BAB I BINA DIRI BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) Oleh: Drs. Mamad Widya, M.Pd.

dokumen-dokumen yang mirip
BINA DIRI BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS OLEH: ASTATI

ACTIVITY OF DAILY LIVING (ADL) Dra. Mimin Casmini, M.Pd.

KETERAMPILAN KEHIDUPAN SEHARI-HARI BAGI TUNANETRA

KOMPENSATORIS ANAK AUTIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR KETERAMPILAN KEHIDUPAN SEHARI-HARI BAGI TUNANETRA DI PANTI SOSIAL BINA NETRA DEPARTEMEN SOSIAL RI

MODUL PENGAJARAN BINA DIRI DAN BINA GERAK (BDBG) Oleh: Dra. Mimin Casmini, M.Pd. Modul ini akan membahas pengajaran Bina Diri dan Bina Gerak bagi anak

Bina Diri Anak Tunagrahita

PROGRAM KHUSUS UNTUK TUNADAKSA (BINA DIRI DAN BINA GERAK)

BAB I PENDAHULUAN. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wiwi Widiawati, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH DASAR LUAR BIASA TUNA DAKSA SEDANG (SDLB D1)

BAB I PENDAHULUAN. (PP No. 72 Tahun 1991). Klasifikasi yang digunakan di Indonesia saat ini dengan

2016 RUMUSAN PROGRAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MERAWAT DIRI BAGI ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB X PALEMBANG

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN PENDIDIKAN LUAR BIASA BAB III PENGEMBANGAN BINA DIRI PESERTA DIDIK TUNAGRAHITA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemandirian anak dalam melakukan aktivitas merupakan bagian yang teramat penting dalam upaya mendidik

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Pada hakekatnya semua anak memiliki kesempatan yang sama untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang diciptakan oleh Tuhan yang memiliki kekurangsempurnaan baik dalam segi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah bagian dari masyarakat

Prinsip dasar pembelajaran bagi anak tunanetra. Azas kekonkritan Azas kesatuan Aktivitas mandiri Media pembelajaran

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KELOMPOK BERMAIN ARROHMAN. Alamat: Bacak, Monggol, Saptosari, Gunungkidul

Program Khusus Bina Diri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iding Tarsidi, 2013

OLEH AHMAD NAWAWI JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI BANDUNG

PROGRAM KEBUTUHAN BINA DIRI BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DAN SEDANG Oleh: Atang Setiawan

PENDIDIKAN KHUSUS LANDASAN YURIDIS

10/13/2015 HIGIENE KARYAWAN DALAM PENGOLAHAN MAKANAN

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS

Bagaimana? Apa? Mengapa?

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wita Astuti, 2013

Menumbuhkan Kemandirian Anak

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional RI nomor 22 dan 23 tahun 2006.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tork, et al (dalam Ramawati, 2011) setiap orangtua. menginginkan anak yang sehat dan mandiri. Namun, pada kenyataannya

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan tentang modifikasi perilaku

BABI. PENDAillJLUAN. Ketika anak mulai menginjak masa awal kanak-kanak (2-6 tahun), anak

Tim Dosen Pengembangan Interaksi dan Komunikasi Anak Autis

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan manusia tersebut salah satunya adalah kematangan sosial.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Lingkungan belajar ATD terdiri dari. Lingkungan fisik berupa gedung, ruang kelas, dan peralatan atau benda-benda disekitarnya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. korelasi (Correlation Study), merupakan penelitian atau penelahan

BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN PENGEMBANGAN. Paket produk pengembangan ini terdiri dari tiga bagian.

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan dari anak-anak

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. bermunculan pendidikan pra sekolah yang menyediakan pelayanan untuk anak

Program Khusus Bina Diri

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS

CARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi Keamanan Pangan dalam Sistem Keamanan Pangan Terpadu Nasional SIAP SAJI YANG BAIK

BAB V PENUTUP. teoritis dengan hasil penelitian di lapangan dan juga mengacu pada rumusan

PENGEMBANGAN KETERAMPILAN KEHIDUPAN SEHARI-HARI (KKS) PENYANDANG TUNANETRA. Irham Hosni

BAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien

Lembar Observasi/ Pedoman Panduan Observasi. No Variabel Sub Variabel Deskripsi. cara yang benar

BAB I PENDAHULUAN. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak adalah makhluk sosial sama seperti dengan orang dewasa. Anak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Standar Penampilan Pribadi.

