5 HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat Penelitian 3.3 Metode Penelitian

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

MANAJEMEN OPERASI UNIT PENANGKAPAN GILLNET MILLENIUM 30 GT DI PPI KARANGSONG, KABUPATEN INDRAMAYU DHIMAS SETIADI

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA KECIL DI SADENG, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Small Scale Fisheries Effort At Sadeng, Yogyakarta Province)

TINGKAT KETERGANTUNGAN NELAYAN GILLNET DI PPI KARANGSONG, KABUPATEN INDRAMAYU TERHADAP SUMBERDAYA IKAN IIN SOLIKHIN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Alat Tangkap Alat tangkap gillnet millenium

ANALISIS SISTEM USAHA PERIKANAN GILLNET MILLENIUM DI KARANGSONG, KABUPATEN INDRAMAYU

TINGKAT KETERGANTUNGAN NELAYAN GILLNET DI KARANGSONG, KABUPATEN INDRAMAYU TERHADAP SUMBERDAYA IKAN

6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu 6.2 Analisis Faktor Teknis Produksi

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

C E =... 8 FPI =... 9 P

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

Analisis usaha alat tangkap gillnet di pandan Kabupaten Tapanuli 28. Tengah Sumatera Utara

Gambar 6 Peta lokasi penelitian.

EFISIENSI WAKTU PENDARATAN IKAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN JARING INSANG DI PPI DUMAI. Fitri Novianti 1) Jonny Zain 2) dan Syaifuddin 2)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

6 KELAYAKAN USAHA PERIKANAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

6 EFISIENSI PENDARATAN DAN PENDITRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Sensitivity of Gillnet Fisheries in Tegal City, Central Java Province

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

TOTAL BIAYA. 1. Keuntungan bersih R/C 2, PP 1, ROI 0, BEP

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

EFISIENSI WAKTU PENGISIAN PERBEKALAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN SONDONG DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DUMAI PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sumber : Wiryawan (2009) Gambar 9 Peta Teluk Jakarta

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

BAB I PENDAHULUAN. perikanan skala kecil. Menurut Hermawan (2005) cit. Rahmi,dkk (2013), hanya

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Karakteristik Nelayan Tangkap Kelurahan Untung Jawa. Pulau Untung Jawa yang berbasis sumberdaya perikanan menyebabkan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari daerah perairan yang mengandung

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun

Gambar 6 Sebaran daerah penangkapan ikan kuniran secara partisipatif.

7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Analisis aspek biologi

5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU

Lampiran 1 Layout PPN Prigi

4 HASIL. Gambar 8 Kapal saat meninggalkan fishing base.

HUBUNGAN FREKUENSI KEBERANGKATAN KAPAL 3 GT DENGAN JUMLAH LOGISTIK MELAUTNYA DI PPI DUMAI PADA MUSIM BARAT DAN MUSIM TIMUR ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Unisba.Repository.ac.id

ANALISIS FINANSIAL ALAT TANGKAP JARING CUMI DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE JAKARTA UTARA

BAB III DESKRIPSI AREA

I. PENDAHULUAN. dalam upaya pengelolaan sumberdaya perikanan laut di Kabupaten Malang Jawa

3 METODE PENELITIAN. Gambar 1 Peta lokasi daerah penelitian.

7 SOLUSI KEBIJAKAN YANG DITERAPKAN PEMERINTAH TERKAIT SISTEM BAGI HASIL NELAYAN DAN PELELANGAN

VIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN. perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah alokasi

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan

5 HASIL PENELITIAN. Tahun. Gambar 8. Perkembangan jumlah alat tangkap purse seine di kota Sibolga tahun

EVALUASI USAHA PERIKANAN TANGKAP DI PROVINSI RIAU. Oleh. T Ersti Yulika Sari ABSTRAK

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

6 USAHA PENANGKAPAN PAYANG DI DESA BANDENGAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN

3 METODE PENELITIAN. # Lokasi Penelitian

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

Lampiran 1 Peta lokasi penelitian PPN Palabuhanratu tahun 2010

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

7 KAPASITAS FASILITAS

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Selatan

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

6 KEBERLANJUTAN PERIKANAN TANGKAP PADA DIMENSI EKONOMI

6. KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA

DAFTAR TABEL. 1. Sebaran jumlah koperasi di Pulau Sumatera berdasarkan provinsi, tahun

ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN NELAYAN GILLNET KAPAL MOTOR DAN MOTOR TEMPEL DI PPP TEGALSARI, KOTA TEGAL

5 KEADAAN PERIKANAN TANGKAP KECAMATAN MUNDU KABUPATEN CIREBON

THE EFFICIENCY OF SUPPLIES CHARGING TIME GILL NET AT FISHING PORT DUMAI CITY RIAU PROVINCE ABSTRACT.

BAB III BAHAN DAN METODE

BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI PENYUSUNAN DIAGRAM TIMBANG NILAI TUKAR PETANI 18 KABUPATEN TAHUN 2015

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

6 PEMBAHASAN 6.1 SIMKA

5 PEMBAHASAN 5.1 Analisis Sumber Daya Lestari Perikanan Gillnet

BAB I PENDAHULUAN. udang, kakap, baronang, tenggiri, kerang, kepiting, cumi-cumi dan rumput laut yang tersebar

I. PENDAHULUAN. dalam PDB (Produk Domestik Bruto) nasional Indonesia. Kontribusi sektor

Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang. menyimpan kekayaan sumber daya alam laut yang besar dan. belum di manfaatkan secara optimal.

