Bab V Kesimpulan dan Saran

dokumen-dokumen yang mirip
Bab I Pendahuluan. 1 Ratih Purbasari_

Ringkasan Bahan Menteri Perindustrian Pada Seminar Menumbuhkan Ekonomi Kerakyatan untuk Memenangkan MEA I. Gambaran Umum Industri Kecil dan Menengah

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

memiliki potensi yang sekaligus menjadi identitas kota, salah satunya yang dirintis oleh beberapa warga setempat. Produk Cibaduyut tak

BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL

BAB III BERBAGAI KEBIJAKAN UMKM

Menjadikan Bogor sebagai Kota yang nyaman beriman dan transparan

Bab IV Hasil Penelitian dan Analisis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dari peran para pengusaha (entrepreneur) baik besar, menengah maupun kecil.

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 1998 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Kegiatan Prioritas Tahun 2010

IV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGEMBANGKAN KLASTER INDUSTRI KULIT DI KABUPATEN GARUT TUGAS AKHIR. Oleh : INDRA CAHYANA L2D

10. URUSAN KOPERASI DAN UKM

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1998 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V PENUTUP. pada analisis data penelitian tentang Pemaknaan Stakeholder terhadap. menjawab rumusan masalah dan fokus penelitian sebagai berikut:

IV.B.9. Urusan Wajib Penanaman Modal

Meningkatkan Mutu Industri Meubel Rotan Kota Palu Berbasis Pemberdayaan Komunitas Melalui Intervensi Desain

BAB I PENDAHULUAN. Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

BAB V PENUTUP. Strategi bisnis APIP S Kerajinan Batik menggunakan aliansi strategis dengan sebagai

BAB VI KEBIJAKAN DAN STRATEGI

PENUMBUHAN WIRAUSAHA BARU INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

IV.C.6. Urusan Pilihan Perindustrian

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49,

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA PEMBUKAAN GELAR PRODUK UNGGULAN LAPAS JAKARTA, APRIL 2015

BAB 3 FINAL DESIGN OF BUSINESS MODEL

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

terhadap PDRB Kota Bandung Kota Bandung APBD Pendukung Usaha bagi Usaha Mikro UMKM binaan Kecil Menengah

: Bachtiar Rifai NPM : Jurusan : Manajemen Pembimbing : Dr. Ir. Komsi Koranti, MM.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis

VII. PENUTUP. 7.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil pembahasan kajian dapat disimpulkan sebagai berikut :

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi 10. URUSAN KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH

(Laporan Kinerja Instansi Pemerintah) LKIP 2016 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V PENUTUP. Perindustrian Kota Surabaya dalam persiapan menghadapi Asean Economic. upaya-upaya dan proses komunikasi bisnis Dinas Perdagangan dan

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PEMBANGUNAN KOPERASI DAN UMKM PROVINSI SULAWESI TENGGARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KETUA PANITIA: TOTO SUPRIYANTO, S.T., M.T

GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF DAERAH PROVINSI RIAU

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

CUPLIKAN PROGRAM PEMBANGUNAN PERTANIAN : VISI, MISI DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERTANIAN

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya tingkat persaingan mendorong perusahaan untuk menyusun

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kawasan Industri Utama Kota Bandung. Unit Usaha Tenaga Kerja Kapasitas Produksi

PENGEMBANGAN MODEL PUSAT INOVASI UNTUK INDUSTRI ALAS KAKI (FOOTWEAR) DI CIBADUYUT, BANDUNG, JAWA BARAT TESIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Porter Wachjuni 2014) (Departemen Perdagangan 2007). (Suaramerdeka, 2013)

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA KUNJUNGAN DI UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG, 14 APRIL 2016

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG. Nomor : 08 Tahun 2015

2015, No Nomor 87 Tahun 2011, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5238); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2013 tentang Susu

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

LAPORAN REALISASI FISIK DAN KEUANGAN BELANJA LANGSUNG APBD KOTA DENPASAR SAMPAI DENGAN BULAN JUNI 2017 SUMBER DANA RENCANA BIAYA 1 TH TARGET

IV.B.9. Urusan Wajib Penanaman Modal

BAB I PENDAHULUAN RENJA DISKOP.UKM LATAR BELAKANG

BAB XI PROGRAM PENGEMBANGAN SENTRA BISNIS UMKM A. TUJUAN PROGRAM PENGEMBANGAN SENTRA BISNIS UMKM

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 8 TATA KELOLA 8.1. KELEMBAGAAN EKONOMI KREATIF

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan bisnis dan profit mereka (Arlan Rully, 2006)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RENCANA KERJA (RENJA)

Standar Operasional Prosedur (SOP) Percepatan. Program Inovasi Desa (PID)

BAB 1 PENDAHULUAN. Perekonomian di Indonesia sejak terjadinya krisis moneter mengalami

REVIEW PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014 DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI JAWA TIMUR

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN. 4.1 Visi dan Misi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Banjar

BAB I PENDAHULUAN. pasar belum tentu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang kemampuan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA,

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN DINAS TENAGA KERJA DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOTA BINJAI

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR... TAHUN...