SISTEM PENDIDIKAN DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) D YPAC BANDUNG

SATUAN ACARA PENYULUHAN TOILET TRAINING PADA ANAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Anak tunagrahita sedang adalah anak yang tergolong salah satu

PENGASUHAN ANAK DALAM PRESPEKTIF PSIKOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. 31 ayat (1) menyebutkan bahwa Setiap warga Negara berhak mendapat

LAMPIRAN KUESIONER. Alamat : Pengasuh / keluarga terdekat:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi perkembangan individu secara fisik, mental, spiritual, dan sosial

BAB I PENDAHULUAN. tunagrahita. Tunagrahita adalah kelambatan perkembangan mental seorang anak.

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita sedang adalah anak yang tingkat kecerdasan (IQ) berkisar

PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILL) UNTUK ANAK USIA DINI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

SUMIYATUN SDN Ketami 1 Kec. Pesantren Kota Kediri

Template Standar Powerpoint Etik UMB

ABSTRAK PERANCANGAN MEDIA PENYULUHAN KEPADA ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK KETERBELAKANGAN MENTAL. Oleh Hendra Darmawan NRP

Assessment Kemampuan Merawat Diri

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERANAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP KEMANDIRIAN ANAK DI KELOMPOK B1 RAUDHATUL ATHFAL AL IKHLAS PALU. Yayan Hidayanti 1 ABSTRAK

PROGRAM KEGIATAN SEKOLAHKU SEHAT. SD Unggulan Muhammadiyah Kretek. Mriyan Donotirto Kretek Bantul 55772

BAB V PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN. pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

Gambarlah bentuk bak mandi di rumahmu!

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2016 MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMAKAI SEPATU BERTALI PAD A ANAK TUNAGRAHITA SED ANG MELALUI METOD E D RILL D I SLB C SUMBERSARI BAND UNG

PEMBELAJARAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN KHUSUS Oleh: Drs. R. Zulkifli Sidiq, M.Pd

MANUAL KETERAMPILAN KLINIK KEDOKTERAN KOMUNITAS TEKNIK KOMUNIKASI : MENYAMPAIKAN KABAR BURUK DAN KONSELING KELUARGA

PELAYANAN PRIMA 11 AP

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang dasar 1945 mengamanatkan upaya untuk mencerdaskan

IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DAN STRATEGI PEMBELAJARANNYA. Oleh Mardhiyah, Siti Dawiyah, dan Jasminto 1

BAB II LANDASAN TEORI

Gambar 4.1 Perkembangan Fisik Manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu upaya untuk merangsang

Peran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa

BAB I PENDAHULUAN. taraf kelainannya. American Association On Mental Deliciency (AAMD) dalam

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan fisik dan juga kelainan fisik yang sering disebut tunadaksa.

PERATURAN PSYCHE 2017

I. PENDAHULUAN. selalu berhubungan dengan tema tema kemanusiaan, artinya pendidikan

Transkripsi:

BAB I BINA DIRI BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) Oleh: Drs. Mamad Widya, M.Pd. A. Konsep Dasar Bina Diri 1. Hakikat Activity of Daily Living (ADL) Istilah Activity of Daily Living (ADL) atau aktivitas kegiatan harian yang lebih familiar dalam dunia Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dikenal dengan istilah Bina Diri. Bina Diri mengacu pada suatu kegiatan yang bersifat pribadi, tetapi memiliki dampak dan berkaitan dengan human relationship. Disebut pribadi karena mengandung pengertian bahwa keterampilan-keterampilan yang diajarkan atau dilatihkan menyangkut kebutuhan individu yang harus dilakukan sendiri tanpa dibantu oleh orang lain bila kondisinya memungkinkan. Beberapa istilah yang biasa digunakan untuk menggantikan istilah Bina Diri yaitu Self Care, Self Help Skill, atau Personal Management. Istilah-istilah tersebut memiliki esensi sama yaitu membahas tentang mengurus diri sendiri berkaitan dengan kegiatan rutin harian. Ditinjau dari arti kata: Bina berarti membangun/proses penyempurnaan agar lebih baik, maka Bina Diri adalah usaha membangun diri individu baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial melalui pendidikan di keluarga, di sekolah, dan di masyarakat sehingga terwujutnya kemandirian dengan keterlibatannya dalam kehidupan sehari-hari secara memadai. 1

