PROFIL KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013

dokumen-dokumen yang mirip
Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

ANALISIS KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2013

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2011/2012

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G /

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA


INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014


STATISTIK GENDER 2011

Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Mamuju merupakan publikasi tahunan yang diterbitkan BPS Kabupaten Mamuju. Publikasi ini memuat

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013

BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN

INIJIKATDR RAKYAT. ~~QI!i. l~e~ejaht&raan. Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pekalongan dengan Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan

madiunkota.bps.go.id

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR. Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2011

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN GUNUNGKIDUL WELFARE INDICATORS OF GUNUNGKIDUL REGENCY 2015

KATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN PASER TAHUN : Bappeda Kabupaten Paser bekerjasama dengan. Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2014


BADANPUSATSTATISTIKPROVINSILAMPUNG

,1.1,1..1.1t». <,1. efts INDIKATOR SOSIAL BUDAYA KOTA LUBUKLINGGAU

PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DI INDONESIA 2013

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG

pareparekota.bps.go.id


BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI. Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada

STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013

KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR


Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAKASSAR

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA BONTANG KOTA BONTANG

ii DATA DAN INDIKATOR GENDER di INDONESIA

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK


KATA PENGANTAR. iii. Alfatah Sibua, S.Ag, M.Hum. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Penajam Paser Utara merupakan. Kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Paser dan

Katalog BPS : STATISTIK DAERAH KECAMATAN RANCASARI BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG

Profile Perempuan Indonesia

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

RPJMD Kabupaten Agam tahun IX - 1

STATISTIK DAERAH KECAMATAN RANCASARI 2016 ISSN : - No. Publikasi : Katalog BPS : Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman

Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Tual

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun

Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP

PENYUSUNAN DATA SOSIAL EKONOMI DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2008

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun

Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012

RINGKASAN SDKI 2007 PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

Katalog BPS:

STATISTIK DAERAH KECAMATAN PAHANDUT 2013

TIGA PULUH DUA TAHUN PERJALANAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL DI PROPINSI BENGKULU (1972 SAMPAI DENGAN 2010)

Kata pengantar. Tanjungpinang, Oktober 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

Mengeluarkan uang dalam rangka membiayai proses pendidikan adalah investasi yang sangat menguntungkan dan dapat dinikmati selama-lamanya.

KATA PENGANTAR. Padang, 01 November 2016 Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Provinsi Sumatera Barat Kepala

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau

KATA PENGANTAR. Semarang, BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG K e p a l a, BADAN PUSAT STATISTIK KOTA SEMARANG.


PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN SUMBER DATA

KATA PENGANTAR. Singaraja, Oktober Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Buleleng

Katalog :

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017


INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA METODE BARU KABUPATEN SORONG TAHUN 2014

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

Katalog BPS :

BAB III PROFIL SOSIAL BUDAYA

Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kabupaten Pamekasan Tahun 2013

Katalog BPS :

TABEL 9-1 Indikator Kinerja Kabupaten Nagan Raya Tahun

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012

BAB II ASPEK STRATEGIS

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

Ikhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Indikator

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SABANGAU 2013

K A T A P E N G A N T A R

SEKILAS PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROPINSI BENGKULU KURUN WAKTU 1980 SAMPAI DENGAN 2003


GUBERNUR KALIMANTAN BARAT,

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

MATRIK LAPORAN MINI SURVEI PEMANTAUAN PUS PROVINSI BENGKULU TAHUN 2009

Kecamatan Bojongloa Kaler

Transkripsi:

i

PROFIL KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013 ii

KATA PENGANTAR Profil Kesejahteraan Rakyat Kota Palangka Raya Tahun 2013 ini adalah merupakan publikasi yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Palangka Raya Raya bekerja sama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Palangka Raya. Publikasi ini menyajikan perkembangan dan kemerataan kesejahteraan masyarakat Kota Palangka Raya, yang mencakup berbagai ragam informasi/indikator tentang perubahan dan pencapaian perkembangan taraf kesejahteraan di Kota Palangka Raya, sehingga hal ini dapat diketahui dari waktu ke waktu. Data yang disajikan dalam publikasi ini merupakan rangkuman dari pengolahan beberapa data yang bersumber dari BPS maupun luar BPS (data sekunder). Adapun bidang-bidang yang menjadi acuan dalam upaya peningkatan kualitas hidup antara lain Kependudukan dan KB, Pendidikan, Kesehatan/Gizi, Ketenagakerjaan, dan Perumahan. Publikasi ini diharapkan dapat melengkapi dan memenuhi kebutuhan bagi pemerintah dan masyarakat, baik dalam penentuan kebijakan maupun penelitian atau analisis data. Kepada semua pihak yang telah turut membantu dalam penyusunan publikas ini disampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Kami menyadari bahwa publikasi ini masih jauh dari lengkap dan sempurna, sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan edisi berikutnya sangat diharapkan. Palangka Raya, Oktober2014 Kepala Bappeda Kota Palangka Raya Selaku Penanggung Jawab Kepala BPS Kota Palangka Raya Selaku Ketua Tim Penyusun H. RAHMADI HN NIP. 19590518 198603 1 013 SINDAI M.O. SEA, SE NIP. 19580910 197803 2 001 iii

DAFTAR ISI Kata Pengantar. i Daftar Isi.. ii Daftar Tabel v Daftar Gambar. vii Bab 1. Gambaran Umum.. 1 Bab 2. Penduduk. 4 2.1 Karakteristik Penduduk 5 2.2 Pertumbuhan Penduduk. 8 2.3 Persebaran Penduduk.. 9 2.4 Keluarga Berencana 11 2.5 Anak Lahir Hidup.. 15 Bab 3. Pendidikan.. 17 3.1 Sarana Pendidikan 17 3.2 Partisipasi Sekolah 20 3.3 Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan. 23 3.4 Angka Melek Huruf. 26 Bab 4. Kesehatan 28 4.1 Sarana Kesehatan. 28 4.2 Upaya Perbaikan Kesehatan. 30 4.3 Angka Harapan Hidup 34 Bab 5. Tenaga Kerja.. 36 5.1 Penduduk Usia Kerja.. 36 5.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 37 5.3 Tingkat Kesempatan Kerja dan Tingkat Pengangguran Terbuka. 39 5.4 Lapangan Kerja.. 41 5.5 Upah Minimum Regional. 43 iv

Bab 6. Perumahan. 45 6.1 Status Penguasaan Tempat Tinggal. 46 6.2 Fasilitas Perumahan 46 v

DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 2.5 Tabel 2.6 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 5.1 Tabel 5.2 Tabel 5.3 Tabel 6.1 Tabel 6.2 Tabel 6.3 Indikator Kependudukan Kota Palangka Raya 4 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2013 Kota Palangka Raya berdasarkan Kecamatan. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Kota Palangka Raya Tahun 2013.. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk per Km2 Kota Palangka Raya Tahun 2013.. Persentase Wanita Berumur 15-49 Tahun yang Kawin Menurut Jenis Alat Kontrasepsi yang Digunakan di Kota Palangka Raya Tahun 2013.. Target dan Realisasi Akseptor Baru dan Akseptor Aktif Kota Palangka Raya Tahun 2013.. Jumlah Sekolah, Kelas, Guru dan Murid (SD, SLTP & SLTA) di Kota Palangka Raya Tahun 2012 s.d 2013. Jumlah Sekolah, Kelas, Guru dan Siswa Menurut Jenis Sekolah di Kota Palangka Raya Tahun 2013.. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Kota Palangka Raya Tahun 2012 s.d 2013 Jumlah Rumah Sakit, Puskesmas dan Puskesmas Pembantu Dirinci Menurut Kecamatan, 2013. Persentase Penduduk yang Mengobati Sendiri Selama Sebulan Terakhir Berdasarkan Jenis Kelamin Kota Palangka Raya Tahun 2013. Penduduk Usia Kerja Kota Palangka Raya Tahun 2012 s.d 2013 36 Persentase Tingkat Kesempatan Kerja dan Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Jenis Kelamin, Kota Palangka Raya Tahun 2012-2013. Penduduk 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin, Kota Palangka Raya Tahun 2013. Status Penguasaan Tempat Tinggal, Kota Palangka Raya Tahun 2013. Persentase Perumahan Berdasarkan Jenis Dinding Yang Digunakan, Kota Palangka Raya Tahun 2013.. Persentase Perumahan Berdasarkan Luas Lantai, Kota Palangka Raya Tahun 2013. 5 6 10 13 14 17 19 22 28 33 40 41 45 48 50 vi

