PEMANFAATAN INFORMASI TEKNOLOGI PERTANIAN OLEH PENYULUH PERTANIAN: Kasus di Kabupaten Bogor, Jawa Barat

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN KARAKTERISTIK PENYULUH DENGAN PENGGUNAAN MEDIA INFORMASI DAN TEKNOLOGI SEBAGAI SUMBER INFORMASI PENYULUHAN DI BIDANG PETERNAKAN

KARAKTERISTIK INDIVIDUAL DAN PERSEPSI PENELITI TERHADAP SUMBER DAYA PERPUSTAKAAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PEMANFAATAN KOLEKSI

Heryati Suryantini Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian Jln. Ir. H. Juanda No. 20, Bogor 16122

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMUKA PENDAPAT KELOMPOK TANI DALAM MENGGUNAKAN TEKNOLOGI USAHATANI PADI

PERSEPSI DAN MANFAAT WARTA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BAGI PENYULUH PERTANIAN

Hubungan Karakteristik Petani dengan Jasa Pelayanan dan Efektivitas Komunikasi Klinik Agribisnis di Prima Tani Leuwi Sadeng Kabupaten Bogor

EFEKTIVITAS PENYEBARAN INFORMASI DI BIDANG PERTANIAN MELALUI PERPUSTAKAAN DIGITAL

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Populasi. dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu

METODE PENELITIAN Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Data dan Instrumentasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA JAMBI

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KLINIK AGRIBISNIS PADA PRIMA TANI

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN SIKAP KARYAWAN DALAM USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek dari penelitian ini yaitu para peternak kerbau di kelompok peternak

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU IBU RUMAH TANGGA NELAYAN DALAM MENGGUNAKAN MEDIA MASSA SEBAGAI SUMBER INFORMASI

METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN

EFEKTIVITAS POLA PEMBINAAN SUMBER DAYA PERPUSTAKAAN

JURNAL P ENYULUHAN KINERJA PENYULUH PERTANIAN DI BEBERAPA KABUPATEN PROVINSI JAWA BARAT

FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN PEDAGANG KAKILIMA (Kasus Pedagang Kakilima Pemakai gerobak Usaha Makanan Di Kota Bogor)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERAN UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) PENYULUHAN DAN POS KESEHATAN HEWAN WILAYAH CISARUA KABUPATEN BOGOR

ABSTRAK. Diarsi Eka Yani Pepi Rospina Pertiwi Argadatta Sigit Program Studi Agribisnis, Jurusan Biologi FMIPA-UT ABSTRACT

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KLINIK AGRIBISNIS PADA PRIMA TANI DI KECAMATAN LEUWI SADENG BOGOR NIA RACHMAWATI

BAB 3 METODE PENELITIAN

HUBUNGAN KETERDEDAHAN TERHADAP MEDIA MASSA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG KEBIJAKAN PEMERINTAH MENGENAI FLU BURUNG

Herman Subagio dan Conny N. Manoppo Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah ABSTRAK

HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI DENGAN PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI (KWT) MELATI

METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penentuan Lokasi Penelitian

Peranan Fasilitator Kecamatan dalam Mendinamiskan Kelompok Masyarakat pada Program GSMK Kabupaten Tulang Bawang

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEMBACA DALAM MEMPEROLEH INFORMASI GAYA HIDUP SEHAT

Hubungan Karateristik Sosial Ekonomi Padi Sawah dengan...(welson Marthen Wangke)

METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS EFEKTIVITAS KOMUNIKASI MODEL PRIMA TANI SEBAGAI DISEMINASI TEKNOLOGI PERTANIAN DI DESA CITARIK KABUPATEN KARAWANG JAWA BARAT

PERILAKU KONSUMSI SUSU PADA KONSUMEN KELUARGA DI WILAYAH BABAKAN KECAMATAN DRAMAGA BOGOR SKRIPSI ABDIK DESTRIANA

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. dalam rangka menyusun suatu laporan. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

Pepi Rospina Pertiwi, Rinda Noviyanti, Dewi Juliah Ratnaningsih 1. ABSTRAK

METODE PENELITIAN. Populasi dan Sampel. Populasi penelitian ini adalah Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) miskin kota

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi Penelitian Rancangan Penelitian

M. Zulkarnain Yuliarso 1. Abstract

METODOLOGI PENELITIAN

ISSN Februari 2009, Vol. 07, No. 1

Hubungan Antara Faktor Internal dengan Faktor Eksternal... Fitriana Suciani

PEMANFAATAN HASIL PENELITIAN PERTANIAN LEMBAGA PEMERINTAH NONDEPARTEMEN OLEH PENELITI DAN PENYULUH

METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Populasi dan Sampel

AKSES INFORMASI DAN PERSEPSI PESERTA DIKLAT TERHADAP JASA PERPUSTAKAAN

HUBUNGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN PERILAKU BERCOCOK TANAM PADI SAWAH

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU

PERSEPSI PETANI TENTANG KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAYURAN

JIIA, VOLUME 2 No. 4, OKTOBER 2014

BAB III PENDEKATAN LAPANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode Penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode

METODE PENELITIAN. Populasi dan Sampel. Desain Penelitian

SIKAP PETANI BUAH NAGA MERAH (Hylocereus Polyrhizus) TERHADAP TEKNIK PENYULUHAN DI DESA TORIYO KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

Etty Andriaty dan Hendrawaty

BAB III METODE PENELITIAN

Pemanfaatan Media Komunikasi Prima Tani, Aksesibilitas Kelembagaan Tani, dan Persepsi Petani tentang Teknologi Agribisnis Industrial Pedesaan

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel. variabel X yang akan diukur untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan

Peternakan Tropika Journal of Tropical Animal Science

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p 1-7 Online at :

PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ABSTRAK

BAB III PENDEKATAN LAPANG

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

DAMPAK PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH

HUBUNGAN ANTARA PERAN PENYULUH DAN ADOPSI TEKNOLOGI OLEH PETANI TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN TASIKMALAYA

BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI DALAM PROGRAM PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN (P2KP) DI KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO

HASIL DAN PEMBAHASAN. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian

PREFERENSI PEMILIHAN PRODUK TERNAK SEBAGAI LAUK HARIAN (Studi Kasus di Universitas Wijayakususma) Sulistyaningtyas 1)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMANFAATAN INFORMAS1 TEKNOLOGI PERTANIAN OLEH PENYULUH PERTANIAN

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian

Universitas Terbuka 2. Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, FEMA IPB ABSTRACT

PERSEPSI KONSUMEN TENTANG MUTU PELAYANAN DAN PRODUK STEAK DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENGKONSUMSI (Kasus di Restoran Obonk Steak & Ribs Bogor)

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

pelaksanaan dalam penyaluran KKP di pedesaan. Penelitian ini melibatkan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan rancangan penelitian yang dianggap relevan

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Karakteristik Keluarga : Besar Keluarga Pendidikan Suami Pekerjaan Suami Pendapatan Keluarga Pengeluaran Keluarga. Persepsi Contoh terhadap LPG

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN AKSESIBILITAS TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI CYBER EXTENSION

BAB IV METODE PENELITIAN

KORELASI SIKAP PETANI PLASMA KELAPA SAWIT TERHADAP PELAYANAN KOPERASI UNIT DESA DI KABUPATEN LAMANDAU. Trisna Anggreini 1)

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN KOMPETENSI AGRIBISNIS PADA

BAB III METODE PENELITIAN

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Transkripsi:

