Analisis Protein dan Energi pada MP-ASI campuran Tepung Beras, Pisang Awak dan Ikan Lele

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. secara eksklusif selama 6 bulan kehidupan pertama bayi. Hal ini dikarenakan ASI

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizinya belum sesuai dengan kebutuhan balita. zat-zat gizi yang terkandung dalam makanan.

SUBSTITUSI TEPUNG PISANG AWAK MASAK(Musa paradisiaca var. awak) DAN KECAMBAH KEDELAI (Glycine max ) PADA PEMBUATAN BISKUIT SERTA DAYA TERIMA.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UJI DAYA TERIMA DAN KANDUNGAN GIZI NASI DENGAN PENAMBAHAN LABU KUNING DAN JAGUNG MANIS

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu masalah gizi di Indonesi adalah gizi kurang yang disebabkan

SUBTITUSI TEPUNG PISANG AWAK (Musa paradisiaca var Awak) DAN IKAN LELE DUMBO (Clariasis garipinus) DALAM PEMBUATAN BISKUIT SERTA UJI DAYA TERIMANYA

BAB I PENDAHULUAN. yang rentan mengalami masalah gizi yaitu kekurangan protein dan energi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 224/Menkes/SK/II/2007 TENTANG SPESIFIKASI TEKNIS MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur

BAB 1 : PENDAHULUAN. diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. (1) anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya serta dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. KEP disebabkan karena defisiensi zat gizi makro. Meskipun

BAB I. PENDAHULUAN. harus diberi perhatian khusus karena menentukan kualitas otak bayi kedepan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stunting merupakan salah satu indikator masalah gizi yang menjadi fokus

BAB I PENDAHULUAN. berjalan berdampingan. Kedua proses ini menjadi penting karena dapat

MAKANAN SIAP SANTAP DALAM KEADAAN DARURAT

TINJAUAN PUSTAKA. kacang-kacangan lainnya yang dibuat secara tradisional dengan bantuan jamur

KANDUNGAN VITAMIN PADA BAHAN DASAR MP-ASI TEPUNG CAMPURAN PISANG AWAK DENGAN TEPUNG BERAS SERTA SUMBANGANNYA TERHADAP ANGKA KECUKUPAN GIZI BAYI

PENDAHULUAN. (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,

I. PENDAHULUAN. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Konsep Batita atau Tooddler

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan Vitamin A (KVA) adalah keadaan di mana simpanan. pada malam hari (rabun senja). Selain itu, gejala kekurangan vitamin A

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rata-rata kue kering di kota dan di pedesaan di Indonesia 0,40

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. oleh terpenuhinya kebutuhan gizi dalam makanannya. Pada usia 6 bulan pertama,

SUBSTITUSI TEPUNG BIJI NANGKA PADA PEMBUATAN KUE BOLU KUKUS DITINJAU DARI KADAR KALSIUM, TINGKAT PENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA

PENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. akan zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi makro yaitu karbohidrat, protein, dan

PENDAHULUAN Latar Belakang

Analisis Kandungan Mineral Pada Tepung Campuran Pisang Awak Dan Tepung Beras Serta Sumbangan Mineralnya Terhadap Angka Kecukupan Gizi Bayi ABSTRACT

BAB 1 PENDAHULUAN. berlanjut hingga dewasa bila tidak diatasi sedari dini.

TINJAUAN PUSTAKA. pisang raja berasal dari kawasan Asia Tenggara dan pulau-pulau pasifik barat. Selanjutnya

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh berbagai macam masalah. Menurut McCarl et al., (2001),

Clara M. Kusharto Ingrid S. Surono

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kekurangan protein merupakan salah satu masalah gizi utama di

kabar yang menyebutkan bahwa seringkali ditemukan bakso daging sapi yang permasalahan ini adalah berinovasi dengan bakso itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

BAB I PENDAHULUAN. terbukti berperan penting dalam menunjang kesehatan tubuh.

PROFIL PT CARMELITHA LESTARI

PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH:

I. PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan pangan menurut Indrasti (2004) adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. lodeh, sayur asam, sup, dodol, dan juga manisan. Selain itu juga memiliki tekstur

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan. penduduk yang mempunyai angka pertumbuhan yang tinggi sekitar 1.

