Keberadaan sumber daya ikan sangat tergantung pada faktor-faktor. yang sangat berfluktuasi dari tahun ke tahun. Kemungkinan ini disebabkan karena

dokumen-dokumen yang mirip
4. HUBUNGAN ANTARA DISTRIBUSI KEPADATAN IKAN DAN PARAMETER OSEANOGRAFI

7. PEMBAHASAN UMUM 7.1 Dinamika Hasil Tangkapan Ikan Pelagis Kecil

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERTEMUAN KE-6 M.K. DAERAH PENANGKAPAN IKAN HUBUNGAN SUHU DAN SALINITAS PERAIRAN TERHADAP DPI ASEP HAMZAH

PENDAHULUAN Latar Belakang

KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA PERAIRAN DAN KAITANNYA DENGAN DISTRIBUSI SERTA KELIMPAHAN LARVA IKAN DI TELUK PALABUHAN RATU NURMILA ANWAR

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

5 PEMBAHASAN 5.1 Sebaran SPL Secara Temporal dan Spasial

Daerah Penangkapan Ikan (fishing ground) Oleh: Ririn Irnawati

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang s

TINJAUAN PUSTAKA. Keadaan Umum Perairan Pantai Timur Sumatera Utara. Utara terdiri dari 7 Kabupaten/Kota, yaitu : Kabupaten Langkat, Kota Medan,

Gambar 1. Diagram TS

PENDAHULUAN. Pantai Timur Sumatera Utara merupakan bagian dari Perairan Selat

Tengah dan Selatan. Rata-rata SPL selama penelitian di Zona Utara yang pengaruh massa air laut Flores kecil diperoleh 30,61 0 C, Zona Tengah yang

2. TINJAUAN PUSTAKA. sebaran dan kelimpahan sumberdaya perikanan di Selat Sunda ( Hendiarti et

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RINGKASAN. Cumi-curni merupakan salah satu sumberdaya ikan yang bernilai ekonomis.

1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah yang melimpah, hal ini antara lain karena usaha penangkapan dengan mencari daerah

FENOMENA UPWELLING DAN KAITANNYA TERHADAP JUMLAH TANGKAPAN IKAN LAYANG DELES (Decapterus Macrosoma) DI PERAIRAN TRENGGALEK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN

6 PEMBAHASAN 6.1 Produksi Hasil Tangkapan Yellowfin Tuna

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan sekitar 25% aneka spesies di dunia berada di Indonesia. Indonesia

Rochmady Staf Pengajar STP - Wuna, Raha, ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH SUHU PERMUKAAN LAUT TERHADAP HASIL TAGKAPAN IKAN CAKALANG DI PERAIRAN KOTA BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai potensi besar dalam

3. METODE. penelitian dilakukan dengan beberapa tahap : pertama, pada bulan Februari. posisi koordinat LS dan BT.

5. ESTIMASI STOK SUMBERDAYA IKAN BERDASARKAN METODE HIDROAKUSTIK

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Modul 1 : Ruang Lingkup dan Perkembangan Ekologi Laut Modul 2 : Lautan sebagai Habitat Organisme Laut Modul 3 : Faktor Fisika dan Kimia Lautan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. di darat maupun di laut. Kandungan bahan organik di darat mencerminkan

2. TINJAUAN PUSTAKA. Suhu permukaan laut Indonesia secara umum berkisar antara O C

HUBUNGAN TOPOGRAFI DASAR PERAIRAN DENGAN SEBARAN IKAN DI SELAT MALAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pulau Pramuka I II III

(ZEEi) pada tanggal 21 Maret 1980, Indonesia sebagai negara kepulauan

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

Ikan Kakap merah (Red Snapper), Lutjanus malabaricus, adalah salah satu ikan

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DALAM PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN 1) oleh Dr. Ir. Mukti Zainuddin, MSc. 2)

ADAPTASI FISIOLOGI. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

STUDI DAN HUBUNGAN ARUS TERHADAP SEBARAN DAN FLUKTUASI NUTRIEN (N DAN P) DI PERAIRAN KALIANGET KABUPATEN SUMENEP

berada di sisi pantai dan massa air hangat berada di lepas pantai. Dari citra yang diperoleh terlihat bahwa rrpweliit7g dapat dengan jelas terlihat