Tabel 6.4 Tabel 6.5 Tabel 6.6 Tabel 6.7 Persentase Perumahan Berdasarkan Jenis Penerangan, Kota Palangka Raya Tahun 2013.. Persentase Perumahan Berdasarkan Fasilitas Jamban, Kota Palangka Raya Tahun 2013.. Persentase Perumahan Berdasarkan Jenis Kloset, Kota Palangka Raya Tahun 2013. Persentase Perumahan Berdasarkan Bahan Bakar/Energi Utama Untuk Memasak, Kota Palangka Raya Tahun 2013. 53 54 55 56 vii

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Piramida Penduduk Kota Palangka Raya Tahun 2013.. 7 Gambar 2.2 Pertumbuhan Penduduk Kota Palangka Raya Tahun 2011 s.d 2013. Gambar 2.3 Jumlah Akseptor KB Aktif dan Baru Kota Palangka Raya Tahun 2013. Gambar 3.1 Rasio Murid-Guru, Murid-Kelas, dan Guru-Sekolah Kota Palangka Raya Tahun 2012 s.d 2013.. Gambar 3.2 Rasio Murid-Guru Menurut Jenjang Sekolah dan Kecamatan di Kota Palangka Raya Tahun 2013. Gambar 3.3 Persentase Penduduk Berumur 11 Tahun atau Lebih Menurut Ijazah Tertinggi Yang Dimiliki Kota Palangka Raya Tahun 2013. Gambar 3.4 Persentase Penduduk Berumur 11 Tahun atau Lebih Menurut Ijazah Tertinggi Yang Dimiliki dan Jenis Kelamin, Kota Palangka Raya Tahun 2013 Gambar 3.5 Rata-Rata Lama Sekolah, Kota Palangka Raya Tahun 2010-2013 23 Gambar 3.6 Angka Melek Huruf Kota Palangka Raya Tahun 2009 s.d 2013.. 25 Gambar 4.1 Banyaknya Tenaga Kesehatan Dirinci Menurut Kecamatan, 2013. 27 Gambar 4.2 Persentase Penduduk Yang Berobat Jalan Menurut Tempat/Cara Berobat, 2013.. Gambar 4.3 Persentase Balita Menurut Penolong Kelahiran Pertama, 2013 29 Gambar 4.4 Persentase Balita Menurut Penolong Terakhir, 2013 30 Gambar 4.5 Persentase Pemberian Imunisasi Kota Palangka Raya Tahun 32 2013. Gambar 4.6 Angka Harapan Hidup Kota Palangka Raya Tahun 2010 s.d 2013 33 Gambar 5.1 Persentase Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kegiatan Seminggu Yang Lalu Kota Palangka Raya Tahun 2013.. Gambar 5.2 Perkembangan TPAK Kota Palangka Raya Tahun 2010 s.d 2013.. 36 Gambar 5.3 TPAK Menurut Jenis Kelamin, Kota Palangka Raya Tahun 2012 s.d 2013. Gambar 5.4 TPAK Menurut Klasifikasi Daerah, Kota Palangka Raya Tahun 37 2012 s.d 2013 Gambar 5.5 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Selama Seminggu yang Lalu Menurut Lapangan Usaha / Pekerjaan Utama Berdasarkan Klasifikasi Daerah, Kota Palangka Raya Agustus 2013 9 12 16 17 21 22 28 35 37 41 viii

Gambar 5.6 Perkembangan UMR Kota Palangka Raya, Tahun 2011 s.d 2013. 42 Gambar 6.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Atap, Kota Palangka Raya Tahun 2013 Gambar 6.2 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Lantai, Kota Palangka Raya Tahun 2013 Gambar 6.3 Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum, Kota Palangka Raya Tahun 2013. 45 47 50 ix

1 GAMBARAN UMUM Pembangunan nasional maupun daerah yang telah direncanakan dan masih dilaksanakan secara berkesinambungan (suistainable development) oleh pemerintah pada dasarnya mempunyai tujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Istilah kesejahteraan yang dimaksud sebenarnya mempunyai makna dan pengertian serta mencakup berbagai aspek kehidupan yang sangat luas yang tidak semuanya dapat diukur, karena pada dasarnya Kesejahteraan tidak saja menyangkut aspek yang bersifat lahiriah atau material tetapi juga bersifat batiniah atau spiritual. Begitu luasnya aspek-aspek yang tercakup dalam makna atau istilah kesejahteraan tersebut sehingga data statistik yang konvensional, seperti pendapatan per kapita sangatlah tidak memadai untuk menampung makna kesejahteraan yang dimaksud. Meningkatkan pendapatan per kapita sudah tentu merupakan bagian penting dari upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, tetapi hal demikian belum memadai untuk membangun manusia seutuhnya, suatu istilah yang secara jelas menggambarkan luasnya muatan kesejahteraan dan tingkat taraf hidup suatu masyarakat. Kesejahteraan rakyat di suatu daerah dapat diidentifikasi dengan melihat beberapa variabel dan informasi penting mengenai kependudukan, pendidikan, dan lain-lain. Dalam publikasi ini akan difokuskan dan dibatasi pada lima aspek yaitu kependudukan, pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, dan perumahan. Informasi yang disajikan bersumber dari hasil data Survei Sosial Ekonomi Nasional yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS), survei-survei lain BPS, dan juga beberapa data sekunder yang diperoleh dari instansi terkait. Jika dilihat dari indikator kependudukan, Kota Palangka Raya pada tahun 2013 mengalami peningkatan laju pertumbuhan yang cukup pesat. Penduduk masih lebih terpusat di daerah perkotaan dibandingkan daerah perdesaan. Hal ini berarti 1

bahwa daerah perkotaan masih memiliki daya tarik yang cukup besar dari segi fasilitas, lapangan pekerjaan, dan lain-lain yang membuat daerah perkotaan masih padat. Struktur penduduk di Kota Palangka Raya adalah penduduk usia muda. Dari sisi pendidikan, penduduk Kota Palangka Raya telah menikmati program wajib belajar 9 tahun. Angka melek huruf pada tahun 2013 mengalami peningkatan. Hal ini cukup menggembirakan mengingat AMH merupakan salah satu komponen pembentuk indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Rasio murid-guru untuk tiap jenjang pendidikan sudah cukup ideal. Untuk tahun 2013, penduduk Kota Palangka Raya tercatat memiliki ijazah tertinggi paling banyak adalah ijazah SMA sederajat. Dari variabel kesehatan, Kota Palangka Raya pada tahun 2013 telah memiliki puskesmas dan pustu di semua wilayah kecamatan. Di semua kecamatan juga tercatat sudah memiliki tenaga kesehatan. Penduduk Kota Palangka Raya juga tercatat telah memanfaatkan fasilitas dan sarana prasarana kesehatan. Hal ini tercermin dari kecendrungan penduduk Kota Palangka Raya yang memilih berobat jalan ke tenaga kesehatan. Untuk penolong kelahiran baik pertama maupun terakhir persentase terbanyak adalah bidan. Untuk pemberian imunisasi secara umum sudah cukup baik. Angka Harapan Hidup (AHH) Kota Palangka Raya mengalami peningkatan. Hal ini berarti bahwa upaya pemerintah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Kota Palangka Raya sudah cukup berhasil. Berdasarkan variabel ketenagakerjaan, penduduk Kota Palangka Raya usia 15 tahun keatas sebagian besar kegiatan seminggu yang lalu adalah bekerja. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) tahun 2013 mengalami peningkatan cukup bagus dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini berarti bahwa pemerintah daerah cukup sukses dalam menciptakan lapangan kerja. Penduduk laki-laki tercatat lebih besar aktif secara ekonomi dibandingkan penduduk perempuan. TPAK di daerah perkotaan sedikit lebih besar dibandingkan TPAK di daerah perdesaan. Seiring dengan naiknya TPAK dibandingkan tahun sebelumnya, maka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kota Palangka Raya tahun 2013 mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. 2