PEMANFAATAN INFORMASI TEKNOLOGI PERTANIAN OLEH PENYULUH PERTANIAN: Kasus di Kabupaten Bogor, Jawa Barat Heryati Suryantini Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian Jln. Ir. H. Juanda No. 20, Bogor 16122 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengetahui karakteristik penyuluh pertanian di Kabupaten Bogor, mempelajari pemanfaatan informasi teknologi pertanian oleh penyuluh, dan mengetahui hubungan antara karakteristik penyuluh pertanian dan pemanfaatan informasi teknologi pertanian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juli 2000 dan dirancang sebagai survei deskriptif korelasional dengan 60 orang responden. Sebagian besar (57%) penyuluh di kabupaten Bogor berpendidikan SMU atau sederajat dan memiliki spesifikasi bidang ilmu yang beragam. Sebanyak 45% responden mempunyai jabatan fungsional Penyuluh Pertanian Pelaksana Lanjutan dan 45% responden mengikuti latihan lebih dari lima kali. Informasi teknologi pertanian yang diperoleh responden dari berbagai sumber informasi paling banyak dimanfaatkan untuk bahan penyusunan materi penyuluhan dan materi pengajaran pada kursus tani/diklat. Karakteristik responden yang memiliki hubungan nyata dengan pemanfaatan informasi teknologi pertanian adalah pendidikan nonformal dengan pemanfaatan media massa, jabatan fungsional dengan pertemuan ilmiah/ teknis, dan kekosmopolitanan dengan media massa dan pertemuan ilmiah/teknis. ABSTRACT The Use of Agricultural Technology Information by Extension Workers: A Case of Bogor Regency, West Java This study was aimed at studying the characteristics of extension workers in Bogor Regency, the use of agricultural technology information, and the correlation between both of them. The study was conducted from May to July 2000, and designed as correlational descriptive survey with 60 respondents. Most of the respondents (57%) have high school education with various subjects. Fourty five percent of them were "Penyuluh Pertanian Pelaksana Lanjutan" and 45% attended training more than five times. Most of information used by them was for extension materials and for training materials. Nonformal education significantly correlated with the use of mass media, functional occupation correlated with the number of scientific and technical meeting attended, and cosmopolitness with mass media and scientific and technical meeting attended. Keywords: Extension activities, information, diffusion of information, information use, agricultural PENDAHULUAN Informasi teknologi pertanian memegang peranan penting dalam proses pembangunan pertanian. Tersedianya berbagai sumber informasi yang akan menyebarkan atau menyampaikan informasi teknologi pertanian dapat mempercepat kemajuan usaha pertanian di pedesaan. Informasi adalah sesuatu yang disampaikan, dapat berupa berita, kata, atau pengetahuan; pengetahuan tersebut diperoleh dari investigasi, studi, atau instruksi. Informasi merupakan susunan fakta atau data yang disampaikan dari seseorang kepada orang lain. Setiap orang mempunyai pola pemahaman yang berbeda terhadap suatu informasi (Evans 2000). Schramm (1973) mengemukakan bahwa informasi adalah segala sesuatu yang dapat membantu seseorang dalam mengorganisasikan segala aspek dari lingkungannya yang relevan dengan situasi di mana orang tersebut harus bertindak; informasi akan membantu dirinya dalam mengambil keputusan secara lebih mudah. Dengan demikian, informasi merupakan pengetahuan tertentu yang dipilih untuk memecahkan suatu masalah. Penyebarluasan informasi teknologi penelitian kepada petani merupakan salah satu peran yang harus dijalankan oleh penyuluh pertanian. Oleh karena itu, informasi pertanian dibutuhkan oleh penyuluh dalam melakukan kegiatannya. Informasi yang disebarkan kepada petani umumnya berupa teknologi pertanian sehingga hasil penelitian merupakan sumber utama materi penyuluhan. Materi penyuluhan pada hakekatnya merupakan segala pesan yang ingin dikomunikasikan oleh seorang penyuluh kepada sasarannya. Ada dua macam tipe pesan, yakni pesan ideologis dan pesan informatif. Havelock dalam Mardikanto (1992) membedakan peran informatif dalam empat macam tipe pesan, yakni pengetahuan dasar, hasil riset terapan dan pengembangan, pengetahuan praktis, dan pesan dari penggunanya. Dari keempat tipe Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 13, Nomor 1, 2004 17

pesan tersebut, tiga pesan pertama merupakan pesan yang ingin disampaikan oleh sumber (misalnya lembaga penelitian), sedangkan pesan terakhir merupakan umpan balik yang disampaikan oleh sasaran penyuluhan. Penyuluh pertanian sebagai ujung tombak pembangunan pertanian memiliki tingkat pengetahuan tertentu, dan untuk keperluan kegiatannya mungkin masih memerlukan tambahan pengetahuan atau masukan baru. Masukan baru tersebut antara lain berupa informasi teknologi hasil penelitian yang dapat diperoleh dari berbagai media penyebarluasan informasi. Dengan demikian, media tersebut merupakan sumber informasi bagi penyuluh untuk mendukung kegiatannya, antara lain menyusun programa dan rencana penyuluhan, membuat petunjuk teknis, serta menyusun materi penyuluhan atau materi pengajaran pada kursus tani. Seseorang akan memilih alur penyampaian informasi yang paling memenuhi kebutuhannya, paling menyenangkan baginya, dan paling cepat. Dengan demikian, penyuluh akan memilih media yang sesuai dengan kebutuhannya, dalam arti informasi sesuai dengan kebutuhan atau mendukung tugasnya. Tersedianya berbagai sumber informasi baik tercetak maupun elektronis belum menjamin digunakannya sumber informasi tersebut oleh penyuluh. Pemilihan dan pemanfaatan sumber informasi oleh penyuluh akan berbeda bergantung pada karakteristik individual dan kebutuhan informasi penyuluh. Penggunaan sumber informasi oleh seseorang ditentukan oleh karakteristik demografisnya, antara lain umur, pendidikan, masa kerja, penghasilan, jabatan fungsional, dan kekosmopolitanan. Karakteristik tersebut dapat menunjukkan kemampuan seseorang untuk berkomunikasi, memilih media, dan memanfaatkan informasi yang diperolehnya. Penyuluh dengan karakteristik demografis yang berbeda akan berbeda pula dalam pemanfaatan sumber informasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik penyuluh pertanian di wilayah Kabupaten Bogor, mempelajari pemanfaatan informasi teknologi pertanian oleh penyuluh, dan mengetahui hubungan antara karakteristik penyuluh dengan pemanfaatan informasi teknologi pertanian. METODE Penelitian dilaksanakan di wilayah Kabupaten Bogor pada bulan Mei-Juli 2000. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Populasi penelitian adalah seluruh penyuluh pertanian (189 orang) yang ada di wilayah Kabupaten Bogor, yang satuan administrasi pangkalnya berada pada kantor Balai Informasi dan Penyuluhan Pertanian. Pengambilan sampel dilakukan secara random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 60 orang. Penelitian dirancang sebagai suatu penelitian survei yang bersifat deskriptif korelasional. Variabel yang diteliti yaitu karakteristik individual penyuluh dan pemanfaatan informasi teknologi pertanian oleh penyuluh. Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari responden melalui wawancara terstruktur dengan berpedoman pada kuesioner. Data sekunder dikumpulkan dari berbagai sumber dan dimaksudkan untuk menunjang informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Instrumen pengukuran berupa kuesioner telah dikalibrasi dengan validitas isi (content validity). Untuk menghitung koefisien reliabilitas digunakan teknik belah dua (split half), kemudian skor total dikorelasikan dengan teknik korelasi product moment. Nilai korelasi yang diperoleh dikoreksi kembali untuk mencari nilai korelasi keseluruhan. Data dan hasil penelitian yang bersifat kualitatif ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif, sedangkan data kuantitatif diuji dengan uji statistik nonparametrik. Untuk melihat hubungan antarvariabel digunakan uji statistik Rank Spearman Correlation (rs). HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Penyuluh Pertanian Hasil pengamatan terhadap karakteristik individual penyuluh pertanian menunjukkan bahwa usia responden berkisar antara 30-51 tahun. Hal ini menggambarkan bahwa sebagian besar responden masih berada pada usia produktif. Ditinjau dari segi pendidikan formal yang pernah ditempuh penyuluh, 34 responden (57%) berpendidikan SMU atau sederajat, 15 responden (25%) sarjana muda atau D3, 10 orang sarjana (S1), dan 1 orang pascasarjana (S2). Bidang keahlian responden yang tamat perguruan tinggi beragam, yaitu 1 orang S2 bidang teknologi susu, dan dari 10 orang yang tamat S1, 30% adalah sarjana bu- 18 Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 13, Nomor 1, 2004