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Distribusi Klorofil-a secara Temporal dan Spasial. Secara keseluruhan konsentrasi klorofil-a cenderung menurun dan

Migrasi Ikan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya

6. TlNGGl PARAS LAUT

KATA PENGANTAR. Kepada semua pihak yang telah turut membantu menyusun dokumen ini disampaikan terima kasih. Pangkalan Balai, November 2013

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2. KONDISI OSEANOGRAFI LAUT CINA SELATAN PERAIRAN INDONESIA

5. PEMBAHASAN 5.1 Sebaran Suhu Permukaan laut dan Klorofil-a di Laut Banda Secara Spasial dan Temporal

I. PENDAHULUAN. menjalankan aktivitas budidaya. Air yang digunakan untuk keperluan budidaya

I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

Hubungan Upwelling dengan Jumlah Tangkapan Ikan Cakalang Pada Musim Timur Di Perairan Tamperan, Pacitan

TINJAUAN PUSTAKA. Laut Belawan merupakan pelabuhan terbesar di bagian barat Indonesia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

METODE PENELITIAN. Gambar 7 Lokasi penelitian di perairan dangkal Semak Daun.

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Oleh : HARDHANI EKO SAPUTRO C SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DISTRIBUSI, DENSITAS IKAN DAN KONDISI FISIK OSEANOGRAFI DI SELAT MALAKA

PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS SUHU PERMUKAAN LAUT DAN KLOROFIL-A DARI CITRA AQUA MODIS SERTA HUBUNGANNYA DENGAN HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS DI SELAT SUNDA

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Perairan Selat Bali

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN BIOFISIK LAHAN HUTAN MANGROVE DI KABUPATEN ACEH TIMUR ISWAHYUDI

PENENTUAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) BERDASARKAN SEBARAN SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR

III. METODE PENELITIAN. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Juli 2014 untuk

VARIABILITAS SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN PULAU BIAWAK DENGAN PENGUKURAN INSITU DAN CITRA AQUA MODIS

PERTEMUAN KE-5 M.K. DAERAH PENANGKAPAN IKAN SIRKULASI MASSA AIR (Bagian 2) ASEP HAMZAH

DISTRIBUSI SPASIAL KEPADATAN IKAN PELAGIS DI PERAIRAN ENGGANO

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kata kunci: Citra satelit, Ikan Pelagis, Klorofil, Suhu, Samudera Hindia.

KATA PENGANTAR. Jatinangor, 22 Juli Haris Pramana. iii

BAB I PENDAHULUAN. sumber irigasi, sumber air minum, sarana rekreasi, dsb. Telaga Jongge ini

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Keadaan Umum Lokasi Penelitian

III. METODE PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut dan Salinitas pada Indomix Cruise

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas wilayah perairan. Sumberdaya hayati (ikan) merupakan bagian dari sumberdaya alam yang

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang dua per tiga luasnya ditutupi oleh laut

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Sebaran Nutrien dan Oksigen Terlarut (DO) di Teluk Jakarta

Transkripsi:

1.1. Latar Belakang Keberadaan sumber daya ikan sangat tergantung pada faktor-faktor lingkungan, sehingga kelimpahannya sangat berfluktuasi di suatu perairan. MacLennan dan Simmonds (1992), menyatakan bahwa populasi ikan adalah subjek yang sangat berfluktuasi dari tahun ke tahun. Kemungkinan ini disebabkan karena tekanan penangkapan terhadap stok ikan dewasa serta kondisi lingkungan yang mempengaruhi kelangsungan hdup dari larva dm juvenil ikan. Dengan demikian maka pengaturan pemanfaatannya hams sedemikian rupa, sehingga antara upaya penangkapan, mortalitas alami clan daya dukung sumberdaya, berjalan dengan seimbang. Disisi lain untuk usaha pengembangan pengelolaan sumberdaya ikan, maka informasi mengenai sebaran, kelirnpahan stok ikan di suatu perairan dan besarnya stok yang dapat dimanfaatkan secara lestari sangat diperlukan. Fenomena distribusi vertikal populasi ikan berdasarkan hail pengamatan dari beberapa penelitian terdahulu, menggarnbarkan adanya pergerakkan pola migrasi yang diduga akibat pengaruh perbedaan kondisi lingkungan. Scallabrin dan Masse (1993) dalam Hammel(1999) menyatakan bahwa tingkah laku kelompok ikan dan distribusi spasialnya berhubungan secara signifikan dengan kondisi cuaca dan oseanografi. Kondisi ini juga dinyatakan oleh Maravelias et a1 (1996) bahwa spesies ikan sering terkonsentrasi dalam merespons sifat-sifat khas lingkungan laut yang menonjol, baik sifat fisik maupun kimia, dan mereka condong terorganisir dalam struktur, sehingga distribusinya tidak random baik dalam ruang maupun waktu.

