BAB III METODE PENELITIAN
|
|
- Yohanes Susanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 131 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian Perkembangan Kualitas Permukiman ini dilakukan di Kampung Bratan, Kota Surakarta. Kampung Bratan terdiri dari dua RW, yaitu RW 01 dan RW 02. Kampung ini merupakan kampung ikonik di Kota Surakarta karena sejak dulu terkenal sebagai kampung industri rumahan. Pada tahun 2015, terdapat 46 unit industri rumahtangga yang berada di kampung Bratan, kuranglebih 10 % dari total keluarga di Kampung Bratan merupakan pelaku industri rumahtangga. Angka ini belum termasuk keluarga non-industri namun memiliki mata pencaharian utama terkait industri rumahtangga. Keberadaan industri rumahtangga yang terus beraktivitas merupakan isu lingkungan tersendiri, mengingat aktivitas industri rumahtangga menghasilkan limbah yang seringkali tidak diolah sebelum dibuang. Oleh karenanya, kualitas lingkungan permukiman di Kampung Bratan menjadi penting dan menarik untuk diteliti. Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan dimulai dari penyusunan proposal penelitian hingga penyusunan laporan penelitian. Pengumpulan data primer dilakukan selama bulan Juli 2015 yang merekam persepsi pemukim di Kampung Bratan pada dua titik waktu, yaitu tahun 2010 dan tahun 2015 (saat kuesioner diedarkan). Secara lengkap, jadwal penelitian dapat dilihat di bawah ini. Jadwal Penelitian No Kegiatan Waktu Bulan Tahun 2015 dan 2016 Nopember Desember Januari Pebruari Penyusunan Proposal Penelitian 2. Seminar Proposal Penelitian 3. Revisi Proposal Penelitian 4. Pelaksanaan Penelitian 5. Pengolahan Data dan Penyusunan Hasil 6. Seminar Hasil Penelitian 7. Revisi Hasil Penelitian 13
2 B. Tata Laksana Penelitian Jenis dan perancangan penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menitikberatkan pada penggunakan data numerik untuk menjelaskan fenomena kualitas lingkungan permukiman di Kampung Bratan, Surakarta. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan teknik kuantitatif untuk menarik nilai generik dari fenomena yang terekam pada data yang dikumpulkan. Perancangan penelitian perubahan kualitas lingkungan permukiman di Kampung Bratan, Surakarta ini menggunakan pendekatan komparatif yang menggunakan alat analisis statistik untuk menunjukkan perbedaan data pada variabel yang diteliti. Perbedaan yang diteliti pada penelitian ini adalah perbedaan kualitas lingkungan permukiman pada dua titik tahun yang berbeda, yaitu tahun 2010 dan tahun Variabel-variabel yang digunakan untuk mendeskripsikan kualitas lingkungan permukiman pada dua titik tahun tersebut adalah sama sehingga dapat diperbandingkan satu ke satu (head to head) secara langsung. 2. Populasi dan Sampel Kualitas lingkungan pada penelitian ini didekati dari persepsi masyarakat yang bermukim di Kampung Bratan, Surakarta. Masyarakat Kampung Bratan secara administratif adalah responden untuk masyarakat dihitung berdasarkan rumus sampel Frank Lynch dan data 2013 yang menghasilkan 114 responden. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah sebesar 95 % yang berarti pada setiap 100 sampel, kesalahan yang ditoleransi adalah 5 %. Dalam penarikan jumlah sampel, tidak dibedakan antara rumah tangga industri dan rumah tangga non industri, hal ini dikarenakan penelitian ini terfokus pada kualitas lingkungan permukiman yang dapat dinilai oleh keseluruhan populasi. 3. Variabel Penelitian Berdasarkan kajian literatur yang telah disusun pada Bab II, tiga literatur menggunakan variabel yang berbeda-beda untuk mengukur kualitas
3 15 lingkungan permukiman. Variabel dalam penelitian ini menggunakan kombinasi dari variabel-variabel yang dikemukakan dalam ketiga literatur sebelumnya. Penelitian ini menggunakan kelompok variabel yang berasal dari Doxiadis (1969) yang menyatakan bahwa elemen lingkungan terdiri dari lingkungan alami (nature) dan lingkungan buatan (shell dan network), namun dengan mengkombinasikan literatur yang lain untuk mendapatkan variabel yang operasional. Lingkungan alami kemudian diperjelas dengan literatur dari Kemenenterian PU dan Perumahan Rakyat (2014) yang menyatakan bahwa variabel yang diukur adalah kualitas sungai dan kualitas udara. kialitas sungai diukur dari warna air sungai dan keberadaan sampah yang memenuhi aliran sungai. Kualitas udara diukur dengan keberadaan polusi udara (bau dan asap) yang dirasakan oleh masyarakat dan bersumber dari kegiatan industri kecil yang berada pada Kampung Bratan. Sementara itu, pada elemen lingkungan buatan, pengertian shell sebagai hunian tidak digunakan sebagai