Bab 2. Landasan Teori. saja dipandang sebagai tulang punggung cerita, namun kita pun dapat

dokumen-dokumen yang mirip
Bab 2. Landasan Teori. ditampilkan dalam sebuah cerita. Menurut Abrams dalam Nurgiyantoro

Bab 2. Landasan Teori. Setiap cerita pasti memiliki tokoh karena tokoh merupakan bagian penting dalam

BAB 2. Landasan Teori. Pada bab ini, penulis akan menjelaskan teori-teori yang akan digunakan dalam

Bab 2. Landasan Teori. yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik, karena kedua unsur inilah yang sering banyak

Bab 2 Landasan Teori. Dalam kesastraan mengenal prosa (Inggris: prose) sebagai salah satu genre sastra

ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan

Bab 2. Landasan Teori. berupa manusia. Tokoh cerita dapat berupa hewan dan tumbuhan yang

映画 野ブタをプロデュース における社会的 現象 苛め の分析

BAB 2. Tinjauan Pustaka

PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

ABSTRAK. lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu

PROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah :

Bab 2. Landasan Teori

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau

Bab 2. Landasan Teori. Menurut Davies dan Osamu Ikeno (2002:95), giri merupakan kunci dalam

(Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) あさり ガンバレ! bersemangat. Berusaha Asari! Pada situasi di atas, penggunaan katakana ada pada kata ガンバレ.

KARAOKE SEBAGAI MEDIA UNTUK DEALING BISNIS DAN RELAKSASI BAGI PELAKU BISNIS DAN WISATAWAN ASING DI JUN EXECUTIVE KARAOKE HOTEL SAVOY HOMANN

BAB 2 LANDASAN TEORI

SILABUS PERKULIAHAN CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II

ABSTRAK. tujuan. Ketika kita berbahasa, orang lain dapat mengerti apa maksud, ide, pesan,

Bab 2. Landasan Teori. Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan :

BAB 2. Landasan Teori

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi.

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

KENDALA YANG DIHADAPI TENAGA KERJA ASING ORANG JEPANG YANG TINGGAL DI INDONESIA (KHUSUSNYA DI WILAYAH JAKARTA DAN BEKASI)

PENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015

PENGGUNAAN SHUUJOSHI JOSEIGO DAN DANSEIGO DALAM KOMIK NIHONJIN NO SHIRANAI NIHONGO VOLUME 1 DAN 2 KARYA HEBIZOU DAN UMINO NAGIKO SKRIPSI

Bab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi

ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA

PENGGUNAAN SHUUJOSHI RAGAM BAHASA WANITA DALAM DRAMA SHOKOJO SEIRA EPISODE 1,2,3 SKRIPSI OLEH: ANINDYA PURI PRIMASWARI NIM

PERILAKU AMAE PADA TOKOH-TOKOH DALAM NOVEL SHIOSAI KARYA MISHIMA YUKIO SKRIPSI

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA DAN TOKOH KEDUA NOVEL 500G DE UMARETA MUSUME E KARYA MICHIYO INOUE

BJ システムについて Mengenai BJ System

SATUAN ACARA PERKULIAHAN JITSUYO KAIWA I (JP 301) SEMESTER 6 /TINGKAT III

Dikerjakan O L E H SUNITA BR

ANALISIS PSIKOLOGI TIPE INTROVERT TOKOH YUICHI TANABE DALAM NOVEL KITCHEN

MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG

OEDIPUS-KOMPLEKS PADA TOKOH MA KUN DALAM NOVEL TOKYO TAWĀ: OKAN TO BOKU, TOKIDOKI, OTON KARYA RIRI FURANKI

ANALISIS TOKOH BOTCHAN DALAM DRAMA TVBOTCHANDENGAN TEORI HIRARKI KEBUTUHAN BERTINGKATDARI ABRAHAM MASLOW SKRIPSI

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan mengemukakan beberapa teori yang digunakan dalam