Tabel 1. Distribusi karakteristik penyuluh pertanian Kabupaten Bogor, 2000. Variabel Kategori Jumlah Persen Umur (tahun) 46-51 14 23,33 38-45 36 60,00 30-37 10 16,67 Pendidikan formal S2 1 1,67 S1 10 16,67 D3 15 25,00 SMU 34 56,66 Pendidikan Tinggi (>5) 2 7 45,00 nonformal (kali) Sedang (3-4) 2 6 43,33 Rendah (<3) 7 11,67 Masa kerja (tahun) >20 2 3 38,33 15-20 25 41,67 <15 12 20,00 Jabatan Penyuluh Pertanian 3 5,00 fungsional Madya Penyuluh Pertanian 3 5,00 Muda Penyuluh Pertanian 5 8,33 Pertama Penyuluh Pertanian 7 11,67 Penyelia Penyuluh Pertanian 2 7 45,00 Pelaksana Lanjutan Penyuluh Pertanian 1 5 25,00 Pelaksana Kekosmo- Tinggi 8 13,33 politanan Sedang 3 8 63,34 Rendah 1 4 23,33 Frekuensi Tinggi (>20) 1 3 21,67 kunjungan (kali) Sedang (10-20) 1 9 31,66 Rendah (<10) 2 8 46,67 Keterdedahan Tinggi (>20) 1 4 23,33 pada media Sedang (10-20) 3 2 53,34 komunikasi Rendah (<10) 1 4 23,33 (jam/minggu) di daya pertanian, 20% sarjana sosial ekonomi pertanian, 30% sarjana budi daya perikanan, 10% sarjana sosial ekonomi perikanan, dan 10% sarjana peternakan. Bidang keahlian yang dimiliki penyuluh yang tamat sarjana muda atau D3 meliputi budi daya pertanian (40%), peternakan (33%), perikanan (67%), penyuluhan (13%), dan perkebunan (7%). Pengertian pendidikan nonformal dalam penelitian ini adalah jumlah kursus/pelatihan di bidang pertanian yang pernah diikuti oleh responden. Hampir semua responden pernah mengikuti pelatihan 1-10 kali dengan rataan 4,05 kali. Persentase responden yang mengikuti pelatihan lebih dari 5 kali adalah 45%, dan ini termasuk dalam kategori tinggi. Responden yang mengikuti pelatihan 3-4 kali adalah 43%, dan sisanya 12% mengikuti pelatihan kurang dari 3 kali. Lama pelatihan/kursus yang pernah diikuti bervariasi, mulai 1 minggu hingga lebih dari 1 bulan, dengan rataan 3,57 bulan. Berdasarkan lamanya pelatihan yang diikuti, sebagian besar responden (42%) mengikuti pelatihan 2-4 bulan. Jenis pelatihan/kursus yang pernah diikuti responden bervariasi dan dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu pelatihan yang berkaitan dengan manajemen penyelenggaraan penyuluhan, teknologi komoditas, dan manajemen umum. Pelatihan yang pernah diikuti responden meliputi 7 jenis pelatihan yang berkaitan dengan manajemen penyelenggaraan penyuluhan. Pelatihan yang berkaitan dengan teknologi komoditas tanaman pangan meliputi 12 jenis, hortikultura 2 jenis, peternakan 7 jenis, perikanan 4 jenis, agribisnis 4 jenis, perkebunan 3 jenis, mekanisasi pertanian 1 jenis, serta manajemen umum 6 jenis. Berdasarkan banyaknya kesempatan untuk mengikuti pendidikan nonformal, dapat dikatakan bahwa, walaupun sebagian besar penyuluh mempunyai tingkat pendidikan yang rendah, kondisi ini dapat diatasi dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan penyuluh melalui pelatihan/kursus. Ditinjau dari masa kerja, masa kerja minimum responden adalah 7 tahun dan masa kerja maksimum 29 tahun. Sebagian besar (42%) responden memiliki masa kerja 15-20 tahun. Hanya 20% responden yang mempunyai masa kerja kurang dari 15 tahun, dan responden yang memiliki masa kerja lebih dari 20 tahun sebanyak 38%. Data ini menunjukkan bahwa sebagian besar penyuluh telah cukup memiliki pengalaman bekerja di bidang penyuluhan pertanian. Jenjang jabatan fungsional responden adalah mulai dari Penyuluh Pertanian Pelaksana sampai dengan Penyuluh Pertanian Madya. Sebagian besar responden (45%) memiliki jenjang jabatan fungsional Penyuluh Pertanian Pelaksana Lanjutan, 25% Penyuluh Pertanian Pelaksana, dan 12% Penyuluh Pertanian Penyelia. Responden yang mencapai jenjang jabatan Penyuluh Pertanian Ahli sebanyak 18%, dengan persentase terbesar (8%) pada jenjang Penyuluh Pertanian Pertama, dan masing-masing 5% pada jenjang Penyuluh Pertanian Muda dan Penyuluh Pertanian Madya. Berdasarkan jenjang jabatan tersebut, dapat dikatakan bahwa sebagian besar (82%) penyuluh berada pada jenjang jabatan fungsional Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 13, Nomor 1, 2004 19