variabel. Penggunaan variabel hunian untuk mengukur kualitas lingkungan penelitian tidak relevan mengingat hunian bersifat personal, sedangkan lingkungan yang ingin diteliti dalam penelitian ini adalah lingkungan permukiman yang bersifat makro. Shell yang berarti wadah berkegiatan dapat pula diartikan sebagai sarana yang mendukung aktivitas manusia seperti sarana pendidikan, perkantoran, perdagangan, dan olahraga menurut Jayadinata (1999, dalam Hidayati 2014). Namun, penggunaan sarana publik yang hanya dapat disediakan pada skala pelayanan kota juga tidak relevan dengan penelitian ini. Hal ini mengingat lokasi penelitian yang merupakan kawasan industri kecil sehingga tidak dapat dilkukan intervensi terhadap penyediaan sarana pada skala pelayanan kota. Selain itu, keberadaan sarana-sarana dengan skala pelayanan besar tidak berdampak langsung pada kualitas lingkungan kawasan. Kemenenterian PU dan Perumahan Rakyat (2014) memberikan alternatif indikator penilaian shell yang lebih relevan untuk penelitian ini,
4 16 yaitu ruang terbuka hijau. Variabel ini dinilai relevan mengingat ruang terbuka hijau merupakan sarana publik yang sediaannya dapat berada pada skala kawasan permukiman. Selain itu, keberadaan ruang terbuka publik juga dapat diintervensi oleh masyarakat pemukim di Kampung Bratan sendiri. Untuk elemen terakhir dari lingkungan buatan, yaitu network, Jayadinata (1999, dalam Hidayati, 2014) menyatakan bahwa kualitas lingkungan pada elemen jaringan ini dapaat dilihat dari jaringan listrik, jairngan air bersih dan jaringan drainase. Jaringan air bersih dan drainase digunakan dalam penelitian ini, sementara untuk jaringan listrik, keseluruhan wilayah Kampung Bratan telah memiliki akses terhadap jaringan listrik perkotaan. Kemenenterian PU dan Perumahan Rakyat (2014) memiliki kumpulan variabel yang berbeda, yaitu air bersih, drainase, sanitasi, persampahan dan jairngan jalan lingkungan. Jaringan jalan lingkungan dianggap tidak relevan untuk dijadikan variabel dalam penelitian ini karena jaringan jalan tidak mengalami perubahan dalam kurun waktu yang menjadi waktu penelitian. Dalam penelitian ini variabel yang sudah ditentukan tidak diberi bobot karena merupakan variabel bebas, setara, tidak ada yang lebih unggul satu dari yang lain. Hal tersebut disebabkan penelitian ini tidak menyasar pada tujuan tertentu dengan pemrograman dan sasaran tertentu (outcome dan output). Keseluruhan variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.
5 17 Tabel 3. Variable penelitian Doxiadis (1969) Jayadinata (1999) dalam Kementrian PU dan Perumahan Rakyat Variabel yang digunakan Hidayati (2014) (2014) Nature Sungai Sungai Udara Udara Shell Hunian Pusat Kota Tempat Kerja Pusat Pendidikan Pusat Olahraga Network Ruang Terbuka Ruang Terbuka Hijau Hijau Jaringan Listrik Jaringan Air Bersih Air Minum Air bersih Jaringan Drainase Drainase Drainase Jairngan Sanitasi Sanitasi Sanitasi Persampahan Persampahan Jalan Lingkungan Sumber : Berbagai sumber diolah 4. Prosedur Pengumpulan Data Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Accidental Sampling dengan mempertimbangkan pengetahuan populasi terhadap pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner. Sifat variabel yang menggunakan persepsi sebagai dasar pengukuran kondisi menyebabkan karakteristik populasi bersifat homogen terhadap variabel penelitian. Oleh karena sifat populasi yang homogen, serta untuk menjalankan pengumpulan data dengan efisien, maka teknik Accidental Sampling cocok untuk digunakan. Pada teknisnya, Accidental Sampling mengambil sampel pada keluarga yang bersedia mengisi kuesioner pada saat pengumpulan data di lapangan dilakukan. Pengambilan sampel berhenti saat jumlah sampel minimal (117 responden) telah tercapai. 5. Teknik Analisis Data Untuk melakukan penilaian kualitas lingkungan, terlebih dahulu didefinisikasi kualitas lingkungan permukiman. Kualitas lingkungan permukiman merupakan pencapaian terhadap kondisi ideal lingkungan permukiman seperti yang telah ada di Bab II, seperti kualitas udara yang
6 18 baik adalah tidak berdebu dan tidak berbau, kualitas drainase yang baik adalah jaringan yang tersedia dan berfungsi dengan baik. Setiap variabel kemudian didefinisikan seperti apa kondisi idealnya. Setelah kondisi ideal didefinisikan, indikator setiap variabel kemudian disusun berdasarkan tingkat pencapaian kondisi ideal kualitas lingkungan permukiman. Indikator tersebut menandai tiga tingkatan, yaitu (1) Buruk, (2) Sedang dan (3) Baik. Indikator untuk setiap variabel dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.
