KATA PENGANTAR. Kepala Perwakilan, Sudiro NIP LAKIP 2013 Perwakilan BPKP Provinsi Bengkulu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 2. Pengawasan terhadap pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja negara dan pengurusan barang milik/ kekayaan negara;

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI SULAWESI UTARA LAKIP Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Suplemen Rencana Strategis

LAPORAN AKUNTAB BILITAS KINERJA TAHUN 2012

Tabel 2.1 Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Utama Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Provinsi Sulawesi Utara. Ringkasan Eksekutif

Rencana Strategis Perwakilan BPKP Provinsi D.I. Yogyakarta

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Provinsi Papua Barat. Ringkasan Eksekutif

PENETAPAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN LAPORAN KINERJA TRIWULAN IV 2013 PERWAKILAN BPKP PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

LAPORAN KINERJA TRIWULAN III TAHUN 2014 TINGKAT SATUAN KERJA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

KEPUTUSAN KEPALA PERWAKILAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN BPKP PROPINSI DKI JAKARTA LAPORAN KINERJA TRIWULAN IV TAHUN 2014

Untuk mencapai target kinerja outcome dan output seperti yang telah diuraikan di atas, Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan didukung dengan

Lampiran Keputusan Nomor KEP-5987/PW20/1/2012

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR : KEP- 486 /K/SU/2009 TENTANG RENCANA KEGIATAN BPKP TAHUN 2009

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKJ) TAHUN 2015 PERWAKILAN BPKP PROVINSI SUMATERA BARAT

Revisi Suplemen Renstra Perwakilan BPKP Provinsi Papua Barat Tahun Maret 2013

KATA PENGANTAR. LAKIP sebagai media pertanggungjawaban, berisikan informasi tentang Rencana Strategis (Renstra) dan Akuntabilitas Kinerja tahun 2013.

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR

LAPORAN KINERJA PERWAKILAN BPKP PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2016

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun Kata Pengantar

Tabel RE.1. Capaian Sasaran Strategis

Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah KATA PENGANTAR

LAP-86/PW14/6/17 3 APRIL 2017 PERWAKILAN BPKP PROVINSI KALIMANTAN BARAT

RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BPKP TAHUN 2013

INFORMASI KINERJA. No Tujuan Capaian Kinerja

LAPORAN KINERJA BPKP untuk Indonesia

No Sasaran Indikator Kinerja Sasaran Satuan Target Realisasi. Persentase IPP yang Mendapat Pendampingan Penyusunan Laporan Keuangan

Ringkasan Eksekutif Memuaskan

Sasaran 7 dari Tujuan 5 : Dari 2 IKU dominan, tercapai 100,00% Sasaran 4 dari Tujuan 3 : Dari 1 IKU dominan tercapai 100,00%

LAPORAN HASIL PENGAWASAN ATAS KUALITAS AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA/DAERAH DI WILAYAH PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2014

Gambaran singkat Renstra Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara periode tahun dapat diuraikan sebagai berikut :

RINGKASAN EKSEKUTIF. Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014

Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Selatan

L a p o r a n R e a l i s a s i R K T B u l a n D e s e m b e r Halaman 1

1. Meningkatnya Kualitas 1 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, 95% Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga, dan 95% Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

PERWAKILAN BPKP PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA LAPORAN AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2014

LAKIP. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah PERWAKILAN BPKP PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

SUPLEMEN RENSTRA TAHUN

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... RINGKASAN EKSEKUTIF...

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG INVESTIGASI TAHUN

LAPORAN AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2013

KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENGAWASAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2013

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PERWAKILAN PROVINSI LAMPUNG KATA PENGANTAR

BAB I P E N D A H U L U A N

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

DAFTAR ISI. Halaman Kata Pengantar

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL

KATA PENGANTAR. Kata Pengantar

Laporan Akuntabilitas Kinerja tahun 2013 Perwakilan BPKP Jawa Timur disusun

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

- 3 - Pasal 4 Peraturan Kepala ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

BAB I PENDAHULUAN. 2. Pengawasan terhadap pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja negara dan pengurusan barang milik/ kekayaan negara;

BUTIR-BUTIR TAMBAHAN RENSTRA PERWAKILAN BPKP PROVINSI NTT

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

erbitnya Peraturan Pemerintah RI nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem melakukan pengawasan intern akuntabilitas keuangan negara dan pembina

REALISASI PENUGASANN BULAN INI

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

VISI, MISI DAN TUJUAN VISI

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014 RINGKASAN EKSEKUTIF

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30

P.T. Kepala Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat. Panijo

PERWAKILAN BPKP PROVINSI MALUKU UTARA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA ( LAKIP ) 2015

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

aporan Kinerja Tahun 2014 Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur disusun berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem

Laporan Kinerja Tahun 2016 Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Selatan

8 April Nomor : LKIN-1044/PW21/1/2014 Lampiran : Satu Berkas H a l : Laporan Kinerja Triwulan I Tahun 2014

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

Perwakilan Provinsi Lampung KATA PENGANTAR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI DKI JAKARTA KATA PENGANTAR

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2012 PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB I PENDAHULUAN TUGAS DAN FUNGSI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

Pencapaian Target Kinerja Triwulan III Tahun 2014 Dalam Rangka Pencapaian Tujuan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Nomor : S 13 /PW.09/1/ Januari Yth. Bapak Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan di Jakarta.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

Rencana Kinerja Tahunan (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN MALANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 64 TAHUN 2012 TAHUN 2012 TENTANG

REALISASI PENUGASANN BULAN INI

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

Rencana Kerja Tahunan (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

Transkripsi:

NOMOR: LAP-0005/PW06/1/2014 TANGGAL 6 JANUARI 2014

KATA PENGANTAR D alam rangka memenuhi ekspektasi publik atas transparansi dan akuntabilias penerapan tata kepemerintahan yang baik (good governance) dan untuk memenuhi kewajiban penyusunan Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah, Perwakilan BPKP Perwakilan Provinsi Bengkulu menyusun LAKIP sesuai Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. menyadari selain untuk memenuhi kewajiban, laporan tersebut juga perlu sebagai perwujudan akuntabilitas atas amanah yang diemban serta sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi dalam wujud Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah Tahun 2013. Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya selama tahun 2013, Perwakilan BPKP Provinsi Bengkulu mengacu kepada Rencana Kinerja sebagai penjabaran dari Rencana Stratejik (Renstra) BPKP 2010-2014. Setiap tahun program dan kegiatan yang dicantumkan dalam Renstra tersebut dijabarkan lebih lanjut dalam rencana kinerja tahunan dan dituangkan dalam dokumen Penetapan Kinerja Perwakilan BPKP. Capaian kinerja tahun 2013 yang tertuang dalam LAKIP merupakan cerminan kinerja dari seluruh komponen pegawai yang ada di lingkungan. Penyusunan LAKIP ini didukung oleh sistem pengelolaan data kinerja dengan menggunakan aplikasi SIMMonev RKT dan data keuangan yang memanfaatkan aplikasi Sistem Akuntansi Instansi (SAI). Diharapkan LAKIP ini dapat memberikan manfaat sebagai media informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan kinerja dan sekaligus dapat memberikan umpan balik guna perbaikan kinerja di masa datang. Kepala Perwakilan, Sudiro NIP 19581011 198101 1 002 i