BAB 2 LANDASAN TEORI. karya fiksi tidak harus sama dan memang tidak perlu disamakan dengan kebenaran yang

Bab 2. Landasan Teori. Masuoka dan Takubo (1992, hal.8), mengungkapkan bahwa Hinshi 品詞 atau. kelas kata dibagi menjadi sebelas jenis, diantaranya:

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN VERBA BAHASA JEPANG YANG BERMAKNA MEMAKAI PADA MAHASISWA TINGKAT II DPBJ FPBS UPI

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan

PEMBENTUKAN IDENTITAS ANAK MUDA PADA TOKOH KOYUKI DALAM FILM BECK KARYA SHIORI KUTSUNA SKRIPSI. Oleh ALFA RODHY E.S NIM

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi,

KATA PENGANTAR. Esa, karena berkat rahmat dan anugerah-nya, penulisan skripsi yang berjudul

Bab 2. Landasan Teori. perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Contoh : 歩く 倒れる 話す.

Bab 2. Tinjauan Pustaka

BAB 2 LANDASAN TEORI. hal, seperti sosial budaya, kemasyarakatan dan sastra itu sendiri tentunya. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki suatu bangsa. Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu

ABSTRAK INDONESIA ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH UTAMA DALAM KOMIK YAMATO NADESHIKO SHICHI HENGE KARYA TOMOKO HAYAKAWA

Bab 2. Landasan Teori. Wellek & Warren (1989: ) mengemukakan bahwa realitas dalam karya fiksi

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PRONOMINA DEMONSTRATIVA SISWA KELAS XII BAHASA TAHUN AJARAN 2013/2014 DI SMA NEGERI 1 BATU SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. ide, atau perasaan tersebut dapat secara harfiah atau metaforis, secara langsung atau tidak

BAB II SOFTWERE JLOOK UP. Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup

Bab 2. Landasan Teori. Ishihara (2009:42) membahas tentang penokohan yaitu sebagai berikut

ANALISIS KARAKTER DAN KONFLIK TOKOH UTAMA DALAM NOVEL BOCCHAN KARYA NATSUME SOUSEKI. Mei Ambar Sari*

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Yanagita Kunio (via Danandjaja, 1997: 35-36) salah satu cara

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan

BAB 2. Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Salah satu fungsi bahasa yaitu dengan berbahasa manusia dapat

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

MAKNA LAGU HIMAWARI KARYA KAWASAKI FUTOSHI DAN AKIMOTO YASUSHI

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini akan menjelaskan teori-teori yang akan digunakan. Teori yang akan

PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang.

Bab 2. Landasan Teori. Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita. Watak, perwatakan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bahasa yang cukup diminati oleh pembelajar bahasa asing di

Bab 2. Landasan Teori. Kata psikologi berasal dari Yunani yang merupakan gabungan dari kata psyche yang

Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Definisi Makna Peribahasa Menurut Orang Jepang dan Orang Indonesia Definisi Makna Peribahasa Menurut Orang Jepang

2.1 Definisi Modalitas

MAKNA SYAIR LAGU SAKURA DALAM DUA LAGU J-POP BERJUDUL SAKURA KARYA NAOTARO MORIYAMA DAN KENTARO KOBUCHI

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial masyarakat yang digunakan di berbagai negara sangat beragam.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sutedi (2003:2) mengatakan, Bahasa digunakan sebagai alat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan

PEGGUNAAN RAGAM BAHASA HORMAT (KEIGO) DALAM DRAMA ATTENTION PLEASE KARYA SATO YUICHI

Bab 4. Simpulan dan Saran. Pada bab ini penulis akan memberikan Simpulan dari hasil analisis mengenai makna

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem

TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり

Bab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat

DAFTAR ISI... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS... HALAMAN PUBLIKASI SKRIPSI... KATA PENGANTAR... BAB I PENDAHULUAN...

