BAB V KARAKTERSTIK PKL DAN KONSUMEN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI TINJAUAN KEBIJAKAN PENATAAN RUANG TERHADAP PENATAAN PKL

BAB III METODE PENELITIAN

BAB VIII ALTERNATIF MODEL PENATAAN PKL DI KOTA TASIKMALAYA

BAB VII ASPIRASI MASYARAKAT TENTANG PENATAAN PKL

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. permintaan tenaga kerja dan penawaran tenaga kerja di Indonesia. Indonesia

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR YAIK SEMARANG (Studi Kasus : Persepsi Pengunjung Dan Pedagang) TUGAS AKHIR

LAMPIRAN KUISIONER DATA UMUM PKL DI KOTA BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. kerja. Sehingga lebih memilih bekerja di sektor informal.

BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Pasar Tiban Kelurahan Krapyak Lor Pekalongan. kamus bahasa Indonesia karangan Badudu-Zain kata tiba

I.PENDAHULUAN. Pedagang Kaki Lima (PKL) menjadi pilihan yang termudah untuk bertahan hidup.

ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR. Oleh: SULISTIANTO L2D

LAMPIRAN 1. Kuesioner. 1.1 Kuesioner Pendahuluan 1.2 Kuesioner Penelitian Sebelum Uji Validitas Konstruksi 1.3 Kuesioner Penelitian

HUBUNGAN KARAKTER AKTIVITAS DAN KARAKTER BERLOKASI PKL DI KOTA SURAKARTA

BERITA RESMI STATISTIK

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN KEBUTUHAN RUANG PKL DI KORIDOR SURYAKENCANA

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

PEMAHAMAN DAN IMPLEMENTASI KETAATAN HUKUM PEDAGANG KAKI LIMA. (Studi Kasus pada PKL di Jalan R. Suprapto. Purwodadi Kabupaten Grobogan)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan primer masyarakat seperti kebutuhan akan sandang, pangan dan papan merupakan kebutuhan yang

BAB V GAMBARAN UMUM UPTD PASAR BARU BOGOR

BAB VI. KARAKTERISTIK PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR

PERPINDAHAN DAN PERALIHAN KEPEMILIKAN SATUAN RUMAH SUSUN (Studi Kasus : Rumah Susun Kemayoran, Jakarta Pusat)

STUDI ARAHAN PENATAAN FISIK AKTIVITAS PKL DI KORIDOR JALAN SUDIRMAN KOTA SALATIGA TUGAS AKHIR

Kegiatan Jual Beli di Lingkungan Rumah

- Dasar Hukum Peraturan Daerah ini adalah :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seli Septiana Pratiwi, 2014 Migran PKl dan dampaknya terhadap ketertiban sosial

KONSEP SIMBIOSIS MUTUALISTIK SEKTOR FORMAL DAN INFORMAL PERKOTAAN UNTUK PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI SEPANJANG KORIDOR JALAN SAMANHUDI JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila. Salah satu cara mencapai keadaan tersebut diprioritaskan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI. Cicurug memiliki luas sebesar hektar. Kecamatan Cicurug terletak pada

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. itu telah disebarkan kuesioner kepada 50 orang responden. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyebaran dan pergerakan penduduk. Hal ini mengakibatkan di. masyarakat, fungsi pelayanan dan kegiatan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAMPANYE KETERTIBAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. besar-besaran dari perusahaan-perusahaan swasta nasional. Hal ini berujung pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

KUESIONER Pertanyaan Untuk Pebelanja. Kelurahan :.. Kecamatan :.. Kota :.. DKI Jakarta

7. LAMPIRAN Lampiran 1. Foto Pelaksanaan Survey 1.1. Foto Survey di SMP Yohanes XXIII Semarang

KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) PADA KAWASAN PERDAGANGAN JALAN KARTINI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

JURNAL EKONOMI Volume 22, Nomor 1 Maret 2014 ANALISIS SUMBER MODAL PEDAGANG PASAR TRADISIONAL DI KOTA PEKANBARU. Toti Indrawati dan Indri Yovita

DAFTAR PUSTAKA. BPS Monografi Kelurahan Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara. Semarang : Kelurahan Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara.

BAB IV DATA DAN ANALISA DATA

BAB III PENYAJIAN & ANALISIS DATA. uraian mengenai data jawaban dari masing-masing variabel dengan sampel

BAB I PENDAHULUAN. sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan

BAB V KESIMPULAN. Pasar Bandar Buat awal berdirinya merupakan sebuah pasar nagari, pasar

BAB III DATA DAN ANALISIS

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 60 TAHUN 2016

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. dilaporkan dalam tabel 4.1 ; 4.2 ; 4.3 berikut ini : Tabel 4.1 Disribusi responden menurut kelompok umur

BAB V KARAKTERISTIK DAN PERMASALAHAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KOTA BOGOR

V. PASAR TRADISIONAL KOTA BOGOR

Penentuan Kriteria Lokasi PKL Barang Bekas di Surabaya. Studi Kasus : PKL Gembong Surabaya

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. negara ataupun bagi daerah objek wisata tersebut. antara lain unsur budaya, transportasi, akomodasi, objek wisata tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Diakses 17 juli Guritno Kusumo Statistik Usaha Kecil dan Menengah.