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... RINGKASAN EKSEKUTIF... BAB I Halaman PENDAHULUAN A. Tugas, Fungsi, dan Wewenang Organisasi... 1 B. Aspek Strategis Organisasi... 3 C. Kegiatan dan Layanan Produk Organisasi... 4 D. Struktur Organisasi... 5 E. Sistematika Penyajian... 10 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. Rencana Strategis 2010-2014... 12 1. Pernyataan Visi... 12 2. Pernyataan Misi... 13 3. Tujuan Strategis... 21 4. Sasaran Strategis... 22 5. Indikator Kinerja Utama... 22 6. Program dan Kegiatan... 24 B. Perjanjian Kinerja 2013... 26 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. Capaian Kinerja... 26 B. Analisis Capaian Kinerja... 27 Akuntabilitas Keuangan... 54 Capaian Target Kinerja sampai dengan 2012... 56 Capaian Target Outcome... 58 Capaian Kinerja Lainnya... 59 Permasalahan/Hambatan Kinerja... 60 BAB V PENUTUP i ii iv LAMPIRAN ii

RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan akuntabilias merupakan wujud pertanggungjawaban keberhasilan maupun kegagalan. Visi BPKP adalah Auditor Presiden yang Responsif, Interaktif, dan Terpercaya, untuk Mewujudkan Akuntabilitas Keuangan Negara yang Berkualitas Penyusunan laporan akuntabilias adalah wujud pertanggungjawaban kepada seluruh stakeholders atas keberhasilan maupun kegagalan organisasi dalam upaya mencapai visi yang telah ditetapkan serta untuk memberikan umpan balik yang dapat dimanfaatkan bagi peningkatan kinerja dan pengambilan keputusan. BPKP memiliki visi Auditor Presiden yang Responsif, Interaktif, dan Terpercaya, untuk Mewujudkan Akuntabilitas Keuangan Negara yang Berkualitas dengan misi, sebagai berikut: 1. Menyelenggarakan Pengawasan Intern Terhadap Akuntabilitas Keuangan Negara yang Mendukung Tata Kepemerintahan yang Baik dan Bebas KKN. 2. Membina Secara Efektif Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. 3. Mengembangkan Kapasitas Pengawasan Intern Pemerintah yang Profesional dan Kompeten. 4. Menyelenggarakan sistem dukungan pengambilan keputusan yang andal bagi presiden/pemerintah Sebagai suatu instansi yang merupakan perpanjangan tangan dari BPKP Pusat, mempunyai tugas mewujudkan Rencana Kinerja. Implementasi penjabaran Rencana Kinerja tersebut, menyusun dokumen perencanaan berupa Penetapan Kinerja Tahun 2012 yang memuat 1 program, 3 sasaran, dan 29 indikator. Capaian Kinerja merupakan hasil pengukuran kinerja masing-masing indikator output Capaian Kinerja diperoleh dengan cara membandingkan rencana kinerja yang merupakan komitmen dari pimpinan dan seluruh personil, dengan realisasinya pada akhir tahun. Capaian Kinerja secara keseluruhan adalah sebesar 138,79% atau termasuk katagori memuaskan. Pengukuran kinerja dilakukan utamanya dengan membandingkan realisasi pencapaian output dengan target output yang telah ditetapkan dalam penetapan kinerja. iv

Realisasi capaian kinerja dalam tahun 2012 untuk 3 sasaran dengan 29 indikator output sebanyak 26 indikator melampaui atau sama dengan 100%, 3 indikator output tidak terlaksana. Kinerja anggaran meningkat dari pada tahun 2011 sebesar Rp14.539.476.400,00 menjadi Rp15.994.549.731,00 pada tahun 2012 dan realisasi tahun 2011 dari Rp14.180.047.692,00 menjadi Rp15.584.175.599,00 untuk tahun 2012. Namun dari efektifitas penyerapan anggaran menurun (0,10%) dari 97,53% pada tahun 2011 menjadi 97,43% pada tahun 2012. Disamping capaian tersebut, dalam tahun 2012 mendapat penghargaan dari BPKP Pusat yaitu juara I untuk Kategori Pengelola Kehumasan Terbaik dan juara III dalam Kategori Pembentuk Opini Terbaik. Dari hasil persepsi pelayanan bagian Tata Usaha mencapai nilai 7,48 atau sama dengan tingkat pelayanan cukup baik dari skala 1 (pelayanan sangat tidak baik) sampai dengan 10 (pelayanan sangat baik), serta hasil persepsi pelayanan pengawasan berdasarkan dari 66 Instansi Vertikal maupun Pemerintah Daerah di Provinsi Bengkulu, 32 responden menyatakan sangat setuju, 32 responden menyatakan setuju, 2 responden agak setuju. Masih terdapat permasalahan kinerja yang memerlukan perhatian khusus. Meskipun capaian kinerja pada masing-masing indikator Perwakilan BPKP Provinsi Bengkulu secara rata-rata telah dapat mencapai suatu tingkatan yang memuaskan dan hasil evaluasi secara internal menunjukkan predikat memuaskan, namun masih terdapat permasalahan yang memerlukan perhatian khusus antara lain adalah: 1. Beban kerja pegawai belum ideal, yaitu jumlah HP PFA dalam tahun 2012 sebesar 410 HP dan pegawai non PFA sebesar 300 HP. Jumlah tersebut di atas potensi HP PFA dan Non PFA efektif sebesar 237HP/tahun. Di samping itu, beban kerja rata-rata per pegawai belum merata dan seimbang. Kendala tersebut disebabkan masih belum seluruhnya terpetakan potensi penugasan atas permintaan stakeholder. 2. Penugasan Non PKPT relatif cukup kecil dibandingkan dengan v

PKPT dimana realisasi penugasan Non PKPT sebanyak 289 PP atau 41,65% dari penugasan seluruhnya sebanyak 694 PP. Namun jika dibandingkan tahun 2011 terdapat adanya penurunan penugasan pengawasan Non PKPT dari 316 PP menjadi 289 PP dan dari sisi prosentasi juga menurun dari 43,35% menjadi 8,55%, hal tersebut mengindikasikan meningkatnya koordinasi dengan mitra kerja dan efektifitas perencanaan. 3. Realisasi penugasan sampai dengan akhir tahun 2012 sebanyak 694 PP terdiri dari penugasan PKPT sebanyak 405 PP atau 58,35% dan penugasan Non PKPT sebanyak 289 PP atau 41,65% dari total realisasi penugasan. Realisasi penugasan ini berasal dari 2 (dua) jenis program RENSTRA, yaitu: 1) Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah; 2) Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BPKP. Terdapat beberapa penugasan dengan Rencana Mulai Penugasan (RMP) sampai dengan akhir Bulan Desember 2012 yang belum terealisasi sebanyak 8 PP yang terdiri dari Bidang IPP 3 PP dan Bidang Investigasi 5 PP. Masih besarnya realisasi penugasan Non PKPT disebabkan belum seluruhnya terpetakan potensi penugasan atas permintaan stakeholder, sedangkan tidak tercapainya target PP dan LHP disebabkan adanya pembatalan dari rendal di BPKP Pusat. Untuk mengatasi permasalahan di masa yang akan datang, ditetapkan strategi pemecahan masalah Untuk mengatasi permasalahan agar tidak berulang di masa yang akan datang, diperlukan strategi pemecahan masalah sebagai berikut: 1. Memperbaiki dan atau menyusun SOP yang didasarkan dengan peta risiko, baik Level Entity maupun Level Activity. 2. Mengoptimalkan perencanaan dengan menerapkan PKP 2, PKP 3, SKI 1 dan SKI 2 yang seimbang dan mempertimbangkan beban kerja. 3. Menatausahakan hasil Non Pengawasan dengan Aplikasi SIM HP vi

dengan database terpisah. 4. Berkoordinasi lebih aktif dengan Rendal dalam perencanaan tahun-tahun berikutnya. 5. Berkoordinasi dengan mitra kerja dalam perencanaan kegiatan dimasa mendatang. Dengan adanya laporan akuntabilitas kinerja ini, diharapkan dapat memotivasi seluruh jajaran pegawai guna mengatasi permasalahan yang dihadapi dan memperbaiki kinerja di masa yang akan datang. Kepala Perwakilan, Sudiro NIP 19581011 198101 1 002 vii