Penyuluh Pertanian Terampil, yaitu mulai Penyuluh Pertanian Pelaksana sampai Penyuluh Pertanian Penyelia. Hal ini berkaitan dengan pendidikan formal responden yang sebagian besar tamatan SMU dan D3/Sarjana Muda. Kekosmopolitanan merupakan keterbukaan seseorang terhadap informasi melalui hubungannya dengan berbagai sumber informasi di luar lingkungannya. Kekosmopolitanan diukur dari frekuensi kunjungan responden ke berbagai individu atau lembaga sumber informasi, dan keterdedahannya pada media komunikasi. Frekuensi Kunjungan ke Sumber Informasi Penyuluh mengunjungi berbagai sumber informasi untuk mendapatkan informasi yang diperlukan untuk mendukung kegiatannya. Sumber-sumber informasi yang dikunjungi antara lain adalah lembaga penelitian, perguruan tinggi, perpustakaan, Dinas lingkup Pertanian, Pemerintah Daerah Kabupaten, BIPP, BLPP, dan BPP. Hampir semua responden (95%) pernah mengunjungi Dinas lingkup Pertanian dan Pemerintah Daerah dengan kisaran 2-60 kali dalam 6 bulan terakhir, atau ratarata frekuensi kunjungan 11 kali. Persentase responden yang mengunjungi lembaga penelitian adalah 28% dengan frekuensi kunjungan 1-4 kali dalam 6 bulan terakhir. Sebanyak 48% responden mengunjungi perguruan tinggi dengan rata-rata frekuensi kunjungan 4 kali, sedangkan responden yang mengunjungi perpustakaan sebanyak 52% dengan rata-rata kunjungan 3 kali dalam 6 bulan terakhir. Persentase responden yang mengunjungi instansi BIPP, BPP, BLPP hanya 10%, tetapi dengan rataan frekuensi kunjungan yang cukup tinggi (9 kali). Tingginya frekuensi kunjungan responden ke Dinas lingkup Pertanian dan Pemda Kabupaten disebabkan banyaknya kegiatan penyuluhan yang perlu dikonsultasikan dan dikoordinasikan dengan instansi tersebut. Secara keseluruhan, frekuensi kunjungan responden ke berbagai sumber informasi tergolong rendah. Sebagian besar (47 %) responden mengunjungi sumber informasi kurang dari 10 kali dalam 6 bulan terakhir. Hal ini antara lain disebabkan oleh rendahnya motivasi responden untuk mencari informasi di luar lingkungan kerjanya. Dalam mengunjungi berbagai sumber informasi, responden mempunyai tujuan yang beragam, antara lain untuk konsultasi teknis, mencari informasi, bertanya tentang masalah yang dihadapi, serta mengikuti pertemuan atau pelatihan. Dinas lingkup pertanian dan Pemda Kabupaten merupakan instansi yang paling banyak dikunjungi oleh penyuluh dengan tujuan berturut-turut untuk konsultasi teknis, mengikuti pertemuan, bertanya tentang masalah yang dihadapi, dan untuk mencari informasi pertanian. Lembaga penelitian banyak dimanfaatkan oleh penyuluh untuk konsultasi teknis, sedangkan perguruan tinggi dan perpustakaan untuk mendapatkan informasi tentang pertanian. Instansi BIPP, BPP, dan BLPP dikunjungi penyuluh apabila ada pertemuan di instansi tersebut. Keterdedahan pada Media Komunikasi Keterdedahan pada media komunikasi diketahui dari jumlah waktu (jam/minggu) yang digunakan oleh penyuluh untuk mendengarkan radio, menonton televisi, dan membaca media cetak seperti surat kabar, majalah, dan buku. Hasil penelitian menunjukkan, penyuluh lebih banyak menonton televisi daripada mendengarkan radio atau membaca media cetak. Rata-rata keterdedahan pada televisi adalah 6 jam 6 menit 48 detik/minggu, sedangkan untuk media cetak adalah 3 jam 52 menit 12 detik/minggu. Secara keseluruhan, keterdedahan penyuluh terhadap media komunikasi berkisar antara 2-40 jam/minggu dengan rata-rata 15 jam/minggu. Lebih dari separuh (53 %) responden berada pada keterdedahan terhadap media komunikasi yang tergolong sedang (10-20 jam/minggu). Berdasarkan frekuensi kunjungan ke berbagai sumber informasi dan keterdedahannya terhadap media komunikasi, ternyata lebih dari separuh (52%) responden tergolong memiliki sifat kekosmopolitanan sedang. Pemanfaatan Informasi Teknologi Pertanian Penyuluh pertanian merupakan pelaksana teknis fungsional penyuluhan pertanian yang mempunyai tugas pokok merencanakan, melaksanakan, mengembangkan, mengevaluasi, dan melaporkan kegiatan penyuluhan pertanian. Pelaksanaan semua kegiatan tersebut memerlukan dukungan informasi. Informasi teknologi pertanian antara lain digunakan sebagai bahan penyusunan rancangan programa penyuluhan, bahan penyusunan rencana kerja penyuluhan pertanian, bahan untuk melakukan 20 Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 13, Nomor 1, 2004

