BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN TERJADINYA GERHANA DENGAN RUBU AL-MUAJAYYAB. A. Analisis Perhitungan terjadinya Gerhana dengan Rubu al-mujayyab

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III RUBU AL-MUJAYYAB SEBAGAI ALAT DALAM PENENTUAN GERHANA. Kata rubu al-mujayyab yang dalam bahasa Inggris disebut sine

BAB IV ANALISIS HISAB WAKTU SALAT DALAM KITAB ILMU FALAK DAN HISAB KARYA K.R. MUHAMMAD WARDAN

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN SAADOEDDIN DJAMBEK TENTANG ARAH KIBLAT. A. Penentuan Arah Kiblat Pemikiran Saadoeddin Djambek

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN HISAB IRTIFA HILAL MENURUT ALMANAK NAUTIKA DAN NEWCOMB

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT AHMAD GHOZALI DALAM KITAB ṠAMARĀT AL-FIKAR

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena gerhana memang merupakan salah satu fenomena alam yang

BAB IV ANALISIS HISAB ARAH KIBLAT MENGGUNAKAN RUBU' MUJAYYAB. A. Analisis Akurasi Rubu Mujayyab dalam Perhitungan Arah Kiblat di

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA RUBU AL-MUJAYYAB DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENALAR MATEMATIKA PADA SISWA MAN 2 MODEL MEDAN T.

BAB IV ANALISIS HISAB ARAH KIBLAT MUHAMMAD KHUMAIDI JAZRY DALAM KITAB AL-KHULASHAH FI AL-AWQAT AL-SYAR IYYAH BI AL-LUGHARITMIYYAH

Trigonometri. G-Ed. - Dua sisi sama panjang atau dua sudut yang besarnya sama. - Dua sisi di seberang sudut-sudut yang sama besar panjangnya sama.

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT AHMAD GHOZALI DALAM KITAB IRSYÂD AL-MURÎD. A. Analisis Metode Hisab Awal Waktu Salat Ahmad Ghozali dalam

Trigonometri. Trigonometri

BAB III HISAB ARAH KIBLAT MENGGUNAKAN RUBU' MUJAYYAB. A. Biografi Intelektual Muhammad Ma sum bin Ali

Perbandingan trigonometri sin x merupakan relasi yang memetakan setiap x tepat satu nilai sin x yang dinyatakan dengan notasi f : x sinx

TRIGONOMETRI Pengertian Sinus, Cosinus dan Tangen Hubungan Fungsi Trigonometri :

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN HISAB ARAH KIBLAT KH. NOOR AHMAD SS DALAM KITAB SYAWAARIQUL ANWAAR

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT DALAM KITAB ILMU FALAK METHODA AL-QOTRU KARYA QOTRUN NADA

MIMIN RIHOTIMAWATI TRIGONOMETRI

BAB IV ANALISIS TERHADAP HISAB RUKYAT WAKTU SALAT ASAR. A. Analisis Kedudukan Bayang-Bayang Matahari Awal Waktu Salat

PERBANDINGAN DAN FUNGSI TRIGONOMETRI

BAB IV ANALISIS KOMPARATIF METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT AHMAD GHAZALI DALAM KITAB ANFA AL-WASÎLAH DAN NOOR AHMAD DALAM KITAB SYAWÂRIQ AL-ANWÂR

BAB III KONSEP HISAB WAKTU SALAT DALAM KITAB AD-DURUS AL- FALAKIYYAH KARYA MA SUM BIN ALI

BAB IV ANALISIS PENENTUAN ARAH KIBLAT DALAM KITAB. A. Analisis Penentuan Arah Kiblat dengan Bayang- bayang Matahari dalam

BAB IV ANALISIS METODE HISAB ARAH KIBLAT SYEKH MUHAMMAD THAHIR JALALUDDIN AL-MINANGKABAWI DAN K. H ZUBAIR UMAR AL-JAILANI

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari lintasan benda-benda langit pada orbitnya masing-masing.