Berdasarkan variabel perumahan, secara umum sudah cukup baik. Tidak ada lagi rumah tangga yang dinding rumahnya terbuat dari bambu. Untuk jenis lantai, masih ada rumah tangga yang jenis lantainya adalah tanah. Pada tahun 2013 di Kota Palangka Raya ada sekitar 10,90 persen rumah tangga yang menempati rumahnya dengan ukuran luas kurang dari 20 m2. Angka tersebut tidak lebih baik dibandingkan dengan tahun 2012 (9,96%). Untuk sumber air minum, masih ada rumah tangga yang menggunakan air sungai sebagai sumber air minum. Sementara untuk fasilitas jamban, masih ada rumah tangga yang tidak memiliki jamban untuk perumahannya. 3

2 PENDUDUK P enduduk adalah salah satu indikator kesejahteraan di dalam suatu wilayah. Penduduk merupakan modal dasar pembangunan jika disertai dengan kualitas sumber daya manusia yang handal. Jumlah penduduk yang besar tanpa disertai dengan kualitas yang handal hanya akan menjadi beban bagi pembangunan, terlebih jika distribusinya secara geografis tidak merata dan komposisinya secara sosial budaya sangat beragam. Oleh karena itu, informasi tentang komponen-komponen kependudukan seperti: jumlah, komposisi dan distribusi penduduk perlu diketahui sebagai dasar bagi perencanaan pembangunan selanjutnya. Tabel 2.1 Indikator Kependudukan Kota Palangka Raya 2013 Uraian 2011 2012 2013 Jumlah 224.663 229.599 244.500 Penduduk Pertumbuhan 1,67 2,19 6,49 penduduk Sex Ratio 104,68 104,66 104,60 Sumber : Palangka Raya dalam Angka 2014 Sex Ratio Kota Palangka Raya adalah sebesar 104,60 yang artinya adalah setiap 100 jiwa penduduk perempuan terdapat 104 jiwa penduduk laki-laki yang artinya masih lebih banyak laki-laki dibanding perempuan. Pada tabel 2.1 disajikan beberapa indikator penting mengenai data kependudukan di Kota Palangka Raya. 4

2.1 Karakteristik Penduduk Penduduk Kota Palangka Raya mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Jumlah penduduk Kota Palangka Raya pada tahun 2013 adalah sebesar 244.500 jiwa. Sementara pada tahun 2012 jumlah penduduk di Kota Palangka Raya adalah sebesar 229.599 jiwa yang artinya terjadi peningkatan penduduk dalam kurun waktu setahun yaitu 14.901 jiwa atau 6.49 persen. Berdasarkan tabel 2.2, Kecamatan Jekan Raya tercatat memiliki jumlah penduduk terbanyak di Kota Palangka Raya yaitu sebesar 126.993 jiwa yang terdiri dari 64.760 jiwa laki-laki dan 62.233 jiwa perempuan sementara Kecamatan Rakumpit memiliki jumlah penduduk paling sedikit yaitu sebesar 3.186 jiwa yang terdiri dari 1.684 jiwa laki-laki dan 1.502 jiwa perempuan. Kepadatan penduduk di Kota Palangka Raya adalah sebesar 91,28 jiwa per Km2 yang artinya adalah kepadatan penduduk di Kota Palangka Raya adalah sebanyak 91 jiwa per Km2. Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2013 Kota Palangka Raya berdasarkan Kecamatan Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah Pahandut 43 653 41 938 85 591 Sebangau 8 217 7 642 15 859 Jekan Raya 64 760 62 233 126 993 Bukit Batu 6 686 6 185 12 871 Rakumpit 1 684 1 502 3 186 Total 125 000 119 500 244 500 Sumber : Palangka Raya Dalam Angka 2014 5

Penduduk usia produktif adalah penduduk yang berada pada usia 15 sampai dengan 64 tahun sedangkan usia non produktif adalah penduduk yang berada pada usia kurang dari 15 tahun atau lebih dari 64 tahun. Banyaknya penduduk usia produktif dapat menggambarkan besarnya potensi angkatan kerja yang dapat diperoleh dalam suatu wilayah. Persentase penduduk usia produktif (15 64 tahun) di Kota Palangka Raya tahun 2013 adalah 71,19 persen sementara untuk penduduk usia non produktif adalah sebesar 28,81 persen. Jumlah penduduk usia produktif dan non produktif menentukan angka ketergantungan atau dependency ratio di suatu wilayah. Berdasarkan data tersebut didapatkan bahwa angka ketergantungan penduduk adalah sebesar 40,46 yang Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Kota Palangka Raya Tahun 2013 Kelompok Umur Laki- Laki Perempuan Laki-Laki + Perempuan (1) (2) (3) (4) 0--4 12 128 11 587 23 715 5--9 10 652 9 885 20 537 10--14 10 131 9 929 20 060 15--19 12 150 13 240 25 390 20--24 14 975 14 593 29 568 25--29 11 343 11 131 22 474 30--34 11 207 10 776 21 983 35--39 10 419 9 807 20 226 40--44 9 045 8 489 17 534 45--49 7 515 6 707 14 222 50--54 5 883 4 971 10 854 55--59 4 210 3 383 7 593 60--64 2 344 1 883 4 227 65--69 1 406 1 323 2 729 70--74 837 867 1 704 75+ 755 929 1 684 Jumlah 125 000 119 500 244 500 Sumber : Palangka Raya Dalam Angka 2014 berarti bahwa setiap 100 orang penduduk usia produktif harus menanggung 40 orang usia non produktif. Terjadi penurunan sebesar 1,6 jika dibandingkan dengan tahun 2012 dimana angka ketergantungan penduduk di Kota Palangka Raya tahun 2012 adalah sebesar 42,22. Berdasarkan tabel 2.3, terlihat bahwa jumlah penduduk laki-laki di semua kelompok umur lebih besar dibanding penduduk perempuan kecuali untuk kelompok umur 15 s.d 19 tahun dan penduduk diatas umur 70 tahun. 6

Kelompok umur 20 s.d 24 tahun adalah merupakan kelompok umur dengan penduduk paling banyak di kota Palangka Raya tahun 2013. Hal ini dikarenakan antara lain karena Palangka Raya adalah salah satu kota tujuan mahasiswa dan juga tujuan mencari pekerjaan dari kabupaten-kabupaten lainnya. Gambar 2.1 Piramida Penduduk Kota Palangka Raya Tahun 2013 Struktur umur penduduk menurut jenis kelamin secara grafik dapat digambarkan dalam bentuk piramida penduduk. Piramida penduduk adalah cara penyajian lain dari struktur umur penduduk. Dasar piramida penduduk menunjukkan jumlah penduduk, dan badan piramida penduduk bagian kiri dan kanan menunjukkan banyaknya penduduk laki-laki dan penduduk perempuan menurut umur. Dengan melihat proporsi penduduk laki-laki dan perempuan dalam tiap kelompok umur pada piramida tersebut, dapat diperoleh gambaran mengenai sejarah perkembangan penduduk masa lalu dan mengenai perkembangan penduduk masa yang akan datang. Struktur umur penduduk saat ini merupakan hasil kelahiran, 7

