BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. Terpadu Puskesmas (SP2TP) ditetapkan melalui Surat Keputusan MENKES/SK/II/1981.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan

HUBUNGAN SUMBERDAYA ORGANISASI DENGAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PUSKESMAS (SIMPUS) DI KABUPATEN LANGKAT TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. supervisi dinas kesehatan kabupaten atau kota. Puskesmas mempunyai tugas

KERANGKA ACUAN KERJA SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN TINGKAT PUSKESMAS (SP2TP)

BAB 1 PENDAHULUAN. keputusan dalam mencapai tujuan tertentu. Sistem informasi pada dasarnya adalah

BAB 3 KERANGKA PIKIR

Deskripsi: Sistem Informasi Kesehatan (SIK) di Puskesmas merupakan bagian dari sumber data dalam Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif (Depkes RI,

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh pelayanan kesehatan. Sistem informasi kesehatan di puskesmas

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

PANDUAN WAWANCARA ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PUSKESMAS (SIMPUS) DI PUSKESMAS SUKARAMAI KECAMATAN MEDAN AREA TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat, dan tuntutan akan pencapaian MDGs (Milenium

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pelayanan kesehatan paling dasar dan sebagai ujung tombak

RANCANGAN KESEPAKATAN

BAB VII PENUTUP. a. Terjadi pengurangan proporsi anggaran APBD untuk kegiatan program gizi

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan puskesmas (Permenkes RI,2014). Angkat Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PENGIRIMAN LAPORAN KIA DARI PUSKESMAS KE DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

DINAS PARIWISATA PEMAPARAN KERTAS KERJA PROYEK PERUBAHAN (KKPP) DIKLAT PIMP III TH.2014 PEMPROV KEPRI. Nur ainiah.s.sos

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. pada tahun 1990-an berpengaruh terhadap konsep anggaran negara pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DI PUSKESMAS SIAK HULU III KECAMATAN SIAK HULU KABUPATEN KAMPAR

PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAH (UKGS) DI WILAYAH PUSKESMAS POLONIA KECAMATAN MEDAN POLONIA TAHUN

BAB VII PENUTUP. Kementrian Kesehatan dan Dinas Kesehatan Kota Pariaman Standar Pelayanan

BAB VII PENUTUP. Kabupaten Solok Selatan diketahui berdasarkan komponen input :

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Majalah INFO ISSN : Edisi XV, Nomor 1, Pebruari 2013

DAFTAR PERTANYAAN. Lampiran 1 ANALISIS IMPLEMENTASI KEPMENKES NOMOR 128 TAHUN 2004 DALAM PEMANTAUAN KEGIATAN DAN PELAPORAN KIA

P a g e 12 PERENCANAAN KINERJA. Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Lingga BAB. II

VI. PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. 128/MENKES/SK/II/2004 sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas kesehatan

BAB I PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUSKESMAS ITEM INSTRUMEN 1 Apakah ada SK Jenis jenis Pelayanan sesuai dengan prioritas

BUKTI KEGIATAN/REKAMAN IMPLEMENTASI PEDOMAN/ KAK / SOP. 2 Ijin Pendirian PKM 3 SK Penetapan PKM 4 Bukti Analisis Pendirian PKM. 1 Foto PKM 2 Denah PKM

Lampiran 1. Pedoman Wawancara untuk TPG

PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENETAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

Perencanaan Kesehatan Berbasis Data Di Kabupaten Minahasa Utara

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. 1. Ukuran dasar kebijakan sudah ada dalam bentuk modul pelatihan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pada saat ini berkat perkembangan ilmu dan teknologi juga kehidupan

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

BAB 1 PENDAHULUAN. kegiatan operasionalnya. Kegiatan operasional dalam perusahaan leasing ILUFA

BAB 6: KESIMPULAN DAN SARAN Komponen Masukan (Input) 1. Tenaga rekam medis jumlahnya sudah mencukupi untuk Rumah Sakit

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK

BAB I PENDAHULUAN. dinamis dalam berbagai sektor kehidupan manusia. Sejalan dengan kemajuan

BAB V STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Bab ini akan disajikan dalam tiga bagian, yaitu bagian simpulan, keterbatasan

ALUR SISTEM RKPD ONLINE KABUPATEN INDRAMAYU (Sebelum Meeting Pada Tanggal 04 Des 2015)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Hospital Association dalam Rustiyanto (2010),

BAB V PENUTUP. 1. Adapun hal-hal yang telah dilaksanakan oleh Badan Pelayanan Perijinan. dan cepat serta biaya ringan, meliputi:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Peranan Pengendalian

SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN PUSKESMAS

MODUL PUSKESMAS 1. SISTEM INFORMASI PUSKESMAS (SIMPUS)

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi atau instansi memiliki tujuan apa yang akan mereka capai

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. atas ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk

SISTEM INFORMASI KESEHATAN DAERAH TERPADU KABUPATEN FLORES TIMUR UNTUK EFEKTIFITAS WAKTU KINERJA. Abstrak

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,

MONITORING DAN EVALUASI INTERNAL KINERJA PELAKSANAAN RENOP No. Revisi 00

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK DINAS PERTANIAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

Lampiran Program, Kegiatan dan Pendanaan Indikatif Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik Kabupaten Sumbawa Tahun

2 3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran

BAB I PENDAHULUAN. dalam memperbaiki kualitas suatu organisasi atau instansi. Penggunaannya tidak

Rencana Kinerja Bagian Pembangunan Tahun 2015 RENCANA KINERJA

Latar Belakang. Manfaat

PEDOMAN MUTU PUSKESMAS DAN KESELAMATAN PASIEN

V. PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN

JENIS LAYANAN STANDARD OPERATION PROCEDURED (SOP) BAGIAN KEUANGAN SEKRETARIAT BKD PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Puskesmas merupakan salah satu institusi pemerintah yang memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di suatu

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan

(RENCANA KERJA) TAHUN 2015

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM UNTUK PEJABAT DINAS KESEHATAN DAN TPG PUSKESMAS

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 79 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

PROPOSAL INOVASI PELAYANAN PUBLIK Judul Inovasi : Penerapan Sistem Manajemen Absensi Real Time (SMART) melalui Face Scan.

RENCANA KERJA TAHUN 2017 BAGIAN PEMBANGUNAN SEKRETARIAT DAERAH KOTA PADANG

PETUNJUK PELAKSANAAN DEKONSENTRASI LINGKUP KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

INDIKATOR DAN TOLAK UKUR KINERJA BELANJA LANGSUNG

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK

Sistem Informasi Kesehatan

BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Bab ini menjelaskan mengenai simpulan yang menjawab tujuan dari

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM

SUMBER DATA SISTEM. dr. Irma Khrisnapandit, Sp.KP

ANALISIS KETEPATAN WAKTU PELAPORAN DALAM SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN PUSKESMAS (SP3) DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLORA

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing. Kewajiban lainnya adalah melakukan administrasi. medis yang tertib yaitu dengan sistem dan prosedur yang efisien dan

RENCANA AKSI PENCAPAIAN KINERJA 2017

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. Pintu yang diselenggarakan oleh BPMPTSP Kabupaten Purwakarta belum

KATA PENGANTAR. Semarapura, 30 Maret 2016 Kepala Bappeda Kabupaten Klungkung, I Wayan Wasta, SE, M.Si Pembina Tk. I (IV/b) NIP

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

B U P A T I B U N G O

BAB I PENDAHULUAN. menjangkit jutaan orang tiap tahun dan menjadi salah satu penyebab utama

PERUBAHAN YANG INGIN DIWUJUDKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG KEGIATAN TAHUN JAMAK

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum PT. Freshklindo Graha Solusi

Transkripsi:

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan 7.1.1. Komponen Input 7.1.1.1. Kebijakan Dasar Kebijakan Sistem Informasi Kesehatan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) ditetapkan melalui Surat Keputusan MENKES/SK/II/1981. Kebijakan itu tidak dilanjutkan dengan penegasan dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Solok, karena tidak ditemukan bukti adanya Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten dalam pelaksanaan kegiatan sistem informasi kesehatan di Dinas Kesehatan dan Puskesmas. Tidak ada kebijakan tertentu yang dapat dijadikan pedoman bersama mengenai sistem informasi kesehatan, sehingga terjadi perbedaan persepsi mengenai pelaksanaan kegiatan di lapangan. Perbedaan itu meliputi batas waktu pengiriman laporan karena masing-masing Puskesmas mempunyai kesepakatan tersendiri untuk itu. Di Dinas Kesehatan pun belum ada batasan tegas tentang batas terakhir penyampaian laporan dari Puskesmas ke Dinas Kesehatan, sehingga penanggung jawab Sistem Informasi Kesehatan di Dinas Kesehatan hanya menunggu penyampaian laporan dari Puskesmas. Perbedaan lain tidak adanya ketentuan petugas yang ditunjuk untuk melakukan kegiatan tersebut, bahkan ada Puskesmas yang menugaskan petugas dari program lain untuk merangkap sebagai penanggung jawab sistem informasi kesehatan. Hal inilah yang menyebabkan tidak semua Puskesmas melakukan pengolahan data sebelum disampaikan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Solok.