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS FINANSIAL UNIT PENANGKAPAN JARING INSANG HANYUT DI DESA SUNGAI LUMPUR KABUPATEN OKI PROVINSI SUMATERA SELATAN

VI. PERBEDAAN KEUNTUNGAN ALAT TANGKAP LEGAL DAN ILLEGAL. pemilik yang menggunakan ATL dan ATI. Pada bagian awal disajikan hasil

5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Komposisi Hasil Tangkapan Ikan Pelagis Kecil

6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

BAB III BAHAN DAN METODE

Republik Indonesia BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI PENYUSUNAN DIAGRAM TIMBANG NILAI TUKAR PETANI 16 KABUPATEN TAHUN Subsektor Perikanan - Tangkap

ANALISIS TEKNIS DAN FINANSIAL USAHA PERIKANAN TANGKAP PAYANG DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) WONOKERTO KABUPATEN PEKALONGAN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERIKANAN LAUT KABUPATEN KENDAL. Feasibility Study to Fisheries Bussiness in District of Kendal

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

ANALISIS FINANSIAL USAHA PENANGKAPAN ONE DAY FISHING DENGAN ALAT TANGKAP MULTIGEAR DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) TAWANG KABUPATEN KENDAL

Transkripsi:

5 HASIL DAN PEMBAHASAN aa 23 a aa a 5.1 Analisis Teknis Perikanan Gillnet Millenium 5.1.1 Unit penangkapan ikan 1) Kapal Kapal gillnet millenium yang beroperasi di PPI Karangsong adalah kapal berbahan dasar kayu dengan ukuran 5 GT, 20 GT, 30 GT, 40 GT dan 60 GT. Kapal 5 GT memakai mesin motor tempel dengan kekuatan mesin 24 pk. Dimensi kapal 7 m x 2,5 m x 1,5 m. Banyak trip per bulan 20-30 kali tergantung pada musim, kebutuhan bahan bakar per trip sebesar 50 liter. Kapal 20 GT memakai mesin motor inboard dengan kekuatan mesin 120 pk..dimensi kapal 20 GT yaitu 14 m x 4,1 m x 1,8 m. Lama trip 20 hari, kebutuhan bahan bakar per trip sebesar 1.200 liter. Kapal 30 GT memakai mesin motor inboard dengan kekuatan mesin 160 pk. Dimensi kapal 30 GT yaitu 18 m x 4,7 m x 1,8 m. Lama trip 30-40 hari, kebutuhan bahan bakar per trip sebesar 5.000 liter. Kapal 40-60 GT memakai mesin motor inboard dengan kekuatan mesin 220 pk. Dimensi kapal 40 GT 20 m x 5,3 m x 2,2 m dan 60 GT 22,5 m x 6 m x 2,6 m. Lama trip 40-60 hari, kebutuhan bahan bakar per trip sebesar 11.000 liter. Gambar kapal gillnet millenium dapat dilihat pada Lampiran 5. 2) Alat tangkap Jaring millenium dibuat dari bahan polyamide monofilament berwarna putih transparan dengan ukuran mata jaring 4 inchi. Pelampung jaring terbuat dari bahan polyurethane, jumlah pelampung 10 buah per piece. Pemberat terbuat dari bahan semen seberat 400 gr dengan jarak antar pemberat 10 m. Pelampung umbul dibuat dari bahan gabus atau styrofoam dengan jarak antar pelampung umbul 30 m. Ukuran jaring millenium pada masing-masing kapal yaitu: 1) Jaring millenium kapal 5 GT sepanjang 20 pieces (panjang 120 m/piece, tinggi 9 m); 2) Jaring millenium kapal 20 GT sepanjang 60 pieces (panjang 120 m/piece, tinggi 9 m);

24 3) Jaring millenium kapal 30 GT sepanjang 80 pieces (panjang 98 m/piece, tinggi 21-24 m); dan 4) Jaring millenium kapal 40-60 GT sepanjang 110 pieces (panjang 98 m/piece, tinggi 24-27 m). 30 m Gambar 5 Konstruksi jaring millenium (kapal 5 GT). 3) Nelayan Nelayan di Karangsong sebagian besar merupakan nelayan penuh atau nelayan yang menghabiskan seluruh waktu kerja dalam kegiatan perikanan. Nelayan dibagi berdasarkan struktur sosialnya yaitu juragan, jurumudi, dan bendega.. Nelayan juragan adalah pemilik kapal dan yang menyediakan permodalan dalam melaut, juragan memperkerjakan nelayan yang terdiri dari satu orang jurumudi dan bendega (ABK)..Jumlah nelayan pada kapal 5 GT sebanyak 4 orang, 20 GT sebanyak 9 orang, 30 GT sebanyak 12 orang, dan 40-60 GT sebanyak 13 orang. Sistem bagi hasil merupakan pendapatan dari penjualan hasil tangkapan dikurangi biaya perbekalan dan retribusi. Berdasarkan kesepakatan rapat anggota

