POLA DISTRIBUSI SUHU DAN SALINITAS DI PERAIRAN TELUK AMBON DALAM

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS CAHAYA DENGAN KEKERUHAN PADA PERAIRAN TELUK AMBON DALAM

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

2. KONDISI OSEANOGRAFI LAUT CINA SELATAN PERAIRAN INDONESIA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

hujan, penguapan, kelembaban udara, suhu udara, kecepatan angin dan intensitas

Gambar 1. Diagram TS

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pulau Panjang (310 ha), Pulau Rakata (1.400 ha) dan Pulau Anak Krakatau (320

KONDISI OSEANOGRAFIS SELAT MAKASAR By: muhammad yusuf awaluddin

Variabilitas Suhu dan Salinitas Perairan Selatan Jawa Timur Riska Candra Arisandi a, M. Ishak Jumarang a*, Apriansyah b

HUBUNGAN ANTARA SUKSESI FITOPLANKTON DENGAN PERUBAHAN RASIO N DAN P DI PERAIRAN TELUK AMBON DALAM PENDAHULUAN

Praktikum M.K. Oseanografi Hari / Tanggal : Dosen : 1. Nilai SUHU DAN SALINITAS. Oleh. Nama : NIM :

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut dan Salinitas pada Indomix Cruise

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

5 PEMBAHASAN 5.1 Sebaran SPL Secara Temporal dan Spasial

SIRKULASI ANGIN PERMUKAAN DI PANTAI PAMEUNGPEUK GARUT, JAWA BARAT

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

ES R K I R P I S P I S SI S S I TEM

VARIABILITAS SUHU DAN SALINITAS DI PERAIRAN BARAT SUMATERA DAN HUBUNGANNYA DENGAN ANGIN MUSON DAN IODM (INDIAN OCEAN DIPOLE MODE)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

STASIUN METEOROLOGI KLAS III NABIRE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI VARIASI TEMPERATUR DAN SALINITAS DI PERAIRAN DIGUL IRIAN JAYA, OKTOBER 2002

VARIABILITAS SUHU DAN SALINITAS DI PERAIRAN CISADANE

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Padang Cermin merupakan bagian dari Kabupaten Pesawaran, Secara

5. HASIL PENELITIAN 5.1 Distribusi Spasial dan Temporal Upaya Penangkapan Udang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Sebaran Nutrien dan Oksigen Terlarut (DO) di Teluk Jakarta

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Horizontal. Kedalaman. Laut. Lintang. Permukaan. Suhu. Temperatur. Vertikal

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Physics Communication

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Suhu, Cahaya dan Warna Laut. Materi Kuliah 6 MK Oseanografi Umum (ITK221)

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

DIRECTORY PERALATAN PENELITIAN LAUT DALAM PUSAT PENELITIAN LAUT DALAM LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA BIDANG SARANA PENELITIAN

ANALISIS SPASIAL SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN LAUT JAWA PADA MUSIM TIMUR DENGAN MENGGUNAKAN DATA DIGITAL SATELIT NOAA 16 -AVHRR

2. TINJAUAN PUSTAKA. sebaran dan kelimpahan sumberdaya perikanan di Selat Sunda ( Hendiarti et

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

4. HUBUNGAN ANTARA DISTRIBUSI KEPADATAN IKAN DAN PARAMETER OSEANOGRAFI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Arus Tiap Lapisan Kedalaman di Selat Makassar Fluktuasi Arus dalam Ranah Waktu di Lokasi Mooring Stasiun 1

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

SIFAT FISIK OSEANOGRAFI PERAIRAN KEPULAUAN TAMBELAN DAN SEKITARNYA, PROPINSI KEPULAUAN RIAU

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Distribusi Klorofil-a secara Temporal dan Spasial. Secara keseluruhan konsentrasi klorofil-a cenderung menurun dan

KADAR SALINITAS DI BEBERAPA SUNGAI YANG BERMUARA DI TELUK CEMPI, KABUPATEN DOMPU-PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

V. GAMBARAN UMUM. Pulau Untung Jawa berada pada posisi ,21 Lintang Selatan dan

I. INFORMASI METEOROLOGI

I. INFORMASI METEOROLOGI

Suhu rata rata permukaan laut

Karakteristik Air. Siti Yuliawati Dosen Fakultas Perikanan Universitas Dharmawangsa Medan 25 September 2017

PENGARUH MUSIM TERHADAP KOMPOSISI DAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON DI TELUK AMBON DALAM PENDAHULUAN

Bab 3. Deskripsi Daerah Penelitian

Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya. Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Sumedang.

