INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G /

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G /"

Transkripsi

1 Katalog BPS : INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G / BADAN PUSAT STATISTIK KOTA KUPANG

2 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2005/2006 No. Publikasi : Katalog BPS : Ukuran Buku : 15 cm x 21 cm Jumlah Halaman : xiv + 72 Halaman Naskah : Seksi Statistik Sosial Gambar Kulit : Seksi Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik Diterbitkan oleh : BPS Kota Kupang Dicetak oleh : Percetakan Sylvia Kupang Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya

3 KATA PENGANTAR Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Kupang 2005/2006 merupakan kelanjutan dari penerbitan dari seri publikasi yang sama pada tahun-tahun sebelumnya. Penerbitan ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang keadaan dan perkembangan kesejahteraan rakyat Kota Kupang. Dengan demikian diharapkan dari penerbitan buku ini dapat menjadi salah satu bahan acuan dalam pengambilan keputusan atau kebijakan di bidang kesejahteraan rakyat maupun sebagai acuan dalam penelitian selanjutnya. Data yang disajikan dalam publikasi ini merupakan rangkuman dari berbagai data dasar yang bersumber dari survei yang dilakukan oleh BPS serta data-data yang bersifat sekunder dari instansi/dinas pemerintah di Kota Kupang. Dalam penyusunan publikasi ini disadari masih banyak kekurangan sehingga saran maupun kritik dari berbagai pihak sangat diharapkan guna perbaikan di masa yang akan datang. Diucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga publikasi ini dapat diselesaikan. Akhirnya semoga iii

4 penerbitan buku ini dapat bermanfaat bagi kita semua demi melangsungkan pembangunan di Kota Kupang. Kupang, September 2006 Kepala Badan Pusat Statistik Kota Kupang, LODDY LADO NIP iv

5 DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel. Daftar Gambar. Pendahuluan BAB I Kependudukan Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk 1.2. Kepadatan Penduduk 1.3. Komposisi Umur dan Jenis Kelamin Perkawinan dan Keluarga Berencana BAB II Kesehatan dan Gizi Status Kesehatan Status Gizi Balita Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan.. BAB III Pendidikan Tingkat Pendidikan 3.2. Tingkat Partisipasi Sekolah Fasilitas Pendidikan.. BAB IV Ketenagakerjaan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Kesempatan Kerja Lapangan Pekerjaan dan Status Pekerjaan Jam Kerja BAB V Pola Konsumsi Perubahan Tingkat Kesejahteraan Pola Konsumsi Rumahtangga. iii v vii x xii v

6 Halaman BAB VI Perumahan dan Lingkungan Kualitas Rumah Tinggal 6.2. Fasilitas Rumah Tinggal Daftar Pustaka. 68 Daftar Istilah Teknis 70 vi

7 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.1 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk, Tabel 1.2 Jumlah dan Persentase Penduduk Kota Kupang menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, Tabel 1.3 Jumlah dan Persentase Penduduk Kota Kupang menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, Tabel 1.4 Persentase Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas menurut Jenis Kelamin dan Status Perkawinan, Tabel 1.5 Persentase Wanita Umur 10 Tahun ke Atas yang Pernah Kawin menurut Umur Perkawinan Pertama, Tabel 1.6 Persentase Wanita Berumur Tahun dan Berstatus Kawin menurut Sedang Tidaknya Menggunakan/Memakai Alat/Cara KB, Tabel 1.7 Persentase Wanita Berumur Tahun yang Berstatus Kawin dan Sedang Menggunakan Alat/Cara Kontrasepsi menurut Alat/Cara Kontrasepsi yang dipakai, Tabel 2.1 Angka Kesakitan menurut Jenis Kelamin, Tabel 2.2 Anak Usia 2-4 Tahun menurut Lamanya Disusui, Tabel 2.3 Perkembangan Status Gizi Balita, Tabel 2.4 Indikator Ketersediaan Berbagai Sarana Kesehatan, Tabel 2.5 Persentase Balita menurut Penolong Kelahiran Terakhir, vii

8 Halaman Tabel 2.6 Persentase Penduduk yang Berobat Jalan menurut Tempat/Cara Berobat, Tabel 3.1 Persentase Angka Melek Huruf menurut Jenis Kelamin, Tabel 3.2 Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, Tabel 3.3 Angka Partisipasi Kasar (APK) menurut Usia Sekolah, Tabel 3.4 Angka Partisipasi Murni (APM) menurut Jenjang Pendidikan, Tabel 3.5 Rasio Murid Guru dan Rasio Guru Sekolah, Tabel 4.1 TPAK menurut Jenis Kelamin, 2003 dan Tabel 4.2 Kesempatan Kerja menurut Jenis Kelamin, Tabel 4.3 Tingkat Pengangguran Terbuka, Tabel 4.4 Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Usaha Utama, Tabel 4.5 Komposisi Penduduk yang Bekerja menurut Status Pekerjaan, Tabel 4.6 Persentase Penduduk yang Bekerja Selama Seminggu yang Lalu menurut Jam Kerja dan Jenis Kelamin, Tabel 5.1 Pengeluaran per Kapita Sebulan, Tabel 5.2 Pengeluaran per Kapita Sebulan (Rupiah), viii

9 Halaman Tabel 6.1 Persentase Beberapa Indikator Kualitas Perumahan, Tabel 6.2 Persentase Rumah Tinggal menurut Beberapa Fasilitas Perumahan, ix

10 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.1 Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Kupang, (%) Gambar 1.2 Perkembangan Kepadatan Penduduk Kota Kupang, (Jiwa/Km 2 )... 5 Gambar 1.3 Angka Beban Tanggungan Anak dan Lanjut Usia, Gambar 1.4 Rasio Jenis Kelamin menurut Kelompok Umur, Gambar 1.5 Piramida Penduduk Kota Kupang menurut Kelompok Umur Tahun Gambar 1.6 Rasio Jenis Kelamin menurut Status Perkawinan, Gambar 1.7 Wanita 10 Tahun yang Pernah Kawin menurut Umur Perkawinan Pertama, (%) Gambar 1.8 Persentase Wanita Tahun yang Berstatus Kawin dan Sedang Menggunakan Alat Kontrasepsi menurut Alat Kontrasepsi yang Dipakai, Gambar 2.1 Angka Kesakitan menurut Jenis Kelamin, (%) Gambar 2.2 Status Gizi Balita Tahun Gambar 2.3 Persentase Penolong Persalinan Balita, Gambar 3.1 Persentase Angka Buta Huruf menurut Jenis Kelamin, Gambar 3.2 Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas menurut Tingkat Pendidikan, Gambar 3.3 APK menurut Usia Sekolah, x

11 Halaman Gambar 4.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja, 2003 dan 2005 (%) Gambar 4.2 Tingkat Pengangguran Terbuka, Gambar 4.3 Persentase Penduduk yang Bekerja menurut Lapangan Usaha Utama, Gambar 4.4 Persentase Penduduk yang Bekerja Lebih dari 35 Jam Seminggu menurut Jenis Kelamin, Gambar 5.1 Gambar 5.2 Laju Pertumbuhan Pengeluaran per Kapita Sebulan, (persen) Pengeluaran per Kapita Sebulan menurut Jenis Pengeluaran, (Rupiah) xi

12 PENDAHULUAN 1. Ruang Lingkup Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Kupang 2005/2006 ini merupakan lanjutan dari seri publikasi yang sama seperti tahuntahun sebelumnya yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik Kota Kupang. Untuk mengetahui perkembangan kesejahteraan rakyat secara garis besar, diperlukan pengelompokan beberapa masalah sosial yang penting. Ada beberapa tabel yang tidak dimuat kembali dan ada pula data-data baru yang dimasukkan. Penyajian masalah sosial tersebut dibagi dalam enam kelompok, yaitu : 1. Kependudukan 2. Kesehatan dan Gizi 3. Pendidikan 4. Ketenagakerjaan 5. Pola Konsumsi 6. Perumahan dan Lingkungan Indikator yang disajikan pada dasarnya berbentuk deskriptif yang telah dipilih, dengan harapan dapat menggambarkan suatu keadaan kesejahteraan yang terjadi dalam masyarakat. xii

13 Bentuk penyajian data, selain tabel dasar pada beberapa kelompok disajikan ukuran statistik yang lazim dipergunakan seperti persentase, rasio, proporsi, dan rata-rata yang kesemuanya ditujukan untuk memperjelas perubahan yang terjadi. 2. Sumber Data Sensus Penduduk Sensus Penduduk (SP) diselenggarakan tiap 10 tahun untuk mengumpulkan data dasar penduduk dan rumah tangga di seluruh wilayah geografis Indonesia. Sejak era kemerdekaan Indonesia telah menyelenggarakan 5 kali sensus penduduk yaitu pada tahun 1961, 1971, 1980, 1990, dan SP menggunakan dua tahap pencacahan, yaitu pencacahan lengkap dan pencacahan secara sampel. Pencacahan lengkap meliputi semua orang yang berada di wilayah geografis Indonesia, baik Warga Negara Indonesia maupun Warga Negara Asing (kecuali anggota Korps Diplomatik beserta keluarganya), awak kapal berbendera Indonesia dalam perairan Indonesia maupun para tuna wisma (gelandangan) yang tidak mempunyai tempat tinggal tetap. Pencacahan sampel mencakup semua penduduk yang bertempat tinggal di blok-blok sensus/wilayah xiii

14 pencacahan yang terpilih secara acak dan mencakup sekitar 5 persen rumah tangga. Survei Sosial Ekonomi Nasional Kegiatan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) dimulai pada tahun Sampai dengan tahun 2005 telah diadakan 31 kali survei. Susenas mengumpulkan data kependudukan, kesehatan, pendidikan, fertilitas, pengeluaran rumah tangga, kriminalitas, serta perumahan dan lingkungan. Karakteristik sosial ekonomi penduduk yang umum dikumpulkan melalui pertanyaan kor (pokok) setiap tahun. Karakteristik sosial ekonomi penduduk yang lebih spesifik dikumpulkan melalui pertanyaan modul setiap tiga tahun. Pertanyaan pertanyaan yang dikumpulkan secara berkala dalam pertanyaan modul adalah : (a) Konsumsi/Pengeluaran/Pendapatan (b) Kesehatan, Pendidikan, Perumahan dan Pemukiman, dan (c) Sosial Budaya, Kesejahteraan Rumah Tangga, Kriminalitas Sumber Data Lainnya Selain dari sensus dan survei, Inkesra 2005/2006 juga menggunakan data yang berasal dari catatan adminstrasi Departemen/Instansi Pemerintah di luar BPS sebagai sumber data sekunder. xiv