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis di Medan semakin marak terjadi. Salah satu

GAMBARAN KABUPATEN LOMBOK BARAT

Lima Tahun Kedua ( ) Lokasi. Setiap Sentra Cluster UMKM. Setiap Sentra UMKM. Per Kecamatan yang

BAB IV P E N U T U P

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS, POKOK DAN FUNGSI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB VI PENUTUP. perkembangan IKM dilihat dari aspek pengembangan SDM dan aspek. pemasaran. Adapun sebaliknya aspek kemitraan tidak berdampak.

I. T U J U A N Memperkuat basis produksi usaha IKM Memastikan bahwa produk yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat luas dilihat dari aspek

PENGEMBANGAN TRADING HOUSE DALAM RANGKA PENINGKATAN EKSPOR NON MIGAS. Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan

RINCIAN KERTAS KERJA SATKER T.A 2015

RANTAI NILAI DALAM AKTIVITAS PRODUKSI KLASTER INDUSTRI GENTENG KABUPATEN GROBOGAN JAWA TENGAH

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT IKM PANGAN BARANG DARI KAYU DAN FURNITUR TAHUN ANGGARAN 2017

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia banyak perusahaan sulit mengikuti arus perubahan yang terjadi karena

BAB I. HRD (Human Resource Development) atau dalam bahasa Indonesia. disebut sebagai bidang sumber daya manusia, yaitu bagian atau divisi dalam suatu

REVIEW Pengelolaan Kolaborasi Sumberdaya Alam. Apa, Mengapa, dan Bagaimana Pengelolaan Kolaboratif SumberdayaAlam: Pengantar Diskusi

Transkripsi:

Bab V Kesimpulan dan Saran Bab ini akan membahas kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian dan analisis yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, diikuti saran-saran yang ditujukan baik kepada pihak-pihak/lembaga-lembaga yang berkepentingan maupun kepada peneliti selanjutnya. V.1. Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini akan dibahas sesuai dengan perumusan masalah dan tujuan dari penelitian ini, yaitu: V.1.1 Model pusat inovasi yang sesuai dengan kondisi industri alas kaki di Cibaduyut berdasarkan verifikasi Informan Berdasarkan hasil dan analisis pada Bab IV, pengembangan model pusat inovasi yang sesuai dengan kondisi industri alas kaki (footwear) di Cibaduyut harus memiliki program kerja, fasilitas dan layanan yang dapat mengatasi permasalahan dan memenuhi kebutuhan dari pelaku industri alas kaki di Cibaduyut, serta membantu memperbaiki dan meningkatkan kondisi karakteristik kewirausahaan dan proses pengembangan produk yang dilakukan oleh para pelaku industri tersebut. Permasalahan dan solusi industri alas kaki di Cibaduyut ditunjukkan oleh tabel di berikut ini: Tabel V.1 Permasalahan dan Solusi Industri Alas Kaki di Cibaduyut Siklus Produksi Industri Alas Kaki Di Cibaduyut Produksi Permasalahan Bahan Baku Solusi Memfasilitasi perluasan jaringan supplier sehingga mudah dan murah dalam memperoleh bahan baku Pembelian bahan baku secara kolektif Mempertemukan komunitas pengusaha untuk berbagai informasi 161

Sambungan Tabel V.1 Permasalahan dan Solusi Industri Alas di Cibaduyut Siklus Produksi Industri Alas Kaki Di Cibaduyut Produksi Penjualan Infrastruktur (Di luar siklus produksi) Permasalahan SDM Persaingan Ketat STP(Segmenting, Tageting and Positioning) tidak jelas Kemacetan Lalu Lintas Solusi Meningkatkan kompetensi Penanaman rasa memiliki perusahaan Pelatihan Akuntansi Merubah pola pikir melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan Memfasilitasi usaha melalui pengembangan teknologi baru untuk meningkatkan kualitas produk Meningkatkan kompetisi Mengubah mind set pelaku IKM alas kaki di Cibaduyut Mempertajam STP (Segmenting, Tageting and Positioning) sehingga dapat menyesuaikan antara customer requirement dengan product of design and quality Pembukaan akses tol Perhatian Pemerintah (Di luar siklus produksi) Program pemerintah tidak tepat sasaran dan tidak sesuai dengan keinginan pelaku IKM Alas Kaki di Cibaduyut Libatkan pemerintah sebagai innovation promotor sehingga dapat memberikan dukungan dalam menciptakan iklim bisnis yang baik dan peraturan mengenai kebijakan harga Libatkan sebagai fasilitator Libatkan melalui UPT 162

