BAB 4 BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN METODE PENELITIAN. 3.2 Peralatan

dokumen-dokumen yang mirip
Lampiran A. Diagram Alir Penelitian. Mulai. Penelusuran literatur. Sudah siap. Penurunan solusi soliton DNA model PBD. Aplikasi maple 11 dan MATLAB

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

1 BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

I. PENDAHULUAN. dan kotoran manusia atau kotoran binatang. Semua polutan tersebut masuk. ke dalam sungai dan langsung tercampur dengan air sungai.

BAB III PEMBAHASAN. dengan menggunakan penyelesaian analitik dan penyelesaian numerikdengan. motode beda hingga. Berikut ini penjelasan lebih lanjut.

III PEMBAHASAN. 3.1 Analisis Metode. dan (2.52) masing-masing merupakan penyelesaian dari persamaan

DASAR SINUSOIDAL SEBAGAI REFLEKTOR GELOMBANG

MATERI PERKULIAHAN. Gambar 1. Potensial tangga

Bab 4 DINDING SINUSOIDAL SEBAGAI REFLEKTOR GELOMBANG

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB V PERAMBATAN GELOMBANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR

BAB 3 PERAMBATAN GELOMBANG MONOKROMATIK

Akar-Akar Persamaan. Definisi akar :

Solusi Numerik Persamaan Gelombang Dua Dimensi Menggunakan Metode Alternating Direction Implicit

PERSAMAAN KUADRAT. Persamaan. Sistem Persamaan Linear

DERET FOURIER DAN APLIKASINYA DALAM FISIKA

DINAMIKA DAN INTERAKSI SOLITON DNA MODEL PEYRARD-BISHOP-DAUXOIS SWITENIA WANA PUTRI

SOLUSI GELOMBANG BERJALAN UNTUK PERSAMAAN SCHRÖDINGER DENGAN PENUNDAAN TERDISTRIBUSI

BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK

METODE ITERASI BARU BERTIPE SECANT DENGAN KEKONVERGENAN SUPER-LINEAR. Rino Martino 1 ABSTRACT

C.1 OSILASI GANDENG PEGAS

BAB II KAJIAN TEORI. homogen yang dikenal sebagai persamaan forced Korteweg de Vries (fkdv). Persamaan fkdv yang dikaji dalam makalah ini adalah

Pengantar Metode Perturbasi Bab 1. Pendahuluan

PENYELESAIAN PERSAMAAN POISSON 2D DENGAN MENGGUNAKAN METODE GAUSS-SEIDEL DAN CONJUGATE GRADIENT

PENYELESAIAN MASALAH NILAI EIGEN UNTUK PERSAMAAN DIFERENSIAL STURM-LIOUVILLE DENGAN METODE NUMEROV

MATERI 4 MATEMATIKA TEKNIK 1 DERET FOURIER

Penyelesaian Persamaan Poisson 2D dengan Menggunakan Metode Gauss-Seidel dan Conjugate Gradient

PROPOSAL TUGAS AKHIR PENGARUH JUMLAH SUKU FOURIER PADA PENDEKATAN POLAR UNTUK SISTEM GEOMETRI KARTESIAN OLEH : IRMA ISLAMIYAH

Institut Manajemen Telkom

Triyana Muliawati, S.Si., M.Si.

Sidang Tugas Akhir - Juli 2013

Analisa dan Sintesa Bunyi Dawai Pada Gitar Semi-Akustik

Mata Kuliah GELOMBANG OPTIK TOPIK I OSILASI. andhysetiawan

II LANDASAN TEORI. dengan, 1,2,3,, menyatakan koefisien deret pangkat dan menyatakan titik pusatnya.