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu bentuk hasil pekerjaan kreatif yang obyeknya adalah

ABSTRAK. Kata Kunci : tindak tutur tidak langsung literal, perubahan fungsi kalimat, deklaratif, imperatif, interogatif

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau

Bab 2. Landasan Teori. Dalam metode pengajaran, perlu diketahui konsep yang melatarbelakangi

KONFLIK EKSTERNAL PADA TOKOH SUGURO DALAM NOVEL SUKYANDARU KARYA SHUSAKU ENDO SKRIPSI OLEH ANDHIKA FITRIYANA NIM

KONFLIK ANTARKLAN DALAM NOVEL TAIRA NO MASAKADO KARYA EIJI YOSHIKAWA (KAJIAN STRUKTURAL) SKRIPSI

PENGGUNAAN KANJOU HYOUGEN KATA TANOSHII, URESHII, DAN YOROKOBU DALAM SERIAL DRAMA ITAZURA NA KISS LOVE IN TOKYO KARYA TADA KAORU SKRIPSI

Bab 2. Landasan Teori

METODE PENGAJARAN MENULIS Sudjianto (Universitas Pendidikan Indonesia)

UPAYA MEMPERTAHANKAN BASIS EKONOMI OLEH KAUM KAPITALIS DALAM NOVEL KANI KOSEN KARYA KOBAYASHI TAKIJI SKRIPSI OLEH AHMAD JAMALUDIN

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI. di kutip maupun yang di rujuk telah saya nyatakan dengan benar. Nim :

Hasil Technical Meeting Lomba Benron Umum Nihongo no Hi 2018

Transkripsi:

Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Tokoh dan Penokohan Tokoh dan penokohan merupakan unsur penting dalam karya naratif. Plot boleh saja dipandang sebagai tulang punggung cerita, namun kita pun dapat mempersoalkan: siapa yang diceritakan itu?, siapa yang melakukan sesuatu dan dikenai sesuatu, sesuatu yang dalam plot disebut sebagai peristiwa, siapa pembuat konflik, dan lain-lain adalah urusan tokoh dan penokohan (Nurgiyantoro, 2005: 164). 2.1.1 Definisi Tokoh Menurut Nurgiyantoro (2005: 165), istilah tokoh menunjuk pada orangnya dan pelaku cerita. Watak, perwatakan, dan karakter menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca. Lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh. Abrams dalam Nurgiyantoro (2005: 165), mengungkapkan bahwa tokoh cerita (karakter) adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang ditafsirkan oleh pembaca memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan di dalam berbagai peristiwa cerita dan pada umumnya tokoh berwujud manusia, tetapi dapat juga berwujud binatang atau benda yang diinsankan (Sudjiman, 1991: 16). 2.1.2 Definisi Penokohan 12

Penokohan dan karakterisasi sering juga disamakan artinya dengan karakter dan perwatakan menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak-watak tertentu dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro, 2005: 165). Jones dalam Nurgiyantoro (2005: 165), mengungkapkan bahwa penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Menurut Stanton dalam Nurgiyantoro (2005: 165), penggunaan istilah karakter sendiri dalam berbagai literatur bahasa inggris menyaran pada dua pengertian yang berbeda, yaitu sebagai tokoh-tokoh cerita yang ditampilkan, dan sebagai sikap, ketertarikan, keinginan, emosi, dan prinsip moral yang dimiliki tokoh-tokoh tersebut. Dengan demikian, menurut nurgiyantoro (2005: 165), karakter dapat berarti pelaku cerita dan dapat pula berarti perwatakan. Antara seorang tokoh dengan perwatakan yang dimilikinya, memang merupakan suatu kepaduan yang utuh. Penyebutan nama tokoh tertentu, tak jarang, langsung mengisyaratkan kepada kita perwatakan yang dimilikinya. Menurut Jones dalam Nurgiyantoro (2005: 166), istilah penokohan lebih luas pengertiannya daripada tokoh dan perwatakan karena penokohan sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Penokohan sekaligus menyarankan pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita. Menurut Sudjiman (1991: 58), penokohan adalah penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh. Tokoh-tokoh perlu menggambarkan ciri-ciri lahir dan sifat serta sikap batinnya agar kualitas tokoh, nalar, dan jiwanya dikenal oleh pembaca. Ishihara (2009: 42), mengungkapkan teori penokohan adalah : 13

