KADAR ABU & MINERAL. Teti Estiasih - THP - FTP - UB

dokumen-dokumen yang mirip
KLASIFIKASI MINERAL. Makro : Kebutuhan minimal 100 mg/hari utk orang dewasa Ex. Na, Cl, Ca, P, Mg, S

ANALISA MAKANAN DAN MINUMAN ANALISIS KADAR ABU DAN MINERAL OLEH :

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS BAHAN MAKANAN ANALISIS KADAR ABU ABU TOTAL DAN ABU TIDAK LARUT ASAM

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3.

ANALISIS KADAR ABU DAN MINERAL

Lampiran 1. Prosedur Analisis

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret Mei Sampel Salvinia

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

Lampiran 1. Prosedur pengukuran nitrogen dan fosfat dalam air.

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

Teknik Analisis dengan Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS)

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

PENENTUAN KADAR KLORIDA DALAM MgCl 2 DENGAN ANALISIS GRAVIMETRI

ANALISIS. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENTUAN KADAR KLORIDA. Senin, 21 April Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH KELOMPOK 1

Penentuan Kesadahan Dalam Air

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR PENENTUAN KADAR NIKEL SECARA GRAVIMETRI. Pembimbing : Dra. Ari Marlina M,Si. Oleh.

PRODUKSI ABON IKAN PARI ( (RAYFISH): PENENTUAN KUALITAS GIZI ABON

ILMU KIMIA ANALIT. Dr. Ir. Dwiyati Pujimulyani, MP

Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KUALITATIF ANION

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

STUDI PEMBUATAN PAKAN IKAN DARI CAMPURAN AMPAS TAHU, AMPAS IKAN, DARAH SAPI POTONG, DAN DAUN KELADI YANG DISESUAIKAN DENGAN STANDAR MUTU PAKAN IKAN

Penarikan sampel (cuplikan) Mengubah konstituen yang diinginkan ke bentuk yang dapat diukur Pengukuran konstituen yang diinginkan Penghitungan dan

Lampiran 1. Hasil analisis proksimat pakan komersil (% bobot kering) Lampiran 2. Hasil analisis kualitas air hari pertama

Spektrofotometri Serapan Atom

METODE. Materi. Rancangan

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Analisa Klorida Analisa Kesadahan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1 Analisis Sifat Fisik Keju Putih Rendah Lemak

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

Pupuk dolomit SNI

METODE PENGUJIAN. 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992)

Analisa AAS Pada Bayam. Oleh : IGNATIUS IVAN HARTONO MADHYRA TRI H ANGGA MUHAMMAD K RAHMAT

PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel dan Tempat Penenlitian. Sampel yang diambil berupa tanaman MHR dan lokasi pengambilan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. encer, meskipun dengan adanya oksigen tembaga bisa larut sedikit. Asam nitrat

BAB II LANDASAN TEORI

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989)

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION

Lampiran 1. Hasil analisis proksimat pakan perlakuan (udang rebon) Tabel 3. Analisis proksimat pelet udang rebon

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis.

Air dan air limbah Bagian 13: Cara uji kalsium (Ca) dengan metode titrimetri

STOIKIOMETRI LARUTAN. Andian Ari Anggraeni, M.Sc

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1.1 Hasil Pengamatan Analisa Analisa Protein dengan Metode Kjeldahl Tabel 6. Hasil Pengamatan Analisa Protein

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimental yang dilakukan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

L A R U T A N _KIMIA INDUSTRI_ DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA WIDHA KUSUMA NINGDYAH, ST, MT AGUSTINA EUNIKE, ST, MT, MBA

Desikator Neraca analitik 4 desimal

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Tahap Penelitian

METODA GRAVIMETRI. Imam Santosa, MT.

LOGO. Stoikiometri. Tim Dosen Pengampu MK. Kimia Dasar

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

PEMURNIAN GARAM DAPUR MELALUI METODE KRISTALISASI AIR TUA DENGAN BAHAN PENGIKAT PENGOTOR NA 2 C 2 O 4 NAHCO 3 DAN NA 2 C 2 O 4 NA 2 CO 3

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama

GRAVIMETRI PENENTUAN KADAR FOSFAT DALAM DETERJEN RINSO)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Bab III Bahan dan Metode

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT (Diskusi Informasi) INFORMASI Larutan adalah campuran yang homogen antara zat terlarut dan zat pelarut.