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan pangan semakin meningkat dengan bertambahnya. jumlah penduduk. Berbagai jenis pangan diproduksi dengan meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade

PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. sangat terkenal dan digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena memiliki

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

PEMANFAATAN TEPUNG UMBI GARUT (Maranta arundinaceae L.) DALAM PEMBUATAN BUBUR INSTAN DENGAN PENCAMPURAN TEPUNG TEMPE SKRIPSI

I. PENDAHULUAN ton (US$ 3,6 juta) (Jefriando, 2014). Salah satu alternatif pemecahan

I PENDAHULUAN. dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. (karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air) menjadi. ditemui, tetapi KVA tingkat subklinis, yaitu tingkat yang belum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG MP-ASI DENGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMBERIAN MP-ASI DI KELURAHAN JEMAWAN, KECAMATAN JATINOM, KABUPATEN KLATEN

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

: Ceramah, presentasi dan Tanya jawab

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. indikator yang tertuang di dalam Millenium Development Goals (MDGs).

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan vitamin A (KVA). KVA yaitu kondisi kurang zat gizi mikro

4. PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Analisa Proksimat Kadar Air

PEMANFAATAN IKAN TERI ( Stolephorus,sp) DALAM FORMULASI MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI)

inovatif, sekarang ini kita kenal rice burger yang berasal dari Jepang yang mengganti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SIFAT ORGANOLEPTIK, OVERRUN, DAN DAYA TERIMA ES KRIM YANG DIBUAT DARI CAMPURAN SUSU KEDELAI DAN SUSU SAPI DENGAN PERBANDINGAN YANG BERBEDA

BAB I PENDAHULUAN. kandungan protein yang tinggi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan

POLA PANGAN HARAPAN (PPH)

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) sehat adalah suatu keadaan

SUBSTITUSI TEPUNG PISANG AWAK MASAK (Musa paradisiaca var. awak) DAN KECAMBAH KEDELAI (Glycine max) PADA PEMBUATAN BISKUIT SERTA DAYA TERIMA SKRIPSI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahan utama pembuatan biskuit pada umumnya adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

M. Yogie Nugraha 1), Edison 2), and Syahrul 2) Abstract

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

BAB I PENDAHULUAN. Produk olahan yang paling strategis untuk dikembangkan dalam. rangka menunjang penganekaragaman (diversifikasi) pangan dalam waktu

BAB I PENDAHULUAN. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan masalah kesehatan global yang prevalensinya terus

HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KADAR FERRITIN PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 24 BULAN DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA

Transkripsi:

Analisis Protein dan Energi pada MP-ASI campuran Tepung Beras, Pisang Awak dan Ikan Lele (Analyze of Protein and Energy in Complimentary feeding which is made of the mixed of rice flour, banana and catfish meat ) Rohana Dewi Adriani 1, Jumirah 2, Ernawati 2 1 Alumni Mahasiswa Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat USU ² Staf Pengajar Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat USU The complimentary feeding can ensure the nutrient a baby requires in appropriate amounts for his growth and development. The complimentary feeding which is made of the mixed of rice flour, banana and catfish can fulfill baby s nutrition need. The aim of this research is to measure the proteins and energy contents of rice powder, awak bananas and catfish as a mixed complimentary food. This is an experimental research on mixed complimentary feeding of rice flour, awak bananas, and catfish. Its protein content was determined by Kjedahl method and the energy content was determined by calculating the protein, fat and carbohidrate. The result of this research showed that mixed complimentary feeding of rice powder, awak bananas, and catfish as its, serves 17,9 gram of protein, 400,8 Kkal of energy. The characteristic of mixed complimentary food of rice flour, bananas, and catfish has spesific scent, sweet flavour and smooth texture. The mixed complimentary feeding of rice flour, bananas, and catfish as its ingredients and ready to eat meals has already met the standart made by Indonesian Health Department 2007which makes it adequate as a good complimentary feeding for a 6-12-month baby. It is sugested to feed this kind of complimentary feeding to a baby as it can complete 100% protein and 50% energy needs of babies. Keywords : Protein, energy, complementary food of breastfeeding, rice flour, banana, catfish. PENDAHULUAN Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat pula menyebabkan penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar, persentasi BBLR di Indonesia sebesar 8,8 persen, anak balita kurus sebesar 13,3 persen, anak balita gizi kurang sebesar 17,9 persen, dan anak balita gizi lebih sebesar 12,2 persen. Dengan demikian Indonesia menghadapi masalah gizi ganda, di satu pihak mengalami kekurangan gizi di pihak lain mengalami kelebihan gizi (Riskesdas tahun, 2010). Mengatasi masalah ini Indonesia telah menyepakati untuk menjadi bagian dari Gerakan Scale Up Nutrition (SUN) sejak bulan Desember 2011, melalui penyampaian surat keikutsertaan dari Menteri Kesehatan kepada Sekjen PBB. Di Indonesia Gerakan SUN disebut dengan Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan Gerakan (1000 HPK) yang terdiri dari intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif. Intervensi spesifik umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan, seperti imunisasi, PMT ibu hamil dan balita, monitoring pertumbuhan balita di posyandu, suplemen tablet besi-folat ibu hamil. Promosi ASI Eksklusif, MP-ASI dan sebagainya (Laksono, Agung. 2012). Salah satu peran pemerintah untuk menjamin kesehatan warganya adalah dengan mengeluarkan kebijakan yang mengatur mengenai pemberian ASI Eksklusif dan Makanan

