BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Anak Tunagrahita Ringan 1. Pengertian Anak Tunagrahita Ringan Tunagrahita disebut juga intellectual disability atau retardasi mental, yang dapat diartikan lemah mental, lemah otak, lemah pikiran, cacat mental atau terbelakang mental.tunagrahita ringan disebut juga dengan istilah debil dan mampu didik. Pada umumnya penampilan anak tunagrahita ringan tidak berbeda dengan anak normal sebayanya, tetapi dapat diketahui setelah menempuh pembelajaran yang bersifat akademik dengan ketidakmampuannnya mengikuti pembelajaran tersebut. Muljono Abdurachman dan Sudjadi (1994 :26) mengatakan, Tunagrahita ringan atau mampu didik (educable mentally retarded) mempunyai IQ atau 75. Mumpuniarti (2007 : 15) mengatakan bahwa Anak Tunagrahita Ringan memiliki karakteristik fisik yang tidak jauh berbeda dengan anak normal, tetapi motoriknya lebih rendah dibanding anak normal. Sedangkan menurut The New American Webster dalam Moh Amin, (1994 : 37) bahwa dalam kecerdasan berpikir anak tunagrahita ringan paling tinggi sama dengan kecerdasan anak normal yang berusia 12 tahun. Mumpuniarti (2007 : 24) mengatakan: Dalam tes WISC, pada sub tes Simbol, ternyata rata-rata anak dengan hambatan mental mampu mengerjakan sub tes tersebut, tetapi lamban atau sangat lamban. Gerakan motoriknya 7

2 lambat dan kurang terkoordinir dengan baik, demikian juga anak hambatan mental mempunyai problem di bidang proses mengingat, yang meliputi aspek menangkap pesan, menyampaikan dan merefleksikan kembali. Berdasar beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita ringan adalah anak yang mempunyai kecerdasan di bawah anak normal sebayanya, anak tunagrahita juga mempunyai hambatan-hambatan dalam bahasa, motorik, emosi dan sosialnya. Karena kemampuan berpikirnya terbatas sehingga mereka juga mengalami kesulitan dalam mempelajari merawat dirinya. Oleh karena itu anak tunagrahita ringan perlu diberi pembelajaran merawat diri khususnya tentang mandi agar mempunyai kemandirian untuk merawat dirinya seoptimal mungkin. 2. Karakteristik Anak Tunagrahita Ringan Menurut American Association In Mental Retardation (AAMR) dalam Mumpuniarti (2007 : 10), Anak tunagrahita ringan mengalami ketertinggalan dua atau lima tingkatan di bidang kognitif dibanding anak normal yang usianya sebaya. Semakin bertambah usia anak hambatan mental ringan ketertinggalan dibanding anak usia sebayanya dewasa normal semakin jauh, karena perkembangan kognitifnya terbatas pada tahap operasional konkret. Mumpuniarti (2007 : 16) mengatakan, Kesulitan berpikir abstrak dan keterbatasan di bidang kognitif ini berimplikasi pada aspek kemampuan yang lainnya yang digunakan untuk proses belajar. Karakteristik fisik yang tidak jauh berbeda dari anak normal menyebabkan tidak terdeteksi sejak awal 8

3 sebelum masuk sekolah, anak terdeteksi ketika masuk sekolah dengan menampakkan cirri ketidakmampuan di bidang akademik, maupun kemampuan pelajaran di sekolah yang membutuhkan keterampilan motorik. Menurut Astati (1996 : 26), anak tunagrahita ringan mempunyai karakteristik sebagai berikut; a. Karakteristik fisik, penyandang tunagrahita ringan dewasa memiliki keadaan tubuh yang baik, namun jika tidak mendapat latihan yang baik maka menyebabkan postur tubuh atau fisik yang tidak seimbang dan kurang dinamis. b. Karakteristik berkomunikasi, dalam berbicara mereka kadang menunjukkan kelancaran, hanya dalam perbendaharaan kata terbatas jika dibanding anak normal. Mereka juga mengalami kesulitan dalam menarik kesimpulan mengenai isi pembicaraan. c. Karakteristik kecerdasan, kecerdasannya paling tinggi sama dengan anak normal yang berusia 12 tahun, walaupun anak tunagrahita ringan tersebut sudah berusia dewasa. Berdasar beberapa uraian di atas mengenai karakteristik anak tunagrahita ringan, maka dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita ringan mempunyai karakteristik fisik yang tidak jauh berbeda dari anak normal, kemampuan berpikir yang rendah dibanding anak normal sebayanya dalam hal kognitif, bahasa, motorik, social dan emosi sehingga dalam mengikuti pembelajaran yang bersifat akademik mengalami keterlambatan. Anak 9

4 tunagrahita juga kurang dalam memahami suatu tugas atau permasalahan, begitu juga dengan pemecahannya. Anak tunagrahita ringan masih dapat dilatih belajar akademis sederhana dalam membaca, menulis dan berhitung. Mereka perlu diberi layanan pendidikan yang disesuaikan dengan karakteristik, potensi yang ada padanya dan juga kebutuhan yang diperlukannya, termasuk didalamnya adalah pembelajaran merawat diri khususnya tentang mandi agar anak tunagrahita ringan tersebut dapat membersihkan diri dengan cara mandi yang benar, dapat menjaga kesehatan badan dengan baik dan yang lebih penting adalah mereka dapat melakukannya dengan mandiri, tidak bergantung pada orang lain. 3. Kebutuhan Anak Tunagrahita Ringan Kebutuhan-kebutuhan anak tunagrahita ringan menurut Mumpuniarti (2000 : 81-87) dibagi menjadi tiga yaitu: a. Kebutuhan fisik: tidak berbeda dengan anak normal seperti; makan, minum, pakaian, perumahan, perawatan kesehatan; sarana untuk bergerak, bermain, olah raga, rekreasi, penampilan diri secara rapi, bersih dan menarik. Kebutuhan tersebut untuk anak tunagrahita ringan perlu adanya latihan-latihan, pengarahan secara khusus dan diulang-ulang. b. Kebutuhan psikhologis: meliputi penghargaan, rasa harga diri, rasa aman, kepercayaan diri, motivasi, realisasi diri dan penerimaan lingkungan. Anak 10

5 tunagrahita ringan juga ingin diperhatikan, dipuji, dihargai, disapa dengan baik dan diperlakukan dengan elusan kemanjaan. c. Kebutuhan social: ingin berkomunikasi dan berkelompok, ingin mengungkapkan diri, memiliki perasaan, keinginan-keinginan, ide dan gagasan walau kurang berarti, ingin pengakuan sebagai anggota keluarga, dapat pengakuan di depan teman-temannya, kedudukan dalam kelompok. Berdasar kebutuhan dan karakteristik di atas, anak tunagrahita ringan juga mempunyai kemampuan yang dapat dikembangkan untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari melalui latihan-latihan keterampilan kehidupan sehari-hari termasuk merawat diri sendiri utamanya mandi. B. Tinjauan tentang Pembelajaran Merawat Diri 1. Pengertian merawat diri Merawat diri sendiri dalam dunia pendidikan luar biasa sering disebut dengan menolong diri sendiri dalam bahasa inggris disebut self-help/ self care atau bina diri, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Begitu juga dengan mandi, yang harus dilakukan oleh setiap individu termasuk anak tunagrahita ringan untuk memenuhi kebutuhan akan kesehatan badannya. Mandi dapat diartikan dengan suatu kegiatan membersihkan seluruh badan memakai peralatan mandi dan menghasilkan badan yang bersih, tidak berbau dan sehat. 2. Tujuan Pembelajaran Merawat Diri Tujuan merawat diri untuk anak tunagrahita ringan (Depdikbud, 1997 : 1) adalah: Mengembangkan sikap dan kebiasaan-kebiasaan dalam kehidupan 11