BAB IV ANALISIS METODE PENGUKURAN ARAH KIBLAT SLAMET HAMBALI. A. Analisis Konsep Pemikiran Slamet Hambali tentang Metode

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT DALAM KITAB ANFA AL-WASÎLAH, IRSYÂD AL-MURÎD, DAN ṠAMARÂT AL-FIKAR KARYA AHMAD GHOZALI

MATERI PELAJARAN MATEMATIKA SMA KELAS X BAB I: BENTUK PANGKAT, AKAR, DAN LOGARITMA. 1.1 Pangkat Bulat. A. Pangkat Bulat Positif

Bermain Sambil Belajar Trigonometri

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

TRIGONOMETRI Matematika

TRIGONOMETRI BAB 7. A. Perbandingan Trigonometri pada Segitiga Siku-siku

SOAL DAN PEMBAHASAN TRIGONOMETRI SUDUT BERELASI KUADRAN I

FUNGSI TRIGONOMETRIK

Ukuran Sudut. Perbandingan trigonometri. 1 putaran = 360 derajat (360 ) = 2π radian. Catatan:

ANGKA UKUR. Angka ukur diletakan di tengah-tengah garis ukur. Angka ukur tidak boleh dipisahkan oleh garis gambar. Jadi boleh ditempatkan dipinggir.

Selain besaran pokok dan turunan, besaran fisika masih dapat dibagi atas dua kelompok lain yaitu besaran skalar dan besaran vektor

MENGENAL GERAK LANGIT DAN TATA KOORDINAT BENDA LANGIT BY AMBOINA ASTRONOMY CLUB

A. Analisis Fungsi dan Kedudukan Deklinasi Bulan dan Lintang Tempat dalam menghitung Ketinggian Hilal menurut Kitab Sullam an-nayyirain

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan masalah karena Rasulullah saw. ada bersama-sama sahabat dan

Peningkatan Kemampuan Belajar Matematika Dengan Menggunakan Media Rubu Al-Mujayyab

LA - WB (Lembar Aktivitas Warga Belajar) PERBANDINGAN FUNGSI, PERSAMAAN, DAN IDENTITAS TRIGONOMETRI

BAB IV ANALISIS KOMPARASI ALGORITMA EQUATION OF TIME JEAN MEEUS DAN SISTEM NEWCOMB

FUNGSI dan LIMIT. 1.1 Fungsi dan Grafiknya

TRIGONOMETRI. STANDAR KOMPETENSI: 2.Menurunkan rumus trigonometri dan penggunaannya

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

LEMBAR AKTIVITAS SISWA RUMUS TRIGONOMETRI

Pertemuan ke 8. GRAFIK FUNGSI Diketahui fungsi f. Himpunan {(x,y): y = f(x), x D f } disebut grafik fungsi f.

Matematika SMA (Program Studi IPA)

PENDAHULUAN. klasik dan buku-buku ilmu falak karya ahli falak masa kini. Beberapa. kitab klasik yang menjelaskan tentang penentuan arah kiblat yang

TRIGONOMETRI. 5. tan (A + B) = tan A.tan. Pengertian Sinus, Cosinus dan Tangen. 6. tan (A - B) = Sin α = r. Rumus-rumus Sudut Rangkap :

PROGRAM APLIKASI FALAKIYAH Bagian IV : APLIKASI PERHITUNGAN UNTUK PENGGUNAAN SUNDIAL MIZWALA dengan Casio Power Graphic Fx-7400g Plus

BAB IV ANALISIS PEDOMAN WAKTU SHALAT SEPANJANG MASA KARYA SAĀDOE DDIN DJAMBEK. A. Analisis Metode Hisab Awal Waktu Salat Saādoe ddin Djambek dalam

TATA KOORDINAT BENDA LANGIT. Kelompok 6 : 1. Siti Nur Khotimah ( ) 2. Winda Yulia Sari ( ) 3. Yoga Pratama ( )

Hisab Awal Bulan Syawwal 1434 H

MAKALAH MATEMATIKA TRIGONOMETRI

MEMBUAT PROGRAM APLIKASI FALAK DENGAN CASIO POWER GRAPHIC fx-7400g PLUS Bagian II : Aplikasi Perhitungan untuk Penggunaan Teodolit

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN KAMARIAH ALMANAK NAUTIKA DAN ASTRONOMICAL ALGORITHMS JEAN MEEUS

MATEMATIKA WAJIB MATERI DAN PENJELASAN TENTANG TRIGONOMETRI

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN BINTANG SEBAGAI PENUNJUK ARAH KIBLAT KELOMPOK NELAYAN MINA KENCANA DESA JAMBU KECAMATAN MLONGGO KABUPATEN JEPARA