7 19 Tabel 4. Indikator-indikator dari Variabel Penelitian Elemen Variabel Sub Variabel Indikator Skor Lingkungan Kualitas Warna Air dan Penuh dengan sampah dan 1 alami Sungai Sampah berwarna hitam pekat Terdapat sedikit sampah dan 2 air berwarna coklat keruh Tidak terdapat sampah dan 3 air berwarna coklat bening Kualitas Udara Keberadaan asap Selalu terdapat polusi asap 1 dari industri dari industri rumahtangga Kadang-kadang terdapat 2 polusi asap dari industri rumahtangga Tidak pernah terdapat polusi 3 asap dari industri rumahtangga Lingkungan Ruang Keberadaan Tidak tersedia jalur hijau atau 1 Buatan Terbuka Hijau RTH taman lingkungan Tersedia jalur hijau atau 2 taman lingkungan Tersedia jalur hijau dan 3 taman lingkungan Kualitas Air Sumber Air Membeli air bersih 1 Minum Kualitas Jaringan Drainase Kualitas Jaringan Sanitasi Kualitas Jaringan Persampahan Sumber : Analisis Peneliti 2015 Bersih Sumur 2 PDAM 3 Saluran Drainase Tidak ada saluran drainase 1 (got) Saluran drainase dibangun 2 sendiri Saluran drainase dibangun 3 pemerintah Fungsi Saluran Tersumbat sampah dan 1 sedimen Terkadang terdapat sampah 2 dan sedimen Air dapat mengalir lancar 3 Genangan Setiap kali hujan 1 Kadang-kadang 2 Tidak pernah 3 Sistem Sanitasi WC dan KM umum tanpa 1 septik tank Cara Pembuangan Sampah WC dan KM umum dengan 2 septic tank WC dan KM rumah 3 Tidak ada TPS yang 1 terjangkau Ada TPS 2 Ada sistem pengambilan 3 sampah ke rumah
8 20 Pengumpulan data yang menggunakan kuesioner telah memberikan ruang untuk responden memilih kondisi mana yang paling tepat menggambarkan kondisi lingkungan permukiman menurut persepsi responden. Setelah data diperoleh, terdapat tiga tahapan analisis yang dilakukan untuk mengidentifikasi perkembangan kualitas lingkungan permukiman Kampung Bratan, yaitu (1) Analisis Skoring Kualitas Lingkungan Kampung Bratan pada tahun 2010, (2) Analisis Skoring Kualitas Lingkungan Kampung Bratan pda tahun 2015, (3) Analisis Perkembangan Kualitas Lingkungan Kampung Bratan tahun Masing-masing tahapan analisis dijelaskan seperti di bawah ini. a. Analisis Skoring Kualitas Lingkungan Kampung Bratan tahun 2010 Analisis ini pada dasarnya melabeli pilihan responden pada kuesioner dengan skor yang telah ditetapkan seperti dapat dilihat pada Tabel di atas. Perhitungan skor dilakukan pada 3 bagian, yaitu perhitungan skor kualitas pada setiap variabel, perhitungan skor kualitas pada elemen lingkungan (lingkungan alami dan lingkungan buatan), serta perhitungan skor kualitas lingkungan secara keseluruhan. Perhitungan skor kualitas pada keseluruhan variabel menggunakan cara yang sama, kecuali untuk skor pada variabel Kualitas Jaringan Drainase. Skor yang diperoleh untuk setiap responden kemudian dihitung secara total untuk 117 responden. Perhitungan tersebut kemudian dicocokkan pad tiga kriteria kualitas, yaitu Baik, Sedang, Buruk. Penetapan tiga kriteria tersebut menggunakan pembagian kelas berdasarkan nilai tertinggi dan nilai terendah yang mungkin diperoleh dari skoring kuesioner. Perhitungannya sebagai berikut : Nilai terendah = 1 (skor terendah) x 117 (total responden) = 117 Nilai tertinggi = 3 (skor terendah) x 117 (total responden) = 351 Perhitungan kelas kriteria Range kelas = Nilai tertinggi - Nilai terendah 3
9 21 Range kelas = ( )/3 = 234/3 = 78 Berdasarkan range kelas tersebut, dapat diketahui skor untuk masing- masing kriteria, seperti dapat dilihat pada Tabel berikut Tabel 5. Nilai Skor untuk Penilaian Kriteria per Variabel No Kriteria Skor 1 Baik Sedang Buruk Sumber : Analisis Peneliti 2015 Khusus untuk variabel kualitas jaringan drainase yang terdiri dari 3 sub variabel, perhitungan skor untuk penentuan kriteria kualitas adalah sebagai berikut. Nilai terendah = 1 (skor terendah) x 3 (jumlah sub variabel) x 117 (total responden) = 351 Nilai tertinggi = 3 (skor tertinggi) x 3 (jumalah subvariavel) x 117 (total responden) = Range kelas kriteria = ( )/3 = 234 Berdasarkan range kelas tersebut, dapat diketahui skor untuk masing- masing kriteria khusus untuk variabel Kualitas Jaringan Drainase, seperti dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 6. Nilai Skor untuk Penilaian Jaringan Drainage No Kriteria Skor 1 Baik Sedang Buruk Sumber : Analisis Peneliti 2015
10 22 Untuk skoring bagian kedua, yaitu skoring untuk masing-masing elemen, perhitungan skoring dilakukan dengan menjumlahkan skor pada variabel-variabel yang terdiri dari kelompok elemen yang sama. Perhitungan nilai terendah dan tertinggi untuk masing-masing elemen kualitas lingkungan pada penelitian ini adalah sebagai berikut. Tabel 7. Interval Nilai Variabel No Elemen Variabel Nilai Nilai Range Terendah Tertinggi Kelas 1 Kualitas Kualitas Lingkungan Sungai Alami Kualitas Udara Nilai Elemen Kualitas Kualitas Lingkungan Buatan Ruang Terbuka Kualitas Air Minum Kualitas Jaringan Drainase Kualitas Jaringan Sanitasi Kualitas Jaringan Persampahan Nilai Elemen Sumber : Analisis peneliti 2015 Berdasarkan nilai range pada tabel di atas, maka dapat disusun skor setiap kelas kriteria pada setiap elemen, seperti yang dapat dilihat pada Tabel di bawah ini. Tabel 8. Nilai masing-masing kriteria No Elemen Kriteria Skor 1 Lingkungan Alami Baik Sedang Buruk Lingkungan Buatan Baik Sedang Buruk Sumber : Analisis Peneliti 2015
