Hubungan Upwelling dengan Jumlah Tangkapan Ikan Cakalang Pada Musim Timur Di Perairan Tamperan, Pacitan

Transkripsi

1 Hubungan Upwelling dengan Jumlah Tangkapan Ikan akalang Pada Musim Timur i Perairan Tamperan, Pacitan Riyana Ismi nggraeni 1, Supriyatno Widagdo 2, Rahyono 3 1 Mahasiswa Jurusan Oseanografi, Universitas Hang Tuah 2 osen Jurusan Oseanografi, Universitas Hang Tuah 3 osen Jurusan Oseanografi, Universitas Hang Tuah orresponding author: riyanaizmi@gmail.com bstrak: Perairan Kabupaten Pacitan merupakan salah satu perairan yang terletak di Selatan Jawa Timur dan berbatasan langsung dengan Samudera Hindia yang memiliki potensi terjadinya upwelling. Kabupaten Pacitan memiliki potensi perikanan laut yang baik dan hasil tangkapan ikan yang semakin meningkat sepanjang tahun salah satunya yaitu ikan cakalang (Katsuwonus pelamis). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh upwelling terhadap jumlah tangkapan ikan cakalang selama Musim Timur di Perairan Tamperan Pacitan. Metode yang digunakan terdiri dari berapa tahapan yaitu: data angin dan arus yang akan diolah dalam bentuk windrose dan currentrose, data temperatur, salinitas merupakan data citra satelit, pengolahan data menggunakan seadas. ata yang sudah diolah kemudian dideskripsikan untuk menganalisis adanya upwelling. Tahap selanjutnya menghubungkan antara data analisis upwelling dan tangkapan ikan cakalang. Hasil analisis pada Musim Timur (Juni-September 2015) di Perairan Tamperan, Pacitan menunjukkan terjadinya fenomena upwelling yang ditandai dengan rendahnya nilai temperatur yaitu antara 24,17-26,62, tingginya nilai salinitas antara 34,48-34,51. Faktor upwelling diperkuat dengan jumlah tangkapan ikan cakalang pada Juni-September 2015 yang meningkat. Kata Kunci: Upwelling, Ikan akalang, Perairan Pacitan. bstract: The waters of Pacitan regency is one of the things that are in the south of East Java and directly adjacent to the Indian Ocean which has the potential of upwelling investment. Pacitan regency has good marine fishery potential and fish catch is increasing all year long one of them cakalang fish (Katsuwonus pelamis). This study aims to determine the effect of upwelling on the number of cakalang fish catches during East Season in the Waters of Tamperan Pacitan. ata method used is data satellite data, processing data using seadas. The processed data is then described to suggest upwelling. The next step is between upwelling analysis and cakalang fish catch. The results of the analysis in the East Season (June- September 2015) in the Waters of Tamperan, Pacitan show a rising phenomenon with low temperatures between , salinity between , upwelling factor is strengthened with cakalang fish catch amount in June-September 2015 which increase. Keywords: Upwelling, akalang Fish, Pacitan Water. PENHULUN Upwelling merupakan naiknya massa air yang kaya zat hara dari lapisan bawah ke permukaan (Purba dan Pranowo, 2015). Proses upwelling ditandai dengan adanya angin yang berasal dari Timur yang menyebabkan timbulnya kekosongan massa di sepanjang perairan, kemudian digantikan oleh massa air laut dalam yang membawa kandungan nutrien lebih tinggi (Kemili dan Putri, 2012). Upwelling juga dapat menurunkan temperatur, menaikkan nilai salinitas, oksigen, klorofil, kandungan nutrien yang tinggi dan berbagai zat hara di daerah sekitarnya (Purba dan Pranowo, 2015) yang diikuti pula oleh kelimpahan biomassa plankton dan ikan-ikan. Hal inilah yang menjadikan upwelling sebagai salah satu fenomena oseanografi yang sering digunakan untuk indikator adanya konsentrasi ikan di suatu perairan. Prediksi daerah -74 Riyana Ismi, Supriyatno W, Rahyono: Hubungan Upwelling