7.1.1.2. Tenaga Tidak ada tenaga khusus penanggung jawab sistem informasi kesehatan atau SP2TP di Puskesmas. Semuanya merangkap dengan jabatan lain, karena pimpinan Puskesmas menganggap bahwa kegiatan penanggung jawab sistem informasi kesehatan itu hanya merupakan bagian kecil sehingga tidak memerlukan petugas khusus. Tidak ada spesifikasi pendidikan khusus karena siapa saja dapat menjadi penanggung jawab kegiatan tersebut. Semua penanggung jawab sistem informasi kesehatan atau SP2TP di Puskesmas belum pernah mendapatkan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam hal pencatatan dan pelaporan. Belum terpenuhi ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas untuk meningkatkan kinerja dan mutu kegiatan. 7.1.1.3. Sarana Kelengkapan sarana mutlak diperlukan dalam menunjang pelaksanaan kegiatan petugas. Semua mengakui bahwa sarana yang ada belum memenuhi standar yang diharapkan. Masih ada petugas yang membawa laptop sendiri atau bahkan menyewa warnet untuk mengetik laporan sistem informasi kesehatan. Ini terjadi karena masih kurangnya jumlah komputer di Puskesmas atau belum adanya listrik di Puskesmas tersebut. 7.1.1.4. Dana Walaupun Puskesmas mempunyai anggaran karena sudah merupakan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), tetapi tidak ada anggaran khusus mengenai sistem informasi kesehatan. Hal ini disebabkan karena sistem informasi kesehatan belum dimasukkan sebagai suatu kegiatan tersendiri sehingga dana yang diperlukan masih melekat pada kegiatan lain.

7.1.1.5. Metode Belum ada metode yang sama dalam pelaksanaan sistem informasi kesehatan antar Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten Solok. Masing-masing Puskesmas melaksanakan metode dengan menyesuaikan kondisi dan kemampuan petugas yang ada. Tidak ada alur yang sesuai dengan alur pelaksanaan sistem informasi kesehatan yang baku. Hal ini disebabkan tidak ada kebijakan tentang pelaksanaan sistem ionformasi kesehatan baik di Puskesmas dan Dinas Kesehatan. Hendaknya Kepala Dinas Kesehatan dan seluruh Pimpinan Puskesmas melaksanakan alur pelaporan sistem informasi kesehatan yang baku dengan melibatkan Bappeda sebagai penanggung jawab utama data untuk perencanaan kegiatan daerah. 7.1.1.6. Buku Pedoman Buku pedoman pelaksanaan kegiatan SP2TP yang diharapkan ada sebagai petunjuk manual agar terlaksananya kegiatan secara benar juga tidak ditemukan. Sebagai alat bantu pencatatan di lapangan petugas hanya dapat memanfaatkan Buku KIA. Semua hal inilah yang menyebabkan pelaksanaan kegiatan belum berjalan optimal seperti yang diharapkan. 7.1.1.7. Sistem Monitoring dan Evaluasi Tidak ada pedoman khusus pelaksanaan sistem monitoring dan evaluasi sehingga kegiatan sistem informasi kesehatan baik di Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten Solok belum terlaksana secara optimal. Hal ini disebabkan karena kegiatan sistem informasi kesehatan belum mempunyai penanggung jawab khusus serta belum dianggap sebagai kegiatan tersendiri yang memerlukan monitoring evaluasi.

7.1.2. Komponen Proses 7.1.2.1. Perencanaan Perencanaan belum dilakukan secara optimal, lebih banyak disesuaikan dengan kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebabkan karena data yang didapatkan dari pelaksanaan sistem informasi kesehatan belum mencukupi atau belum dianalisis sehingga belum dapat dipakai untuk perencanaan kegiatan Puskesmas dan Dinas Kesehatan selanjutnya. Perencanaan khusus untuk pelaksanaan sistem informasi kesehatan belum dapat dilakukan secara maksimal karena menyangkut ketegasan Kepala Dinas Kesehatan dan Pimpinan Puskesmas yang berperan besar sebagai pengambil keputusan. 7.1.2.2. Pengorganisasian Belum semua Puskesmas mempunyai pengorganisasian pelaksanaan sistem informasi kesehatan, baik dari segi personil penanggung jawab sistem informasi kesehatan maupun tugas pokok dan fungsi masing-masing. Hal ini disebabkan karena kegiatan sistem informasi kesehatan masih dilekatkan pada kegiatan lain dan penanggung jawabnya juga dirangkap oleh petugas lain. 7.1.2.3. Penggerakkan Pelaksanaan Walaupun semua pihak sudah mengetahui tujuan pelaksanaan Sistem Informasi Kesehatan tetapi tetap belum tercapainya data KIA yang berkualitas secara optimal. Hal yang dapat mengurangi kinerja adalah kurangnya dorongan atau motivasi pimpinan dalam pelaksanaan kegiatan.