25 tahunan antara para juragan, bakul, KUD, dan pihak TPI bahwa nelayan di PPI Karangsong dikenakan biaya retribusi sebesar 3% yang merupakan lebih besar dari ketetapan pemerintah yaitu sebesar 1,65%. 5.1.2 Kegiatan operasi penangkapan ikan 1) Persiapan Diawali pada tahap persiapan, nelayan akan memeriksa jaring dan memperbaiki jaring yang rusak, kemudian jaring disusun dengan rapih. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan terhadap mesin dan pengisian bahan bakar, pengisian bahan bakar dimudahkan dengan adanya pom bensin Pertamina yang berada di tepi sungai.. Balok-balok es dimasukkan ke dalam kapal dan sebagian dihancurkan menjadi es curah dengan menggunakan mesin penghancur es. Setelah persiapan nelayan selesai maka kapal akan berangkat pada pukul 14.00 WIB. (1) (2) (3) (4) Gambar 6 Proses persiapan perbekalan melaut (1) Nelayan memperbaiki jaring (2) Memasukkan balok es ke dalam kapal, (3) Menghancurkan balok es menjadi es curah, (4) Pengisian bahan bakar.

26 2) Metode operasi Kapal melakukan perjalanan menuju fishing ground sekitar 3-4 jam, daerah fishing ground umumnya telah dikenal dan diketahui oleh para nelayan. Pukul 16.00-18.00 WIB jaring millenium diturunkan (setting), pertama pelampung tanda yang berada di ujung tali selambar diturunkan, kemudian kapal bergerak secara perlahan dan nelayan menurunkan piece pertama badan jaring hingga piece terakhir. Jaring millenium dapat dioperasikan di permukaan air, kolom air, dan dasar perairan..hal ini dilakukan dengan cara mengatur panjang dari tali pelampung umbul. Setelah perendaman jaring selama 6 jam atau pukul 24.00 WIB maka jaring diangkat (hauling), penarikan jaring dilakukan dengan menggunakan mesin line hauler.. Proses hauling pada kapal 30 GT dapat berlangsung hingga pukul 08.00 WIB atau selama 8 jam.. Hasil tangkapan kemudian dimasukkan ke dalam palka yang berisi es curah. (1) (2) (3) Gambar 7 Alat bantu gillnet millenium (1) Line hauler pada kapal 5 GT, (2) Serok, (3) mesin line hauler.

27 3) Penanganan hasil tangkapan Penanganan hasil tangkapan yaitu hasil tangkapan yang terjerat pada jaring langsung dilepas saat penarikan, lalu disortir untuk dimasukkan ke dalam palka yang telah berisi es curah..sebagian dari hasil tangkapan sampingan dimanfaatkan nelayan untuk dikonsumsi. 4) Pendaratan hasil tangkapan Kapal berlabuh di PPI Karangsong, kemudian melakukan pengbongkaran hasil tangkapan..hasil tangkapan ikan langsung diangkut menuju TPI Karangsong untuk dilelang. Adapun proses lelang di TPI adalah sebagai berikut. 1) Kapal mengantri untuk mendapatkan nomor lelang. Nelayan membawa hasil tangkapannya dan mengantri untuk menimbang ikan; 2) Setelah ikan ditimbang, maka nelayan mendapatkan keranjang yang sudah ditandai berdasarkan nama juragan dan diberikan nomor urut lelang; 3) Proses lelang dilaksanakan; 4) Harga tertinggi mendapatkan keranjang yang diinginkan, kemudian bakul mengemas sendiri ikan yang didapatkan dari lelang, lalu membayar ke pihak TPI; 5) Pihak TPI kemudian membayarkan hasil pelelangan ikan ke juragan. Gambar 8 Kegiatan lelang di PPI Karangsong.

28 5.2 Analisis Usaha Penangkapan Gillnet Millenium Analisis usaha pada unit penangkapan gillnet millenium menggunakan analisis imbangan penerimaan dan biaya (Revenue-Cost ratio), analisis payback period, dan analisis return of investment. Analisis-analisis tersebut memberikan informasi mengenai kondisi usaha yang terjadi pada unit penangkapan gillnet millenium. 5.2.1 Modal investasi Biaya investasi meliputi biaya kapal termasuk perlengkapannya, biaya mesin, dan biaya alat tangkap. Wawancara yang dilakukan terhadap beberapa nelayan menyatakan bahwa modal investasi berasal dari dana juragan kapal, milik sendiri, maupun dari pihak koperasi yang memberikan bantuan modal kepada nelayan anggota. Tabel 6 merupakan modal investasi yang diperlukan untuk memulai usaha unit penangkapan ikan gillnet millenium. Tabel 6 Perbandingan biaya investasi pada masing-masing ukuran kapal No. Ukuran kapal Biaya investasi (Rp) 1 5 GT 85.000.000,00 2 20 GT 850.000.000,00 3 30 GT 1.660.000.000,00 4 40 GT 2.570.000.000,00 5 60 GT 2.870.000.000,00 5.2.2 Biaya operasional usaha Biaya usaha meliputi biaya tetap dan biaya tidak tetap..biaya tetap merupakan penjumlahan dari biaya perawatan (kapal, mesin, dan alat tangkap), biaya penyusutan (kapal, mesin, dan alat tangkap), pajak, dan surat ijin. Biaya tidak tetap terdiri dari biaya operasional (solar, oli, es, makanan, air tawar), retribusi, dan TPI. Nelayan yang bekerja dengan juragan diberikan modal biaya operasional untuk melaut. Pendapatan dari penjualan hasil tangkapan yang didapat oleh nelayan akan dibagikan kepada pemilik modal sesuai kesepakatan setelah dikurangi jumlah biaya operasional, retribusi, dan biaya TPI. Biaya usaha yang terdiri dari biaya tetap dan tidak tetap pada masing-masing ukuran kapal dapat dilihat pada Tabel 7.