pengkajian/pengujian teknologi anjuran, bahan penyusunan materi penyuluhan, bahan penyusunan materi pengajaran pada kursus tani/diklat, bahan untuk melakukan demonstrasi/percontohan, membuat pedoman/petunjuk teknis, bahan untuk penyusunan makalah seminar, lokakarya, temu teknis, serta untuk karya tulis yang akan diterbitkan. Pemanfaatan informasi teknologi pertanian oleh penyuluh dapat dilihat pada Tabel 2. Sumber informasi yang paling banyak dimanfaatkan oleh penyuluh adalah sumber informasi interpersonal, terutama kontak tani/petani maju dan sesama penyuluh. Informasi tersebut dimanfaatkan terutama untuk menyusun rencana kerja penyuluh pertanian, materi penyuluhan, dan rancangan programa penyuluhan. Untuk media massa (surat kabar, majalah, dan buku), responden menggunakannya terutama untuk menyusun materi penyuluhan dan materi pengajaran pada kursus tani/diklat serta membuat pedoman/petunjuk teknis. Dalam hal ini pemanfaatan buku pertanian yang bersifat ilmiah populer lebih dominan mungkin karena informasinya bersifat praktis. Informasi yang diperoleh dari pertemuan ilmiah/ teknis, terutama temu tugas dan mimbar sarasehan, lebih banyak dimanfaatkan untuk menyusun materi penyuluhan, pedoman/petunjuk teknis, dan rencana kerja penyuluh pertanian. Informasi yang diperoleh dari publikasi ilmiah yang bersumber dari instansi penelitian dan perguruan tinggi dimanfaatkan terutama untuk menyusun materi penyuluhan dan melakukan pengkajian/pengujian teknologi anjuran. Untuk media elektronis, responden lebih banyak memanfaatkan media televisi, walaupun pemanfaatannya dalam kegiatan penyuluhan tidak terlalu tinggi Secara umum, sumber informasi interpersonal lebih dominan dimanfaatkan oleh penyuluh dibandingkan sumber informasi lain. Hal ini disebabkan informasi yang diperoleh dari sumber informasi interpersonal lebih sesuai dengan kebutuhan penyuluh. Informasi yang diperoleh dari berbagai sumber informasi tersebut berturut-turut dimanfaatkan untuk menyusun materi penyuluhan, menyusun materi pengajaran pada kursus tani/ diklat, membuat pedoman/petunjuk teknis, menyusun rencana kerja penyuluh, sebagai bahan untuk melakukan demonstrasi, bahan untuk pengkajian/pengujian teknologi anjuran, membuat evaluasi dan laporan, menyusun programa penyuluhan, membuat makalah untuk pertemuan, dan terakhir untuk membuat karya ilmiah untuk diterbitkan. Hubungan antara Karakteristik Penyuluh dengan Pemanfaatan Informasi Teknologi Pertanian Tabel 2. Pemanfaatan informasi teknologi pertanian untuk kegiatan penyuluhan berdasarkan sumber informasi. Rata- rata Pemanfaatan informasi teknologi pertanian oleh penyuluh Sumber informasi Inter- Media Publikasi Media Pertemuan personal massa ilmiah elektronis ilmiah/ teknis Hasil analisis hubungan antara karakteristik penyuluh dan pemanfaatan informasi teknologi pertanian disajikan pada Tabel 3. Karakteristik individual penyuluh yang memiliki hubungan dengan pemanfaatan informasi adalah pendidikan nonformal, jabatan fungsional, dan kekosmopolitanan. Menyusun rancangan programa penyuluhan 3,50 1,05 0,71 0,75 1,47 1,50 Menyusun rencana kerja penyuluh pertanian 4,55 1,00 1,29 1,09 2,45 2,08 Menyusun materi penyuluhan 3,86 5,78 3,26 2,75 3,03 3,74 Melakukan pengkajian teknologi anjuran 2,17 2,44 2,24 1,17 1,89 1,98 Melakukan demonstrasi/percontohan 2,71 2,61 1,95 1,50 1,39 2,03 Menyusun materi pengajaran pada kursus tani/diklat 2,83 3,72 1,98 2,34 1,50 2,47 Membuat pedoman/petunjuk teknis 2,67 2,72 1,81 2,34 2,64 2,44 Menyusun evaluasi dan pelaporan pelaksanaan penyuluhan 2,91 1,06 1,07 1,00 1,69 1,55 Membuat makalah untuk pertemuan 1,62 1,67 1,19 0,59 0,92 1,20 Membuat karya tulis untuk diterbitkan 1,34 1,67 0,81 0,42 0,83 1,01 Jumlah 28,16 23,72 16,31 13,95 17,81 Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 13, Nomor 1, 2004 21

