HUBUNGAN TOPOGRAFI DASAR PERAIRAN DENGAN SEBARAN IKAN DI SELAT MALAKA

Transkripsi

1 HUBUNGAN TOPOGRAFI DASAR PERAIRAN DENGAN SEBARAN IKAN DI SELAT MALAKA Oleh: Syahrul Purnawan C PROGRAM STUD1 ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

2 PERNYATAAN MENGENAI SKIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: WBUNGAN TOPOGRAFI DASAR PERAIRAN DENGAN SEBARAN IKAN DI SELAT MALAKA adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks yang dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi. Bogor, Juni 2006 SYAHRUL PURNAWAN C

3 RINGKASAN SYAHRUL PURNAWAN. Hubungan Topografi Dasar Perairan dengan Sebaran Ikan di Selat Malaka. Dibimbing oleh SRI PUJIYATI dan TOTOK HESTIRINOTO. Selat Malaka merupakan perairan strategis baik di tinjau dari posisi ataupun kandungan sumberdaya hayati yang dimilikinya. Penggunaan metode akustik dalam bidang eksplorasi sumberdaya perikanan merupakan salah satu cara yang efektif dan aman bagi lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat sebaran ikan berdasarkan topografi dasar perairan di Selat Malaka dengan melihat nilai densitas area (ikan/nm2) pada setiap titik-titik pengamatan. Penelitian ini merupakan pengolahan data sekunder yang didapat dari hasil pelayaran akustik yang dilaksanakan pada tanggal September 2001 di Perairan Selat Malaka oleh P20 LIP1 menggunakan Kapal Baruna Jaya VII. Alat yang digunakan dalam survey akustik tersebut adalah echosounder bim terbagi dari SIMRAD. Wilayah yang menjadi daerah pengamatan berada pada daerah 98" 37'13" BT - 101" 4'38" BT dan 2" 32'9" LU - 4" 30'25" LU. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa kedalaman minimum yang terdapat pada data adalah 8,2 m yang terletak pada posisi 101 '2'21" BT ; 2'19'25" LU dan data kedalaman maksimum adalah 50 m yang terletak pada beberapa titik. Namun terdapat sejumlah wilayah yang memiliki kedalaman yang tidak dapat ditentukan, yaitu daerah yang memiliki kedalaman yang lebih besar ~ -. - dari 50 m. Hal ini diduga terjadi karena range setup pada alat yang digunakan dibatasi pada nilai 50 m, sehingga pada data yang diperoleh terdapat beberapa daerah yang dasar perairannya tidak dapat terlihat Sebaran ikan pada daerah pengamatan di Selat Malaka menunjukkan kecenderungan ditemukannya nilai densitas area yang tinggi pada daerah yang memiliki kedala~nan dangkal. Daerah selatan Selat Malaka menunjukkan rarata nilai densitas area yang lebih tinggi daripada daerah utara Selat Malaka. Hal ini dapat disebabltan karena pada bagian selatan Selat Malaka terdapat sejumlah sungai besar yang bermuara di daerah tersebut. Hal lain yang dapat menyebabkan tingginya nilai densitas area pada bagian selatan adalah terjadinya proses pengadukan vertikal (vertical mixing) massa air pada daerah ini. Berdasarltan hasil yang didapatkan antara nilai kedalaman perairan dengan sebaran ikan di perairan Selat Malaka, tidak didapatkan bentuk hubungan yang erat yang malnpu menjelaskan pengaruh kedalaman perairan terhadap nilai densitas area pada daerah Selat Malaka. Adapun bentuk persamaan yang didapatkan adalah $' = Ln(X) , dengan nilai R' = 0,3212.

4 HUBUNGAN TOPOGRAFI DASAR PERAIRAN DENGAN SEBARAN IKAN DI SELAT MALAKA Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor Oleh: Syahrul Purnawan C PROGRAM STUD1 ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

5 Judul Skripsi Nama Mahasislva NRP : HUBUNGAN TOPOGRAFI DASAR PERAIRAN DENGAN SEBARAN IKAN DI SELAT MALAKA : Syahrul Purnawan : C Disetujui, Pembimbing I1 Ir. Sri Puiiyati, M.Si. Nm Dr. Ir. Totok Hestirianoto, M.Sc. Nm Mengetahui, Tanggal Ujian: 06 Juni 2006

6 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga Penulis menyelesaikan skripsi yang berjudul "Hubungan Topografi Dasar Perairan dengan Sebaran Ikan di Selat Malaka". Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada: 1. Mama, Ayah dan adikku Dessy atas dukungan, doa dan kasih sayang yang tiada terputus dalam mendukung penulis 2. Ir. Sri Pujiyati, MS. dan Dr. Ir. Totok Hestirianoto, M.Sc yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penulis menyusun tugas akhir ini. 3. Dr. Ir. Djisman Manurung, M.Sc. yang telah bersedia menjadi dosen penguji. 4. Dr. Ir. I Wayan Nurjaya, M.Sc. yang telah menjadi pernbimbing akademik penulis selama masa perkuliahan. 5. Inna Rahmawati, Adnin Purnawati dan seluruh pihak yang telah banyak membantu selama penulis melakukan tugas akhir ini. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih banyak kekurangannya. Oleh sebab itu saran dan kritik yang membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan, agar ke depannya bisa menjadi lebih baik lagi. Bogor, Mei 2006 Penulis

7 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Selat Malaka merupakan perairan strategis baik ditinjau dari posisi ataupun kandungan sumberdaya hayati yang dimilikinya. Perairan ini merupakan salah satu dari 9 wilayah pengelolaan perikanan yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Perikanan. Potensi lestari yang dimiliki selat ini sekitar 0,24 juta ton per tahun dengan tingkat pemanfaatan sebesar 135 %. Jumlah tersebut dapat dikatakan overjshing, dimana jumlah pemanfaatan yang di lakukan oleh manusia lebih besar daripada proses pemulihan atau reproduksi dari organisme tersebut (Indomedia, 2005). Nelayan dapat dikatakan sebagai kelompok yang paling berperan dalam perubahan tingkat kelestarian di ekosistem perairan laut, walaupun banyak juga faktor tangan manusia lainnya yang dapat pula menyebabkan kerusakan pada ekosistem perairan laut. Saat ini metode yang umumnya digunakan oleh nelayan adalah metode konvensional, bahkan tidak jarang diantara mereka menggunakan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan. Pada umumnya nelayan lebih berorientasi pada hasil tangkapannya sehingga cenderung kurang memperhatikan kelestarian lingkungan. Penggunaan metode akustik merupakan salah satu solusi dari permasalahan di atas. Metode akustik dapat menggambarkan dan memberikan keterangan mengenai gambaran bawah laut secara in situ dan real time. Keunggulan dari metode ini tentunya akan dapat menjadikan eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya hayati laut menjadi aman dan ramah lingkungan, selain itu juga memberikan hasil yang lebih akurat (Pujiyati et al., 2003). Hal ini tentunya merupakan keuntungan

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

36

37

38

39

40

41

42

43

44

45

46

47

48

49

50

51

52

53

54

55

56

57

58

59

60

61

62

63

64

65