2. TINJAUAN PUSTAKA. Suhu permukaan laut Indonesia secara umum berkisar antara O C

6 PEMBAHASAN. 6.1 Kondisi Selat Madura dan Perairan Sekitarnya

2. Perhatikan tabel tentang kemungkinan kondisi Samudera Pasifik berikut!

JURNAL MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

VARIABILITAS SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN PULAU BIAWAK DENGAN PENGUKURAN INSITU DAN CITRA AQUA MODIS

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Faktor-faktor Pembentuk Iklim Indonesia. Perairan laut Indonesia Topografi Letak astronomis Letak geografis

I. INFORMASI METEOROLOGI

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR

KAJIAN TEMPORAL KEKERINGAN MENGGUNAKAN PERHITUNGAN KEETCH BYRAM DRYNESS INDEX (KBDI) DI WILAYAH BANJARBARU, BANJARMASIN DAN KOTABARU PERIODE

Studi Variabilitas Lapisan Atas Perairan Samudera Hindia Berbasis Model Laut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

METODE PENELITIAN Bujur Timur ( BT) Gambar 5. Posisi lokasi pengamatan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 10. Peta Jakarta dan Teluk Jakarta

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

FENOMENA UPWELLING DAN KAITANNYA TERHADAP JUMLAH TANGKAPAN IKAN LAYANG DELES (Decapterus Macrosoma) DI PERAIRAN TRENGGALEK

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memanasnya suhu permukaan air laut Pasifik bagian timur. El Nino terjadi pada

2. TINJAUAN PUSTAKA. Pelapisan massa air merupakan sebuah kondisi yang menggambarkan

Temperatur dan Kelembaban Relatif Udara Outdoor

Variasi Temporal dari Penyebaran Suhu di Muara Sungai Sario

HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Keenam (SUHU UDARA II)

KAJIAN SISTEM DRAINASE KOTA BIMA NUSA TENGGARA BARAT

2. TINJAUAN PUSTAKA. utara. Kawasan pesisir sepanjang perairan Pemaron merupakan kawasan pantai

6. TlNGGl PARAS LAUT

JURNAL MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

KANDUNGAN ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) DI PERAIRAN KABUPATEN BANGKA

PENGARUH SUHU PERMUKAAN LAUT TERHADAP HASIL TAGKAPAN IKAN CAKALANG DI PERAIRAN KOTA BENGKULU

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

POLA DISTRIBSI SH DAN SALINITAS DI PERAIRAN TELK AMBON DALAM PENDAHLAN Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang, ketinggian dari permukaan laut, waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan, dan aliran, serta kedalaman badan air. Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisik, kimia, dan biologi badan air (Effendi 2003). Musim Timur dengan hujan yang deras dan suhu udara yang rendah mempengaruhi lapisan permukaan Teluk Ambon. Pada Musim Barat dengan suhu udara yang tinggi dan angin yang kencang menyebabkan suhu air permukaan juga tinggi (Wenno 1979). Kondisi massa air di perairan Teluk Ambon pada Musim Timur (Juni sampai Agustus) sangat dipengaruhi oleh angin Musim Timur yang berhembus dari arah tenggara dengan suhu rendah dekat permukaan Laut Banda menyebabkan panas dari permukaan laut banyak dilepaskan ke atmofer (evaporasi). Keadaan ini menurunkan suhu permukaan laut dan kedalaman lapisan atas termoklin berkurang di sekitar perairan Laut Banda dan Teluk Ambon Luar (TAL). Pada Musim Timur terjadi penaikan air (upwelling) di Laut Banda yang mengangkat air dari lapisan dalam yang bersalinitas tinggi ke permukaan. Perbedaan suhu dan salinitas antara kolom air TAL dan Teluk Ambon Dalam (TAD) menyebabkan perbedaan densitas yang memicu terjadinya sirkulasi di Teluk Ambon. Penelitian bertujuan untuk menganalisis perubahan musiman terhadap distribusi suhu, salinitas, dan densitas di perairan Teluk Ambon Dalam. Tempat dan waktu METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di perairan TAD, Pulau Ambon, Provinsi Maluku. Secara geografis berada pada posisi 128 o 19 4.03-128 0 24 33 BT dan - 03.66 0 39 29-03.63 0 30 30 LS (Gambar 2). Penelitian ini dilaksanakan dari Juni 2011 sampai dengan Mei 2012, mewakili ke empat musim (Musim Timur, Musim Peralihan II, Musim Barat, dan Musim Peralihan I). Musim Timur berlangsung dari bulan Juni sampai Agustus, Musim Peralihan II dari bulan September sampai November, Musim Barat dari bulan Desember sampai Februari dan Musim Peralihan I dari bulan Maret sampai Mei. Penelitian ini berlangsung dalam dua belas (12) kali sampling dengan interval waktu setiap satu bulan di dua belas (12) stasiun. Berdasarkan pertimbangan karakteristik perairan, maka perairan TAD dibagi atas 3 zona. Zona-1 sangat dipengaruhi oleh perairan dari Teluk Ambon Luar, Zona-2 yang terletak di bagian tengah teluk, dan Zona-3 yang sangat dipengaruhi oleh ekosistem mangrove dan sungai-sungai. Zona-1 terdiri atas Stasiun 1, 2, 3, dan 4; Zona-2 terdiri atas Stasiun 5, 6, dan 7; Zona-3 terdiri atas Stasiun 8, 9, dan 10.