11 23 Pada bagian terakhir dari perhitungan skoring kualitas lingkungan, dilakukan penilaian terhadap kualitas lingkungan secara menyeluruh. Penilaian terhadap kualitas lingkungan ini dihiutng berdasarkan total nilai yang diperoleh dari keseluruhan variabel pada keseluruhan responden. Nilai terendah pada perhitungan ini adalah (total nilai terendah elemen lingkungan alami dan lingkungan buatan), sementara nilai tertinggi adalah Berdasarkan nilai tersebut, range untuk setiap kelas kriteria adalah 732. Dengan demikian, penilaian terhadap kualitas lingkungan permukiman kampung Bratan secara keseluruhan untuk masing-masing kriteria dapat dilihat pada Tabel di bawah ini. Tabel 9. Nilai Kualitas Lingkungan No Kriteria Skor 1 Baik Sedang Buruk Sumber : Analisis peneliti 2015 b. Analisis Skoring Kualitas Lingkungan Kampung Bratan tahun 2015 Analisis ini merupakan analisis yang sama yang dilakukan pada data yang diperoleh dari kuesioner pada data tahun Perhitungan skor kualitas juga dilakukan pada 3 bagian, yaitu skor pada kualitas setiap variabel, skor kualitas elemen lingkungan, serta perhitungan skor kualitas lingkungan secara keseluruhan. Mekanisme perhitungan skoring untuk analisis ini sama dengan mekanisme analisis pada bagian Analisis Skoring Kualitas Lingkungan Kampung Bratan tahun c. Analisis Perubahan Kualitas Lingkungan Kampung Bratan tahun Analisis perubahan kualitas lingkungan kampung Bratan dilakukan dengan menggunakan data kualitas lingkungan tahun 2010 dan Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis
12 24 kuantitatif dengan jenis analisis inferensi yang pada dasarnya menggunakan proses statistik untuk menarik sari dari data yang banyak. Alat analisis yang digunakan adalah T-test dengan paired samples. Sampel berpasangan yang digunakan adalah responden pada penelitian ini (berjumlah 117) dan berpasangan antara tahun 2010 dan 2015 (dengan variabel pengamatan yang sama). Analisis T-test akan mengeluarkan dua nilai indikator, yaitu Sig. yang berarti Signifikansi perbedaan, dan T-hitung yang menandakan besaran perbedaan. Perbedaan dinilai signifikan jika nilai Sig. lebih kecil dari Pada analisis ini, dihitung perkembangan kualitas lingkungan, baik per variabel (kualitas sungai hingga kualitas jaringan persampahan), per elemen (kualitas lingkungan alami dan kualitas lingkungan buatan), dan secara keseluruhan. Analisis Statistikal yang digunakan bersifat non parametrik disebabkan data yang bersifat perseptif dengan kuesioner yang mudah dipahami oleh masyarakat setempat. Data yang diperoleh berskala nominal ordinal tanpa interval sehingga analisis lebih mudah dilakukan. Keseluruhan proses analisis pada penelitian ini dapat dilihat pada skema berikut ini. Data Karakteristik Lingkungan Kampung Bratan Analisis Skoring Kualitas Lingkungan Alami 2010 Kualitas Lingkungan Buatan 2010 Data Karakteristik Lingkungan Kampung Bratan Analisis Skoring Kualitas Lingkungan Alami 2015 Kualitas Lingkungan Buatan 2015 Kualitas Lingkungan 2010 Kualitas Lingkungan 2015 Analisis Paired Sample T test Perkembangan Kualitas Lingkungan Permukiman Kp Bratan INPUT ANALISIS OUTPUT
13 25
BAB II LANDASAN TEORI
16 BAB II LANDASAN TEORI 1. Permukiman A. Tinjauan Pustaka Secara formal, definisi permukiman di Indonesia tertulis dalam UU No 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Dalam dokumen tersebut,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permukiman adalah hasil interaksi antara manusia dan lingkungannya yang bersifat dinamis (Doxiadis, 1968). Bentuk-bentuk interaksi tersebut berperan besar dalam mendorong
Lebih terperinciSalah satunya di Kampung Lebaksari. Lokasi Permukiman Tidak Layak
Keberdayaan masyarakat dalam mendukung upaya perbaikan permukiman masih kurang Upayaupaya perbaikan permukiman menjadi tidak berarti Contohnya, luas Permukiman Tidak Layak Huni Kota Bogor meningkat Salah
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian Pengaruh faktor bermukim masyarakat terhadap pola persebaran adalah pendekatan penelitian deduktif
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. prasarana lingkungan di kawasan Kelurahan Tegalpanggung Kota Yogyakarta ini
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Kesimpulan dari evaluasi pelaksanaan program Penataan dan peremajaan prasarana lingkungan di kawasan Kelurahan Tegalpanggung Kota Yogyakarta ini antara lain:
Lebih terperinciBAB 5: BUKU PUTI SANITASI KOTA BANJARBARU 5.1 AREA BERESIKO SANITASI. Hal 5-1
BAB 5: Hal 5-5. AREA BERESIKO SANITASI Penetapan area beresiko sanitasi di Kota Banjarbaru didapatkan dari kompilasi hasil skoring terhadap data sekunder sanitasi, hasil studi EHRA dan persepsi SKPD terkait
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang
Lebih terperinciSarana lingkungan adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya.
Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya. Prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan penduduk dapat ditampung dalam ruang-ruang sarana sosial dan ekonomi, tetapi tidak akan berjalan dengan baik tanpa didukung oleh pelayanan infrastruktur yang
Lebih terperinciPRASARANA DAN SARANA PERMUKIMAN
PRASARANA DAN SARANA PERMUKIMAN Kelayakan kawasan hunian salah satunya adalah tersedianya kebutuhan prasarana dan sarana permukiman yang mampu memenuhi kebutuhan penghuni didalamnya untuk melakukan aktivitas,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai Cikapundung adalah salah satu sungai yang membelah Kota Bandung melewati 9 kecamatan yang mencakup 13 kelurahan. Sungai Cikapundung memiliki fungsi dan peran
Lebih terperinciBAB IV PANDUAN KONSEP
BAB IV PANDUAN KONSEP 4.1. Visi Pembangunan Sesuai dengan visi desa Mekarsari yaitu Mewujudkan Masyarakat Desa Mekarsari yang sejahtera baik dalam bidang lingkungan, ekonomi dan sosial. Maka dari itu visi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu negara berkembang, pertumbuhan kota di Indonesia terjadi secara pesat. Pertumbuhan kota yang pesat ini dapat disebabkan oleh tingginya pertumbuhan
Lebih terperinciINVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR
INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kelurahan Fatubesi merupakan salah satu dari 10 kelurahan yang
Lebih terperinciIdentifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh Berdasarkan Persepsi Masyarakat Di Kelurahan Tlogopojok
1 Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh Berdasarkan Persepsi Masyarakat Di Kelurahan Tlogopojok Fachrul Irawan Ali dan Ema Umilia Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik
Lebih terperinciDOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG
DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG KONDISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI A. LINGKUNGAN 1. Jaringan Jalan dan Drainase Banyak rumah yang
Lebih terperinciL a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1
Bab I PENDAHULUAN Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah sebuah survey partisipatif di tingkat Kabupaten/kota yang bertujuan untuk memahami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang Kota dan Perkembangannya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Ruang Kota dan Perkembangannya Ruang merupakan unsur penting dalam kehidupan. Ruang merupakan wadah bagi makhluk hidup untuk tinggal dan melangsungkan hidup
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyajian Data Survei Dari survei menggunakan metode wawancara yang telah dilakukan di Desa Karanganyar Kecamatan Karanganyar RT 01,02,03 yang disebutkan dalam data dari
Lebih terperinciRingkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016
Ringkasan Studi EHRA Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) atau dapat juga disebut sebagai Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan, merupakan sebuah studi partisipatif di tingkat Kabupaten/Kota
Lebih terperinciIDENTIFIKASI TINGKAT KEKUMUHAN DAN POLA PENANGANAN YANG TEPAT DI KAWASAN KUMUH KELURAHAN TANJUNG KETAPANG TAHUN 2016
Syauriansyah Tugas Akhir Fakultas Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Esa Unggul LAMPIRAN I LEMBAR KUESIONER MASYARAKAT IDENTIFIKASI TINGKAT KEKUMUHAN DAN POLA PENANGANAN YANG TEPAT DI KAWASAN
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 Kuisioner Tahap I (Mencari Peristiwa Risiko Tinggi)
LAMPIRAN 1 Kuisioner Tahap I (Mencari Peristiwa Risiko Tinggi) 101 KUESIONER PENELITIAN IDENTIFIKASI RISIKO DALAM ASPEK PRASARANA LINGKUNGAN PERUMAHAN YANG BERPENGARUH TERHADAP KINERJA BIAYA DEVELOPER
Lebih terperinciGambaran Sanitasi Lingkungan Wilayah Pesisir Danau Limboto di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo Tahun 2013
Summary Gambaran Sanitasi Lingkungan Wilayah Pesisir Danau Limboto di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo Tahun 2013 Merliyanti Ismail 811 409 043 Jurusan kesehatan masyarakat Fakultas
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
9 BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran Pada tanggal 7 Mei 999 kawasan Cagar Alam Pancoran Mas Depok diubah fungsinya menjadi kawasan Tahura Pancoran Mas Depok dan dikelola oleh pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kondisi eksisting sanitasi di perkotaan masih sangat memprihatinkan karena secara pembangunan sanitasi tak mampu mengejar pertambahan jumlah penduduk yang semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan
BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan akan dipaparkan mengenai latar belakang dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan infrastruktur permukiman kumuh di Kecamatan Denpasar
Lebih terperinciKONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI
BAB 4 KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI Program Relokasi di Kelurahan Sewu dilatar belakangi oleh beberapa kondisi, diantaranya kondisi banjir yang tidak dapat di prediksi waktu terjadi seperti
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dari berbagai masalah yang timbul di masyarakat, sering adanya keluhankeluhan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari berbagai masalah yang timbul di masyarakat, sering adanya keluhankeluhan dari penghuni dan masyarakat sekitar bangunan khususnya bangunan rumah tinggal, mengenai
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN a. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan. Penelitian ini termasuk jenis penelitian Explanatory Recearch atau penelitian penjelasan yaitu menjelaskan adanya hubungan
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN
BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN II. 1. Umum Ujung Berung Regency merupakan perumahan dengan fasilitas hunian, fasilitas sosial dan umum, area komersil dan taman rekreasi. Proyek pembangunan perumahan
Lebih terperinci5.1. Area Beresiko Sanitasi
5.1. Area Beresiko Sanitasi Risiko sanitasi adalah terjadinya penurunan kualitas hidup, kesehatan, bangunan dan atau lingkungan akibat rendahnya akses terhadap layanan sektor sanitasi dan perilaku hidup
Lebih terperinciBAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI
BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI Bab IV ini merupakan inti dari Strategi Pengambangan Sanitasi Kota Tebing Tinggi tahun 2016-2020 yang akan memaparkan antara lain tujuan, sasaran, tahapan pencapaian
Lebih terperinciIdentifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya
C389 Identifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya Elpidia Agatha Crysta dan Yanto Budisusanto Departemen Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Lebih terperinciEVALUASI PENGELOLAAN PRASARANA LINGKUNGAN RUMAH SUSUN DI SURABAYA (STUDI KASUS : RUSUNAWA URIP SUMOHARJO)