Bila ditinjau lebih jauh, istilah Bina Diri lebih luas dari istilah mengurus diri, menolong diri, dan merawat diri, karena kemampuan bina diri akan mengantarkan anak berkebutuhan khusus dapat menyesuaikan diri dan mencapai kemandirian. Pembelajaran Bina Diri diajarkan atau dilatihkan pada ABK mengingat dua aspek yang melatar belakanginya. Latar belakang yang utama yaitu aspek kemandirian yang berkaitan dengan aspek kesehatan, dan latar belakang lainnya yaitu berkaitan dengan kematangan sosial budaya. Beberapa kegiatan rutin harian yang perlu diajarkan meliputi kegiatan atau keterampilan mandi, makan, menggosok gigi, dan ke kamar kecil (toilet); merupakan kegiatan yang sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan seseorang. Kegiatan atau keterampilan bermobilisasi (mobilitas), berpakaian dan merias diri (grooming) selain berkaitan dengan aspek kesehatan juga berkaitan dengan aspek social budaya, hal ini sejalan dengan Arifah A. Riyanto (1979 : 93) yang menyatakan, ditinjau dari sudut social budaya maka pakaian merupakan salah satu alat untuk berkomunikasi dengan manusia lain. Dengan demikian jelaslah bahwa pakaian ini bukan saja untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat biologis material, tetapi juga akan berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan social psikologis. Berpakaian yang cocok atau serasi baik dengan dirinya ataupun keadaan sekelilingnya akan dapat memberikan kepercayaan pada diri sendiri... Dari contoh-contoh di atas, maka tepatlah bahwa mata pelajaran Bina Diri merupakan kegiatan pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus, mengingat anak-anak berkebutuhan khusus tertentu ada yang belum atau tidak bisa mandiri dalam hal berpakaian, mandi, menggosok gigi, makan, dan ke 2

toilet. Hal-hal tersebut merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling mendasar. Spektrum Bina Diri bagi ABK mempunyai ruang garap yang cukup luas dalam arti bahwa setiap anak berkebutuhan khusus membutuhkan ADL yang berbeda. Untuk setiap anak perbedaan-perbedaan itu berkaitan dengan hambatan yang dimiliki anak yang menyebabkan keragaman cara, alat, ataupun metoda yang dipergunakan oleh individu-individu dalam berlatih. 2. Prinsip Dasar Bina Diri Prinsip dasar kegiatan Bina Diri meliputi dua hal, yaitu: 1) berkaitan dengan peristilahan yang dipergunakan seperti dijelaskan sebelumnya. Perbedaan istilah di atas bila ditinjau dari sudut kepentingan masyarakat tidaklah berbeda, secara esensi sama yaitu membahas tentang aktivitas yang dilakukan seseorang dalam memenuhi kebutuhan hariannya dalam hal perawatan atau pemeliharaan diri, 2) berkaitan dengan fungsi dari kegiatan Bina Diri, yaitu: (a) mengembangkan keterampilan-keterampilan pokok/penting untuk memelihara (maintenance) dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan personal. (b) Untuk melengkapi tugas-tugas pokok secara efisien dalam kontak social sehingga dapat diterima di lingkungan kehidupannya, (c) Meningkatkan kemandirian. Prinsip umum pelaksanaan Bina Diri yaitu: 1)Assesmen: Observasi secara alamiah., Menemukan hal-hal yang sudah dan belum dimiliki anak dalam berbagai haldan Menemukan kebutuhan anak, 2) Keselamatan (safety), 3) kehati-hatian (poise), 4) Kemandirian (independent), 5) Percaya diri (confident), 6) Tradisi yang berlaku disekitar anak berada (traditional manner), 3

