsi UKDW

PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERKOTAAN MELALUI PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU TERINTEGRASI IPAL KOMUNAL

RUMAH SUSUN BURUH PABRIK DI KAWASAN INDUSTRI TERBOYO SEMARANG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Kawasan Ampel (Koridor Jalan Nyamplungan - Jalan Pegirian)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Judul

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

TUGAS AKHIR RUMAH SUSUN SEWA DI KAWASAN INDUSTRI KABUPATEN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Ruang Kota dan Perkembangannya Ruang merupakan unsur penting dalam kehidupan. Ruang merupakan wadah bagi makhluk hidup untuk tinggal dan melangsungkan hidup dan juga merupakan wadah untuk beraktivitas terutama bagi manusia. Menurut Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, definisi ruang yaitu : Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah. Tempat manusia dan makhluk hidup lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya. Sedangkan yang dimaksud dengan kota yaitu sebuah kawasan dengan kepadatan penduduk tinggi dan padat aktivitas atau kegiatan dengan kegiatan dominan non pertanian. Menurut Bintarto (1977) dalam H. Sabari Yunus (2005), kota merupakan wilayah dengan kepadatan penduduk tinggi dan memiliki kesatuan masyarakat yang heterogen baik secara sosial, budaya dan ekonomi serta lebih materialistis. Seiring berjalannya waktu, kota selalu mengalami perkembangan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2015), perkembangan memiliki arti berkembang atau bertambah menjadi lebih besar atau menjadi lebih banyak. Fakta yang tidak dapat dipungkiri adalah bahwa kota memiliki sifat dinamis (selalu berkembang) sedangkan ruang kota memiliki sifat statis (tetap). Perkembangan kota yang diiringi dengan pertambahan penduduk, bertambah padat dan beragamnya aktivitas di dalam kota tentunya menuntut ruang kota 1

untuk dapat menampung dan mewadahi semua yang berlangsung di dalam kota. Gap antara sifat kota yang dinamis dan ruang kota yang bersifat statis sering memicu munculnya permasalahan ruang kota, misalnya seperti permukiman kumuh, minimnya ruang hijau dan ruang publik, kemacetan, banjir dan sebagainya. 1.1.2. Livabilitas Ruang Livabilitas (livability, dalam bahasa inggris) yang juga sering disebut daya hidup merupakan aspek penting yang harus diperhatikan dalam suatu ruang terutama ruang kota. Definisi livabilitas menurut Lynch (1960) yaitu kenyamanan untuk tinggal di dalamnya. Permasalahan ruang kota, yang muncul karena ketidakmampuan ruang kota menampung dan mewadahi seluruh kebutuhan dan aktivitas penduduk kota yang selalu bertambah, tentunya akan menyebabkan livabilitas kota menurun. Berikut beberapa kriteria yang ditetapkan oleh Ikatan Ahli Perencana Indonesia (2014) untuk menilai livabilitas suatu kota : 1. Aspek Tata Ruang (tata kota, RTH) 2. Aspek Lingkungan (kebersihan, polusi) 3. Aspek Transportasi (jalan, angkutan) 4. Aspek Fasilitas Kesehatan 5. Aspek Fasilitas Pendidikan 6. Aspek Infrastruktur-Utilitas (listrik, air, telekomunikasi) 7. Aspek Ekonomi (lapangan kerja, lokasi kerja) 8. Aspek Keamanan 9. Aspek Sosial (kebudayaan, interaksi warga) Livabilitas sangat penting dan harus tercapai dalam suatu kota agar kota tersebut dapat dikatakan sebagai kota layak huni, di mana seluruh penduduk kota dapat hidup, tinggal dan beraktivitas dengan baik dan nyaman di dalam kota. 2