BAB IV ANALISIS TENTANG METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SALAT DENGAN JAM BENCET KARYA KIAI MISHBACHUL MUNIR MAGELANG

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT. A. Analisis terhadap Metode Hisab Awal Bulan Qamariah dalam

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL BULAN KAMARIAH QOTRUN NADA DALAM KITAB METHODA AL-QOTRU

PROGRAM APLIKASI FALAKIYAH DENGAN fx-7400g PLUS

CONTOH SOAL DAN PEMBAHASAN PERSIAPAN UN 2014

B.1. Menjumlah Beberapa Gaya Sebidang Dengan Cara Grafis

BAB I BESARAN DAN SATUAN

SILABUS MATERI PEMBELAJARAN. Statistika: Diagram batang Diagram garis Diagram Lingkaran Tabel distribusi frekuensi Histogram dan Ogif

V. FUNGSI TRIGONOMETRI DAN FUNGSI INVERS TRIGONOMETRI


BAB VII. TRIGONOMETRI

PROGRAM APLIKASI FALAKIYAH DENGAN fx-7400g PLUS

LEMBAR AKTIVITAS SISWA RUMUS TRIGONOMETRI

MODUL VII MATH CLASS ACTION SCRIPT 2.0

1 Sistem Bilangan Real

BAB III PENENTUAN AWAL WAKTU SALAT DENGAN JAM BENCET KARYA K.MISHBACHUL MUNIR MAGELANG. A. Biografi Intelektual K.

BAB IV APLIKASI DAN UJI AKURASI DATA GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) DAN AZIMUTH MATAHARI PADA SMARTPHONE BERBASIS ANDROID UNTUK HISAB ARAH KIBLAT

Semua Trigonometriku

PEMBAHASAN SOAL SESUAI KISI-KISI UAS

PERSIAPAN TES SKL KELAS X, MATEMATIKA IPS Page 1

SEGITIGA BOLA. Kelompok 7. Saraswati Basuki Putri Nila Muna Intana Hesti Nikmah Safitri Alik Sus Adi

matematika LIMIT TRIGONOMETRI K e l a s Kurikulum 2006/2013 Tujuan Pembelajaran

KALKULUS INTEGRAL 2013

2. Untuk interval 0 < x < 360, nilai x yang nantinya akan memenuhi persamaan trigonometri cos x 2 sin x = 2 3 cos adalah

BAB 3 TRIGONOMETRI. Gambar 3.1

BAB IV UJI AKURASI AWAL WAKTU SHALAT SHUBUH DENGAN SKY QUALITY METER. 4.1 Hisab Awal Waktu Shalat Shubuh dengan Sky Quality Meter : Analisis

GAMBARAN UMUM SMA/MA. Hak Cipta pada Pusat Penilaian Pendidikan BALITBANG DEPDIKNAS 1

BAB I PENDAHULUAN. Arah kiblat adalah arah terdekat menuju Ka bah (al-masjid al-haram)

5. TRIGONOMETRI II. A. Jumlah dan Selisih Dua Sudut 1) sin (A B) = sin A cos B cos A sin B 2) cos (A B) = cos A cos B sin A sin B.

FUNGSI DAN GRAFIK FUNGSI

Jika t = π, maka P setengah C P(x,y) jalan mengelilingi ligkaran, t y. P(-1,0). t = 3/2π, maka P(0,-1) t>2π, perlu lebih 1 putaran t<2π, maka = t

METODE PENGUKURAN ARAH KIBLAT DENGAN SEGITIGA SIKU-SIKU DARI BAYANGAN MATAHARI SETIAP SAAT

BAB 3 TRIGONOMETRI. csc = sec = cos. cot = tan

SOAL-SOAL dan PEMBAHASAN UN MATEMATIKA SMA/MA IPA TAHUN PELAJARAN 2011/2012

5. BOLA LANGIT 5.1. KONSEP DASAR SEGITIGA BOLA

Rencana Pembelajaran

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN : Analisis Lintasan Foton Dalam Ruang-Waktu Schwarzschild

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai penentuan arah kiblat, khususnya di Indonesia sudah