ヒーロー なんともいえずカッユいい響きを持つ言葉だ もともとは 英雄 という意味なのだが 小説や戯曲 シナリオの 中心人物 のことも 男性は ヒーロー 女性は ヒロイン と言ったりする もちろん 近代の小説にでてくる 中心人物 は すべてが 英雄 のように派手な行働をするわけではない むしろそれとはまったく逆の タイプ が多い Terjemahan: Hero bagaimanapun tidak bisa dikatakan berpenampilan menarik kecuali mempunyai perkataan yang bergaung dengan baik. Pada awalnya artinya adalaha eiyuu (hero), tetapi dealam novel dan drama juga berarti pemeran utama dalam skenario. Bila lelaki disebut hero, sedangkan perempuan disebut heroine. Tentunya, bukan karena di dalam novel sekarang ini yang dimunculkan sebagai pemeran utama semuanya seperti eiyuu (hero) yang berperilaku hebat. Cukup banyak tipe atau bahkan semua terbalik. Menurut Ishihara (2009: 45), pemeran utama dibagi menjadi dua bagian, yaitu: そうすると主人公は 動的な登場人物と不動的な登場人物何二分できるに二分できる 動的な登場人物は 境界線を横断し 題材的であるが 不動的な人物は あらかじめ分類された世界に固定され 境界線を越えることは禁じられ 無題材的となる 題材的人物は 時任謙作のように様々な試練を経ながら人格を変えていくような 筋を構成する主人公になりうる しかし 無題材的人物は 三四郎のように 自分の周囲で他の人物が演じる事件を傍観する 視点人物的な主人公となる Terjemahan: Kemudian pemeran utama dibagi menjadi dua bagian, yaitu penampilan karakter yang beraksi dan penampilan karakter yang tidak beraksi. Penampilan karakter yang beraksi melewati garis batas seni sastra, tetapi karakter yang tidak beraksi terlebih dahulu terpecah dan menetap tidak bisa melewati garis batas dan menjadi seni sastra. Karakter seni sastra adalah seperti kepercayaan diri pengarang yang telah melalui berbagai macam tes seperti kesalahan orang yang terus berubah, ceritanya menjadi konfigurasi atau cara menyusun pahlawan. Peran yang tidak beraksi adalah seperti Sanshiro, yang dirinya sendiri dikelilingi dengan peran lainnya memainkan kasus yang dilihatnya, buah pembicaraan menjadi pahlawannya. 2.2 Teori Cinta Menurut Calhoun dan Acocella dalam Irmayanti dan Irmawati (2005: 48-49), cinta adalah suatu hal yang tidak akan pernah ada habisnya untuk dibahas di muka 14