29 Tabel 7 Perbandingan biaya usaha pada masing-masing ukuran kapal per tahun No. Ukuran kapal Biaya tetap (Rp) Biaya tidak tetap (Rp) Jumlah (Rp) 1 5 GT 18.105.000,00 119.881.350,00 137.986.350,00 2 20 GT 85.903.333,00 174.209.250,00 260.112.583,00 3 30 GT 160.763.333,00 319.077.500,00 479.840.833,00 4 40 GT 232.323.333,00 500.075.000,00 732.398.333,00 5 60 GT 251.943.333,00 558.262.500,00 810.205.833,00 5.2.3 Pendapatan usaha Pendapatan hasil tangkapan oleh kapal yang berukuran 5 GT tergantung dari musim, hal ini terjadi karena daerah penangkapan yang dapat dilalui tidak terlalu jauh dari pantai yaitu di sekitar pantai Indramayu sampai pulau Biawak, kapal 5 GT juga melakukan trip penangkapan ikan selama satu hari.. Kapal yang berukuran > 20 GT tidak tergantung musim, trip penangkapan ikan selama 20 hari hingga 60 hari, daerah penangkapan yang lebih jauh yaitu perairan Laut Jawa, Selat Karimata, Karimun Jawa, hingga perairan Natuna (Lintang 1-3). Pendapatan hasil tangkapan tergantung dari komposisi ikan yang didapat, produksi rata-rata kapal per trip dapat dilihat dari Tabel 8. Tabel 8 Pendapatan usaha gillnet millenium per trip No. Ukuran kapal Per trip (Rp) Trip/tahun Jumlah per tahun (Rp) 1 5 GT 1.914.286,00 210 402.000.000,00 2 20 GT 70.532.142,00 14 987.450.000,00 3 30 GT 251.400.000,00 7 1.759.800.000,00 4 40 GT 461.250.000.00 5 2.306.250.000,00 5 60 GT 620.330.000.00 5 3.101.650.000,00 5.2.4 Sistem bagi hasil Sistem bagi hasil pada nelayan tergantung dari kesepakatan antara pemilik modal (juragan) dengan nelayan.. Bagi hasil didapat dari jumlah pendapatan penjualan hasil tangkapan dikurangi dengan biaya tidak tetap, kemudian dibagi kepada pemilik modal dan nelayan.

30 Wawancara yang dilakukan terhadap nelayan yang menggunakan kapal berukuran 5 GT dan 20 GT yaitu 50% untuk juragan dan 50% untuk nelayan. Nahkoda pada kapal 5 GT mendapatkan 1,5 kali lebih besar dari pendapatan per ABK, nahkoda kapal 20 GT mendapatkan 2 kali lebih besar dari pendapatan per ABK. Sistem bagi hasil kapal berukuran 30 GT dan 40-60 GT yaitu 60% untuk juragan dan 40% untuk nelayan. Nahkoda kapal mendapat 2 kali lebih besar dari pendapatan per ABK. Jumlah nelayan pada kapal 5 GT, 20 GT, 30 GT, dan 40-60 GT masing-masing adalah 4, 10, 11, dan 13 nelayan. Hasil pendapatan nelayan dan juragan per tahun dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Pendapatan sistem bagi hasil per tahun No. Ukuran Pendapatan Per ABK Juragan (Rp) Nahkoda (Rp) Kapal (Rp) (Rp) 1 5 GT 282.118.650,00 141.059.325,00 47.019.775,01 31.346.516,67 2 20 GT 813.240.750,00 406.620.375,00 73.930.777,28 36.965.488,64 3 30 GT 1.440.722.500,00 864.433.500,00 96.048.166,67 48.024.083,33 4 40 GT 1.806.175.000,00 1.083.705.000,00 103.210.000,00 51.605.000,00 5 60 GT 2.543.387.500,00 1.526.032.500,00 145.336.428,60 72.668.214,29 5.2.5 Analisis finansial usaha Nilai R/C yang didapat dari hasil perhitungan menunjukkan nilai yang lebih besar dari satu (R/C > 1) artinya kegiatan perikanan gillnet millenium layak diusahakan dan menguntungkan. Nilai R/C pada kapal 5 GT sebesar 2,91 artinya setiap satu rupiah yang dikeluarkan mampu menghasilkan penerimaan sebesar Rp2,91. Analisis payback period (PP) yaitu periode waktu yang diperlukan untuk menutup kembali investasi yang dikeluarkan, pada kapal 5 GT nilai PP sebesar 0,64 artinya waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan investasi selama 0,6 tahun atau 7,7 bulan. Analisis ROI digunakan untuk mengetahui seberapa persen kemungkinan pengembalian modal investasi yang ditanamkan, untuk kapal 5 GT nilai ROI sebesar 155% yang berarti bahwa dalam satu tahun modal telah kembali dan mendapat keuntungan dari usaha yang ditanamkan yaitu sebesar 55%. Hasil analisis finansial pada masing-masing kapal gillnet millenium dapat dilihat pada Tabel 10.