Pendamping ASI (MP-ASI), yaitu melalui Permenkes No. 450/Menkes/SK/IV/2004 da PP No.33/2012 mengenai pemberian ASI Eksklusif dan PP No. 237/1997, mengenai Makanan Pendamping ASI (Depkes RI, 2012). WHO Kementerian Kesehatan dan IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) telah memperbarui bahwa pemberian ASI Ekskusif diberikan kepada bayi higga berusia 6 bulan. Oleh karena itu makanan lain selain ASI baru bisa diperkenalkan kepada bayi ketika berusia 6 bulan, begitu juga dengan bayi yang diberikan susu formula (Depkes RI, 2012). MP-ASI diberikan bersamaan dengan ASI, mulai usia 6 bulan hingga 24 bulan. Pada usia ini bayi sudah memperlihatkan minat dan ketertarikannya pada makanan lain selain ASI. Pertumbuhan bayi akan terganggu, jika ia tidak mendapatkan makanan pendamping setelah berusia 6 bulan, dikarenakan tidak terpenuhinya gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangannya. MP-ASI (Makanan Pendamping ASI) yang diberikan kepada bayi selain harus bergizi haruslah terlihat menarik, baik secara fisik maupun rasanya. Selain itu, makanan tambahan ini sebaiknya mudah disiapkan atau praktis, sehingga bayi tidak perlu menunggu lama hanya untuk makan saja. Komponen utama yang harus terpenuhi dari makanan tambahan adalah asupan gizi yang terandung di dalamnya. Makanan tersebut harus mengandung karbohidrat, protein lemak, vitamin, mineral, serta zat-zat peting lainnya dalam jumlah yang mencukupi (Ria, 2012). WHO/UNCEF memberikan rekomendasi dan menekankan agar secara sosial budaya MP- ASI hendaknya dibuat dari bahan pangan yang murah dan mudah diperoleh didaerah setempat (indigenous food). Plahar dan Annan (1994), menyatakan bahwa penyusunan dan pengembangan makanan penyapihan bergizi dari bahan baku lokal telah banyak mendapatkan perhatian dibanyak negara berkembang. Beberapa di antaranya telah menggunakan kacangkacangan dan serelia baik secara tunggal atau campuran dalam bentuk kombinasi seperti beras. Beras merupakan bahan pokok yang paling cocok untuk sebagian besar rakyat Indonesia dan penduduk daerah tropik. Rakyat di wilayah ini sudah mahir dalam teknologi bercocok tanam padi, teknik pengolahan dan pemasakannya juga sangat mudah. Energi dalam beras 364 kalori per gram dan kadar proteinnya 7,0 gr%, sehingga beras cocok dijadikan makanan MP-ASI (Achmad, 2012). Pada Pedoman MP-ASI lokal, ada beberapa jenis makanan yang dapat di jadikan sebagai MP- ASI, seperti : tepung beras, kacang hijau, tempe, bayam, hati ayam, daging ikan, daun sawi,ikan, pisang dsb. Salah satu tradisi berkaitan dengan pola pemberian makanan pada bayi di masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Aceh, adalah pemberian pisang awak (Musa paradisiaca var awak). Winda puspita (2011), menemukan sebesar 83,3 persen bayi di Desa Gadeng Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara diberikan pisang awak dengan cara dikerok, dilumatkan, dan terkadang dicampur bersama nasi. Kuantitas rata-rata pisang yang diberikan, adalah satu buah setiap kali pemberian. Tradisi pemberian pisang awak pada bayi ternyata juga dilakukan oleh sebagian masyarakat di beberapa daerah di Provinsi Sumatera Utara (Siregar, 2011). Pemanfaatan pisang awak sebagai makanan bayi sebagaimana telah dilakukan oleh sebagian besar masyarakat sejak puluhan tahun yang lalu menarik untuk diteliti. Pisang awak matang memiliki tekstur yang lembut dan rasa manis. Kandungan gizinya yang baik terutama karbohidrat dalam bentuk gula, kalium, vitamin A dan Vitamin B6. Hasil Penelitian Lubis dkk (2012), tentang pembuatan tepung formulasi pisang awak masak menggunakan campuran tepung beras sebagai bahan dasar makanan pendamping ASI (MP-ASI) dan analisis kandungan zat gizinya diperoleh kandungan protein sebesar 5,42-5,79%, dan lemak sebesar 1,01-1,15%. Oleh. SK Menkes RI nomor 224/Menkes/SK/II/2007, tentang spesifikasi teknis MP-ASI bubuk instan untuk bayi 6-12 bulan mensyaratkan kandungan protein sebesar 15-22% dan lemak sebesar 10-15%. Oleh karena itu, tepung pisang awak tersebut dapat diperkaya dengan bahan makanan lain yang