15 KEPENDUDUKAN

16 Kependudukan BAB I KEPENDUDUKAN Pemahaman tentang kependudukan sangat penting tidak saja untuk instansi pemerintah, tetapi juga untuk dunia usaha dan lembaga penelitian serta masyarakat umum. Masalah kependudukan mengandung beberapa karakteristik yang tentu saja berbeda untuk satu daerah dengan daerah yang lainnya. Permasalahan penduduk menjadi satu topik yang sentral dalam program pembangunan. Pembangunan dapat terselenggara dengan baik apabila didukung oleh penduduk yang tidak hanya unggul dalam kuantitas tapi juga dapat diandalkan kualitasnya. Kemajuan pembangunan di suatu daerah salah satunya dapat dilihat dari indikator kependudukan serta indikator kesejahteraan masyarakatnya. Kota Kupang sebagai ibu kota Propinsi Nusa Tenggara Timur seperti juga ibu kota propinsi-propinsi lainnya di Indonesia menjadi barometer kemajuan pembangunan. Keberadaan berbagai macam fasilitas pemerintahan, pendidikan, hiburan, kesehatan dan lain sebagainya menjadi daya tarik bagi masyarakat lain di luar penduduk Kota Kupang untuk datang dan menetap di sini. Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap karakteristik penduduk Kota Kupang dan tentu saja berpengaruh juga pada nilai indikator kependudukannya. Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 2

17 1.1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kependudukan Penduduk Kota Kupang yang mencapai jiwa pada tahun 2005 menempatkan Kota Kupang pada posisi ketujuh dalam hal jumlah penduduk terbanyak dari seluruh kabupaten/kota yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur, atau tidak berubah dari kondisi pada tahun sebelumnya. Perkembangan dan pertumbuhan penduduk Kota Kupang selama periode dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk, Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) Laju Pertumbuhan Setahun (%) (1) (2) (3) 1990*) ,25 2,72 Keterangan : *) Termasuk Kabupaten Kupang Baik secara absolut maupun relatif (yang dilihat dari laju pertumbuhan penduduk) terlihat bahwa jumlah penduduk Kota Kupang terus bertambah. Kenyataan ini perlu mendapatkan perhatian yang serius dari Pemerintah Kota, karena jumlah Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 3

18 Kependudukan penduduk yang besar dan tingkat pertumbuhan yang tinggi dapat mengakibatkan beban pembangunan yang semakin berat untuk mencukupi kebutuhan pangan, sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan, dan sebagainya. Tetapi jika mampu diseimbangkan/ diselaraskan/diserasikan dengan daya dukung dan daya tampung serta kondisi perkembangan sosial ekonomi serta sosial budaya dapat menjadi salah satu modal dasar dan faktor dominan bagi keberhasilan pembangunan. Gambar 1.1 Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Kupang, (%) , ,25 Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 4

19 Kependudukan 1.2. Kepadatan Penduduk Kepadatan penduduk menggambarkan rata-rata banyaknya penduduk yang mendiami suatu wilayah (yang diukur dengan satuan km 2 ). Angka Kepadatan Penduduk merupakan perbandingan antara jumlah penduduk di suatu wilayah dengan luas wilayah tersebut. Kota Kupang yang mempunyai luas daratan sebesar 180,27 km 2 atau 0,34 persen dari total luas daratan Wilayah Nusa Tenggara Timur mempunyai rata-rata kepadatan penduduk sebesar jiwa per km 2 pada tahun Sedangkan rata-rata kepadatan penduduk pada tahun 2000 adalah sebesar jiwa per km 2. Gambar 1.2 Perkembangan Kepadatan Penduduk Kota Kupang, Kepadatan Penduduk Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 5

20 Kependudukan 1.3. Komposisi Umur dan Jenis Kelamin Komposisi penduduk menurut umur sangat penting sebagai dasar penyediaan pelayanan untuk masyarakat. Komposisi penduduk menurut umur juga sangat penting dalam kependudukan. Kebutuhan penduduk terhadap suatu pelayanan tertentu bervariasi menurut umur. Kebutuhan akan suatu pelayanan bervariasi sepanjang siklus kehidupan. Sebagai contoh, bila jumlah penduduk umur sekolah dasar (umur 7-12 tahun) sangat besar, maka kebutuhan akan sekolah dasar akan cukup tinggi. Penduduk usia 0-14 tahun menurut data susenas 2005 berjumlah jiwa atau 28,93 persen, usia tahun berjumlah jiwa atau sebesar 68,28 persen dan yang berusia 65 tahun ke atas sebanyak jiwa atau sebesar 2,78 persen dari total penduduk. Dengan demikian dapat dikatakan penduduk Kota Kupang tergolong penduduk muda karena persentase penduduk anak-anak (usia di bawah 15 tahun) cukup besar, sementara persentase penduduk usia lanjut (65 tahun ke atas) rendah. Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 6

21 Kependudukan Tabel 1.2 Jumlah dan Persentase Penduduk Kota Kupang menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, 2000 Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah Persentas e Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) ,75 9,72 9,51 12,66 13,99 10,75 8,57 7,22 5,81 3,68 2,48 1,78 1,33 0,79 0,53 0, Persentas e 10,95 10,08 9,55 12,90 13,93 10,79 8,89 6,91 4,98 3,34 2,41 1,57 1,42 0,93 0,63 0,73 Jumlah , ,00 Catatan : Berdasarkan Sensus Penduduk 2000 Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 7

22 Kependudukan Dampak berbagai keberhasilan pembangunan di bidang kependudukan di antaranya terlihat pada perubahan komposisi penduduk menurut umur, yaitu dengan semakin kecilnya proporsi penduduk tidak produktif (berumur muda dan lanjut usia). Hal ini berarti bahwa angka beban ketergantungan (ABK) akan semakin kecil, yang pada tahun 2000 tercatat sebesar 47,65 turun menjadi 46,45 pada tahun Hal ini menunjukkan adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia selama setahun terakhir, oleh karena secara rata-rata tanggungan setiap 100 penduduk produktif telah berkurang dari 47 menjadi 46 penduduk tidak produktif. Gambar 1.3 Angka Beban Tanggungan Anak dan Lanjut Usia, ABK Lanjut Usia Anak 4,07 2,97 46,45 47,65 42,37 44, Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 8

23 Kependudukan Sementara itu, persentase penduduk anak-anak di Kota Kupang selama periode mengalami penurunan, dari 30,26 persen pada tahun 2000 menjadi 28,93 persen pada tahun Dengan demikian, beban tanggungan anak yang sebesar 45 pada tahun 2000 telah menurun menjadi 42 pada tahun Tingkat kelahiran yang tinggi cenderung diikuti oleh angka beban tanggungan anak yang tinggi pula. Sedangkan angka beban tanggungan lanjut usia yang sebesar 3 pada tahun 2000 menurun menjadi 4 pada tahun Ukuran yang paling umum untuk melihat struktur jenis kelamin adalah rasio jenis kelamin. Rasio jenis kelamin adalah jumlah penduduk laki-laki per 100 penduduk perempuan. Ketidakseimbangan dalam struktur jenis kelamin merupakan salah satu masalah kependudukan yang dapat menyebabkan masalah sosial dan ekonomi dan dapat mempengaruhi penyediaan pelayanan. Dalam memenuhi kebutuhan berbagai ragam aspek pelayanan, jenis pelayanan untuk penduduk lakilaki dan perempuan berbeda. Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 9

24 Kependudukan Gambar 1.4 Rasio Jenis Kelamin menurut Kelompok Umur, , , ,99 112,58 107, , Rasio jenis kelamin pada waktu lahir biasanya di atas angka 100, yang artinya jumlah bayi laki-laki lebih banyak daripada bayi perempuan. Selanjutnya sejalan dengan perkembangan umur (sampai umur belasan), maka rasio jenis kelamin ini turun mendekati angka 100. Pada umur selanjutnya jumlah penduduk perempuan biasanya melebihi banyaknya penduduk laki-laki, atau rasio jenis kelaminnya di bawah angka 100. Dengan kata lain, laki-laki lebih banyak daripada perempuan pada kelompok umur muda, dan perempuan lebih banyak daripada laki-laki pada kelompok umur tua. Pola semacam ini biasanya dikaitkan dengan daya tahan hidup perempuan yang lebih baik daripada laki-laki. Indikator Kesra Kota Kupang 2005/

25 Kependudukan Tabel 1.3 Jumlah dan Persentase Penduduk Kota Kupang menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, 2005 Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah Persentas e Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) ,83 10,89 7,62 12,40 12,81 9,45 6,78 6,80 7,52 4,78 3,71 1,86 1,93 0,78 1,08 0, Persentas e 10,24 9,34 8,93 11,02 13,64 9,36 8,42 8,17 6,65 4,34 3,50 1,95 1,49 1,09 0,73 1,12 Jumlah , ,00 Catatan : Berdasarkan Susenas 2005 Indikator Kesra Kota Kupang 2005/

26 Kependudukan Dari tabel 1.3 dan 1.4 dapat dihitung bahwa rasio jenis kelamin untuk kelompok umur 0-14 tahun pada tahun 2000 sebesar 108,56 dan pada tahun 2005 sebesar 107,80. Sedangkan untuk kelompok umur pada tahun 2000 sebesar 112,58 dan pada tahun 2005 sebesar 103,99. Dan untuk kelompok umur 65 ke atas sebesar 85,08 pada tahun 2000 dan 93,27 pada tahun Gambar 1.5 Piramida Penduduk Kota Kupang menurut Kelompok Umur Tahun Laki-laki Perempuan Indikator Kesra Kota Kupang 2005/