31 Tabel 10 Analisis finansial usaha gillnet millenium No. Ukuran kapal Pendapatan usaha (Rp) R/C PP ROI 1 5 GT 132.006.825,00 2,91 0,64 1,55 2 20 GT 363.668.708,00 3,79 2,33 0,42 3 30 GT 767.975.500,00 3,67 2,16 0,46 4 40 GT 944.311.000,00 3,15 2,72 0,36 5 60 GT 1.374.866.500,00 3,83 2,08 0,48 Keuntungan yang diperoleh oleh masing-masing ukuran kapal berbanding lurus dengan besarnya ukuran kapal. Kapal yang berukuran lebih besar akan mendapat pendapatan yang lebih besar. Hal ini dikarenakan semakin besar ukuran kapal maka hasil tangkapan yang dapat diangkut lebih besar dan waktu pengoperasian lebih lama dibandingkan dengan kapal yang berukuran lebih kecil. Berdasarkan analisis R/C semua ukuran kapal layak untuk diusahakan, nilai yang didapat dari masing-masing kapal tidak jauh berbeda yaitu setiap rupiah yang dikeluarkan mampu menghasilkan penerimaan sebesar Rp2,91 hingga Rp3,83, artinya besarnya pendapatan total akan dipengaruhi pada besarnya jumlah biaya tetap dan biaya tidak tetap yang dikeluarkan. Hasil dari analisis payback period dan dengan asumsi pendapatan tetap per tahun maka kapal yang berukuran 5 GT hanya membutuhkan 7 bulan 21 hari dalam mengembalikan modal investasi dan sudah mendapatkan keuntungan dalam satu tahun. Kapal 20-60 GT membutuhkan waktu sekitar dua hingga tiga tahun untuk mendapatkan kembali modal investasi dan meraih keuntungan dimulai pada tahun ketiga. Analisis ROI pada kapal berukuran 5 GT memiliki nilai yang besar yaitu 155% yang berarti dalam satu tahun pertama nilai investasi telah kembali dan telah memperoleh keuntungan sebesar 55% dari nilai investasi, sedangkan kapal 20-60 GT memiliki nilai ROI sebesar 36% hingga 48% yang berarti bahwa dalam satu tahun nilai investasi belum dapat kembali.

32 5.3 Analisis Faktor-Faktor Produksi Penangkapan Gillnet Millenium Faktor-faktor produksi yang dipilih pada penelitian ini mempengaruhi dalam usaha gillnet millenium, dan yang diambil sebanyak 30 sampel (Lampiran 6). Berikut faktor-faktor produksi yang mempengaruhi dalam usaha gillnet millenium: 1) Ukuran kapal (X1) Ukuran kapal dapat diduga sebagai faktor yang mempengaruhi hasil produksi, secara umum dapat dikatakan bahwa semakin besar ukuran kapal maka jumlah hasil produksi semakin besar. Kapal diukur berdasarkan volume yaitu gross tonnage (GT). 2) Jumlah tenaga kerja (X2) Tenaga kerja pada setiap kapal dibagi menjadi nahkoda dan anak buah kapal. Jumlah tenaga kerja pada masing-masing kapal sebanyak 3 hingga 13 orang. 3) Jumlah bahan bakar/bbm (X3) Jumlah BBM yang digunakan berkisar dari 10.500 liter hingga 55.000 liter per tahun.,pemakaian rata-rata kapal yang berukuran 5 GT menggunakan BBM sebesar 50 liter/trip, kapal 20 GT sebesar 1.200 liter/trip, kapal 30 GT sebesar 5.000 liter/trip, dan kapal 60 GT sebesar 11.000 liter/trip. 4) Investasi (X4) Investasi terdiri dari biaya kapal, biaya mesin, dan biaya alat penangkapan ikan. Harga kapal dan mesin berkisar Rp35.000.000,00 untuk kapal 5 GT hingga Rp2.100.000.000,00 untuk kapal 60 GT, harga alat tangkap sebesar Rp2.500.000,00 per piece untuk kapal berukuran 5-20 GT dan Rp7.000.000,00 untuk kapal yang berukuran 30-60 GT. Berdasarkan Tabel 11 (Lampiran 7) hasil regresi pada faktor ABK (X2) dan faktor investasi (X4) mempunyai nilai koefisien negatif. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata pada usaha penangkapan gillnet millenium adalah GT kapal (X1) dan jumlah BBM (X3). Model pendugaan fungsi produksi Cobb-Douglas dari unit penangkapan gillnet millenium dengan persamaan sebagai berikut: Y= 7.3236 X1 0.7281 X2-0.1716 X3 0.4286 X4-0.1030