2 upwelling yang akurat dapat digunakan sebagai alat bantu untuk melihat keterkaitan dengan produksi perikanan dan menentukan daerah penangkapan yang potensial. Upwelling terjadi di Selatan Jawa pada Mei-September yang ditandai dengan turunnya nilai temperatur permukaan mencapai ~2 ⁰ di bawah rata-rata dan menghasilkan produktivitas primer yang tinggi (Kemili dan Putri, 2012). Perairan Kabupaten Pacitan merupakan salah satu perairan yang terletak di Selatan Jawa Timur dan berbatasan langsung dengan Samudera Hindia yang memiliki potensi terjadinya upwelling. aerah upwelling dapat menjadi tempat berkumpulnya berbagai jenis ikan pelagis (Ghazali dan Manan, 2011) salah satunya daerah Kabupaten Pacitan dengan potensi perikanan laut yang baik dan hasil tangkapan ikan yang semakin meningkat sepanjang tahun. Pada Musim Timur (Juni-September) terjadi fenomena upwelling sehingga suhu relatif rendah dan nilai salinitas meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh upwelling terhadap jumlah tangkapan ikan cakalang selama Musim Timur di Perairan Tamperan Pacitan. METOE PENELITIN Lokasi penelitian berada di Perairan Tamperan Kabupaten Pacitan. Lokasi penelitian ditunjukkan pada Gambar 1. PPPTamperan Gambar 1. Lokasi Penelitian di Perairan Tamperan, Pacitan. Lokasi kajian 1 dengan titik stasiun 8 24'20,33"S dan 111 3'58,41"T serta lokasi kajian 2 dengan titik stasiun 8 24'32,44"S dan 111 8'22,05"T. Lokasi kajian 3 dengan titik stasiun 8 30'22,55"S dan 111 3'40,00"T serta lokasi kajian 4 dengan titik stasiun 8 30'34,71"S dan 111 8'29,57"T. Metode Pengambilan data ata yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. ata angin dan arus yang diperoleh dari adan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (MKG) Perak dan menggunakan titik stasiun di Pacitan. ata yang digunakan adalah data angin dan arus pada Juni 2015-September ata temperatur dan salinitas sebaran horizontal diperoleh dari 3. ata jumlah tangkapan ikan diperoleh dari Pelabuhan Perikanan Pantai Tamperan, Pacitan selama 1 tahun. Riyana Ismi, Supriyatno W, Rahyono: Hubungan Upwelling -75

3 Metode Pengolahan data ata angin dan arus diolah dalam bentuk windrose dan currentrose, sedangkan data citra yang meliputi temperatur, salinitas, diolah menggunakan seadas. ata yang sudah diolah kemudian dideskripsikan untuk menganalisis adanya upwelling. ata analisis upwelling kemudian dikaitkan dengan data jumlah tangkapan Ikan akalang untuk mengetahui pengaruh antara upwelling dengan jumlah tangkapan Ikan akalang. HSIL N PEMHSN ngin dan arus merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya upwelling. Pola angin diperlukan untuk mengetahui arah dan kecepatan angin secara dominan dan maksimal. Pola arus diperlukan untuk mengetahui arah arus yang akan digunakan untuk mengetahui pola transpor Ekman dan juga diperlukan untuk mengetahui kecepatan arus maksimal dan dominan. erdasarkan pola angin (Gambar 2) dan arus (Gambar 3) membuktikan bahwa upwelling terjadi pada Musim Timur dan kesesuaian dengan transpor Ekman dan juga lokasi penelitian yang berada di S, sehingga menyebabkan arah arus dibelokkan ke arah kiri. Musim Timur terjadi pada Juni-September 2015 pola angin dominan bertiup dari Tenggara dengan kecepatan maksimal knot. Pola arus dominan pada Musim Timur bertiup menuju ke arat dengan kecepatan arus pada Juni yaitu 0,6-0,8 m/s. Juli dan gustus 0,8-0,9 m/s dan 0,6-0,8 m/s. September sebesar 0,3-0,5 m/s. Faktor pendukung lain yaitu Temperatur dan Salinitas. Upwelling terjadi ketika temperatur rendah, dan salinitas tinggi. Pada Gambar 4 dan 5 menunjukkan nilai temperatur dan salinitas. Pada Musim Timur nilai temperatur rendah dan nilai salinitas tinggi. Gambar 2. Pola angin selama Musim Timur, (a) Juni, (b) Juli, (c) gustus, (d) September di Perairan Tamperan. -76 Riyana Ismi, Supriyatno W, Rahyono: Hubungan Upwelling

