Tiga Hal yang Sering Ditanyakan Guru. Fadjar Shadiq, M.App.Sc & fadjarp3g.wordpress.com) Widyaiswara PPPPTK Matematika

dokumen-dokumen yang mirip
MENGAPA TIDAK MENGGUNAKAN PENBELAJARAN REALISTIK UNTUK MENYELESAIKAN SOAL SUSUL-MENYUSUL?

ADA BERAPA JARING-JARING KUBUS SESUNGGUHNYA? Fadjar Shadiq, M.App.Sc WI PPPG Matematika

MENGAPA TIDAK MENGGUNAKAN PENBELAJARAN REALISTIK PADA PENBELAJARAN PENJUMLAHAN DUA BILANGAN BULAT?

Bagaimana Cara Guru Matematika Membantu Siswanya Mempelajari Pernyataan Berkuantor

Bagaimana Cara Guru Matematika Memfasilitasi Siswanya agar dapat Membangun Sendiri Pengetahuan Mereka?

Apa dan Mengapa Guru Matematika Harus Menggunakan Teknik Bertanya?

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Peran Penting Guru Matematika dalam Mencerdaskan Siswanya

PEMBELAJARAN MATEMATIKA; Cara Meningkatkan Kemampuan Berpikir Siswa, oleh Fadjar Shadiq, M.App.Sc. Hak Cipta 2014 pada penulis

BAGAIMANA MENENTUKAN BENAR TIDAKNYA SUATU PERNYATAAN?

Contoh Penalaran Induktif dan Deduktif Menggunakan Kegiatan Bermain-main dengan Bilangan

ADAKAH ALAT PERAGA UNTUK MEMPERMUDAH PEMAHAMAN SISWA DALAM MEMPELAJARI OPERASI HITUNG PERKALIAN BILANGAN BULAT? Oleh: Pujiati*)

BAGAIMANA MENGOPTIMALKAN OLIMPIADE MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR?

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai

BAGAIMANA MENGEFEKTIFKAN UJIAN NASIONAL? Fadjar Shadiq, M.App.Sc Widyaiswara PPPPTK Matematika &

Bagaimana Mengajar Pembuktian?

PENTINGYA STRATEGI PEMODELAN PADA PROSES PEMECAHAN MASALAH

Untuk Apa Belajar Matematika? Fadjar Shadiq, M.App.Sc Widyaiswara PPPPTK Matematika &

LAPORAN OBSERVASI SEKOLAH 6 SD IGM PLUS PALEMBANG Selasa, 25 Oktober 2011

KOMBINATORIK DAN PELUANG

Strategi Pemodelan Pada Pemecahan Masalah Matematika, oleh Fadjar Shadiq, M.App.Sc. Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A

Bagaimana Cara Guru SD Memfasilitasi Siswanya Agar Dapat Menjadi Siswa yang Mandiri Mempelajari Matematika?

RENCANA PEMBELAJARAN MATEMATIKA (RPP) Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Ketapang Mata Pelajaran : Matematika

Praktek Pembelajaran Matematika. Oleh: Fadjar Shadiq, M. AppSc WidyaIswara PPPG Matematika

BAB III. PECAHAN KONTINU dan PIANO. A. Pecahan Kontinu Tak Hingga dan Bilangan Irrasional

Kata kunci: manik-manik, kontekstual, konvensional.

Bagaimana Cara Guru Memudahkan Siswanya Mengingat Pelajaran?

Sistem Pembinaan dan Karakteristik Soal Olimpiade Matematika

BAB I PENDAHULUAN. dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Kemampuan mengelola

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I. I. Standar Kompetensi 5. Melakukan operasi hitung pecahan dalam pemecahan masalah.