7) Sesuai dengan usia (in appropriate), 8) Modifikasi; alat dan cara dan 9) Analisa tugas (task analysis). B. ADL atau Bina Diri bagi ABK. Keragaman individu dari anak berkebutuhan khusus membawa dampak pada kebutuhan anak secara beragam pula. Salah satu kebutuhan ABK yaitu ADL atau Bina Diri. Berdasarkan fakta lapangan tidak semua ABK memerlukan pembelajaran atau pelatihan Bina Diri, misalnya anak tunarungu wicara dan anak tunalaras karena baik secara fisik, intelektual, juga sensomotorik tidak terganggu sehingga tidak ada hambatan bagi mereka untuk melakukan kegiatan rutin harian kecuali hambatan berkomunikasi bagi ATR dan hambatan penyesuaian sosial-emosi bagi anak tunalaras. Tujuan bidang kajian Bina Diri secara umum adalah agar anak berkebutuhan khusus dapat mandiri dengan tidak/kurang bergantung pada orang lain dan mempunyai rasa tanggung jawab. Sedangkan tujuan khususnya adalah: = Menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan ABK dalam tatalaksana pribadi (mengurus diri, menolong diri, merawat diri). = Menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan ABK dalam berkomunikasi sehingga dapat mengkomunikasikan keberadaan dirinya. = Menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan ABK dalam hal sosialisasi. Dalam menyusun rencana kegiatan pendidikan Bina Diri diarahkan pada tiga peran, yaitu: 4

- Pendidikan Bina Diri sebagai proses belajar dalam diri. Anak harus diberikan kesempatan untuk belajar secara optimal, kapan saja dan dimana saja. Implikasinya terwujud dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk mendengarkan, melihat, mengamati, dan melakukannya. - Pendidikan Bina Diri sebagai proses sosialisasi. Pendidikan Bina Diri bukan hanya untuk mencerdaskan dan membuat anak terampil, tetapi juga membuat anak menjadi manusia yang bertanggung jawab. - Pendidikan Bina Diri sebagai proses pembentukan dan pengembangan diri anak kearah kemandirian. Program khusus Bina Diri terdiri dari beberapa aspek pengembangan dimana satu sama lainnya berhubungan dan ada keterkaitan, yaitu: a. Merawat diri: makan-minum, kebersihan badan, menjaga kesehatan b. Mengurus diri: berpakaian, berhias diri c. Menolong diri: menghindar dan mengendalikan diri dari bahaya d. Berkomunikasi: komunikasi non-verbal, verbal, atau tulisan e. Bersosialisasi: pernyataan diri, pergaulan dengan anggota keluarga, teman, dan anggota masyarakat f. Penguasaan pekerjaan: pemeliharaan alat, penguasaan keterampilan, mencari informasi pekerjaan, mengkomunikasikan hasil pekerjaan dengan orang lain. 5

g. Pendidikan seks: membedakan jenis kelamin, menjaga diri dan alat reproduksi, menjaga diri dari sentuhan lawan jenis. Adapun strategi pelaksanaan program Bina Diri didasarkan atas pendekatanpendekatan: - Berorientasi pada kebutuhan anak dan dilaksanakan secara integratif dan holistik. - Lingkungan yang kondusif. Lingkungan harus diciptakan sedemikian menarik dan menyenangkan, dengan memperhatikan keamanan dan kenyamanan anak dalam belajar. - Menggunakan pembelajaran terpadu. Model pembelajaran terpadu yang beranjak dari tema yang menarik anak (centre of interest) dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi anak. - Mengembangkan keterampilan hidup. - Menggunakan berbagai media dan sumber belajar. Media dan sumber belajar dapat berasal dari lingkungan alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan. - Pembelajaran yang berorientasi pada prinsip-prinsip perkembangan dan kemampuan anak. Ciri-ciri pembelajaran ini adalah: 1) Anak belajar dengan sebaik-baiknya apabila kebutuhan fisiknya terpenuhi, serta merasakan aman dan tentram secara psikologis. 6