Sambungan Tabel V.1 Permasalahan dan Solusi Industri Alas di Cibaduyut Siklus Produksi Industri Alas Kaki Di Cibaduyut Permasalahan Solusi Di luar siklus produksi Industri Alas Kaki Cibaduyut Mengalami Kemunduran Membanguan lembaga Pusat Inovasi sebagai pusat pengadaan pelatihan untuk membangun kreativitas dengan melibatkan organisasi independent yang ahli di bidang manajemen dan kewirausahaan serta berpengalaman dalam mengadakan pelatihan, mengumpulkan modul-modul dan membantu mempermudah berbagai infomasi penting di akses oleh pelaku usaha alas kaki. Insentif dalam bentuk pinjaman Cluster untuk perluasan jaringan Model Pusat Inovasi Cibaduyut yang dikembangkan untuk mengatasi permasalahan dan memenuhi kebutuhan dari pelaku industri alas kaki di Cibaduyut, serta membantu memperbaiki dan meningkatkan kondisi karakteristik kewirausahaan dan proses pengembangan produk yang dilakukan oleh para pelaku industri tersebut dapat dilihat pada gambar sebagai berikut: Gambar V.1 Model Pusat Inovasi Cibaduyut Verifikasi 163

Berikut penjelasan mengenai pogram kerja, fasilitas dan layanan yang harus dimiliki oleh Pusat Inovasi Cibaduyut dalam usaha mendorong industri alas kaki di Cibaduyut menjadi industri kreatif: a. Program Kerja Program kerja Pusat Inovasi Cibaduyut dapat dilihat pada gambar sebagai berikut: Gambar V.2 Program Kerja 164

Pelaksanaan program kerja Pusat Inovasi Cibaduyut dilakukan melalui kegiatankegiatan berikut ini: 1. Program Perbaikan Infrastruktur Menjalin hubungan kerja sama dengan unit pelayanan teknik sebagai lembaga pemerintah dengan saling mendukung pelaksanaan program kegiatan satu sama lain. Bekerjasama dengan pemerintah dalam pelaksanaan program revitalisasi Cibaduyut yang sedang digalakkan pemerintah. 2. Program Peningkatan Kreativitas Desain Membuat software desain yang dapat membantu para IKM mendesain produknya dengan lebih mudah Memberikan pelayanan konsultasi desain alas kaki dan packaging Mengadakan kerjasama dengan komunitas desainer, salah satunya dengan membuka kesempatan mahasiswa desainer untuk magang di pusat inovasi sehingga dapat berbagi ilmu dan pengalaman dengan IKM alas kaki di Cibaduyut. 3. Program Forum Informasi dan Komunikasi Membuat data base daftar pemasok kulit, lem, asesoris dan bahan penolong lainnya di Jawa Barat Bekerjasama dan menyusun jadwal pertemuan antar komunitas pelaku usaha, akademik, pemerintah dan organisasi independent untuk membahas perkembangan informasi terbaru minimal satu kali dalam sebulan 4. Program Peningkatan Kualitas Produk dan SDM Mengadakan seminar dan pendidikan untuk membuka wawasan dan pola pikir para pelaku dan pengrajin industri alas kaki untuk dapat berwirausaha dengan profesional. 165

Mengadakan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan atau skill para pengrajin alas kaki dalam memproduksi produknya sehingga dapat menghasilkan produk yang berkualitas dan berdaya saing tinggi serta menumbuhkan perhatian terhadap kesehatan dan keamanan kerja. Menyediakan layanan konsultasi untuk memberikan masukan, ide, pengetahuan baru yang dibutuhkan para pelaku dan pengrajin industri alas kaki dalam usaha mengembangkan usahanya. Bekejasama dengan komunitas komputer untuk mengembangkan teknologi berbasis komputer yang dapat mendukung produksi alas kaki dalam menciptakan produk yang sesuai dengan anatomi kaki sehingga lebih nyaman dan customize. Mengembangkan sistem katalog, majalah dan e-base untuk memasarkan dan mempromosikan produk alas kaki Cibaduyut. Bekerjasama dengan UPT dalam menfasilitasi para pelaku usaha untuk dapat mengikuti kegiatan pameran alas kaki baik tingkat nasional maupun tingkat internasional b. Fasilitas dan Layanan Fasilitas dan layanan yang tersedia di Pusat Inovasi Cibaduyut ditunjukkan oleh gambar berikut ini: 166