BAB VII STRATEGI PENINGKATAN POSISI TAWAR PASAR TRADISIONAL TERHADAP PEDAGANG DI KOTA BOGOR

BAB III IMPLEMENTASI TENTANG LARANGAN MENGALIHFUNGSIKAN TROTOAR DAN SUNGAI YANG AKTIF UNTUK TEMPAT BERDAGANG PADA PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2011

S - 16 KAJIAN PENATAAN PKL BERDASARKAN PREFERENSI PKL DAN PERSEPSI MASYARAKAT DI KAWASAN PASAR SUDIRMAN PONTIANAK

INDEKS TENDENSI KONSUMEN JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2012

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengujian Chi-Squere. 1. Hubungan Jenis Kelamin dan Kondisi Kerja

BAB VIII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN DAN KESETARAAN GENDER DALAM BMT SWADAYA PRIBUMI

6 RANCANGAN PROGRAM PENATAAN PKL

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat.

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN EFEK KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN LANTING UBI KAYU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor ini memegang peranan yang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan investasi dan ekspor. Pertumbuhan ekonomi tahun 2015, berasal

VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEDAGANG KAKI LIMA (Studi kasus di kecamatan lowokwaru kota malang)

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN. 1. Sejarah Singkat Berdirinya Pasar Bawah Kota Bandar Lampung

KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PECINAN SEMARANG TUGAS AKHIR

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) ada pengunjung yang berasal dari luar negeri (wisatawan mancanegara)

KUESIONER PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. lima jalan Kapten Muslim Kota Medan. Kajian penelitian ini dilatar belakangi

BAB 4 ANALISIS HASIL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

Manajemen Relokasi Pedagang Kaki Lima Taman Menteri Supeno di Kota Semarang

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN, TINGKAT KEPEDULIAN DAN EKUITAS MEREK

DocuCom PDF Trial. Nitro PDF Trial BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya,

KUESIONER. Tayangan Sinetron India dan Pemenuhan Kebutuhan akan Hiburan

I. Profil Responden 1. Jenis kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan. 2. Umur : a tahun c tahun b tahun d.

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii ABSTRAK... iii KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR...

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

BAB I PENDAHULUAN. pasar terorganisasi (Hart Keith, 1971). Richardson (1984) menyatakan bahwa di sebagian besar

INDEKS TENDENSI KONSUMEN JAWA TENGAH TRIWULAN I-2014

Transkripsi:

BAB V KARAKTERSTIK PKL DAN KONSUMEN 5.1 Karakteristik PKL Karakteristik pedagang kaki lima (PKL) dapat dilihat dari indikasi dalam hal fungsi kegiatannya, tingkat pendidikan, jenis dagangan, lamanya berprofesi sebagai PKL, tingkat pendapatan (keuntungan), model yang diinginkan, interaksi sesama PKL, dan kebutuhan ruang PKL. Di bawah ini akan dipaparkan karakteristik PKL Kota Tasikmalaya berdasarkan hasil analisis dari kuesioner dan wawancara yang dilakukan. 5.1.1 Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan PKL Kota Tasikmalaya secara umum adalah tamatan SD. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat pemahaman masyarakat PKL Kota Tasikmalaya masih rendah dalam mencerna suatu pola kebijakan yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota Tasikmalaya. Berikut ini data tingkat pendidikan PKL berdasarkan hasil kuesioner. Rata-rata Pendidikan PKL 35 30 25 20 Prosentase 15 10 5 0 34 32 32 2 SD SMP SMA S1 Pendidikan Gambar 21 Rata-rata Pendidikan PKL Kota Tasikmalaya Dari Gambar 21 dapat dilihat umumnya pendidikan PKL adalah tamatan SD (34%), namun prosentase PKL yang tamat SLTP dan SLTA hampir seimbang dengan jumlah PKL yang tamatan SD dengan prosentase masing-masing 32%. Walaupun begitu, di beberapa lokasi terdapat beberapa orang yang berpendidikan diploma/sarjana.