Laevastu dan Hayes (1981) menyatakan bahwa perubahan suhu perairan yang lebih kecil dari 0,1 C dapat dirasakan oleh ikan clan dapat menyebabkan perubahan densitas populasi ikan di perairan tersebut. Lebih lanjut dikatakan bahwa ikan-ikan pelagis akan bergerak menghmdari suhu yang lebih tinggi, atau mencari daerah yang kondisi suhunya lebih rendah. Perairan Selat Malaka dan Laut Cina Selatan merupakan perairan yang termasuk dalaii 9 wilayah pengelolaan perikanan yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Perikanan. Potensi yang dimiliki untuk Selat Malaka sekitar 0,24 juta ton per tahun dengan tingkat pemanfaatan sebesar 135 %, sedangkan untuk Laut Cina Selatan potensi per tahunnya sekitar 1,25 juta ton, dengan tingkat pemanfaatan sebesar 20 % (Boer et al., 2001). Perairan Selat Malaka (bagian dari Paparan Sunda) relatif dangkal dengan salinitas yang rendah dibandingkan dengan perairan Laut Cina Selatan, dimana salinitasnya relatif lebih tinggi dan homogen. Perairan bagian selatan Laut Cina Selatan dikategorikan sebagai perairan neritik yang tergolong dangkalan benua dengan kedalaman rata-rata 70 m dan merupakan salah satu daerah potensi perikanan laut. (Atmaja, et al., 2001). Ditinjau dari sirkulasi masa air, di perairan Indonesia masa airnya sangat tergantung oleh adanya iklim muson. Wyrtki (1961) mengatakan bahwa perairan Indonesia pada bulan Juni-September mengalami Muson Tenggara (Musim Timur) dan pada bulan Desember-Maret terjadi Muson Barat Laut (Musim Barat). Perubahan musim tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan pula pada pola arus permukaan perairan Indonesia, dimana pada Musim Timur, arus terutarna bergerak ke arah barat

dan Musim Barat, arus terutama bergerak ke arah timur (Gambar 1). Hal ini pula mengakibatkan perubahan kondisi suatu perairan antara lain mempengaruhi kepadatan dan distribusi plankton serta produktivitas perairan tersebut, dan akhimya mempengaruhi distribusi ikan. Tisch et a1 (1992) mengatakan bahwa perubahan kondisi suatu masa air dapat diketahui dengan melihat sifat-sifat air meliputi suhu, salinitas, oksigen terlarut dan kandungan nutrien. Seperti halnya dengan perairan Indonesia pada umwnnya, perairan Laut Cina Selatan dan Selat Malaka juga mengalami perubahan yang diakibatkan oleh adanya Musim yang berlaku di Indonesia. Perubahan-perubahan ini menyangkut beberapa hal, seperti bagaimana sebaran faktor-faktor fisik-kimia perairan antara lain; suhu, salinitas, oksigen terlarut, nutrien (nitrat, fosfat dan silikat) secara vertikal dan horizontal pada kedua musim, sirkulasi masa air, arus dan produktivitas primer, serta perubahan organisme atau sumberdaya ikan yang berada pada daerah tersebut. Hasil kajian KOMNAS KAJISKANLAUT tahun 2001, untuk kedua wilayah pengelolaan di atas, terdapat perbedaan antara potensi, produksi dan tingkat pemanfaatan serta peluang pengembangan wilayah tersebut. Khususnya untuk tingkat pemanfaatan, Selat Malaka merupakan wilayah yang mempunyai tingkat pemanfaatan terbesar dibandingkan dengan kedelapan wilayah pengelolaan lainnya yaitu sebesar 135 %, sedangkan wilayah Laut Cina Selatan tingkat pemanfaatannya hanya sebesar 20 %. Dengan kata lain, wilayah ini masih besar sekali peluangnya dalam pengembangan kelautan khususnya dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan laut.