6 sehari-hari untuk dapat mengurus diri sendiri sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dalam kehidupan bermasyarakat. Sesuai dengan kondisi anak tunagrahita ringan maka tujuan merawat diri dapat disimpulkan sebagai berikut: a Agar anak dapat memiliki keterampilan dalam mengurus dirinya sendiri. b Agar anak dapat menjaga kebersihan badan dan kesehatan dirinya dengan kemampuan merawat diri. c Agar anak dapat tumbuh rasa percaya diri karena telah mampu mengurus dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain. d Agar anak tidak canggung dalam beradaptasi dengan lingkungannya karena telah mampu/ memiliki bekal dengan kemampuan mengurus kepentingannya sendiri. 3. Kurikulum Pembelajaran Merawat Diri Pembelajaran merawat diri disebut juga pelajaran merawat diri sendiri atau bina diri yang dalam Kurikulum Pendidikan Luar Biasa masuk Mata Pelajaran Program Khusus Kemampuan Merawat Diri, Sekolah Dasar Luar Biasa Tunagrahita Ringan, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Jakarta Tahun Ruang lingkup kurikulum merawat diri pada SDLB Tunagrahita Ringan menurut Depdikbud (1997 : 1) meliputi: usaha membersihkan dan merapikan diri; kebersihan lingkungan dan kesehatan; berbusana; makan dan minum; dan 12

7 menghindari bahaya. Suranto dan Soedarini (2002 : 8) menyatakan ruang lingkup kemampuan merawat diri dirinci sebagai berikut: a Lingkup proses belajar adalah kegiatan belajar mengajar (KBM) untuk mengubah tingkah laku sebagai masukan (entery behavior), menuju kemampuan yang diharapkan setelah berakhirnya proses belajar (out put behavior) atau kemampuan dengan bantuan menuju kemampuan tanpa bantuan. b Lingkup mata pelajaran adalah apa yang harus diajarkan serta sejauh mana keluasan dan kedalamannya. Materi ini meliputi: 1) Kebersihan badan antara lain; a) Cuci tangan. b) Cuci muka. c) Cuci kaki. d) Sikat gigi. e) Mandi. f) Cuci rambut. g) Menggunakan kamar kecil atau WC. 2) Makan dan minum meliputi; a) Makan menggunakan tangan. b) Makan menggunakan sendok. c) Makan menggunakan sendok dan garpu. d) Minum menggunakan gelas. 13

8 e) Minum menggunakan cangkir. f) Minum menggunakan sedotan. 3) Berpakaian antara lain mengenakan; a) Baju kaos. b) Celana atau rok. c) Kemeja. d) Kaos kaki dan sepatu. 4) Berhias meliputi; a) Merapikan rambut dengan sisir dan memakai minyak rambut. b) Memakai bedak. c) Memakai aksesoris. 5) Keselamatan diri, antara lain; a) Menghindari bahaya benda tajam atau runcing. b) Menghindari bahaya api dan listrik. c) Menghindari bahaya lalu lintas. d) Menghindari bahaya binatang. 6) Adaptasi lingkungan, antara lain; a) Perseorangan. b) Hidup bersama orang lain. 4. Prinsip-Prinsip dalam Pembelajaran Merawat Diri Moh Amin (1994 : 202) secara khusus mengemukakan prinsip-prinsip belajar kelompok bina diri antara lain: 14

9 a. Anak diberi kebebasan untuk memilih mata pelajaran yang sesuai dengan minatnya. b. Penyajian materi harus selalu mengikuti irama dan dinamika proses belajar. c. Proses belajar hendaknya selalu diulang sesuai kebutuhan anak secara individu. d. Peran guru atau orang dewasa yang mengantar anaknya untuk dapat menemukan sendiri kesalahannya. Mumpuniarti (2007 : 53) menyatakan prinsip-prinsip belajar yang fungsional bagi penyandang hambatan mental yang perlu diperhatikan adalah: a. Prinsip pendidikan berbasis kebutuhan individu; yaitu memperhatikan kebutuhan setiap individu dan berdasar assessment yang dapat berisi deskripsi kondisi saat ini, tujuan, layanan dan evaluasi. b. Analisis penerapan tingkah laku; kegiatan dilaksanakan step by step atau tahap demi tahap dengan waktu tertentu, jika belum tecapai maka diperpanjang waktunya, kegiatan atau tugas lebih diurai lagi. c. Prinsip relevan dengan kehidupan sehari-hari dan keterampilan yang fungsional di keluarga dan masyarakat. Hal ini untuk mengoptimalkan kemandirian mereka. d. Prinsip berinteraksi maknawi secara terus-menerus dengan keluarga; kerjasama dengan orangtua yang maknawi untuk menyampaikan ketercapaian siswa yang konkret. 15

10 e. Prinsip decelerating behavior; mengurai tingkah laku yang tidak dikehendaki dengan cara menjauhkan situasi pembangkit, mencegah supaya tingkah laku yang tidak dikehendaki tidak muncul, bila muncul diacuhkan, hukuman supaya tidak diulang, pembiasaan pada tingkah laku yang baik dan memberi sambutan (pujian). f. Prinsip accelerating behavior; untuk membangun kebiasaan dan kemampuan. Berdasar prinsip-prinsip di atas maka ada tiga factor penting yang harus dimiliki oleh guru atau pendidik yaitu kesabaran, keuletan dan kasih sayang pada anak tunagrahita ringan tersebut, agar anak tunagrahita lebih semangat untuk mempelajari pembelajaran dan merasa dihargai, juga tidak cepat merasa bosan. 5. Komponen Pembelajaran Merawat Diri Tentang Mandi Pembelajaran merawat diri tentang mandi perlu adanya suatu strategi dalam pendekatan materi yang secara sederhana dapat digambarkan mulai dari yang mudah menuju yang sulit dengan memperhatikan prinsip pengulangan latihan. Untuk dapat terpeliharanya pendekatan materi tersebut maka perlu adanya task analysis. Pendekatan ini menekankan bahwa suatu keterampilan akan dimiliki bila tugas untuk mencapai keterampilan tersebut dirinci dan diurutkan berdasar tingkat kesulitannya. Latihan hendaknya diberikan sedikit demi sedikit, dengan singkat dan sederhana. Penting untuk mengusahakan agar pada waktu berlatih atau pembelajaran, anak melihat dan mendengarkan 16

11 atau memperhatikan apa yang kita inginkan, pemberian contoh yang mudah dimengerti oleh anak, satu kegiatan latihan perlu untuk diulang-ulang sampai anak mampu melakukan sendiri dengan benar atau mendekati benar, waktu bisa diperpanjang apabila masih diperlukan,perlunya variasi yang dapat menarik minat siwa, perlu juga memberi penguat atau hadiah dan pembelajaran bersifat konkret tidak abstrak. Hal ini juga melatih kemandirian anak tunagrahita ringan tersebut. Adapun komponen pembelajaran menurut Mumpuniarti (2007 : 74) adalah komponen yang saling berinteraksi dan terkait, sehingga komponen satu dan lainnya saling mempengaruhi. Komponen pembelajaran merawat diri tentang mandi meliputi: a Tujuan pembelajaran Tujuan pembelajaran menurut Mumpuniarti (2007 : 74) : Analisis kebutuhan siswa sangat menentukan untuk mampu tidaknya siswa mencapai tujuan yang dirancang, hal ini sangat tergantung dari kemampuan awal serta kondisi hambatan mentalnya. Tujuan pembelajaran merawat diri khususnya tentang mandi adalah; memberikan pengetahuan tentang artinya mandi, bagaimana cara mandi yang benar agar badan bersih, sehat dan dapat mandi sendiri sehingga tidak mengganggu dirinya sendiri maupun orang lain di sekitarnya. Selain daripada itu untuk melatih kemandirian anak tunagrahita ringan agar tidak bergantung pada orang lain. 17