33 Persamaan fungsi produksi Cobb-Douglas dengan bantuan logaritma menjadi sebagai berikut: Log Y = log 7.3236 + 0.7281 log X 1-0.1716 log X 2 + 0.4286 log X 3 log 0.1030 X 4 Tabel 11 Nilai koefisien regresi (bi), standard error koefisien regresi (Sbi) dan t- hitung fungsi produksi unit penangkapan gillnet millenium di Karangsong Variabel Coefficients Standard T Tabel T Hitung Error (0.05) Intersep 7.323659218 1.508192751 4.85592726 1.708 GT kapal (X1) 0.728188867 0.208897096 3.485873583 Jumlah ABK (X2) -0.171677785 0.40726071-0.421554271 Jumlah BBM (X3) 0.428689939 0.093989185 4.561056053 Investasi (X4) -0.103026691 0.226114742-0.455638981 Hasil regresi terdapat koefisien yang bernilai negatif, maka dilakukan regresi kembali tanpa menyertakan faktor ABK dan investasi (Lampiran 8). Regresi pada faktor yang berpengaruh nyata yaitu GT kapal dan jumlah BBM dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Nilai koefisien regresi pada faktor GT kapal dan jumlah BBM Variabel Coefficients Standard Error T Hitung T Tabel (0.05) Intersep 6.33564824 0.289791797 21.86275909 1.703 GT kapal (X1) 0.429156852 0.067424102 6.365036276 BBM (X3) 0.497962078 0.084127522 5.919134047 Hasil dari regresi pada variabel X1 dan X3 bernilai positif..model pendugaan fungsi produksi Cobb-Douglas dari unit penangkapan gillnet millenium pada faktor X1 dan X3 didapat dengan persamaan sebagai berikut: log Y = log 6.3356 + 0.4291 log X 1 + 0.4979 log X 3 Analisis Cobb-Douglas yang dilakukan memperoleh nilai koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 96,99% (Lampiran 9). Hal ini menunjukkan bahwa 96,99% variasi produksi disebabkan oleh pengaruh dari variabel-variabel bebas dan 3,01% dipengaruhi oleh variabel lain di luar model. Nilai F lebih besar dari nilai F tabel yang berarti bahwa semua faktor-faktor produksi di dalam model

34 berpengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan gillnet millenium. Berikut merupakan analisis varian uji koefisien regresi fungsi produksi pada Tabel 13. Tabel 13 Analisis varian untuk uji koefisien regresi fungsi produksi unit penangkapan gillnet millenium di Karangsong Sumber Df Sum of Squares Mean Square f Hitung F Tabel Regression 2 1.937051993 0.968525997 436.085496 3.35 Residual 27 0.059965768 0.002220954 Total 29 1.997017762 Uji t-student digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabelvariabel terhadap produksi hasil tangkapan. Berdasarkan analisis di atas dengan selang kepercayaan 95% diketahui bahwa ukuran kapal (X 1 ) dan jumlah bahan bakar (X 3 ) berpengaruh nyata terhadap hasil tangkapan, faktor ukuran kapal (X 1 ) bernilai 0.4291 yang berarti dalam setiap penambahan satu GT ukuran kapal akan meningkatkan produksi sebesar Rp429,1 dan faktor jumlah bahan bakar per tahun (X 3 ) bernilai 0.4979 yang berarti dalam setiap penambahan satu liter bahan bakar akan meningkatkan produksi sebesar Rp497,9 dalam keadaan ceteris paribus. Variabel ABK (X 2 ) dan investasi (X 4 ) tidak berpengaruh nyata secara sendirisendiri namun berpengaruh nyata dalam keadaan bersama-sama dengan keseluruhan faktor. Persamaan garis antara faktor produksi GT kapal (X1) terhadap produksi (Y) dapat dilihat pada Gambar 9. 4000000000 (Y) Produksi/tahun 3500000000 3000000000 2500000000 2000000000 1500000000 1000000000 500000000 0 0 10 20 30 40 50 60 y = 5E + 07x + 1E + 08 R 2 = 0.9517 Produksi (y) Linear (Produksi (y)) GT Kapal Gambar 9 Grafik hubungan antara GT kapal (X1) terhadap produksi (Y). Gambar 9 menunjukkan bahwa GT kapal memiliki hubungan parsial yang bersifat liner terhadap produksi hasil tangkapan, nilai optimum dihasilkan dari kapal berukuran 60 GT. Hal ini sesuai dengan kapasitas yang dapat diperoleh

35 oleh kapal, semakin besar ukuran kapal maka akan semakin besar daya angkut hasil tangkapan yang diperoleh. Persamaan garis antara faktor produksi jumlah (X3) terhadap produksi (Y) dapa dilihat pada Gambar 10. (Y) Produksi/tahun 4000000000 3500000000 3000000000 2500000000 2000000000 1500000000 1000000000 500000000 0 0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 y = 47710x + 1E+08 R 2 = 0.8931 Produksi (y) Linear (Produksi Jumlah BBM/tahun (liter) Gambar 10 Grafik hubungan antara jumlah BBM (X3) terhadap produksi (Y). Gambar 10 menunjukkan bahwa jumlah BBM memiliki hubungan parsial yang bersifat liner terhadap produksi hasil tangkapan, nilai optimum dihasilkan dengan jumlah bahan bakar sebesar 55.000 liter per tahun dimana jumlah bahan bakar yang dibawa sebesar 11.000 liter per trip. Faktor-faktor produksi usaha penangkapan ikan gillnet millenium memiliki nilai koefisien yang berbeda. Berikut merupakan pembahasan setiap variabel dari hasil regresi: 1) Ukuran GT kapal Koefisien regresi GT kapal bernilai 0.4291 yang berarti dalam setiap dalam setiap penambahan satu GT ukuran kapal akan meningkatkan produksi sebesar Rp429,1. Kemampuan angkut kapal mempengaruhi kapasitas hasil tangkapan yang dapat dibawa. Hal ini akan menunjukkan kemampuan-kemampuan kapal antara lain yaitu jumlah tenaga kerja, jumlah BBM yang dapat diangkut, perbekalan, alat tangkap, dan kekuatan kapal di laut. Sehingga semakin besar ukuran kapal maka kemampuannya lebih baik. 2) Jumlah BBM per tahun Jumlah bahan bakar per tahun bernilai 0.4979 yang berarti dalam setiap penambahan satu liter bahan bakar akan meningkatkan produksi sebesar Rp497,9. Bahan bakar yang dibawa oleh kapal akan mempengaruhi jarak tempuh dan waktu