2) Siklus belajar anak berulang, dimulai dari membangun kesadaran, melakukan penjelajahan (eksplorasi), memperoleh penemuan untuk selanjutnya anak dapat menggunakannya. 3) Anak belajar melalui interaksi sosial dengan orang dewasa dan teman sebayanya. 4) Minat anak dan keingintahuannya memotivasi belajarnya. 5) Perkembangan dan belajar anak harus memperhatikan perbedaan individual. 6) Anak belajar dengan cara dari sederhana ke yang rumit, dan tingkat yang termudah ke yang sulit. Metode yang digunakan meliputi: metode demonstrasi, pemberian tugas, simulasi, dan karyawisata. Penilaiannya berbentuk perbuatan karena yang dinilai adalah kemampuan dalam praktek melakukan kegiatan menolong diri sendiri, dan lisan karena sebelum praktek anak perlu mengenal alat, bahan, dan tempat yang digunakan. Waktu penilaian dilaksanakan pada proses PBM dan akhir pelajaran. Pencatatan dilakukan dengan tanda cek list (V) pada analisa tugas. Sasarannya adalah kemampuan anak melaksanakan latihan mulai dari dengan bantuan sampai anak mampu melakukan sendiri/mandiri. 7

Penilaian dilakukan berdasarkan kualitas yang berisi uraian/narasi yang menggambarkan kemampuan siswa setelah mengikuti kegiatan pelatihan, dan berdasarkan kuantitas dengan penjelasan agar tidak salah dalam menafsirkan skor. Misalnya skor 8 dalam pelajaran minum, berarti anak dapat memegang gelas, dan dapat minum. Ada tiga faktor mutlak yang harus dimiliki guru dalam melatih anak, yaitu kesabaran, keuletan, dan kasih sayang pada anak. Beberapa pedoman yang perlu ditaati agar latihan merawat diri sendiri dapat berhasil adalah sebagai berikut: a) Perhatikan apakah anak sudah siap (matang) untuk menerima latihan, kenalilah anak dan terimalah ia dengan segala kekurangannya. b) Belajar dalam keadaan santai (rileks). Segala sesuatu dikerjakan dengan tegas tanpa ragu-ragu tetapi dengan lemah lembut. Bersikaplah tenang dan manis walau anak melakukan kesalahan berkali-kali. Hindari suasana ribut pada waktu memberikan latihan, agar anak secara jasmani maupun rohani terhindar dari gangguan. c) Latihan hendaknya diberikan dengan singkat dan sederhana, tahap demi tahap. Usahakan agar pada waktu latihan, anak melihat dan mendengarkan apa yang kita inginkan. d) Tunjukkan pada anak cara melakukan sesuatu yang benar, berikan contoh-contoh yang mudah dimengerti anak. Jangan banyak kata-kata karena akan membingungkan anak. Satu macam latihan hendaknya 8

diulang-ulang sampai anak mampu melakukannya sendiri dengan benar walau memerlukan waktu yang lama. Bantulah anak hanya bila perlu saja. e) Pada waktu melakukan sesuatu, iringilah dengan percakapan, dan gunakan kata-kata yang sederhana. f) Tetapkanlah disiplin/aturan dan jangan menyimpang dari ketetapan utama, waktu dan tempat, karena akan membingungkan anak. g) Berilah pujian bila usaha yang dilakukan anak berhasil baik. Tidak perlu memberi pujian yang berlebihan bila memang usaha yang dikerjakan anak belum begitu berhasil. Tolong anak agar lain kali berusaha lebih baik lagi. h) Tidak perlu merasa kecewa bila tidak tampak kemajuan pada anak walau latihan sudah lama, hentikan latihan agar anak tidak frustasi dan merasa gagal. i) Fleksibilitas. Jika metode latihan tetap tidak berhasil setelah latihan cukup lama, analisalah persoalan dengan cermat. Mungkin terdapat kesulitan pada anak dalam mengikuti metode tersebut. Jika demikian, metode perlu disusun kembali sesuai dengan batas kemampuan dan kondisi anak. j) Sangat penting bahwa guru menggunakan kata-kata atau istilah yang sama, juga isyarat dan metode mengajar yang sama agar anak tidak bingung mengikuti latihan yang diajarkan. 9