8 Gambar 2 Lokasi penelitian di perairan Teluk Ambon Pengukuran suhu, salinitas, dan densitas menggunakan CTD-ALEC, Model ASTD-687. Penentuan posisi stasiun menggunakan GPS-Garmin, Model 76CSx. Selanjutnya untuk mengetahui distribusi suhu dan salinitas secara temporal dan spasial dianalisis dengan ANOVA satu arah. Apabila pada analisis ini terdapat perbedaan yang nyata, maka analisis dilanjutkan dengan uji Post-doc Duncan. Diskripsi lokasi penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Perairan Teluk Ambon terdiri dari perairan Teluk Ambon Dalam (TAD) dan Teluk Ambon Luar (TAL). Perairan TAD tergolong semi tertutup, dicirikan dengan ukuran yang relatif kecil dengan panjang garis pantai 20047 km, luas 11.58 km 2 dan kedalaman maksimum 42 m, dengan volume air yang terdapat pada Teluk Ambon Dalam 221473019 m 3. Pada peta kedalaman TAD (Gambar 3) dan peta perspektif 3 dimensi (Gambar 4), terlihat dasar TAD dengan daerah yang dangkal pada daerah, Hunut,, Nania, Negeri Lama,, dan. Sedangkan di daerah dan terdapat daerah yang lebih dalam (> 15 meter), dan pada daerah bagian tengah teluk dan daerah yang mendekati ambang teluk kedalamannya > 35 m. Jarak melintang Rumah Tiga sebesar 596.63 m (garis putus-putus pada Gambar 5), kedalaman terdalam ambang -Rumah Tiga 12 m saat air surut dan luas penampang melintang 3667.29 m 2 (Gambar 5). Arus di perairan TAD didominasi oleh arus pasang surut. Menurut Ongkers (2011) pasang surut di TAD adalah tipe pasang surut harian campuran dengan didominasi oleh pasang surut ganda. Pada TAD juga berkembang arus yang ditimbulkan angin permukaan laut dan arus induksi gelombang. Arus pada umumnya di permukaan lebih kuat dibandingkan dengan dasar perairan, lemahnya arus di dasar perairan TAD disebabkan karena memiliki topografi yang cukup halus mengakibatkan melemahnya arus dasar (Suwartana 1986).

9 Gambar 3 Peta kedalaman Teluk Ambon Dalam Gambar 4 Peta perspektif 3 dimensi Teluk Ambon Dalam Gambar 5 Penampang Melintang Mulut Teluk Ambon Bagian Dalam (meter) pada Ambang -Rumah Tiga

10 Rata-rata kecepatan arus pada Musim Timur 2.79 sampai 10.51 cm/det (4.61±2.19) lebih rendah dibandingkan dengan Musim Barat 2.55 sampai 13.64 cm/det (6.89±3.11). Rata-rata kecepatan arus di Zona-1 lebih tinggi dibandingkan dengan zona bagian dalam teluk (Tabel 1), hal ini disebabkan Zona-1 terdapat di depan ambang yang sempit. Tabel 1 Rerata kecepatan arus (cm/det) di TAD Musim Zona Min Max Rerata SD 1 3.82 10.51 6.01 3.07 Timur 2 2.79 4.08 3.38 0.65 3 3.52 4.41 3.99 0.45 1 3.38 16.02 9.46 5.65 Peralihan II 2 3.05 4.07 3.45 0.55 3 4.12 4.87 4.56 0.39 1 2.55 13.64 7.75 5.03 Barat 2 7.16 7.24 7.21 0.04 3 4.45 6.05 5.42 0.86 1 2.11 15.82 7.84 5.81 Peralihan I 2 5.14 6.08 5.75 0.52 3 5.13 5.92 5.62 0.43 Distribusi Suhu Permukaan pada Teluk Ambon Dalam Distribusi suhu permukaan laut (SPL) rata-rata pada Musim Timur di TAD bervariasi dari 26.11 o C sampai 27.67 o C (26.86±0.49). Pada Musim Timur terjadi penurunan SPL setiap bulan mulai dari bulan Juni, Juli, dan Agustus (Tabel 2 dan Gambar 6). Pada bulan Juni suhu terendah tercatat di daerah (St 2) antara Dermaga dan dan suhu tertinggi di daerah sekitar (St 10). Pada daerah sekitar Dermaga (St 1), (St 2) bagian tengah antara Dermaga dan, daerah (St 3), daerah (St 4), dan depan Dermaga Angkatan Laut (St 5) terjadi penurunan suhu di bawah rata-rata (27.20 o C). Sedangkan di daerah Hunut (St 6), (St 7), (St 8) bagian tengah antara dan, Nania (St 9) dan (St 10) terjadi peningkatan suhu di atas ratarata. Terjadinya peningkatan suhu di atas rata-rata disebabkan stasiun-stasiun ini terdapat pada daerah yang dangkal (Gambar 6) sedangkan pada bulan Agustus suhu terendah di stasiun 3 dan tertinggi pada stasiun 10. Tabel 2 Kisaran dan rerata suhu permukaan laut TAD pada Musim Timur dan Peralihan II Suhu ( o C) Nilai Musim Timur Peralihan II Juni Juli Agustus September Oktober November Maksimum 28.24 27.60 27.16 28.49 30.54 31.48 Minimum 26.33 26.23 25.77 27.82 28.52 29.86 Rerata 27.20 26.82 26.65 28.09 29.67 30.86 Standar Deviasi 0.63 0.41 0.47 0.20 0.79 0.49

