PENDEKATAN KALKULUS VARIASIONAL PADA SISTEM KONTROL DAYA DORONG ROKET. Niken Madu Meta Jurusan Matematika, FMIPA UNS

dokumen-dokumen yang mirip
Prinsip Kerja Roket Air ROKET AIR

PENGGUNAAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN PADA KALKULUS VARIASI ABSTRACT

VII. MOMENTUM LINEAR DAN TUMBUKAN

SYARAT CUKUP MASALAH OPTIMASI DENGAN PENDEKATAN 29 Juli EKUIVALENSI / 20LEI LEITMANN DALAM KALKULUS VARIASI

BAB 9 T U M B U K A N

Kuliah PD. Gaya yang bekerj a pada suatu massa sama dengan laju perubahan momentum terhadap waktu.

MOMENTUM DAN IMPULS FISIKA 2 SKS PERTEMUAN KE-3

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

Integral Tak Tentu. Modul 1 PENDAHULUAN

BAB III APLIKASI METODE EULER PADA KAJIAN TENTANG GERAK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kalkulus merupakan salah satu prestasi tertinggi dari kecerdasan manusia.

SUATU CONTOH INVERSE PROBLEMS YANG BERKAITAN DENGAN HUKUM TORRICELLI

KALKULUS MULTIVARIABEL II

perpindahan, kita peroleh persamaan differensial berikut :

Hendra Gunawan. 16 Oktober 2013

1/24 FISIKA DASAR (TEKNIK SIPIL) FLUIDA. menu. Mirza Satriawan. Physics Dept. Gadjah Mada University Bulaksumur, Yogyakarta

BAB 8 MOMENTUM LINIER

Home» fisika» Momentum dan Impuls - Materi Fisika Dasar MOMENTUM DAN IMPULS - MATERI FISIKA DASAR

METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN LAPLACE UNTUK SOLUSI PERSAMAAN DIFERENSIAL NONLINIER KOEFISIEN FUNGSI

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) SEMESTER GANJIL 2012/2013

Masalah Kalkulus Variasi, Fungsional Objektif, Variasi, Syarat Perlu Optimalitas

Pertemuan 1 dan 2 KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL

BAHAN AJAR FISIKA KELAS XI SMA SEMESTER 1 BERDASARKAN KURIKULUM 2013 USAHA DAN ENERGI. Disusun Oleh : Nama : Muhammad Rahfiqa Zainal NIM :

MATERI PELATIHAN GURU FISIKA SMA/MA

MOMENTUM, IMPULS, DAN TUMBUKAN

ANALISIS KESTABILAN SISTEM GERAK PESAWAT TERBANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE NILAI EIGEN DAN ROUTH - HURWITZ (*) ABSTRAK

Agus Suroso. Pekan Kuliah. Mekanika. Semester 1,

MOMENTUM LINEAR DAN IMPULS MOMENTUM LINEAR DAN IMPULS

KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL

Pertemuan Minggu ke Bidang Singgung, Hampiran 2. Maksimum dan Minimum 3. Metode Lagrange

METODE ITERASI VARIASIONAL HE UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL VOLTERRA-FREDHOLM NONLINEAR ABSTRACT ABSTRAK

KERJA DAN ENERGI. 4.1 Pendahuluan

Persamaan Diferensial Biasa

BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA

Kalkulus Variasi. Masalah Kalkulus Variasi, Fungsional Objektif, Variasi, Syarat Perlu Optimalitas. Toni Bakhtiar. Departemen Matematika IPB

Gerak rotasi: besaran-besaran sudut

DESKRIPSI FISIKA DASAR I (FIS 501, 4 SKS) Nama Dosen : Saeful Karim Kode Dosen : 1736

BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK

MOMENTUM DAN TUMBUKAN. Rudi Susanto

DINAMIKA FLUIDA II. Makalah Mekanika Fluida KELOMPOK 8: YONATHAN SUROSO RISKY MAHADJURA SWIT SIMBOLON

PROSES ADIABATIK PADA REAKSI PEMBAKARAN MOTOR ROKET PROPELAN

Bab 2 TEORI DASAR. 2.1 Model Aliran Panas

PENERAPAN PRINSIP MAKSIMUM PONTRYAGIN PADA SISTEM INVENTORI-PRODUKSI. Nurus Sa adah, Toni Bakhtiar, Farida Hanum

KENDALI OPTIMAL PERMAINAN NON-KOOPERATIF KONTINU SKALAR DUA PEMAIN DENGAN STRATEGI NASH TUGAS AKHIR. Oleh : M.LUTHFI RUSYDI

Matematika I: APLIKASI TURUNAN. Dadang Amir Hamzah. Dadang Amir Hamzah Matematika I Semester I / 70

II LANDASAN TEORI. Contoh. Ditinjau dari sistem yang didefinisikan oleh:

METODE ITERASI VARIASIONAL UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL DAN INTEGRO-DIFERENSIAL VOLTERRA LINEAR DAN NONLINEAR ABSTRACT

DINAMIKA GERAK FISIKA DASAR (TEKNIK SIPIL) Mirza Satriawan. menu. Physics Dept. Gadjah Mada University Bulaksumur, Yogyakarta

Integral yang berhubungan dengan kepentingan fisika

Kalkulus Multivariabel I

Fisika Panas 2 SKS. Adhi Harmoko S

SYARAT FRITZ JOHN PADA MASALAH OPTIMASI BERKENDALA KETAKSAMAAN. Caturiyati 1 Himmawati Puji Lestari 2. Abstrak

PERUBAHAN MOMENTUM IMPULS TUMBUKAN. Berlaku hukum kelestarian Momentum dan energi kinetik LENTING SEMPURNA

Hendra Gunawan. 2 Oktober 2013

4 I :0 1 a :4 9 1 isik F I S A T O R A IK M A IN D

KONSEP METODE ITERASI VARIASIONAL ABSTRACT

Kalkulus Multivariabel I

SOLUSI PERIODIK TUNGGAL SUATU PERSAMAAN RAYLEIGH. Jurusan Matematika FMIPA UT ABSTRAK

BAB MOMENTUM DAN IMPULS

Model Matematika dan Analisanya Dari Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih di Suatu Kompleks Perumahan

Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini Hukum Gerak Momentum Energi Gerak Rotasi Gravitasi

BAB II LANDASAN TEORI

Pada pokok bahasan sebelumnya kita menggunakan Hukum Newton II F = ma untuk menyelesaikan persoalan gerak partikel untuk menetapkan hubungan sesaat

BENDA TEGAR FISIKA DASAR (TEKNIK SISPIL) Mirza Satriawan. menu. Physics Dept. Gadjah Mada University Bulaksumur, Yogyakarta

MOMENTUM - TUMBUKAN FISIKA DASAR (TEKNIK SISPIL) (+GRAVITASI) Mirza Satriawan. menu

PENYELESAIAN MASALAH KONTROL OPTIMAL KONTINU YANG MEMUAT FAKTOR DISKON

Pertemuan : 7 Materi : Integral Garis dan Teorema Dasar Integral Garis Bab III. Integral Kalkulus Dari Vektor

KALKULUS MULTIVARIABEL II

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Nama Mata Kuliah/kode Termodinamika/ FIS 509. Jumlah Kredit 3 SKS. Status Mata Kuliah MKBS; Wajib

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321)

REALISASI POSITIF STABIL ASIMTOTIK SISTEM LINIER DISKRIT DENGAN POLE KONJUGAT KOMPLEKS

BAB IV HUKUM NEWTON DALAM GERAK

Gaya yang ditimbulkan oleh fluida yang mengalir diperlukan dalam: M = m.v.1

Fisika Dasar I (FI-321)

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Persamaan Kontinuitas dan Persamaan Gerak

KINEMATIKA DAN DINAMIKA: PENGANTAR. Presented by Muchammad Chusnan Aprianto

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

DINAMIKA. Massa adalah materi yang terkandung dalam suatu zat dan dapat dikatakan sebagai ukuran dari inersia(kelembaman).

KONTROL OPTIMAL UNTUK DISTRIBUSI TEMPERATUR DENGAN PENDEKATAN BEDA HINGGA

Created By Aristastory.Wordpress.com BAB I PENDAHULUAN. Teori sistem dinamik adalah bidang matematika terapan yang digunakan untuk

SOAL REMEDIAL KELAS XI IPA. Dikumpul paling lambat Kamis, 20 Desember 2012

BAB I DASAR-DASAR PEMODELAN MATEMATIKA DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL

SATUAN ACARA PERKULIAHAN PROGRAM KOMPETENSI GANDA DEPAG S1 KEDUA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

MEKANIKA NEWTONIAN. Persamaan gerak Newton. Hukum 1 Newton. System acuan inersia (diam)

Pengantar Oseanografi V

PEMBUKTIAN RUMUS BENTUK TUTUP BEDA MUNDUR BERDASARKAN DERET TAYLOR

Catatan Kuliah MEKANIKA FLUIDA

BAB II DASAR TEORI Pendahuluan. 2.2 Turbin [6,7,]

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)

1/32 FISIKA DASAR (TEKNIK SIPIL) KINEMATIKA. menu. Mirza Satriawan. Physics Dept. Gadjah Mada University Bulaksumur, Yogyakarta

KINEMATIKA. Fisika. Tim Dosen Fisika 1, ganjil 2016/2017 Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro - Universitas Telkom