bumi ini. Sejak bumi diciptakan, sudah tidak terhitung berapa banyak kisah cinta yang romantis, dimana objek cintanya adalah seseorang yang berasal dari jenis kelamin yang berbeda. Cinta adalah sebuah kata yang membuat kita bertanya-tanya. Seseorang yang sedang jatuh cinta merasakan bahwa dunia ini hanya milik berdua bersama pasangannya. Jika kita menginginkan cinta yang bernilai, bercita rasa tinggi dan terwujud menjadi sebuah cinta yang indah serta tidak terjerumus dalam cinta yang sakit atau ironis, kita perlu mengetahui definisi cinta (Widianti, 2006:35). Semua teori tentang cinta diawali dengan teori tentang manusia dan tentang keberadaan manusia. Manusia mencari cinta atau sesuatu yang terasa seperti cinta, sedangkan binatang hanya mengikuti insting mereka. Insting seperti ini jarang terlihat pada manusia. Hal yang esensial dari keberadaan manusia adalah kenyataan bahwa manusia telah keluar dari golongan binatang, yaitu dari adaptasi yang berdasarkan insting semata. Manusia telah melampaui kemampuan alam, walaupun tidak pernah meninggalkan alam. Manusia adalah bagian dari alam, maka jika sekali manusia tersingkir dari alam, Ia tidak akan bisa kembali ke alam. Sekali dibuang dari surga, yang merupakan keadaan yang satu dengan alam, malaikat dengan pedangnya yang menyala akan menghadangnya jika ia ingin kembali. Manusia bisa berkembang jika ia mengembangkan nalarnya dengan menciptakan harmoni yang baru, yaitu harmoni yang manusiawi, bukannya harmoni yang tersesat (Fromm, 2006: 7) Menurut Fromm (2006: 21), definisi cinta adalah cinta adalah tindakan, perwujudan kekuatan manusia yang hanya dapat dipraktikkan dalam kebebasan dan bukan sebagai akibat dari hasrat. Bentuk-bentuk hasrat adalah iri hati, kecemburuan, ambisi, dan segala bentuk keserakahan. Cinta adalah suatu tindakan aktif, bukan sebuah tindakan pasif. Cinta adalah berdiri dalam, bukan jatuh pada. Pada 15

umumnya, karakter cinta aktif dapat dideskripsikan dengan menyatakan bahwa cinta itu terlebih dahulu memberi, bukan menerima. Apakah memberi itu?. Meski jawabannya terkesan sederhana, sebenarnya jawabannya bisa jadi sangat ambigu dan kompleks. Kata memberi sering disalah artikan. Kata memberi diasumsikan menyerahkan sesuatu atau mengorbankan sesuatu. Karakter pemasaran bersedia memberikan dan menerima. Jika mereka memberi tanpa menerima adalah suatu penipuan baginya. Orang yang orientasi utamanya bersifat non-produktif merasa memberikan sebagai sebuah aksi yang membuat mereka menjadi miskin. Oleh karena itu, kebanyakan individu jenis ini menolak untuk memberi. Beberapa orang menganggap bahwa memberi sama artinya dengan berkorban. Mereka merasa bahwa memberi itu menyakitkan. Jika seseorang harus memberi, maka mereka harus melakukan tindakan yang menerima pengorbanan. Bagi mereka, norma yang menyatakan bahwa lebih baik memberi dari pada menerima berarti lebih baik menderita kekurangan dari pada merasakan kebahagiaan. Sedangkan untuk karakter produktif, memberi mempunyai arti yang sangat berbeda. Memberi adalah ekspresi tertinggi dari potensi. Jika seseorang melakukan kegiatan memberi, maka ia merasakan kekuatannya, kekayaannya, dan kekuasaannya. Perasaan mempunyai peranan dan potensi yang penting membuat seseorang bahagia. 2.2.1 Unsur Cinta Dalam kegiatan memberi, seseorang yang mempunyai karakter cinta aktif akan mendasarkan kegiatan memberinya itu atas unsur-unsur cinta, yaitu pengetahuan, peduli, hormat, dan tanggung jawab. Fromm (2006: 26-27), mengungkapkan bahwa terdapat empat unsur yang mempengaruhi pengungkapan cinta, yaitu Knowledge (Pengetahuan), Care (Rasa 16