kematian dan migrasi masa lalu. Sebaliknya, struktur umur penduduk saat ini akan menentukan perkembangan penduduk di masa yang akan datang. Dilihat dari piramida penduduk Kota Palangka Raya Tahun 2013, alas pada kelompok umur 0-4 tahun lebih lebar dibanding kelompok umur 5-9 tahun. Ini berarti dalam kurun waktu 4 tahun terakhir angka kelahiran Kota Palangka Raya meningkat. Dari gambar tersebut dapat terlihat bahwa struktur penduduk Kota Palangka Raya tergolong dalam struktur penduduk muda. Kelompok umur 20-24 tahun mempunyai alas paling lebar dan makin keatas makin mengerucut. Semakin keatas, alas semakin mengecil. Hal ini berarti bahwa penduduk yang tergolong ke umur tua semakin sedikit. 2.2 Pertumbuhan Penduduk Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah yang akan datang. Indikator tingkat pertumbuhan penduduk sangat berguna untuk memprediksi jumlah penduduk di suatu wilayah atau negara dimasa yang akan datang. Dengan diketahuinya jumlah penduduk yang akan datang, diketahui pula kebutuhan dasar penduduk ini, tidak hanya di bidang sosial dan ekonomi tetapi juga di bidang politik. Kelahiran dan perpindahan penduduk disuatu wilayah menyebabkan bertambahnya jumlah penduduk di wilayah yang bersangkutan. Sedangkan kematian menyebabkan berkurangnya jumlah penduduk di wilayah tersebut. Kelahiran dan kematian merupakan faktor pertumbuhan alami, sedangkan perpindahan penduduk merupakan faktor pertumbuhan non alami. Selain faktor demografi, secara tidak langsung pertumbuhan penduduk juga di pengaruhi oleh faktor-faktor non demografi. Faktor nondemografi yang penting ialah kesehatan dan pendidikan. Pengaruh kesehatan dalam pertumbuhan penduduk terlihat dari jumlah kematian. Semakin maju tingkatan kesehatan,maka jumlah kematian menurun,yang selanjutnya dapat menyebabkan pertumbuhan pertumbuhan penduduk besar,apabila jumlah kelahiran besar. Kesehatan juga berhubungan dengan pendidikan. Semakin tinggi pendidikan maka kesehatan akan semakin baik. Pertumbuhan penduduk di Kota Palangka Raya Tahun 2013 adalah sebesar 8

6,49 persen. Ini berarti pada tahun 2013, jumlah penduduk Kota Palangka Raya bertambah. Terjadi peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan tahun 2012 dimana pada tahun 2012 pertumbuhan penduduk Kota Palangka Raya adalah sebesar 2,19 persen. Selain karena faktor pertumbuhan alami yaitu kelahiran dan kematian, banyaknya penduduk dari wilayah lain yang pindah ke Kota Palangka Raya juga mengakibatkan pertumbuhan penduduk naik cukup pesat pada tahun 2013. Gambar 2.2 Pertumbuhan Penduduk Kota Palangka Raya Tahun 2011 s.d 2013 7 6 6,49 5 4 3 2 1 1,67 2,19 0 2011 2012 2013 Sumber : Palangka Raya Dalam Angka 2014 2.3 Persebaran Penduduk Persebaran yang tidak merata sangat berkaitan dengan permasalahan kemasyarakatan, daya dukung serta daya tampung lingkungan/wilayah, juga persoalan penyediaan kebutuhan terhadap lapangan pekerjaan, serta tenaga kerjanya.kota Palangka Raya memiliki kepadatan yang tinggi dibandingkan kabupaten lainnya, sehingga perlu penyeimbangan persebaran penduduk melalui pemerataan pembangunan wilayah, penciptaan lapangan kerja di daerah-daerah yang jarang penduduknya. 9

Secara administratif pemerintahan Kota Palangka Raya dibagi menjadi 5 kecamatan dan 30 kelurahan dengan total luas wilayah sebesar 2.678,51 Km2. Sampai dengan tahun 2013 persebaran penduduk Kota Palangka Raya masih belum merata. Meskipun akses antar Kecamatan di Kota Palangka Raya sudah relatif mudah, namun fasilitas di setiap Kecamatan tidaklah sama. Faktor fasilitas hiburan, tingkat keramaian dan kemudahan akses fasilitas umum penting lainnya merupakan faktor penyebab tingkat persebaran penduduk yang tidak merata di Kota Palangka Raya dan cenderung terkonsentrasi pada pusat Kota (Kecamatan Pahandut dan Kecamatan Jekan Raya). Tabel 2.4 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kecamatan Kepadatan Penduduk per Km 2 Kota Palangka Raya Tahun 2013 Luas Daerah (Km 2 ) Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk (1) (2) (3) (4) Pahandut 117,25 85.591 729,99 Sebangau 583,50 15.859 27,18 Jekan Raya 352,62 126.993 360,14 Bukit Batu 572,00 12.871 22,50 Rakumpit 1.053,14 3.186 3,03 Persebaran penduduk Kota Palangka Raya tahun 2013 masih belum merata dan masih terpusat di daerah Kota Jumlah 2.678,51 244.500 91,28 Sumber : Palangka Raya Dalam Angka 2014 Berdasarkan tabel 2.4, dapat dilihat bahwa kepadatan penduduk Kota Palangka Raya adalah sebesar 91,28 yang artinya bahwa ada 91 jiwa yang tinggal dalam 1 km2. Jika dibandingkan dengan tahun 2012, terjadi peningkatan dimana pada tahun 2012 kepadatan penduduk Kota Palangka Raya hanya sebesar 86 jiwa per km2. Kecamatan Pahandut merupakan kecamatan yang wilayahnya paling padat yaitu sebesar 729,99 atau 730 jiwa dalam 1 km2. Sementara kecamatan Rakumpit merupakan kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk paling rendah yaitu hanya sebesar 3,03 jiwa per km2. 10

Banyaknya pendudut yang tinggal di daerah perkotaan yaitu di Kecamatan Pahandut dan Kecamatan Jekan Raya memberikan gambaran bahwa ketimpangan pembangunan baik fisik maupun non fisik, akan mendorong keinginan penduduk untuk pindah menjadi tinggi. Arus perpindahan penduduk biasanya bergerak dari daerah yang agak terbelakang pembangunannya ke daerah yang lebih maju, sehingga daerah yang sudah padat menjadi semakin padat, karena biasanya daerah yang sudah maju lebih padat penduduknya. Disamping itu ada juga daerahdaerah yang penduduknya mempunyai perilaku atau kebiasaan pindah ke daerah lain atau lebih sering disebut merantau baik untuk alasan mencari nafkah. Pemerataan pembangunan mutlak dilakukan jika ingin mendapatkan persebaran penduduk yang merata. Pembangunan fasilitas-fasilitas kesehatan, pendidikan, akses jalan dan lain-lain dapat memberikan daya tarik terhadap suatu daerah. Pemerataan kesempatan kerja juga harus diperhatikan karena salah satu alas an migrasi penduduk ke daerah perkotaan adalah harapan mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang lebih baik dibanding di daerah perdesaan. 2.4 Keluarga Berencana Keluarga Berencana adalah salah satu usaha mencapai kesejahteraan dengan jalan memberikan nasehat perkawinan dan penjarangan kehamilan dengan pemberian alat kontrasepsi. Tujuan utama pelaksanaan keluarga berencana adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak, keluarga serta masyarakat pada umumnya. Dengan berhasilnya pelaksanaan keluarga berencana diharapkan angka kelahiran dapat diturunkan, sehingga tingkat kecepatan perkembangan penduduk tidak melebihi kemampuan kenaikan produksi. Dengan demikian taraf kehidupan dan kesejahteraan rakyat diharapkan akan lebih meningkat. Berdasarkan gambar 2.3, Kecamatan Jekan Raya adalah kecamatan dengan jumlah akseptor KB aktif dan baru yang paling banyak pada tahun 2013 yaitu 18.536 jiwa untuk akseptor KB aktif dan 4.161 jiwa untuk akseptor baru. 11

Umumnya Pasangan Usia Subur (PUS) sudah menyadari perlunya ber-kb dan mereka memahami bahwa dengan dua anak lebih baik, jumlah keluarga yang terencana, dan jarak kelahiran yang tepat sesuai perencanaan. Pada tahun 2013 terdapat sekitar 66,83 persen wanita berumur 15-49 tahun yang berstatus menikah yang sedang menggunakan KB. Selain itu tercatat pula 17,45 persen wanita berumur 15-49 tahun yang berstatus menikah tidak menggunakan KB lagi, dan 15,71 persen wanita berumur 15-49 tahun yang berstatus menikah yang tidak pernah menggunakan KB. Dari sejumlah pemakai alat kontrasepsi,alat/cara KB yang paling banyak digunakan adalah suntik dan pil, dimana terdapat 60,49 persen wanita yang menggunakan suntik dan 33,27 persen menggunakan pil KB, sedangkan sisanya alat kontrasepsi yang lain. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh adanya sasaran dari Gambar 2.3 Jumlah Akseptor KB Aktif dan Baru Kota Palangka Raya Tahun 2013 20000 18536 15000 10000 5000 7091 3327 2826 1023 4161 2137 360 663 220 0 Pahandut Sabangau Jekan Raya Bukit Batu Rakumpit Aktif Baru Sumber : Palangka Raya Dalam Angka 2014 program itu sendiri, dan juga karena lebih praktis dan kemudahan pelayanan bagi para pengguna. Sebaliknya pengguna alat/cara KB jangka panjang seperti IUD, tubektomi maupun vasektomi masih sangat rendah. Proporsi besarnya pemakaian IUD sebesar 1,25 persen, padahal IUD merupakan salah satu alat KB yang efektif, karena tingkat ke- 12