27 Kependudukan 1.4. Perkawinan dan Keluarga Berencana Perkawinan merupakan tuntutan biologis manusia yang berdampak menumbuhkan generasi baru. Akibatnya pertambahan penduduk tidak dapat dihindari yang pada gilirannya memberi tekanan pada peningkatan kesejahteraan. Dengan demikian, pengaturan kelahiran melalui program keluarga berencana adalah sangat tepat untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Tabel 1.4 Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas menurut Jenis Kelamin dan Status Perkawinan, Status Perkawinan Belum Kawin Kawin Cerai Hidup Cerai Mati L P L P (1) (2) (3) (4) (5) 51,06 48,04 0,40 0,50 46,23 47,73 0,78 5,27 53,80 45,03 0,18 1,00 46,34 46,61 2,23 4,81 Dari tabel 1.5 tampak bahwa proporsi kelompok yang belum kawin lebih banyak laki-laki daripada perempuan baik pada tahun 2004 maupun Rasio jenis kelamin pada kelompok belum kawin pada tahun 2004 adalah 107,50 dan pada tahun 2005 adalah 118,37. Dapat dikatakan bahwa pada tahun 2004 ada 107 Indikator Kesra Kota Kupang 2005/

28 Kependudukan penduduk laki laki yang belum kawin dalam seratus penduduk perempuan yang belum kawin dan pada tahun 2005 jumlah penduduk laki-laki yang belum kawin dalam seratus penduduk perempuan yang belum kawin meningkat menjadi 118 orang yang berarti ada kecenderungan laki-laki untuk menunda melakukan perkawinan. Gambar 1.6 Rasio Jenis Kelamin menurut Status Perkawinan, ,37 107,50 97,97 98,50 50,00 8,06 9,21 21,24 Belum kaw in Kaw in Cerai hidup Cerai mati Pada tahun 2004, pada kelompok kawin tampak bahwa proporsi penduduk laki-laki lebih banyak daripada proporsi penduduk perempuan, di mana setahun kemudian terjadi kebalikannya yaitu proporsi penduduk perempuan lebih banyak daripada Indikator Kesra Kota Kupang 2005/

29 Kependudukan proporsi penduduk laki-laki. Meski demikian, secara relatif penduduk perempuan di kelompok ini mengalami penurunan selama periode dengan melihat rasio jenis kelamin sebesar 97,97 pada tahun 2004 dan 98,50 pada tahun Pada kelompok cerai hidup dan cerai mati, proporsi perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki dengan rasio jenis kelamin masing-masing 50,00 dan 9,21 pada tahun 2004 serta 8,06 dan 21,25 pada tahun Hal ini menunjukkan bahwa penduduk perempuan lebih suka memilih untuk tetap hidup sendiri daripada penduduk laki-laki. Tabel 1.5 Persentase Wanita Umur 10 Tahun ke Atas yang Pernah Kawin menurut Umur Perkawinan Pertama, Umur Perkawinan Pertama (1) (2) (3) ,75 13,41 55,09 28,75 4,27 11,71 55,12 28,89 Dipandang dari umur perkawinan pertama perempuan, persentase penduduk perempuan yang kawin di bawah umur 19 tahun pada tahun 2004 adalah 16,16 persen dan pada tahun Indikator Kesra Kota Kupang 2005/

30 Kependudukan 2005 mengalami penurunan menjadi 15,98 persen. Dengan demikian, kesadaran kaum perempuan untuk tidak kawin pada usia muda telah berhasil diterapkan. Sementara itu, pada kelompok 19 tahun ke atas, persentase penduduk perempuan yang pernah kawin sebesar 83,84 persen pada tahun 2004 dan meningkat menjadi 84,01 persen pada tahun Dengan keadaan ini, diharapkan penduduk perempuan yang mempunyai status kawin dapat menjadi ibu yang berkualitas sehingga mampu melahirkan anak yang berkualitas pula sehingga sumber daya manusia di Nusa Tenggara Timur dan khususnya Kota Kupang menjadi semakin berkualitas. Gambar 1.7 Wanita 10 Tahun yang Pernah Kawin menurut Umur Perkawinan Pertama, (%) 83,84 84, ,16 15,98 < Indikator Kesra Kota Kupang 2005/

31 Kependudukan Tabel 1.6 Persentase Wanita Berumur Tahun dan Berstatus Kawin menurut Sedang Tidaknya Menggunakan/Memakai Alat/Cara KB, Sedang Menggunakan Alat KB? (1) (2) (3) Ya Tidak 65,64 34,36 67,60 32,40 Berdasarkan hasil survei sosial ekonomi nasional tahun 2005, terdapat sebanyak 67,60 persen penduduk perempuan usia tahun dengan status kawin yang sedang memakai/menggunakan alat/cara KB, atau meningkat jika dibandingkan dengan keadaan pada tahun 2004 yang tercatat hanya sebesar 65,64 persen. Sedangkan penduduk perempuan usia tahun dengan status yang sama tapi tidak memakai/ menggunakan alat KB sebanyak 32,40 persen pada tahun 2005, atau menurun jika dibandingkan dengan keadaan pada tahun 2004 yang tercatat sebesar 34,36 persen. Indikator Kesra Kota Kupang 2005/

32 Kependudukan Tabel 1.8 Persentase Wanita Berumur Tahun yang Berstatus Kawin dan Sedang Menggunakan Alat/Cara Kontrasepsi menurut Alat/Cara Kontrasepsi yang Dipakai, Alat/Cara Kontrasepsi yang Dipakai (1) (2) (3) MOW/Tubektomi MOP/Vasektomi AKDR/IUD Suntikan Susuk KB Pil KB Kondom Intravag Alat/Cara Tradisional 2,09 1,28 23,94 44,75 1,28 10,38 0,64 0,00 15,66 5,29 0,66 28,36 41,40 1,89 17,11 0,66 0,66 3,97 Pada tahun 2005, dari 67,60 persen penduduk perempuan usia tahun dengan status kawin dan sedang memakai/ menggunakan alat KB, hampir setengahnya memakai/ menggunakan suntikan sebagai alat/cara KB dengan proporsi sebesar 44,75 persen. Dan diurutan berikutnya adalah AKDR/IUD dengan jumlah pemakai/pengguna sebanyak 23,94 persen. Demikian juga dengan kondisi pada tahun 2004, kedua alat/cara KB ini menempati posisi yang sama (lihat Tabel 1.8). Indikator Kesra Kota Kupang 2005/

33 Kependudukan Gambar 1.8 Persentase Wanita th yang Berstatus Kawin dan Sedang Menggunakan Alat Kontrasepsi menurut Alat Kontrasepsi yang Dipakai, ,75 41, MOW 2,09 5,29 MOP 1,28 0,66 IUD 23,94 28,36 Suntikan 1,28 1,89 Susuk 10,38 Pil 17,11 0,64 0,66 0 0,66 15,66 3,97 Kondom Intravag Tradisional Indikator Kesra Kota Kupang 2005/

34 KESEHATAN DAN GIZI

35 BAB II KESEHATAN DAN GIZI Kesehatan dan Gizi Pembangunan kesehatan adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional, karena masalah kesehatan menyentuh hampir semua aspek kehidupan manusia. Kondisi kesehatan merupakan bagian dari kesejahteraan rakyat yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Untuk mengukur tingkat kesehatan dan gizi kelompok masyarakat diperlukan suatu indikator yang relevan. Program pembangunan kesehatan dan gizi dikoordinasikan secara nasional oleh Departemen Kesehatan. Upaya-upaya dalam usaha meningkatkan status kesehatan dan gizi harus dilakukan secara bersama oleh masyarakat, lembaga kemasyarakatan, pemerintah dan dunia usaha. Menurut pengertiannya kesehatan dan gizi merupakan salah satu aspek penting untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Program pokok yang dituangkan dalam pembangunan bidang kesehatan selalu dikaitkan dengan program perbaikan gizi. Oleh karena itu dalam mengukur tingkat keberhasilan program kesehatan dan gizi perlu dipilih indikator-indikator kesehatan dan gizi yang sensitif, spesifik dan datanya mudah didapat. Indikator Kesra Kota Kupang 2005/

36 Kesehatan dan Gizi 2.1. Status Kesehatan Status kesehatan memberikan gambaran mengenai kondisi kesehatan penduduk pada waktu tertentu. Status kesehatan penduduk merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi tingkat produktivitas penduduk, oleh karena, misalnya, pekerja yang tidak mengalami gangguan kesehatan akan dapat bekerja dengan jumlah jam kerja yang lebih lama dan bekerja lebih optimal. Status kesehatan penduduk secara keseluruhan dapat dilihat dengan menggunakan indikator angka kesakitan dan rata-rata lama hari sakit. Tabel 2.1 Angka Kesakitan menurut Jenis Kelamin, Angka Kesakitan *) Laki-laki (L) Perempuan (P) L + P (1) (2) (3) 32,01 30,68 31,34 33,30 34,85 35,60 *) Persentase penduduk yang mengalami gangguan kesehatan selama sebulan yang lalu Pada tahun 2005 penduduk yang mempunyai keluhan kesakitan mencapai 37 persen, atau lebih dari duapertiga penduduk Kota Kupang pernah mengalami gangguan kesehatan yang berakibat terganggunya pelaksanaan kegiatan sehari-hari. Status Indikator Kesra Kota Kupang 2005/

37 Kesehatan dan Gizi kesehatan penduduk laki-laki dan perempuan pada dasarnya tidak menunjukkan perbedaan yang berarti, meskipun tampak bahwa proporsi penduduk perempuan yang mengalami gangguan kesehatan sedikit lebih banyak dibandingkan dengan penduduk laki-laki. Dalam dua tahun terakhir ( ), penduduk yang sakit mengalami peningkatan dari 31,34 persen menjadi 35,60 persen. Peningkatan ini terjadi baik pada penduduk laki-laki maupun perempuan. Gambar 2.1 Angka Kesakitan menurut Jenis Kelamin, (%) 36,30 35,60 34,85 32,01 30,68 31,34 Laki-laki Perempuan L + P Indikator Kesra Kota Kupang 2005/