memiliki kandungan protein tinggi, antara lain dari jenis ikan-ikanan, seperti ikan lele. Lele yang memiliki nama ilmiah Clarias sp ini merupakan salah satu bahan pangan bergizi yang mudah untuk dihidangkan sebagai lauk. Kandungan gizi ikan lele sebanding dengan daging ikan lainnya. Beberapa jenis ikan, termasuk ikan lele mengandung protein lebih tinggi dan lebih baik dibandingkan dengan daging hewan lainnya. Nilai gizi ikan lele meningkat apabila diolah dengan baik (Abbas, 2012).Salah satu bentuk olahan ikan lele yaitu Biskuit Clarias yang merupakan suatu inovasi pengolahan Bahan Pangan berupa biskuit balita yang terbuat dari ikan lele (Kusharto, 2011). Ikan lele mengandung karoten 12,070 mikrogram dan vitamin A sebanyak 210 IU (Internasional Unit). Kandungan zat gizi ini lebih tinggi dibandingkan dengan jenis ikan lainnya. (Puslitbang Gizi Dep. Kesehatan, 1991). Dengan demikian ikan lele mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi produk makanan bayi, sehingga peneliti tertarik untuk membuat olahan formulamp-asi dengan campuran tepung pisang awak dengan beras dan tepung ikan lele MP-ASI campuran tepung beras, pisang awak dan ikan lele merupakan perpaduan bahan makanan yang dapat memenuhi standart gizi, dimana tepung beras dan pisang awak yang merupakan sumber karbohidrat dicampurkan dengan ikan lele yang merupakan sumber protein yang tinggi, sehingga menghasilkan kandungan karbohidrat dan protein yang tinggi. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen dengan menggunakan rancangan acak lengkap yang terdiri dari dua komponen yaitu MP-ASI campuran tepung beras, pisang awak, dan ikan lele Pembutan MP-ASI dilakukan di laboraturium FKM USU dengan alasan laboraturium ini mempunyai alat yang lengkap untuk pembuatan MP-ASI. Menganalisis kandungan energi dan protein dilakukan di Badan Riset dan Standardisasi Industri Medan (Baristan), penelitian ini dilakukan mulai tanggal 22 Maret sampai tanggal 07 Oktober 2013. Objek penelitian ini adalah MP-ASI lele sebagai bahan dasar dengan perbandingan 1 : 2 : 2 Tahapan dalam penelitian ini antara lain: a. Proses pengolahan bahan, yaitu pembuatan tepung beras, formulasi tepung beras dan pisang awak, dilanjutkan dengan pembuatan MP ASI campuran tepung beras, Pisang awak dan Ikan lele. b. Proses penentuan komposisi zat gizi MP-ASI lele, yaitu penentuan kadar protein dengan metode kjeldhal, penentuan kadar lemak dengan metode ekstraksi, menetukan kadar karbohidrat dengan metode hidrolisis, lalu untuk menetukan kadar energi yang terkandung dalam MP-ASI digunakan metode perhitungan. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik MP-ASI Campuran Tepung Beras, Pisang Awak dan Ikan Lele Karakteristik MP-ASI campuran tepung beras, pisang awak dan ikan lele menghasilkan warna yang kekuning-kuningan yang dihasilkan dari perpaduan warna pisang awak yang putih dan ikan lele yang kecoklatan, beraroma khas ikan lele, rasanya didominasi oleh rasa manis dari pisang awak dan memiliki tekstur yang lembut dan halus namun tidak sehalus tepung terigu. dapat dilihat pada tabel berikut: Kandungan Protein MP-ASI campuran tepung beras, pisang awak dan ikan lele Berdasarkan hasil uji laboraturium zat gizi protein yang terkandung dalam MP-ASI lele dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut

MP-ASI campuran tepung beras, pisang awak dan ikan lele memberikan sumbangan protein sebesar 18,1 gram. Hasil analisa terhadap MP-ASI campuran tepung beras, pisang awak dan ikan lele memilki kandungan protein telah memenuhi standar MP- ASI menurut Departemen Kesehatan (2007). Dimana standar Protein yang harus dimiliki oleh MP-ASI menurut depkes RI (2007), sebesar 15-22 gram, yang mana MP-ASI campuran tepung beras, pisang awak dan ikan lele memilki kandungan protein sebesar 18,1 gram, maka MP- ASI campuran tepung beras, pisang awak dan ikan lele telah memenuhi standar protein dari MP-ASI menurut Departemen Kesehatan (2007). Berdasarkan AKG (Angka Kecukupan Gizi protein anak umur 6-11 bulan, maka MP-ASI lele dapat memenuhi AKG protein sebanyak 119,3 persen. Dimana AKG protein anak umur 6-11 bulan sebesar 15 gram, sedangkan kandungan protein MP-ASI campuran tepung beras, pisang awak dan ikan lele sebanyak 17,9 gram. Kandungan Energi Pada MP-ASI campuran tepung beras, pisang awak dan ikan lele Berdasarkan hasil uji laboraturium komposisi zat gizi yang terkandung dalam MP- ASI campuran tepung beras, pisang awak dan ikan lele dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut: Berdasarkan tabel 4.3 kandungan gizi tertinggi yang terdapat pada MP-ASI campuran tepung beras, pisang awak dan ikan lele adalah energi yaitu sebesar 400,8 Kkal. Sesuai dengan standar MP-ASI maka MP- ASI campuran tepung beras, pisang awak dan ikan lele memilki kandungan energi yang telah memenuhi standar MP-ASI dimana standar energi yang harus dimiliki oleh MP-ASI menurut depkes (2007), sebesar 400-440 Kkal, sedangkan kandungan energi yang dimiliki MP-ASI lele sebesar 400,8 Kkal, sehingga MP-ASI ini baik dikonsumsi oleh bayi. Berdasarkan AKG (Angka Kecukupan Gizi ) energi anak umur 7-11 bulan, didapat bahwa MP-ASI campuran tepung beras, pisang awak dan ikan lele dapat memenuhi AKG energi sebanyak 62,67 persen. Dimana AKG energi anak umur 7-11 bulan sebesar 650 Kkal, sedangkan kandungan energi MP-ASI campuran tepung beras, pisang awak dan ikan lele sebanyak 400,8 Kkal, maka MP-ASI campuran tepung beras, pisang awak dan ikan lele telah memenuhi lebih dari 50% AKG energi dari bayi umur 7-11bulan. Energi merupakan salah satu hasil metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Energi berfungsi sebagai zat tenaga untuk metabolisme, pertumbuhan, pengaturan suhu dan kegiatan fisik. Hasil penelitian mendapatkan bahwa kandungan karbohidrat MP-ASI campuran tepung beras, pisang awak dan ikan lele sebesar 57,1 gram. Kandungan yang dimilki MP-ASI lele cukup tinggi. MP-ASI campuran tepung beras, pisang awak dan ikan lele memiliki kandungan karbohidrat yang telah melebihi standar MP-ASI dimana standar karbohidrat yang harus dimiliki oleh MP-ASI menurut depkes RI, (2007), sebesar maksimum 30. Dari hasil penelitian didapatkan kandungan lemak yang dimilki MP-ASI campuran tepung beras, pisang awak dan ikan lele sebesar 11,2 gram, dimana kandungan lemak yang telah memenuhi standar MP-ASI dimana standar lemak yang harus dimiliki oleh MP-ASI menurut depkes (2007), sebesar 10-15 gram, sedangkan kandungan lemak yang dimiliki MP-ASI