36 perjalanan yang dapat dilakukan oleh kapal. Jumlah BBM yang dipakai akan tergantung pada seberapa jauh pelayaran kapal menuju ke fishing ground, jumlah bahan bakar yang digunakan harus diperhitungkan oleh nelayan ketika dipakai untuk melakukan pelayaran dan ketika kapal kembali ke PPI Karangsong. 5.4 Analisis Sistem Perikanan Gillnet Millenium 5.4.1 Analisis kebutuhan Pihak-pihak yang terlibat dalam sistem perikanan di Karangsong memiliki kebutuhan untuk melancarkan kepentingannya masing-masing sesuai dengan pekerjaannya, adapun pihak-pihak tersebut adalah Dinas Perikanan Indramayu, petugas TPI, nelayan, pedagang, koperasi, pemilik kapal, dan konsumen. Kebutuhan-kebutuhan dari masing-masing pihak dirangkum pada Tabel 14. Tabel 14 Kebutuhan dari pihak yang terlibat dalam sistem perikanan gillnet millenium di Karangsong, Kabupaten Indramayu No Pihak-pihak terkait Kebutuhan 1. Dinas Perikanan Indramayu 2. Pihak TPI 3. Nelayan 4. Bakul ikan 5. Koperasi Mina Sumitra 6. Pemilik kapal 7. Konsumen - Data hasil tangkapan yang akurat - Sistem penangkapan rapih - Pendapatan daerah dan nasional meningkat - Kelestarian sumberdaya ikan - Keamanan dan Kenyamanan - Ikan HT yang didaratkan di TPI - Pengadaan sarana dan prasarana - Informasi DPI, cuaca, dan stok - Akses pemasaran - Subsidi BBM - Informasi jumlah ikan dan daya beli - Fasilitas TPI - Data hasil tangkapan - Sumber modal - Kerjasama dengan Pemerintah Pusat dan - Pemerintah Kabupaten Indramayu - Modal - Perizinan usaha - Tenaga kerja/nelayan - Ikan segar - Harga ikan terjangkau - Ikan selalu tersedia

37 5.4.2 Formulasi masalah Formulasi masalah berdasarkan pengamatan kondisi perikanan yang terjadi di PPI Karangsong. Kendala-kendala yang berhubungan dengan sistem usaha perikanan gillnet millenium di Karangsong, sebagai berikut: 1) Mahalnya biaya operasional untuk melaut dikarenakan harga bahan bakar minyak naik; dan 2) Produksi ikan biasanya menurun jika memasuki cuaca kurang baik. Nelayan dengan tonase kurang dari 5 GT sulit melaut dengan cuaca buruk. 5.4.3 Identifikasi sistem 1) Diagram lingkar sebab akibat Diagram sebab akibat digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang ditimbulkan akibat dari elemen yang terkait dalam sistem usaha perikanan gillnet millenium. Diagram sebab akibat juga akan membantu dan mengungkapkan penyebab-penyebab utama. Faktor yang positif ditandai dengan (+), sedangkan faktor negatif ditandai dengan (-). Gambar 12 merupakan diagram lingkar sebab akibat dari sistem usaha perikanan gillnet millenium. Hasil tangkapan Gillnet + millenium SDI + + Harga + Pemilik TPI kapal Karangsong + + + + + + Nelayan Retribusi + + KPL Mina + + Sumitra + + Pemerintah + Bakul + Kebijakan pemerintah + Gambar 12 Diagram sebab akibat sistem usaha perikanan gillnet millenium. Berdasarkan Gambar 12 bahwa sumberdaya ikan merupakan potensi dari usaha perikanan yang menjadi komoditi untuk diperdagangkan. Dalam hal ini, alat tangkap gillnet millenium yang mengeksplorasi sumberdaya ikan dapat