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Fisika

FAMILI METODE ITERASI DENGAN KEKONVERGENAN ORDE TIGA. Rahmawati ABSTRACT

Studi Komputasi Gerak Bouncing Ball pada Vibrasi Permukaan Pantul

PENENTUAN SOLUSI GELOMBANG NONLINIER KORTEWEG DE VRIES MENGGUNAKAN METODE HIROTA

BAB II KAJIAN TEORI. syarat batas, deret fourier, metode separasi variabel, deret taylor dan metode beda

PENERAPAN FORMULASI HIROTA UNTUK PERSAMAAN UMUM MODUS TERGANDENG PADA KISI BRAGG DALAM NONLINIER DENGAN DIFRAKSI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

III. BAHAN DAN METODE

Perbandingan Kecepatan Komputasi Beberapa Algoritma Solusi Persamaan Nirlanjar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Asumsi yang digunakan dalam sistem mangsa-pemangsa. Dimisalkan suatu habitat dimana spesies mangsa dan pemangsa hidup

COBA PERHATIKAN GAMBAR GRAFIK BERIKUT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Reflektor Gelombang 1 balok

UJI KONVERGENSI. Januari Tim Dosen Kalkulus 2 TPB ITK

Persamaan SWE Linier untuk Dasar Sinusoidal

Bab 4 Diskretisasi Numerik dan Simulasi Berbagai Kasus Pantai

MODIFIKASI METODE NEWTON-RAPHSON UNTUK MENCARI SOLUSI PERSAMAAN LINEAR DAN NONLINEAR

METODE ITERASI ORDE EMPAT DAN ORDE LIMA UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR. Imaddudin ABSTRACT

JENIS JENIS FUNGSI 2. Gambar. Jenis Fungsi. mengandung banyak suku (polinom) dalam variabel bebas y = a 0 + a 1 x + a 2 x a n x n

Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga

Catatan Kuliah FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #8: Osilasi

Powered By Upload By - Vj Afive -

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

SOLUSI SOLITON GELAP ONSITE PADA PERSAMAAN SCHRÖDINGER NONLINIER DISKRIT DENGAN PENAMBAHAN PARAMETRIC DRIVING

BAB IV SIMULASI NUMERIK

CNH2B4 / KOMPUTASI NUMERIK

Modul Praktikum Analisis Numerik

Penggunaan Bilangan Kompleks dalam Pemrosesan Signal

PENYELESAIAN PERSAMAAN KORTEWEG-DE VRIES ORDE TINGGI DENGAN METODE EKSPANSI RESTY BANGUN PRATIWI

Analisa Numerik. Teknik Sipil. 1.1 Deret Taylor, Teorema Taylor dan Teorema Nilai Tengah. 3x 2 x 3 + 2x 2 x + 1, f (n) (c) = n!

PARTIKEL DALAM SUATU KOTAK SATU DIMENSI

METODE ELEMEN BATAS UNTUK MASALAH TRANSPORT

INTERFERENSI GELOMBANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PREDIKSI SOAL UAN MATEMATIKA 2009 KELOMPOK TEKNIK

Jurnal MIPA 37 (2) (2014): Jurnal MIPA.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Mutawafaq Haerunnazillah 15B08011

PERSAMAAN & SISTEM PERSAMAAN LINEAR

BAB III METODE PENELITIAN

III HASIL DAN PEMBAHASAN

Modul Praktikum Analisis Numerik

PENYELESAIAN PERSAMAAN SCHRODINGER TIGA DIMENSI UNTUK POTENSIAL NON-SENTRAL ECKART DAN MANNING- ROSEN MENGGUNAKAN METODE ITERASI ASIMTOTIK

MODIFIKASI METODE RUNGE-KUTTA ORDE-4 KUTTA BERDASARKAN RATA-RATA HARMONIK TUGAS AKHIR. Oleh : EKA PUTRI ARDIANTI

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. ekuilibrium bebas penyakit beserta analisis kestabilannya. Selanjutnya dilakukan

III PEMBAHASAN. (3.3) disubstitusikan ke dalam sistem koordinat silinder yang ditinjau pada persamaan (2.4), maka diperoleh

(2) dengan adalah komponen normal dari suatu kecepatan partikel yang berhubungan langsung dengan tekanan yang diakibatkan oleh suara dengan persamaan

APROKSIMASI VARIASIONAL UNTUK SOLUSI SOLITON PADA PERSAMAAN SCHRÖDINGER NONLINIER DISKRIT NONLOKAL

TINJAUAN MATA KULIAH... Kegiatan Belajar 2: PD Variabel Terpisah dan PD Homogen Latihan Rangkuman Tes Formatif