TESIS II - RE092325 Dosen Pembimbing : I.D.A.A. Warmadewanthi, ST., MT., Ph.D Disampaikan Oleh : Diah Kusumaningrum NRP. 3308 202 011 EVALUASI PENGELOLAAN PRASARANA LINGKUNGAN RUMAH SUSUN DI SURABAYA (STUDI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di Kabupaten Pasuruan dilaksanakan secara partisipatif, transparan dan akuntabel dengan berpegang teguh pada prinsip-prinsip dan pengertian dasar pembangunan
Lebih terperinciKONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HABITAT SOSIAL
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HABITAT SOSIAL Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas Sebelas Maret Disusun oleh: AKBAR HANTAR ROCHAMADHON NIM. I 0208092
Lebih terperinciBAB III METODE KAJIAN
47 BAB III METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Meningkatnya aktivitas perkotaan seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi masyarakat yang kemudian diikuti dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk akan
Lebih terperinciANALISIS HUBUNGAN KUALITAS PERMUKIMAN DENGAN KONDISI KESEHATAN MASYARAKAT DI KECAMATAN KOTAGEDE KOTA YOGYAKARTA BERDASARKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
ANALISIS HUBUNGAN KUALITAS PERMUKIMAN DENGAN KONDISI KESEHATAN MASYARAKAT DI KECAMATAN KOTAGEDE KOTA YOGYAKARTA BERDASARKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk memenuhi salah satu
Lebih terperinciLAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara
LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara September 2011 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL...
Lebih terperinci3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS
3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS 3.3.1. Analisis Kedudukan Kawasan A. Analisis Kedudukan Kawasan Kawasan prioritas yaitu RW 1 (Dusun Pintu Air, Dusun Nagawiru, Dusun Kalilangkap Barat, dan Dusun Kalilangkap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara dengan sistem sanitasi ( pengelolaan air limbah domestic ) terburuk ketiga di Asia Tenggara setelah Laos dan Myanmar ( ANTARA News, 2006
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Layanan yang tidak optimal dan buruknya kondisi
Lebih terperinciFAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREFERENSI BERMUKIM BERDASARKAN PERSEPSI PENGHUNI PERUMAHAN FORMAL DI KELURAHAN MOJOSONGO KOTA SURAKARTA
T U G A S A K H I R FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREFERENSI BERMUKIM BERDASARKAN PERSEPSI PENGHUNI PERUMAHAN FORMAL DI KELURAHAN MOJOSONGO KOTA SURAKARTA Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana
Lebih terperinciPenataan Lingkungan Permukiman Kumuh Di Wilayah Kecamatan Semampir Kota Surabaya Melalui Pendekatan Partisipasi Masyarakat
Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Di Wilayah Kecamatan Semampir Kota Surabaya Melalui Pendekatan Partisipasi Masyarakat PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota menurut Alan S. Burger The City yang diterjemahkan oleh (Dyayadi, 2008) dalam bukunya Tata Kota menurut Islam adalah suatu permukiman yang menetap (permanen) dengan
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
34 BAB 3 METODE PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan keseluruhan atau kronologis suatu penelitian, dari awal permasalahan sampai suatu masalah dapat terjawab atau diselesaikan. Metode penelitian
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERSEMBAHAN... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...
Lebih terperinciB. Populasi dan Sampel 1. Populasi
28 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Suatu tindakan penelitian ilmiah perlu digunakan metode-metode penelitian mulai dari mengumpulkan data, sampai kepada menampilkan data data serta memudahkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. experimental) dengan pendekatan control group pretest postest design untuk
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasy experimental) dengan pendekatan control group pretest postest design untuk mengetahui pengaruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program dan kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan, meningkatkan produktifitas dan meningkatkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. astronomis terletak pada lintang LS LS dan pada bujur
33 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel 1. Lokasi Lokasi penelitian terdapat di Kecamatan Pekalipan Kota Cirebon yang secara astronomis terletak pada lintang 6 42 50 LS - 6 44 00 LS
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print C-45
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print C-45 Penentuan Prioritas Pengembangan Infrastruktur Kawasan Wisata Bahari di Desa Sumberejo, Desa Lojejer dan Desa Puger Kulon, Kabupaten
Lebih terperinciPENENTUAN DAERAH PRIORITAS PELAYANAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH DI KECAMATAN TANAH ABANG JAKARTA PUSAT TUGAS AKHIR
PENENTUAN DAERAH PRIORITAS PELAYANAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH DI KECAMATAN TANAH ABANG JAKARTA PUSAT TUGAS AKHIR Oleh: WELLY DHARMA BHAKTI L2D302389 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciARAHAN PERBAIKAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN KUMUH BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT DI KELURAHAN TLOGOPOJOK (KABUPATEN GRESIK)
ARAHAN PERBAIKAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN KUMUH BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT DI KELURAHAN TLOGOPOJOK (KABUPATEN GRESIK) Pendahuluan Perkembangan Kota dapat mengakibatkan peningkatan jumlah penduduk Permukiman
Lebih terperinciSTRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE. Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan
STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan KELOMPOK KERJA SANITASI TAHUN 2015 DESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki
Lebih terperinciBAB IV KONSEP 4. 1 IDE AWAL 4. 2 KONSEP TAPAK
BAB IV KONSEP 4. 1 IDE AWAL Kampung kota merupakan sebuah fenomena yang cukup unik, di samping memiliki karakteristik kampung, namun memiliki karakteristik perkotaan. Kampung memiliki sifat rasa kekeluargaan
Lebih terperinciGAMBARAN SANITASI DASAR PADA MASYARAKAT NELAYAN DI KELURAHAN POHE KECAMATAN HULONTHALANGI KOTA GORONTALO TAHUN 2012
Summary GAMBARAN SANITASI DASAR PADA MASYARAKAT NELAYAN DI KELURAHAN POHE KECAMATAN HULONTHALANGI KOTA GORONTALO TAHUN 2012 Afriani Badu. 2012. Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan
Lebih terperinciEVALUASI PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) PELAYANAN BIDANG SARANA DAN PRASARANA DASAR KABUPATEN KUTAI TIMUR. Arif Mudianto.