1.1.3. Rusunawa dan Taman Lampion Mendukung Livabilitas Ruang Salah satu permasalahan kota yang sering muncul akibat ruang kota yang tidak mampu mengikuti perkembangan kota yaitu permukiman kumuh. Penduduk kota, yang bertambah terutama karena faktor urbanisasi, tidak dibekali dengan kemampuan yang cukup, sehingga tidak dapat mengakses pekerjaan layak di kota. Ketidakmampuan memperoleh pekerjaan yang layak menyebabkan keterbatasan ekonomi untuk memperoleh tempat tinggal yang layak huni. Dari sinilah muncul permukiman kumuh yaitu permukiman di mana infrastruktur dasar tidak terlayani seperti sanitasi, air bersih, pelayanan sampah, limbah dan sebagainya. Permukiman kumuh tentunya menyebabkan daya hidup suatu kota berkurang. Masyarakat tidak mendapat pelayanan yang layak, sehingga kualitas hidup masyarakat menurun begitu juga dengan kualitas lingkungan kota menurun. Hal ini tentunya menyebabkan kenyamanan untuk hidup dan tinggal di dalam kota berkurang. Salah satu solusi yang dianggap mampu mengatasi permasalahan tersebut yaitu rusunawa, sebuah bangunan bertingkat yang dibangun oleh pemerintah tempat tinggal layak huni bagi masyarakat berpenghasilan rendah di tengah terbatasnya lahan kota dan tingginya kebutuhan hunian. Permasalahan ruang kota lainnya yaitu minimnya ruang hijau dan ruang publik. Bertambahnya aktivitas yang berlangsung dan harus diwadahi oleh kota menyebabkan penggunaan lahan di kota mengabaikan ketersediaan ruang hijau dan ruang publik. Keterbatasan lahan dan tingginya kebutuhan lahan untuk fungsi lain menyebabkan minimnya ruang terbuka hijau dan ruang publik. Hal ini dapat menyebabkan kualitas lingkungan hidup kota menurun dan kualitas hidup masyarakat kota juga menurun. Masyarakat tidak memiliki ruang untuk bersantai, berinteraksi satu sama lain, rekreasi dan bermain serta menurunnya kualitas lingkungan kota karena ruang hijau yang berkurang akan menurunkan daya hidup dari suatu kota. Oleh karena itu, pembangunan RTHP (Ruang Terbuka Hijau Publik) di kota menjadi salah 3

satu solusi untuk memenuhi kebutuhan ruang hijau sekaligus ruang publik di kota. Biasanya, pembangunan RTHP sering diwujudkan dengan taman kota. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Rusunawa dan RTHP menjadi salah satu solusi yang dapat menyelesaikan permasalahan ruang kota seperti permukiman kumuh dan minimnya ruang hijau maupun ruang publik kota, sehingga keduanya dianggap mampu meningkatkan livabilitas suatu kota. Di kota besar, dengan kepadatan penduduk dan aktivitas yang tinggi serta memiliki permasalahan ruang yang krusial, Rusunawa dan RTHP dianggap cukup mampu dalam menyelesaikan permasalahan ruang kota dan meningkatkan livabilitas kota. Sedangkan di kota kecil yang tidak memiliki kepadatan penduduk dan aktivitas yang tinggi serta tidak memiliki permasalahan ruang yang krusial, diindikasikan bahwa Rusunawa dan RTHP memberi pengaruh yang berbeda pada livabilitas ruang di sekitarnya, tidak seperti di kota besar di mana kebutuhan Rusunawa dan RTHP lebih dianggap prioritas. Kota Klaten merupakan kota kecil dengan kepadatan penduduk dan aktivitas lebih rendah dibandingkan kota besar lainnya. Selain itu, wilayah tersebut juga masih memiliki ketersediaan lahan non terbangun serta tidak memiliki permasalahan ruang kota yang krusial seperti permukiman kumuh. Kondisi Kota Klaten yang berbeda dengan kota besar lainnya, yaitu kepadatan penduduk dan aktivitas tidak tinggi serta tidak memiliki permasalahan ruang yang krusial, memungkinkan kondisi urgensi kebutuhan fasilitas seperti Rusunawa dan RTHP berbeda dengan kota besar lainnya, yang memiliki kepadatan penduduk dan aktivitas yang tinggi serta memiliki permasalahan ruang yang krusial. Oleh karena itu, perlu diteliti seperti apa pengaruh rusunawa dan RTHP terhadap livabilitas di daerah yang urgensi kebutuhan akan rusunawa dan RTHP sebenarnya belum memiliki prioritas. Di sini, menjadi pertanyaan apakah masyarakat merasa kondisi kawasan tempat 4