BAB 4 KEKONSISTENAN PENDUGA DARI FUNGSI SEBARAN DAN FUNGSI KEPEKATAN WAKTU TUNGGU DARI PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT

BAB II KAJIAN TEORI. pada penulisan bab III. Materi yang diuraikan berisi tentang definisi, teorema, dan

Ilustrasi Persoalan Matematika

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA NONLINIER ORDE DUA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN LAPLACE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Metode Split Step Fourier Untuk Menyelesaikan Nonlinear Schrödinger Equation Pada Nonlinear Fiber Optik

PERHITUNGAN NUMERIK DALAM MENENTUKAN KESTABILAN SOLITON CERAH ONSITE PADA PERSAMAAN SCHRÖDINGER NONLINIER DISKRIT DENGAN PENAMBAHAN POTENSIAL LINIER

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BANK SOAL METODE KOMPUTASI

BAB 1 PERSAMAAN. a) 2x + 3 = 9 a) 5 = b) x 2 9 = 0 b) = 12 c) x = 0 c) 2 adalah bilangan prima genap d) 3x 2 = 3x + 5

Reflektor Gelombang Berupa Serangkaian Balok

Bab VI Perbandingan Model Simulasi menggunakan Metode Monte Carlo dan Metode Functional Statistics Algorithm (FSA)

PENDAHULUAN METODE NUMERIK

Transkripsi:

4 3.2 Peralatan..(9) dimana,, dan.(10) substitusi persamaan (10) ke persamaan (9) maka diperoleh persamaan gelombang soliton DNA model PBD...(11) agar persamaan (11) dapat dipecahkan sehingga harus diterapkan pendekatan semidiskrit yang artinya bahwa mencari solusi dalam bentuk gelombang soliton DNA model PBD [22] Peralatan yang digunakan adalah alat tulis, laptop, software maple 11 dan software MATLAB 2008b yang bertujuan menganalisa hasil solusi secara komputasinya dan simulasi dari hasil perhitungan analitik. 3.3 Studi Pustaka Studi pustaka dilakukan untuk memahami proses dalam mencari solusi soliton DNA model PBD dan memahami konsep perhitungan secara matematis, kemudian melihat hubungan segi fisis yang diperoleh sehingga memberi kesan bahwa tidak hanya persoalan matematis saja yang dibahas melainkan membahas hubungan antar variabel. 3.4 Penurunan S olusi Secara Analitik Metode ini dilakukan metode matematis untuk mendapatkan persamaan NLS model PBD ekspansi potensial morse hingga orde-4 yang kemudian mensubstitusikan anzats (tebakan solusi) traveling persamaan (14) ke persamaan (30) (14)... (12)..(13) di sini, l adalah jarak antara dua nukleotida tetangga pada rantai yang sama, adalah frekuensi optik dari getaran pendekatan linear, q adalah bilangan gelombang soliton DNA, c.c adalah istilah conjugate-compleks dari fungsi F 1, F 2 dan F 3. BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisika Teori Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor mulai bulan Juli 2010 sampai bulan Desember 2010. 3.5 Analisa Hasil Perhitungan Analitik Metode ini menggunakan metode plot yaitu cara membuat plot antara variabel bebas (waktu) variabel terikat (y n ) pada software MATLAB dalam membuat gambar dan menganalisis solusi persamaan NLS soliton DNA model PBD. BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Persamaan NLS Soliton DNA Model PBD Persamaan (12) merupakan persamaan untuk kasus diskrit dan untuk menyelesaikannya harus diubah ke batas kontinu mengambil batas dan menerapkan transformasi [16, 21, 22],..(15) Transformasi di atas menghasilkan pendekatan untuk kasus kontinu berikut:

5....(16) mengubah fungsi F 0, F 1, F 2 dan F 3 pada persamaan (12) menjadi bentuk kontinu seperti persamaan (16) dan kemudian mensubstitusikan persamaan hasil modifikasi tersebut ke persamaan (11), sehingga diperoleh persamaan (17) yang menggambarkan koefisien, dan ( penurunan lengkapnya dapat dilihat pada lampiran B yaitu persamaan (B.3a)- (B.6))... (17) Persamaan (17) merupakan bentuk kontinu hasil transformasi untuk koefisien F 1 dari persamaan (11), menyamakan koefisien untuk berbagai gerak harmonik, bisa diperoleh hubungan penting untuk menyatakan F 0, F 2, F 3 dalam F 1 [12-14,22]. Misal menyamakan koefisien untuk kemudian diperoleh hubungan dispersi ( penurunan lengkapnya dapat dilihat pada lampiran B yaitu persamaan (B.7a) dan (B.7d)) 1+ 2.....(18) cara yang sama menyamakan koefisien untuk yang artinya maka diperoleh hubungan F 0 F 1 ( penurunan lengkapnya dapat dilihat pada lampiran B yaitu persamaan (B.7e)- (B.7g))...(19a) Asumsikan merupakan koefisien untuk maka diperoleh hubungan F 2 F 1 ( penurunan lengkapnya dapat dilihat pada lampiran B yaitu persamaan (B.7h)- (B.7j))...(20a)..(20b) Asumsikan untuk koefisien maka diperoleh hubungan F 3 F 1 ( penurunan lengkapnya dapat dilihat pada lampiran B yaitu persamaan (B.7k)- (B.7n))...(21a) Persamaan (17) untuk koefisien dapat ditulis (21b)....(19b)

6...(22) Agar persamaan NLS ( persamaan (22) ) lebih sederhana maka diterapkan transformasi koordinat baru [16, 21, 22]...(23) merupakan kecepatan group dari nukleotida. Berdasarkan persamaan (23) maka persamaan (22) dilakukan transformasi menjadi ( penurunan lengkapnya dapat dilihat pada lampiran B yaitu persamaan (B.11a)- (B.11c) )...(24a).(24b) (24c) Substitusi persamaan (24b) dan (24c) ke persamaan (22) menghasilkan persamaan (25) ( penurunan lengkapnya dapat dilihat pada lampiran B yaitu persamaan (B.12))...(25) karena nilai <<1, dapat diasumsikan orde 3 O( 4 ) 0 sehingga.(26) agar terbentuk persamaan NLS maka kecepatan group dari nukleotida harus berbentuk:.(27) substitusi persamaan (26) ke persamaan (25) menghasilkan persamaan NLS ( persamaan (28)) ( penurunan lengkapnya dapat dilihat pada lampiran B yaitu persamaan (B.14)- (B.17))... (28)

7 Persamaan (28) dapat diubah mejadi lebih sederhana dalam penulisannya menerapkan pemisalan untuk koefisien dispersi dan koefisien nonlinear 2.(29a)...(29b)...(29c) Sehingga diperoleh persamaan NLS kubikkuitik soliton DNA model PBD..(30) Persamaan (30) merupakan persamaan NLS kubik-kuintik untuk fungsi F 1 dan untuk menyelesaikannya harus menggunakan anzats (tebakan). Berdasarkan persamaan tersebut terlihat perbedaan antara ekspansi potensial morse hingga orde-3 dan hingga orde-4 yaitu terdapat nilai konstanta R yang merupakan koefisien nonlinear atau kata lain potensial morse hingga orde-4 mempuyai dua koefisien nonlinear. Nilai R itu sendiri dipengaruhi oleh yang merupakan koefisien dari ekspansi deret taylor potensial morse hingga orde-4 ( 4 ). Jika diambil nilai sama nol maka nilai koefisien nonlinear sama nol (R=0), artinya persamaan (30) menjadi persamaan ekspansi potensial morse hingga orde-3. Persamaan (12) jika diganti anzats (tebakan) solusi orde epsilon yang lebih tinggi maka diperoleh koefisian nonlinear R mempunyai orde ( 2 ), sedangkan untuk nilai itu sendiri sangat kecil sekali ( <<1), artinya anzats (tebakan) pada persamaan (12) sudah tepat. 4.2 Solusi Persamaan NLS Soliton DNA Model PBD Agar persamaan (30) dapat diselesaikan maka diberikan persamaan (14) sebagai persamaan anzats (tebakan) dari persamaan NLS kubik-kuintik, F 1 merupakan fungsi dari S dan, sedangkan merupakan frekuensi gelombang soliton DNA berperan sebagai varibel bebas dan merupakan fungsi real. Substitusi persamaan (14) ke persamaan (30) maka diperoleh persamaan kalikan persamaan (31)....(31) maka diperoleh persamaan yang mengindikasikan ( penurunan lengkapnya dapat dilihat pada lampiran C yaitu persamaan (C.2)- (C.5)):...(32) dimana c merupakan sebuah konstanta. Selanjutnya kembali membatasi diri pada solusi yang memiliki kondisi 0 dan u 0 pada S ± dan mengimplikasikan untuk nilai c = 0. Persamaan (32) dapat diatur kembali menjadi bentuk yang lebih sederhana menjadi......(33) Integrasi pada persamaan (33) diselesaikan sehingga diperoleh persamaan (34) ( penurunan lengkapnya dapat dilihat pada lampiran C yaitu persamaan (C.8)- (C.15))...... (34) Substitusi persamaan (34) ke persamaan (30) sehingga diperoleh solusi untuk anzats (tebakan) dari persamaan NLS kubik-kuintik ( persamaan (35a) ) dan untuk konjugat ( persamaan (35b) ) ( penurunan lengkapnya dapat dilihat pada lampiran C yaitu persamaan (C.16a) dan (C.16b))