BAB III KONDUKSI ALIRAN STEDI - DIMENSI BANYAK

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN TERJADINYA GERHANA DENGAN RUBU AL-MUAJAYYAB A. Analisis Perhitungan terjadinya Gerhana dengan Rubu al-mujayyab Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya, rubu al-mujayyab adalah sebuah alat bantu perhitungan seperti halnya kalkulator. Namun, dalam penggunaannya, rubu al-mujayyab mempunyai teknik-teknikunik yang sangat membantu astronom zaman dahulu untuk mengetahui dan menghitung nilai-nilai trigonometri seperti sinus, cosinus, dan tangen. Diantara keunikan teknik-teknik tersebut terletak pada bagaimana pengguna mampu menciptakan gerakan-gerakan khaith dan muri untuk menghitung nilai-nilai trigonometri tanpa memerlukan perhitungan yang rumit, seperti penggunaan tabel logaritma dan trigonometri. Perhitungan rubu al-mujayyab dalam penentuan gerhana ini sebenarnya merupakan variasi teknik trigonometri penggunaan rubu al-mujayyab. Dengan memahami konsep matematik trigonometrik rubu al-mujayyab, berbagai gerakan unik rubu al-mujayyab pun bisa diciptakan. Gerakangerakan atau teknik-tekni inilah yang kemudian digunakan penulis untuk menafsirkan rumus-rumus matematik trigonometrik dalam metode kontemporer penentuan gerhana, dalam hal ini penulis penggunakan rumus penentuan gerhana dalam buku Ilmu Falak- dalam Teori dan Praktik karya Muhyiddin Khazin, sehingga seolah-olah menciptakan rumus-rumus baru. 96

97 Berdasarkan hal tersebut, analisis perhitungan pada bab ini akan terfokus pada konsep paling fundamental trigonometri yang terdapat dalam rubu yang memang menjadi inti penggunaan rubu al-mujayyab. Jika hal ini telah difahami secara benar, maka penulis anggap sudah cukup menjawab pertanyaan pada rumusan masalah A dan tidak perlu menuliskan secara detail tahapan-tahapan rumus penggunaan rubu al-mujayyab dalam perhitungan gerhana. 1 Seperti halnya kalkulator, jika seseorang sudah mengetahui bahwa suatu jenis kalkulator sebagai alat bantu hitung trigonometri, maka secara otomatis mereka yang faham perhitungan gerhana akan mengatakan kalkulator tersebut bisa digunakan untuk menghitung gerhana tanpa harus dibuktikan terlebih dahulu dengan melakukan perhitungan dari awal sampai akhir. Meskipun demikian, penulis akan memberikan contoh aplikatif dalam rumus penentuan gerhana sebagai upaya memberikan gambaran lebih dalam aplikasi rubu al-mujayyab. Teori perhitungan ini sebenarnya sama dengan apa yang tertulis dalam kitab al-durus al-falakiyah, yang kemudian diteliti oleh Maryani Abdul Muiz dan Encep Abdul Razaq. Rumus-rumus dalam kitab tersebut sebenarnya rumus-rumus kontemporer yang diterjemahkan dalam langkah-langkah praktis penggunaan rubu al-mujayyab sehingga mengesankan adanya perbedaan rumus. Apalagi dengan adanya sedikit perubahan konsep, beberapa penyederhanaan dan hasil yang berbeda. 1 Dalam hal ini penulis beranggapan bahwa menganalisis konsep fundamental perhitungan rubu al-mujayyab sudah cukup mewakili keseluruhan teori perhitungan terjadinya gerhana dengan rubu al-mujayyab karena dengan memahami konsep fundamental maka berbagai jenis perhitungan trigonometri tentu bisa dilakukan dan difahami. Untuk lebih detailnya, bisa dilihat pada Bab III bagian C.