Salah satu ciri khas ekosistem (perikanan) laut adalah fluktuasinya yang tidak pernah berhenti atau dinamis. Permasalahan inilah yang selalu dihadapi dalam kaitannya dengan pemanfaatan swnberdaya ikan di suatu perairan yaitu keberadaan daerah penangkapan yang bersifat dinamis dan selalu berpindah atau berubah mengikuti pergerakan ruaya ikan. Secara alami ikan akan memilih habitat yang lebih sesuai baginya, sedangkan habitat tersebut dipengaruhi oleh kondisi oseanografi perairan. Dengan demikian daerah potensi penangkapan ikan haruslah dapat diduga dan ditentukan terlebih dahidu, sebelum armada penangkapanan ikan dioperasikan menuju lokasi tangkap. Pengetahuan tentang kelimpahan dan pola distribusi kelompok ikan di suatu perairan terutama kaitannya dengan perubahan musim dan kondisi oseanografi sangatlah penting untuk diketahui, sebab pendugaan dan pengkajian stok merupakan komponen dasar &lam pengelolaan sumberdaya perikanan. Selain itu pula pola distribusi ikan dapat diamati melalui penelitian dengan menggunakan metoda akustik secara langsung (in situ), maupun melalui pengamatan terhadap perubahan kondisi fisik oseanografi perairan, dalam ha1 ini perubahan suhu permukaan, arus pola arus, dan konsentrasi klorofil melalui analisis citra satelit yang telah dikembangkan dan mulai digunakan. Dengan demikian penting sekali untuk mempelajari hubung antara sejumlah besar parameter yang diperoleh dari survei oseanografi, teknik penginderaan jauh ataupun akustik dengan distribusi ikan. Laut Cina Selatan dan Selat Malaka merupakan dua perairan yang potensial, namun berbeda tingkat pemanfaatannya. Dalam upaya pemanfaatan sumberdaya secara optimal pada kedua perairan ini, sehingga tidak terjadi kelebihan tangkap ataupun tidak optimalnya usaha pemanfaatan potensi yang ada, maka diperlukan

informasi yang akurat mengenai keadaan perairan ini. Hal ini penting agar upaya pemanfaatan dan pengelolaan kedua perairan tersebut dapat dilakukan secara optimal. Sehingga pengamatan atau penelitian guna mendapatkan informasi yang jelas tentang kondisi oseanografi perairan Laut Cina Selatan dan Selat Malaka dalam hubungannya dengan distribusi ikan perlu dilakukan. Pengamatan dm pengkuan parameter oseanografi ini, difokuskan pada karakteristik fisik perairan, yang dibatasi pada suhu, salinitas dan densitas perairan. 1.2. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Menganalisis karakteristik oseanografi fisik masa air perairan Laut Cina Selatan dan Selat Malaka yang meliputi suhu, salinitas dan densitas perairan. (2) Mengetahui distribusi dan kelimpahan ikan pada perairan Laut Cina Selatan dan Selat Malaka. (3) Menganalisis hubungan antara distribusi dan kelimpahan ikan pada perairan Laut Cina Selatan dan Selat Malaka dengan karakteristik oseanografi fisik masa air perairan tersebut khususnya suhu dan salinitas. 1.3. Manfaat Penelitian ini diharapkan &pat memberikan informasi yang bermanfaat dalam dunia perikanan, antara lain menyangkut kondisi oseanografi khususnya suhu dan salinitas serta distribusi ikan di perairan Laut Cina Selatan dan Selat Malaka. Disamping itu juga sebagai informasi ataupun bahan acuan untuk penelitian lanjutan dan sebagai masukkan guna menentukan kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan surnberdaya ikan, misalnya menyangkut penentuan daerah tangkap yang optimal.