8......(35a) dan.....(35b) Fungsi gelombang ( ) dari nukleotida dinyatakan dalam fungsi F 0, F 1, F 2 dan F 3, karena persamaan NLS kubik-kuintik hanya dinyatakan dalam fungsi F 1 maka lakukan substitusi persamaan (18a), (19a) dan (20a) ke persamaan (12)...(36) Solusi persamaan gelombang diperoleh mensubstitusi persamaan (35) ke persamaan (36) maka d iperoleh.... (37)......(38)

9 persamaan (38) tersebut dapat di sederhanakan menjadi.. (39) Solusi persamaan NLS soliton DNA model PBD dapat ditulis sebagai berikut: 2 cos3( + )...(40) Kasus amplitudo besar substitusi persamaan (40) ke persamaan (7) memisalkan koefisien untuk persamaan (7) adalah 1 yang mempengaruhi pada koefisien F 0 dan F 2. Apabila solusi pada penyelesaian persamaan (12) ditambah F 3 maka koefisien dari F 3 adalah, artinya atau karena 1 nilainya sangat kecil maka nilai 2 akan lebih besar dari pada 1 yang mengindikasikan untuk persamaan (7) bisa menggunakan nilai yang besar, maka diperoleh persamaan gelombang dalam bentuk 2 cos3( + ) (41) dimana dan t merupakan variabel bebas, sedangkan,,,, dan n merupakan variabel terikat yang artinya nilai dari variabel tersebut bergantung pada variabel bebas. Berdasarkan persamaan (40) dan persamaan (41) jelas terlihat agar solusi dari real maka harus dipenuhi >0 dan P>0, artinya /P>0 dan 16 R/3+Q 2 >0. n itu sendiri menyatakan beda fase antara nukleotida yang berada pada rantai yang sama. 4.3 Analisa Hasil Perhitungan Analitik Bagian ini membahas hasil-hasil analisa numerik yang berkaitan karakteristik solusi hingga orde-3 dan hingga orde-4. Program yang dipakai untuk menyelesaikan persamaan tersebut dibuat menggunakan parameter yang sudah ada pada literatur. Gambaran umum dari proses replikasi (denaturasi) DNA merambat dari tengah hingga ke ujung rantai atas dan ujung rantai bawah (dapat dilihat pada Gambar 1), bertambahnya waktu maka perambatan denaturasi DNA akan berpindah terlihat seperti gelombang pada Gambar 3, Gambar 4, Gambar 5 dan Gambar 6. Kasus pertama, karakteristik solusi hingga orde-3, pada kasus ini hanya menggunakan pendekatan potensial morse hingga orde-3 dan hanya terdapat satu koefisien nonlinear. Gambar 3 dan Gambar 4 merupakan representasi umum proses replikasi DNA ekspansi potensial morse hingga orde-3 nilai parameter a = 2.8 x 10 10 m -1, = 10 10 dan = 10-3. y ( pm ) n ( pm ) nl Gambar 3. Karakteristik So lusi traveling Persamaan NLS soliton DNA model PBD h ingga orde- 3 pada saat a = 2.8 x 10 10 m -1, = 10 10 dan = 10-3 plot y n (pm) terhadap nl(pm) pada saat T=0.

