BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. Pintu yang diselenggarakan oleh BPMPTSP Kabupaten Purwakarta belum

Transkripsi

1 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penyajian data dan pembahasan, maka kesimpulan dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Proses atau tahapan Implementasi Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu yang diselenggarakan oleh BPMPTSP Kabupaten Purwakarta belum dilaksanakan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari belum optimalnya pelaksanaan tahapan-tahapan proses penyelenggaraan kebijakan seperti yang tercantum dalam ketentuan-ketentuan yang menjadi landasan penyelenggaraan kebijakan. Yang menjadi kelemahan dalam pelaksanaan proses penyelenggaraan pelayanan terpadu satu di BPMPTSP Kabupaten Purwakarta antara lain : SOP yang dibuat tidak dibedakan antara SOP untuk pengurusan perijinan baru dan perpanjangan izin, Lamanya waktu proses perizinan banyak yang tidak sesuai dengan SOP yang berlaku sekarang terutama pada beberapa izin yang memerlukan pemeriksaan lapangan. Lamanya waktu proses perizinan ini juga pada beberapa izin tergantung kepada dinas teknis dalam memberikan rekomendasinya. 2. Dari Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas kebijakan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, penulis memperoleh kesimpulan bahwa: 143

2 a. Komunikasi. Penyelenggaraan pelayanan terpadu satu pintu yang dilaksanakan di BPMPTSP apabila ditinjau dari faktor komunikasi terdapat tiga hal yang menjadi fokus penelitian yaitu pertama komunikasi dalam hal penyampaian informasi penyelenggaraan kebijakan kepada BPMPTSP selaku organisasi yang melaksanakan kebijakan tersebut. Dalam penyampaian informasi penyelenggaraan kebijakan sudah dilaksanakan cukup baik, hal ini bisa dilihat dari banyaknya penjabaran kebijakan tersebut yang dituangkan dalam berbagai bentuk peraturan dan ketetapan yang mengatur dan menerangkan maksud dan tujuan kebiajakn yang ingin dicapai. Yang kedua adalah dalam hal penyampaian informasi antar pelaksana kebijakan, baik intern antar pegawai BPMPTSP maupun ekstern dengan dinas lain. Dalam hal informasi antar pelaksana kebijakan, penulis menilai faktor informasi masih belum dilaksanakan dengan baik, hal ini bisa terlihat dari rapat koordinasi yang dilakukan baik internal di BPMPTSP maupun antar instansi/dinas terkait dalam penyelenggaraan pelayanan perijinan terpadu satu pintu masih kurang baik. Rapat koordinasi ini secara informal sudah sering dilakukan dan biasanya diadakan ketika timbul permasalahan, namun kurangnya intensitas pertemuan dalam rapat koordinasi bisa menyebabkan kurangnya komitmen para pelaksana terhadap penyelenggaraan kebijakan. Karena idealnya rapat koordinasi dilauan secara rutin, sehingga selalu terjalin 144

3 komunikasi yang lancar dan hubungan kerja yang solid dan harmonis antar pejabat pelaksana dalam pelaksanaan kebijakan. Disamping itu melalui rapat koordinasi tersebut, banyak hal yang bisa dibahas dan ditindaklanjuti dalam rangka evaluasi dan perbaikan penyelenggaraan kebijakan pelayanan perijinan terpadu satu pintu. Yang ketiga adalah dalam hal penyampaian informasi kepada masyarakat atau dikenal dengan istilah sosialisai. Dalam faktor sosialisasi ini, penulis melihat bahwa BPMPTSP sudah melaksanakan dengan optimal, hal ini bisa terlihat dari berbagai upaya yang telah dilakukan oleh BPMPTSP dalam upaya menyampaikan informasi penyelenggaraan pelayanan terpadu satu pintu kepada masyarakat. Baik yang secara langsung terjun langsung ke daerahdaerah maupun penyampaian dengan menggunakan sarana media massa. b. Sumber Daya Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya tentang faktor Sumber Daya, yang terbagi kedalam tiga kategori yaitu, Sumber Daya Manusia, Sumber Daya Anggaran dan Sumber Daya Sarana dan Prasarana, penulis melihat bahwa faktor Sumber Daya belum bisa dilaksanakan dengan baik sebagai salah satu faktor yang dapat mendukung penyelenggaraan pelayanan terpadu satu pintu di BPMPTSP Kabupaten Purwakarta. Hal ini bisa terlihat dari ketersediaan dan pemenuhan sumber daya manusia yang belum bisa dikatakan ideal dari segi kualitas berdasarkan kebutuhan. Walaupun hal tersebut bisa ditutupi dengan mengadakan pelatihan dan diklat, namun masih belum bisa menutupi kekurangan tenaga ahli yang 145