Tabel 2.5 Persentase Wanita Berumur 15-49 Tahun yang Kawin Menurut Jenis Alat Kontrasepsi yang Digunakan di Kota Palangka Raya Tahun 2013 Jenis KB Persentase MOW/tubektomii 0,61 MOP/vasektomi 0,45 AKDR/IUD/spiral 1,25 Suntikan KB 60,49 Susuk KB/norplan/ 1,96 implanon/alwalit Pil KB 33,27 Kondom/karet KB 0,69 Intervag/tisue 0,00 Kondom wanita 0,00 Pasangan usia subur di Kota Palangka Raya umumnya lebih suka menggunakan alat/cara KB jangka pendek Cara tradisional 1,28 Jumlah 100,00 Sumber : Susenas 2013 Provinsi Kalimantan Tengah langsungan pemakaian IUD lebih tinggi dibandingkan pil atau kondom. Diharapkan dengan pemakaian IUD akan lebih menjamin keberhasilan program KB. Berdasarkan tabel 2.6, tercatat bahwa akseptor baru di Kota Palangka Raya melebihi target pencapaian yaitu sebesar 9.097 akseptor baru (110,15%) dimana ditargetkan sebesar 8.259 akseptor. Sementara untuk pencapaian akseptor aktif juga mampu melebihi target yaitu sebesar 31.253 akseptor aktif (100,07%) dimana ditargetkan sebesar 31.232 akseptor aktif. Secara persentase, Kecamatan Rakumpit memiliki pencapaian paling besar. 13

yaitu 191,53 persen akseptor baru dan 150,00 persen untuk akseptor aktif. Untuk pencapaian target akseptor baru, Kecamatan Bukit Batu tercatat tidak bisa mencapai target yang ditetapkan yaitu hanya sebesar 78,09 persen. Sementara untuk akseptor aktif, Kecamatan Pahandut tercatat tidak bisa mencapai target yang ditetapkan yaitu hanya sebesar 59,95 persen. Tabel 2.6 Target dan Realisasi Akseptor Baru dan Akseptor Aktif Kota Palangka Raya Tahun 2013 Kecamatan Baru Aktif Target Realisasi % Target Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 01. Pahandut 3 127 3 327 106,40 11 829 7 091 59,95 02. Sabangau 538 1 023 190,15 2 038 2 826 138,67 03. Jekan Raya 4 015 4 161 103,64 15 190 18 536 122,03 04. Bukit Batu 461 360 78,09 1 733 2 137 123,31 05. Rakumpit 118 226 191,53 442 663 150,00 Jumlah 8 259 9 097 110,15 31 232 31 253 100,07 Sumber : Palangka Raya Dalam Angka 2014 Berdasarkan tabel 2.6, dapat dilihat bahwa secara umum di Kota Palangka Raya pada tahun 2013 target akseptor KB baik akseptor baru maupun akseptor aktif telah mencapai target yang ditetapkan. Ini berarti bahwa penduduk di Kota Palangka Raya telah memiliki kesadaran pentingnya program keluarga berencana yang ditetapkan oleh pemerintah. Diharapkan dengan semakin meningkatnya kesadaran memakai KB, maka angka kelahiran di Kota Palangka Raya dapat ditekan agar tidak mengalami pertambahan penduduk yang besar. Khusus untuk Kecamatan Bukit Batu dan Kecamatan Pahandut yang realisasinya tidak mencapai target agar dapat dilakukan sosialisasi mengenai pentingnya program Keluarga Berencana sehingga diharapkan di tahun depan angka pencapaian akseptor baru dan akseptor aktif di kecamatan tersebut mampu mencapai target yang ditetapkan. 14

2.5 Anak Lahir Hidup Anak Lahir Hidup (ALH) merupakan indikator yang digunakan untuk mengetahui rata-rata jumlah kelahiran hidup dari sekelompok penduduk perempuan selama masa reproduksinya. Pengaruh umur pada paritas ALH mencerminkan pola hubungan yang positif, artinya semakin tinggi umur perempuan, semakin banyak anak yang dimiliki, karena masa kemungkinan hamil semakin panjang (time of exposure to risk). Hubungan ini selain mencerminkan hubungan proses pembentukan keluarga, dapat juga memperlihatkan proses perubahan fertilitas antar waktu. Pada tahun 2013, rata-rata anak lahir hidup adalah 2,03. Ini berarti secara rata -rata untuk wanita usia produktif yaitu dari umur 15-49 tahun di Kota Palangka Raya dapat melahirkan anak lahir hidup sebanyak 2 orang. Angka ALH untuk tahun 2013 mengalami penurunan sedikit dibandingkan tahun 2012 dimana pada tahun 2012, ALH Kota Palangka Raya adalah sebesar 2,12. Gambar 2.4 Rata-Rata Anak Lahir Hidup Menurut Kelompok Umur, Kota Palangka Raya Tahun 2012-2013 3,5 3 3,05 2,87 3,4 3,43 2,5 2 1,5 1 1,02 0,83 0,95 1,47 1,19 2,04 1,91 2,47 2,32 2012 2013 0,5 0,39 0 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 Sumber : Susenas 2012-2013 Prov.Kalimantan Tengah 15

Berdasarkan gambar 2.4 dapat dilihat perkembangan ALH dari tahun 2012 di Kota Palangka Raya. Terjadi penurunan yang cukup signifikan pada kelompok umur ibu 15-19 tahun. Kurangnya pengetahuan mengenai perawatan saat kehamilan bisa jadi merupakan salah satu faktor terjadinya penurunan tersebut. ALH pada kelompok umur 15-19 tahun pada tahun 2013 hanya sebesar 0,39 sementara untuk tahun 2012 sebesar 1,02. Gambar 2.4 juga menunjukkan bahwa selama kurun waktu 2012-2013 fertilitas kumulatif untuk setiap kelompok umur yang dicerminkan oleh ALH di Kota Palangka Raya rata-rata mengalami sedikit penurunan di kelompok umur ibu usia muda kecuali untuk kelompok umur 20-24 tahun, sementara untuk kelompok umur tua pada umumnya mengalami peningkatan walaupun tidak terlalu banyak kecuali untuk kelompok umur 40-44 tahun. Ini berarti selama periode tersebut mempunyai pola yang sama yaitu cenderung rendah untuk kelompok umur muda dan semakin meningkat pada kelompok umur tua. 16