Peduli), Respect (Hormat), dan Responsibility (Tanggung Jawab). Berikut ini penjelasan empat unsur cinta: 1. Knowledge (Pengetahuan) Menurut Fromm (2006: 26), dalam aspek cinta pengetahuan adalah pemahaman yang mendalam mengenai seluk beluk pribadi pasangan. Pengetahuan memiliki satu hal yang lebih dasar yaitu hubungan dengan masalah dalam cinta. Kebutuhan dasar untuk menyatu dengan orang lain sehingga dapat melampaui penjara keterpisahan dengan seseorang berkaitan erat dengan suatu keinginan lain manusia yang spesifik yaitu untuk mengetahui "rahasia manusia." Semakin kita mengenal diri kita atau orang lain lebih dalam, maka semakin jauh juga tujuan akhir pengetahuan. Sarwono (2002:193), mengemukakan bahwa komunikasi merupakan hal yang membentuk hubungan antarpribadi. Komunikasi adalah langkah awal yang harus dilakukan sebagai upaya memperoleh pengetahuan dari orang yang baru atau belum dikenal. Setelah pengetahuan diperoleh, barulah hubungan yang lebih dekat dapat mulai terjalin. Seperti yang dungkapkan oleh Ahmadi (2007:209), bahwa melalui sebuah pengetahuan, individu akan mulai merasa memiliki ketertarikan untuk lebih mengenal satu sama lain dan menjalin hubungan lebih lanjut. Ketertarikan ini memunculkan istilah-istilah perasaan seperti menyukai, mencintai, keinginan untuk menjalin persahabatan, dan hubungan intim lainnya. Ketertarikan dapat diperoleh melalui pengetahuan akan fisik atau hal yang nampak maupun hal-hal yang tidak nampak, seperti sifat, karakter atau kepribadian, inteligensi (kecerdasan) dan sebagainya. Menurut Zajonc dalam Sarwono (2002:197), dalam menjalin suatu hubungan (baik dengan orang yang belum, maupun baru mengenal), faktor yang memudahkan komunikasi dan kelanjutan hubungan adalah pertemuan yang berulang-ulang. Dalam 17

pertemuan yang berulang tersebut maka terjadi proses pengurangan kecemasan dan pembiasaan terhadap orang asing tersebut, sehingga dapat saling berhubungan dengan lebih baik. Dengan kata lain, pertemuan berulang memudahkan terciptanya komunikasi antara dua individu yang belum atau baru mengenal. Melalui komunikasi tersebut, masing-masing individu akhirnya memiliki pengetahuan yang lebih dalam satu sama lain, sehingga mereka mulai terbiasa dan nyaman untuk berada di dekat satu sama lain. Dengan demikian, dapat disimpulkan, bahwa pengetahuan merupakan titik awal terbentuknya suatu hubungan antar pribadi. 2. Care (Peduli) Menurut Fromm (2006: 26), peduli adalah sebuah nilai dasar dan sikap memperhatikan dan bertindak proaktif terhadap kondisi atau keadaan di sekitar kita. Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa kepedulian merupakan suatu sikap kepekaan terhadap kebutuhan orang lain. Dalam aspek cinta, rasa peduli timbul setelah individu memiliki pengetahuan mengenai orang lain. Sikap Peduli dapat ditunjukkan melalui sebuah sikap keberpihakan individu untuk melibatkan diri dalam persoalan, dan perhatian kepada keadaan atau kondisi yang terjadi pada orang lain. Sikap peduli juga dapat diartikan sebagai suatu sikap untuk senantiasa ikut merasakan penderitaan orang lain, ikut merasa bersedih ketika orang lain ditimpa musibah bencana, kesulitan atau ditimpa keadaan-keadaan yang memberatkan dan membangkitkan rasa kasihan dan iba (empati). Rasa peduli bisa membuat rasa cinta menjadi saling berarti antar individu sehingga maju mundurnya suatu hubungan akan terasa perkembangannya. Dari teori di atas, dapat disimpulkan bahwa kepedulian adalah perhatian kepada 18