4 dibutuhkan. Dari segi pemenuhan anggaran untuk biaya operasional pelaksanaan kebijakan, kalau dlihat dari jumlah nominal anggaran yang ada sudah cukup memadai, namun dalam hal pelaksanaan pembiayaan anggaran masih belum bisa dikatakan optimal. Hal ini terlihat dari kurangnya pemenuhan sarana dan prasarana yang ada. Seharusnya dengan jumlah anggaran yang ada sekarang ini harus mampu menyediakan kebutuhan optimal dalam pemenuhan sarana dan prasarana dalam menunjang kegiatan pekerjaan. c. Disposisi Faktor Disposisi yaitu dukungan pejabat dan pimpinan daerah dalam penyelenggaraan kebijakan pelayanan terpadu satu pintu di BPMPTSP Kabupaten Purwakarta, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa Pimpinan Daerah sebagai pejabat yang mengeluarkan kebijakan tersebut sudah memberikan dukunganya baik secara langsung dengan mengeluarkan berbagai peraturan dan ketetapan yang memperkuat BPMPTSP sebagai organisasi pelaksana kebijakan tersebut maupun secara tidak langsung dengan mensosialisasikan kebijakan tersebut kepada para stakeholder. Namun sikap pimpinan daerah tersebut belum didukung oleh para pejabat dibawahnya, hal ini dapat dilihat dari belum sepenuhnya para pejabat tersebut secara optimal menyerahkan kewenangan dalam pengurusan perizinan yang sudah menjadi kewenangan untuk dikelola oleh BPMPTSP. Secara administratif kewenangan tersebut sudah diserahkan kepada BPMPTSP, namun secara 146

5 teknis masih ada beberapa kewenangan yang masih berada pada dinas teknis. Hal ini yang menjadi kendala bagi BPMPTSP dalam pelaksanaan penyelenggaraan pelayanan perizinan kepada masyarakat. d. Struktur Organisasi Struktur organisasi yang berlaku sekarang di BPMPTSP Kabupaten Purwakarta kurang mendukung dalam pelaksanaan penyelenggaraan kebijakan PTSP. Struktur organisasi yang berlaku sekarang di BPMPTSP dirasakan terlalu banyak besar dan terlalu banyak birokrasi dalam pelaksanan pelayanan perizinan. Hal ini bisa terlihat dari adanya dua bidang dan empat sub bidang yang menangani proses pelayanan perizinan, sehingga perjalanan berkas izin menjadi sangat lama dan berbelit-belit hal ini akan berdampak terhadap lamanya prose perizinan itu sendiri. Dan juga akibat adanya dua bidang yang menangani perizinan akan pula berdampak terhadap kebijakan yang diambil pada saat proses pelayanan perizinan, dimana selalu timbul dualisme kebijakan yang akan membuat para staf pelaksana menjadi kebingungan. 7.2 Saran Efektifitas dalam penyelenggaraan kebijakan PTSP di Kabupaten Purwakarta terbukti belum efektif. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang telah penulis jelaskan sebelumnya. Oleh sebab itu agar kinerja kebijakan ke depannya dapat lebih optimal dalam meningkatkan kualitas layanan publik, maka penulis merekomendasikan hal-hal berikut ini: 147

6 1. Perlu adanya perubahan SOP yang berlaku saat ini di BPMPTSP. Perubahan tersebut harus memuat tentang perbedaan antara SOP perpanjangan izin dan dan permohonan izin baru. Perubahan juga harus memuat tentang perubahan lamanya proses perizinan dimana yang termuat dalam SOP untuk izin usaha 5 hari kerja sedangkan yang terjadi dilapangan 14 hari kerja, maka disarankan untuk menambah lamanya proses menjadi 10 hari kerja. Sedangkan untuk IMB ditambah menjadi 20 hari kerja dari semula 12 hari kerja kaarena yang terjadi lapangan untuk penyelesaian IMB sekarang memakan wktu 30 hari kerja. 2. Perlu adanya juklak atau juknis terkait Keputusan Bupati Nomor 061/Kep.433 A-Ortala/2007 tentang Tim Kerja Teknis yang memperkuat Tim Kerja Teknis sebagai satu-satunya organisasi yang berhak mengeluarkan rekomendasi dalam penerbitan izin. Karena yang terjadi sekarang ini dalam rapat koordinasi Tim Kerja Teknis, perwakilan dari dinas teknis yang mengikuti rapat bukan pejabat yang mempunyai kewenangan dalam membuat keputusan sehingga akhirnya rapat Tim Kerja Teknis tidak menghasilkan keputusan yang pasti dan harus menunggu keputusan lanjutan dari dinas teknis yang berupa rekomendasi terhadap perizinan yang dimohonkan. 3. Struktur organisasi yang berlaku di BPMPTSP harus diubah dengan dileburnya bidang pelayanan dan bidang pengolahan menjadi hanya satu bidang saja sehingga akan menjadi lebih efisien dan efektif dalam menyelenggarakan pelayanan perijinan. Karena yang terjadi sekarang ini adalah sering terjadi benturan diantara dua bidang tersebut baik dalam hal 148

7 pengambilan kebijakan maupun dalam pelaksanaan proses pelayanan permohonan perizinan. 149