Lampiran 1 Bagan alir penelitian

PENYISIHAN KESADAHAN dengan METODE PENUKAR ION

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Laporan Tetap Praktikum Penetapan Kadar Abu

PENGUJIAN AMDK. Disampaikan dalam Pelatihan AIR MINUM

A. Ekstraksi Minyak Buah Makasar (Brucea javanica (L.) Merr.) setiap hari selama 10 menit dilakukan pengadukan. Campuran divorteks

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA ANALITIK II. PENENTUAN KADAR KLORIDA Senin, 14 April 2014

FOSFOR A. KELIMPAHAN FOSFOR

Lampiran 1 Prosedur Analisis ph H2O dengan ph Meter Lampiran 2. Prosedur Penetapan NH + 4 dengan Metode Destilasi-Titrasi (ppm)=

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober

ANALISIS PROXIMATE PROF SIMON BW

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM

LAMPIRAN 1 SPESIFIKASI KALSIUM KARBONAT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia D III Analis Kesehatan Fakultas

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas

Lampiran1. Prosedur analisis proksimat 1. Prosedur analisis kadar air. 2. Prosedur analisis kadar serat kasar

Metodologi Penelitian

Transkripsi:

KADAR ABU & MINERAL 1

PENDAHULUAN Analisis kadar abu penting untuk bahan atau produk pangan Menunjukkan kualitas seperti pada teh, tepung, atau gelatin Merupakan perlakuan awal untuk menentukan jenis mineral dalam bahan atau produk pangan Merupakan parameter penting nilai gizi pangan Dalam analisis pangan yang penting tidak hanya kuantitas tetapi juga abu larut dan tidak larut air, alkalinitas abu larut, dan abu yang tidak larut asam 2

Pengertian Abu merupakan residu anorganik dari hasil pengabuan Kadar abu ditentukan dengan cara mengukur residu setelah sampel dioksidasi pada suhu 500-600 C dan mengalami volatilisasi Untuk pengabuan yang sempurna, pemanasan dilakukan sampai warna sampel menjadi seragam dan berwarna abu-abu sampai putih, serta bebas dari sisa sampel yang tidak terbakar 3

Residu abu yang diperoleh tidak sama dengan kadar mineral yang ada dalam sampel bahan pangan asal karena mineral dapat hilang selama pengabuan atau mengalami interaksi dengan komponen pangan lain Pengabuan dapat dilakukan dalam tanur, dalam sistem tertutup dengan adanya oksigen, atau dengan cara basah menggunakan asam sulfat, asam nitrat, asam perklorat atau campurannya 4

Jenis pengabuan Ada dua jenis pengabuan yang bertujuan terutama untuk menentukan jenis mineral dalam sampel Pengabuan kering atau secara langsung dilakukan dengan mengoksidasi sampel dalam tanur pada suhu tinggi Pengabuan basah atau secara tidak langsung dilakukan dengan mengoksidasi sampel dengan asam kuat pekat 5

Jenis pengabuan yang lain Teknik pengabuan tidak langsung seperti konduktometri yang menentukan total elektrolit dalam bahan atau produk pangan Pemilihan metode pengabuan bergantung pada Tujuan pengabuan Jenis mineral yang akan diukur Metode penentuan mineral yang digunakan 6

1. Pengabuan kering Merupakan metode standar untuk menentukan kadar abu dalam sampel Pada pengabuan kering, sampel dioksidasi pada suhu tinggi 500-600 C tanpa adanya flame Bahan anorganik yang tidak mengalami volatilisasi disebut abu Kadar abu ditentukan dengan cara menimbang residu yang tertinggal setelah pengabuan 7

Berat Sampel & Preparasi Berat bahan yang ditimbang untuk pengabuan beragam bergantung pada jenis bahan Bahan dengan kadar air tinggi dihilangkan dulu airnya Bahan dengan kadar asam dan lemak tinggi diabukan pada suhu rendah terlebih dahulu kemudian suhu dinaikkan Bahan dengan kadar air tinggi seperti produk cair harus dikeringkan sebelum diabukan Proses pengabuan lama untuk produk pangan tinggi protein 8

Bahan tinggi karbohidrat seringkali menimbulkan buih sehingga perlu ditambahkan beberapa tetes minyak zaitun Sampel tinggi lemak mengalami pengabuan yang cepat Untuk mempercepat pengabuan, penambahan gliserin dan alkohol dapat dilakukan 9 Oksidator kimi seperti H2O2 dapat ditambahkan untuk mempercepat pengabuan