4 Gambar 3. Pola arus selama Musim Timur, (a) Juni, (b) Juli, (c) gustus, (d) September di Perairan Tamperan. Temperatur permukaan ( ) Gambar 4. Sebaran temperatur selama Musim Timur, (a) Juni, (b) Juli, (c) gustus, (d) September di Perairan Tamperan. Riyana Ismi, Supriyatno W, Rahyono: Hubungan Upwelling -77

5 Gambar 5. Sebaran salinitas selama Musim Timur, (a) Juni, (b) Juli, (c) gustus, (d) September di Perairan Tamperan. Pada awal Musim Timur yaitu Juni 2015 nilai temperatur pada stasiun 1 sebesar 26,55, sedangkan stasiun 2 yaitu 26,37. Pada stasiun 3 dan 4 memiliki perbedaan yang tidak terlalu jauh. Pada stasiun 3 sebesar 26,77 dan pada stasiun 4 sebesar 26,78. Rata-rata nilai temperatur permukaan pada bulan ini yaitu sebesar 26,62. Temperatur permukaan laut ditunjukkan pada Gambar 4.a. Pada Juli 2015 temperatur permukaan stasiun 1 memiliki temperatur sebesar 25,24 dan stasiun 2 memiliki temperatur sebesar 25,00. Stasiun 3 dan 4 memiliki temperatur yang sama yaitu 25,29. Temperatur permukaan laut pada bulan ini memiliki rata-rata sebesar 25,20 seperti terlihat pada Gambar 4.b. Pada bulan selanjutnya temperatur permukaan laut yang dimiliki stasiun 1 sebesar 24,69. Pada stasiun 2 sebesar 24,56. Stasiun 3 sebesar 24,80, sedangkan stasiun 4 sebesar 25,05 (Gambar 4.c). Rata-rata yang temperatur permukaan laut ini sebesar 24,77. Pada akhir Musim Timur yaitu September Temperatur permukaan laut di stasiun 1 memiliki nilai sebesar 23,45. Stasiun 2 sebesar 23,42, sedangkan pada stasiun 3 yaitu sebesar 24,94. Pada stasiun 4 sebesar 24,89 seperti terlihat pada Gambar 4.d. Temperatur permukaan laut pada akhir Musim Timur ini memiliki rata-rata sebesar 24,17. Rata-rata tersebut merupakan nilai yang lebih rendah dari bulan sebelumnya. Rata-rata nilai temperatur pada Musim Timur yaitu sebesar 25,19. Nilai ini merupakan nilai yang rendah karena temperatur permukaan laut sebesar 27. Salinitas permukaan laut di Perairan Tamperan pada Juni 2015 yang merupakan awal Musim Timur. Salinitas yang diperoleh pada 4 stasiun memiliki nilai yang hampir sama. Pada stasiun 1 nilai salinitas yang diperoleh sebesar 34,5. Stasiun 2 memiliki nilai 34,47. Stasiun 3 nilai salinitas yang diperoleh yaitu 34,53 dan pada stasiun 4 diperoleh nilai sebesar 34,55. Salinitas tertinggi diperoleh pada stasiun 4 seperti ditunjukkan pada Gambar 5.a. Rata-rata salinitas pada bulan ini yaitu 34, Riyana Ismi, Supriyatno W, Rahyono: Hubungan Upwelling