keadaan atau kondisi yang terjadi pada orang lain, ikut merasakan penderitaan orang lain, dan sikap memperhatikan dan bertindak proaktif terhadap kondisi atau keadaan di sekitar kita. 3. Respect (Hormat) Menurut Fromm (2006:27), dalam aspek cinta, menghormati orang yang dicintai berarti menghormati kebebasan atau kebutuhan hidup yang bersifat pribadi dari objek yang kita cintai. Hal ini akan membuat objek yang dicintai dan mencintai, akan bersikap adil dan tidak berbuat sekehendak hati. Menghormati berarti rasa peduli bahwa orang lain harus tumbuh dan berkembang sebagai dirinya sendiri. Dengan demikian, rasa hormat menyiratkan tidak adanya eksploitasi. Seseorang yang mencintai pasangannya menginginkan orang yang dicintai bertumbuh dan berkembang untuk kepentingannya sendiri dan dengan caranya sendiri. Rasa hormat bukan merupakan perasaan takut dan terpesona. Bila menelusuri dari akar kata (Respicere = melihat), rasa hormat merupakan kemampuan untuk melihat seseorang sebagaimana adanya, menyadari individualitasnya yang unik. Rasa hormat berarti kepedulian bahwa seseorang perlu tumbuh dan berkembang sebagaimana adanya. Elemen ini memungkinkan kita untuk melihat orang lain sebagaimana adanya dan membiarkannya berkembang sesuai dengan dirinya sendiri tanpa tekanan dari ambisi dan motif pribadi kita. Dengan demikian, sebagai pasangan yang mendasari hubungannya dengan perasaan cinta, menunjukkan rasa hormat terhadap pasangan merupakan hal yang tidak bisa dihindari. Rasa hormat pada pasangan dapat ditunjukkan dengan menerima kelebihan maupun kekurangan pasangan, serta keputusan yang diambil pasangan. 4. Responsibility (Tanggung Jawab) 19

Menurut Fromm (2006:27), sikap bertanggung jawab muncul karena adanya kesadaran atas segala perbuatan yang dilakukan dan akibatnya atas pihak lain. Cinta yang sehat adalah cinta yang penuh tanggung jawab. Jika orang yang kita cintai menghadapi masalah kita pun merasa turut bertanggung jawab. Tanggung jawab pula yang membuat kita tidak lepas tangan dengan segala sesuatu yang terjadi di sekeliling kita. Di keluarga, maupun masyarakat. Rasa tanggung jawab mendorong kita untuk ambil bagian pada setiap persoalan yang dihadapi oleh lingkungan kita. Menurut Fromm (2006: 30), keempat unsur cinta yaitu pengetahuan, kepedulian, rasa hormat, dan tanggung jawab, saling berhubungan. Hal-hal tersebut adalah suatu sikap yang dapat ditemukan pada diri seseorang yang telah matang. Seseorang yang mengembangkan kekuatannya secara produktif hanya menginginkan sesuatu yang telah ia perjuangkan. Seseorang yang telah melepaskan impian egois tentang kemahatahuan dan kemahakuasaan memiliki kerendahan hati yang diperoleh berdasarkan kekuatan batin yang hanya dapat diberikan oleh kegiatan produktif yang sejati. Seperti yang dikemukakan oleh Fromm bahwa keempat unsur cinta saling berhubungan, Okado dalam Dewi (1994: 37) memiliki pendapat yang sama, berikut ini yang dikemukakan: 客観的に観察される愛の行為は ある人が愛対象に向けて行動する仕方の中で 相手を知り 尊敬し 責任の表現がなければ 愛のある関係とはいえないわけである Terjemahan: Seseorang dalam menyampaikan cintanya harus mengetahui perasaan pasangannya, saling memberi perhatian, saling menghormati dan saling bertanggung jawab. Apabila diantara keduanya tidak tampak keempat aspek tersebut maka tidak dapat dikatakan bahwa diantara keduanya ada hubungan kasih sayang atau cinta. 2.2.2 Jenis Cinta 20