Preparasi sampel Bahan nabati Dikeringkan dahulu (dua tahap: suhu rendah dan tinggi) Bahan dengan kadar air <15% bisa langsung diabukan Produk lemak dan gula Produk hewani, sirup dan bumbu perlu perlakuan pendahuluan karena kadar lemak, air, atau gula tinggi Daging, gula dan sirup: dikeringkan dulu dalam penangas air Lemak diekstrak dulu Bahan dibakar dulu 10

Jenis dan Berat Bahan Jenis Bahan Berat Bahan (g) Ikan dan produknya,kacang-kacangan, pakan 2 Serealia, susu, keju 3-5 Gula, daging, sayuran 5-10 Jeli, sirup, selai, buah kering 10 Jus, buah segar, buah kaleng 25 Anggur 50 11

Suhu Pengabuan Harus diperhatikan karena banyak unsur abu yang dapat menguap pada suhu tinggi Pengabuan dilakukan dalam tanur dengan suhu dimulai 250 C dan secara bertahap ditingkatkan menjadi 450 C dalam waktu 1 jam Tujuannya adalah memberikan kesempatan bahan-bahan organik terdekomposisi 12

Kehilangan Garam selama Pengabuan (%) Jenis Garam 250 C 16 jam 450 C 1-3 jam 650 C 8 jam 700 C 8 jam 750 C 8 jam KCl - 0.99 0.37 1.36 8.92 K 2 SO 4-1.11 0.33 0.00 0.00 K 2 CO 3-1.53 0.07 1.01 2.45 CaCl 2-1.92 0.93 14.31 mencair CaSO 4-1.37 0.40 0.00 0.00 CaCO 3 0.22 42.82 - - CaO - 3.03 0.55 0.00 0.00 MgSO 4 31.87 32.61 0.33 - - MgCl 2 74.72 78.29 0.30-0.00 13

Suhu Pengabuan Beberapa Bahan 14 Jenis Bahan Suhu ( C) Buah-buahan dan produknya 525 Daging dan produk olahan daging 525 Gula dan produk tinggi gula 525 Sayuran 525 Ikan dan produk olahannya 500 Seafood 500 Rempah-rempah 500 Keju 500 Anggur 500 Serealia 600 Pakan ternak 600

2. Pengabuan basah Sampel didigesti dengan asam kuat (dioksidasi) Suhu yang digunakan lebih rendah Biasa digunakan untuk menentukan jenis mineral yang menguap pada suhu tinggi, mineral trace, dan beracun Kelebihan: lebih singkat, kerusakan mineral minimal Filtrat (larutan abu atau alikuot) digunakan untuk penentuan jenis mineral 15

Pengabuan basah lebih baik karena kerusakan mineral rendah Pengabuan kering: penguapan mineral dan kelarutan abu rendah Penggunaan satu jenis asam mempunyai kelemahan yaitu dekomposisi sampel tidak sempurna sehingga biasanya digunakan campuran asam Asam nitrat merupakan oksidator kuat tetapi biasanya menguap sebelum proses oksidasi sempurna Biasanya digunakan campuran asam nitrat asam perklorat. Residu asam perklorat diuapkan sehingga yang tertinggal adalah abu yang larut dalam asam nitrat 16

3. METODE KONDUKTOMETRI Merupakan metode tidak langsung untuk menentukan total elektrolit dalam bahan atau produk pangan Digunakan untuk menentukan kadar abu pada gula Prinsip: mineral penyusun abu dalam gula berdisosiasi dalam larutan, sedangkan gula bersifat nonelektrolit yang tidak berdisosiasi Konduktansi dari larutan merupakan indeks yang menunjukkan konsentrasi ion yang ada Jika digunakan pengabuan basah atau kering terbentuk buih (akibat tinggi karbohidrat) 17