Tabel 3. Nilai koefisien korelasi rank Spearman dari hubungan antara karakteristik penyuluh pertanian Kabupaten Bogor dan pemanfaatan informasi teknologi pertanian, 2000. Karakteristik penyuluh Interpersonal Pemanfaatan informasi teknologi pertanian Media Publikasi Media massa ilmiah elektronis Pertemuan Umur -0.05566-0.13068-0.02099 0.14524-0.13686 (0.6727) (0.3196) (0.8746) (0.3194) (0.3056) Pendidikan formal -0.15891 0.06349-0.02010-0.06208-0.10130 (0.2252) (0.6299) (0.8799) (0.6718) (0.4493) Pendidikan nonformal -0.04716-0.27838-0.10996 0.02659 0.02105 (0.7205) (0.0313)* (0.4071) (0.8561) (0.8754) Lama pelatihan -0.01629-0.10203 0.12420 0.13151 0.06145 (0.9017) (0.4379) (0.3486) (0.3677) (0.6468) Masa kerja 0.05848-0.13171 0.02179 0.02939-0.03216 (0.6571) (0.3158) (0.8699) (0.8411) (0.8106) Jabatan fungsional -0.15211-0.11145-0.08501-0.07253-0.28976 (0.8106) (0.3966) (0.5221) (0.6204) (0.0274)* Kekosmopolitanan 0.16268 0.31543* 0.17571 0.11123 0.27294 (0.2143) (0.0141) (0.1831) (0.4467) (0.0382)* *Terdapat hubungan nyata pada p <0,05. Angka dalam kurung adalah nilai p. Pendidikan nonformal mempunyai hubungan nyata dengan pemanfaatan media cetak. Pendidikan nonformal berupa pelatihan/kursus bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan penyuluh dalam menerapkan materi yang diperoleh dari pengajar (sumber informasi interpersonal) selama pelatihan. Makin banyak penyuluh mengikuti pelatihan, makin intensif penyuluh berinteraksi dengan sumber informasi interpersonal, dan kurang begitu banyak memanfaatkan media cetak. Dengan demikian penyuluh banyak memanfaatkan informasi yang diperoleh dari sumber informasi interpersonal. Jabatan fungsional memiliki hubungan nyata dengan pemanfaatan pertemuan ilmiah/teknis. Penyuluh yang memiliki jabatan fungsional yang rendah banyak memanfaatkan informasi yang diperoleh dari pertemuan ilmiah/teknis terutama temu tugas dan mimbar sarasehan untuk menyusun materi penyuluhan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Sundari (1994) yang menunjukkan bahwa pendidikan nonformal, jabatan fungsional, dan lokasi/jarak ke sumber informasi mempunyai hubungan nyata dengan kegiatan penyuluh dalam mengajar pada kursus tani, membimbing penyuluh di bawahnya, dan membuat karya tulis. Kekosmopolitanan berhubungan nyata dengan pemanfaatan media cetak dan pertemuan ilmiah/teknis. Hal ini kemungkinan karena penyuluh yang kosmopolit cenderung lebih banyak memanfaatkan informasi di luar lingkungannya, seperti pertemuan ilmiah/teknis dan media cetak yang tingkat keilmiahannya tinggi, dibanding penyuluh yang kurang kosmopolit. Karakteristik individual penyuluh yang tidak berhubungan dengan pemanfaatan informasi adalah umur, pendidikan formal, dan masa kerja. KESIMPULAN Kisaran usia penyuluh pertanian Kabupaten Bogor adalah 30-51 tahun dengan rataan 42 tahun. Sebagian besar (57%) penyuluh tamat SMU atau sederajat dan 42% memiliki masa kerja pada kisaran 15-20 tahun. Jenjang jabatan fungsional yang telah dicapai oleh sebagian besar (45%) penyuluh adalah Penyuluh Pertanian Pelaksana Lanjutan. Penyuluh yang mengikuti pendidikan nonformal lebih dari lima kali sekitar 45%. Frekuensi kunjungan penyuluh ke berbagai sumber informasi tergolong rendah, yaitu kurang dari 10 kali dalam 6 bulan terakhir. Tujuan kunjungan beragam, yaitu untuk konsultasi teknis, 22 Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 13, Nomor 1, 2004