98 Perhatikan misalnya perkalian antara sin 30 dengan sin 60, yang dalam kitab al-durus al-falakiyyah merupakan cara mengetahui bu du al-quthur. 2 a. Letakan khoith pada nilai 30 pada qaus al-irtifa. Lihat nilainya pada al-sittini (30). (Gambar 1) b. Tarik khoith hingga al-sittini, dan letakkan muri pada nilai 30 tadi. Untuk mempermudah, penempatan muri bisa dilakukan dengan cara menarik murihingga mencapai al-tajib al-awal(gambar 1) c. Tarik khoith hingga sudut 60 dan lihat titik perpotongan antara muri dengan jaib al-mabsuthah (26) (Gambar 2). Bagi angka tersebut dengan angka 60. Hasilnya 0,433333. Perhatikan gambar berikut: 26 30 60 Gambar 2 Gambar 1 30 Jika dalam segitiga siku-siku sisi depan = x, sisi samping = y, dan sisi miring = r, maka dapat dikatakan ; Sin θ = dan sin θ 1 x sin θ 2 =... 2 Bu'du al-quthr adalah jarak atau busur sepanjang lingkaran vertikal suatu benda langit yang dihitung dari garis tengah lintasan benda langit itu sampai ufuk. Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak,Jogjakarta: Buana Pustaka, hal. 14.

99 Kemudian ; Sehingga : =. atau x =.. x = = 26 (Gambar 3 ). X 1 X2 X Gambar 3 Perlu diingat bahwa nilai dari sin dan cos tidak akan lebih dari 1, sin 90 = 1 dan cos 0 = 1. Hal inilah yang menyebabkan perkalian sin θ 2 dengan sin θ 1 tadi tidak akan lebih dari nilai sin θ 1 maupun sin θ 2 sehingga salah satu dari keduanya bisa menjadi skala, dengan memperpendek panjang jari-jari rubu al-mujayyab dari 60 menjadi nilai dari salah satu sudut pada al-sittini, untuk mencari nilai perkalian antara keduanya. Hal inilah yang mendasari langkah pada poin a. Skala tersebut selanjutnya, pada poin b, ditandai oleh muri dengan cara menggeser muri pada skala tersebut. Pada poin b juga dijelaskan cara yang lebih mudah dalam menempatkan muri, yaitu dengan menariknya hingga mencapai al-tajib al-awal.teori yang

100 digunakan adalah perbandingan dua sudut sinus. Sudut pertama merupakan sinus standar dengan jari-jari 60, sesuai ukuran rubu al-mujayyab. sin θ 1 =sin θ 2 persamaan (1) atau = pertama. Sedangkan jari-jari sinus yang kedua adalah nilai x (al-sittini) dari sinus r 2 = x 1 persamaan (2) Dari dua persamaan tersebut didapat; = atau x 2 = Jika titik-titik perpotongan x 2 dengan r dihubungkan dengan menggunakan kurva, maka akan terbentuklah al-tajib al-awal yang berfungsi dalam perhitungan sinus. Selanjutnya apabila x (al-sittini) pada persamaan di atas diganti dengan y (jaib al-tamam), maka terbentuklah al-tajib al-tsani yang berfungsi dalam perhitungan cos.inilah sebabnya al-tajib al-awal bisa digunakan dalam perhitungan sinus dan al-tajib al-tsani bisa digunakan dalam perhitungan cosinus. Teori yang digunakan adalah tan karena sisi yang diketahui adalah x (alsittini) dan yang perlu dicari, untuk mempermudah, adalah y (jaib al-tamam).

101 Jika x dan sudut, θ misalnya, sudah diketahui, maka y bisa ketahui dengan menggunakan rumus: Tan θ = atau y = θ Setelah skala dibuat, berupa perpendekan panjang jari-jari tadi, maka langkah pada poin c tentu menjadi langkah terakhir dalam mencari hasil perkalian antara sin θ 1 dengan sin θ 2 dengan rubu al-mujayyab.adapun pembagian dengan angka 60 adalah konversi hasil perhitungan dengan rubu al-mujayyab menjadi nilai perkalian yang sebenarnya. Angka 60 ini berasal dari ukuran rubu al-mujayyab berupa garis-garis yang berjumlah 60. Perhatikan contoh yang lain, misalnya dalam perkalian antara sin 30 dengan tan 40: a. Tarik khoith ke sudut 40 dihitung dari akhir qaus. b. Lihat perpotongan antara khaith dengan jaib al-mabsuthah pada jaib al-tamam, hasilnya 25,1. c. Bagi angka tersebut dengan angka 60. Hasilnya 0,418333(Gambar 4).