12 b Materi pembelajaran Materi pembelajaran merawat diri mandi adalah apa yang akan diajarkan atau yang akan disampaikan guru kepada siswa tentang arti mandi, peralatan mandi dan bagaimana cara mandi yang benar. Materi diambil berdasar kurikulum atau Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) sekolah yang bersangkutan. Untuk melakukan hal ini perlu adanya rambu-rambu yang dipedomani, menurut Mumpuniarti (2007 : 75) yaitu: 1). Materi yang disajikan harus mendukung tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. 2). Materi yang disajikan harus berada dalam batas-batas kemampuan siswa untuk mempelajarinya. Hal ini berkaitan langsung dengan potensi yang ada pada siswa berkebutuhan khusus, sesuai dengan kelainan yang disandangnya. 3). Materi yang disajikan haruslah bermanfaat bagi kehidupan siswa. 4). Materi harus disusun dari yang mudah ke yang sukar, yang sederhana ke yang kompleks dan dari yang konkret ke yang abstrak. Materi yang diajarkan dalam pembelajaran merawat diri tentang mandi ini meliputi: perlengkapan alat-alat mandi dan mandi dengan urutan serta cara yang benar. Disamping itu perlu adanya pendekatan analisis tugas (task analysis), adapun analisis tugas pada pembelajaran merawat diri mandi adalah sebagai berikut: 18

13 1) Mempersiapkan peralatan mandi. 2) Membawa peralatan mandi ke kamar mandi. 3) Meletakkan peralatan mandi pada tempatnya. 4) Membuka pakaian dan meletakkan pada tempatnya. 5) Memegang gayung dan mengambil air. 6) Menyiramkan air ke wajah dan seluruh tubuh dengan merata. 7) Mengambil sabun dan mengusapkan ke seluruh tubuh dengan merata. 8) Meletakkan sabun pada tempatnya. 9) Mengambil gayung dan mengambil air. 10) Menyiramkan air ke seluruh tubuh sampai sabun di tubuh hilang. 11) Menggosok tubuh dan wajah dengan tangan agar kotoran hilang. 12) Mengambil gayung dan mengambil air. 13) Menyiramkan air ke tubuh dan wajah sampai kotoran hilang dan bersih. 14) Mengambil handuk dan mengelapkan ke seluruh tubuh dan wajah sampai kering. 15) Meletakkan handuk pada tempatnya. 16) Mengambil pakaian dan memakainya. 17) Mengambil peralatan mandi dan menyimpan pada tempatnya. 18) Menjemur handuk pada tempatnya. c guru 19

14 Kompetensi guru sering disebut juga sebagai kompetensi pedagogik. Menurut Vhariss.s (2011 : 2) kompetensi pedgogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik meliputi: 1). Pemahaman terhadap peserta didik. 2). Kemampuan merancang RPP. 3). Kemampuan melaksanakan pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas. 4). Kemampuan merancang dan melaksanakan evaluasi hasil belajar. 5).Kemampuan mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Kompetensi guru atau pedagogik dalam UU No 14 Tahun 2005 adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik, Vhariss s blog (2011 : 2) menyebut kompetensi dengan kompetensi pengelolaan pembelajaran. Kompetensi ini dapat dilihat dari kemampuan merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, dan melakukan penilaian. Kompetensi guru dalam pembelajaran merawat diri tentang mandi ini adalah memberikan pembelajaran tentang mandi yang telah disiapkan oleh guru yang disesuaikan dengan potensi, karakteristik siswa, kebutuhan siswa dan kemudian tentu akan dilakukan penilaian. Langkah pembelajaran mandi menurut Suranto dan Soedarini (2002 : 19) adalah sebagai berikut: 20

15 1). Perlengkapan yang digunakan; a) Lap kantung atau waslap. b) Sabun. c) Handuk. d) Pakaian lengkap. 2). Cara melatih; a) Masuklah ke kamar mandi, tutup pintunya. b) Buka semua pakaian. c) Pegang air dan ciduklah air. d) Siramlah seluruh tubuh dengan air, 3 sampai 4 gayung hingga tubuh basah seluruhnya. e) Masukkantangan ke dalam waslap. f) Gosokkan waslap pada sabun. g) Gosoklah muka, leher dan telinga. h) Siramlah muka sampai bersih. i) Gosoklah lengan dan ketiak, badan dan punggung, kedua kaki dan jari- jemarinya. j) Siramlah seluruh tubuh sampai bersih. k) Keringkanlah tubuhdengan handuk yaitu mula-mula muka, leher, telinga, lengan sampai ketiak, badan, punggung dan kaki. l) Berpakaian. m) Simpan semua perlengkapan di tempat semula. 21

16 n) Keluar dari kamar mandi. Langkah-langkah pembelajaran tentang mandi pada anak tunagrahita ringan harus disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik anak tunagrahita tersebut dengan cara langkah yang terperinci, sedikit demi sedikit, yaitu; 1). Menyiapkan peralatan mandi yaitu gayung, sabun mandi, handuk. 2). Buka semua pakaian dan gantungkan pada tempat gantungan baju. 3). Peganglah gayung dan ambillah air. 4). Siramkan air ke seluruh tubuh dan sampai tubuh basah semua. 5). Ambil sabun dan gosokkan pada tubuh secara perlahan juga merata ke seluruh tubuh. 6). Letakkan sabun pada tempatnya. 7). Gosoklah badan dan seluruh tubuh sampai kotoran hilang. 8). Siramlah tubuh dengan air sampai sabun atu busa sabun hilang. 9). Gosok-gosoklah muka, leher, telinga,badan, tangan sampai ketiak, punggung dan kedua kaki sampai jari-jemarinya. 10). Siramlah kembali tubuh dengan air sampai bersih. 11). Ambillah handuk dan keringkan muka, leher, telnga, lengan dan ketiak, badan, punggung dan kedua kaki. 12). Letakkan handuk ke gantungan atau cantelan terlebih dahulu. 13). Pakailah pakaian. 14). Pastikan atau letakkan perlengkapan mandi pada tempatnya. 15). Keluar kamar mandi. 22

17 d. Pendekatan pembelajaran Agar pembelajaran dapat terungkap seperti yang diharapkan maka perlu pendekatan materi yang sederhana, mulai dari yang mudah ke sulit, konkrit ke abstrak dengan selalu mengadakan pengulangan-pengulangan. e. Metode pembelajaran 1). Ceramah: merupakan penyampaian tentang peralatan mandi, cara mandi yang benar dari awal sampai akhir, perlunya atau manfaat mandi dan kapan harus mandi. 2). Demonstrasi: guru atau pelatih mendemonstrasikan ( dapat memakai model ) tentang mandi agar anak mendapat gambaran konkret bagaimana cara mandi sesuai dengan kondisi anak. 3). Tanya jawab: untuk membangkitkan anak dalam keikutsertaannya dalam mengikuti pembelajaran atau pelatihan dan sekaligus dapat untuk mengetahui seberapa taraf pemahaman anak dalam pembelajaran merawat diri tentang mandi secara lisan. 4). Penugasan; sangat diperlukan untuk menjawab seberapa hasil yang telah dicapai dalam pembelajaran merawat diri tentang mandi yang diikuti oleh anak atau siswa. 23