Gambar V.3 Fasilitas dan Layanan V.1.2. Kerangka Kerja Pusat Inovasi Cibaduyut Verifikasi Kerangka Kerja Pusat Inovasi Cibaduyut hasil verifikasi dengan para informan di tunjukkan oleh gambar di bawah ini: Gambar V.4 Kerangka Kerja Pusat Inovasi Cibaduyut Verifikasi 167

Pada gambar di tersebut, dapat dilihat bahwa Kerangka Kerja Pusat Inovasi Cibaduyut Verifikasi dalam memberikan kontribusinya kepada UKM tidak hanya dihubungkan oleh innovation promotor, tetapi juga dihubungkan oleh UPT yang tidak terdapat pada Kerangka Kerja Pusat Inovasi menurut Caputo, A.C., et al. (2002). Selain itu, innovation promotor pada Kerangka Kerja Pusat Inovasi Cibaduyut melibatkan komunitas IKM. Dengan demikian, dari penelitian ini diperoleh Kerangka Kerja Pusat Inovasi yang berbeda dengan Kerangka Kerja Pusat Inovasi yang telah ada di literatur (berdasarkan Caputo, A.C., et. al (2002). Hal ini disebabkan karena Kerangka Kerja Pusat Inovasi Cibaduyut dibentuk sesuai kondisi industri alas kaki di Cibaduyut. V.1.3. Rencana Strategi Pengembangan Pusat Inovasi Untuk Industri Alas Kaki (Footwear) di Cibaduyut. Rencana strategi untuk mengembangkan sekaligus mempertahankan kelangsungan hidup Pusat Inovasi Cibaduyut terdiri atas tiga tahap. Tahap-tahap tersebut disesuaikan dengan skala prioritas dalam mengembangkan Pusat Inovasi untuk industri alas kaki di Cibaduyut, yaitu: 1. Tahap Pertama Pada tahap pertama, rencana strategi diperuntukkan untuk pengembangan awal atau pemantapan Pusat Inovasi Cibaduyut secara internal terlebih dahulu, yaitu: Bentuk usaha yang diterapkan pusat inovasi harus jelas Bentuk usaha erat kaitannya dengan masalah pendanaan pusat inovasi, sehingga pusat inovasi harus merumuskan bentuk usahanya dengan tepat. Pendanaan Pendanaan atau sponsorship pusat inovasi harus jelas karena akan sangat sulit menjalankan kegiatan operasional pusat inovasi tanpa adanya dana, sehingga para pengelola pusat inovasi harus berusaha keras dalam mencari sponsor untuk membiayai kegiatan operasional pusat inovasi tersebut. Dengan, adanya pendanaan yang jelas akan mempermudah kinerja pusat inovasi dalam melaksanakan program kerjanya. 168

Layanan dan Program Kerja Pusat inovasi harus menawarkan pelayanan dan program-program kegiatan yang berkualitas, menarik, bagus, dan sesuai dengan kebutuhan para pelaku IKM alas kaki Cibaduyut sehingga akan bermanfaat bagi para pelaku tersebut serta dapat diterapkan secara nyata dilapangan. Tim manajemen Tim manajemen Pusat Inovasi Cibaduyut harus terdiri dari orang-orang yang memiliki loyalitas dan dedikasi serta motivasi yang tinggi, etos kerja yang baik, giat, ulet, bertanggung jawab, ahli di bidangnya, struggle, berjiwa sosial dan lainlain. Dalam melaksanakan tugasnya, tim manajemen diberi pendapatan yang dananya dapat bersumber dari dana yang diperoleh dari bantuan sponsor, pendapatan pusat inovasi serta iuran anggota pusat inovasi jika sistem membership telah diterapkan. Pusat inovasi harus melakukan pengawasan atau monitoring terhadap kinerja para anggota tim manajemen sehingga dapat diperoleh hasil yang maksimal Sistem Keanggotaan Jelas Pusat inovasi harus memiliki komunitas atau target yang akan dilayaninya, sehingga segala hal mengenai sistem keanggotaan harus dikelola dan diatur dengan jelas. Dengan adanya sistem keanggotaan diharapkan para pelaku IKM alas kaki Cibaduyut mempunyai rasa keterlibatan dan rasa memiliki terhadap keberadaan dan kegiatan pusat inovasi sehingga akan lebih bertanggungjawab dalam melaksanakan kewajibannya sebagai anggota yang salah satunya adalah bersedia membayar iuran anggota. 2. Tahap kedua Pada tahap kedua, pusat inovasi mulai mengembangkan kegiatannya kearah ekternal yang dapat mendukung kelangsungan hidup pusat inovasi tersebut. Tahap ini terdiri atas beberapa kegiatan, yaitu: 169