tinggal mereka lebih baik dan nyaman setelah adanya Rusunawa dan Taman Lampion. Jika dilihat dari tujuannya, Rusunawa dibangun atas perintah Kemenpera (Kementrian Perumahan Rakyat) untuk menyediakan hunian bagi masyarakat berpenghasilan rendah di Klaten yang telah berkeluarga dan belum mampu memiliki tempat tinggal sendiri (masih tinggal di rumah orang tua, rumah kos atau kontrak). Sedangkan Taman Lampion, dibangun berdasarkan peraturan daerah yang mengharuskan adanya RTH Kota minimal 30% sekaligus menyediakan ruang publik untuk masyarakat Klaten serta menggerakkan ekonomi skala kecil di kawasan setempat. Rusunawa dan Taman Lampion di Klaten dibangun dengan sasaran bukan hanya masyarakat sekitarnya saja tetapi masyarakat yang lebih luas dan tidak dibangun secara khusus untuk meningkatkan livabilitas kawasan sekitar. Berdasarkan penjelasan di atas, terlihat bahwa Rusunawa dan Taman Lampion dibangun bukan untuk masyarakat di kawasan sekitar secara khusus, sehingga keduanya tentunya memiliki eksternalitas (akibat yang diterima di luar tujuan) tersendiri bagi kawasan sekitarnya. Eksternalitas yaitu dampak positif maupun negatif dari suatu kegiatan yang diterima oleh pihak tertentu namun si penerima dampak tidak direfleksikan atau dipertimbangkan terlebih dahulu sebelumnya pada pengambilan keputusan yang menyebabkan kegiatan tersebut berlangsung. Dengan demikian, sangat memungkinkan jika kondisi livabilitas kawasan sekitar merupakan eksternalitas atau mengandung unsur yang bersifat eksternalitas karena seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa berdasarkan tujuan keduanya tidak dibangun secara khusus untuk meningkatkan livabilitas kawasan sekitar. Oleh karena itu, melihat sisi eksternalitas secara tersendiri juga menjadi sangat penting mengingat masyarakat sekitar sebagai penerima dampak tidak direfleksikan sebelumnya dalam kegiatan pembangunan kedua fasilitas tersebut. 5

1.2. Rumusan Masalah 1. Rusunawa dan RTHP merupakan salah satu instrumen yang dapat mendukung livabilitas suatu kota. 2. Urgensi kebutuhan Rusunawa dan RTHP (Taman Lampion) di Kota Klaten berbeda dengan kota lainnya yang lebih padat penduduk dan padat aktivitas serta memiliki permasalahan ruang yang krusial. 3. Perbedaan urgensi kebutuhan tersebut memungkinkan perbedaan kemampuan keduanya dalam memengaruhi livabilitas ruang di sekitarnya. 4. Dilihat berdasarkan tujuan dan sasaran pembangunan, Rusunawa dan Taman Lampion dibangun bukan untuk kawasan sekitar secara khusus, sehingga keduanya tentu memiliki eksternalitas tersendiri bagi kawasan sekitarnya. 1.3. Pertanyaan Penelitian 1. Seperti apa pengaruh Rusunawa terhadap livabilitas kawasan sekitarnya? 2. Seperti apa pengaruh Taman Lampion terhadap livabilitas kawasan sekitarnya? 3. Seperti apa eksternalitas dari Rusunawa dan Taman Lampion terhadap kawasan sekitarnya? 1.4. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui seperti apa pengaruh Rusunawa terhadap livabilitas ruang sekitarnya. 2. Untuk mengetahui seperti apa pengaruh Taman Lampion terhadap livabilitas ruang sekitarnya. 3. Untuk mengetahui seperti apa eksternalitas dari Rusunawa dan Taman Lampion terhadap kawasan sekitarnya khusunya ekonomi, sosial dan budaya. 6

1.5. Manfaat Penelitian 1. Menjadi media pembelajaran tentang bagaimana Rusunawa dan Taman Lampion memengaruhi livabilitas kawasan sekitar serta dampakdampaknya. 2. Menjadi masukan bagi pemerintah daerah setempat maupun bagi pihak lain dalam merencanakan lingkungan atau kawasan yang liveable dan baik. 1.6. Batasan Penelitian 1.6.1. Fokus Fokus penelitian ini terletak pada pengaruh Rusunawa dan Taman Lampion terhadap livabilitas dan eksternalitas terhadap ruang sekitarnya dengan radius ±250 meter dari Rusunawa dan Taman Lampion (indikasi pengaruh dan dampak). 1.6.2. Lokus Lokasi penelitian ini berada di Kelurahan Bareng Lor, Kecamatan Klaten Utara, Kabupaten Klaten, di mana Rusunawa dan Taman Lampion dibangun. Gambar 1.1. Peta Lokasi Amatan Sumber : Olah data peta Citra Google Earth (2016) dan Peta RBI (2014), 2016 7