lele sebesar 11,2 gram sehingga MP-ASI ini baik dikonsumsi oleh bayi. Dari kandungan protein, karbohidrat dan lemak yang dimilki MP-ASI campuran tepung beras, pisang awak dan ikan lele maka dihasilkan kandungan energi pada MP-ASI campuran tepung beras, pisang awak dan ikan lele yang dapat memenuhi standar MP-ASI dan telah memenuhi lebih dari 50% AKG bayi 6-11 bulan KESIMPULAN MP-ASI campuran tepung beras, pisang awak dan ikan lele sebagai bahan dasar dan sebagai bahan siap saji telah memenuhi standar MP-ASI menurut Departemen Kesehatan RI (2007), dan memilki kandungan gizi yang telah melebihi 100 % AKG protein dan melebihi 50% AKG energi, sehingga MP-ASI campuran tepung beras, pisang awak dan ikan lele dapat dijadikan makanan Pendamping ASI yang baik buat bayi 6-12 bulan. SARAN Mengingat MP-ASI campuran tepung beras, pisang awak dan ikan lele memiliki potensi yang baik untuk menjadi bahan dasar MP-ASI terutama protein, karbohidrat, lemak dan energi yang sudah memenuhi standar MP-ASI, perlu dilakukan kajian lebih lanjut untuk mengetahui zat-zat gizi lain terutama vitamin dan mineral. Dengan kandungan gizi yang telah memenuhi 100 % AKG protein, dan lebih dari 50% AKG energi, sehingga MP-ASI campuran tepung beras, pisang awak dan ikan lele sebagai bahan dasar maupun sebagai bahan siap saji diharapkan mampu mencegah dan menanggulangi gizi buruk. DAFTAR PUSTAKA Depkes RI. 2006. Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP- ASI) Lokal Tahun 2006. Direktorat Jendral Gizi Masyarakat, Jakarta. Emayanti, Dea. 2012. Super Lengkap Aneka Buah Kaya Vitamin Berkhasiat Obat. Pinang Merah. Yogyakarta Erwin, Lily. 2011. Gemar Makan Ikan 25 Cita Rasa Lele dan Belut. PT Gramedia Pustakan Utama. Jakarta Kusharto, Clara. 2011. IPB Kembangkan Biskuit dan Kerupuk dari Tepung Ikan Lele.http.//jurnalsecience.blogspot.com/2011/i pb-kembangkan-biskuit-dan-kerupukdari.htm?m=1 Legowo, Anang Mohamad dan Nurwantoro. 2004. Diktat Kuliah : Analisis Pangan. Program Studi Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. Semarang Munizar. 1998. Pengaruh Jenis Pisang dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung Pisang (Musa paradisiaca. L). Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Banda Aceh. Banda Aceh Mustika, Dewi. 2012. Bahan Pangan Gizi dan Kesehatan. Alfa Beta. Bandung Riksani, Ria. 2012. Variasi Olahan Makanan Pendaming ASI. Dunia Kreasi. Jakarta Sekar, Ayu. 2010. 101 Khasiat Buah-buahan Cara Sehat dan Bugar dengan Buah. Pustaka Araska Media Utama. Yogyakarta Jumirah. 2012. Pengaruh Pemberian MP-ASI Campuran Tepung Pisang Awak, Beras,Kecambah Kedelai Terhadap Pertumbuhan Bayi. Hal 65 Krisnatuti D dan Yenrina R. 2000. Menyiapkan Makanan Pendamping ASI. Puspa Swara. Jakarta Pudjiadi, Solihin. 2000. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. FKUI. Jakarta