EVALUASI PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) PELAYANAN BIDANG SARANA DAN PRASARANA DASAR KABUPATEN KUTAI TIMUR Oleh : Arif Mudianto Abstrak Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah ketentuan tentang
Lebih terperinciBAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten
BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya Visi Kabupaten Misi Kabupaten Visi Sanitasi Kabupaten Misi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Aceh
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
PENDEKATAN PENELITIAN TAHAPAN PENELITIAN METODE PENGUMPULAN DATA METODE ANALISA VARIABEL PENELITIAN METODE SAMPLING BAB III METODE PENELITIAN 10 PENDEKATAN PENELITIAN Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
Lebih terperinciBAB. V Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi Kabupaten Jembrana
BAB. V Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi Kabupaten Jembrana 5.1. Area Berisiko Sanitasi Pemetaan Kelurahan dan Desa beresiko dilakukan untuk mendapatkan 4 klasifikasi kelurahan, berdasarkan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung
Bab - 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap
Lebih terperinciBAB III PROSEDUR PENELITIAN. Menurut Arikunto (2006:151) metode penelitian adalah cara yang
BAB III PROSEDUR PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Menurut Arikunto (2006:151) metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian, data yang dikumpulkan bisa berupa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap bahwa
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN. Dalam proses perancangan Kepanjen Education Park ini dibutuhkan
BAB III METODE PERANCANGAN Dalam proses perancangan Kepanjen Education Park ini dibutuhkan sebuah metode perancangan yang memudahkan perancang untuk mengembangkan sebuah ide perancangannya secara deskriptif.
Lebih terperinciBAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN
BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN 4.1 PENDAHULUAN Pada bab ini penulis akan menjelaskan tentang pelaksanaan penelitian ini, yaitu mulai dari pengumpulan data penelitian yakni dengan menggunakan kuisioner,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka didapatkan hasil kesimpulan dan rekomendasi sebagai berikut: A. KESIMPULAN Perkembangan kegiatan pariwisata menimbulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan timbulnya masalah permukiman. Masalah permukiman lebih terasa di daerah perkotaan daripada di daerah perdesaan. Masalah perumukiman
Lebih terperinciBAB III PROSEDUR PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung,
41 BAB III PROSEDUR PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Kecamatan Baleendah dipilih karena merupakan salah satu kecamatan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif dan survei. Menurut Tika (2005: 4) metode deskriptif adalah penelitian yang lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa wilayah tersebut memiliki daya tarik tersendiri untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan suatu wilayah sangat berkaitan dengan pertumbuhan dan kepadatan penduduk. Semakin besar pertumbuhan penduduk dapat menunjukkan bahwa wilayah tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tingginya laju pertumbuhan penduduk di suatu daerah diikuti pula dengan laju pertumbuhan permukiman. Jumlah pertumbuhan permukiman yang baru terus meningkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lainnya. Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nelayan merupakan kelompok masyarakat yang mata pencahariannya sebagian besar bersumber dari aktivitas menangkap ikan dan mengumpulkan hasil laut lainnya.