18 g. Media Media sangat diperlukan dalam membantu proses pembelajaran, media yang diperlukan pada pembelajaran merawat diri tentang mandi ini adalah: 1). Sabun mandi. 2). Gayung. 3). Handuk. h. Evaluasi pembelajaran Salah satu hal yang penting dalam pembelajaran adalah adanya evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui seberapa keberhasilan pembelajaran tersebut. Adapun evaluasi pada pembelajaran tentang mandi ini sebagai berikut: 1). Tes lisan merupakan serangkaian pertanyaan dari guru yang ditujukan kepada siswa untuk mengetahui seberapa pengetahuan dan pemahaman siswa tentang aktivitas mandi secara lisan. 2). Tes perbuatan merupakan bentuk tes penugasan kepada siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran tentang mandi yang dimulai dari awal sampai akhir secara benar dan berurutan. 24

19 6. Faktor yang Mempangaruhi Keberhasilan Pembelajaran Merawat Diri tentang Mandi a. Faktor intern yaitu faktor yang muncul dari diri anak itu sendiri yang meliputi; karakteristik, berat ringannya kelainan yang disandang, motivasi atau kemauan dan emosi anak. b. Faktor ekstern yaitu factor yang berasal dari luar diri anak, yang meliputi; sikap dari orangtua, saudara, orang yang serumah, tema-temannya baik teman di rumah maupun di sekolah, guru dan tetangga. c. Sarana dan prasarana kegiatan pembelajaran merawat diri tentang mandi yang harus ada dan disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi anak. C. Kerangka Pikir Pembelajaran Merawat Diri Mandi pada Anak Tunagrahita Ringan Anak Tunagrahita ringan adalah anak yang mempunyai kemampuan di bawah anak normal sebayanya, baik dalam bidang akademik maupun non akademik, pemahaman terhadap tugas baik pemecahannya maupun penyelesaiannya dan motorik tangan lemah yang menyertainya. Dengan kemampuan yang demikian, maka anak tunagrahita ringan memerlukan layanan dan perhatian khusus dalam pendidikannya, termasuk pendidikan kemandirian dan keterampilan. 25

20 Kemandirian yang dimaksud di sini adalah suatu pendidikan, pelatihan atau pembelajaran yang bertujuan untuk memandirikan anak tunagrahita ringan supaya tidak bergantung kepada orang lain, yaitu pendidikan atau pembelajaran merawat diri sendiri, termasuk pembelajaran mandi. Mandi merupakan suatu kegiatan yang sangat penting bagi kehidupan manusia, apalagi pada anak tunagrahita ringan, yang bertujuan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan badannya. Juga dapat member makna atau nilai lebih pada penampilan dirinya dan rasa percaya dirinya dalam bersosialisasi dengan orang-orang di sekitarnya. D. Pertanyaan Penelitian Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran merawat diri tentang mandi anak tunagrahita ringan di SLB Bhakti Pertiwi Prambanan Sleman, maka perlu beberapa pertanyaan sebagai berikut: 1. Apakah tujuan pada pembelajaran merawat diri tentang mandi bagi anak tunagrahita ringan tersebut sudah tercapai? 2. Bagaimana pengelolaan materi pembelajaran merawat diri mandi anak tunagrahita ringan? 3. Pendekatan apa yang digunakan pada pembelajaran merawat diri mandi anak tunagrahita ringan? 4. Bagaimana langkah-langkah pembelajaran merawat diri mandi anak tunagrahita ringan? 26

21 5. Apa saja media yang digunakan pada pembelajaran merawat diri mandi anak tunagrahita ringan? 6. Metode dan strategi apa yang digunakan guru dalam pembelajaran merawat diri tentang mandi? 7. Bagaimana sarana pembelajaran yang ada untuk pembelajaran merawat diri mandi? 8. Bagaimana pelaksanaan evaluasi tentang pembelajaran merawat diri mandi? 27

BAB I PENDAHULUAN. taraf kelainannya. American Association On Mental Deliciency (AAMD) dalam

BAB I PENDAHULUAN. taraf kelainannya. American Association On Mental Deliciency (AAMD) dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak tunagrahita adalah anak yang memiliki kecerdasan di bawah rata-rata yang terjadi pada saat masa perkembangan dan memiliki hambatan dalam penilaian adaptif. Secara

Lebih terperinci

Lembar Observasi/ Pedoman Panduan Observasi. No Variabel Sub Variabel Deskripsi. cara yang benar

Lembar Observasi/ Pedoman Panduan Observasi. No Variabel Sub Variabel Deskripsi. cara yang benar Lembar Observasi/ Pedoman Panduan Observasi No Variabel Sub Variabel Deskripsi 1 Tujuan pembelajaran 2 Materi pembelajaran a. Pengertian tentang mandi b. Melatih kemandirian anak untuk dapat mandi tanpa

Lebih terperinci

KOMPENSATORIS ANAK AUTIS

KOMPENSATORIS ANAK AUTIS KOMPENSATORIS ANAK AUTIS Oleh: H i d a y a t Kemampuan Bantu Diri Pengertian ADL/Bantu Diri Isitilah-istilah self care, self help, & Activity Daily Living (ADL). Kemampuan yg dimiliki anak ATG/Autis Kemampuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Anak tunagrahita sedang adalah anak yang tergolong salah satu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Anak tunagrahita sedang adalah anak yang tergolong salah satu BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian tentang Anak Tunagrahita Sedang 1. Pengertian Anak Tunagrahita Sedang Anak tunagrahita sedang adalah anak yang tergolong salah satu tunagrahita yang memiliki tingkat kecerdasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan dari anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan dari anak-anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki keunikan tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan dari anak-anak normal pada umumnya. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wiwi Widiawati, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wiwi Widiawati, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Program bina diri merupakan program khusus yang wajib diberikan pada siswatunagrahita. Program ini dikembangkan berdasarkan hasil asesmen. Secara umum program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita sedang adalah anak yang tingkat kecerdasan (IQ) berkisar

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita sedang adalah anak yang tingkat kecerdasan (IQ) berkisar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak tunagrahita sedang adalah anak yang tingkat kecerdasan (IQ) berkisar antara 30-50, mampu melakukan keterampilan mengurus diri sendiri (self-help), mampu

Lebih terperinci

Bina Diri Anak Tunagrahita

Bina Diri Anak Tunagrahita Bina Diri Anak Tunagrahita Peristilahan Activity Daily Living Personal Management Self care Self help Di Indonesia: KMD berubah Bina Diri karena merealisasikan diri pada situasi kehidupan rumah, sekolah

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, oleh karena itu seluruh warga negara Indonesia mempunyai hak yang sama untuk

Lebih terperinci

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS Bina Diri SEKOLAH DASAR LUAR BIASA TUNAGRAHITA RINGAN (SDLB-C) DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional RI nomor 22 dan 23 tahun 2006.

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional RI nomor 22 dan 23 tahun 2006. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan adanya Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional RI dan Peraturan Pemerintah RI No 19 tahun 2005, dapat ditetapkan dengan Permendiknas

Lebih terperinci

Program Khusus Bina Diri

Program Khusus Bina Diri PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS Bina Diri SEKOLAH DASAR LUAR BIASA TUNAGRAHITA SEDANG (SDLB-C1) DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap Warga Negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan. Hak dalam pendidikan diatur sesuai dengan UUD 1945 pasal 31 yang menyatakan bahwa Setiap warga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

2016 RUMUSAN PROGRAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MERAWAT DIRI BAGI ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB X PALEMBANG

2016 RUMUSAN PROGRAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MERAWAT DIRI BAGI ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB X PALEMBANG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia mandiri,,, (UURI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas Bab II

Lebih terperinci

ACTIVITY OF DAILY LIVING (ADL) Dra. Mimin Casmini, M.Pd.