BAB i PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN S aat ini setiap organisasi publik dituntut untuk lebih terbuka dan dapat memberikan transparansi dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya. Untuk itu, organisasi publik diharapkan dapat membuat suatu Penetapan Kinerja, Rencana Kinerja Tahunan (RKT/Performance Plan), dan Laporan Pertanggungjawaban Kinerja (Performance Accountability Report) yang mencerminkan transparansi dan akuntabilitasnya. Sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 7 tahun 1999 setiap instansi pemerintah diharuskan menyelenggarakan suatu Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) sebagai instrumen untuk menyediakan suatu media pertanggungjawaban yang tepat, jelas, dan teratur. A. Tugas, Fungsi, dan Wewenang Organisasi sebagai salah satu unit pelaksana BPKP di daerah, sebagaimana tertuang dalam Surat Keputusan Kepala BPKP Nomor: Kep- 06.00.00-286/K/2002 tanggal 31 Mei 2002, dan terakhir telah diperbaharui dengan Surat Keputusan Kepala BPKP Nomor: KEP-713/SU/2002 tanggal 15 Oktober 2002, mempunyai tugas pokok melaksanakan pengawasan keuangan dan pembangunan serta penyelenggaraan akuntabilitas di daerah sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugas tersebut, menyelenggarakan fungsi : 1. Penyiapan rencana dan program kerja pengawasan; 2. Pengawasan terhadap pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja negara dan pengurusan barang milik/ kekayaan negara; 3. Pengawasan terhadap pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja daerah dan pengurusan barang milik/ kekayaan daerah atas permintaan daerah; 4. Pengawasan terhadap penyelenggaraan tugas pemerintahan yang bersifat strategis dan/ atau lintas departemen/ lembaga/ wilayah; 5. Pemberian asistensi penyusunan laporan akuntabilitas kinerja instansi 1

BAB i PENDAHULUAN pemerintah pusat dan daerah; 6. Evaluasi atas laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah pusat dan pemerintah daerah; 7. Bimtek/Asistensi/Konsultasi/Pendampingan Simda; 8. Pemeriksaan terhadap badan usaha milik negara, Pertamina, cabang usaha Pertamina, Kontraktor bagi hasil dan kontrak kerja sama badan-badan lain yang di dalamnya terdapat kepentingan pemerintah, pinjaman/ bantuan luar negeri yang diterima pemerintah pusat, dan badan usaha milik daerah atas permintaan daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; 9. Evaluasi terhadap pelaksanaan good corporate governance dan laporan akuntabilitas kinerja pada badan usaha milik negara, Pertamina, cabang usaha Pertamina, kontraktor bagi hasil, kontrak kerja sama, badan-badan lain yang di dalamnya terdapat kepentingan pemerintah, dan badan usaha milik daerah, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; 10. Investigasi terhadap indikasi penyimpangan yang merugikan negara, badan usaha milik negara dan badan-badan lain yang di dalamnya terdapat kepentingan pemerintah, pemeriksaan terhadap hambatan kelancaran pembangunan dan pemberian bantuan pemeriksaan pada instansi penyidik dan instansi pemerintah lainnya; 11. Pelaksanaan analisis dan penyusunan laporan hasil pengawasan serta pengendalian mutu pengawasan; 12. Pelaksanaan administrasi Perwakilan BPKP. Sebagai auditor yang bertanggungjawab kepada Presiden sebagaimana dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008, BPKP berperan mendukung akuntabilitas Presiden dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan negara mempunyai wewenang: 1. Pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara atas kegiatan tertentu yang meliputi (Pasal 49), yaitu: Kegiatan yang bersifat lintas sektoral, yaitu kegiatan yang dalam pelaksanaannya melibatkan dua atau lebih kementerian negara/lembaga atau pemerintah daerah yang tidak dapat dilakukan pengawasan oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah kementerian negara/lembaga, provinsi, atau kabupaten/kota karena keterbatasan kewenangan, 2

BAB i PENDAHULUAN Kegiatan kebendaharaan umum negara berdasarkan penerapan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN). Khusus dalam rangka pelaksanaan pengawasan intern atas kegiatan kebendaharaan umum negara, Menteri Keuangan melakukan koordinasi kegiatan yang terkait dengan instansi pemerintah lainnya, Kegiatan lain berdasarkan penugasan Presiden. 2. Pembinaan penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah (Pasal 59), 3. Reviu atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat sebelum disampaikan Menteri Keuangan kepada Presiden (Pasal 57 ayat 4), 4. Penyampaian ikhtisar laporan hasil pengawasan yang bersifat nasional (dari hasil pengawasan BPKP dan APIP lainnya) sebagaimana tertuang dalam Pasal 54 ayat 3. B. Aspek Strategis Organisasi Sebagai ujung tombak di daerah, perlu menindaklanjuti mandat sebagai Auditor Presiden yang memiliki tugas melakukan pengawasan intern terhadap akuntabilitas negara dan sebagai Pembina SPIP untuk seluruh instansi pemerintah. BPKP harus dapat menunjukkan paradigma barunya melalui unjuk kerja yang optimal sehingga peran BPKP di daerah semakin nyata dalam memberikan masukan untuk membantu pemerintah daerah menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi. Strategi penguatan BPKP melalui product differences (penguatan kualitas produk bersifat strategis, makro, lintas sektoral), market differences (mengenali market pengawasan) dan methodology differences (pengembangan metodologi pengawasan yang kontemporer, spesifik dan bermanfaat) yang tentunya secara hirarkis perlu diterapkan dalam setiap aspek pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Perwakilan BPKP. Untuk memperkuat dan menunjang efektivitas sistem pengendalian intern pemerintah di daerah, Perwakilan BPKP sebagai bagian dari APIP melakukan pengawasan intern atas penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah termasuk akuntabilitas keuangan negara dan pembinaan penyelenggaraannya. Dalam upaya mewujudkan tuntutan tersebut sesuai amanat PP 60 Tahun 2008 tentang SPIP dengan cakupan penugasan yang semakin luas, Perwakilan BPKP Provinsi Bengkulu lebih mengedepankan aspek pencegahan, dengan lebih menekankan membangun sistem yang mampu mencegah kecurangan/ penyimpangan atau memudahkan mendeteksi adanya kecurangan/penyimpangan. 3

BAB i PENDAHULUAN Dua peran utama yang dapat dilakukan adalah peran assurance dan consulting bagi stakeholder untuk memberikan keyakinan yang memadai atas pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan negara, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Jasa assurance dilakukan melalui audit, reviu, evaluasi dan pemantauan, sedangkan consulting antara lain berupa sosialisasi, pendidikan dan pelatihan pengawasan, pembimbingan dan konsultansi, penglolaan hasil pengawasan dan pemaparan hasil pengawasan. C. Kegiatan dan Layanan Produk Organisasi Sesuai dengan Renstra, Pewakilan BPKP Provinsi Bengkulu melaksanakan kegiatan-kegiatan pengawasan sebagai berikut: 1. Pre-emptif Kegiatan pre-emptif bertujuan agar auditan menyiapkan infrastruktur yang diperlukan untuk pengembangan good governance, pelayanan publik, dan pemberantasan KKN. Sasaran kegiatan ini adalah berkurangnya penyakit birokrasi yang bersifat laten. 2. Preventif Kelompok kegiatan preventif mencakup kegiatan konsultasi manajemen untuk memecahkan permasalahan kesisteman yang mempengaruhi penciptaan peringatan dini (early warning system) atas proses governance. 3. Represif Kelompok kegiatan represif berupa audit investigatif untuk menjustifikasi perhitungan kerugian negara atas kasus-kasus dengan atau tidak diketemukannya indikasi melawan hukum/tindak pidana korupsi. Sasarannya adalah terungkap dan terselesaikannya kasus-kasus penyimpangan dan perbuatan melawan hukum. memfasilitasi pelaksanaan beberapa produk unggulan yang bermanfaat bagi pembenahan manajemen pemerintahan di daerah, antara lain: 1. Sistem Informasi Manajemen Keuangan Daerah (SIMDA); 2. Sistem Informasi Akuntansi PDAM; 3. Sosialisasi GCG BUMD/PDAM; 4. Program Pengembangan Internal Control BUMN/BUMD berbasis COSO; 5. Asistensi Penyusunan Corporate Plan PDAM; 6. Asistensi Penyusunan Pedoman Pengadaan Barang/Jasa BUMD; 4