102 30 25 Gambar 4 50 30 Jika dalam segitiga siku-siku sisi depan = x, sisi samping = y, dan sisi miring = r, maka tan θ = dan sin β=. Dengan kata lain; tan θ x sin β = x persamaan (1) Langkah pada point a merupakan tahapan untuk merubah tan menjadi cotan. Perubahan ini diperlukan untuk merubah dari menjadi, sehingga persamaanya menjadi; x persamaan (2) Selanjutnya langkah poin b adalah tahap menyamakan nilai x, yaitu dengan melihat perpotongan antara khaith dengan jaib al-mabsuthah dari sin β, sehingga persamaannya menjadi; Perhatikan gambar berikut:

103 x 1 dan x 2 r y 40 Gambar 4 30 Jika dihubungkan dengan contoh diatas, dan sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa nilai sudut tan didapat dari perpotongan antara nilai pada al-sittini atau x dan jaib al-tamam atau y, maka jika x diketahui 30, maka y akan diketahui dengan menggeser khaith hingga sudut 40 dihitung dari awal qaus, yaitu 25,1. Dari sini dapat ditulis : tan 40 =, atau cotan 40 =,. Sedangkan sin 30 dapat dicari dengan menggeser khaith hingga sudut 30 dihitung dari awal qaus kemudian melihat hasilnya pada al-sittini, yaitu 30. Sehingga dapat ditulis: sin 30 =. Selanjutnyadengan menggunakan persamaan (2), dapat ditulis: 25.1 60

104 Sebagaimana disebutkan sebelumnya, jumlah garis dalam rubu almujayyab adalah 60 (r = 60). Sehingga pada persamaan (2) atau poin c terdapat langkah pembagian dengan angka 60. Selanjutnya adalah pembagian antara sin 30 dengan sin 60 1) Letakkan khaith pada sudut 60, lihat nilainya pada al-sittini (52). 2) Tarik khaith hingga al-sittini dan tempatkan muri pada angka 52. 3) Cari nilai sudut 30 pada al-sittini (30). 4) Tari khaith hingga muri berpotongan dengan jaib al-mabsuthah ke- 30, hasil dari sin 30, dan lihat berapa sudutnya (35). 5) Lihat nilai jaib dari sudut 35, 34,4 6) Bagi angka tersebut (34,4) dengan 60. Hasilnya 0,573333. Logika matematis yang dibangun dalam teknik perhitungan ini adalah: Sin x : sin x 2 = sin x 3 atau : = x = = Dengan bentuk paling mudah dapat ditulis: x 2 = x 1. r : x 2 Ketiga bentuk rumus inilah yang menjadi inti perhitungan trigonometri rubu al-mujayyab dan merupakan dasar terciptanya berbagai macam teknik pada bab III, termasuk berbagai teknik dalam kitab Tibyan al-miqat, al-durus al-falakiyah, dan Islamic Mathematical Astonomy.

105 Sebagai salah satu contoh aplikasi perhitungan gerhana, bisa dilihat pada (MA 1 ), salah satu dari ا ا اول / Pertama proses pencarian Mail Asyir uraian rumus dalam perhitungan gerhana yang rumus matematisnya sin MA 1 = sin A 1 x sin Obl, dapat dilakukan dengan cara: a. Letakkan muri pada Mail al-a dham. b. Geser khaith hingga mencapai nilai A 1 pada qaus al-irtifa'. c. MA 1 adalah nilaipada qaus al-irtifa' dari perpotongan antara muri dengan jaib al-mabsuthah Inti penggunaan rubu al-mujayyab di atas juga bisa digunakan untuk perhitungan trigonometri lain dalam perhitungan gerhana, sebagaimana telah diuraikan dengan jelas pada bab III, dan tentunya tidak perlu diuraikan kembali pada bab ini. Hal ini menunjukan bahwa dengan memahami teknik penggunaan rubu al-mujayyab secara komprehensif, maka berbagai macam perhitungan trigonometri bisa diselesaikan. Semua penjelasan di atas menunjukan bahwa keistimewaan rubu almujayyab terletak pada kemampuan penggunanya dalam mengolah metode penggunaan rubu al-mujayyab sehingga terlihat unik dan menarik. Keistimewaan lain yang dimiliki rubu al-mujayyab adalah adanya konstruksi garis-garis seperti qamah al-aqdam, qamah al-ashabi, tajib al-awal dan altsani, mail al-a dham, dan pengelompokan derajat dengan rasi bintang yang sangat membantu dalam perhitungan astronomis. Namun konstruksikonstruksi tersebut tidak akan diuraikan di sini karena memang keluar dari