5.1.2 Jenis Usaha (Dagangan) Jenis usaha (dagangan) yang dijual oleh PKL di tiap lokasi bermacammacam bahkan ada beberapa lokasi yang jenis dagangannya homogen. Namun dari jenis dagangan yang dijual oleh PKL tidak ada dagangan yang dijual berupa hasil industri bordir Kota Tasikmalaya yang sudah terkenal sampai mancanegara. Berikut ini jenis dagangan yang ada di tiap lokasi. Tabel 15 Jenis Usaha (dagangan) PKL Berdasarkan Lokasi di Kota Tasikmalaya No. Lokasi Jenis Usaha (Dagangan) 1. Koridor Jl. HZ. Mustofa - Jasa (reklame, stempel) - Produk (pakaian, asesoris) 2. Koridor Jl. Pasar Wetan-Veteran- Gunung Sabeulah 3. Koridor Jl. Bekas Rel-Psar Kidul- Pasar Baru - Produk (kios rokok, asesoris, vocher, koran) - Daging dan ikan - Sepeda (di Jl. Pasar Kidul) - Ikan Hias (di Jl. Pasar Baru) 4. Koridor Jl. Empang-Pataruman- Tentara Pelajar (khususnya Jl. Empang) 5. Koridor Jl. Cihideung - Produk (pakaian, sandal, kerudung, tas) 6. Koridor Jl. Cihideung Balong - VCD 7. Koridor Jl. RSU 8. Kawasan Dadaha - Produk (kios, pakaian, VCD, asesoris) Sumber : Hasil Pengamatan dan Analisis Data, 2008 Berdasarkan Tabel 15 dapat dilihat bahwa setiap lokasi PKL memiliki jenis dagangan yang berbeda-beda, yang dipengaruhi oleh konsumen yang membeli dan lokasi dari PKL tersebut. Dari data ini terdapat 5 lokasi yang memiliki jenis dagangan yang tidak campur (mixed) yaitu pedagang sepeda terdapat di Pasar Kidul, pedagang ikan hias berlokasi di Jl. Pasar Baru, pedagang makanan dan minuman di Jl. Empang, pedagang VCD di Jl. Cihideung Balong, dan pedagang makanan & minuman beserta buah-buahan di Jl. RSU. Penyebaran lokasi pedagang kaki lima secara spesifik sudah diintervensi oleh pemerintah, walaupun tidak semua berjalan dengan baik. Lokasi PKL di Jl. Empang dan Jl. Cihideung Balong sudah pernah diatur khusus untuk makanan dan VCD sehingga pedagang yang berjualan di Jl. HZ. Mustofa dipindahkan pada tahun 2005 ke Jl. Empang namun beberapa saat kemudian kembali lagi ke tempat

asal. Lain halnya dengan pedagang VCD sampai saat ini masih tetap berada di Jl. Cihideung Balong. Pedagang yang berjualan di RSU hanya menjual makanan dan buah-buahan karena konsumen mereka umumnya adalah pengunjung RSUD. Pedagang lain yang bersifat mengelompok ialah pedagang stempel yang berada di Jl. HZ. Mustofa. Mereka berdagang di pertigaan Jl. HZ. Mustofa dan Jl. Sukawarni. Untuk lebih jelasnya mengenai sebaran pedagang berdasarkan jenis dagangannya dapat dilihat pada Gambar 22. Jumlah PKL di setiap lokasi umumnya cenderung tetap dan kalaupun mengalami kenaikan jumlahnya tidak terlalu besar, kecuali di Kawasan Dadaha mengalami kenaikan. Dari data Satpol PP, PKL pada Oktober tahun 2007 sebanyak 61 orang sedangkan berdasarkan pendataan Mei tahun 2008 PKL mengalami kenaikan menjadi 175 orang. Berikut ini data mengenai jumlah PKL berdasarkan jenis dagangan per lokasi (Tabel 16). Tabel 16 Jumlah PKL Pusat Kota Tasikmalaya Berdasarkan Jenis Dagangan No. Jenis Jumlah PKL (Orang) Dagangan Veteran *) Pasar Wetan *) Cihideung *) Sukawarni *) Dadaha **) 1. Buah-buahan 2 4 11 0 0 2. Makanan & 17 15 30 1 37 minuman 3. Sandang 9 18 136 3 25 4. Koran/majalah 0 0 0 0 2 5. Ikan Hias 0 0 0 0 2 6. Sayuran 0 2 0 0 0 7. Vocher 0 0 0 0 6 8. Aksesoris 10 5 29 2 6 9. Jasa 4 12 2 2 5 10. Kios Rokok 5 1 0 0 0 11. Bensin 2 tak 0 0 0 0 1 12. Lain-lain 3 14 41 0 23 Jumlah 50 71 249 8 175 Sumber : Kelurahan Yudanegara, 2005 dan Satpol PP tahun 2008(Kawasan Dadaha) Keterangan : *) Data Kelurahan Yudanegara Tahun 2005 **) Data Satpol PP Mei 2008 Berdasarkan hasil kuesioner, barang dagangan yang dijual oleh PKL umumnya berasal dari Kota Tasikmalaya. Namun ada pula barang dagangan yang berasal dari luar Kota Tasikmalaya dan campuran dari dalam dan luar Kota Tasikmalaya. Berikut ini disajikan data mengenai asal barang dagangan PKL berdasarkan jenis barang yang dijual.