3 PENDIDIKAN P endidikan merupakan sektor yang paling strategis dalam pembangunan nasional. Oleh karena itu aspek yang penting untuk diperhatikan untuk memberdayakan manusia menuju pembangunan adalah pendidikan karena dengan pendidikan kita tidak hanya mempunyai bekal pengetahuan tetapi juga memiliki kemampuan untuk berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan pembangunan masyarakat. Dengan adanya pendidikan, masyarakat bisa berpikir kreatif dan mampu mengikuti perubahan seperti penggunaan inovasi baru, penerapan teknologi, dan pola pikir yang brorientasi pada pembangunan. Masyarakat yang tidak mampu berubah untuk mengikuti perkembangan zaman akan semakin tertinggal. Selain itu, salah satu dimensi dalam mengidentifikasi masalah kemiskinan adalah pendidikan yaitu rendahnya pendidikan merupa- Tabel 3.1 Jumlah Sekolah, Kelas, Guru dan Murid (SD, SLTP & SLTA) di Kota Palangka Raya Tahun 2012 s.d 2013 Tahun Sekolah Kelas Guru Murid (1) (2) (3) (4) (5) 2013 365 2231 5326 49810 2012 353 1922 5182 47579 Sumber : Palangka Raya Dalam Angka 2014 kan salah satu penyebab kemiskinan. 3.1 Sarana Pendidikan Keberadaan sarana pendidikan merupakan salah satu faktor penting tercapainya keberhasilan pemerintah di bidang pendidikan. Kualitas pendidikan yang diterapkan tergantung pada ketersediaan fasilitas/sarana pendidikan yang ada baik dari sarana fisik maupun sumber daya manusianya (guru). Rasio murid-guru, murid-kelas, dan guru-sekolah merupakan ukuran yang dapat menggambarkan tingkat ketersedi- 17

rasio, berarti semakin baik keadaan fasilitas pendidikan yang tersedia. Selain itu rasio murid-guru menggambarkan kepadatan kelas sebagai ruang belajar. Berdasarkan grafik 3.1, dapat dilihat bahwa untuk rasio murid-guru di Kota Palangka Raya tahun 2013 adalah sebesar 9,35. Ini berarti bahwa 1 orang guru mengajar 9 murid. Rasio ini sedikit meningkat dibandingkan dengan kondisi tahun 2012 yaitu 9,18. Sementara untuk rasio murid-kelas serta rasio guru-sekolah mengalami penurunan dibanding tahun 2012. Gambar 3.1 Rasio Murid-Guru, Murid-Kelas, dan Guru- Sekolah Kota Palangka Raya Tahun 2012 s.d 2013 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 9,35 9,18 24,75 22,33 14,59 14,68 2013 2012 Untuk tahun 2013, tercatat bahwa 1 guru mengajar 9 murid, 1 kelas dapat 5,00 menampung 0,00 rasio murid/guru rasio murid/kelas rasio guru/sekolah 22 murid, dan 1 sekolah tersedia 15 guru. Sumber : Palangka Raya Dalam Angka 2014 Berdasarkan tabel 3.2, dapat dilihat bahwa pada tahun 2013, jumlah SD/MI adalah sebanyak 128 buah, SMP/Mts sebanyak 58 buah, dan SMA/MA/SMK sebanyak 46 buah. Jumlah kelas untuk SD/MI adalah sebanyak 1.964 kelas, 448 kelas untuk SMP/MTs, dan 426 kelas untuk SMA/MA/SMK. Jumlah guru untuk SD/MI adalah sebanyak 2.319 guru, 1.307 guru untuk SMP/MTs, dan 1.345 guru untuk SMA/MA/SMK. Sementara jumlah siswa untuk SD/MI adalah 29.113 siswa, 12.496 siswa untuk SMP/MTs, dan 10.818 siswa untuk SMA/ MA/SMK. 18

Tabel 3.2 Jumlah Sekolah, Kelas, Guru dan Siswa Menurut Jenis Sekolah di Kota Palangka Raya Tahun 2013 Uraian SD/MI SMP/MTs SMA/MA/ Jumlah Sekolah 128 58 46 Jumlah Kelas 1964 448 426 Jumlah Guru 2319 1307 1345 Jumlah Siswa 29113 12496 10818 Sumber : Statistik Daerah Kota Palangka Raya Tahun 2014 Berdasarkan grafik 3.2, dapat dilihat secara garis besar bahwa untuk tiap jenjang pendidikan yaitu SD, SMP, SMA, dan SMK, tercatat bahwa Kecamatan Rakumpit memiliki rasio murid-guru paling kecil untuk tiap jenjang pendidikan. Hal ini berarti menunjukkan bahwa kondisi ketersediaan sarana pendidikan di kecamatan tersebut sudah cukup baik. Untuk tiga jenjang pendidikan yaitu SD s.d SMA, tercatat bahwa Kecamatan Jekan Raya memiliki rasio murid-guru paling besar dibanding kecamatan lain. Gambar 3.2 Rasio Murid-Guru Menurut Jenjang Sekolah dan Kecamatan di Kota Palangka Raya Tahun 2013 16,00 14,00 12,99 13,91 12,00 11,18 10,54 10,73 11,60 10,00 8,00 6,00 4,00 8,89 7,37 7,55 9,02 5,96 5,68 6,02 4,82 2,52 6,90 4,39 3,673,86 3,00 01. Pahandut 02. Sabangau 03. Jekan Raya 04. Bukit Batu 05. Rakumpit 2,00 0,00 SD SMP SMA SMK Sumber : Palangka Raya Dalam Angka 2014 19

Hal ini menunjukkan bahwa Kecamatan Jekan Raya perlu ditingkatkan kembali mengenai kuantitas guru untuk tiap jenjang pendidikan. Sementara untuk jenjang SMK, tercatat bahwa Kecamatan Pahandut memiliki rasio murid-guru paling besar. Seperti diketahui, Kecamatan Jekan Raya dan Pahandut merupakan daerah perkotaan sehingga jumlah penduduk di wilayah kecamatan ini cukup besar. Hal ini mengakibatkan kuantitas siswa di dua kecamatan ini lebih banyak dibanding kecamatan lain. Oleh karena itu, penambahan guru diperlukan untuk mengakomodir banyaknya siswa di dua kecamatan tersebut. 3.2 Partisipasi Sekolah Keberhasilan pembangunan suatu wilayah ditentukan oleh sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan merupakan salah satu cara meningkatkan kualitas SDM tersebut. Oleh karena itu peningkatan mutu pendidikan harus terus diupayakan, dimulai dengan membuka kesempatan seluas-luasnya kepada penduduk untuk mengenyam pendidikan, hingga pada peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pendidikan. Untuk mengetahui seberapa banyak penduduk yang memanfaatkan fasilitas pendidikan dapat dilihat dari persentase penduduk menurut partisipasi sekolah. Untuk melihat partisipasi sekolah dalam suatu wilayah biasa dikenal beberapa indikator untuk mengetahuinya, antara lain: Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Kasar (APK), serta Angka Partisipasi Murni (APM). Angka Partisipasi Sekolah (APS) didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah murid kelompok usia sekolah tertentu yang bersekolah pada berbagai jenjang pendidikan dengan penduduk kelompok usia sekolah yang sesuai dan dinyatakan dalam persentase. Indikator ini digunakan untuk mengetahui banyaknya anak usia sekolah yang telah bersekolah di semua jenjang pendidikan. Makin tinggi APS berarti makin banyak anak usia sekolah yang bersekolah di suatu daerah. Nilai ideal APS adalah sebesar 100 % dan tidak akan terjadi lebih besar dari 100 %, karena murid usia sekolah dihitung dari murid yang ada di semua jenjang pendidikan pada 20

suatu daerah. APS merupakan ukuran daya serap sistem pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. APS yang tinggi menunjukkan tingginya partisipasi sekolah dari penduduk usia tertentu. Ukuran yang banyak digunakan di sektor pendidikan, misalnya pertumbuhan jumlah murid, lebih menunjukkan perubahan jumlah murid yang mampu ditampung di setiap jenjang sekolah. Naiknya jumlah murid tidak dapat diartikan sebagai semakin meningkatnya partisipasi sekolah. Partisipasi sekolah yang akan dibahas adalah partisipasi sekolah berkaitan dengan aktivitas pendidikan seseorang. APS merupakan indikator dasar yang digunakan untuk melihat akses pada pendidikan khususnya bagi penduduk usia sekolah. Indikator ini juga dapat digunakan untuk melihat struktur kegiatan penduduk yang berkaitan dengan sekolah. Berdasarkan tabel 3.3, dapat dilihat bahwa untuk APS penduduk usia pendidikan SD (7-12 tahun) di Kota Palangka Raya tahun 2013 sudah mencapai 100,00 persen. Sementara untuk jenjang pendidikan SMP (13-15 tahun) nilai APS adalah 95,29 persen. APS usia penduduk tingkat pendidikan SMP yang masih lebih rendah dibanding APS usia SD menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah, mengingat pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun yang dicanangkan pemerintah sudah berjalan lebih dari satu dasawarsa, akan tetapi belum meliputi seluruh anak usia 13-15 tahun yang ada. Selain itu, nilai APS usia SMP pada tahun 2013 mengalami sedikit peningkatan dibanding tahun 2012. Hal ini agar dapat terus ditingkatkan oleh pemerintah Kota Palangka Raya ke depan agar dapat meningkatkan partisipasi sekolah wajib belajar 9 tahun di Kota Palangka Raya. APS untuk pendidikan SMA (16-18 tahun) adalah sebesar 74,48 persen. Untuk pendidikan Perguruan Tinggi dan sederajat, nilai APS makin rendah yaitu hanya 48,21 persen. Nilai APS untuk pendidikan Perguruan Tinggi yang masih minim ini menjadi salah satu catatan penting bagi Pemerintah Kota Palangka Raya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menempuh pendidikan setinggi mungkin sebagai bekal penting untuk meningkatkan taraf kesejahteraan hidup. 21