106 bahasan utama tentang perhitungan terjadinya gerhana dengan rubu' almujayyab. B. Analisis Akurasi Perhitungan Terjadinya Gerhana dengan Rubu al- Mujayyab Pertama kali yang perlu diperhatikan sebelum masuk dalamanalisi hasil perhitungan terjadinya gerhana dengan rubu al-mujayyab adalah perbandingan hasil perhitungan rubu al-mujayyab dengan alat perhitungan modern (Microsoft Excel) dalam perhitungan trigonometri. Penyebabnya tidak lain karena penggunaan rubu' al-mujayyab dalam perhitungan terjadinya gerhana hanya berkutat pada rumus-rumus trigonometri. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan penulis (lampiranii), dengan metode random dalam pemilihan angka-angka yang digunakan, terdapat perbedaan yang sangat tipis antara hasil perhitungan dengan rubu almujayyab dan perhitungan modern, yaitu sekitar 0.0006. Perhatikan misalnya perkalian cos 30 dengan cos 60. Dengan menggunakan teknik sebagai berikut: 1) Letakan khaith pada nilai 30 pada Qausal-irtifa. Lihat hasilnya pada jaib al-tamam (52). 2) Tarik khaith hingga jaib al-tamam, dan letakkan muri pada nilai 52 tadi. 3.ا ا pada 3 Cara yang lebih mudah adalah dengan menarik muri

107 3) Tarik khaith hingga sudut 60 dan lihat titik perpotongan antara muri dengan jaib al-mankusat pada jaib al-tamam (26). Bagi angka tersebut dengan angka 60. Hasilnya 0,433333. Jika hasil tersebut dibandingkan dengan hasil darimicrosoft excel yang berjumlah 0. 433013, maka selisih yang didapat hanya 0.000317 sehingga bisa dikatakan cukup akurat. 4 Berbagai contoh hasil perhitungan dengan rubu al-mujayyab sebenarnya sudah cukup diurai pada bab III sehingga yang tercantum dalam bab ini hanya 1 sampel penjelas saja dan tentunya penulis anggap sudah cukup untuk memberikan gambaran tentang akurasi perhitungan rubu' al-mujayyab. Analisis selanjutnya adalah aplikasi perhitungan dengan rubu almujayyab dalam penentuan gerhana. Rumus yang digunakan dalam penentuan gerhana ini adalah rumus yang tercantum dalam buku Ilmu Falak Praktiskarya Muhyiddin Khazin dengan beberapa penyesuaian. Metode yang digunakan dalam perhitungan gerhana dengan Rubu almujayyab adalah metode-metode penggunaan Rubu al-mujayyab dalam perhitungan trigonometri yang telah dibahas sebelumnya, yaitu Konsep Matematis Rubu al-mujayyab. Walaupun dalam sub-bab Perhitungan Rubu al-mujayyab Dalam Penentuan Gerhana, hanya tertulis metode penggunaan Rubu al-mujayyab yang relatif sama. Penggunaan seluruh metode ini 4 Penulis katakana cukup akurat karena hal ini masih dalam cakupan perhitungan matematis di mana perbedaan angka, meskipun dalam decimal, bisa sangat berpengaruh.

108 dimaksudkan untuk mempermudah perhitungan dan meningkatkan akurasi perhitungan. 5 Selisih perhitungan antara perhitungan dengan rubu al-mujayyab dan peralatan modern cukup akurat, yaitu dibawah 10 menit.tolak ukur cukup akurat ini disimpulkan dari konteks kajian penelitian yang berkutat dalam hukum pelaksanaan shalat gerhana di mana terdapat berbagai macam pendapat di dalamnya. 6 Diantara beberapa faktor penyebab kecilnya selisih ini adalah : 1. Dari segi individual perhitungan (belum dirangkai dalam perhitungan gerhana), hasil perhitungan rubu al-mujayyab memang sudah cukup akurat. 2. Dalam perhitungan gerhana, dari sekian banyak rangkaian perhitungan, rubu al-mujayyab hanya memainkan 5 perhitungan (dari 41 perhitungan) dalam gerhana matahari dan 9 perhitungan (dari 32 perhitungan) dalam gerhana bulan. Sehingga secara otomatis selain perhitunga tersebut, hasil yang didapat diperoleh dengan cara yang sama. 3. Perhitungan menggunakan rubu al-mujayyab sendiri lebih banyak terletak pada penghalusan perhitungan yang nilainya di bawah 1. Sehingga sedikit kekeliruan tidak akan merubah hasil terlalu besar. 5 Maksud digunakan seluruhnya adalah menggunakan metode yang paling efektif dalam perhitungan yang sedang dilakukan. 6 Kategori akurat sendiri sebenarnya belum ada batasan yang jelas. Dalam bahasa asalnya, Inggris, akurat bisa artikan benar atau sesuai dalam berbagai hal. Namun sesuai di sini juga masih sangat tergantung konteks. Dalam perhitungan ilmu eksak, selisih 0.5 milimeter bisa dikatakantidak akurat, tapi dalam uji coba rudal, selisih 1 meter masih bisa dikatakan akurat.