Tabel 17 Asal Barang Dagangan yang Dijual oleh PKL No. Asal Barang Dagangan Jenis Barang Dagangan 1. Kota Tasikmalaya - Aksesoris - Daging dan ikan - Sayuran - Makanan dan minuman 2. Luar Kota Tasikmalaya - Ikan hias - VCD - Sepeda - Sandal - Vocher 3. Campuran (Dalam dan Luar Kota Tasikmalaya) Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2008 Tabel di atas menunjukkan bahwa buah-buahan merupakan barang dagangan yang berasal dari dalam dan luar Kota Tasikmalaya, dengan distribusi 62% berasal dari dalam Kota Tasikmalaya dan sisanya 38% berasal dari luar Kota Tasikmalaya. 5.1.3 Modal Usaha Modal usaha para PKL untuk melakukan kegiatan berdagang memiliki kisaran yang beragam. Rata-rata modal awal umumnya berkisar antara Rp 1.000.000,- sampai dengan Rp 3.000.000,- sedangkan untuk modal harian berkisar antara Rp 30.000,- sampai Rp 350.000,-. Adapun sumber dari modal awal umumnya milik sendiri (63,22%), pinjaman (24,44%), bantuan (8,89%), dan lainnya (4,44%). Untuk lebih jelasnya dominan modal awal setiap jenis dagangan di luar sarana untuk berdagang (lapak atau gerobak) dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18 Modal Awal Berdasarkan Jenis Dagangan (Rp) No. Jenis Dagangan Dominan Modal Awal Rata-rata (Rp) 1. Buah-buahan 1.800.000 2. Makanan & Minuman 2.362.500 3. Sandang 3.000.000 4. Koran/majalah 2.000.000 5. VCD 5.000.000 6. Sepeda 2.000.000 7. Ikan Hias 3.000.000 8. Sayuran 2.500.000 9. Daging & Ikan 1.500.000 10. Vocher 5.000.000 11. Asesoris 1.500.000 12. Jasa/Service 2.000.000 Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2008

Berdasarkan Tabel 18 dapat kita lihat bahwa rata-rata modal untuk melakukan kegiatan menjadi PKL dikategorikan rendah karena usaha ini tergolong usaha mikro yang menurut Dinas Usaha Kecil dan Menengah salah satu cirinya ialah modal awal < Rp 100.000.000,-. Tentunya jika dibandingkan modal untuk melakukan kegiatan perdagangan formal jauh lebih tinggi dari modal PKL sehingga banyak orang yang tertarik untuk berprofesi sebagai PKL. Permasalahan yang ditemukan adalah modal yang berasal dari pinjaman sebesar 24,44 persen itu merupakan pinjaman dari rentenir. Hal inilah yang menyebabkan PKL tidak mengalami peningkatan kualitas hidup khususnya dalam hal tingkat ekonominya. 5.1.4 Tenaga Kerja Karakteristik lain PKL ialah umumnya dalam melakukan kegitannya (72%) mereka tidak menggunakan tenaga kerja lain (dilakukan oleh sendiri). Hanya beberapa jenis usaha saja yang menggunakan tenaga kerja lain, yang biasanya mereka masih memiliki hubungan keluarga dengan PKL seperti suami/istri, anak, atau anggota keluarga lain yang masih kerabat sendiri. Berikut ini diagram prosentase jumlah tenaga kerja yang digunakan oleh PKL. Jumlah Tenaga Kerja Yang Digunakan PKL 16% 10% 2% 72% 0 1 2 >2 Gambar 23 Diagram Prosentase Jumlah Tenaga Kerja yang Digunakan oleh PKL Pada umumnya pedagang produk seperti pakaian, VCD, koran/majalah, daging & ikan, asesoris, ikan hias, dan sepeda hampir 100% tidak menggunakan tenaga kerja lain. Sedangkan pedagang makanan & minuman, buah-buahan yang di kios (tidak menggunakan gerobak/roda), dan pedagang sayuran umumnya dibantu oleh tenaga kerja lain, umumnya hanya 1 orang.

5.1.5 Lamanya Berprofesi dan Daerah Asal Lama PKL berprofesi berkisar antara 1-40 tahunan. Hal ini, mengindikasikan bahwa diantara para PKL ada yang berasal dari dalam Kota Tasikmalaya dan dari luar Kota Tasikmalaya. Semakin lama dia berprofesi berarti bisa dimungkinkan PKL itu merupakan penduduk asal Kota Tasikmalaya. Jumlah PKL berdasarkan daerah asal yang didapat dari data Himpunan Pedagang Kecil Mustofa (HPKM) dan Himpunan Pedagang Kecil Saluyu (HPKS) disajikan pada Tabel 19. Tabel 19 Jumlah dan Prosentase PKL Kawasan HZ. Mustofa Berdasarkan Daerah Asal No. Daerah Asal Jumlah Prosentase (%) 1. Kota Tasikmalaya 179 71,31 2. Kabupaten Tasikmalaya 30 11,95 3. Kabupaten Ciamis 23 9,16 4. Kabupaten Garut 6 2,39 5. Lain-lain 13 5,18 Jumlah 251 100,00 Sumber : HPKM dan HPKS, 2003 Begitu pula berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh UPLINK, sebuah LSM di Kota Tasikmalaya yang saat ini sedang menyusun konsep penataan PKL Kawasan Dadaha bersama-sama PKL Dadaha, menyatakan bahwa pada umumnya PKL berasal dari dalam Kota Tasikmalaya sebesar 79%. Data asal PKL di Kawasan Dadaha disajikan pada Tabel 20. Tabel 20 Jumlah dan Prosentase PKL Kawasan Dadaha Berdasarkan Daerah Asal No. Daerah Asal Jumlah Prosentase (%) 1. Tasikmalaya 79 79 2. Luar Tasikmalaya, Prov. Jawa Barat 13 13 3. Pulau Jawa 1 1 4. Luar Jawa 7 7 Jumlah Sumber : Hasil Analisis UPLINK, 2008 100 100 Di koridor lain pun berdasarkan hasil kuesioner, lebih dari 70% PKL berasal dari Kota Tasikmalaya. Dengan demikian, PKL Kota Tasikmalaya ini bisa dikategorikan merupakan PKL lokal. 5.1.6 Tingkat Pendapatan (Keuntungan) Tingkat pendapatan yang dihitung ialah keuntungan rata-rata per hari yang didapat oleh PKL. Keuntungan yang diperoleh PKL bervariasi tergantung dari