Musim Timur suhu sangat berkorelasi positif dengan salinitas (Pearson s r =0.975;P<0.01) (Lampiran 1). Hal ini menunjukkan rata-rata curah hujan yang tinggi pada musim ini. Curah hujan di daerah Ambon dan sekitarnya pada bulan Juni sampai Agustus berkisar antara 12.9 sampai 27.6 mm (data BMG Stasiun Laha Ambon). Menurut Nontji (2007), Musim Timur angin bertiup dari arah tenggara dengan suhu yang rendah. Pada permukaan perairan suhu di bawah ratarata (26.79 o C) pada daerah sekitar Dermaga (St 1), (St 2) bagian tengah antara Dermaga dan, daerah (St 3) dan (St 4) disebabkan oleh angin Musim Timur. Distribusi suhu permukaan laut di perairan TAD pada Musim Peralihan II bervariasi dari 28.32 o C sampai 29.94 o C (29.53±0.50). Suhu permukaan air menunjukkan peningkatan dari bulan September, Oktober, dan November masingmasing antara 26.62 sampai 28.62 o C (27.90±0.51), 28.50 sampai 30.74 o C (29.75±0.85), dan 29.85 sampai 31.57 o C (30.93±0.57) (Gambar 6). Pada bulan September suhu terendah terdapat di sekitar perairan (St 3) dan tertinggi sekitar bagian tengah antara Dermaga dan (St 2). Pada Stasiun 1, 3, 5, 6. dan 10 terjadi penurunan suhu di bawah rata-rata (27.90 o C), sedangkan di Stasiun 2, 4, 7, 8, dan 9 terjadi peningkatan di atas rata-rata. Pada bulan Oktober suhu terendah pada Stasiun 3 dan tertinggi pada Stasiun 5 dan di bulan November suhu terendah di Stasiun 3 dan tertinggi di Stasiun 10. Nilai rata-rata suhu pada Musim Peralihan II terdapat suhu yang rendah pada daerah (St 3) dan tertinggi pada depan Dermaga Angkatan Laut (St 5). Rendahnya suhu pada Stasiun 3 () disebabkan adanya sungai yang bermuara pada pantai. Pada Musim Peralihan II, suhu berkorelasi dengan kekeruhan (Person s r = - 0.732;P<0.05) (Lampiran 2). Hal ini menunjukkan bahwa dengan meningkatnya suhu permukaan perairan, akan menurunkan kelimpahan fitoplankton dan sebaliknya yang mempengaruhi kekeruhan perairan. Peningkatan suhu di TAD, karena air yang masuk dari TAL dengan suhu yang rendah masuk ke dalam teluk yang sempit dan dangkal sehingga terjadi pemanasan yang meningkatkan suhu permukaan air dalam teluk. Cuaca pada waktu pengukuran berada pada kondisi mendung, angin bertiup lemah dengan kecepatan 4-5 knot dari arah Barat Laut sampai arah tara (data BMG Stasiun Laha Ambon ). Distribusi suhu rata-rata di permukaan perairan di Musim Barat di TAD bervariasi dari 30.25 sampai 30.86 o C (30.51±0.20), suhu yang tinggi di bulan Desember berkisar antara 30.50 sampai 31.66 o C (30.99±0.40), cuaca yang cerah dan angin yang bertiup lemah dengan kecepatan 3 knot. Dengan demikian terjadi peningkatan suhu rata-rata sebesar 0.03 o C dari bulan November ke bulan Desember. Di bulan Januari dan Februari terjadi penurunan suhu (Tabel 3 dan Gambar 6). Pada bulan Desember dengan suhu terendah tercatat (St 8) bagian tengah antara dan dan tertinggi di daerah sekitar (St 3), di bulan Januari suhu terendah pada Stasiun 2 dan tertinggi pada sekitar Nania (St 9). Sedangkan bulan Februari suhu terendah pada Stasiun 1 dan tertinggi pada Stasiun 5. Suhu rata-rata terendah pada Musim Barat tercatat pada Stasiun 1 dan tertinggi di daerah sekitar (St 10). 11

12 P.A M B O N -3.67 LS -3.66 LS -3.65 LS -3.64 LS -3.63 LS MT Juni 2011 Juli 2011 Agustus 2011 128. 19 BT 128.2 BT 128.21 BT 128.22 BT 128.23 BT 128.24 BT 128.25 BT 128. 19 BT 128.2 BT 128.21 BT 128.22 BT 128.23 BT 128.24 BT 128.25 BT 128.19 BT 128.2 BT 128.21 BT 128. 22 BT 128. 23 BT 128.24 BT 128.25 BT September 2011 Oktober 2011 R.Tiga November 2011 MP2 128.19 BT 128.2 BT 128.21 BT 128.22 BT 128.23 BT 128. 24 BT 128.25 BT 128.19 BT 128.2 BT 128. 21 BT 128.22 BT 128.23 BT 128.24 BT 128.25 BT 128.19 BT 128.2 BT 128. 21 BT 128. 22 BT 128. 23 BT 128. 24 BT 128. 25 BT Desember 2011 Januari 2012 Februari 2012 MB 128.19 BT 128.2 BT 128.21 BT 128.22 BT 128. 23 BT 128.24 BT 128.25 BT 128.19 BT 128.2 BT 128.21 BT 128.22 BT 128. 23 BT 128.24 BT 128.25 BT 128.19 BT 128.2 BT 128.21 BT 128.22 BT 128.23 BT 128.24 BT 128.25 BT R.Tiga Maret 2012 April 2012-3.67 LS -3.66 LS -3.65 LS -3.64 LS -3.63 LS Mei 2012 MP1 128. 19 BT 128.2 BT 128. 21 BT 128.22 BT 128.23 BT 128.24 BT 128. 25 BT 128.19 BT 128.2 BT 128.21 BT 128.22 BT 128. 23 BT 128.24 BT 128.25 BT 128. 19 BT 128.2 BT 128.21 BT 128.22 BT 128.23 BT 128.24 BT 128.25 BT Suhu [ C] Tabel 3 25.50 26.55 27.60 28.65 29.70 30.75 31.80 Gambar 6 Peta distribusi suhu di perairan Teluk Ambon Dalam Kisaran dan rerata suhu permukaan laut TAD pada Musim Barat dan Peralihan I. Suhu ( o C) Nilai Musim Barat Peralihan I Desember Januari Februari Maret April Mei Maksimum 31.49 30.90 30.53 30.97 30.91 29.62 Minimum 30.56 29.59 29.75 30.18 30.29 28.93 Rerata 30.93 30.34 30.19 30.64 30.58 29.28 Standar Deviasi 0.30 0.40 0.26 0.26 0.20 0.19 Saat pengukuran cuaca cerah disertai angin dengan kecepatan 4 knot dari arah Barat Daya, sehingga mempengaruhi kecepatan arus (13,64 cm/det) di daerah ambang Teluk dan analisis menunjukkan bahwa suhu berkorelasi dengan turbiditas (Pearson s r =0.946;P<0.01) (Lampiran 3).