38 Kesehatan dan Gizi 2.2. Status Gizi Balita Peningkatan kualitas fisik sumber daya manusia akan lebih berhasil jika dilakukan sejak dini, yang dalam hal ini pemantauan status gizi balita berperan penting dalam upaya peningkatan kualitas fisik penduduk Kota Kupang. Salah satu faktor penting untuk pertumbuhan dan perkembangan balita adalah pemberian ASI (Air Susu Ibu). ASI merupakan zat makanan yang paling ideal terutama untuk pertumbuhan bayi karena selain bergizi juga mengandung zat pembentuk kekebalan terhadap beberapa penyakit. Tabel 2.2 Anak Usia 2-4 Tahun menurut Lamanya Disusui, Lamanya Disusui (Bulan) (1) (2) (3) ,00 8,72 16,87 46,60 15,02 12,80 0,00 2,71 9,75 38,08 18,31 31,15 Indikator Kesra Kota Kupang 2005/

39 Kesehatan dan Gizi Tabel 2.2 menunjukkan bahwa umumnya anak usia 2-4 tahun di Kota Kupang mendapatkan ASI selama bulan, padahal yang idelanya selama 24 bulan. Untuk kelompok 18 bulan ke atas tampak bahwa persentase balita meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran para ibu akan pentingya ASI bagi kesehatan anak telah mengalami peningkatan. Dilihat dari status gizi balita, pada tahun 2005, berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Kupang memperlihatkan bahwa balita dengan status gizi baik dan lebih baru mencapai 54 persen. Sementara balita dengan status gizi buruk di Kota Kupang pada tahun 2005 masih lebih dari 10 persen. Hal ini perlu mendapatkan perhatian yang serius dari semua pihak demi terwujudnya Indonesia Sehat Tabel 2.3 Perkembangan Status Gizi Balita, Status Gizi 2004*) 2005 Lebih Baik Kurang Buruk (1) (2) (3) Sumber : Dinkes Kota Kupang Keterangan : *) Data tidak tersedia ,6 54,4 34,6 10,4 Indikator Kesra Kota Kupang 2005/

40 Gambar 2.2 Status Gizi Balita Tahun 2005 Kesehatan dan Gizi 35% 10% 1% 54% Lebih Baik Kurang Buruk 2.3. Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan Upaya pemerintah untuk meningkatkan derajat dan status kesehatan penduduk dilakukan antara lain dengan meningkatkan ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas dan sarana kesehatan. Data pada Tabel 2.4 menunjukkan ketersediaan sarana kesehatan pada tahun 2004 dan tahun Pada tahun 2004 terdapat 8 dokter untuk setiap penduduk. Jumlah ini meningkat pada tahun 2005 yaitu menjadi 13 dokter per penduduk. Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan Indikator Kesra Kota Kupang 2005/

41 Kesehatan dan Gizi terdepan terdapat di setiap kecamatan pada tahun 2005 berjumlah 37 puskesmas, atau untuk setiap penduduk tersedia sekitar 14 puskesmas. Jika dilihat secara persentase, kondisi ini mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun Di sini terlihat bahwa pertumbuhan penduduk yang besar belum bisa diimbangi dengan penambahan fasilitas kesehatan yang memadai. Sementara untuk tenaga kesehatan di puskesmas, jumlahnya tidak mengalami peningkatan yang berarti dimana rasio dokter per puskesmas masih berada di kisaran satu. Tabel 2.4 Indikator Ketersediaan Berbagai Sarana Kesehatan, Tenaga/Sarana Kesehatan (1) (2) (3) Jumlah Dokter per Penduduk 8,02 12,53 Jumlah Dokter per Puskesmas 0,62 0,92 Jumlah Puskesmas *) Jumlah Puskesmas per Penduduk 12,99 13,64 Jumlah Rumah Sakit 3 3 Keterangan : *) Termasuk Puskesmas Pembantu Bagian penting dalam upaya mengurangi insiden bayi dan kematian maternal (ibu) adalah penyediaan pelayanan persalinan Indikator Kesra Kota Kupang 2005/

42 Kesehatan dan Gizi oleh tenaga medis. Program bidan di desa (BDD) merupakan upaya terobosan untuk maksud tersebut yang sampai dengan tahun 2005 berjumlah 106 bidan. Jumlah ini masih kurang mengingat jumlah kelurahan di Kota Kupang pada tahun 2005 telah mencapai 45 kelurahan. Tabel 2.5 Persentase Balita menurut Penolong Kelahiran Terakhir, Penolong Kelahiran Terakhir (1) (2) (3) Tenaga Medis Dokter Bidan Tenaga Medis Lain Bukan Tenaga Medis Dukun Famili Lainnya 71,68 20,77 48,75 2,16 28,31 16,93 11,02 0,36 72,38 23,59 47,78 1,01 27,62 22,58 2,70 2,34 Berkaitan dengan persalinan, diupayakan terus menerus agar penolong persalinan oleh tenaga medis (dokter, bidan, dan tenaga medis lainnya) meningkat. Pada tahun 2004 terdapat sebanyak 71 persen persalinan yang dilakukan oleh tenaga medis yang meningkat menjadi 72 persen pada tahun Indikator Kesra Kota Kupang 2005/

43 Kesehatan dan Gizi Masih kurangnya proporsi persalinan yang dilakukan oleh tenaga medis (belum 100 persen) diduga erat kaitannya dengan tingkat kemampuan ekonomi dan faktor budaya yang berlaku di Kota Kupang. Gambar 2.3 Persentase Penolong Persalinan Balita, (%) 0,31 2,16 1,01 0,93 2,7 0 0,36 2,34 25,97 20,77 23,59 16,93 22,58 29,21 11,02 43,58 48,75 47,78 Dokter Bidan Medis Lain Dukun Famili Lainnya Indikator Kesra Kota Kupang 2005/

44 Kesehatan dan Gizi Tabel 2.6 Persentase Penduduk yang Berobat Jalan menurut Tempat/Cara Berobat, Tempat/Cara Berobat (1) (2) (3) Rumah Sakit Praktik Dokter Puskesmas Poliklinik Praktik Petugas Kesehatan Dukun/Tabib/Sinshe/Tradisional Lainnya 10,97 17,96 61,99 4,74 1,04 1,73 1,56 16,00 24,66 54,82 0,96 1,58 0,00 1,98 Penduduk yang mengalami gangguan kesehatan pada umumnya melakukan upaya pengobatan, baik dengan berobat sendiri maupun berobat jalan. Pada tahun 2005, fasilitas kesehatan yang banyak dimanfaatkan penduduk untuk keperluan berobat jalan berturut-turut adalah puskesmas (54,82 persen), praktik dokter (24,66 persen), dan rumah sakit (16,00 persen). Keadaan yang sama terjadi pada tahun sebelumnya dengan persentase masingmasing 61,99 persen, 17,96 persen, dan 10,97 persen. Terlihat adanya sedikit perubahan pola pemanfaatan fasilitas kesehatan oleh masyarakat selama periode Indikator Kesra Kota Kupang 2005/

45 PENDIDIKAN

46 Pendidikan BAB III PENDIDIKAN Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan masyarakat yang memiliki peran dalam peningkatan kualitas hidup. Semakin tinggi tingkat pendidikan suatu masyarakat akan semakin baik pula kualitas sumber dayanya. Dalam pengertian sehari-hari pendidikan merupakan upaya sadar seseorang untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan memperluas wawasan. Pada dasarnya pendidikan yang diupayakan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat dan keluarga. Pemerataan kesempatan pendidikan diupayakan melalui penyediaan sarana dan prasarana belajar seperti gedung sekolah dan penambahan tenaga pengajar. Kualitas pendidikan adalah menghasilkan manusia terdidik yang bermutu dan handal sesuai dengan tuntutan jaman Tingkat Pendidikan Pada tingkat makro, tingkat pendidikan yang sangat mendasar dapat dilihat dari kemampuan baca tulis penduduk dewasa (umur 10 tahun ke atas). Indikator Kesra Kota Kupang 2005/

47 Pendidikan Tabel 3.1 Persentase Angka Melek Huruf menurut Jenis Kelamin, Dapat Baca Tulis L P L+P L P L+P (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Huruf Latin 98,21 95,83 97,00 97,91 96,74 97,33 Huruf Lainnya 0,00 0,10 0,05 0,19 0,10 0,14 Gambar 3.1 Persentase Angka Buta Huruf menurut Jenis Kelamin, ,79 1,91 4,08 3, Laki-laki Perempuan Indikator Kesra Kota Kupang 2005/

48 Pendidikan Pada tahun 2005 angka melek huruf penduduk Kota Kupang telah mencapai 97,47 persen. Dengan demikian, masih terdapat 2,53 persen penduduk usia 10 tahun ke atas yang masih buta huruf. Tabel 3.1 menyajikan angka melek huruf menurut jenis kelamin selama dua tahun terakhir. Angka melek huruf tampak lebih tinggi pada kelompok penduduk laki-laki daripada perempuan. Selain angka melek huruf, tingkat pendidikan penduduk di suatu wilayah dapat dilihat dari rata-rata lama bersekolah (tahun). Indikator ini menunjukkan sampai pada jenjang pendidikan apa, secara umum, tingkat pendidikan penduduk dewasa. Pendidikan yang ditamatkan merupakan indikator pokok kualitas penduduk karena kulitas sumber daya manusia secara spesifik dapat dilihat dari tingkat pendidikan penduduk berumur 10 tahun ke atas. Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan memberikan gambaran tentang keadaan kualitas sumber daya manusia. Secara umum, peningkatan pendidikan penduduk terus menerus terjadi, yaitu dengan semakin banyaknya penduduk yang berpendidikan lebih tinggi. Indikator Kesra Kota Kupang 2005/