ACTIVITY OF DAILY LIVING (ADL) Dra. Mimin Casmini, M.Pd. ACTIVITY OF DAILY LIVING (ADL) Dra. Mimin Casmini, M.Pd. A. PENGERTIAN ADL Istilah Activity of Daily Living (ADL) atau aktivitas kehidupan sehari-hari dalam dunia pendidikan anak berkebutuhan khusus dikenal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Anak tunagrahita ringan adalah salah satu dari golongan anak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Anak tunagrahita ringan adalah salah satu dari golongan anak BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian tentang Anak Tunagrahita Ringan 1. Pengertian Anak Tunagrahita Ringan Anak tunagrahita ringan adalah salah satu dari golongan anak tunagrahita yang ketunaannya tergolong

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH DASAR LUAR BIASA TUNA DAKSA SEDANG (SDLB D1)

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH DASAR LUAR BIASA TUNA DAKSA SEDANG (SDLB D1) STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Mata Pelajaran Paket Keterampilan : Bina Diri dan Bina Gerak : Program Khusus SEKOLAH DASAR LUAR BIASA TUNA DAKSA SEDANG (SDLB D1) DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Istilah yang umum dipakai dalam pendidikan luar biasa antara lain anak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Istilah yang umum dipakai dalam pendidikan luar biasa antara lain anak BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Anak Tunagrahita Ringan 1. Pengertian Anak Tunagrahita Ringan Anak tunagrahita ringan memiliki berbagai istilah tergantung dari sudut pandang para ahli memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan anugrah yang Tuhan berikan untuk dijaga dan dirawat. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam masa tumbuh kembang. Memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (PP No. 72 Tahun 1991). Klasifikasi yang digunakan di Indonesia saat ini dengan

BAB I PENDAHULUAN. (PP No. 72 Tahun 1991). Klasifikasi yang digunakan di Indonesia saat ini dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak-anak dalam kelompok di bawah normal dan atau lebih lamban dari pada anak normal, baik perkembangan sosial maupun kecerdasannya disebut anak keterbelakangan mental:

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Paket Keterampilan Jenis Keterampilan : Program Khusus : Bina Diri dan Bina Gerak SEKOLAH MENEGAH PERTAMA LUAR BIASA TUNA DAKSA SEDANG (SMPLB D1) DEPARTEMEN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah hak semua anak, demikian pula dengan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus sudah diatur dalam Undang-Undang No.20

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam dunia anak luar biasa istilah tunagrahita kategori ringan memiliki

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam dunia anak luar biasa istilah tunagrahita kategori ringan memiliki 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Anak Tunagrahita Kategori Ringan 1. Pengertian tentang anak tunagrahita kategori ringan Dalam dunia anak luar biasa istilah tunagrahita kategori ringan memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan anak bermain mempunyai arti yang penting. Bermain merupakan ciri khas anak. Bermain akan menghilangkan kejenuhan anak dan membuat anak menemukan kesenangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tork, et al (dalam Ramawati, 2011) setiap orangtua. menginginkan anak yang sehat dan mandiri. Namun, pada kenyataannya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tork, et al (dalam Ramawati, 2011) setiap orangtua. menginginkan anak yang sehat dan mandiri. Namun, pada kenyataannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Tork, et al (dalam Ramawati, 2011) setiap orangtua menginginkan anak yang sehat dan mandiri. Namun, pada kenyataannya banyak anak dengan disabilitas atau penyakit

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN UPTD PENDIDIKAN KECAMATAN NGARINGAN SD NEGERI 3 BELOR Alamat : Jl. Singosari, Desa Belor, Kec. Ngaringan Kab.

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN UPTD PENDIDIKAN KECAMATAN NGARINGAN SD NEGERI 3 BELOR Alamat : Jl. Singosari, Desa Belor, Kec. Ngaringan Kab. 37 PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN UPTD PENDIDIKAN KECAMATAN NGARINGAN SD NEGERI 3 BELOR Alamat : Jl. Singosari, Desa Belor, Kec. Ngaringan Kab. Grobogan SURAT IJIN PENELITIAN Nomor:.. Yang bertanda tangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Activity Daily Living/ADL) (Effendi,2008). tidak lepas dari bimbingan dan perhatian yang diberikan oleh keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. (Activity Daily Living/ADL) (Effendi,2008). tidak lepas dari bimbingan dan perhatian yang diberikan oleh keluarga, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak yang mengalami retardasi mental dalam perkembangannya berbeda dengan anak-anak normal. Anak dengan reardasi mental mempunyai keterlambatan dan keterbatasan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diciptakan oleh Tuhan yang memiliki kekurangsempurnaan baik dalam segi

BAB I PENDAHULUAN. yang diciptakan oleh Tuhan yang memiliki kekurangsempurnaan baik dalam segi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia telah diciptakan Alloh SWT sebagai makhluk yang sempurna dalam segala hal dibanding dengan makhluk yang lain. Kesempurnaan manusia dari segi fisik memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Perkembangan anak terjadi melalui beberapa tahapan dan setiap

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Perkembangan anak terjadi melalui beberapa tahapan dan setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap anak mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan dalam hidupnya. Perkembangan anak terjadi melalui beberapa tahapan dan setiap tahapan mempunyai ciri

Lebih terperinci

Program Khusus Bina Diri

Program Khusus Bina Diri PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS Bina Diri SEKOLAH MENENGAH PERTAMA LUAR BIASA TUNAGRAHITA RINGAN (SMPLB-C) DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR

Lebih terperinci

PERANAN USAHA KESEHATAN SEKOLAH (UKS) DALAM UPAYA MENINGKATKAN KESEHATAN SISWA SEKOLAH DASAR : PENDIDIKAN KESEHATAN

PERANAN USAHA KESEHATAN SEKOLAH (UKS) DALAM UPAYA MENINGKATKAN KESEHATAN SISWA SEKOLAH DASAR : PENDIDIKAN KESEHATAN Lampiran materi penuluhan PERANAN USAHA KESEHATAN SEKOLAH (UKS) DALAM UPAYA MENINGKATKAN KESEHATAN SISWA SEKOLAH DASAR : PENDIDIKAN KESEHATAN I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan dengan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Luar Biasa bertujuan untuk membantu peserta didik yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Luar Biasa bertujuan untuk membantu peserta didik yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Luar Biasa bertujuan untuk membantu peserta didik yang memiliki keterbatasan dalam mengikuti proses pembelajaran karena ia menyandang kelainan fisik,

Lebih terperinci

PERANAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP KEMANDIRIAN ANAK DI KELOMPOK B1 RAUDHATUL ATHFAL AL IKHLAS PALU. Yayan Hidayanti 1 ABSTRAK

PERANAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP KEMANDIRIAN ANAK DI KELOMPOK B1 RAUDHATUL ATHFAL AL IKHLAS PALU. Yayan Hidayanti 1 ABSTRAK PERANAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP KEMANDIRIAN ANAK DI KELOMPOK B1 RAUDHATUL ATHFAL AL IKHLAS PALU Yayan Hidayanti 1 ABSTRAK Permasalah pokok dalam penelitian ini adalah rendahnya kemandirian anak di

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KELOMPOK BERMAIN ARROHMAN. Alamat: Bacak, Monggol, Saptosari, Gunungkidul