KELIPATAN PERSEKUTUAN TERKECIL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BELAJAR KONSEP PEMBAGIAN MELALUI PERMAINAN MEMBAGI PERMEN DENGAN DADU

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Nama Sekolah :... I. STANDAR KOMPETENSI I. PKn 1. Mengamalkan makna Sumpah Pemuda

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Benyamin S. Bloom (dalam Siti, 2008 : 9) siswa dikatakan memahami

BAB III METODE PENELITIAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS I

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

BELAJAR MEMECAHKAN MASALAH YUK Fadjar Shadiq, M.App.Sc ( & fadjar_p3g.yahoo.com)

Contoh Penalaran Induktif dan Deduktif Menggunakan Kegiatan Bermain-main dengan Bilangan

IMPLIKASI KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR Fadjar Shadiq

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI INKUIRI SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 1 BALONG TAHUN AJARAN 2013/2014

HIRARKI BELAJAR: SUATU TEORI DARI GAGNE

BAB IV HASIL PENELITIAN. Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti mengurus surat izin penelitian dari

BAB I PENDAHULUAN. Mengajarkan matematika bukanlah sekedar guru menyiapkan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENTINGNYA PEMECAHAN MASALAH Fadjar Shadiq, M.App.Sc (Widyaiswara PPPPTK Matematika)

BENARKAH GURU MATEMATIKA SEBAIKNYA MENGAJAR SECARA INDUKTIF DAN BUKAN SECARA DEDUKTIF? Fadjar Shadiq, M.App.Sc

Apa Implikasi dari Inti Psikologi Kognitif Terhadap Pembelajaran Matematika?

BAHAN AJAR ANALISIS REAL 1. DOSEN PENGAMPU RINA AGUSTINA, S. Pd., M. Pd. NIDN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( R P P

Penalaran dengan Analogi? Pengertiannya dan Mengapa Penting?

Tujuan dari proses pembelajaran dengan pendekatan PMRI dan menggunakan media jam kertas yaitu:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. kontekstual dan pembelajaran biasa dilakukan dengan menekankan pada

A. Standar Kompetensi Memahami bentuk aljabar, persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) OLEH : ULFAH KHUMAYASARI

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : SMPN 1 Cileunyi

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN-SARAN. 1. Kondisi Awal Pembelajaran Sains Biologi di SMP

BAB III Metode Penelitian

Lembar Observasi Aktivitas Pendidik Kelas IV Pada Pembelajaran IPS Melalui Strategi Guided Teaching Di SDN 07 Pasar Salido Siklus I

TEKNIK BUKTI: I Drs. C. Jacob, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dhias Mei Artanti, 2013

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : VIII (Delapan) : Operasi pecahan pada bentuk aljabar

Penggunaan Strategi Pemodelan dengan Diagram di Sekolah Dasar

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Membuat Kubus dari Kertas Yuk Sambil Mempraktekkan Teori Bruner. Fadjar Shadiq, M.App.Sc. &

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN NO. 11/1

DASAR-DASAR ANALISIS MATEMATIKA

RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT/GBPP

CONTOH MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR

Belajar Pengukuran Sudut Sambil Bermain Jam Analog. Novita Sari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : VIII (Delapan) : Operasi pada pecahan bentuk aljabar

PENILAIAN DI BIDANG PENDIDIKAN, ANTARA HARAPAN DAN KENYATAAN

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan berhitung merupakan aspek yang sangat penting dalam

KONSTRUKSI SISTEM BILANGAN

Hitung Cepat (Quick Count) Apa yang Dapat Dipelajari Darinya? Fadjar Shadiq, M.App.Sc &

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Apa dan Mengapa Matematika Begitu Penting? Oleh: Fadjar Shadiq, M.App.Sc Widyaiswara PPPPTK Matematika Yogyakarta

Bagaimana Mengintegrasikan Kegiatan Eksplorasi di Kelas? Belajar dari Olimpiade Matematika SD

Belajar Memecahkan Masalah Matematika, oleh Fadjar Shadiq, M.App.Sc. Hak Cipta 2014 pada penulis

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. ketidakpastian. Pendidikan sebagai sumber daya insani sepatutnya mendapat

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN. : Mahasiswa memiliki pengetahuan konseptual tentang silabus dan prosedur perkuliahan

Penerapan Model Project Based Learning (Model Pembelajaran Berbasis Proyek) dalam Materi Pola Bilangan Kelas VII. oleh Theresia Widyantini

BAB III METODE PENELITIAN. Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV

BAB 6 LOGIKA MATEMATIKA

MENGEMBANGKAN LEARNING COMMUNITY PADA PERKULIAHAN TAKSONOMI TUMBUHAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di MI Miftahul Ulum Kecamatan Tutur

EMPAT OBJEK LANGSUNG MATEMATIKA MENURUT GAGNE Fadjar Shadiq

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA CIREBON

Transkripsi:

Tiga Hal yang Sering Ditanyakan Guru Fadjar Shadiq, M.App.Sc (fadjar_p3g@yahoo.com & fadjarp3g.wordpress.com) Widyaiswara PPPPTK Matematika Ketika memfasilitasi kegiatan diklat di PPPPTK Matematika ada tiga pertanyaaan yang sering ditanyakan peserta diklat, yaitu: 1. Mengapa pembagian dengan 0 tidak didefinisikan? 2. Mengapa 0! = 1? 3. Berapakah nilai 0, Sesungguhnya? Naskah ini disusun untuk menjawab tiga pertanyaan di atas. Mengapa Pembagian dengan 0 Tidak Didefinisikan? Untuk menjawab pertanyaan di atas, biasanya penulis mengajukan pertanyaan berikut: Jika ada yang menanyakan hasil 10/2, berapa nilainya? Jika peserta menjawab 5, pertanyaan lanjutannya adalah: Mengapa 10/2 = 5 dinyatakan benar? Apa alasannya? Jawaban yang diharapkan adalah 10/2 = 5 karena 10 = 5 2. Hal ini yang ditulis di papan. Hal ini diharapkan sudah diketahui peserta. Dari 10/2 = 5 karena 10 = 5 2, sehingga dapatlah disimpulkan bahwa pembagian adalah invers dari perkalian. Selanjutnya, peserta diminta menentukan hasil: 0/5, 5/0 dan 0/0. Jawaban yang diharapkan adalah sebagai berikut. 1. 0/5 = 0 karena 0 = 0 5. Kesimpulannya, pembagian 0 dengan bilangan lain selain 0 akan menghasilkan 0. 2. 5/0 tidak ada bilangan yang memenuhi. Alasannya, tidak ada bilangan yang jika dikalikan 0 hasilnya 5. Ingat bahwa jika dimisalkan 5/0 = k maka 5 0 k. 3. 0/0 memenuhi semua bilangan yang menjadi anggota semesta pembicaraan. Alasannya, semua bilangan memenuhi. Ingat bahwa jika dimisalkan 0/0 = k maka 0 = 0 k akan dipenuhi semua anggota semestanya. Dari hasil paparan nomor 2 dan 3 di atas, yaitu 5/0 tidak ada bilangan yang memenuhi dan 0/0 memenuhi semua bilangan yang menjadi anggota semesta pembicaraan, maka disepakati bahwa pembagian dengan 0 tidak didefinisikan, yang 1

berarti kita tidak membicarakan lagi pembagian dengan 0 dan tidak membolehkan pembagian dengan 0. Contoh di atas menunjukan: 1. Pembelajaran dimulai dari yang sudah diketahui peserta diklat, yaitu tentang 10/2 = 5 karena 10 = 5 2 baru dilanjutkan dengan aktivitas untuk menentukan hasil 0/5, 5/0 dan 0/0. Dengan penalaran analogi diharapkan proses pembelajaran menjadi bermakna bagi para peserta diklat. 2. Dengan kegiatan itu, peserta diklat diharapkan dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuan bahwa pembagian dengan 0 tidak dibicarakan dan tidak diperbolehkan lagi. 3. Fasilitator hanya memberi kemudahan pada peserta diklat, namun peserta yang diharapkan dapat mneyimpulkan sendiri. Mengapa 0! = 1? Untuk menjawab pertanyaan di atas, penulis sebagai fasilitator diklat memulai kegiatan dengan meminta peserta untuk menentukan nilai dari: 1. 2. 3. Dengan mudah para guru diharapkan dapat menentukan hasilnya, yaitu: 1. = 5 2. 3. Selanjutnya, para guru diminta untuk melanjutkan dengan dua baris berikutnya untuk membantu mereka mengkonstruksi sendiri pengetahuan bahwa 0! = 1. Dua baris berikutnya yang diharapkan adalah sebagai berikut. 4. 5. Perhatikan baris terakhir di atas (nomor 5), yaitu:. Hal ini hanya mungkin jika didefinisikan 0! = 1. Ketika didefinisikan bahwa 0! = 1, ternyata bangunan matematika tidak runtuh, karena tidak ada kontradiksi yang terjadi ketika sudah didefinisikan bahwa 0! = 1. Hal ini yang menjadi ketentuan. Hal lain akan terjadi jika setelah didefinisikan bahwa 0! = 1 lalu terjadi kontradiksi atau pertentangan 2