Bagi anak tunagrahita, tunanetra, dan tunadaksa keterampilan Bina Diri menjadi suatu keharusan. 1.Bina Diri bagi Anak Tunanetra. a. Community survival skill Aspek ini menyangkut bagaimana seorang tunanetra dapat mempertahankan kehidupannya di tengah-tengah masyarakat. Untuk tujuan di atas maka ada beberapa keterampilan yang harus dimiliki, yaitu: (1) social Academis, meliputi kemampuan baca, tulis, angka, waktu, dan ukuran. (2). Economic Management: memegang dan mengatur uang; berbelanja; budgeting; banking (3). Kewarganegaraan: aturan-aturan yang berlaku di masyarakat; hak dan kewajiban sebagai anggota masyarakat, penggunaan sumber-sumber dan layanan umum di masyarakat, seperti: layanan telepon, kantor Pos, rumah sakit, dan lain-lain. b. Personal Care Skill Aspek ini mencakup; (1) Kebiasaan Pribadi seperti makan, ke toilet, mandi, menggosok gigi, menggunakan deodorant, memotong kuku, mencukur jenggot, merawat rambut, berhias (gromming), merawat anak dan bayi. (2) Mengatur Rumah Tangga, seperti mengatur, membersihkan, memelihara rumah dan halaman, serta membeli, memelihara dan menyimpan pakaian (mencuci, menjemur, menyetrika, melipat, dan menggantung), termasuk memelihara sepatu, (memakai, menyemir, dan menyimpan), berikutnya termasuk memilih baju yang tepat (keserasian berkaitan dengan waktu) 10

c. Interpersonal Competance Skill Aspek ini mencakup keterampilan memperkenalkan diri, keterampilan berteman (relationship), keterampilan berkomunikasi (berekspresi, berbicara wajar dalam arti jelas dan tidak terlalu keras), dan tanggung jawab (responsibility). d. Keterampilan yang berhubungan dengan pekerjaan Aspek ini mencakup kebiasaan dalam menerima kritik, kemandirian bekerja, kebiasaan mengikuti aturan, kemampuan mengambil keputusan, kemampuan mempergunakan dan memelihara peralatan, keterampilan dalam berperilaku dalam bekerja (berhubungan dengan individu sebagai pekerja dan kemampuan menilai arti kerja apakah kerja bakti atau kerja professional. 2. Bina Diri Bagi Anak Tunagrahita a. Kemampuan mengurus diri sendiri: menggosok gigi, mandi, keramas, ke kamar kecil, vulva hygiene, berpakaian, menyisir rambut, berhias, mencuci pakaian, menyeterika, melipat, dan menggantung, makan, mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, memakai dan merawat sepatu. b. Kemampuan membersihkan lingkungan sekitar: - Membersihkan lingkungan dalam rumah: membersihkan debu, menyapu lantai, mengepel lantai, membersihkan alat-alat rumah tangga. 11

- Membersihkan lingkungan sekitar rumah: membersihkan halaman rumah, membuang sampah, memelihara kebun, memetik hasil panen. - Tata cara bergaul dan bersikap dalam masyarakat: cara mengucapkan salam dan ucapan terima kasih, cara meminta maaf, memasuki/meninggalkan rumah orang lain, meminta dan memberi bantuan orang lain, berbicara dan mendengar bicara orang lain. 3. Bina Diri Bagi Anak Tunadaksa Anak dengan Physically Handicapped berbeda dengan Anak Berkebutuhan Khusus lainnya, mengingat kemampuan geraknya yang terbatas. Mereka yang cerebral palsy misalnya, ada yang mampu bermobilisasi dengan bantuan alat (support aids) dan ada yang mampu bermobilisasi tanpa support aids. Bagi anak tunadaksa keterampilan bina diri tidak bias lepas dari keterampilan gerak sehingga istilah Activities of Daily Living (ADL) disebut Bina Diri dan Bina Gerak Ada beberapa alat yang dipakai oleh anak tunadaksa dalam bermobilisasi seperti brace (long and short brace), crutch, dan wheel chairs. Disamping penggunaan alat Bantu yang bervariasi, hal lain yang perlu dipertimbangkan yaitu berat ringannya hambatan yang dialami anak, sehingga latihan bagi pengguna kursi roda yang satu dengan yang lain bias berbeda, dengan kata lain variasi hambatan sangat menentukan jenis latihan walaupun hanya menyangkut latihan bergerak. Bina Diri dan Bina Gerak bagi anak Tunadaksa pelaksanaannya meliputi ADL in bed dan ADL out bed, mengingat cakupan bahasan materi terlampau 12