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KELOMPOK BERMAIN ARROHMAN. Alamat: Bacak, Monggol, Saptosari, Gunungkidul STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KELOMPOK BERMAIN ARROHMAN Alamat: Bacak, Monggol, Saptosari, Gunungkidul STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) LAYANAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI KB ARROHMAN 1. SOP Kedatangan

Lebih terperinci

2016 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK TUNAGRAHITA RINGAN MELALUI MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR

2016 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK TUNAGRAHITA RINGAN MELALUI MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan membaca merupakan kemampuan yang kompleks yang menuntut kerjasama antara sejumlah kemampuan. Kesanggupan seseorang dalam membaca atau menangkap makna

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Sutjihati Somantri (2005: 107 ) anak tunagrahita sedang

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Sutjihati Somantri (2005: 107 ) anak tunagrahita sedang BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian tentang Anak Tunagrahita Sedang 1. Pengertian Anak Tunagrahita sedang Menurut Sutjihati Somantri (2005: 107 ) anak tunagrahita sedang disebut juga embisil. Kelompok ini memiliki

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Anak Tunagrahita Sedang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Anak Tunagrahita Sedang BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Anak Tunagrahita Sedang 1. Pengertian Anak Tunagrahita Sedang Anak tunagrahita sedang biasa disebut dengan anak mampu latih, artinya anak masih mampu dilatih keterampilan

Lebih terperinci

ANAK TUNAGRAHITA DAN PENDIDIKANNYA

ANAK TUNAGRAHITA DAN PENDIDIKANNYA ANAK TUNAGRAHITA DAN PENDIDIKANNYA Oleh: Astati, Dra. M.Pd. PLB Universitas Pendidikan Indonesia Anak Tunagrahita dan Pendidikannya Definisi lihat slide no 12 Ketunagrahitaan mengacu pada fungsi intelektual

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN TOILET TRAINING MELALUI ANALISIS TUGAS PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG

MENINGKATKAN KEMAMPUAN TOILET TRAINING MELALUI ANALISIS TUGAS PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG Volume 2 Nomor 3 September 2013 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 268-279 MENINGKATKAN KEMAMPUAN TOILET TRAINING MELALUI ANALISIS TUGAS PADA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita kategori ringan membutuhkan pendidikan sebagaimana anak

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita kategori ringan membutuhkan pendidikan sebagaimana anak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak tunagrahita kategori ringan membutuhkan pendidikan sebagaimana anak normal lainnya untuk mencapai perkembangan yang optimal. Untuk itu di perlukan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rata-rata dengan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan

BAB I PENDAHULUAN. rata-rata dengan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tunagrahita adalah kondisi anak yang kecerdasannya jauh di bawah rata-rata dengan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah program. Program melibatkan sejumlah komponen yang bekerja sama dalam sebuah proses untuk mencapai tujuan yang diprogramkan. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Tubuh manusia mengalami berbagai perubahan dari waktu kewaktu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Tubuh manusia mengalami berbagai perubahan dari waktu kewaktu 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tubuh manusia mengalami berbagai perubahan dari waktu kewaktu sejak lahir yang meliputi pertumbuhan dan perkembangan. Perubahan yang cukup mencolok terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan sesuai kebutuhan masing-masing, dimana retardasi mental itu adalah

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan sesuai kebutuhan masing-masing, dimana retardasi mental itu adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia memiliki keunikan dan ciri tersendiri yang patut di kembangkan sesuai kebutuhan masing-masing, dimana retardasi mental itu adalah kondisi sebelum usia

Lebih terperinci

KEMAMPUAN BINA DIRI MAKAN BAGI ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI SEDANG KELAS III SDLB DI SLB TUNAS BAKTI PLERET BANTUL SKRIPSI

KEMAMPUAN BINA DIRI MAKAN BAGI ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI SEDANG KELAS III SDLB DI SLB TUNAS BAKTI PLERET BANTUL SKRIPSI KEMAMPUAN BINA DIRI MAKAN BAGI ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI SEDANG KELAS III SDLB DI SLB TUNAS BAKTI PLERET BANTUL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I. sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam lingkungan sekitarnya. Melalui

BAB I. sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam lingkungan sekitarnya. Melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu usaha untuk membantu perkembangan anak supaya lebih progresif baik dalam perkembangan akademik maupun emosi sosialnya sehingga mereka dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasannya jauh dibawah rata rata yang ditandai oleh keterbatasan intelejensi

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasannya jauh dibawah rata rata yang ditandai oleh keterbatasan intelejensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemahaman masyarakat umum mengenai anak berkebutuhan khusus masih sangat minim, kebanyakan mereka menganggap bahwa anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan pada umumnya adalah upaya membantu peserta. didik dalam merealisasikan berbagai potensi atau kemampuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan pada umumnya adalah upaya membantu peserta. didik dalam merealisasikan berbagai potensi atau kemampuan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan pada umumnya adalah upaya membantu peserta didik dalam merealisasikan berbagai potensi atau kemampuan yang dimilikinya secara optimal. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fokus sasaran pendidikan pada jenjang SMLB bagi anak tunagrahita

BAB I PENDAHULUAN. Fokus sasaran pendidikan pada jenjang SMLB bagi anak tunagrahita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fokus sasaran pendidikan pada jenjang SMLB bagi anak tunagrahita dititikberatkan pada kecakapan vokasional. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa mereka mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa anak bukan hanya tanggung jawab orang tua, tetapi masyarakat bahkan juga

BAB I PENDAHULUAN. bahwa anak bukan hanya tanggung jawab orang tua, tetapi masyarakat bahkan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan amanah. Islam sebagai agama yang dianut penulis mengajarkan bahwa anak bukan hanya tanggung jawab orang tua, tetapi masyarakat bahkan juga negara. Bahkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang dasar 1945 mengamanatkan upaya untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang dasar 1945 mengamanatkan upaya untuk mencerdaskan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang dasar 1945 mengamanatkan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta agar pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. dirumuskan kesimpulan seperti di bawah ini. 1. Kondisi anak tunagrahita di SDLB-C PGRI Among Putra Ngunut,

BAB VI PENUTUP. dirumuskan kesimpulan seperti di bawah ini. 1. Kondisi anak tunagrahita di SDLB-C PGRI Among Putra Ngunut, BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan fokus penelitian yang penulis ajukan dalam bab I dan hasil penelitian lapangan yang penulis uraikan dalam bab IV, maka dapat dirumuskan kesimpulan seperti di bawah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap anak berpotensi mengalami masalah dalam belajar,

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap anak berpotensi mengalami masalah dalam belajar, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap anak berpotensi mengalami masalah dalam belajar, hanya saja masalah tersebut ada yang ringan dan ada juga yang masalah pembelajarannya

Lebih terperinci

2016 MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMAKAI SEPATU BERTALI PAD A ANAK TUNAGRAHITA SED ANG MELALUI METOD E D RILL D I SLB C SUMBERSARI BAND UNG

2016 MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMAKAI SEPATU BERTALI PAD A ANAK TUNAGRAHITA SED ANG MELALUI METOD E D RILL D I SLB C SUMBERSARI BAND UNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap individu memiliki akal dan pikiran, namun individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam mengoptimalkan akal dan pikiran tersebut. Perbedaan

Lebih terperinci

PENANAMAN KARAKTER PATRIOTISME PADA SISWA TUNAGRAHITA (Studi Kasus di SMPLB Bina Karya Insani Cangakan Karanganyar Tahun Pelajaran 2013/2014)