49 Pendidikan Tabel 3.2 Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan L P L+P L P L+P (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Tidak/Belum Pernah Sekolah Tidak/Belum Tamat SD/MI SD/MI SLTP/MTs SMU/M.Aliyah SMK D I/II D III/Sarmud D IV/Sarjana S2 / S3 0,90 12,13 19,12 19,05 32,65 6,64 0,68 2,70 5,64 0,50 2,91 10,35 23,99 19,56 29,20 6,87 0,80 1,84 4,47 0,00 1,92 11,23 21,59 19,31 30,90 6,76 0,74 2,27 5,05 0,25 1,33 9,32 19,06 17,41 32,78 7,67 0,73 1,98 8,54 1,19 3,28 12,74 23,22 18,10 27,53 5,98 0,56 2,22 6,28 0,09 2,29 11,01 21,12 17,75 30,18 6,83 0,64 2,10 7,42 0,65 Tabel 3.2 menunjukkan bahwa persentase penduduk yang berpendidikan SLTP ke atas pada tahun 2005 mencapai 65,58 persen, suatu peningkatan jika dibandingkan dengan keadaan pada tahun 2004 yang hanya sebesar 65,27 persen. Kondisi ini tidak diikuti dengan menurunnya jumlah penduduk yang tidak/belum pernah sekolah yang meningkat dari 1,92 persen Indikator Kesra Kota Kupang 2005/

50 Pendidikan menjadi 2,29 persen. Dengan meningkatnya jumlah penduduk yang tidak/belum pernah sekolah baik secara persentase maupun absolut, perhatian yang serius dari semua pihak yang terkait perlu ditingkatkan karena diketahui bahwa untuk pembangunan yang berkelanjutan, kebutuhan akan tenaga kerja yang berpendidikan tinggi dirasakan sangat mendesak. Gambar 3.2 Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas menurut Tingkat Pendidikan, S2 0,65 0,25 D IV / S1 7,42 5,05 D III D I / II 2,10 2,27 0,64 0,74 SMK 6,83 6,76 SLTA 30,18 30,90 SLTP SD/MI 17,75 19,31 21,12 21,59 Tdk/Blm Tamat SD/MI 11,01 11,23 Tdk/Blm Pernah Sekolah 2,29 1, Indikator Kesra Kota Kupang 2005/

51 Pendidikan 3.2. Tingkat Partisipasi Sekolah Upaya untuk memperluas jangkauan pelayanan pendidikan bertujuan meningkatkan pemerataan pada pemanfaatan fasilitas pendidikan, sehingga makin banyak penduduk yang dapat bersekolah. Pada tahun 2005, sekitar 108 persen penduduk usia 7-12 tahun telah bersekolah pada sekolah dasar, meningkat dari tahun sebelumnya yang sekitar 103 persen. Angka ini memang agak sulit dipahami, namun data lapangan menunjukkan bahwa masih ada murid sekolah dasar dengan usia di bawah 7 tahun dan di atas 12 tahun. Partisipasi sekolah menurut kelompok umur disajikan pada Tabel 3.3. Tabel 3.3 Angka Partisipasi Kasar (APK) menurut Usia Sekolah, Kelompok Umur (1) (2) (3) ,73 103,62 91,26 108,38 95,80 92,40 Pada tahun 2005 jumlah penduduk usia tahun yang bersekolah menurun menjadi 91,49 persen dari sebesar 92,95 persen pada tahun sebelumnya. Keadaan yang berbeda terjadi Indikator Kesra Kota Kupang 2005/

52 Pendidikan pada penduduk usia tahun, partisipasi sekolah kelompok ini pada tahun 2005 mengalami peningkatan menjadi 80,50 persen dari sebesar 80,35 persen pada tahun sebelumnya. Gambar 3.3 APK menurut Usia Sekolah, ,40 91, ,80 103, ,73 108, Tabel 3.4 Angka Partisipasi Murni (APM) menurut Jenjang Pendidikan, Jenjang Pendidikan (1) (2) (3) SD SLTP SLTA 87,61 74,92 68,06 90,59 72,10 68,27 Indikator Kesra Kota Kupang 2005/

53 Pendidikan Angka partisipasi murni menurut jenjang pendidikan mengukur banyaknya penduduk usia sekolah yang bersekolah tepat waktu dalam suatu jenjang pendidikan dari setiap 100 penduduk usia sekolah. Tabel 3.4 menunjukkan adanya peningkatan penduduk yang bersekolah tepat waktu pada jenjang SD, yaitu dari 87,61 persen pada tahun 2004 menjadi 90,59 persen pada tahun Demikian juga untuk jenjang lanjutan tingkat atas, mengalami peningkatan dari 68,06 persen menjadi 68,27 persen. Sementara pada jenjang sekolah lanjutan tingkat pertama mengalami penurunan menjadi 72,10 persen dimana tahun sebelumnya mencapai 74,92 persen Fasilitas Pendidikan Meningkatnya partisipasi penduduk dalam pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah seharusnya sejalan dengan peningkatan fasilitas pendidikan. Tabel 3.5 menunjukkan perkembangan fasilitas pendidikan pada tahun Meskipun untuk jenjang SLTA rasio murid-guru tidak mengalami perubahan, namun untuk tingkat SD dan SLTP mengalami penurunan dari 31 murid menjadi 28 murid yang diawasi oleh setiap guru pada tingkat SD dan untuk tingkat SLTP, setiap guru mengawasi 14 murid yang pada tahun sebelumnya mengawasi 18 murid. Keadaan ini memberikan gambaran tersedianya lebih banyak guru sehingga murid dapat diawasi oleh lebih banyak Indikator Kesra Kota Kupang 2005/

54 Pendidikan guru. Jumlah guru pada jenjang pendidikan SD dan SLTP mengalami peningkatan selama periode , masingmasing bertambah 126 orang dan 172 orang, sedangkan pada jenjang SLTA mengalami penurunan. Keadaan ini masih memberikan gambaran bahwa jumlah guru pada jenjang SLTA masih kurang, meskipun ada perbaikan pada jenjang SD dan SLTP. Tabel 3.5 Rasio Murid Guru dan Rasio Guru Sekolah, Jenjang Pendidikan Rasio Murid-Guru Rasio Guru-Sekolah (1) (2) (3) (4) (5) SD SLTP SLTA Indikator Kesra Kota Kupang 2005/

55 KETENAGAKERJAAN

56 Ketenagakerjaan BAB IV KETENAGAKERJAAN Ketenagakerjaan merupakan aspek yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia karena mencakup dimensi ekonomi dan sosial. Salah satu sasaran utama pembangunan adalah terciptanya lapangan kerja baru dalam jumlah dan kualitas yang memadai agar dapat menyerap tambahan angkatan kerja yang memasuki pasar kerja setiap tahun. Setiap upaya pembangunan selalu diarahkan pada perluasan kesempatan kerja dan berusaha sehingga penduduk dapat memperoleh manfaat langsung dari pembangunan. Berdasarkan data Susenas 2003, jumlah penduduk 10 tahun ke atas yang bekerja atau mencari pekerjaan atau yang termasuk kategori angkatan kerja, tercatat sebanyak orang. Dalam jangka waktu dua tahun, jumlah tersebut telah meningkat menjadi orang. Penambahan angkatan kerja sebesar orang tersebut membawa konsekuensi terhadap penyediaan dan penciptaan kesempatan kerja Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Kesempatan Kerja Keterlibatan penduduk dalam kegiatan ekonomi diukur dengan porsi penduduk yang masuk dalam pasar kerja (bekerja atau Indikator Kesra Kota Kupang 2005/

57 Ketenagakerjaan mencari pekerjaan), disebut sebagai tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK). Keterlibatan penduduk dalam angkatan kerja selama periode menunjukkan adanya peningkatan yaitu dari 48,31 persen pada tahun 2003 menjadi 51,96 persen pada tahun Peningkatan TPAK ini salah satunya disebabkan oleh semakin membaiknya mutu sumber daya manusia dan makin aktifnya perempuan berperan di luar rumah tangga. Tabel 4.1 TPAK menurut Jenis Kelamin, 2003 dan 2005 Jenis Kelamin Tahun Laki-laki Perempuan L+P (1) (2) (3) (4) ,98 65,75 33,59 37,90 48,31 51,96 Mengamati pola TPAK menurut jenis kelamin selama 2003 dan 2005, Tabel 4.1 menunjukkan bahwa penduduk laki-laki lebih tinggi partisipasinya dalam kegiatan ekonomi dibandingkan dengan penduduk perempuan. Banyaknya penduduk yang masuk dalam pasar kerja menunjukkan jumlah penduduk yang siap terlibat dalam kegiatan ekonomi. Kesempatan kerja yang ada memberikan gambaran Indikator Kesra Kota Kupang 2005/

58 Ketenagakerjaan besarnya tingkat penyerapan pasar kerja, sehingga angkatan kerja yang tidak terserap merupakan masalah karena mereka terpaksa menganggur. Gambar 4.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja, 2003 dan 2005 (%) ,90 65, ,59 61,98 Laki-laki Perempuan Tabel 4.2 Kesempatan Kerja menurut Jenis Kelamin, Jenis Kelamin Tahun L P L+P (1) (2) (3) (4) ,69 82,96 69,54 58,76 82,28 74,22 Indikator Kesra Kota Kupang 2005/

59 Ketenagakerjaan Pada tahun 2003 tingkat kesempatan kerjanya sebesar 82,28 persen yang dua tahun kemudian menurun menjadi 74,22 persen pada tahun Dengan demikian angkatan kerja baru yang muncul selama periode belum cukup terserap oleh pasar kerja yang ada, sehingga angka pengangguran terbuka meningkat dari 17,72 persen pada tahun 2003 menjadi 25,78 persen pada tahun Tabel 4.3 Tingkat Pengangguran Terbuka, Jenis Kelamin Tahun L P L+P (1) (2) (3) (4) ,31 17,04 30,46 41,24 17,72 25,78 Tabel 4.3 menunjukkan perkembangan angka pengangguran terbuka selama Angka-angka yang tertera pada tabel 4.3 ternyata masih relatif rendah bahkan untuk ukuran internasional. Hal ini terjadi karena di Kota Kupang dan Indonesia umumnya, menganggur merupakan keadaan yang tidak mungkin dilakukan oleh penduduk, sehingga kesempatan kerja yang tersedia langsung diterima sebagai pekerjaan padahal kesempatan kerja yang ada tersebut umumnya adalah sektor Indikator Kesra Kota Kupang 2005/