4. Metode lain Abu larut dan tidak larut air Alkalinitas abu Abu tidak larut asam 18

a. Abu larut dan tidak larut air Digunakan sebagai indeks yang menunjukkan kandungan buah dalam manisan atau jelly. Fraksi abu larut air yang rendah menunjukkan penambahan buah ekstra pada produk Prosedur: abu ditambah air, dididihkan, kemudian disaring. Residu dalam saringan adalah abu yang tidak larut air 19

b. Abu tidak larut asam Menunjukkan kontaminasi pada produkbuah, sayuran, gandum, dan beras. Kontaminan tersebut biasanya adalah silikat yang tidak larut asam Prosedur seperti abu larut air tetapi air diganti dengan HCl 10% 20

c. Alkalinitas abu Abu dari sayuran dan buah-buahan bersifat alkali (Ca, Mg, K, Na), sedangkan daging dan sejumlah serealia bersifat asam (P, S, Cl) Alkalinitas abu biasa menjadi indeks mutu produk dan jus buah Prinsip penentuan dengan melarutkan abu dalam HCl 0.1N. Setelah ditambah air, kemudian dititrasi dengan menggunakan NaOH Alkalinitas dinyatakan dalam ml asam 1 N/100 g sampel 21

PERBANDINGAN PENGABUAN KERING DAN BASAH 22

KEUNTUNGAN Sederhana PENGABUAN KERING Selama pengabuan tidak perlu perlakuan khusus Tidak digunakan bahan kimia Analisis dapat dilakukan dalam jumlah banyak Merupakan metode standar Merupakan abu larut, abu tidak larut, dan abu larut asam Suhu rendah PENGABUAN BASAH Peralatan sederhana Oksidasi cepat Dalam bentuk cairan yang sesuai untuk analisis mineral Peralatan yang digunakan murah Volatilisasi mineral lebih rendah 23

KERUGIAN PENGABUAN KERING Butuh suhu tinggi Alat mahal Volatilisasi mineral Terjadi interaksi antar mineral Mineral tertentu dapat terserap oleh proselen Tidak sesuai untuk analisis Hg, As, P, dan Se Pemanasan berlebihan sehingga beberapa mineral tidak larut Penanganan abu sulit karena higroskospis, dan ringan PENGABUAN BASAH Memerlukan reagen yang korosif dalam jumlah besar Asam bersifat eksplosif Perlu koreksi Bahan kimia berbahaya Sulit jika jumlah sampel banyak Prosedur rumit dan lama 24

PENENTUAN MINERAL 25

METODE Gravimetri Mineral diendapkan kemudian ditimbang Pengendapan harus bersifat selektif Contoh: analisis kalsium, kalsium diendapkan dalam bentuk kalsium oksalat Kompleksometri Titrasi kompleksometri yaitu pembentukan kompleks dengan EDTA EDTA dapat membentuk kompleks 1:1 dengan ion logam Contoh: penentuan Ca 26

Reaksi redoks Berdasarkan pada prinsip reduksi-oksidasi Dilakukan dengan titrasi Contoh: penentuan kalsium (interferensi P dan Mg), penentuan Fe Titrasi presipitasi Produk hasil titrasi merupakan presipitat Metode Mohr: penentuan Cl, reaksi Ag + Cl AgCl Kolorimetri Digunakan untuk sejumlah mineral Contoh: penentuan Fe dan P (vanadat-molibdat) 27

AAS 28

Pendahuluan AAS mengukur jumlah absorpsi radiasi elektromagnetik oleh atom-atom diskret dalam fase gas AAS merupakan metode analitik berdasarkan absorpsi radiasi uv atau visible oleh atom bebas dalam keadaan gas Sederhana dan banyak digunakan untuk pangan Sampel/elemen yang dianalisis mengalami atomisasi Dua jenis atomisasi: elektrotermal (grafit furnace) dan flame atomisasi (atomisasi nyala api) 29

Atomisasi Spektra absorpsi atom dihasilkan ketika atom pada kondisi ground (atau ion) mengabsorbsi energi radiasi dari sumber radiasi AAS memerlukan atom dari elemen bukan dalam bentuk kompleks Oleh karena itu, seluruh elemen harus diatomisasi terlebih dahulu sebelum mengabsorbsi Pada atomisasi, partikel-partikel yang sudah terpisah dalam bentuk molekul individual (vaporisasi) dan molekul pecah menjadi atom. 30

31

Atomisasi dilakukan pada suhu tinggi dalam flame Larutan yang mengandung elemen yang akan dianalisis dimasukkan ke dalam flame dalam bentuk kabut Pelarut secara cepat menguap, meninggalkan partikel padat dari analit. Partikel padat menguap dan terdekomposisi menjadi atom dan mengabsorbsi radiasi 32