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI RIAU
PEMERINTAH PROVINSI RIAU DINAS CIPTA KARYA, TATA RUANG DAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI RIAU Oleh : Dr.Ir.H. DWI AGUS SUMARNO, MM., M.Si Kepala Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Sumber Daya Air Provinsi Riau
Lebih terperinciPENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah genangan pasang adalah daerah yang selalu tergenang air laut pada waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran rendah di dekat
Lebih terperinciBAB 4 PENYUSUNAN KONSEP. Hirarki Penyusunan Arahan Perancangan. 4.1 Visi pembangunan
4.1 Visi pembangunan DESIGN POLICY merupakan metoda perancangan tak langsung yang meliputi instrumen peraturan untuk pelaksanaan, atau program investasi dan instrumen lainnya yang menyebabkan rancangan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian dapat diartikan dengan cara dan tahapan penelitian yang akan dilakukan untuk meneliti suatu topik permasalahan, yang dapat memberikan gambaran mengenai tahap-tahap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pokja AMPL Kota Makassar
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
160 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian sebelumnya telah dibahas berbagai temuan yang diperoleh dari penelitian. Pada bagian akhir ini selanjutnya akan dibahas mengenai kesimpulan yang didapat
Lebih terperinciTUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM
BAB 6 TUJUAN DAN KEBIJAKAN No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM Mengembangkan moda angkutan Program Pengembangan Moda umum yang saling terintegrasi di Angkutan Umum Terintegrasi lingkungan kawasan permukiman Mengurangi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan secara merata diseluruh tanah air dan ditujukan bukan hanya untuk satu golongan, atau
Lebih terperinciLingkungan Permukiman
8 Lingkungan Permukiman Lingkungan permukiman adalah lingkungan buatan, bukan lingkungan alami. Lingkungan permukiman merupakan salah satu komponen pembentuk perkampungan / kota. Secara garis besar, lingkungan
Lebih terperinciAR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN
BAB 5 HASIL PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Bangunan yang baru menjadi satu dengan pemukiman sekitarnya yang masih berupa kampung. Rumah susun baru dirancang agar menyatu dengan pola pemukiman sekitarnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Keberadaan ruang terbuka hijau saat ini mengalami penurunan yang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan ruang terbuka hijau saat ini mengalami penurunan yang disebabkan oleh konversi lahan. Menurut Budiman (2009), konversi lahan disebabkan oleh alasan ekonomi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dengan tidak mengorbankan kelestarian sumberdaya alam itu sendiri.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya alam dan jasa lingkungan merupakan aset yang menghasilkan arus barang dan jasa, baik yang dapat dikonsumsi langsung maupun tidak untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PERMUKIMAN GOLONGAN MASYARAKAT PENDAPATAN MENENGAH BAWAH DI KECAMATAN DRIYOREJO, KABUPATEN GRESIK
PENGEMBANGAN PERMUKIMAN GOLONGAN MASYARAKAT PENDAPATAN MENENGAH BAWAH DI KECAMATAN DRIYOREJO, KABUPATEN GRESIK OLEH PALUPI SRI NARISYWARI SIDANG TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS
Lebih terperinciEVALUASI LAYANAN SANITASI DI RUSUNAWA SEMANGGI KOTA SURAKARTA
EVALUASI LAYANAN SANITASI DI RUSUNAWA SEMANGGI KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Program Studi Magister Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna
Lebih terperinciTersedianya perencanaan pengelolaan Air Limbah skala Kab. Malang pada tahun 2017
Sub Sektor Air Limbah Domestik A. Teknis a. User Interface Review Air Limbah Buang Air Besar Sembarangan (BABS), pencemaran septic tank septic tank tidak memenuhi syarat, Acuan utama Air Limbah untuk semua
Lebih terperinciTabel 2.2 Sintesa Teori Faktor Bermukim Masyarakat
2.5 Sintesa Teori dan Penentuan Variabel Penentuan variabel penelitian yang akan dilakukan melalui sintesa teori yang telah dijabarkan sebelumnya. Sintesa teori yang dilakukan merupakan penggabungan dari
Lebih terperinciPOHON KINERJA DINAS PEKERJAAN UMUM TAHUN 2016
POHON KINERJA DINAS PEKERJAAN UMUM TAHUN 2016 ESELON II ESELON III ESELON IV INPUT SASARAN STRATEGIS (SARGIS) IK SARGIS SASARAN PROGRAM IK PROGRAM SASARAN KEGIATAN IK KEGIATAN Persentase prasarana aparatur
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN MENGENAI STRATEGI ADAPTASI LINGKUNGAN TERHADAP DAERAH RAWAN BANJIR KELURAHAN PEDURENAN KECAMATAN KARANG TENGAH TANGERANG TAHUN
KUESIONER PENELITIAN MENGENAI STRATEGI ADAPTASI LINGKUNGAN TERHADAP DAERAH RAWAN BANJIR KELURAHAN PEDURENAN KECAMATAN KARANG TENGAH TANGERANG TAHUN 2016 NO. RESPONDEN : I. PETUNJUK PENGISIAN 1. Baca dengan
Lebih terperinciKELOMPOK KERJA PPSP KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat, Pemerintah Indonesia menetapkan sejumlah kebijakan yang mendukung percepatan kinerja pembangunan air minum dan sanitasi,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Pendidikan Indonesia, yang beralamat di Jalan Setiabudhi No. 229 Bandung, Jawa
Lebih terperinciInfrastruktur PLP dalam Mendukung Kesehatan Masyarakat
Infrastruktur PLP dalam Mendukung Kesehatan Masyarakat Direktorat Pengembangan PLP Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat APA YANG DISEBUT SANITASI?? Perpres 185/2014
Lebih terperinciBAB III PROSEDUR PENELITIAN. Penelitian memerlukan suatu metode untuk memudahkan peneliti untuk
45 BAB III PROSEDUR PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian memerlukan suatu metode untuk memudahkan peneliti untuk proses pengumpulan dan menampilkan data hasil penelitian yang dilakukan. Menurut
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sekaligus faktor utama penunjang pembangunan ekonomi karena peningkatan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbaikan kualitas penduduk merupakan tujuan pembangunan dan sekaligus faktor utama penunjang pembangunan ekonomi karena peningkatan kualitas penduduk berarti peningkatan
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN. Komprehensif terhadap Kesejahteraan Masyarakat serta Kemandirian Masyarakat
107 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1.Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh Perbaikan Kampung Komprehensif terhadap Kesejahteraan Masyarakat serta Kemandirian Masyarakat di
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi sebagai objek penelitian merupakan hal yang penting untuk ditentukan dalam penelitian. Menurut Fathoni (2006:103) populasi
Lebih terperinciBuku Putih Sanitasi Kota Bogor
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi sanitasi merupakan salah satu komponen yang ikut mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat dan lingkungan yang secara tidak langsung juga turut berkontribusi
Lebih terperinciEvaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang
TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang Desti Rahmiati destirahmiati@gmail.com Arsitektur, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik,
Lebih terperinci