109 Perhatikan misalnya cuplikan perhitungan gerhana untuk tahun 1433 H di mana selisih perhitungannya sangat kecil (perhitungan dengan rubu almujayyab ditandai dengan tabel tebal) dan hanya terletak pada 5 titik perhitungan., sehingga sangat wajar apabila selisih akhirnya pun tidak terlalu jauh: 7 11 SIN MA 1 = SIN A 1 x SIN OBL -13 5 11.58-13 06 00 12 IA 1 = 90 [MA 1 ϕ ] 83 54 48.42 83 54 00 13 SIN SP = (SIN SB x COS MA ):(SIN HP x SIN A 1 ) 34 27 31.11 34 27 36 14 SBW = SIN J1 x SIN SP -1 45 51.61-1 44 24 15 Tgh = IJT 2 SBW 31 16 48.37 31 15 21 16 TGH = Tgh (λ x λ d ) : 15 30 55 12.37 30 53 45 17 JG = [MP tgh] x 15 293 6 20.49 292 44 26 18 A 2 = ELM JG -61 10 5.49-60 48 11 19 SIN MA 2 =SIN A 2 x SIN OBL -20 23 23.07-20 24 00 20 IA 2 = 90 [MA 2 ϕ] 76 36 36.93 76 36 00 21 AIR = 90 1A 2 13 23 23.07 13 24 00 22 SIN IkA = COS IA 2 x SIN 51 22-0 11 53.69-0 12 00 Tabel 1 Untuk menghasilkan hasil tersebut, yang cukup akurat, memang memerlukan ketelitian dan ketelatenan yang cukup tinggi. Pertamadalam melihat angka-angka yang tercantum dalam rubu al-mujayyab. Meskipun dalam rubu al-mujayyab tidak mencantumkan bilangan desimal, bukan berarti bilangan desimal tidak bisa digunakan. Disinilah pengguna rubu almujayyab dituntut untuk bisa melakukan estimasi peletakan nilai desimal dalam rubu al-mujayyab sehingga hasil perhitungan bisa lebih akurat. 8 7 Table ini merupakan bagian dari rangkaian perhitungan pada lampiran III. Selengkapnya bisa dilihat dilampiran III. 8 Teknik penggunaan rubu' al-mujayyab dalam perhitungan desimal bisa dibaca kembali pada bab III.

110 Kedua adalah tidak melakukan terlalu banyak pembulatan. Penggunaan dua angka dibelakang koma penulis rasa sudah cukup untuk mempermudah perhitungan. Disinilah ketelitian, kesabaran, dan ketelatenan sangat diperlukan. Solusi paling kongkret dari dua hal ini adalah menggunakan rubu al-mujayyab sesering mungkin sebagai latihan. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah berkenaan dengan ketepatan aksesoris rubu al-mujayyab itu sendiri. Lubang pada markaz harus dibuat setepat mungkin agar ketika khaith digerakkan, tidak akan ada pergeseran yang menyebabkan perhitungan kurang akurat. Selanjutnya ukuran muri dan khaith sebaiknya dibuat setipis mungkin namun tetap kuat dan kasat. Hal ini akan sangat berguna dalam menentukan nilai-nilai trigonometri yang akan dicari. Ukuran rubu al-mujayyab juga sangat mempengaruhi akurasi perhitungan. Semakin besar ukuran rubu al-mujayyab, dengan interval nilai pada konstruksi rubu al-mujayyab yang diperhalus, semakin akurat perhitungan rubu al-mujayyab yang dihasilkan.