38 memberikan pengaruh positif dengan hasil tangkapan yang memuaskan, namun dapat memberikan pengaruh negatif pada sumberdaya ikan jika tidak dikendalikan oleh teknologi alat dan kelestarian lingkungan. Hasil tangkapan ikan gillnet millenium mendominasi ikan yang didaratkan di TPI Karangsong untuk dilelangkan yang akan dibeli oleh bakul. Harga dari ikan hasil tangkapan menghasilkan keuntungan bagi pemilik kapal, pendapatan dari hasil tangkapan setelah dikurangi modal dan retribusi kemudian dibagikan kepada nelayan. Biaya retribusi diberikan untuk pemerintah. Koperasi Perikanan Mina Sumitra sebagai pengelola PPI Karangsong membantu anggotanya yaitu pemilik kapal dan nelayan dalam permodalan untuk melaut..pemerintah dan KPL Mina Sumitra bekerjasama sehingga memberikan dampak positif bagi perkembangan perikanan di Karangsong..Kebijakan pemerintah berguna bagi pedagang ikan dan kesejahteraan nelayan. Kebijakan perintah dibutuhkan untuk menjaga SDI tetap lestari seperti pembatasan alat, armada dan daerah operasi penangkapan ikan, namun akan berdampak negatif bagi unit usaha gillnet millenium. Kegiatan perikanan di Karangsong dapat dilihat pada Lampiran 10. 2) Diagram input-output Diagram input-output memperlihatkan faktor-faktor dalam usaha perikanan. Input terdiri dari input lingkungan, input terkendali, dan input tidak terkendali. Input-input tersebut menghasilkan output yang dikehendaki dan meminimumkan atau mencegah input yang tidak dikehendaki. Input lingkungan berupa peraturan pemerintah dan iklim. Input tidak terkendali meliputi harga ikan yang dipengaruhi oleh inflasi, naiknya bahan bakar minyak, dan ketersediaan ikan. Oseanografi dapat berubahubah dikarenakan iklim, gelombang laut, dan salinitas air laut sehingga dapat mempengaruhi potensi sumberdaya ikan..pasar dipengaruhi oleh konsumsi masyarakat yang berubah-ubah, tingkat pendapatan masyarakat yang memicu konsumsi, dan kelancaran distribusi. Input yang dapat dikendalikan antara lain: teknologi penangkapan ikan, keahlian nelayan, dan modal. Teknologi alat dalam hal ini yaitu gillnet millenium, jaring pada gillnet millenium terbuat dari bahan polyamide monofilament, gillnet

39 millenium tidak mudah kusut dibandingkan dengan jaring mono yang cepat rusak. Keahlian nelayan umumnya didapat dari pengalamannya dalam melaut dan belajar atau bekerja pada sesama nelayan. Modal usaha didapat dari juragan yang memperkerjakan nelayan, koperasi juga memberikan bantuan modal kepada nelayan yang menjadi anggota berupa perbekalan dalam melaut.. Berikut merupakan diagram input-output pada Gambar 13. Input lingkungan: - Peraturan Pemerintah - Iklim Input tidak terkendali: - Harga - Oseanografi - Pasar - Potensi SDI Output dikehendaki: - Pendapatan nelayan meningkat - Lapangan kerja - Hasil tangkapan cukup - Pelelangan lancar Usaha Perikanan Gillnet Millenium di Karangsong Input terkendali: - Teknologi penangkapan - Keahlian nelayan - Modal Output tidak dikendaki: - Usaha merugi - Hasil tangkapan menurun - Biaya operasional - meningkat Manajemen usaha perikanan Gambar 13 Digram input-output. Output dikehendaki yaitu pendapatan yang meningkat, terserap banyak lapangan kerja, hasil tangkapan cukup, dan pelelangan ikan hasil tangkapan lancar. Output yang tidak dikehendaki antara lain: usaha merugi, hasil tangkapan menurun, dan biaya operasional meningkat. Bakul ikan yang membeli hasil tangkapan nelayan yang dilelang di TPI, selama tahun 2010 pedagang/bakul ikan di Indramayu sebanyak 1.125 orang. Berdasarkan kesepakatan rapat anggota tahunan antara para juragan, bakul, KUD,

40 dan pihak TPI bahwa bakul di PPI Karangsong dikenakan biaya retribusi sebesar 3% yang merupakan lebih besar dari ketetapan pemerintah yaitu sebesar 1,65%. 3) Diagram struktur sistem Kegiatan sistem usaha perikanan gillnet millenium terdiri dari elemenelemen yang saling berhubungan. Gambar 11 merupakan diagram struktur sistem usaha perikanan gillnet millenium di Karangsong. Mulai Pra produksi Produksi Pasca produksi Investasi dan biaya operasi Nelayan Sumberdaya ikan tenggiri dan ikan tongkol PPI Karangsong DPI Operasi penangkapan ikan Pelelangan Sistem bagi hasil Analisis finansial, analisis fungsi produksi Sesuai Ya Usaha Perikanan Gillnet Millenium Sesuai Sesuai Tidak Tidak Tidak Ya Selesai Ya Gambar 11 Diagram struktur sistem usaha perikanan gillnet millenium di Karangsong. Usaha perikanan gillnet millenium di Karangsong dilihat dari aspek pra produksi, produksi, dan pasca produksi. Input dari aspek pra produksi terdiri dari biaya investasi (biaya kapal, mesin, dan alat tangkap) dan biaya operasi, nelayan (juragan, nahkoda, dan anak buah kapal), dan tujuan hasil tangkapan utama yaitu ikan tenggiri dan ikan tongkol. Proses produksi diawali dengan persiapan melaut di PPI Karangsong, lalu berangkat menuju daerah penangkapan ikan kemudian

41 pengoperasian alat tangkap. Output pasca produksi yaitu hasil tangkapan dilelang di TPI, pendapatan hasil lelang dibagi hasil sesuai kesepakatan antara juragan, nahkoda, dan ABK kemudian dilakukan analisis finansial untuk mengetahui potensi usaha dan analisis fungsi produksi untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh dalam kegiatan produksi.. Ketiga aspek tersebut merupakan pembentuk dari usaha perikanan gillnet millenium.