luas maka akan dibatasi pada ADL yang bersifat umum (Aktivities of Daily Living General Classification) yang meliputi: 1) Self Care: a.toilet Activities yang meliputi hygiene dalam mandi, menggosok gigi, dan cebok setelah buang air besar (b-a-b) dan buang air kecil (b-a-k) serta appearance berupa merawat rambut, gromming, dan mencukur jenggot; b. Dreassing Activities; c. Eating Activities. 2) Ambulation, yaitu berpindah tempat dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kursi roda baik di dalam rumah (in door) maupun di luar rumah (out door). 3) Hand Activities yang mencakup : a. berkomunikasi (Communication), baik signal light, pressing bell button (memijit tombol), maupun writing and using telephone (menulis dan mempergunakan telepon). b.management of button, zippers, and shoelaces (memasang kancing, resleting dan menggunakan rak sepatu), c. Handling of furniture and gadgets, kegiatannya meliputi: menarik dan menutup, mengunci, memutar dan menutup kran. Agar lebih jelas, urutan kegiatannya disajikan dalam gambar berikut ini: 13

1.Kebersihan Diri a. Mencuci Tangan Dengan Waskom 14

b. Mencuci Tangan Dengan Air Keran 15

c. Mencuci Muka 16

d. Mencuci Kaki 17

e. Menyikat Gigi 18

f. Buang Air Besar (BAB) 19

h. Buang Air Kecil (BAK) 20

i. Makan a.makan Menggunakan Tangan 21

b. Makan Menggunakan Sendok 22

c. Makan Menggunakan Sendok Dan Garpu 23

3. Minum 24

4. Berhias Diri 25

5. Berpakaian a. Memakai Pakaian Dalam: Kaos dalam 26

Celana dalam: 27

b. Memakai Pakaian Luar: Kaos oblong 28

Celana luar: 29

Kemeja: 30

c. Memakai kaos kaki dan bersepatu 31

32

C. Evaluasi 1. Istilah Bina Diri, ADL, Self Care, Self Help Skill dan Personal Managemen, satu sama lain walaupun namanya berbeda tapi dapat dianggap sama jelaskan...! 2. Mengapa pada beberapa jenis ABK seperti tunanetra, tunagrahita, dan tunadaksa kegiatan-kegiatan seperti: makan, mandi, menggosok gigi, berpakaian, ke toilet dan memakai sepatu perlu diajarkan atau dilatihkan. jelaskan! 3. Jelaskan 3 fungsi dari kegiatan Bina Diri...! D. Rambu-rambu Jawaban 1. Difahaminya esensi yang sama yaitu semuanya membahas tentang mengurus diri sendiri berkaitan dengan kegiatan rutin harian yang merupakan keterampilan dasar manusia. 2. Difahaminya bahwa kegiatan seperti makan, mandi, menggosok gigi, berpakaian, ke toilet, dan memakai sepatu perlu diajarkan atau dilatihkan pada semuan ABK. 3. Difahaminya fungsi kegiatan Bina Diri baik berkenan dengan pengembangan keterampilan pokok memelihara, kontak sosial, maupun meningkatkan kemandirian. E. DAFTAR PUSTAKA Depdikbud, 1986. Pedoman Guru Dalam Bina Diri dan Bina Gerak Bagi Anak Tunadaksa Untuk SLB Bagian D. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikdasmen PPSLB. 33

Depdikbud, 1997. Kurikulum Pendidikan Luar Biasa, GBPP Mata Pelajaran Program Khusus Bina Diri dan Bina Gerak. Jakarta: Depdikbud. 34