BAB i PENDAHULUAN 7. Program Anti Korupsi (PAK); 8. Fraud Control Plan (FCP); 9. Sosialisasi dan Bimtek SPIP; serta 10. Sosialisasi dan Bimtek Peningkatan kapabilitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) Daerah. D. Struktur Organisasi Untuk dapat menjalankan tugas dan fungsinya yang telah dibebankan, Perwakilan BPKP Provinsi Bengkulu memiliki struktur organisasi sebagai berikut: Gambar 1.1 Struktur Organisasi Catatan: - - - - - - = Penugasan JFA melalui Bidang Pengawasan/Teknis Adapun tugas pokok pada masing-masing bagian/bidang dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Bagian Tata Usaha Tugas pokok Bagian Tata Usaha adalah melaksanakan penyusunan rencana dan program pengawasan, urusan kepegawaian, keuangan, persuratan, urusan dalam, perlengkapan, rumah tangga, pengelolaan perpustakaan, dan pelaporan hasil pengawasan. Fungsi yang diselenggarakan adalah: a. Penyusunan rencana dan program pengawasan; b. Pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, persuratan, urusan dalam, perlengkapan, dan rumah tangga; 5

BAB i PENDAHULUAN c. Pengelolaan perpustakaan; d. Penyusunan laporan berkala hasil pengawasan. Bagian Tata Usaha memiliki sub-sub bagian, yaitu: 1) Subbagian Program dan Pelaporan, dengan tugas menyiapkan bahan penyusunan rencana dan program serta penyusunan laporan berkala hasil pengawasan; 2) Subbagian Kepegawaian, dengan tugas melakukan urusan kepegawaian dan pengembangan pegawai; 3) Subbagian Keuangan, dengan tugas melakukan urusan keuangan; 4) Subbagian Umum, dengan tugas melakukan urusan persuratan, perlengkapan, urusan dalam, dan rumah tangga serta pengelolaan perpustakaan. 2. Bidang Pengawasan Instansi Pemerintah Pusat Tugas pokok Bidang Pengawasan Instansi Pemerintah Pusat adalah melaksanakan penyusunan rencana, program, pelaksanaan pengawasan instansi pemerintah pusat, dan pinjaman/bantuan luar negeri yang diterima pemerintah pusat serta pengawasan penyelenggaraan akuntabilitas instansi pemerintah pusat dan evaluasi hasil pengawasan. 3. Bidang Pengawasan Akuntabilitas Pemerintah Daerah Tugas pokok Bidang Pengawasan Akuntabilitas Pemerintah Daerah adalah melaksanakan penyusunan rencana, program, dan pengawasan instansi pemerintah daerah atas permintaan daerah serta pelaksanaan pengawasan penyelenggaraan akuntabilitas, dan evaluasi hasil pengawasan. 4. Bidang Akuntan Negara Tugas pokok Bidang Akuntan Negara adalah melaksanakan penyusunan rencana, program, dan pelaksanaan pemeriksaan serta evaluasi pelaksanaan good corporate governance dan laporan akuntabilitas kinerja badan usaha milik negara, Pertamina, cabang usaha Pertamina, kontraktor bagi hasil, dan kontrak kerja sama, badan-badan lain yang didalamnya terdapat kepentingan pemerintah, dan badan usaha milik daerah atas permintaan daerah, serta evaluasi hasil pengawasan. 5. Bidang Investigasi Tugas pokok Bidang Investigasi adalah melaksanakan penyusunan rencana, program, dan pelaksanaan pemeriksaan terhadap indikasi penyimpangan yang merugikan negara, badan usaha milik negara, dan badan-badan lain yang di 6

BAB i PENDAHULUAN dalamnya terdapat kepentingan pemerintah, pemeriksaan terhadap hambatan kelancaran pembangunan, dan pemberian bantuan pemeriksaan pada instansi penyidik dan instansi pemerintah lainnya. Dalam mencapai tujuan didukung: 1. Sumber Daya Manusia Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Perwakilan BPKP Provinsi Bengkulu per 31 Desember 2013, didukung dengan sumber daya manusia sebanyak 107 orang, dengan rincian sebagai berikut: No Uraian Tabel 1.1 Sumber Daya Manusia Per 31 Desember 2013 Golongan Pendidikan Jumlah IV III II S2 S1 DIII SLTA Jumlah 1 Struktural 6 4-10 1 8 1-10 2 PFA 6 26 21 53 1 33 19-53 3 Calon PFA - 1 24 25-2 23-25 4 Prakom - 1-1 - - - 1 1 5 Arsiparis - 3-3 - 1-2 3 6 PFU - 17-17 - 8-9 17 Jumlah 12 52 45 109 2 52 43 12 109 Gambar 1.2 Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan 7

BAB i PENDAHULUAN Gambar 1.3 Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenis Pendidikan Tabel 1.2 Jumlah Pegawai menurut Jabatan Jabatan Jumlah (orang) Struktural o Eselon II 1 o Eselon III 5 o Eselon IV 4 Pejabat Fungsional Auditor o Pengendali Teknis 8 o Ketua Tim 10 o Anggota Tim 60 Pejabat Fungsional Pranata Komputer 1 Pejabat Fungsional Arsiparis 3 Pejabat Fungsional Umum 17 Total 109 Gambar 1.4 Jumlah Pegawai Berdasarkan Jabatan 8

BAB i PENDAHULUAN 2. Keuangan Dana pendukung pelaksanaan tugas dan fungsi Perwakilan BPKP Provinsi Bengkulu yang bersumber dari DIPA seluruhnya sebesar Rp11.987.026.000,00 dengan realisasi sebesar Rp11.864.804.714,00 atau 98,98%, rincian jumlah anggaran dan realisasi anggaran serta sumber dana tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1.3 Anggaran dan Realisasi Tahun 2013 Jenis Belanja Anggaran 2013 Rencana (Rp) Realisasi (Rp) % Belanja Pegawai 5.738.926.000 5.679.058.137 98,96 Belanja barang 5.908.100.000 5.846.397.577 98,96 - Perjalanan Dinas PKAU 1.001.602.000 999.784.750 99,82 - Perjalanan Dinas PKP2T 3.328.041.000 3.294.736.550 98,99 - Non Perjalanan Dinas 1.578.457.000 1.551.876.277 98,32 Belanja Modal 340.000.000 339.349.000 99,81 Jumlah 11.987.026.000 11.864.804.714 98,98 3. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang mendukung pelaksanaan tugas Perwakilan BPKP Provinsi Bengkulu meliputi tanah, bangunan, kendaraan dinas, inventaris/peralatan kantor, dan perlengkapan lainnya, dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 1.4 Daftar Sarana dan Prasarana No Uraian Nilai (Rp) 1 Tanah 2.301.893 2 Peralatan dan Mesin 345.686.711 3 Gedung dan Bangunan 6.548.663.469 4 Jalan, Irigasi, dan Jaringan 175.743.750 5 Aset Tetap Lainnya 23.000.000 Jumlah 7.095.395.823 Sarana dan prasarana tersebut di atas telah cukup memadai guna mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi, serta nilainya telah memperhitungkan akumulasi penyusutan. Tanah dan bangunan diperuntukkan sebagai bangunan kantor dan rumah negara. Selain ruang untuk bekerja, bangunan kantor dilengkapi dengan sarana/ruang untuk poliklinik, perpustakaan, arsip, aula, koperasi, sarana ibadah dan kantin. 9