Cinta mengacu pada perilaku manusia yang sangat luas dan kompleks. Menurut Berscheid dalam Santrock (2002: 110-112), jenis cinta antara lain, cinta persahabatan, cinta romantis atau cinta gairah, dan cinta yang penuh afeksi atau kebersamaan. Berikut ini penjelasan jenis-jenis cinta: 1. Cinta Persahabatan Bagi sebagian besar dari kita, menemukan teman sejati bukan hal yang mudah. Dalam kata-kata ahli sejarah Amerika Serikat, Henry Adams, Satu sahabat dalam hidup adalah cukup, dua adalah banyak, dan tiga hampir tidak mungkin. Menurut Davis dalam Santrock (2002: 110), Persahabatan (friendship) adalah satu bentuk hubungan dekat yang melibatkan kenikmatan, penerimaan, kepercayaan, hormat, saling menolong, menceritakan rahasia, mengerti, dan spontanitas. Kenikmatan adalah kita suka menghabiskan waktu dengan sahabat kita. Penerimaan adalah kita menerima teman kita tanpa mencoba mengubahnya. Kepercayaan adalah kita menganggap seorang teman akan bertindak untuk kepentingan kita yang paling baik. Hormat adalah kita berpikir teman kita membuat keputusan yang baik. Saling menolong adalah kita menolong dan mendukung teman kita dan sebaliknya. Menceritakan rahasia adalah kita berbagi pengalaman dan hal-hal yang rahasia dengan seorang teman. Mengerti adalah kita merasa seorang teman sangat memahami kita dan memahami apa yang kita suka. Spontanitas adalah kita merasa bebas untuk menjadi diri sendiri di depan seorang teman. Persahabatan berbeda dengan cinta. Menurut Rubin dalam Santrock (2002: 110), menyukai berarti menyadari bahwa orang lain sama dengan kita, hal ini termasuk penilaian positif dari seorang individu. Mencintai adalah melibatkan kedekatan dengan seseorang, hal ini termasuk ketergantungan, tidak berorientasi pada diri sendiri, dan kualitas dari penerimaan dan eksklusivitas. 21

Akan tetapi, teman dan kekasih sama dalam beberapa hal. Menurut Davis dalam Santrock (2002: 110), mengajukan bahwa teman dan pasangan romantis sama-sama memiliki sifat menerima, percaya, hormat, terus terang, memahami, spontanitas, saling menolong, dan kebahagiaan. Bagaimanapun, ia menemukan bahwa hubungan dengan kekasih atau istri lebih melibatkan kekaguman dan eksklusivitas. Hubungan dengan teman dipandang lebih stabil, terutama diantara pecinta-pecinta yang tidak menikah. 2. Cinta Romantis atau Cinta Gairah Santrock (2002: 110) mengemukakan bahwa cinta yang romantis (romantic love) juga disebut cinta yang bergairah atau eros. Cinta tersebut memiliki elemen seksual dan kekanak-kanakan, dan seringkali mendominasi bagian awal suatu hubungan cinta. api gairah membakar dalam cinta yang romantis. Menurut Hanurawan (2010: 162), cinta romantis atau cinta gairah memiliki ciriciri sebagai berikut: hubungan cinta sering emosi menjadi tidak terkendali, hubungan yang sangat bersifat intens dan panas (hot), dan suasana psikologi dalam keadaan bergejolak. Seringkali aktivitas dalam jenis cinta ini kemudian mengarah pada aktivitas yang bersifat ketubuhan (seksual). 3. Cinta yang Penuh Afeksi atau Kebersamaan Santrock (2002: 111) mengemukakan bahwa cinta lebih dari sekedar gairah. Cinta yang penuh afeksi (affection love), juga disebut cinta yang penuh kebersamaan adalah tipe cinta yang terjadi ketika hasrat individu untuk berada dekat dengan orang lain dan melibatkan perasaan yang dalam dan sayang terhadap orang tersebut. 22

Menurut Hanurawan (2010: 162), cinta afeksi atau kebersamaan memiliki ciriciri sebagai berikut: adanya kelekatan afeksi (kasih sayang) diantara kedua pelaku cinta, terdapatnya nilai-nilai yang berkesusaian diantara kedua pelaku cinta, hubungan pasangan yang hangat ditunjukkan dengan perilaku saling memahami diantara kedua belah pihak, hubungan cinta yang menyebabkan suasana hati nyaman diantara kedua belah pihak pelaku cinta. 23