No. 1.7. Keaslian Penelitian Peneliti 1 Sidhi P. (2013) Pada sub bab ini, peneliti menjelaskan tentang keaslian penelitian yang dilakukan baik dari judul, fokus, lokus dan metode penelitian. Peneliti mencari beberapa penelitian yang sebelumnya dilakukan yang memiliki kemiripan dengan penelitian ini baik dari unsur judul, fokus, lokus dan metode penelitian. Beberapa penelitian yang didapat memiliki kemiripan pada obyek yang diteliti seperti rusunawa, ruang terbuka hijau publik dan livabilitas. Untuk lebih jelasnya, peneliti merangkumnya dalam bentuk tabel seperti berikut ini: Judul Penelitian Optimalisasi Livabilitas RTP pada Bantaran Sungai Winongo di Kampung Bangunrejo Kelurahan Kricak Yogyakarta Tabel 1.1. Keaslian Penelitian Fokus Lokus Metode Hasil Derajat livabilitas ruang terbuka Kampung Bangunrejo Kelurahan Kricak Yogyakarta Deskriptif Kuantitatif Keragaman bentuk memengaruhi livabilitas ruang terbuka Nilai performa ruang dipengaruhi aspek fungsi, persepsi dan kultur Dalam sistem kampung, keberadaan ruang terbuka saling tergantung satu sama lain, sehingga pelu integrase Keseimbangan faktor fisik dan non fisik memengaruhi optimalisasi ruang terbuka Bersambung 8

Lanjutan Tabel 1.1. No. Peneliti 2 Chintia Putri Agnesi (2014) 3 Padmana Grady P. (2013) 4 Inong Safitri (2014) Judul Penelitian Konsep Livability pada Rumah Susun Sederhana Sewa bagi Pedagang Kaki Lima di Kota Surabaya Berdasarkan Aspek Kebutuhan Penghuni Faktor-faktor Livabilitas sebagai Dasar Optimalisasi Ruang Publik, Studi Kasus: Solo City Walk, Surakarta Konsep Livable City terhadap Karakteristik Ruang di Kotabaru Yogyakarta Fokus Lokus Metode Hasil Kondisi lingkungan, sarpras, infrastruktur, kondisi sosial dan karakteristik penghuni rusunawa. Identifikasi faktor livabilitas untuk optimalisasi ruang publik Konsep daya hidup suatu kota dilihat dari aspek keruangan. Rusunawa di Kota Surabaya yang dihuni oleh pedagang kaki lima makanan siap saji. Solo City Walk, Surakarta Kotabaru, Kecamatan Gendokusu man, Yogyakarta Pendekatan postpositivism, kualitatifkuantitatif Pendekatan rasionalistik, kualitatif Deskriptifkualitatif Sumber : Analisis Peneliti, 2015 Kriteria livability masuk dalam kategori baik Aspek lingkungan dan pelayanan infrastruktur dasar sangat memengaruhi aktifitas rutin Aktifitas rutin memengaruhi ruangruang yang dibutuhkan dan digunakan baik fungsi dan tatanannya. Faktor-faktor yang memengaruhi livabilitas ruang public yaitu safetycomfort, diversity, detail, accessibility Kawasan yang memiliki daya hidup yang baik adalah yang memenuhi variabel dan indikator daya hidup itu sendiri baik variabel dependent maupun independent. Jika penelitian ini dibandingkan dengan penelitian yang terdahulu, dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan pada lokasi penelitian. Penelitian ini mengambil lokasi di Kelurahan Bareng Lor, Kecamatan Klaten Utara, Kabupaten Klaten, di mana Rusunawa dan Taman Lampion dibangun, dan berdasarkan pengetahuan peneliti belum ada penelitian tentang Rusunawa dan Taman Lampion di lokasi tersebut. 9