60 Ketenagakerjaan informal. Secara definisi mereka dianggap bekerja tapi pendapatan yang diperoleh sangat tidak mencukupi. Gambar 4.2 Tingkat Pengangguran Terbuka, % 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 30,46 41,24 11,31 17, Laki-laki Perempuan 4.2. Lapangan Pekerjaan dan Status Pekerjaan Proporsi pekerja menurut lapangan pekerjaan merupakan salah satu ukuran untuk melihat potensi sektor perekonomian dalam menyerap tenaga kerja. Selain itu, indikator tersebut mencerminkan struktur perekonomian suatu wilayah. Sektor tersier (perdagangan; angkutan; keuangan; dan jasa) tetap merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga Indikator Kesra Kota Kupang 2005/

61 Ketenagakerjaan kerja di Kota Kupang. Pada tahun 2005 sebanyak 79,85 persen pekerja diserap sektor tersier. Angka tersebut menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan keadaan tahun 2003 yang mana hanya sebesar 68,30 persen pekerja yang bekerja di sektor tersier. Peningkatan persentase penduduk yang bekerja di sektor tersier tersebut menunjukkan telah adanya pergeseran pada sektor yang lebih modern, yaitu sektor sekunder/industri dan sektor jasa-jasa/tersier. Sektor sekunder (pertambangan/ penggalian; industri; listrik, gas, dan air; dan konstruksi) sendiri menyerap tenaga kerja sebesar 14,37 persen pada tahun Peningkatan sektor tersier tentu saja menyebabkan penurunan pada sektor primer (pertanian) yang menurun dari 15,52 persen pada tahun 2003 menjadi 5,78 persen pada tahun Tabel 4.4 Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Usaha Utama, Lapangan Usaha Utama (1) (2) (3) Primer Sekunder Tersier 15,52 16,19 68,30 5,78 14,37 79,85 Indikator Kesra Kota Kupang 2005/

62 Ketenagakerjaan Gambar 4.3 Persentase Penduduk yang Bekerja menurut Lapangan Usaha Utama, ,3 79,85 15,52 16,19 14,37 5, Primer Sekunder Tersier Indikator lain yang dapat digunakan untuk memberikan gambaran tentang kedudukan pekerja adalah status pekerjaan. Tabel 4.5 menunjukkan bahwa jumlah pekerja berstatus berusaha sendiri mengalami peningkatan persentase selama periode , yaitu dari 14,45 persen menjadi 28,03 persen atau naik lebih dari 400 persen (hampir orang). Pekerja yang berstatus sebagai berusaha dengan dibantu orang lain selama periode yang sama turun hampir 100 orang (turun 1,67 persen). Hal ini menunjukkan bahwa kesempatan berusaha mulai terbuka khususnya selama periode Indikator Kesra Kota Kupang 2005/

63 Ketenagakerjaan Tabel 4.5 Komposisi Penduduk yang Bekerja menurut Status Pekerjaan, Status Pekerjaan Utama (1) (2) (3) Berusaha Sendiri Berusaha Sendiri Dibantu Orang Lain Berusaha dengan Buruh Tetap Buruh/Karyawan Pekerja Bebas Pertanian Pekerja Bebas di Non Pertanian Pekerja Keluarga 14,45 7,13 7,46 61,39 0,23 1,02 8,33 28,03 2,57 3,46 61,57 0,63 0,68 3,07 Tabel 4.5 juga memperlihatkan bahwa jumlah pekerja berstatus buruh/karyawan mengalami peningkatan selama periode meskipun kecil yaitu dari 61,39 persen menjadi 61,57 persen. Pekerja yang berusaha dengan dibantu buruh tetap mengalami penurunan yaitu dari 7,46 persen pada tahun 2003 menjadi 3,46 persen pada tahun Kedua kategori ini, buruh/karyawan dan berusaha sendiri dengan dibantu buruh tetap, termasuk dalam kategori pekerja di sektor formal yang jumlahnya telah mencapai 68,85 persen pada tahun Dengan demikian pada tahun 2005, jumlah pekerja di sektor informal sudah mencapai 31,15 persen. Indikator Kesra Kota Kupang 2005/

64 Ketenagakerjaan 4.3. Jam Kerja Jumlah jam kerja selama seminggu dapat memberikan gambaran tingkat produktivitas. Selama periode masih cukup banyak ditemui penduduk yang bekerja kurang dari jam kerja normal (kurang dari 35 jam per minggu). Tabel 4.6 Persentase Penduduk yang Bekerja Selama Seminggu yang Lalu menurut Jam Kerja dan Jenis Kelamin, Uraian (1) (2) (3) Laki-laki < 35 15,28 11, ,72 88,58 Perempuan < 35 27,52 14, ,48 85,92 L + P < 35 18,74 12, ,26 87,26 Kalau dilihat dari jam kerja seminggu, pada tahun 2005, penduduk perempuan pada umumnya lebih banyak yang kurang produktif, yang mana sebanyak 14,08 persen pekerja perempuan bekerja kurang dari 35 jam seminggu, sedangkan laki-laki jumlah pekerja yang bekerja dengan jumlah jam yang sama berjumlah 11,42 persen. Jika dibandingkan dengan tahun 2003, persentase penduduk yang bekerja kurang dari jam kerja normal banyak Indikator Kesra Kota Kupang 2005/

65 Ketenagakerjaan mengalami perubahan yang cukup berarti bagi kaum perempuan, yaitu semakin produktifnya penduduk perempuan Kota Kupang dibandingkan penduduk laki-lakinya. Tampak dari Tabel 4.6 bahwa proporsi penduduk perempuan yang bekerja di bawah jam kerja normal semakin menurun. Gambar 4.4 Persentase Penduduk yang Bekerja Lebih dari 35 jam Seminggu menurut Jenis Kelamin, ,58 84,72 85,92 72, Laki-laki Perempuan Indikator Kesra Kota Kupang 2005/

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya INDIKATOR KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI ACEH 2016 Nomor Publikasi : 11522.1605 Katalog BPS : 4102004.11 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : xvii + 115 Halaman Naskah Gambar Kulit Diterbitkan

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 12 IndikatorKesejahteraanRakyat,2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 No. ISSN : 0854-9494 No. Publikasi : 53522.1002 No. Katalog : 4102004 Ukuran Buku Jumlah Halaman N a s k a

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN WANITA 2014 ISSN : No. Publikasi : 5314.1420 Katalog BPS : 2104003.5314 Ukuran Buku : 16 x 21 cm Jumlah Halaman : xiv + 31 halaman Naskah : BPS Kabupaten Rote Ndao Penyunting :

Lebih terperinci

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber I. Pendahuluan Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) dari delapan tujuan yang telah dideklarasikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2000 adalah mendorong kesetaraan gender dan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67 RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS 2015 Dalam kaitan dengan upaya peningkatan kesejahteraan, meningkatnya derajat kesehatan penduduk di suatu wilayah, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK Katalog BPS : 4102004.1111 Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara Jl. T. Chik Di Tiro No. 5 Telp/Faks. (0645) 43441 Lhokseumawe 24351 e-mail : bpsacehutara@yahoo.co.id, bps1111@bps.go.id BADAN PUSAT

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 Katalog BPS : 4103.3375 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 Kerjasama BAPPEDA KOTA PEKALONGAN Dengan BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PEKALONGAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2011

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2011 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2011 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2011 No. Publikasi : 5371.1012 Katalog BPS : 4103.5371 Ukuran Buku : 15 cm x 21 cm Jumlah Halaman : 122 Halaman

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv ix BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

https://rotendaokab.bps.go.id

https://rotendaokab.bps.go.id KATA PENGANTAR Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rote Ndao Tahun 2015 disusun guna memenuhi kebutuhan pengguna data statistik khususnya data statistik sosial. Oleh karena itu BPS Kabupaten

Lebih terperinci

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013 Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013 INDIKATOR SOSIAL KABUPATEN PULAU MOROTAI 2013 Jumlah Halaman : ix + 77 halaman Naskah : BPS Kabupaten Pulau Morotai Diterbitkan Oleh : BAPPEDA Kabupaten Pulau

Lebih terperinci

Ketenagakerjaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Ketenagakerjaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Katalog BPS : 2301003.34 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Statistik BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2011

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2011 BPS PROVINSI DKI JAKARTA KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2011 TPT DKI JAKARTA BULAN FEBRUARI 2011 SEBESAR 10,83 PERSEN No. 19/05/31/Th XIII, 5 Mei 2011 Jumlah angkatan kerja pada Februari

Lebih terperinci

INIJIKATDR RAKYAT. ~~QI!i. l~e~ejaht&raan. Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pekalongan dengan Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan

INIJIKATDR RAKYAT. ~~QI!i. l~e~ejaht&raan. Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pekalongan dengan Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan INIJIKATDR l~e~ejaht&raan RAKYAT ~~QI!i Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pekalongan dengan Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN 2015

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2012

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2012 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 23/05/31/Th XIV, 7 Mei 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2012 TPT DKI JAKARTA BULAN FEBRUARI 2012 SEBESAR 10,72 PERSEN Jumlah angkatan kerja pada Februari

Lebih terperinci

pareparekota.bps.go.id

pareparekota.bps.go.id INDIKATOR SOSIAL KOTA PAREPARE TAHUN 2015 ISSN : 2460-2450 Nomor Publikasi : 73720.1503 Katalog BPS : 4102004.7372 Ukuran Buku : 21 cm x 15 cm Jumlah Halaman : 87 Naskah : Seksi Statistik Sosial BPS Kota