Tabel 3.3 Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Kota Palangka Raya Tahun 2012 s.d 2013 Kelompok Umur / 2012 2013 Jenis Kelamin (1) (2) (3) 7-12 tahun - Laki-laki 100,00 100,00 - Perempuan 100,00 100,00 - Total 100,00 100,00 13-15 tahun - Laki-laki 97,13 93,26 - Perempuan 92,45 97,55 - Total 95,05 95,29 16-18 tahun - Laki-laki 70,10 81,84 - Perempuan 70,83 66,64 - Total 70,51 74,48 19-24 tahun - Laki-laki 42,50 49,93 - Perempuan 54,00 46,36 - Total 48,39 48,21 Sumber : Susenas 2013, BPS Provinsi Kalimantan Tengah Pada usia 13-15 tahun, APS lakilaki lebih rendah dibandingkan APS perempuan. Salah satu penyebabnya karena pada usia tersebut, penduduk lakilaki mulai mencari pekerjaan dan tidak melanjutkan pendidikannya. Sementara di usia 16-18 tahun, APS perempuan lebih rendah dibanding laki-laki. Salah satu penyebabnya adalah pada usia ini perempuan cenderung memutuskan menikah dan tidak melanjutkan sekolah 22

Gambar 3.3 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Ke Atas Menurut Ijazah Tertinggi Yang Dimiliki Kota Palangka Raya Tahun 2013 40,00 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 34,85 19,62 17,95 10,46 10,92 2,64 3,06,49 2013 Sumber : Susenas 2013, BPS Provinsi Kalimantan Tengah 3.3 Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Pendidikan yang ditamatkan merupakan salah satu ukuran kualitas SDM. Semakin banyak penduduk yang berpendidikan tinggi menunjukkan kualitas penduduk yang semakin baik. Selain itu, tingginya tingkat pendidikan yang dapat dicapai mencerminkan taraf intelektualitas masyarakat. Pendidikan merupakan investasi SDM yang diperlukan sebagai salah satu pendukung keberlangsungan pembangunan bangsa. Kualitas SDM yang makin tinggi diharapkan dapat menjadikan daya saing semakin tinggi di tengah era persaingan global. Dari gambar 3.4, terlihat bahwa pada tahun 2013 persentase tertinggi adalah penduduk yang tamat pada jenjang pendidikan SMA/MA/Paket C sebesar 35,34 persen, diikuti tamat SD/MI/Paket A sebesar 20,29 persen, dan 17,41 persen untuk tamat SMP/MTs/Paket B. Sedangkan persentase tamat S1/DIV adalah sebesar 12,55 persen, tamat SMK sebesasr 2,56 persen, tamat Akademi/Diploma III sebesar 3,46 persen, tamat DI/DII sebesar 0,58 persen. Sementara untuk persentase penduduk yang tidak mempunyai ijazah masih cukup besar yaitu 7,81 persen. 23

Gambar 3.4 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun atau Lebih Menurut Ijazah Tertinggi Yang Dimiliki dan Jenis Kelamin, Kota Palangka Raya Tahun 2013 Laki-Laki Perempuan 35,91 33,75 18,45 20,84 18,40 17,48 8,68 12,31 13,25 8,49 2,70 2,59,08 0,92 2,53 3,62 Sumber : Susenas 2013, BPS Provinsi Kalimantan Tengah Berdasarkan jenis kelamin, persentase perempuan yang tidak mempunyai ijazah sedikit lebih besar daripada laki-laki. Persentase perempuan yang tidak mempunyai ijazah adalah sebesar 9,20 persen sedangkan laki-laki sebesar 6,56 persen. Berdasarkan gambar 3.5 tercatat Tidak ada pengaruh gender dalam partisipasi pendidikan di Kota Palangka Raya bahwa persentase perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki adalah untuk pendidikan tertinggi SD/MI/Paket A, SMK, DI/DII, dan Akademi/Diploma III. Untuk jenjang pendidikan lain, persentase lakilaki sedikit lebih banyak dibanding perempuan. 24

Salah satu indikator lain untuk menggambarkan tingkat pendidikan adalah rata -rata lama sekolah penduduk umur 15 tahun keatas. Rata-rata lama sekolah penduduk 15 tahun keatas merupakan cerminan tingkat pendidikan penduduk secara keseluruhan. Rata-rata lama sekolah (mean years of schooling) merupakan indikator yang menunjukkan rata-rata jumlah tahun efektif untuk bersekolah yang dicapai penduduk. Jumlah tahun efektif adalah jumlah tahun standar yang harus dijalani seseorang untuk menamatkan suatu jenjang pendidikan. Perhitungan lama sekolah dilakukan tanpa memerhatikan apakah seseorang menamatkan sekolah lebih cepat atau lebih lama dari waktu yang telah ditetapkan. Rata-rata lama sekolah merupakan indikator yang diformulasikan oleh UNDP pada tahun 1990 untuk penyusunan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Berdasarkan Renstra Kemendikbud tahun 2009-2014, disebutkan bahwa pencapaian pembangunan pendidikan salah satunya adalah rata-rata lama sekolah adalah sekurang-kurangnya 8,25 tahun dapat dicapai pada tahun 2014. Pada tahun 2013, rata-rata lama sekolah penduduk umur 15 tahun keatas pada tahun 2013 adalah sebesar 10,90 tahun. Ini berarti bahwa secara rata-rata pendidikan penduduk umur 15 tahun keatas adalah sampai jenjang pendidikan kelas 1 SMA. Angka ratarata lama sekolah ini sudah mencapai target yang ditetapkan oleh Kemendikbud. Berdasarkan gambar 3.6, dapat dilihat bahwa rata-rata lama sekolah di Kota Palangka Raya menunjukkan Gambar 3.5 Rata-Rata Lama Sekolah, Kota Palangka Raya Tahun 2010-2013 peningkatan tiap tahun. Kondisi ini menggambarkan bahwa kesempatan 11 10,9 10,9 masyarakat untuk mem- 10,8 10,8 peroleh pendidikan men- 10,7 galami peningkatan. Jika rata-rata lama sekolah terus meningkat, diharapkan sasaran pembangunan 10,6 10,5 10,4 10,3 10,55 10,57 2010 2011 2012 2013 Series1 pendidikan dapat tercapai. Sumber : Statistik Daerah Kota Palangka Raya Tahun 2014 25

3.4 Angka Melek Huruf Melek huruf atau melek aksara adalah kemampuan seseorang untuk membaca dan menulis. Kemampuan membaca sangat penting untuk pemeliharaan dan pengembangan kehidupan. Melalui kegiatan membaca, setiap orang dapat mengikuti perkembangan baru yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Angka melek huruf merupakan salah satu variabel dalam menentukan indeks pembangunan manusia (IPM). Pemberantasan buta aksara sangat diperlukan karena merupakan suatu investasi sumber daya manusia yang mempengaruhi aspek lain dalam kehidupan. Kebutaaksaraan dapat menimbulkan efek negatif terhadap generasi kedua, dikarenakan ibu yang buta aksara cenderung tidak memiliki pengetahuan yang memadai terhadap kebutuhan-kebutuhan anaknya pada usia dini yang merupakan masa emas/golden age, sehingga mempengaruhi perkembangan kesehatan, emosi, sosial, dan intelektualnya (Kusnadi, 2005). Indonesia telah melakukan kegiatan Pemberantasan Buta Aksara (PBA) melalui kurun waktu yang panjang. Berbagai program telah dilaksanakan seperti kursus A-B-C, Program Pemberantasan Buta Huruf Fungsional, Kejar Paket A, dan Program Keaksaraan Fungsional. Angka melek huruf (AMH) usia 10 tahun ke atas untuk Kota Palangka Raya tahun 2013 adalah sebesar 99,38 persen. Ini berarti masih ada 0,62 persen penduduk Kota Palangka Raya usia 10 tahun keatas yang buta huruf. AMH usia 10 tahun keatas untuk laki-laki sedikit lebih besar dibanding perempuan dimana AMH laki-laki adalah sebesar 99,56 persen dan AMH perempuan adalah sebesar 99,19 persen. Tabel 3.4 Angka Melek Huruf Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas Berdasarkan Jenis Kelamin Kota Palangka Raya Tahun 2013 Jenis Kelamin AMH (1) (2) Laki-Laki 99,56 Perempuan 99,19 Laki-Laki + Perempuan 99,38 Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Tengah 26