BAB i PENDAHULUAN 4. Hasil Pengawasan Saldo temuan hasil pengawasan yang belum ditindaklanjuti (TPB) per 31 Desember 2013 adalah sebanyak 1.134 kejadian dengan nilai Rp11.468.257.361,07 dapat dilihat pada gambar dibawah ini: Gambar 1.5 Saldo TPB sampai dengan 31 Desember 2013 5. Rencana dan Realisasi PKP2T Realisasi pelaksanaan PKP2T tahun 2013 melampaui target dari PKP2T, yaitu sebesar 138,81% atau mencapai 676 laporan dari target sebanyak 487. Hal ini disebabkan peningkatan kepercayaan stakeholders/mitra kerja kepada untuk memfasilitasi kegiatan peningkatan pengelolaan keuangan negara/daerah melalui kegiatan asistensi/bimtek/ sosialisasi dan pendampingan. Capaian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1.5 Rencana dan Realisasi PKP2T Tahun 2013 Bidang/ Bagian Rencana Realisasi PP HP LHP PP %PP HP %HP LHP %LHP Tata Usaha 60 4.665 60 60 100,00 7.268 155,80 60 100,00 IPP 124 3.622 124 210 169,35 5.172 142,79 195 157,26 APD 120 4.574 120 240 200,00 7.656 167,38 160 133,33 AN 26 1.253 26 51 196,15 2.197 175,34 42 161,54 INV 84 4.017 84 108 128,57 3.807 94,77 52 61,90 Jumlah 354 13.466 354 609 172,03 18.832 139,85 449 126,84 E. Sistematika Penyajian Laporan akuntabilitas kinerja tahun 2013 melaporkan pencapaian kinerja perwakilan selama tahun 2013. Capaian kinerja 2013 10

BAB i PENDAHULUAN diukur dan dinilai berdasarkan Penetapan Kinerja (Tapkin) 2013 sebagai tolok ukur keberhasilan tahunan organisasi. Tapkin sendiri merupakan penjabaran Renstra Tahun 2010-1014. Analisis atas capaian kinerja terhadap rencana kinerja tahun 2013 memungkinkan dilakukannya identifikasi atas sejumlah celah kinerja (performance gap) yang dijadikan sebagai masukan bagi perbaikan kinerja di masa datang. Laporan akuntabilitas kinerja tahun 2013 disusun dengan sistematika sebagai berikut : Gambar 1.6 Sistematika Penyusunan Bab I Pendahuluan Menyajikan data umum mengenai perwakilan yang mencakup tugas pokok dan fungsi, aspek strategis organisasi, kegiatan dan layanan produk organisasi, serta struktur organisasi dan faktor-faktor yang berpengaruh Bab II Perencanaan danperjanjian Kinerja Menyajikan beberapa hal dalam perencanaan dan perjanjian kinerja (dokumen penetapan kinerja) Bab III Akuntabilitas Kinerja Menyajikan capaian kinerja dalam tahun yang bersangkutan, memuat hasil pengukuran kinerja yang menguraikan keberhasilan dan kegagalan capaian kinerja Bab IV Pentutup Menyajikan simpulan atas capaian kinerja dalam tahun yang bersangkutan 11

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. Rencana Strategis 2010-2014 Rencana Strategis merupakan bagian dari Rencana Strategis BPKP yang mengacu kepada perencanaan nasional, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan mendukung pencapaian program-program prioritas Pemerintah. Penyusunan Renstra Perwakilan BPKP Provinsi Bengkulu merupakan perwujudan amanat Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN). Renstra tersebut merupakan dokumen perencanaan yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan serta program dan kegiatan dari dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Seiring dengan terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) pada tanggal 28 Agustus 2008, BPKP memperoleh mandat baru sebagai auditor Presiden yang memiliki tugas melakukan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara dan sebagai pembina SPIP untuk seluruh instansi pemerintah. Peran pembina SPIP terkait erat dengan peran pengawasan intern, karena dengan penguatan SPIP maka pengendalian pelaksanaan kegiatan pemerintahan menjadi semakin terjaga dari penyimpangan dan penyalahgunaan. 1. Pernyataan Visi Sejalan dengan perubahan lingkungan strategis, termasuk terbitnya mandat baru sesuai PP Nomor 60 Tahun 2008, BPKP, termasuk Perwakilan BPKP Provinsi Bengkulu menegaskan jati dirinya sebagai Auditor Presiden. Konsekuensinya, dituntut untuk dapat memberikan informasi yang berharga bagi Presiden dari hasil pengawasan yang dilakukan dan mampu memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapi pemerintahan. Kontribusi tersebut dimaksudkan untuk membantu pemerintah mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik. Akuntabilitas 12

BAB ii PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA keuangan negara yang berkualitas merupakan tujuan akhir yang ingin dicapai yang merepresentasikan manfaat yang dapat diberikan kepada shareholder/ stakeholdernya. Komitmen tersebut selanjutnya dituangkan dalam pernyataan visi sebagai berikut: VISI Auditor Presiden yang Responsif, Interaktif, dan Terpercaya, untuk Mewujudkan Akuntabilitas Keuangan Negara yang Berkualitas 2. Pernyataan Misi Misi merupakan menjabarkan lebih lanjut visi dan berisi pernyataan tentang apa yang akan dilakukan untuk mencapai visi. Perumusan misi mengacu kepada tugas dan kewenangan yang telah diberikan kepada BPKP termasuk Perwakilan BPKP Provinsi Bengkulu. Tugas dan kewenangan BPKP termasuk Perwakilan BPKP Provinsi Bengkulu semula diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 1983 tentang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, kemudian diperbarui dengan Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Kementerian. Selanjutnya, dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, maka BPKP termasuk berperan penting dalam mendukung akuntabilitas Presiden terutama dalam lingkup penyelenggaraan keuangan negara dan pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). Empat misi BPKP termasuk Perwakilan BPKP Provinsi Bengkulu adalah sebagai berikut: a. Menyelenggarakan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara yang mendukung tata kepemerintahan yang baik dan bebas KKN. b. Membina secara efektif penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah. c. Mengembangkan kapasitas pengawasan intern pemerintah yang profesional dan kompeten. d. Menyelenggarakan sistem dukungan pengambilan keputusan yang andal bagi presiden/pemerintah 13

BAB ii PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Penjelasan masing-masing misi adalah sebagai berikut: Misi 1: Menyelenggarakan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara yang mendukung tata kepemerintahan yang baik dan bebas KKN di wilayah kerja Misi ini berkaitan dengan aktualisasi peran BPKP termasuk Perwakilan BPKP Provinsi Bengkulu sebagai Auditor Presiden dalam melaksanakan pengawasan intern atas akuntabilitas keuangan negara, sekaligus menegaskan bahwa misi ini dilakukan untuk membantu Presiden selaku shareholder BPKP termasuk dalam mendorong terwujudnya tata kepemerintahan yang baik dan upaya pencegahan KKN. Inti misi ini terkait dengan kegiatan pengawasan intern pemerintah yang pada hakekatnya bertujuan memberikan nilai tambah (value added) melalui dua peran utama yaitu aktivitas assurance dan consulting. Dengan peran tersebut, fungsi utama BPKP termasuk adalah memberikan umpan balik (feedback) sebagai bahan masukan bagi Presiden/Pemerintah untuk memastikan tercapainya efektivitas kinerja pemerintah dan pengelolaan keuangan negara, memberikan rekomendasi perbaikan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance), serta membantu pemerintah dalam mencapai tujuannya. Dalam misi ini, tercakup seluruh kegiatan utama (core business), baik dalam aktivitas assurance yang dilakukan dalam bentuk audit, evaluasi, reviu, maupun aktivitas consulting yang dilakukan dalam bentuk sosialisasi, bimbingan teknis/asistensi, konsultansi, pengembangan sistem. Mandat BPKP termasuk sebagai pengawas intern akuntabilitas keuangan negara semakin jelas dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Dalam Pasal 49 Ayat (2) dinyatakan bahwa BPKP melakukan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara atas kegiatan tertentu yang meliputi: a. Kegiatan yang bersifat lintas sektoral; b. Kegiatan kebendaharaan umum negara berdasarkan penetapan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN); dan c. Kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden. Kegiatan yang bersifat lintas sektoral pada dasarnya merupakan kegiatan yang dalam pelaksanaannya melibatkan dua atau lebih kementerian negara/lembaga 14