antara rumus satu dengan rumus lainnya, dengan kata lain bangunan matematika menjadi runtuh, maka matematikawan tidak akan mendefinisikan bahwa 0! = 1. Inilah yang lalu menjadi pendapat bahwa kebenaran matematika bersifat nisbi juga seperti IPA. Karena matematikawan juga tidak mampu meyakinkan orang lain dan dirinya sendiri bahwa rumus baru yang akan diumumkan akan bertentangan dengan rumus sebelumnya, sehingga mereka tidak berani lagi menyatakan bahwa kebenaran matematika bersifat mutlak. Berapakah Nilai 0, Sesungguhnya? Perhatikan bahwa notasi 0, berarti 0,9999. Yang menjadi pertanyaan dari penulis sendiri dan bukan dari peserta adalah: 1. Berapakah nilai 0, sesungguhnya? 2. Bagaimana membuktikan bahwa nilainya seperti itu? Sejatinya, pertanyaan yang dapat diajukan adalah berapakah nilai 0, yang berarti 0,9999 itu tetap 0,9999 ataukah 1? Kalau nilai pendekatan dari 0,9999 adalah 1. Kita umumnya memahaminya dan hal ini sudah jelas bisa diterima karena 0,9999 lebih dekat ke 1. Namun sekali lagi, beerapakah nilai 0, yang berarti 0,9999 itu? Ternyata 0, = 1 dan bukan 0,9999. Berikut ini adalah pembuktiannya. Bukti 1 Diketahui/dimisalkan: x = 0,999 = 0, Dengan demikian: 10x = 9, 999 = 9, [2] Kalau [2] [1] akan didapat: 9x = 9 Jadi terbukti bahwa x = 0,999 = 0, = 1 Bukti 2 Diketahui bahwa: = 0,333 = 0, Dengan demikian : = 0,666 = 0, ] Kalau [3] + [4] akan didapat: + = 1 = 0,999 = 0, Bukti 3 Diketahui bahwa: = 0, 3

Dengan demikian: = 0, ] Kalau [5] + [6] akan didapat: + = 1 = 0, = 0, Bukti 4 Diketahui bahwa: = 0, Dengan demikian: = 0, ] Kalau [7] + [8] akan didapat: + = 1 = 0, = 0, Penutup Tiga contoh di atas menunjukkan beberapa hal berikut. 1. Satu faktor terpenting untuk keberhasilan pembelajaran adalah pengetahuan yang sudah diketahui siswa di mana pengetahuan baru akan didasarkan. Karena itu pembelajaran hendaknya dimulai dari yang diketahui atau merupakan pengetahuan prasyarat bagi siswa atau peserta diklat. 2. Agar proses pembelajaran dapat membantu siswa atau peserta diklat untuk belajar secara bermakna, membantu mereka berpikir, dan menjadi siswa atau peserta diklat yang mandiri, maka proses pembelajaran dapat (hendaknya) dimulai dengan mengajukan masalah kontekstual, realistik, atau masalah matematika. 3. Biarkan siswa atau peserta diklat bereksplorasi, mengelaborasi data yang didapat, dan mendapatkan konfirmasi secara mandiri atau dari temannya maupun gurunya sendiri. 4. Tugas guru atau penatar adalah menjadi fasilitator kegiatan, namun yang menentukan adalah siswa atau peserta diklat sendiri. 5. Penting bagi fasilitator kegiatan untuk menyiapkan: a. masalah kontekstual, realistik, atau masalah matematika yang akan diajukan pada awal proses pembelajaran, b. mengantisipasi berbagai jawaban yang mungkin muncul, terutama proses mendapatkannya, c. mengantisipasi berbagai kesulitan yang muncul selama proses pembelajaran, d. mengantisipasi berbagai turunan pertanyaan jika siswa atau peserta diklat mengalami kesulitan menjawab masalah kontekstual, masalah realistik, atau masalah matematika yang sudah diajukan pada awal proses pembelajaran, e. menyiapkan penggunaan papan untuk membantu siswa atau peserta diklat membuat catatan. 4

Demikian gambaran yang penulis lakukan untuk menjawab tiga pertanyaan yang sering diajukan peserta diklat. Hal tersebut dapat digunakan para guru untuk menjawab pertanyaan siswanya. 5