Pada Musim Peralihan I (Gambar 6), di bulan Maret dan April suhu permukaan perairan tinggi (Tabel 3). Pada bulan Mei terjadi penurunan suhu permukaan laut yang disebabkan cuaca mendung dan hujan serta angin yang bertiup dengan kecepatan 5 knot dari arah Tenggara. Pada musim tersebut suhu berkorelasi dengan salinitas (Pearson s r = 0.813;P<0.01) (Lampiran 4). Pada bulan Maret suhu terendah pada Stasiun 3 dan tertinggi pada Stasiun 10, bulan April suhu terendah pada Stasiun 2 dan tertinggi pada Stasiun 5, sedangkan pada bulan Mei suhu terendah pada Stasiun 2 dan tertinggi pada Stasiun 9. Suhu ratarata terendah di Musim Peralihan I tercatat di (Stasiun 2) daerah bagian tengah antara Dermaga dan dan tertinggi di daerah sekitar Nania (Stasiun 9). Secara temporal dan spasial, distribusi suhu di permukaan perairan (Gambar 6) menunjukkan perbedaan sangat nyata (ANOVA, P<0.01), artinya musim sangat berpengaruh terhadap perubahan suhu permukaan. Analisis lanjutan menunjukkan bahwa rata-rata suhu Musim Timur lebih rendah (26.89 o C) sedangkan Musim Peralihan I dan Musim Barat lebih tinggi masing-masing 30.16 o C dan 30.48 o C. Menurut Selano (2010) rata-rata suhu Musim Timur 26 o C sedangkan Musim Barat rata-rata 30.58 o C, hal ini menunjukkan ada peningkatan suhu rata-rata pada Musim Timur. Secara spatial rata-rata suhu Musim Timur, Peralihan II, Barat, dan Peralihan I, lebih rendah di Zona 1 dan tinggi pada Zona 3 (Tabel 4). Hal ini disebabkan pada zona 3 terdapat pada perairan yang dangkal (Gambar 3 dan 4). Tabel 4 Rerata suhu permukaan laut TAD pada setiap Zona Zona MSIM Timur Peralihan II Barat Peralihan I 1 26.43 29.10 30.33 30.00 2 27.02 29.76 30.46 30.19 3 27.38 29.92 30.72 30.36 13 Distribusi Salinitas Permukaan pada Teluk Ambon Dalam Distribusi salinitas rata-rata pada Musim Timur di TAD bervariasi dari 24.93 sampai 33.11 psu (29.37±2.46), Pada Musim Timur terjadi peningkatan salinitas, dari bulan Juni, Juli, dan Agustus (Tabel 5 dan Gambar 7). Hal ini disebabkan oleh penurunan curah hujan rata-rata dari bulan Juni, Juli, dan Agustus, masing-masing 27.6 mm, 24.8 mm, dan 12.9 mm (data BMG Stasiun Laha Ambon). Volume air tawar yang masuk ke dalam TAD sebanyak 1204228 m 3 /hari yang bersumber dari 8 sungai di sekitar teluk. Menurut Selano (2010) variasi salinitas dipengaruhi oleh curah hujan serta run off dari sungai-sungai, akan tetapi secara keseluruhan pengaruh sungai relatif kecil, sehingga kontribusi air sungai terhadap pembentukan salinitas juga kecil, kecuali pada Musim Timur dengan curah hujan yang tinggi. Pada Juni, Juli, dan Agustus salinitas terendah pada Stasiun 3 dan tertinggi pada Stasiun 10. Angin bertiup dari arah Tenggara pada Musim Timur, sehingga air tawar dengan salinitas rendah bertumpuk pada Stasiun 3 () sehingga salinitas rendah (24.93 psu). Sedangkan kekosongan pada Stasiun 10 () diisi dengan air dari dasar perairan dengan salinitas yang tinggi (33.11psu). Pada musim tersebut salinitas berkorelasi dengan turbiditas (Pearson s