PENANAMAN KARAKTER PATRIOTISME PADA SISWA TUNAGRAHITA (Studi Kasus di SMPLB Bina Karya Insani Cangakan Karanganyar Tahun Pelajaran 2013/2014) PENANAMAN KARAKTER PATRIOTISME PADA SISWA TUNAGRAHITA (Studi Kasus di SMPLB Bina Karya Insani Cangakan Karanganyar Tahun Pelajaran 2013/2014) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai

Lebih terperinci

: Metode-metode Pembelajaran Bahasa Lisan pada Anak Tunagrahita Ringan di Sekolah Luar Biasa

: Metode-metode Pembelajaran Bahasa Lisan pada Anak Tunagrahita Ringan di Sekolah Luar Biasa Judul : Metode-metode Pembelajaran Bahasa Lisan pada Anak Tunagrahita Ringan di Sekolah Luar Biasa Nama Penulis : Widad Nabilah Yusuf (209000274) Pendahuluan Soemantri (2006) mengatakan tunagrahita memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Aktivitas kehidupan sehari-hari tidak akan terlepas dari hal-hal yang berkaitan dengan keterampilan tangan, hal itu menunjukkan betapa pentingnya perkembangan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien

BAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien BAB II KONSEP DASAR A. Pengetian Kurangnya perawatan diri pada pasien gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun, kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak berkebutuhan khusus merupakan individu yang diciptakan oleh Yang Maha Kuasa dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Perbedaannya hanya mereka membutuhkan metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Nurhayati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Nurhayati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada umumnya bertujuan untuk mengembangkan kemampuan individu secara optimal sehingga dapat hidup mandiri. Pendidikan di Indonesia telah memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tumbuh dan berkembang baik hanya tertuju pada aspek psikologis saja,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tumbuh dan berkembang baik hanya tertuju pada aspek psikologis saja, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Manusia tumbuh dan berkembang baik hanya tertuju pada aspek psikologis saja, maupun juga juga aspek biologis. Dalam memelajari perkembangan manusia diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mudah bosan, sulit memecahkan suatu masalah dan mengikuti pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. mudah bosan, sulit memecahkan suatu masalah dan mengikuti pelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus salah satu tujuannya adalah agar anak dapat mengurus diri sendiri dan tidak tergantung pada orang lain. Agar dapat mengurus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan membersihkan diri sejatinya adalah kegiatan yang telah dilakukan manusia sejak kecil dan akan terus dilakukan hingga dewasa karena memiliki dampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata rata. Tuna

BAB I PENDAHULUAN. anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata rata. Tuna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuna grahita Ringan adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata rata. Tuna grahita adalah kata lain

Lebih terperinci

ABSTRAK PERANCANGAN MEDIA PENYULUHAN KEPADA ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK KETERBELAKANGAN MENTAL. Oleh Hendra Darmawan NRP

ABSTRAK PERANCANGAN MEDIA PENYULUHAN KEPADA ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK KETERBELAKANGAN MENTAL. Oleh Hendra Darmawan NRP ABSTRAK PERANCANGAN MEDIA PENYULUHAN KEPADA ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK KETERBELAKANGAN MENTAL Oleh Hendra Darmawan NRP 1464901 Tuna grahita/disabilitas mental merupakan salah satu jenis disabilitas yang

Lebih terperinci

MANFAAT GERAK FISIK OLAHRAGA BAGI KEMANDIRIAN INTELEKTUAL DISABILITAS

MANFAAT GERAK FISIK OLAHRAGA BAGI KEMANDIRIAN INTELEKTUAL DISABILITAS MANFAAT GERAK FISIK OLAHRAGA BAGI KEMANDIRIAN INTELEKTUAL DISABILITAS Mumpuniati PLB-FIP-UNY 1. Menstimulasi peredaran darah 2. Mestimulasi pertumbuhan syaraf 3. Menambah koordinasi gerak yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tingkat kecerdasan (IQ) berkisar antara 30-50, mampu. melakukan keterampilan mengurus diri sendiri (self help), mampu

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tingkat kecerdasan (IQ) berkisar antara 30-50, mampu. melakukan keterampilan mengurus diri sendiri (self help), mampu BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah Anaktunagrahitatipe sedang merupakan salah satu klasifikasi anak tunagrahita. Menurut Mumpuniarti (2007:13) anaktunagrahitatipe sedang memiliki tingkat kecerdasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu alat merubah suatu pola pikir ataupun tingkah laku manusia dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak memiliki pengetahuan atau keterampilan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

I. PENDAHULUAN. dalam memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Program Pendidikan Anak Usia Dini adalah pendidikan yang ditujukan kepada anak sejak lahir hingga umur 6 tahun dengan cara merangsang dan membantu pertumbuhan jasmani

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pendekatan Guru Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada

BAB V PEMBAHASAN. A. Pendekatan Guru Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada BAB V PEMBAHASAN A. Pendekatan Guru Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Anak Tunagrahita Sebagaimana data yang telah peneliti temukan dan kemukakan di atas, selanjutnya peneliti akan menganalisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala potensinya. Oleh sebab itu pendidikan harus diterima olah setiap warga negara,

BAB I PENDAHULUAN. segala potensinya. Oleh sebab itu pendidikan harus diterima olah setiap warga negara, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan sangatlah penting bagi setiap manusia dalam rangka mengembangkan segala potensinya. Oleh sebab itu pendidikan harus diterima olah setiap warga negara,

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Pada hakekatnya semua anak memiliki kesempatan yang sama untuk

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Pada hakekatnya semua anak memiliki kesempatan yang sama untuk BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya semua anak memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan. Melalui pendidikan seluruh potensi anak didik dapat digali dan dikembangkan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pasangan memiliki harapan serta keinginan-keinginan menjalani

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pasangan memiliki harapan serta keinginan-keinginan menjalani BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap pasangan memiliki harapan serta keinginan-keinginan menjalani kehidupan yang bahagia dalam membina suatu keluarga. Anak merupakan suatu anugerah yang

Lebih terperinci

UTILIZING TOOTH DOLL MEDIUM TO IMPROVE SELF- DEVELOPMENT CAPABILITY IN BRUSHING TEETH OF MENTALLY DISABLEDFIRST GRADERS

UTILIZING TOOTH DOLL MEDIUM TO IMPROVE SELF- DEVELOPMENT CAPABILITY IN BRUSHING TEETH OF MENTALLY DISABLEDFIRST GRADERS UTILIZING TOOTH DOLL MEDIUM TO IMPROVE SELF- DEVELOPMENT CAPABILITY IN BRUSHING TEETH OF MENTALLY DISABLEDFIRST GRADERS (Pemanfaatan Media Boneka Gigi untuk Meningkatkan Kemampuan Bina Diri Menggosok Gigi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara. Pendidikan di Indonesia telah memasuki tahap pembaruan dimana pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Desi Nurdianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN Desi Nurdianti, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peraturan Pemerintah No. 72 (Amin, 1995: 11) menyebutkan bahwa anak tunagrahita adalah Anak-anak dalam kelompok dibawah normal dan atau lebih lamban daripada

Lebih terperinci

Lampiran 1. Instrumen Observasi Kemampuan Bina Diri Makan Anak Tunagrahita Sedang Kelas III SDLB. No Komponen Kegiatan Indikator

Lampiran 1. Instrumen Observasi Kemampuan Bina Diri Makan Anak Tunagrahita Sedang Kelas III SDLB. No Komponen Kegiatan Indikator LAMPIRAN 64 Lampiran 1. Instrumen Observasi Kemampuan Bina Diri Makan Anak Tunagrahita Sedang Kelas III SDLB No Komponen Kegiatan Indikator 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8 Menyiapkan peralatan yang digunakan saat