Penelitian ini dengan penelitian sebelumnya juga terdapat perbedaan pada fokus. Pada beberapa penelitian yang pernah dilakukan seperti : 1. Optimalisasi Livabilitas Ruang Terbuka Publik pada Bantaran Sungai Winongo di Kampung Bangunrejo Kelurahan Kricak Yogyakarta, berfokus pada optimalisasi livabilitas ruang terbuka publik untuk meningkatkan rasa kenyamanan dari ruang tebuka publik tersebut. 2. Konsep Livability pada Rumah Susun Sederhana Sewa bagi Pedagang Kaki Lima di Kota Surabaya Berdasarkan Aspek Kebutuhan Penghuni, berfokus pada livabilitas rusunawa dilihat dari sisi penghuni yang berprofesi sebagai pedagang kaki lima. 3. Faktor-faktor Livabilitas sebagai Dasar Optimalisasi Ruang Publik Studi Kasus : Solo City Walk, Surakarta, berfokus pada identifikasi faktorfaktor yang mempengaruhi livabilitas ruang publik, 4. Konsep Livable City terhadap Karakteristik Ruang di Kotabaru Yogyakarta, berfokus pada livabilitas suatu kota dan pengaruhnya terhadap karakteristik ruang kota tersebut. Dari penjelasan di atas, secara umum dapat disimpulkan bahwa penelitian sebelumnya lebih menekankan pada livabilitas dari rusunawa atau livablitas pada ruang terbuka tersebut dan livabilitas pada suatu ruang kota berdasarkan konsep livabilitas secara keseluruhan. Sedangkan penelitian ini melihat livabilitas ruang kawasan sekitar Rusunawa dan Taman Lampion setelah keduanya dibangun. Pada penelitian ini, lebih ditekankan pada seberapa nyaman ruang tersebut setelah dibangunnya Rusunawa dan Taman Lampion dan dampak yang diberikan terhadap kawasan sekitar baik secara fisik lingkungan, ekonomi, sosial dan budaya. 10

1.8. Sistematika Penulisan Dokumen hasil kegiatan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu dalam bentuk buku dengan sistematika penulisan sebagai berikut : a. BAB I PENDAHULUAN, berisi tentang latar belakang atau alasan-alasan peneliti melakukan penelitian ini serta dipaparkan rumusan masalah, pertanyaan penelitian yang ingin dijawab oleh peneliti dan tujuan penelitian yang ingin dicapai serta manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini. Dalam bab ini, juga dijelaskan mengenai batasan penelitian baik lokasi maupun substansi penelitian. Selain itu, bab ini juga menjelaskan tentang keaslian penelitian yaitu perbedaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian yang telah dilakukan yang memiliki kemiripan elemen yang diteliti serta dipaparkan kerangka berpikir peneliti (alur berpikir peneliti). b. BAB II TINJAUAN PUSTAKA, berisi tentang teori-teori yang dianut dan kerangka teori yang dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan penelitian ini. c. BAB III METODE PENELITIAN, berisi tentang cara dan metode yang dipakai dalam penelitian baik dalam pengambilan data atau pengolahan data (analisis). Selain itu, pada bab ini juga berisi tentang alat apa saja yang dibutuhkan dan yang dipakai pada penelitian serta langkah-langkah atau tahapan yang dilakukan selama pelaksanaan penelitian. d. BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH, berisi tentang gambaran umum wilayah baik secara fisik maupun non fisik serta menggambarkan letak wilayah dalam wilayah yang lebih besar. e. BAB V PEMBAHASAN, berisi tentang data yang diperoleh oleh peneliti di lapangan dan analisis data yang diperoleh tersebut. f. BAB VI PENUTUP, berisi tentang kesimpulan dari hasil pelaksanaan penelitian (hasil analisis) dan rekomendasi atau saran yang disusun berdasarkan hasil kesimpulan analisis penelitian. 11

1.9. Kerangka Berpikir Latar Belakang : Perkembangan kota mempengaruhi livabilitas ruang kota. Rusunawa dan RTH publik menjadi salah satu solusi untuk menciptakan kenyamanan dalam ruang. Pertanyaan : Pengaruh Rusunawa dan/atau Taman Lampion dalam mendukung livabilitas ruang di kawasan sekitar dan seperti apa dampak yang diberikan Tujuan : Mengetahui seperti apa pengaruh Rusunawa dan/atau Taman Lampion dalam mendukung livabilitas ruang di kawasan sekitar dan dampaknya secara ekonomi, sosial dan budaya Taman Lampion Studi Literatur Analisis Data Rusunawa Variabel Penelitian Data Primer dan Sekunder Livabilitas Ruang Eksternalitas Kesimpulan dan Saran Gambar 1.2. Kerangka Pikir Penelitian 12