14 r = - 0.893;P<0.01) (Lampiran 1). Hal ini menunjukkan bahwa menurunnya salinitas akibat masukan air dari darat, akan meningkatkan turbiditas perairan. Tabel 5 Kisaran dan rerata salinitas permukaan laut TAD pada Musim Timur dan Peralihan II Salinitas (psu) Nilai Musim Timur Peralihan II Juni Juli Agustus September Oktober November Maksimum 32.85 32.99 33.61 33.33 33.06 32.69 Minimum 20.21 25.95 28.63 29.67 30.89 30.85 Rerata 26.52 29.93 31.65 31.13 31.97 31.94 Standar Deviasi 3.91 1.94 1.65 1.40 0.86 0.68 Distribusi salinitas pada Musim Peralihan II di TAD bervariasi dari 30.57 sampai 32.74 psu (31.68±0.91). Pada Musim Peralihan II (dari musim hujan ke musim panas) salinitas relatif tinggi, pada permukaan perairan di bulan September, Oktober, dan November (Tabel 5). Salinitas berkorelasi dengan densitas (Pearson s r = 0.933;P<0.01) (Lampiran 2). Hal ini menunjukkan bahwa dengan meningkatnya salinitas, akan meningkatkan densitas perairan (Lalli and Parsons 1993). Distribusi salinitas rata-rata pada Musim Barat di TAD bervariasi dari 31.71 sampai 32.92 psu (32.32±0.35). Peningkatan salinitas pada Musim Barat dari bulan Desember, Januari, dan Februari (Tabel 6), hal ini disebabkan karena penurunan rata-rata curah hujan dari bulan Desember, Januari, dan Pebruari masing-masing 6.9 mm, 6.6 mm, dan 6.3 mm (data BMG Stasiun Laha Ambon). Analisis menunjukkan bahwa salinitas berkorelasi dengan densitas (Pearson s r = 0.976;P<0.01) (Lampiran 3). Distribusi salinitas pada Musim Peralihan I (musim panas ke musim hujan) di TAD bervariasi dari 31.54 sampai 33.14 psu (32.11±0.47), Musim Peralihan I dari bulan Maret, April dan Mei terjadi fluktuasi salinitas. Pada bulan Mei salinitas menurun disebabkan karena mulai peningkatan curah hujan (39.5 mm). Tingginya salinitas pada musim Barat dan musim Peralihan I karena ratarata tingkat curah hujan yang rendah (4.0 sampai 13.5 mm). Tabel 6 Kisaran dan rerata salinitas permukaan laut TAD pada Musim Barat dan Peralihan I Salinitas (psu) Nilai Musim Barat Peralihan I Desember Januari Februari Maret April Mei Maksimum 32.76 33.34 33.53 32.80 33.34 33.62 Minimum 30.46 31.77 32.42 32.01 32.11 30.59 Rerata 31.40 32.73 32.81 32.30 32.63 31.59 Standar Deviasi 0.82 0.52 0.37 0.23 0.42 0.97 Secara temporal dan spasial, nilai salinitas di permukaan perairan (Gambar 7) menunjukkan perbedaan sangat nyata (ANOVA; P<0.01), dimana rata-rata

salinitas Musim Timur lebih rendah (29.37 psu) dibandingkan dengan ketiga musim yang lain. 15-3.67 LS -3.66 LS -3.65 LS -3.64 LS -3.63 LS P.A M B O N Juni 2011 Juli 2011 Agustus 2011-3.67 LS -3.66 LS -3.65 LS -3.64 L S -3.63 LS MT 128.19 BT 128.2 BT 128.21 BT 128.22 BT 128.23 BT 128.24 BT 128.25 BT 128.19 BT 128.2 BT 128.21 BT 128.22 BT 128.23 BT 128.24 BT 128.25 BT 128. 19 BT 128.2 BT 128. 21 BT 128.22 BT 128.23 BT 128.24 BT 128.25 BT - 3.67 LS -3.66 LS -3.65 LS -3.64 LS -3.63 LS September 2011 Oktober 2011 November 2011 MP2 128.19 BT 128.2 BT 128.21 BT 128. 22 BT 128.23 BT 128.24 BT 128.25 BT 128.19 BT 128.2 BT 128.21 BT 128.22 BT 128.23 BT 128.24 BT 128.25 BT 128.19 BT 128.2 BT 128.21 BT 128.22 BT 128.23 BT 128.24 BT 128.25 BT -3.67 LS - 3.66 LS -3.65 L S -3.64 LS -3.63 LS -3.67 LS - 3.66 LS -3.65 LS -3.64 LS -3.63 LS Desember 2011 Januari 2012 Februari 2012 MB 128.19 BT 128.2 BT 128.21 BT 128.22 BT 128.23 BT 128.24 BT 128. 25 BT 128.19 BT 128.2 BT 128. 21 BT 128. 22 BT 128.23 BT 128.24 BT 128.25 BT 128.19 BT 128.2 BT 128.21 BT 128.22 BT 128.23 BT 128.24 BT 128. 25 BT - 3.67 LS - 3.66 LS -3.65 LS -3.64 LS -3.63 LS Maret 2012 April 2012 Mei 2012-3.67 LS - 3.66 LS -3.65 LS -3.64 LS -3.63 LS MP1 128.19 BT 128.2 BT 128.21 BT 128.22 BT 128.23 BT 128.24 BT 128.25 BT 128.19 BT 128.2 BT 128. 21 BT 128.22 BT 128.23 BT 128.24 BT 128.25 BT 128.19 BT 128.2 BT 128.21 BT 128.22 BT 128.23 BT 128.24 BT 128.25 BT Salinitas [PS] 20.0 22.6 25.2 27.8 30.4 33.0 Gambar 7 Peta distribusi salinitas di perairan Teluk Ambon Dalam Hal ini disebabkan rata-rata curah hujan yang tinggi (12.9 sampai 27.6 mm) dengan masukkan air tawar dari darat. Secara spasial, di Musim Timur, Musim Peralihan I dan Musim Peralihan II nilai salinitas di permukaan perairan pada Zona-1 lebih rendah dan tinggi pada Zona-3, sedangkan Musim Barat rendah pada Zona-3 dan tinggi pada Zona-1 (Tabel 7). Salinitas tinggi pada Zona-1 di Musim Barat disebabkan oleh pengaruh masukan air laut dari TAL. Tabel 7 Rerata salinitas (psu) permukaan laut TAD pada setiap Zona Zona MSIM Timur Peralihan II Barat Peralihan I 1 27.13 30.71 32.56 31.80 2 30.30 31.94 32.30 32.13 3 31.42 32.71 32.01 32.72