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 1101002.3510071 STATISTIK DAERAH KECAMATANTEGALSARI 2015 Katalog BPS : 1101002.3510071 Ukuran Buku : 18,2 cm x 25,7 cm Jumlah Halaman : vi + 16 Halaman Pembuat Naskah : Koordinator Statistik

Lebih terperinci

madiunkota.bps.go.id

madiunkota.bps.go.id Statistik Kesejahteraan Rakyat Kota Madiun Tahun 2015 Nomor Publikasi : 35770.1610 Katalog BPS : 3101001.3577 Naskah oleh : Seksi Statistik Sosial Gambar Kulit oleh : Seksi Statistik Sosial Diterbitkan

Lebih terperinci

STATISTIK GENDER 2011

STATISTIK GENDER 2011 STATISTIK GENDER 211 STATISTIK GENDER 211 ISBN: 978-979 - 64-46 - 9 No. Publikasi: 421.111 Katalog BPS: 21412 Ukuran Buku: 19 cm x 11 cm Naskah: Sub Direktorat Statistik Rumah tangga Gambar Kulit: Sub

Lebih terperinci

BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN

BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN 2006 2010 BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN 2006 2010 Nomor Publikasi: 16522.11.04 Katalog BPS: 3101017.16 Naskah: Seksi Statistik

Lebih terperinci

Katalog :

Katalog : Katalog : 4102004.7372 KATA PENGANTAR Penyusunan buku Indikator Sosial Kota Parepare 2013 ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tingkat kesejahteraan yang telah dicapai di Kota Parepare, dan sebagai

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BALARAJA 2015 Badan Pusat Statistik Kabupaten Tangerang Katalog BPS : 1101002.3603.130 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BALARAJA TAHUN 2015 Badan Pusat Statistik Kabupaten Tangerang

Lebih terperinci

Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Mamuju merupakan publikasi tahunan yang diterbitkan BPS Kabupaten Mamuju. Publikasi ini memuat

Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Mamuju merupakan publikasi tahunan yang diterbitkan BPS Kabupaten Mamuju. Publikasi ini memuat Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Mamuju merupakan publikasi tahunan yang diterbitkan BPS Kabupaten Mamuju. Publikasi ini memuat gambaran umum tentang keadaan kesejahteraan di Kabupaten

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semarang, BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG K e p a l a, BADAN PUSAT STATISTIK KOTA SEMARANG.

KATA PENGANTAR. Semarang, BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG K e p a l a, BADAN PUSAT STATISTIK KOTA SEMARANG. KATA PENGANTAR Disadari bahwa istilah kesejahteraan sebenarnya mencakup bidang - bidang kehidupan yang sangat luas yang tidak semua aspeknya dapat diukur. Isi dari publikasi ini hanya mencakup pada aspek-aspek

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2014 BPS PROVINSI DKI JAKARTA KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2014 TPT DKI JAKARTA BULAN FEBRUARI 2014 SEBESAR 9,84 PERSEN No. 26/05/31/Th. XVI, 5 Mei 2014 Jumlah angkatan kerja pada Februari

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 31/05/32/Th. XVII, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,40 PERSEN Berdasarkan hasil Sakernas bulan

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA TANGERANG SELATAN 2 0 1 4 ISSN : 2089-4619 Katalog BPS : 4102004.3674 Ukuran Buku : 25 cm x 17,6 cm Jumlah Halaman : x + 76 Halaman / pages Naskah: Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

Sambutan... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii Daftar Tabel.. iv Daftar Gambar.. iv

Sambutan... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii Daftar Tabel.. iv Daftar Gambar.. iv DAFTAR ISI halaman Sambutan... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii Daftar Tabel.. iv Daftar Gambar.. iv BAB I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang... 1 2. Pengertian Indikator... 2 3. Indikator Kesejahteraan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2015 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 54/11/31/Th. XVII, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2015 TPT DKI JAKARTA BULAN AGUSTUS 2015 SEBESAR 7,23 PERSEN Jumlah angkatan kerja pada Agustus

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN GUNUNGKIDUL WELFARE INDICATORS OF GUNUNGKIDUL REGENCY 2015

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN GUNUNGKIDUL WELFARE INDICATORS OF GUNUNGKIDUL REGENCY 2015 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN GUNUNGKIDUL WELFARE INDICATORS OF GUNUNGKIDUL REGENCY 2015 No. ISBN ISBN Number : 4102004.3403 No. Publikasi Publication Number : 3403.16.066 Naskah Manuscript

Lebih terperinci

BADANPUSATSTATISTIKPROVINSILAMPUNG

BADANPUSATSTATISTIKPROVINSILAMPUNG KatalogBPS:4102004.18 Kerjasama BadanPerencanaanPembangunanDaerahLampung dan BadanPusatStatitistikProvinsiLampung BADANPUSATSTATISTIKPROVINSILAMPUNG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI LAMPUNG 2012

Lebih terperinci

PROFIL KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013

PROFIL KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013 i PROFIL KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013 ii KATA PENGANTAR Profil Kesejahteraan Rakyat Kota Palangka Raya Tahun 2013 ini adalah merupakan publikasi yang diterbitkan oleh Badan Pusat

Lebih terperinci

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Kata pengantar Publikasi Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 merupakan publikasi yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kesehatan, kemiskinan, dan Indeks Demokrasi Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR. Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR. Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR 1. Penyebaran Penduduk Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat Propinsi Sulawesi Selatan dengan batas-batas

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN PASER TAHUN : Bappeda Kabupaten Paser bekerjasama dengan. Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN PASER TAHUN : Bappeda Kabupaten Paser bekerjasama dengan. Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN PASER TAHUN 2012 Ukuran buku : 21 cm x 29,7 cm Jumlah halaman : 60 + ix halaman Naskah : Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser Penyunting : Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

ANALISIS KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2013

ANALISIS KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2013 ANALISIS KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2013 ANALISIS KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2013 No. Publikasi : 62520.1404 Katalog BPS : 4102004.62 Ukuran Buku Jumlah Halaman :15 cm x 21 cm :

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat Keadaan Ketenagakerjaan No. 69/11/76/Th. XI, 6 November BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI BARAT Keadaan Ketenagakerjaan Di Provinsi Sulawesi Barat : Tingkat Pengangguran Terbuka di Sulawesi Barat

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2013 BPS PROVINSI DKI JAKARTA KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2013 TPT DKI JAKARTA BULAN FEBRUARI 2013 SEBESAR 9,94 PERSEN No. 25/05/31/Th. XV, 6 Mei 2012 Jumlah angkatan kerja pada Februari

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2008

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2008 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 04/01/31/Th. XI, 5 Januari 2009 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2008 Jumlah angkatan kerja di Provinsi DKI Jakarta pada Agustus 2008 mencapai 4,77 juta orang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah utama yang dihadapi oleh pemerintah pusat dan daerah dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat saat ini adalah masih tingginya angka kemiskinan dan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. iii. Alfatah Sibua, S.Ag, M.Hum. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015

KATA PENGANTAR. iii. Alfatah Sibua, S.Ag, M.Hum. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, atas kehendaknya Publikasi tahunan Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 dapat diselesaikan dengan baik. Publikasi ini mencakup informasi

Lebih terperinci

KATALOG BPS:

KATALOG BPS: KATALOG BPS: 1101002.190 STATISTIK DAERAH KECAMATAN GIRI 2013 Katalog BPS : 1101002.3510190 Ukuran Buku : 18,2 cm x 25,7 cm Jumlah Halaman : vi + 14 Halaman Pembuat Naskah : Koordinator Statistik Kecamatan

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG 2 0 1 3 ISSN: 2085-6016 Katalog BPS : 4101002.3601 Ukuran Buku : 21 cm x 15 cm Jumlah Halaman : 86 + xiii Halaman Naskah: Seksi Statistik Sosial Gambar Kulit:

Lebih terperinci

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2014

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2014 Kabupaten Pinrang 1 Kabupaten Pinrang 2 Kata Pengantar I ndikator Kesejahteraan Rakyat (Inkesra) Kabupaten Pinrang tahun 2013 memuat berbagai indikator antara lain: indikator Kependudukan, Keluarga Berencana,

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2016 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 23/05/31/Th. XVI, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2016 TPT DKI JAKARTA BULAN FEBRUARI 2016 SEBESAR 5,77 PERSEN Jumlah angkatan kerja pada Februari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG

KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG KATALOG BPS : 4102004.3322 KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG KATALOG BPS : 4102004.3322 KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN

Lebih terperinci

PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DI INDONESIA 2013

PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DI INDONESIA 2013 PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DI INDONESIA 2013 ISBN: 978-979 - 064-666 - 7 No. Publikasi: 04210.1310 Katalog BPS: 2104010 Ukuran Buku: 11 cm x 19 cm Jumlah Halaman: vii + 48 Naskah: Subdirektorat Statistik

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014 No. 06/05/53/Th. XV, 5 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 1,97% Angkatan kerja NTT pada Februari 2014 mencapai 2.383.116 orang, bertambah

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017 Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Provinsi DKI Jakarta No. 55/11/31/Th. XIX, 6 November 2017 PROVINSI DKI JAKARTA KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017 Tingkat P Terbuka (TPT) sebesar 7,14

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2009

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2009 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 19/05/31/Th.XI, 15 Mei 2009 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2009 TPT DKI JAKARTA BULAN FEBRUARI 2009 SEBESAR 11,99 PERSEN angkatan kerja pada Februari 2009

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN INDONESIA AGUSTUS 2009

KEADAAN KETENAGAKERJAAN INDONESIA AGUSTUS 2009 BADAN PUSAT STATISTIK No. 75/12/Th. XII, 1 Desember 2009 KEADAAN KETENAGAKERJAAN INDONESIA AGUSTUS 2009 Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Agustus 2009 mencapai 113,83 juta orang, bertambah 90 ribu

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN BURU 2016 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN BURU 2016 ISBN : Nomor Publikasi : 81040.1603 Katalog BPS : 4102004.8104 Ukuran Buku : 21,5 x 15,5 cm Jumlah