jenis dagangan yang dijual. Kelompok PKL yang menjual sandang yang terdiri atas pedagang buah-buahan, pedagang makanan dan minuman, pedagang sayuran, dan pedagang daging dan ikan merupakan kelompok pedagang yang mendapat keuntungan paling tinggi. Berikut ini data mengenai dominan keuntungan PKL berdasarkan jenis dagangan. Tabel 21 Keuntungan per Hari Berdasarkan Jenis Dagangan (Rp per hari) No. Jenis Dagangan Dominan Keuntungan Keuntungan per hari (Rp) Per bulan (Rp) Keterangan 1. Buah-buahan 125.000 3.750.000 Tinggi 2. Makanan & Minuman 100.000 3.000.000 Tinggi 3. Pakaian 50.000 1.500.000 Tinggi 4. Koran/majalah 30.000 900.000 Sedang 5. VCD 50.000 1.500.000 Tinggi 6. Sepeda 35.000 1.050.000 Sedang 7. Ikan Hias 30.000 900.000 Sedang 8. Sayuran 75.000 2.250.000 Tinggi 9. Daging & Ikan 100.000 3.000.000 Tinggi 10. Vocher 30.000 900.000 Sedang 11. Asesoris 30.000 900.000 Sedang 12. Jasa/Service 30.000 900.000 Sedang Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2008 Berdasarkan Tabel 21, secara umum dapat dilihat bahwa pendapatan yang diperoleh oleh PKL dikategorikan mencukupi kebutuhan hidup mereka sehari-hari karena pendapatan yang didapat tergolong sedang dan tinggi. 5.1.7 Jenis Sarana Perdagangan Sarana yang digunakan oleh PKL untuk kegiatan berdagang perlu diketahui karena berkaitan dengan jenis penataan yang akan dilakukan. Sarana untuk kegiatan PKL yang digunakan ada yang bersifat temporer, semi permanen bahkan ada juga yang sudah bersifat permanen. Sarana berdagang yang bersifat temporer yaitu gerobak/roda. Sarana ini digunakan oleh pedagang buah-buahan keliling dan pedagang makanan yang berada di Jl. Empang. Lokasi PKL yang menggunakan sarana ini berada di sepanjang trotoar jalan. Sarana berdagang yang bersifat semi permanen ialah lapak sebagai sarana berdagang dan atapnya terbuat dari terpal plastik yang bisa dibongkar. Sarana inilah yang paling banyak digunakan oleh PKL di Kota Tasikmalaya. PKL yang

menggunakan sarana ini ada menempati trotoar dan ada pula yang menempati badan jalan. Sarana permanen ialah lapak dengan bangunan yang sudah permanen. Lapak dengan bangunan yang sudah permanen terdapat di Jl. Bekas Rel, Jl. Pasar Baru, dan Jl. Pasar Kidul yang dikelola oleh pihak swasta. Sedangkan bangunan yang berupa warung atau kafe terdapat di Kawasan Dadaha.Untuk lebih jelasnya mengenai sarana perdagangan dan bagian jalan yang digunakan untuk masingmasing jenis sarana di tiap jalan dapat dilihat pada Gambar 24 dan 25 berikut. Gambar 24 Foto di atas memperlihatkan sarana yang digunakan sudah permanen dan lokasi yang digunakan pada foto yang paling kiri dan tengah adalah badan jalan dan pada foto paling kanan menggunakan trotoar jalan 5.1.8 Interaksi Sesama PKL Hubungan kerjasama antara sesama PKL di Kota Tasikmalaya umumnya terjalin antar sesama PKL yang memiliki jenis dagangan yang sama. Bentuk interaksi atau kerjasama itu diantaranya tukar menukar barang, tukar informasi, dan informasi mengenai harga. Berdasarkan hasil wawancara, kerjasama tidak terjadi untuk pedagang yang menjual makanan dan minuman serta penjual ikan hias. Hal ini tentu saja karena sifat barang yang mereka jual berbeda dengan penjual lainnya. Misalnya pedagang buah, mereka masih bisa melakukan tukar menukar barang atau saling memberi informasi tentang harga jual dari barang yang akan mereka jual. Tingkat solidaritas antar PKL juga tinggi. Hal ini diindikasikan dengan adanya iuran harian yan dihimpun oleh himpunan pedagang tiap lokasi untuk kepentingan jika ada PKL yang sakit, kegiatan-kegiatan sosial-ekonomi PKL, dan sebagainya. Tingkat kepercayaan PKL terhadap ketua kelompok maupun koordinator PKL cukup tinggi seperti di Dadaha. Ketika ada isu untuk penertiban