mengikuti pertemuan, menanyakan cara pemecahan masalah yang dihadapi, dan untuk mencari informasi pertanian. Keterdedahan penyuluh terhadap televisi lebih tinggi daripada keterdedahan terhadap radio maupun media cetak. Informasi tentang teknologi pertanian yang diperoleh dari berbagai sumber informasi berturut-turut dimanfaatkan untuk menyusun materi penyuluhan, menyusun materi pengajaran pada kursus tani/diklat, membuat pedoman teknis, untuk menyusun rencana kerja penyuluh pertanian, sebagai acuan untuk melakukan demonstrasi/percontohan, sebagai acuan untuk melakukan pengkajian/pengujian teknologi anjuran, untuk evaluasi dan pelaporan kegiatan penyuluhan, menyusun programa penyuluhan, membuat makalah untuk seminar, lokakarya, temu teknis, temu tugas, dan terakhir untuk membuat karya tulis yang akan diterbitkan. Karakteristik penyuluh yang memiliki hubungan nyata dengan pemanfaatan informasi teknologi pertanian adalah pendidikan nonformal dengan pemanfaatan media cetak, jabatan fungsional dengan pertemuan ilmiah/teknis, dan kekosmopolitanan dengan media cetak dan pertemuan ilmiah/teknis. Sumber informasi interpersonal, terutama penyuluh dan kontak tani/petani maju merupakan media yang strategis untuk menyampaikan informasi. Peningkatan kualitas dan kinerja penyuluh dan kontak tani/petani maju perlu diarahkan pada peningkatan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, keterampilan, dan profesionalisme kerja. Hal ini sangat diperlukan dalam upaya penyampaian informasi, terutama teknologi pertanian yang baru. DAFTAR PUSTAKA Evans, G.E. 2000. Developing Library and Information Center Collections. 4 ed. Colorado: Libraries Unlimited. Mardikanto, T. 1992. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Schramm, W. 1973. Men, Messages, and Media: A look at Human Communication. New York: Harper & Row Publ. Sundari, T.S. 1994. Hubungan Karakteristik Pribadi dan Intensitas Kegiatan Penyuluh Pertanian Spesialis dengan Penilaian Mereka pada Publikasi Badan Litbang Pertanian di Propinsi Riau. Tesis, Pascasarjana, IPB, Bogor. Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 13, Nomor 1, 2004 23