Kolaborasi berbagai pihak Pusat inovasi dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dapat melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak terutama antara lembaga independent dengan pihak pemerintah. Lembaga independent yang profesional berperan sebagai pengelola dan mengoperasionalkan pusat inovasi secara bisnis, sedangkan pemerintah memberikan bantuan yang salah satunya dalam bentuk penyediaan peralatan yang mendukung kegiatan operasonal pusat inovasi sehingga biaya operasional yang menjadi tanggungan pusat inovasi akan lebih rendah. Promosi Kegiatan promosi dalam memperkenalkan pusat inovasi pada pelaku IKM alas kaki di Cibaduyut harus dilakukan dengan maksimal dan seefektif mungkin sehingga para pelaku tersebut mengetahui dan mengerti maksud dan tujuan dari keberadaan Pusat Inovasi. Mendidik Pasar Pusat inovasi harus dapat mendidik pasar salah satunya dengan menciptakan persaingan yang sehat diantara pelaku IKM alas kaki di Cibaduyut melalui perbaikan sistem produksi agar mampu menghasilkan produk yang berkualitas sehingga dapat mengembalikan dan menanamkan kepercayaan pasar pada kualitas produk Cibaduyut. 3. Tahap Ketiga Pada tahap ketiga, pusat inovasi harus melakukan evaluasi secara terus menerus terhadap kinerjanya, terutama meliputi program kerja, sistem manajemen serta tim manajemen. 170

V.2. Saran Setelah melakukan penelitian mengenai Pengembangan Model Pusat Inovasi Untuk Industri Alas Kaki di Cibaduyut, Bandung, Jawa Barat dan berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, maka penulis memberikan saran-saran yang mungkin bisa menjadi bahan pertimbangan baik bagi pemerintah maupun peneliti selanjutnya, diantaranya yaitu sebagai berikut: 1. Pemerintah (DISPERINDAG) sebaiknya memperbaiki program kegiatan yang selama ini diterapkan untuk memajukan industri alas kaki di Cibaduyut agar lebih sesuai dengan permasalahan dan kebutuhan para pelaku IKM tersebut. Pemerintah (DISPERINDAG dan PEMKOT) dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai acuan dalam mengembangkan pusat inovasi sebagai salah satu solusi dalam rangka mengatasi permasalahan yang dialami industri alas kaki di Cibaduyut sekaligus sebagai usaha untuk mengembangkan dan membina industri tersebut. Pemerintah Kota sebaiknya bekerjasama dengan pihak jasa marga dan pihak-pihak lain yang turut terlibat untuk membangun akses jalan tol menuju Cibaduyut untuk memperlancar arus lalu lintas di daerah tersebut. 2. Untuk penelitian lebih lanjut dapat dilakukan penelitian untuk mengukur tingkat keberhasilan atau kegagalan penerapan model pusat inovasi dari hasil penelitian ini. Selain itu, dapat pula melakukan penelitian lebih dalam mengenai sistem pendampingan pusat inovasi, modal dan investasi yang dibutuhkan untuk pembangunan pusat inovasi, serta kualitas desain yang dihasilkan pusat inovasi. Penelitian yang serupa dapat pula dilakukan untuk sektor-sektor industri kreatif lain baik di wilayah Jawa Barat maupun wilayah Indonesia lainnya. 171

Namun, penelitian tersebut harus disesuaikan dengan kondisi industri, pasar yang tersedia, infrastruktur serta kebijakan pemerintah dalam kaitannya dengan dukungan terhadap pertumbuhan industri tersebut. 3. Bagi para pelaku industri alas kaki di Cibaduyut, menurut peneliti tesis ini dapat dijadikan pedoman sekaligus memberikan pengetahuan mengenai arti penting melakukan inovasi produk, sehingga segera memperbaiki dan mengembangkan produk baik dari segi desain maupun kualitas produk agar dapat bertahan dan berkembang. Selain itu, para pelaku industri alas kaki sebaiknya menghentikan budaya peniruan desain dan lebih berusaha mengembangkan daya kreativitasnya dalam menciptakan desain produk, salah satunya dengan mengikuti pelatihan dan konsultasi desain di lembaga-lembaga sejenis pusat inovasi. 172