mereka berdiskusi dan menyerahkan hasil diskusi untuk diperjuangkan oleh koordinator PKL ke eksekutif dan legislatif. Begitu pula di kawasan lainnya, dalam setiap pengaturan dan pengendalian PKL koordinator masing-masing lokasi sangat berperan. Dari hal di atas, para PKL ini memiliki modal sosial berupa rasa solidaritas diantara PKL dan saling gotong royong serta adanya kepercayaan terhadap koordinator-koordinator PKL yang diwadahi melalui lembaga perkumpulan diantaranya HPKM (Himpunan Pedagang Kecil Mustofa), HPKS (Himpunan Pedagang Kecil Saluyu, Himpunan Pedagang Pasar Rel, Himpunan Pedagang Pasar Kidul, Himpunan Pedagang Cihideung, dan sebagainya sesuai nama jalan tempat mereka berdagang. 5.1.9 Interaksi PKL dengan Pedagang Formal Interaksi tidak saja terjadi antara sesama PKL, tetapi juga terjadi antara PKL dengan pedagang formal. Namun, hal ini hanya terjadi di beberapa lokasi saja. Berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner, kerjasama antara PKL dengan pedagang formal yang terjalin yaitu pedagang yang menjual jenis dagangan pakaian, asesoris, dan sepeda. Bentuk kerjasamanya ialah PKL mengambil barang dari pedagang formal untuk dijual dengan harga yang tentunya lebih murah dibandingkan harga di toko. Hal ini dilakukan dalam rangka memperluas skala usaha dari pedagang formal. Adapun jumlah PKL yang bekerjasama dengan pedagang formal dari 65 orang PKL sebanyak 27,69%. Hal ini mengindikasikan adanya saling ketergantungan antara beberapa PKL dengan pedagang formal. 5.2 Hubungan Antar Karakteristik PKL Hubungan antar karakteristik PKL dinyatakan dengan hubungan antara keuntungan yang didapat dengan tingkat pendidikan, lama usaha, modal usaha, dan umur. Hubungan itu dianalisis dengan menggunakan Analisis Spearman yang hasilnya disajikan pada Tabel 22.

Tabel 22 Koefisien Korelasi antara Keuntungan, Lama usaha, Pendidikan, Modal, dan Umur Correlations Spearman's rho keuntngn lamausaha pddkn modal umur Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). keuntngn lamausaha pddkn modal umur 1.000 -.055.098.052 -.232*..561.293.577.012 116 116 116 116 116 -.055 1.000.061 -.036.306**.561..518.703.001 116 116 116 116 116.098.061 1.000.417** -.236*.293.518..000.011 116 116 116 116 116.052 -.036.417** 1.000 -.038.577.703.000..685 116 116 116 116 116 -.232*.306** -.236* -.038 1.000.012.001.011.685. 116 116 116 116 116 Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 22 ternyata tidak ada perbedaan yang nyata atau hubungan antar variabel. Hal ini dapat disebabkan keuntungan dari PKL tidak dipengaruhi lama usaha, tingkat pendidikan, modal usaha, maupun umur. Keuntungan PKL dipengaruhi lokasi PKL berdagang dan tingkat keragaman serta jenis dagangan di lokasi. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23 Rata-rata Keuntungan PKL Berdasarkan Lokasi dan Tingkat Keragaman Jenis Dagangan No. Lokasi Rata-rata Keuntungan (Rp) Jenis Dagangan 1 HZ Mustofa 105300 - Jasa (reklame, stempel) - Produk (pakaian, asesoris) 2 Pasar Kidul 187500 - Daging dan ikan - Sepeda 3 Bekas Rel 117500 - Daging dan ikan 4 Pasar Wetan 185000 - Produk (kios rokok, asesoris, vocher, koran) 5 Cihideung 70000 - Produk (pakaian, sandal, kerudung, tas) 6 Tentara Pelajar 85000 7 RSU 47500

No. Lokasi Rata-rata Keuntungan (Rp) Jenis Dagangan 8 Empang 197000 9 Pataruman 62500 10 Veteran 32500 - Produk (kios rokok, asesoris, vocher, koran) 11 Cihideung Balong 190000 - VCD 12 Pasar Baru 90000 - Daging dan ikan - Ikan Hias 13 Gunung Sabeulah 71250 - Produk (kios rokok, asesoris, vocher, koran) 14 Dadaha 62000 - Produk (kios, pakaian, VCD, asesoris) Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2008 Berdasarkan Tabel 23 dapat dilihat bahwa di Jl. Bekas Rel dan Jl. Pasar Kidul memiliki rata-rata keuntungan yang besar karena lokasinya kini sudah seperti pasar dan menjual aneka kebutuhan sehari-hari. Begitupula dengan Jl. HZ. Mustofa karena di ruas jalan ini merupakan jalan utama di Kota Tasikmlaya dimana banyak terdapat toko pedagang formal dan mall sehingga menarik konsumen berbelanja ke daerah ini sehingga keuntungan rata-rata PKL pun besar. Lokasi yang memiliki homogenitas jenis dagangan seperti Jl. Empang dan Jl. Cihideung Balong juga memiliki tingkat keuntungan yang besar karena lokasi ini banyak dilalui oleh berbagai trayek angkutan kota disamping jenis dagangannya yang sudah khas. Dengan demikian, keragaman jenis dagangan di suatu lokasi sangat berpengaruh terhadap keuntungan pedagang karena berpengaruh pada pencapaian konsumen terhadap barang yang ingin dibelinya. 5.3 Karakteristik Konsumen Karakteristik konsumen PKL juga merupakan hal yang penting diperhatikan dalam penataan PKL karena PKL berinteraksi dengan konsumen sehingga keberadaan PKL tergantung dari konsumen. Karakteristik konsumen yang diinvestigasi adalah pemahaman terhadap perilaku konsumen PKL. Hal ini dapat diindikasikan dengan umur konsumen, status pekerjaan, dan motivasi berbelanja.