7.1.2.4. Pengawasan dan Pengendalian Secara keseluruhan proses pengawasan dan pengendalian belum berjalan secara optimal. Kepala Dinas Kesehatan dan Pimpinan Puskesmas belum melaksanakan pengawasan dan pengendalian dengan baik. 7.1.3. Komponen Output Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan Sistem Informasi Kesehatan Ibu dan Anak Laporan Bulanan 3 (LB3) Di Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten Solok masih mengalami kendala keterlambatan pengiriman laporan ke Dinas Kesehatan. Hampir semua Puskesmas mengirimkan laporan bulanan KIA lengkap, karena 94% dari informan Bidan Desa adalah Bidan. Data yang didapat akurat, karena masing-masing bidan desa mempunyai target sasaran yang telah ditentukan, buku kohor dan register kunjungan. Data yang didapat tidak bisa direkayasa, karena bila terjadi rekayasa pada bulan ini akan menyusahkan mereka membuat laporan pada bulan berikutnya. Hampir semua Puskesmas berusaha memanfaatkan data yang ada dengan mengajukan usulan perencanaan kegiatan tahun berikutnya berdasarkan data tahun sebelumnya walaupun belum berjalan seperti yang diharapkan. 7.2. Saran 7.2.1. Bagi Puskesmas Kabupaten Solok 7.2.1.1. Perlu ada kebijakan tertulis dari Kepala Dinas Kesehatan dan atau Pimpinan Puskesmas mengenai pelaksanaan sistem informasi kesehatan di Dinas Kesehatan dan Puskesmas. Isi kebijakan meliputi dasar pelaksanaan, tujuan, penanggungjawab, alur kegiatan dan monitoring evaluasi.

7.2.1.2. Perlu diangkat tenaga penanggung jawab sistem informasi kesehatan/ SP2TP yang kompeten, memberikan pelatihan secara berkesinambungan serta melengkapi sarana prasarana untuk pelaksanaan kegiatannya.. 7.2.1.3. Sistem informasi kesehatan di Puskesmas hendaknya dilakukan satu pintu, dan tenaga Penanggung jawab sistem informasi kesehatan/ SP2TP bukan hanya sekedar megumpulkan data, tetapi dapat juga memahami data yang ada dan dapat memberikan penjelasan kepada pihak lain yang membutuhkan data tersebut. 7.2.2. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Solok 7.2.2.1. Perlu ada kebijakan tertulis berupa Surat Keputusan dari Kepala Dinas Kesehatan mengenai pelaksanaan sistem informasi kesehatan di Dinas Kesehatan dan Puskesmas, termasuk kebijakan koordinasi dengan Bappeda sebagai perencana pembangunan daerah termasuk pembangunan bidang kesehatan. 7.2.2.2. Sudah saatnya untuk memikirkan pelaksanaan sistem informasi kesehatan online, karena dapat meningkatkan kepercayaan Puskesmas agar tidak ada lagi data yang hilang di Dinas Kesehatan. Selain itu dapat menghemat anggaran yang diperlukan untuk pelaksanaan sistem informasi kesehatan seperti anggaran untuk biaya kertas dan cetak serta biaya transportasi petugas dan BBM untuk mengantarkan laporan ke Dinas Kesehatan. Kegiatan ini dapat terlaksana dengan menganggarakan secara bertahap untuk masing-masing Puskesmas. Membutuhkan biaya yang cukup besar tetapi dengan melihat manfaat yang akan dihasilkan perlu advokasi Kepala Dinas Kesehatan kepada TAPD dan Legastif untuk dapat menyakinkan perlunya diadakan secara bertahap sesuai kondisi keuangan daerah.

7.2.2.3. Perlu diangkat tenaga penanggung jawab sistem informasi kesehatan/ SP2TP yang kompeten, memberikan pelatihan secara berkesinambungan serta melengkapi sarana prasarana untuk pelaksanaan kegiatannya 7.2.2.4. Perlu dukungan dan komitmen dari Dinas Kesehatan agar terselenggaranya pelaksanaan sistem informasi kesehatan khususnya laporan bulanan KIA yang berkualitas dengan selalu memberikan umpan balik berupa evaluasi terhadap laporan yang diberikan yang dapat disampaikan pada setiap pertemuan bulanan Pimpinan Puskesmas atau pemegang program KIA. Umpan balik yang diberikan dapat berupa ketepatan penyampaian laporan, ketepatan data yang disampaikan dan beberapa hal lainnya. 7.2.2.5. Melakukan monitoring, evaluasi dan pengawasan terhadap kegiatan Puskesmas dengan mengadakan pertemuan rutin Pimpinan Puskesmas dan pemegang program KIA sekaligus sebagai upaya motivasi bagi Puskesmas untuk bekerja lebih baik. 7.2.3 Bagi Peneliti Lain Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti salah satu aspek yang berperan penting bagi tercapainya pelaksanaan sistem informasi kesehatan yang optimal, terutama mengenai faktor-faktor yang termasuk dalam input kegiatan.