Lebih terperinci

BINA DIRI BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS OLEH: ASTATI

BINA DIRI BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS OLEH: ASTATI BINA DIRI BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS OLEH: ASTATI Konsep Dasar 1. Istilah: - ADL (Activity of Daily Living)= kegiatan hidup sehari-hari - Personal Management= sepadan dengan self care, self help - KMD

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Buku Deteksi dan Stimulasi Perkembangan Anak Usia 0-36 bulan ini dikembangkan oleh peneliti untuk dijadikan pedoman bagi kader posyandu dalam rangka mengamati perkembangan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. teoritis dengan hasil penelitian di lapangan dan juga mengacu pada rumusan

BAB V PENUTUP. teoritis dengan hasil penelitian di lapangan dan juga mengacu pada rumusan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berpijak pada uraian di atas yang merupakan perpaduan antara hasil kajian teoritis dengan hasil penelitian di lapangan dan juga mengacu pada rumusan masalah skripsi ini, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penanganan mempunyai makna upaya-upaya dan pemberian layanan agar

BAB I PENDAHULUAN. Penanganan mempunyai makna upaya-upaya dan pemberian layanan agar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penanganan mempunyai makna upaya-upaya dan pemberian layanan agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Pemberian layanan agar anak dapat tumbuh

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TATA BUSANA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VII SMPLB DI SLB-B PRIMA BHAKTI MULIA KOTA CIMAHI

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TATA BUSANA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VII SMPLB DI SLB-B PRIMA BHAKTI MULIA KOTA CIMAHI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan secara umum memiliki tujuan untuk membentuk kedewasaan individu dalam berbagai aspek, baik pengetahuannya, sikapnya, maupun keterampilannya. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah titipan Tuhan yang harus dijaga dan dididik agar ia. menjadi manusia yang berguna. Secara umum anak mempunyai hak dan

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah titipan Tuhan yang harus dijaga dan dididik agar ia. menjadi manusia yang berguna. Secara umum anak mempunyai hak dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah titipan Tuhan yang harus dijaga dan dididik agar ia menjadi manusia yang berguna. Secara umum anak mempunyai hak dan kesempatan untuk berkembang

Lebih terperinci

Mengembangkan Perilaku Sehat Pada Anak Usia 2-4 Tahun SERI BACAAN ORANG TUA

Mengembangkan Perilaku Sehat Pada Anak Usia 2-4 Tahun SERI BACAAN ORANG TUA 16 SERI BACAAN ORANG TUA Mengembangkan Perilaku Sehat Pada Anak Usia 2-4 Tahun Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Kementerian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan keahlian untuk

BAB I PENDAHULUAN. investasi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan keahlian untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memegang peranan penting dalam mengembangkan potensi sumber daya manusia secara optimal, karena pendidikan merupakan sarana investasi untuk meningkatkan pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses pengalaman yang memberikan pengertian, pandangan (insight) dan penyesuaian bagi seseorang yang menyebabkan ia berkembang Crow

Lebih terperinci

MENUJU KEMANDIRIAN ANAK TUNAGRAHITA ( Pengayaan) Oleh: Astati

MENUJU KEMANDIRIAN ANAK TUNAGRAHITA ( Pengayaan) Oleh: Astati MENUJU KEMANDIRIAN ANAK TUNAGRAHITA ( Pengayaan) Oleh: Astati A. Makna Kemandirian 1. Pengertian Menumbuhkan kemandirian pada individu sejak usia dini sangatlah penting karena dengan memiliki kemandirian

Lebih terperinci

MENGENAL ANAK TUNAGRAHITA. anak yang biasa-biasa saja, bahkan ada anak yang cepat. Yang menjadi persoalan dalam

MENGENAL ANAK TUNAGRAHITA. anak yang biasa-biasa saja, bahkan ada anak yang cepat. Yang menjadi persoalan dalam 1 MENGENAL ANAK TUNAGRAHITA A. Pengertian Dilihat dari tingkat kecerdasannya, ada anak normal, ada anak di bawah normal, dan ada anak di atas normal. Sehingga dalam belajarnya pun ada anak yang lamban,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penerapan kegiatan keterampilan motorik halus bertujuan untuk meningkatkan kemandirian. 4.1.1 Deskripsi Kondisi awal Langkah awal yang dilakukan

Lebih terperinci

CATATAN PERKEMBANGAN Implementasi dan Evaluasi Keperawatan. Tindakan Keperawatan

CATATAN PERKEMBANGAN Implementasi dan Evaluasi Keperawatan. Tindakan Keperawatan No. Hari/ Dx tanggal 1. Selasa/ 18 juni 2013 CATATAN PERKEMBANGAN Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Pukul Tindakan Keperawatan SP 1 08.30 - Mengidentifikasi kemampuan klien dalam melakukan kebersihan

Lebih terperinci

Assessment Kemampuan Merawat Diri

Assessment Kemampuan Merawat Diri Assessment Kemampuan Merawat Diri Oleh: Musjafak Assjari (Dosen PLB FIP UPI) A. Pendahuluan Di beberapa negara termasuk Indonesia kini sedang giat dilaksanakan upaya memperbaiki pembelajaran murid di sekolah.

Lebih terperinci

Anak Autistik dan Anak Kesulitan Belajar. Mohamad Sugiarmin Pos Indonesia Bandung, Senin 27 April 2009

Anak Autistik dan Anak Kesulitan Belajar. Mohamad Sugiarmin Pos Indonesia Bandung, Senin 27 April 2009 Anak Autistik dan Anak Kesulitan Belajar Mohamad Sugiarmin Pos Indonesia Bandung, Senin 27 April 2009 Pengantar Variasi potensi dan masalah yang terdapat pada ABK Pemahaman yang beragam tentang ABK Koordinasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita merupakan anak yang mengalami gangguan dalam. kecerdasan yang rendah. Gangguan perkembangan tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita merupakan anak yang mengalami gangguan dalam. kecerdasan yang rendah. Gangguan perkembangan tersebut akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak tunagrahita merupakan anak yang mengalami gangguan dalam perkembangan mental, gangguan tersebut diakibatkan karena tingkat kecerdasan yang rendah. Gangguan

Lebih terperinci

CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN UNTUK KELOMPOK USIA 4-5

CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN UNTUK KELOMPOK USIA 4-5 CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN UNTUK KELOMPOK USIA 4-5 TAHUN 1. Menyusun silabi yang diturunkan dari indikator kompetensi NO INDIKATOR KOMPETENSI SILABI- KONSEP/MATERI 1. Agama dan Moral Menyanyikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan dengan anak-anak pada umumnya. Anak berkebutuhan khusus (dulu di sebut sebagai anak luar biasa) didefinisikan

Lebih terperinci

2015 PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KINESTETIK PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YPLAB LEMBANG

2015 PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KINESTETIK PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YPLAB LEMBANG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi saat ini, dihadapkan pada banyak tantangan baik dalam bidang sosial, ekonomi, politik, budaya juga pendidikan. Semakin hari persaingan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Institusi pendidikan sangat berperan penting bagi proses tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. Institusi pendidikan sangat berperan penting bagi proses tumbuh kembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Institusi pendidikan sangat berperan penting bagi proses tumbuh kembang anak dan memengaruhi anak dalam berinteraksi dengan orang lain dalam konteks sosialnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang ringan sampai efek yang berat (Dickinson et al., 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang ringan sampai efek yang berat (Dickinson et al., 2007). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cerebral palsy atau CP adalah penyebab umum dari cacat fisik pada anak. Gangguan ini dapat menyebabkan kecacatan pada fungsi kognitif dan gerak dari yang ringan

Lebih terperinci