Jika dibandingkan dengan AMH usia 10 tahun keatas pada tahun 2012, terjadi penurunan sedikit dimana AMH pada tahun 2012 adalah sebesar 99,95 persen. Hal ini menjadi catatan untuk pemerintah Kota Palangka Raya untuk lebih giat lagi mensukseskan program-program pemberantasan buta aksara di Kota Palangka Raya. Pada gambar 3.7, disajikan perkembangan AMH usia 10 tahun ke atas dari tahun Gambar 3.6 Angka Melek Huruf Kota Palangka Raya Tahun 2009 s.d 2013 100,2 100 99,8 99,6 99,4 99,2 99 98,8 98,6 98,4 98,2 98 99,95 99,635 99,375 99,3 98,765 2009 2010 2011 2012 2013 AMH 10+ Sumber : Statistik Daerah Kota Palangka Raya, 2012 s.d 2014 27

4 KESEHATAN M asalah kesehatan merupakan kontributor dari kemajuan ekonomi dan pembangunan di suatu negara dan Pemerintah berkewajiban membangun serta mempertahankan berbagai kebijakan terkait kesehatan masyarakatnya. Isu kesehatan harus menjadi prioritas bagi para pemimpin dalam rangka menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan dapat dinikmati oleh seluruh penduduk khususnya dalam menciptakan tujuan dan sasaran, yang terkait dengan people's well-being yang dilihat dari peningkatan kualitas hidup. 4.1 Sarana Kesehatan Pada tahun 2013, jumlah sarana kesehatan di Kota Palangka Raya seperti puskesmas, posyandu, dan rumah bersalin dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Tercatat Kecamatan Pahandut memiliki rumah sakit yang Tabel 4.1 Jumlah Rumah Sakit, Puskesmas dan Puskesmas Pembantu Dirinci Menurut Kecamatan, 2013 Kecamatan Rumah Sakit Puskesmas Pustu (1) (2) (3) (4) Pahandut 4 2 12 Sebangau - 2 2 Jekan Raya 3 4 16 Bukit Batu - 1 9 Rakumpit - 1 5 Jumlah 7 10 44 Sumber : Palangka Raya Dalam Angka 2014 paling banyak yaitu 4 buah, diikuti Kecamatan Jekan Raya yang memiiki 3 buah rumah sakit. Sementara untuk Kecamatan Sebangau, Rakumpit, dan Bukit Batu belum memiliki rumah sakit. Sementara untuk puskesmas dan pustu, semua kecamatan di Kota Palangka Raya pada tahun 2013 telah memiliki sarana tersebut. Tercatat Kecamatan Jekan Raya memiliki puskesmas paling banyak yaitu 14 buah. Untuk pustu, Kecamatan Jekan Raya juga memiliki sara- 28

-na pustu terbanyak yaitu 16 buah. Jika dibandingkan dengan tahun 2012, terjadi peningkatan untuk kuantitas rumah sakit dimana pada tahun 2012 jumlah RS di Kota Palangka Raya adalah sebanyak 4 unit. Terjadi penurunan jumlah pustu jika dibandingkan dengan tahun 2012 dimana jumlah pustu pada tahun 2012 adalah sebanyak 46 unit. Gambar 4.1 Banyaknya Tenaga Kesehatan Dirinci Menurut Kecamatan, 2013 80 60 40 20 0 03. Jekan 01. Pahandut 02. Sabangau 04. Bukit Batu 05. Rakumpit Raya Dokter Umum 8 5 15 4 2 Dokter Gigi 3 1 5 0 0 Bidan 43 15 66 14 9 Perawat 49 15 77 19 4 Asisten Apoteker 2 2 6 1 0 Tenaga Teknis 4 1 5 1 0 Sumber : Palangka Raya Dalam Angka 2014 Kecamatan Jekan Raya tercatat memiliki tenaga kesehatan paling banyak yaitu 174 orang sementara Kecamatan Rakumpit tercatat memiliki tenaga kesehatan paling sedikit yaitu 15 orang. Secara umum, sarana dan prasarana kesehatan di Kota Palangka Raya sudah cukup baik 29

4.2 Upaya Perbaikan Kesehatan Keberadaan sarana dan prasarana kesehatan yang ada di Kota Palangka Raya juga harus diselaraskan dengan upaya masyarakat untuk berobat dan memanfaatkan fasilitas yang telah disediakan. Upaya perbaikan kesehatan masyarakat salah satunya adalah mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan bila mempunyai keluhan kesehatan. Pada tahun 2013, masyarakat di Kota Palangka Raya paling banyak melakukan rujukan kesehatan dan berobat di puskesmas dan disusul oleh praktek dokter atau poliklinik. Hal ini sejalan juga dengan program BPJS dimana rujukan pertama dalam berobat adalah puskesmas dan juga praktek dokter. Fasilitas puskesmas dan pustu juga telah dimiliki di setiap kecamatan. Tercatat 45,55 persen penduduk memanfaatkan puskesmas dan pustu sebagai tempat berobat jalan. Berdasarkan gambar 4.2, dapat dilihat bahwa penduduk Kota Palangka Raya telah memanfaatkan fasilitas dan tenaga kesehatan modern untuk berobat. Gambar 4.2 Persentase Penduduk Yang Berobat Jalan Menurut Tempat/ Cara Berobat, 2013 8,84 0,48 17,61 RS Pemerintah RS Swasta 45,55 5,26 22,26 Praktek Dokter/ Poliklinik Puskesmas/ Pustu Praktek Nakes Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Tengah 30

Gambar 4.3 Persentase Balita Menurut Penolong Kelahiran Pertama, 2013 Persentase 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 73,33 18,65 0,75 6,56 0,71 Penolong Kelahiran Pertama Penduduk Kota Palangka Raya telah mempercaya kan tenaga medis sebagai Jenis Penolong Kelahiran penolong kelahiran Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Tengah Jenis tenaga penolong persalinan menentukan keberhasilan persalinan dan akan berpengaruh pada kesehatan ibu dan bayi yang ditolong. Dalam hal ini persalinan yang ditolong oleh tenaga medis, seperti dokter, bidan, dan tenaga medis lainnya dianggap lebih baik dibandingkan tenaga non medis seperti dukun, famili atau lainnya, karena mereka telah mendapat bekal pendidikan dan pengetahuan formal mengenai cara pertolongan persalinan yang benar dan sehat. Walaupun demikian, persalinan di Kota Palangka Raya masih ada yang dibantu oleh dukun bersalin. Berdasarkan gambar 4.3, dapat dilihat bahwa penduduk Kota Palangka Raya sebagian besar memilih bidan sebagai penolong kelahiran pertama. Ada 73,33 persen penduduk Kota Palangka Raya yang memilih bidan, disusul oleh dokter sebesar 18,65 persen, dan dukun bersalin sebesar 6,56 persen. Sementara itu persentase balita yang penolong kelahiran pertama adalah tenaga parademis lain adalah sebesar 0,75 persen dan untuk penolong kelahiran pertama keluarga sebesar 0,71 persen. Sementara itu, untuk penolong kelahiran terakhir bidan masih tetap dipercaya oleh penduduk Kota Palangka Raya yaitu sebesar 74,34 persen. Disusul oleh dokter sebesar 18,33 persen dan dukun bersalin sebesar 6,56 persen. Ber- 31