6 Jumlah Tangkapan Ikan akalang (kg) Seminar Nasional Kelautan XII ulan selanjutnya memiliki nilai salinitas pada stasiun 1 yaitu 34,48. Pada stasiun 2 sebesar 34,49. Pada stasiun 3 dan 4 memiliki nilai salinitas yang sama yaitu sebesar 34,51 (Gambar 5.b). Salinitas tertinggi pada bulan ini diperoleh pada stasiun 3 dan 4. Rata-rata nilai salinitas yang diperoleh sebesar 34,5. Pada gustus 2015 nilai salinitas yang diperoleh hampir sama pada setiap stasiun. Stasiun 1 memiliki nilai salinitas sebesar 34,47. Pada stasiun 2 nilai salinitasnya yaitu sebesar 34,46. Stasiun 3 sebesar 34,48. Pada stasiun 4 nilai salinitasnya yaitu 34,5 seperti terlihat pada Gambar 5.c. Rata-rata nilai salinitas pada bulan ini sebesar 34,48 dengan nilai salinitas tertinggi pada stasiun 4. Rata-rata nilai salinitas ini lebih rendah dari bulan sebelumnya. Memasuki akhir Musim Timur yaitu September 2015 rata-rata nilai salinitas yang diperoleh sama dengan bulan sebelumnya. Pada stasiun 1 sebesar 34,45, sedangkan pada stasiun 2 sebesar 34,47 (Gambar 5.d). Pada stasiun 3 dan 4 sebesar 34,5 dan 34,51. Nilai salinitas tertinggi berada pada stasiun 4, sedangkan rata-rata salinitas yang dimiliki sebesar 34,48. Pada Musim Timur rata-rata nilai salinitas sebesar 34,49. Nilai ini berada diatas nilai rata-rata salinitas permukaan laut. Nilai salinitas yang tinggi pada Musim Timur menunjukkan adanya indikasi upwelling. Hal ini dikarenakan salah satu faktor yang mengindikasi adanya upwelling yaitu salinitas lebih tinggi dari wilayah sekitarnya (Purba dan Pranowo, 2015). erdasarkan data angin, arus, temperatur dan salinitas di Perairan Tamperan Pacitan mengindikasi terjadinya upwelling. i perairan ini upwelling terjadi pada Musim Timur. Hubungan upwelling dengan tangkapan ikan cakalang Upwelling merupakan naiknya massa air dari lapisan bawah ke permukaan (Purba dan Pranowo, 2015). Yoga dkk., (2014) Upwelling menyebabkan Perairan Selatan Jawa menjadi subur dan populasi ikan akan meningkat. Jumlah tangkapan ikan di Perairan Indonesia pada musim-musim tertentu mengalami peningkatan. Hal ini dapat disebabkan karena terjadi upwelling di beberapa wilayah perairan Indonesia. Perairan Tamperan, Pacitan yang terletak di Selatan Jawa merupakan perairan yang terjadi upwelling pada Musim Timur. Pada Juni dan Juli 2015 hasil tangkapan ikan cakalang sebesar kg dan kg. Pada gustus 2015 hasil tangkapan ikan cakalang yaitu sebesar kg. Memasuki akhir Musim Timur yaitu September 2015 hasil tangkapan ikan cakalang yaitu erdasarkan Gambar 6 yaitu jumlah tangkapan ikan cakalang dalam 1 tahun, maka hasil tangkapan ikan mengalami peningkatan pada Musim Timur dikarenakan pada Musim Timur terjadi fenomena upwelling. 1,000, , , , , , , , , ,000 0 Jan Feb Mar pr Mei Jun Jul gus Sept Okt Nov es Gambar 6. Jumlah tangkapan ikan cakalang selama 1 tahun di Perairan Tamperan. Riyana Ismi, Supriyatno W, Rahyono: Hubungan Upwelling -79

7 KESIMPULN Upwelling yang terjadi pada Musim Timur (Juni-September 2015) di Perairan Tamperan berpengaruh terhadap meningkatnya tangkapan ikan cakalang di perairan tersebut. ibuktikan dengan ketika upwelling terjadi ikan cakalang meningkat. FTR PUSTK Ghazali I. dan Manan Prakiraan aerah Penangkapan Ikan di Selat ali erdasarkan ata itra Satelit. Jurnal Kelautan. ISSN: (2). Kemili P. dan Putri M.R Pengaruh urasi dan Intensitas Upwelling erdasarkan nomali Suhu Permkaan Laut terhadap Variabilitas Produktivitas Primer di Perairan Indonesia. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. 4(1): Purba N.P. dan Pranowo W.S inamika Oseanografi. andung: Universitas Padjajaran. ISN: Yoga R.., Setyono H. dan Harsono G inamika Upwelling dan ownwelling erdasarkan Variabilitas Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-a di Perairan Selatan Jawa. Jurnal Oseanografi. 3(1): Riyana Ismi, Supriyatno W, Rahyono: Hubungan Upwelling