BAB ii PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA atau pemerintah daerah yang tidak dapat dilakukan pengawasannya oleh APIP lain. Pengawasan kegiatan lintas sektoral diharapkan dapat memberikan informasi yang bersifat makro dan komprehensif atas pelaksanaan program/kegiatan pemerintah pusat maupun daerah, sehinga bermanfaat bagi pengambilan keputusan atau penentuan kebijakan. Dengan mengacu kepada UU Nomor 1 Tahun 2004 Pasal 2, kegiatan BUN terdiri atas delapan bidang yaitu pelaksanaan pendapatan dan belanja negara, pengelolaan uang negara, pengelolaan piutang, pengelolaan utang, pengelolaan investasi, pengelolaan Barang Milik Negara (BMN), penatausahaan dan pertanggungjawaban APBN, dan regulator di bidang keuangan negara. Pengawasan intern terhadap kegiatan kebendaharaan umum negara diharapkan dapat memberi masukan dan feed back kepada Menteri Keuangan selaku BUN mengenai pengelolaan BUN yang dilakukan oleh institusi di luar Kementerian Keuangan, yang secara hukum tidak dapat diawasi oleh APIP selain BPKP termasuk. Peran BPKP termasuk dalam mengawasi kegiatan-kegiatan BUN tersebut perlu didukung dengan penetapan Menteri Keuangan selaku BUN, baik mengenai ruang lingkup maupun sasaran pengawasannya. Pengawasan atas kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden merupakan kegiatan BPKP termasuk dalam rangka merespon permasalahan-permasalahan strategis yang mendesak untuk ditangani (current issues) sesuai perintah Presiden dan kabinetnya. Pelaksanaan penugasan-penugasan tersebut merupakan implementasi yang nyata dari peran BPKP termasuk sebagai Auditor Presiden/pemerintah. Selain itu, berdasarkan Pasal 57 ayat (4) PP Nomor 60 Tahun 2008, BPKP juga dimandatkan untuk melakukan reviu atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) sebelum disampaikan Menteri Keuangan kepada Presiden. Reviu tersebut terkait atas reviu atas laporan keuangan Kementrian/ Lembaga oleh APIP, terkadang dilakukan pendampingan reviu maupun penyusunan laporan keuangan oleh BPKP termasuk. D Misi 2: Membina secara efektif penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah di wilayah kerja Perwakilan BPKP Provinsi Bengkulu 15

BAB ii PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dalam misi 1 termasuk juga kegiatan dalam rangka membantu aparat penegak hukum dan pemerintah untuk mencegah dan mengurangi KKN, yang dilakukan dalam bentuk pengawasan investigatif, pemberian keterangan ahli, dan perhitungan kerugian negara. Dalam PP Nomor 60 Tahun 2008 pasal 2 dinyatakan bahwa untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel, menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dengan berpedoman pada SPIP seperti diatur dalam PP tersebut. Sistem Pengendalian Intern (SPI) merupakan proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota bertanggung jawab atas efektivitas penyelenggaraan SPI di lingkungan masing-masing. Untuk memperkuat dan menunjang efektivitas SPI dilakukan pengawasan intern atas penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah termasuk akuntabilitas keuangan negara oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang terdiri dari BPKP termasuk, Itjen Kementerian, Inspektorat Provinsi, Inspektorat Kabupaten/Kota. Selain itu, untuk memperkuat dan menunjang efektivitas SPI juga dilakukan pembinaan penyelenggaraan SPI. Tugas pembinaan penyelenggaraan SPI terhadap seluruh instansi pemerintah ini diamanatkan kepada BPKP termasuk sesuai dengan pasal 59 PP Nomor 60 Tahun 2008. Peran BPKP termasuk dalam pembinaan SPIP tidak terlepas dari posisi strategis Perwakilan BPKP Provinsi Bengkulu yang langsung berada di bawah Presiden dan membantu Presiden untuk memastikan tercapainya akuntabilitas kinerja Presiden. Akuntabilitas kinerja Presiden merupakan suatu kesatuan akumulatif-integratif dari kinerja berbagai Kementerian/Lembaga dan juga Pemerintah Daerah, sehingga perlu juga dipastikan efektivitas penyelenggaraan SPIP pada seluruh instansi pemerintah baik di pusat maupun daerah. Kegiatan pembinaan SPIP tersebut mencakup: a. Penyusunan pedoman teknis penyelenggaraan SPIP 16

BAB ii PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA b. Sosialisasi SPIP c. Pendidikan dan pelatihan SPIP d. Pembimbingan dan konsultansi SPIP e. Peningkatan kompetensi auditor aparat pengawasan intern pemerintah Kegiatan pembinaan butir a sampai dengan butir d merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka membina seluruh instansi pemerintah agar dapat menerapkan SPIP. Kegiatan-kegiatan tersebut termasuk dalam lingkup misi kedua ini. Sedangkan butir e lebih spesifik terkait peningkatan kemampuan/ kompetensi auditor APIP yang menjadi bagian dari misi ketiga yaitu mengembangkan kapasitas pengawasan intern pemerintah yang profesional dan kompeten. Pada prinsipnya misi kedua lebih menekankan kepada pembinaan SPIP kepada instansi pemerintah, sedangkan misi ketiga terkait dengan pembinaan terhadap auditor (APIP). Kegiatan pembinaan penyelenggaraan SPIP diawali dengan penyusunan pedoman-pedoman terkait SPIP (pedoman umum dan pedoman teknis) yang merupakan panduan untuk membangun SPIP di seluruh instansi pemerintah. Pedoman tersebut selanjutnya disosialisasikan agar diperoleh kesamaan persepsi dan pemahaman tentang SPIP. Selain itu, kegiatan penyusunan modul dan penyelenggaraan diklat SPIP menjadi kegiatan penting untuk membentuk personil yang memahami seluk beluk SPIP dan kompeten untuk menerapkan SPIP di instansi masing-masing. Pada tahap penerapan SPIP, Perwakilan BPKP Provinsi Bengkulu siap untuk membimbing dan memberikan konsultansi kepada seluruh instansi pemerintah dilingkungan Provinsi Bengkulu. Misi 3: Mengembangkan kapasitas pengawasan intern pemerintah Myang profesional dan kompeten di wilayah kerja Perwakilan BPKP i Provinsi Bengkulu M Misi ketiga adalah misi pengimbang yang disusun dalam kesadaran bahwa kinerja yang berorientasi ke luar tak mungkin terwujud tanpa adanya proses kerja internal yang baik maupun proses kerja sesama APIP yang sinergis. Dengan adanya proses kerja sesama APIP yang sinergis diharapkan akan menghasilkan kinerja APIP yang maksimal. Hal ini merupakan jawaban atas arahan Presiden akan perwujudan pengawasan yang terpadu, terarah, dan memberi nilai tambah yang dapat mendukung perwujudan kepemerintahan yang baik, bersih dan kredibel, dan berorientasikan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. 17