Pada flame AAS, pembakar nebulizer digunakan untuk mengubah lasutan menjadi uap atom Sampel harus dalam bentuk larutan sebelum analisis dengan AAS Larutan sampel dinebulisasi (didispersikan dalam droplet berukuran kecil) dicampur dengan bahan bakar dan pengoksidasi, dan dibakar dalam flame yang dihasilkan dari oksidasi bahan bakar oleh oksidan Atom dan ion terbentuk dari komponen-komponen dalam sampel yang terdekomposisi pada suhu tinggi Flame sendiri berperan sebagai tempat sampel 33

34 Atomisasi dalam Flame

Bahan bakar untuk mengoksidasi adalah kombinasi udaraasetilen dan nitrogen oksida-asetilen Ketika sampel teratomisasi dalam flame, kuantitas elemen diukur dengan mengukur perubahan radiasi yang melewati flame Intensitas radiasi yang meninggalkan flame lebih rendah dari intensitas radiasi yang masuk ke dalam flame Hal ini disebabkan sampel atom dalam flame menyerap sejumlah radiasi yang dinyatakan dalam abosrbansi 35

36

Jumlah radiasi yang diabsorpsi sampel mengikuti Hukum Beer yaitu: 37

Analisis Dengan Spektroskopi Serapan Atom 38

Pengabuan basah Timbang sejumlah sampel yang mengandung 5-10 g padatan dan masukkan ke dalam labu Kjedahl Tambah 10 ml H 2 SO 4 dan 10 ml (atau lebih) HNO3 dan beberapa buah batu didih Panaskan perlahan-lahan sampai larutan berwarna gelap, hindari pembentukan buih yang berlebihan Tambah 1-2 ml HNO 3 dan pemanasan selama 5-10 menit sampai larutan tidak gelap lagi 39

Lanjutkan penambahan HNO3 dan pemanasan selama 5-10 menit sampai larutan tidak gelap lagi (semua zat organik telah teroksidasi) kemudian dinginkan Tambahkan 10 ml akuades (larutan akan menjadi tidak berwarna atau menjadi kuning muda jika mengandung Fe) dan panaskan sampai berasap Diamkan larutan sampai dingin kembali kemudian tambahkan 5 ml akuades, didihkan sampai berasap Dinginkan dan encerkan sampai volume 100 ml 40

Pembuatan kurva standar Larutan standar Ca 1000 ppm diambil 5 ml dan dimasukkan labu takar 50 ml Tepatkan volume menjadi 50 ml dengan akuades, dan laruta ini menjadi larutan induk untuk larutan standar Ca Ambil dari larutan yang sudah diencerkan sebanyak 0, 2, 4, 6, 8, dan 10 ml, Tepatkan volume masing-masing menjadi 100 ml 41

Contoh soal Analisis kadar Ca dari susu bubuk dilakukan dengan menggunakan AAS. Susu bubuk seberat 10 g diabukan dengan pengabuan basah dengan volume terakhir filtrat setelah pengabuan adalah 1000 ml Pembuatan kurva standar dilakukan sesuai dengan prosedur pembuatan kurva standar. Jika hasil analisis kurva standar adalah sebagai berikut dan setelah ditera dengan AAS sampel mempunyai absorbansi 0.49, berapa kadar Ca (mg/100 g) dalam susu bubuk? 42

Kurva standar: No. Volume (ml) Konsentrasi Ca (ppm) Absorbansi 1. 0 0.02 2. 2 0.13 3. 4 0.26 4. 6 0.34 5. 8 0.47 6 10 0.58 43

Jawaban KURVA STANDAR No. Volume Konsentrasi Ca Absorbansi (ml) (ppm) 1. 0 0 0.02 2. 2 2 0.13 3. 4 4 0.26 4. 6 6 0.34 5. 8 8 0.47 6 10 10 0.58 44

Absorbansi 0.6 0.5 y = 0.0557x + 0.0014 0.4 0.3 0.2 0.1 0 0 2 4 6 8 10 12 Konsentrasi Ca (ppm) 45

Absorbansi sampel = 0.49 Absorbansi sampel-absorbansi blanko = 0.49-0.02 = 0.47 Konsentrasi Ca dalam alikuot = 8.413 ppm Konsentrasi Ca = 8.413 mg/l 1 L alikuot berasal dari 10 g sampel =8.413 mg/10 g = 84.13 mg/100 g 46