Lebih terperinci

Keadaan Sosial Ekonomi dan Kependudukan Kota Balikpapan Tahun 2015

Keadaan Sosial Ekonomi dan Kependudukan Kota Balikpapan Tahun 2015 Keadaan Sosial Ekonomi dan Kependudukan Kota Balikpapan Tahun 2015 Nomor Katalog : 3101011.6471 Nomor Publikasi : Ukuran Buku Jumlah Halaman : 165 mm x 216 mm : 79 Halaman Penyunting : BPS Kota Balikpapan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SILIRAGUNG 2013 Katalog BPS : 1101002.3510011 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 25,7 cm x 18,2 cm : vi + 14 Halaman Pembuat Naskah : Koordinator Statistik Kecamatan Siliragung Badan

Lebih terperinci

https://rotendaokab.bps.go.id

https://rotendaokab.bps.go.id STATISTIK DAERAH KECAMATAN ROTE TENGAH 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN ROTE TENGAH 2016 ISSN : No. Publikasi: 5314.1616 Katalog BPS : 1101002.5314040 Ukuran Buku: 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : iv +

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015 No. 06/05/53/Th. XV, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,12% Angkatan kerja NTT pada Februari 2015 mencapai 2.405.644 orang, bertambah

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 BPS PROVINSI SULAWESI BARAT KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS No. 69/11/76/Th.X, 7 November AGUSTUS : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SULAWESI BARAT SEBESAR 3,33 PERSEN Penduduk usia kerja di Sulawesi Barat

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI RIAU

GAMBARAN UMUM KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI RIAU IV. GAMBARAN UMUM KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI RIAU 4.1. Kondisi Fisik Wilayah Provinsi Riau terdiri dari daratan dan perairan, dengan luas lebih kurang 329.867,61 km 2 sebesar 235.306 km 2 (71,33

Lebih terperinci

BAB III PROFIL SOSIAL BUDAYA

BAB III PROFIL SOSIAL BUDAYA BAB III PROFIL SOSIAL BUDAYA 3.1. Demografi Penduduk Kabupaten Sumba Barat pada Tahun 2014 berjumlah 119.907 jiwa, dengan jumlah rumah tangga sebanyak 21.883. Jumlah penduduk tersebut jika diklasifikasikan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 28/05/32/Th. XVIII,4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,57 PERSEN Berdasarkan hasil Sakernas bulan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2011

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2011 BADAN PUSAT STATISTIK No. 74/11/Th. XIV, 7 November 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2011 AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,56 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Agustus

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG 2 0 1 1 ISSN: 2085 6016 Katalog BPS : 4101002.3601 Ukuran Buku : 22 cm x 16,5 cm Jumlah Halaman : 96 + xiii Halaman Naskah: Seksi Statistik Sosial Gambar Kulit:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Penajam Paser Utara merupakan. Kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Paser dan

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Penajam Paser Utara merupakan. Kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Paser dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Penajam Paser Utara merupakan Kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Paser dan merupakan Kabupaten urutan ke-13 dari 14 Kabupaten/ Kota di Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Tual

Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Tual Katalog BPS : 4102004.8172 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Tual 2012 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MALUKU TENGGARA Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Tual Tahun 2012 ISSN : 0216.4769 Katalog BPS

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2011

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2011 BADAN PUSAT STATISTIK No. 33/05/Th. XIV, 5 Mei 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2011 FEBRUARI 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,80 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013 Katalog BPS : 1101002.6271020 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2016

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 40/05/21/Th. XI, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 9,03 PERSEN

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 4102004.8104 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BURU INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN BURU TAHUN 2015 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN BURU TAHUN 2014 ISBN : Nomor Publikasi

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2011/2012

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2011/2012 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2011/2012 WELFARE INDICATORS OF KALIMANTAN TENGAH 2011/2012 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2011/2012 WELFARE INDICATORS OF KALIMANTAN

Lebih terperinci

NO KATALOG :

NO KATALOG : NO KATALOG : 1101002.3510210 STATISTIK DAERAH KECAMATAN WONGSOREJO 2013 Katalog BPS : 1101002.3510210 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 25,7 cm x 18,2 cm : vi + Halaman Pembuat Naskah : Koordinator Statistik

Lebih terperinci

BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 26/05/31/Th. XVI, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2015 TPT DKI JAKARTA BULAN FEBRUARI 2015 SEBESAR 8,36 PERSEN Jumlah angkatan kerja di DKI Jakarta

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI MALUKU UTARA, AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI MALUKU UTARA, AGUSTUS 2015 No. 27/05/82/Th. XI, 06 Mei No. 67/11/82/Th XIV, 05 November KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI MALUKU UTARA, AGUSTUS : Jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas (penduduk usia kerja) mencapai 773,18 ribu orang. Naik

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG 2015 No Publikasi : 2171.15.31 Katalog BPS : 1102001.2171.081 Ukuran Buku : 24,5 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 11 hal. Naskah

Lebih terperinci

Profile Perempuan Indonesia

Profile Perempuan Indonesia Profile Perempuan Indonesia PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebangkitan nasional sebagai awal perjuangan perempuan yang terorganisir, ditandai dengan diselenggarakannya Kongres Perempuan Indonesia tingkat

Lebih terperinci

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

Statistik Daerah Kabupaten Bintan Statistik Daerah Kabupaten Bintan 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BINTAN PESISIR 2014 ISSN : No. Publikasi: 21020.1421 Katalog BPS : 1101001.2102.063 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 12

Lebih terperinci

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAKASSAR

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAKASSAR Katalog BPS : 4103.7371 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAKASSAR KATA PENGANTAR BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAKASSAR Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Makassar 2015 disusun sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 No.33/05/52/Th. XI, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,86 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Nusa Tenggara Barat pada Februari 2017 mencapai

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI No. xxx/05/21/th. V, 10 Mei 2010 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN FEBRUARI 2010 TINGKAT PENGANGGURAN KEPRI TERENDAH DALAM EMPAT TAHUN

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 29/05/32/Th.XIX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI JAWA BARAT FEBRUARI 2017 Angkatan kerja pada Februari 2017 sebanyak 22,64 juta orang, naik sekitar 0,46 juta orang

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2016 No.62/11/ 63/Th XX/07 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2016 Jumlah angkatan kerja mencapai 2,08 juta orang atau terjadi penambahan sebesar 91,13 ribu orang dibanding Agustus

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2013 No.29/05/63/Th XVII/06 Mei 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2013 Jumlah penduduk angkatan kerja pada 2013 sebesar 1.937.493 jiwa. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 2,65

Lebih terperinci

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN Adi Setiyanto PENDAHULUAN Tenaga kerja merupakan motor penggerak dalam pembangunan ekonomi. Tenaga kerja sebagai sumber daya

Lebih terperinci

STATISTIK KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN BANYUMAS 2015 No. Publikasi : 33020.1658 Katalog BPS : 4101002.3302 Ukuran Buku : 14,8 cm x 21 cm Jumlah Halaman : xiii + 48 halaman Naskah : BPS Kabupaten Banyumas

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2010

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2010 BADAN PUSAT STATISTIK No. 77/12/Th. XIII, 1 Desember 2010 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2010 AGUSTUS 2010: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 7,14 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Agustus

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI No. 31/05/21/Th. VI, 5 Mei 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN FEBRUARI 2011 TINGKAT PENGANGGURAN KEPRI SEBESAR 7,04 PERSEN Jumlah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Profil Penduduk Lanjut Usia 2009

KATA PENGANTAR. Profil Penduduk Lanjut Usia 2009 25 KATA PENGANTAR Struktur penduduk dunia termasuk Indonesia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah dan proporsi penduduk lanjut usia. Meningkatnya jumlah penduduk lanjut

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016 No.36/05/52/Th. IX, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,66 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Nusa Tenggara Barat pada Februari 2016 mencapai

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK. Keadaan Ketenagakerjaan NTB Agustus Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 3,32 persen

BERITA RESMI STATISTIK. Keadaan Ketenagakerjaan NTB Agustus Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 3,32 persen Keadaan Ketenagakerjaan NTB Agustus 2017 No. 74/11/Th. XI, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Keadaan Ketenagakerjaan NTB Agustus 2017 Agustus 2017:

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2017 No. 34/05/51/Th. XI, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2017 Jumlah angkatan kerja di Provinsi Bali pada Februari 2017 mencapai 2.469.104 orang, bertambah 86.638 orang dibanding

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2015 No. 36/05/51/Th. IX, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2015 Jumlah angkatan kerja di Provinsi Bali pada Februari 2015 mencapai 2.458.784 orang, bertambah sebanyak 142.026 orang

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 No.75/11/52/Th. X, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,94 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Nusa Tenggara Barat pada Agustus 2016 mencapai

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2013 No. 74/11/52/Th. VII, 6 November 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2013 AGUSTUS 2013: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 5,38 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Nusa Tenggara Barat pada Agustus

Lebih terperinci

KATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017

KATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017 KATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017 Nomor ISBN : 979-599-884-6 Nomor Publikasi : 52085.11.08 Ukuran Buku : 18.2 x 25.7cm Jumlah Halaman : 50 Halaman Naskah : Dinas Komunikais

Lebih terperinci

Katalog:

Katalog: Katalog: 1101002.3510020 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BANGOREJO 2013 Katalog BPS : 1101002.3510020 Ukuran Buku : 18,2 cm x 25,7 cm Jumlah Halaman : vi + 16 Halaman Pembuat Naskah : Koordinator Statistik

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

Penambahan Angkatan Kerja Baru di Provinsi Jawa Tengah

Penambahan Angkatan Kerja Baru di Provinsi Jawa Tengah Penambahan Angkatan Kerja Baru di Provinsi Jawa Tengah Erisman, M.Si, Kabid Statistik Sosial, BPS Provinsi Jawa Tengah Data Penduduk Yang Digunakan Mulai tahun 2014 angka penduduk yang digunakan adalah

Lebih terperinci

STATISTIK KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI 2014 ISSN : 2355-2964 Katalog BPS : 2301104.51 Nomor Publikasi : 51521.1502 Ukuran Buku : 14,8 cm x 21 cm Jumlah Halaman : xi + 75 halaman Naskah : BPS Provinsi

Lebih terperinci