10 y ( pm ) n (a) (b) Gambar 4. Karakteristik Solusi traveling Persamaan NLS soliton DNA model PBD hingga orde-3 pada saat a = 2.8 x 10 10 m -1, = 10 10 dan = 10-3 (a) profil soliton DNA dalam tiga dimensi (b) profil soliton DNA tampak atas. Kasus kedua, karakteristik Solusi hingga orde-4. Pada kasus ini menggunakan pendekatan potensial morse hingga orde-4 dan terdapat dua koefisien nonlinear. Gambar 5 merupakan representasi umum proses replikasi DNA ekspansi potensial morse hingga orde-4 nilai parameter a= 2.8 x 10 10 m -1 (jarak antar nukleotida rantai yang berbeda), = 10 10 dan = 10-3.

11 y ( pm ) n (a) y ( pm ) n (b) (c) Gambar 5. Karakteristik So lusi traveling Persamaan NLS soliton DNA model PBD hingga orde- 4 pada saat = 10 10, a = 2.8 x 10 10 m - 1 dan = 10-3 (a) plot y n (pm) terhadap nl(pm) pada saat T=0, kurva merah ketika a = 2.8 x 10 10 m -1 dan kurva hitam ketika a = 3 x 10 10 m -1 (b) profil soliton DNA dalam tiga dimensi (c) profil soliton DNA tampak atas. Pada Gambar 3, Gambar 4 dan Gambar 5 terlihat ada beberapa faktor yang mempengaruhi model dari replikasi DNA, diantaranya jarak antar nukleotida untuk rantai yang berbeda dan ekspansi deret taylor pada potensial morse. Potensial morse itu sendiri merupakan ikatan hidrogen antar nukleotida untuk rantai yang berbeda pada DNA, sedangkan jarak antar nukleotida untuk rantai yang berbeda mempengaruhi lebar dari potensial morse. Perbedaan terlihat ketika menggunakan potensial morse

12 hingga orde-3 dan hingga orde-4 pada panjang gelombang yang dihasilkan dalam satu siklus, semakin besar orde potensial morse yang dipakai maka semakin kecil panjang gelombang yang terbentuk oleh suatu nukleotida. Gambar 3 dan Gambar 5a memiliki amplitudo (simpangan) yang berbeda, terlihat ekspansi potensial morse hingga orde-3 memiliki amplitudo yang positif dan ekspansi potensial morse hingga orde-4 memiliki amplitudo yang negatif. Artinya pada saat ekspansi potensial morse hingga orde-3 pergerakan denaturasi DNA lebih dominan ke arah u n, sedangkan pada saat potensial morse hingga orde-4 pergerakan denaturasi DNA lebih dominan ke arah v n. Pada Gambar 5a terdapat dua grafik amplitudo yang berbeda. Grafik warna merah untuk nilai a = 2.8 x 10 10 m -1 dan grafik warna hitam untuk nilai a = 3 x 10 10 m -1. Hal tersebut disebabkan oleh lebar dari potensial morse. Semakin lebar potensial morse maka amplitudo yang terbentuk akan semakin besar. Pengaruh lebar potensial morse dapat dilihat pada Gambar 6. (a) (b) Gambar 6. Karakteristik So lusi traveling Persamaan NLS soliton DNA model PBD hingga orde- 4 pada saat = 10 10 dan = 10-2 (a) pada saat a = 2.8 x 10 10 m -1 (b) pada saat a = 7 x 10 10 m -1. Lebar potensial morse mempengaruhi amplitudo dari nukleotida, sedangkan lebar potensial morse itu sendiri bergantung pada jarak antar nukleotida pada rantai yang berbeda. Berdasarkan Gambar 6 terlihat semakin besar jarak antar nukleotida rantai yang berbeda, maka amplitudo denaturasi semakin kecil. Artinya lebar potensial morse berbanding terbalik jarak antar nukleotida rantai yang berbeda.