16 Distribusi Suhu dan Salinitas secara Vertikal Distribusi suhu dan salinitas permukaan dan dasar perairan TAD bervariasi dari musim ke musim. Livington (2003) dan Damar (2003) menyatakan bahwa zona mixing ditentukan berdasarkan kehomogenan distribusi salinitas, Laevastu dan Hela (1970) berdasarkan suhu. Kehomogenan salinitas dan suhu ditentukan berdasarkan pada distribusi perbedaan vertikal antara salinitas dan suhu permukaan dan dasar perairan secara berturut-turut kurang dari 2 psu (Livington 2003) dan 1 o C (Laevastu dan Hela 1970). Gambar 8 dan 9 menunjukkan bahwa setiap bulan terjadi stratifikasi suhu dan salinitas, sehingga tidak terjadi percampuran yang baik dari permukaan sampai di dasar perairan. Gambar 8 Distribusi Suhu Secara Vertikal di Teluk Ambon Dalam

Rata-rata suhu menunjukkan stratifikasi yang lemah pada Musim Timur, lagi pula suhu permukaan 26.89±0.49 dan dekat dasar 26.39±0.42, sedangkan pada Musim Peralihan II, Barat, dan Peralihan I rata-rata suhu menunjukkan stratifikasi yang kuat berturut-turut (permukaan suhu 29.54±0.45 dan dekat dasar 26.89±0.82), (permukaan suhu 30.49±0.20 dan dekat dasar 28.69±0.57), dan (permukaan suhu 30.14±0.17 dan dekat dasar 28.48±0.84) 17 Gambar 9 Distribusi Salinitas Secara Vertikal di Teluk Ambon Dalam Rata-rata salinitas menunjukkan stratifikasi yang kuat pada Musim Timur dan Musim Peralihan II, berturut-turut ( permukaan salinitas 29.37±2.46 dan dekat dasar 33.89±0.17), dan (permukaan salinitas 31.68±0.91 dan dekat dasar 34.09±0.08), sedangkan pada Musim Barat dan Peralihan I rata-rata salinitas

18 menunjukkan stratifikasi yang lemah berturut-turut (permukaan salinitas 32.32±0.35 dan dekat dasar 34.07±0.05) dan (permukaan salinitas 32.18±0.45 dan dekat dasar 32.67±0.39) Profil salinitas dari kesepuluh stasiun pengamatan memperlihatkan bahwa pada Musim Timur di bulan Juni, Juli dan Agustus diperoleh nilai salinitas ratarata lapisan teraduk (mix layer) berturut-turut 31.32 psu, 32.37 psu, dan 32.67 psu, sedangkan nilai salinitas maksimum berturut-turut sebesar 33.90 PS, 34.10 psu, dan 34.15 psu pada kedalaman dekat dasar perairan (Gambar 9). Pada bulan September, Oktober, dan November (Musim Peralihan II) diperoleh nilai salinitas rata-rata lapisan teraduk (mix layer) berturut-turut 32.99 psu, 33.19 psu, dan 32.86 psu, sedangkan nilai salinitas maksimum berturut-turut sebesar 34.13 psu, 34.15 psu, dan 34.17 psu pada kedalaman dekat dasar perairan. Musim Barat di bulan Desember, Januari, dan Februari diperoleh nilai salinitas rata-rata lapisan teraduk (mix layer) berturut-turut 31.84 psu, 32.90 psu, dan 32.81 psu, sedangkan nilai salinitas maksimum berturut-turut sebesar 34.25 psu, 34.07 psu, dan 34.07 psu pada kedalaman dekat dasar perairan. Pada Musim Peralihan I (Maret, April, dan Mei) diperoleh nilai salinitas rata-rata lapisan teraduk (mix layer) berturut-turut 32.56 psu, 32.76 psu, dan 32.51 psu, sedangkan nilai salinitas maksimum berturut-turut sebesar 33.85 psu, 33.82 psu, dan 34.02 psu pada kedalaman dekat dasar perairan. Tingginya salinitas rata-rata pada dasar perairan disebabkan oleh masuknya air yang bersalinitas tinggi dari laut Banda. Menurut Sediadi (2004) salinitas pada Musim Peralihan I berkisar antara 33.1 sampai 34.2 psu. Sebaran Densitas Densitas adalah kerapatan massa air (kg/m 3 ) yang ditentukan berdasarkan suhu dan salinitas. Densitas massa air permukaan pada Musim Timur berkisar antara 15.43 sampai 21.08 kg/m 3 dengan rerata 18.52 ±1.70. Pada Musim Timur terjadi peningkatan densitas permukaan air setiap bulan mulai dari bulan Juni, Juli, dan Agustus (Tabel 8). Menurut Tubalawony et al. (2009), bulan Juli densitas massa air permukaan pada TAD berkisar antara 3.87 sampai 21.24 kg/m 3 dengan rerata 15.89±3.55, hal ini menunjukkan ada peningkatan densitas lagi pula densitas berhubungan dengan tingkat curah hujan. Tabel 8 Kisaran dan rerata densitas permukaan laut TAD pada Musim Timur dan Peralihan II Densitas (kg/m 3 ) Nilai Musim Timur Peralihan II Juni Juli Agustus September Oktober November Maksimum 20.70 21.01 21.65 21.06 20.18 19.64 Minimum 11.82 16.16 18.31 18.41 18.79 18.56 Rerata 16.29 18.96 20.31 19.46 19.57 19.14 Standar Deviasi 2.74 1.34 1.10 0.99 0.47 0.37 Musim Timur densitas massa air permukaan yang rendah pada stasiun 3 (), sedangkan densitas yang tinggi pada stasiun 7 dan 10. Hal ini disebabkan