Telaah terhadap konsumen didapatkan bahwa konsumen yang melakukan jual beli dengan PKL berasal dari berbagai daerah di Kota Tasikmalaya, bahkan ada juga yang berasal dari Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Ciamis. Tentunya hal ini terjadi karena letak Kota Tasikmalaya berbatasan dengan kedua kabupaten tersebut. Berdasarkan data, sebanyak 29 orang (83%) konsumen berasal dari Kota Tasik, 4 orang (11%) berasal dari Kabupaten Tasikmalaya, dan 2 orang (6 %) dari Kabupaten Ciamis. Berkaitan dengan visi Kota Tasikmalaya sebagai pusat bisnis di Priangan Timur pada tahun 2012 dan di Jawa Barat pada Tahun 2025 dapat dilihat bahwa konsumen PKL dari luar kota hanya sebagian kecil saja dan dapat diduga bahwa konsumen luar kota lebih banyak berinteraksi dengan pedagang formal. Dari informasi sebelumnya mengindikasikan bahwa pada umumnya PKL Kota Tasikmalaya melayani konsumen masyarakat Kota Tasikmalaya dan sekitarnya karena hampir 100% responden menyatakan pernah berbelanja di PKL. Berdasarkan hasil kuesioner juga didapatkan bahwa konsumen PKL itu adalah masyarakat umum, yaitu masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah. Hal ini sama seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Hamid (hal. 24: 1995) bahwa konsumen PKL terdiri atas golongan pendapatan menengah kebawah, karena itu produk/barang yang dipilih disesuaikan dengan golongan pendapatan tersebut yaitu mutu barang yang sedang/kurang dan harga relatif murah agar terjangkau oleh konsumen. Umur konsumen yang berbelanja ke PKL Kota Tasikmalaya sangat bervariasi yaitu antara 16 50 tahun. Dengan demikian hal ini berpengaruh terhadap jenis dagangan yang dijual oleh PKL yaitu bervariasi karena konsumennya pun bervariasi dari tingkatan remaja sampai dewasa. Berarti jenis dagangan yang dijual dari mulai kebutuhan sehari-hari sampai aksesoris-aksesoris yang sifatnya kebutuhan sekunder. Pada umumnya motivasi para konsumen ini berbelanja ke PKL karena harganya lebih murah dibandingkan di toko-toko formal dan letaknya strategis di pusat kota dekat dengan kegiatan perdagangan, jasa, dan perkantoran.

5.4 Karakteristik Pedagangan Formal Karakteristik pedagang formal juga perlu diperhatikan dalam penataan PKL karena keberadaan mereka merupakan sektor formal yang mendapat legalitas secara hukum dan keberadaan PKL tentunya berkaitan dengan pedagang formal. Karakteristik pedagang formal di Kota Tasikmalaya diantaranya pendidikan rata-rata tamat diploma/sarjana (34,6%), memiliki masa kerja antara 10 96 tahun, rata-rata keuntungan per hari Rp 250.000,-, dan rata-rata durasi waktu berjualan 11 jam (07.00 18.00). Karakteristik pedagang formal ini tentunya jauh berbeda dengan karakteristik PKL baik dari tingkat pendidikan, masa kerja, dan keuntungan yang didapat karena pedagang formal memiliki modal yang tinggi dibandingkan PKL dan legalitas hukum dalam bentuk izin yang resmi untuk melakukan perdagangan. Menanggapi keberadaan PKL, konsumen pada umumnya merasakan keberadaan PKL menguntungkan karena memberi kemudahan bagi mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari disamping harganya yang relatif lebih murah dan letaknya yang dianggap strategis oleh konsumen. Sama halnya juga pedagang formal menganggap keberadaan PKL menguntungkan walaupun merupakan saingan bagi pedagang yang menjual barang dagangan yang sama dengan PKL. Berikut ini hasil pengolahan data kuesioner terkait keberadaan PKL menurut konsumen, pedagang formal, dan masyarakat umum. Tabel 24 Opini Stakeholder tentang Keberadaan PKL Opini Pedagang Formal Konsumen Masyarakat Umum Keberadaan PKL : a. Menguntungkan b. Merugikan 53,85% 46,15% 63,64% 36,36% 77,27% 22,73% Perlunya Penataan : a. Perlu b. Tidak Perlunya Relokasi : a. Ya b. Tidak Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2008 92,00% 2,00% 70,83% 29,17% 100,00% - 65,22% 34,78% 100,00% - 84,00% 16,00% Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa 53,85% pedagang formal memiliki solidaritas yang tinggi terhadap keberadaan PKL. Berdasarkan hasil wawancara di lapangan ternyata ada indikasi usaha PKL ini didukung oleh