BAB ii PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Kinerja APIP yang maksimal dapat diperoleh jika pemberdayaan APIP dijalankan dalam semangat profesionalitas dan kesetaraan antar APIP. Namun, efektivitas sinergi akan menjadi lebih besar jika pihak-pihak yang bersinergi memiliki kemampuan yang tinggi dalam melaksanakan tugas dan fungsinya masingmasing. Oleh karena itu, misi ketiga diperlukan sebagai pembimbing berbagai strategi pemberdayaan, pembelajaran, dan pertumbuhan kapasitas Perwakilan BPKP Provinsi Bengkulu sendiri maupun kapasitas APIP secara umum. Penjabaran misi ini merupakan bentuk tanggung jawab sebagai anggota komunitas pengawasan untuk turut serta dalam mengembangkan sistem pengawasan nasional yang terpadu. Pengembangan sistem pengawasan nasional tentunya dilakukan bersama-sama, baik dengan BPK, Inspektorat Jenderal Kementerian, Unit Pengawasan LPND, Badan Pengawasan Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota, dan Satuan Pengawasan Intern (SPI) BUMN/BUMD/BUL, maupun dengan Instansi Pemerintah lainnya yang mengkoordinasikan kegiatan pengawasan seperti Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Kementerian Dalam Negeri pada saat ini, serta pihak-pihak lainnya yang berkepentingan. Lebih luas lagi, dilakukannya pengawasan secara bersinergi akan menjadi agenda yang penting Perwakilan BPKP Provinsi Bengkulu bersama-sama dengan DPRD, Kejaksaan, Kepolisian, maupun masyarakat. Arti penting dari ditetapkannya misi ini terletak pada adanya kesadaran untuk turut serta membenahi hal-hal yang kontra produktif dalam kegiatan pengawasan, misalnya bertubi-tubinya dan tumpang tindihnya pelaksanaan kegiatan pengawasan di lapangan. Hal ini dapat diwujudkan dalam bentuk pemberian masukan mengenai arah dan kebijakan pengawasan nasional/makro kepada Pemerintah. Substansi arah dan kebijakan yang dimaksud tentunya sejalan dengan program-program Pemerintah yang menjadi prioritas, berskala nasional, memperhatikan analisis risiko per masingmasing sektor dan bidang kegiatan pemerintahan, mencerminkan sinergi APIP, dan menunjukkan dukungan bagi pelaksanaan pengawasan oleh auditor eksternal. Penjabaran misi ini terus dioptimalkan oleh agar hasil pengawasannya mempunyai manfaat dan memberikan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan, terutama stakeholders utama, yang 18

BAB ii PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA tercermin dari tanggapan positif ataupun apresiasi para pengguna atas produkproduk. Untuk itu perlu terus diagendakan dan diberikan perhatian yang memadai terhadap peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya, kepatuhan pada standar profesi, penataan proses kerja internal, dan sistem kendali mutu yang dapat menunjang peningkatan kualitas hasil pengawasan. Dengan demikian, produk Perwakilan BPKP Provinsi Bengkulu diharapkan akan bermanfaat sebagai umpan balik (feed back) bagi penetapan kebijakan dan pengambilan keputusan dalam rangka peningkatan kinerja Instansi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dan BUMN/BUMD/BUL. Peran BPKP termasuk mengembangkan kapasitas APIP baik dari sisi SDM, organisasi maupun sistem dan prosedur mencakup: Pembinaan kompetensi APIP dengan pendidikan dan pelatihan auditor (pasal 59 ayat 1 e PP Nomor 60 Tahun 2008) Pembinaan Jabatan Fungsional Auditor dan sertifikasi auditor (pasal 51 ayat 2 dan 3 PP Nomor 60 Tahun 2008) Penelitian dan Pengembangan Sistem dan Prosedur Pengawasan Pengembangan Kapasitas Internal Pemeriksaan/pengawasan internal Pendukung/fasilitasi pengawasan Sinergi dengan APIP lain. MMisi 4: Menyelenggarakan sistem dukungan pengambilan i keputusan yang andal bagi presiden/pemerintah di wilayah kerja s Misi ini merupakan aktualisasi peran BPKP termasuk Perwakilan BPKP Provinsi Bengkulu sebagai Auditor Presiden dalam rangka membangun sistem dukungan pengambilan keputusan Presiden/Pemerintah yang efektif melalui suatu Sistem Akuntabilitas Presiden. Dengan sistem seperti ini Presiden akan memperoleh informasi mengenai capaian kinerjanya yang mendekati real-time sehingga dapat melakukan tindakan korektif yang cepat jika terdapat perbedaan antara realisasi dengan rencana pada saat tertentu. Sistem pelaporan kinerja dan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara yang ada saat ini belum menjamin bahwa Presiden memperoleh informasi yang utuh/menyeluruh atas implementasi akuntabilitas Presiden. 19

BAB ii PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Kondisi tersebut kontradiktif dengan kedudukan Presiden sebagai Kepala Pemerintahan yang juga memegang kekuasaan tunggal pengelolaan negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan (UU Nomor 17 Tahun 2003 Pasal 6 ayat 1). Meskipun telah secara jelas diatur bahwa kekuasaan pengelolaan keuangan negara dikuasakan kepada Menteri Keuangan (selaku BUN) dan menteri/pimpinan lembaga (selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang), serta diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala daerah untuk mengelola keuangan daerah, namun sejatinya bukan berarti bahwa akuntabilitas pengelolaan keuangan negara diserahkan keseluruhan ke menteri, pimpinan lembaga, gubernur, bupati, atau walikota. Akuntabilitas pengelolaan keuangan negara tetap melekat kepada Presiden yang menerima amanah dari rakyat, sehingga Presiden juga harus berakuntabilitas kepada rakyat. Berbagai peraturan yang telah diterbitkan terkait Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (PP Nomor 6 Tahun 2008), Tatacara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (PP Nomor 39 Tahun 2006), dan Penyampaian Laporan Pertanggungjawaban Penyelenggaraan Pemerintah Daerah-LPPD (PP Nomor 3 Tahun 2007), belum dapat menjamin bahwa Presiden memperoleh informasi periodik, up to date, dan mendekati real-time tentang akuntabilitas kinerja dan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara. Kondisi di atas memunculkan fenomena baik di pusat dan daerah, yaitu (i) penyerapan anggaran yang rendah, (ii) kurang sinkronnya rencana pembangunan di pusat dan daerah (karena persepsi yang sempit terhadap perundang-undangan yang ada), dan (iii) tidak adanya informasi capaian kinerja kumulatif/aggregasi dari kementerian/lembaga dan pemerintah daerah yang dapat dilaporkan kepada Presiden secara tepat waktu (up to date), yang mendekati real-time. Hal tersebut menyulitkan Presiden untuk dapat menilai apakah agenda-agenda Presiden yang tertuang di RPJMN telah dilaksanakan oleh pimpinan kementerian/lembaga dan kepala daerah sesuai dengan target atau harapan Pemerintah dan rakyat. Dalam rangka mengembangkan pelaporan akuntabilitas di Indonesia, masingmasing kementerian/lembaga dan pemerintah daerah dituntut untuk membuat indikator capaian kinerja yang terukur sehingga dapat membantu Presiden untuk menyampaikan akuntabilitasnya kepada rakyat sesuai dengan amanah UUD. Terkait hal tersebut, BPKP mendorong dibangunnya Sistem Akuntabilitas 20