karena pada stasiun terjadi pengangkatan massa air dengan salinitas yang tinggi (32.85 sampai 33.61 psu). Densitas massa air ditentukan oleh suhu dan salinitas, jika salinitas meningkat maka densitas juga meningkat, tetapi bila suhu meningkat maka densitas akan menurun (Lalli and Parsons 1993). Densitas massa air permukaan pada Musim Peralihan II berkisar antara 18.76 sampai 20.08 kg/m 3 dengan rerata 19.39±0.56. Pada Musim Peralihan II rata-rata densitas tertinggi pada bulan Oktober (Tabel 8). September dan Oktober densitas yang rendah pada Stasiun 4 dan tinggi pada Stasiun 9 dan 10. Densitas massa air pada Musim Barat berkisar antara 19.00 sampai 20.02 kg/m 3 dengan rerata 19.55±0.30, dan Musim Peralihan I berkisar antara 19.24 sampai 20.23 kg/m 3 dengan rerata 19.56±0.29. Musim Barat rata-rata densitas tertinggi di bulan Februari dan Musim Peralihan I di bulan April (Tabel 9). Bulan Mei terjadi penurunan densitas yang disebabkan rata-rata curah hujan yang tinggi 39.5 mm (data BMG Stasiun Laha Ambon) sehingga mempengaruhi suhu dan salinitas perairan. Tabel 9 Kisaran dan rerata densitas permukaan laut TAD pada Musim Barat dan Peralihan I Densitas (kg/m 3 ) Nilai Musim Barat Peralihan I Desember Januari Februari Maret April Mei Maksimum 19.64 20.33 20.44 19.88 20.25 20.89 Minimum 18.11 19.04 19.70 19.32 19.43 18.66 Rerata 18.72 19.91 20.03 19.49 19.76 19.42 Standar Deviasi 0.59 0.38 0.23 0.16 0.30 0.70 Secara temporal dan spasial, densitas massa air permukaan menunjukkan perbedaan sangat nyata (ANOVA; P<0.01), artinya musim sangat berpengaruh terhadap densitas massa air permukaan. Analisis lanjutan menunjukkan bahwa rata-rata densitas Musim Timur lebih rendah (18.52 kg/m 3 ) dan tinggi pada Musim Peralihan II, Barat dan Peralihan I masing-masing 19.39, 19.55, dan 19.56 kg/m 3. Analisis lanjutan pada Musim Timur, Peralihan I dan Peralihan II rata-rata densitas rendah pada Zona-1 dan tinggi pada Zona-3. Sedangkan Musim Barat nilai densitas tinggi pada Zona-1 dan rendah pada Zona-3 (Tabel 10). Tabel 10 Rerata densitas (kg/m 3 )permukaan laut TAD pada setiap Zona Zona MSIM Timur Peralihan II Barat Peralihan I 1 16.98 18.81 19.79 19.33 2 19.18 19.51 19.55 19.51 3 19.91 20.03 19.24 19.89 19

20 SIMPLAN Kondisi suhu, salinitas, dan densitas di TAD berdasarkan musim ditemukan lebih rendah pada Musim Timur (Juni sampai Agustus) dengan nilai rata-rata suhu 26.86 o C, salinitas 29.37 psu dan densitas 18.52 kg/m3, dibandingkan dengan Musim Peralihan II (September sampai November), Musim Barat (Desember sampai Februari) dan Musim Peralihan I (Maret sampai Mei). Berdasarkan pembagian zona maka, pada Musim Timur rata-rata suhu (26.43 o C), salinitas 27.13 psu, dan densitas (16.98 kg/m3) lebih rendah di Zona-1 dibandingkan dengan kedua zona yang lain. Pada Zona-3 rata-rata salinitas 31.42 psu lebih tinggi yang menunjukkan bahwa terjadi pengangkatan massa air pada zona tersebut. Stratifikasi terbentuk berdasarkan perbedaan suhu dan salinitas antara permukaan dan dasar perairan, sehingga tidak terjadi percampuran yang baik.