pedagang formal dalam rangka memperluas usaha pedagang formal agar barang dagangannya laku karena jika pedagang formal ini melakukan perluasan usaha dengan memperluas toko atau membuka toko di tempat lain membutuhkan biaya yang besar sehingga salah satu caranya adalah memberi modal PKL memberi pinjaman berupa barang. 5.5 Ringkasan Karakteristik sosial-ekonomi PKL Kota Tasikmalaya berbeda dengan karakteristik PKL di kota lain seperti Kota Bogor, Kota Bandung, dan kota lain diantaranya tingkat pendidikannya tamatan SD (34%), jenis dagangan yang dijual berupa kebutuhan sehari-hari masyarakat (bukan hasil industri lokal) yang berasal dari dalam Kota Tasikmalaya sebesar 62%, modal awal rendah (< Rp 5.000.000,-) dan sebanyak 24% berasal dari pinjaman rentenir, 72% tidak menggunakan tenaga kerja, 71% PKL berasal dari dalam Kota Tasikmalaya, membentuk kelompokkelompok PKL berdasarkan ruas jalan, dan ada hubungan antara PKL dengan pedagang formal sebesar 27,69%. Berdasarkan hasil analisis hubungan antar karakteristik PKL yaitu antara keuntungan yang didapat dengan tingkat pendidikan, lama usaha, modal usaha, dan umur didapatkan bahwa diantara variabel itu tidak terdapat hubungan. Hal ini mengindikasikan bahwa untuk menjadi PKL tidak diperlukan pendidikan yang tinggi, pengalaman usaha, dan modal yang besar sehingga jenis usaha ini dijadikan alternatif untuk berusaha karena untuk memasuki sektor ini cukup mudah. Adapun karakteristik konsumen PKL adalah masyarakat dengan penghasilan menengah ke bawah dengan usia antara 16 50 tahun (usia produktif) dan berasal dari Kota Tasikmalaya (83%). Sedangkan karakteristik pedagang formal Kota Tasikmalaya lebih baik dibandingkan karakteristik PKL diantaranya memiliki pendidikan rata-rata tamat diploma/sarjana (34,6%), masa kerja yaitu antara 10 96 tahun, rata-rata keuntungan per hari Rp 250.000,-, dan rata-rata durasi waktu berjualan 11 jam (07.00 18.00).

Dengan demikian bisa dilihat bahwa PKL di Kota Tasikmalaya merupakan sektor yang mudah dimasuki oleh siapapun yang ingin melakukan usaha itu karena sektor ini lebih mudah dan membutuhkan modal yang relatif kecil dibandingkan sektor formal. Timbulnya PKL di Kota Tasikmalaya juga disebabkan tingginya angka pengangguran dimana pada tahun 2002 sebesar 47.380 orang sedangkan pada tahun 2006 sebanyak 34.907 orang. Dari data itu, terlihat bahwa jumlah pengangguran menurun yang disebabkan banyaknya supermarket/mall yang dibangun oleh pihak swasta atas izin Pemerintah Kota Tasikmalaya. Dengan dibangunnya sarana perdagangan itu mengakibatkan penyerapan tenaga kerja yang banyak dan tumbuh efek multiflier di sekitar sarana perdagangan itu berupa perdagangan sektor informal yang dilakukan oleh PKL. Tabel 25 Matriks Karakteristik PKL Kota Tasikmalaya Karakteristik Umum PKL Kota Tasikmalaya Karakteristik Khusus PKL Kota Tasikmalaya 1. Tingkat pendidikan rendah (tamatan SD) 2. Jenis dagangan tergantung lokasi jualan, heterogen dan homogen 3. Modal awal rendah 1. Sebanyak 20% PKL mendapatkan modal berasal dari rentenir 2. Memiliki himpunan PKL dan kelompok PKL berdasarkan ruas jalan yang ditempati 4. Keuntungan cukup untuk memenuhi 3. Sebesar 27% PKL bekerjasama dengan kebutuhan sehari-hari 5. Asal PKL dari Kota Tasikmalaya (lokal) 6. Tidak menggunakan tenaga kerja 7. Lokasi jualan menempati trotoar dan badan jalan pedagang formal dalam rangka memperluas skala usaha pedagang formal 4. Tidak ada hubungan antara keuntungan yang diperoleh PKL dengan tingkat pendidikan, lama usaha, modal usaha, dan umur. Hal itu juga yang menarik orang-orang dari luar daerah masuk ke Kota Tasikmalaya, yaitu karena adanya daya tarik untuk melakukan usaha dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Berikut ini matriks mengenai karakteristik PKL Kota Tasikmalaya, baik karakteristik umum yang hampir sama dengan kota-kota lain maupun karakteristik khusus yang dimiliki oleh PKL Kota Tasikmalaya.