BAB ii PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Presiden (President Accountability Systems) atau yang dikenal sebagai PASs. Tujuan dari PASs adalah memberikan solusi terhadap kebuntuan (missing-link) proses pelaporan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, mensinergikan sumber-daya informasi antar kementerian/lembaga (pusat dan daerah) sehingga memungkinkan pertukaran data/informasi, dan memudahkan Presiden untuk memonitor dan mengendalikan kemajuan (progress) masing-masing program/agenda Pemerintah. Pengembangan PASs sinkron dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 khususnya pasal 54 yang mengamanatkan kepada Perwakilan BPKP Provinsi Bengkulu sebagai penunjang pelaksanaan tugas BPKP Pusat untuk menyusun dan menyampaikan ikhtisar laporan hasil pengawasan kepada Presiden dengan tembusan kepada Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara. 3. Tujuan Strategis Tujuan merupakan pengejawantahan visi dan misi yang telah ditetapkan, dan berorientasi pada operasionalisasi visi dan misi. Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi, yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu satu sampai dengan lima tahun. Formulasi tujuan strategis memungkinkan BPKP untuk mengetahui secara tepat kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan dalam memenuhi visi dan misinya untuk kurun waktu satu sampai lima tahun ke depan. Hal ini juga memungkinkan BPKP untuk mengukur tingkat ketercapaian visi dan misi yang telah disepakati. Untuk itu, setiap tujuan strategis yang ditetapkan harus memiliki indikator kinerja yang terukur sehingga capaiannya dapat diukur. Tujuan utama BPKP termasuk tercermin dalam tujuan-tujuan strategis sebagai berikut: a. Meningkatnya kualitas akuntabilitas keuangan negara di wilayah kerja. b. Meningkatnya tata pemerintahan yang baik di wilayah kerja Perwakilan BPKP Provinsi Bengkulu. c. Terciptanya iklim yang mencegah kecurangan dan memudahkan pengungkapan kasus yang merugikan keuangan negara di wilayah kerja. 21

BAB ii PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA d. Tercapainya efektivitas penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah di wilayah kerja. e. Meningkatnya kapasitas aparat pengawasan intern pemerintah yang profesional dan kompeten di wilayah kerja Perwakilan BPKP Provinsi Bengkulu. f. Terselenggaranya sistim dukungan pengambilan keputusan yang andal bagi Presiden/pemerintah di wilayah kerja. 4. Sasaran Strategis Sasaran Strategis merupakan penjabaran lebih lanjut dari tujuan yang dirumuskan secara spesifik dan terukur untuk dapat dicapai dalam kurun waktu lebih pendek dari tujuan. Delapan sasaran strategis yang diharapakan di akhir periode Renstra 2010-2014, yaitu: 1) Meningkatnya Kualitas 95% LKKL, dan 95% LKPD. 2) Tercapainya Optimalisasi Penerimaan Negara Sebesar 87,50%. 3) Terselenggaranya SPM pada 60% IPD dan Terselenggaranya GG pada 75% BUMN/BUMD. 4) Meningkatkan Kesadaran dan Keterlibatan K/L, Pemda, BUMN/BUMD dalam Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Menjadi 80%. 5) Meningkatnya Kualitas Penerapan SPIP di 70% K/L/Pemda. 6) Meningkatnya Kapasitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah yang Profesional dan Kompeten pada 80% Pemda. 7) Meningkatnya Efektifitas Perencanaan Pengawasan Sebesar 90% dan Kualitas Pengelolaaan Keuangan Sebesar 100%. 8) Terselenggaranya 100% Sistem Dukungan Pengambilan Keputusan bagi Pimpinan. 5. Indikator Kinerja Utama Setiap program dan kegiatan dalam Renstra selanjutnya dinyatakan dalam suatu indikator kinerja yang spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan berjangka waktu. Hanya dengan indikator kinerja yang memenuhi kelima karakteristik kualitatif inilah keberhasilan pencapaian program dan kegiatan nantinya dapat dilakukan. Keberhasilan program diukur dengan indikator hasil (outcome), sedangkan 22

BAB ii PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA keberhasilan kegiatan diukur dengan menggunakan indikator keluaran (output). Penetapan indikator program dilakukan dengan mempertimbangkan tujuan program dan kegiatan-kegiatan yang mendukung program tersebut. Indikator kinerja utama BPKP termasuk merupakan indikator kinerja yang berada pada perspektif manfaat bagi stakeholders yang menunjukkan peran utama BPKP termasuk Perwakilan BPKP Provinsi Bengkulu dalam pengawasan akuntabilitas keuangan negara dan pembinaan SPIP. Indikator-indikator kinerja utama sebagai berikut: Tabel 2.1 Indikator Kinerja Utama No Indikator Kinerja Utama Tujuan 1 : Meningkatnya kualitas akuntabilitas keuangan negara di Wilayah 1.1. Sasaran Strategis : Meningkatnya Kualitas 95% LKKL, dan 95% LKPD 1.1.1 Persentase IPP yang mendapat pendampingan penyusunan Laporan Keuangan 1.1.2 Persentase IPD yang laporan keuangannya memperoleh opini minimal WDP 1.1.3 Persentase jumlah laporan keuangan proyek PHLN yang memperoleh opini dukungan Wajar 1.1.4 Persentase hasil pengawasan lintas sektoral yang disampaikan ke Pusat 1.1.5 Persentase hasil pengawasan atas permintaan presiden yang disampaikan ke Pusat 1.1.6 Persentase hasil pengawasan atas permintaan stakeholders yang dijadikan bahan pengambilan keputusan oleh stakeholders 1.1.7 Persentase BUMD yang mendapat pendampingan penyelenggaraan akuntansi 1.2. Sasaran Strategis : Tercapainya Optimalisasi Penerimaan Negara sebesar 87,50% 1.2.1 Persentase hasil pengawasan optimalisasi penerimaan negara/daerah yang ditindaklanjuti 1.2.2 Persentase hasil pengawasan BUN yang disampaikan ke Pusat 1.2.3 Persentase penghematan biaya (cost saving) dibandingkan dengan nilai yang diaudit Tujuan 2 : Meningkatnya tata pemerintahan yang baik di Wilayah 2.1. Sasaran Strategis : Terselenggaranya SPM pada 60% IPD dan terselenggaranya GG pada 75% BUMN/BUMD 2.1.1 Persentase IPD yang melaksanakan pelayanan sesuai Standar Pelayanan Minimal 2.1.2 Persentase BUMN/D/BLU/D yang dilakukan sosialisasi/asistensi GCG/KPI 2.1.3 Persentase BUMD yang dilakukan audit kinerja Tujuan 3 : Terciptanya iklim yang mencegah kecurangan dan memudahkan pengungkapan kasus yang merugikan keuangan negara di Wilayah 1.1. Sasaran Strategis : Meningkatkan Kesadaran dan Keterlibatan K/L, Pemda, BUMN/BUMD Dalam Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Menjadi 80% 3.1.1 Kelompok Masyarakat yang mendapatkan Sosialisasi Program Anti Korupsi 3.1.2 IPP/IPD/BUMN/BUMD/BLU/BLUD berisiko fraud yang mendapatkan sosialisasi/da/asistensi/ evaluasi FCP 3.1.3 Jumlah IPP/IPD/BUMN/BUMD/BLU/BLUD yang dilakukan kajian peraturan yang berpotensi TPK 3.1.4 Persentase Pelaksanaan penugasan HKP, klaim dan penyesuaian harga 3.1.5 Persentase pelaksanaan audit investigasi/pkkn/pka 3.1.6 Persentase TL hasil audit investigasi non TPK oleh instansi berwenang 3.1.7 persentase laporan keinvestigasian yang sesuai standar 3.1.8 Persentase hasil telaahan pengaduan masyarakat Tujuan 4 : Tercapainya efekfivitas penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Wilayah 4.1. Sasaran Strategis : Meningkatnya Kualitas Penerapan SPIP di 70% K/L/Pemda 4.1.1 Persentase Pemda yang menyelenggarakan SPIP sesuai PP Nomor 60 Tahun 2008 4.1.2 Jumlah Pemda yang dilakukan asistensi penyelenggaraan SPIP sesuai PP No 60 Tahun 2008 23