KONTROL OPTIMAL UNTUK DISTRIBUSI TEMPERATUR DENGAN PENDEKATAN BEDA HINGGA

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL TUNDA LINIER ORDE 1 DENGAN METODE KARAKTERISTIK

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS

PERTEMUAN III HIDROSTATISTIKA

Pengantar Proses Stokastik

Transkripsi:

1 PENDEKATAN KALKULUS VARIASIONAL PADA SISTEM KONTROL DAYA DORONG ROKET Niken Madu Meta Jurusan Matematika, FMIPA UNS Abstrak. Kalkulus variasional adalah cabang dari kalkulus diferensial yang digunakan untuk menentukan nilai ekstrim suatu fungsional pada domain dan atau kendala yang disyaratkan. Salah satu topik dalam kalkulus variasional adalah masalah sistem kontrol yang dioptimalkan dengan memilih vektor kontrol sehingga indeks performansi diminimumkan atau dimaksimumkan. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah dapat menyelesaikan sistem kontrol daya dorong roket apabila gesekan udara diabaikan, gesekan udara dipertimbangkan dan jika ekstremalnya memenuhi pertidaksamaan u β. Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah studi literatur. Berdasarkan hasil pembahasan pada skripsi ini, diperoleh kesimpulan bahwa sistem kontrol daya dorong roket apabila gesekan udara diabaikan adalah gt 3(h + )(T t) u (t) = T 3, apabila gesekan udara dipertimbangkan adalah u (t) = h + g[t 1 + e T ] T 3 + (1 e (T t) ), e T e T dan apabila ekstremalnya memenuhi pertidaksamaan u β adalah β, t < τ u (t) = β, t τ dengan waktu switch T h τ = T T h. Kata kunci: kalkulus variasional, sistem kontrol optimal, roket. 1. Pendahuluan Kalkulus variasional adalah cabang dari kalkulus diferensial yang digunakan untuk menentukan nilai ekstrim suatu fungsional pada domain dan atau kendala yang disyaratkan. Fungsi yang menghasilkan nilai ekstrim suatu fungsional disebut ekstremal. Istilah kalkulus variasional pertama kali diperkenalkan oleh Lagrange pada sekitar tahun 176 untuk membandingkan nilai fungsional pada suatu ekstremal dengan nilai fungsional pada fungsi kendala di sekitar ekstremal, yaitu dengan menambahkan variasi dari fungsi kendala (Prahoro [5]). Salah satu topik dalam kalkulus variasional adalah masalah sistem kontrol. Sebagai contoh adalah masalah sistem kontrol daya dorong roket. Sistem kontrol dioptimalkan dengan memilih vektor kontrol sehingga indeks performansi

Niken Madu Meta Oktober 7 diminimumkan atau dimaksimumkan. Indeks performansi, yaitu suatu fungsi yang harganya menunjukkan seberapa baik performansi sistem yang sebenarnya mendekati performansi sistem yang diinginkan (Ogata [4]). Dalam hal ini, indeks performansi digunakan untuk meminimumkan pemakaian bahan bakar roket.. Eksistensi Nilai Ekstrim Nilai ekstrim adalah nilai maksimum atau minimum dari suatu fungsi pada domain tertentu. Eksistensi nilai ekstrim dijamin oleh Teorema Eksistensi Maks- Min (Purcell, E. J., et al. [6]) dan Teorema Weierstrass (Manderscheid [3]). Kedua teorema tersebut menyatakan bahwa jika fungsi f kontinu pada domain yang tertutup dan terbatas, maka f mempunyai nilai ekstrim. 3. Fungsi Konveks Definisi 3.1. (Troutman, [8]) Fungsi f(x, y, z) dikatakan konveks [kuat] pada S R 3 jika f = f(x, y, z) dan turunan parsialnya f y dan f z terdefinisi dan kontinu pada S serta memenuhi ketaksamaan f(x, y + v, z + w) f(x, y, z) f y (x, y, z)v + f z (x, y, z)w untuk setiap (x, y, z) dan (x, y + v, z + w) di dalam S, [berlaku kesamaan di (x, y, z) hanya jika v = atau w = ]. Teorema 3.. (Troutman, [8]) Penjumlahan fungsi konveks [kuat] dengan satu atau lebih fungsi konveks [kuat] adalah fungsi konveks [kuat]. Teorema 3.3. (Gregory, J and Lin, C., [1]) Misal D domain di dalam R dan terdapat konstanta λ j, j = 1,,..., N, dimana f(x, y, z) dan λ j g j (x, y, z) adalah konveks pada [a, b] D [dan setidak-tidaknya ada satu fungsi yang merupakan fungsi konveks kuat]. Selanjutnya, dibentuk fungsi baru f = f + sehingga y penyelesaian dari persamaan pada (a, b) akan meminimumkan secara tunggal pada N λ j g j j=1 d dx f z [y(x)] = f y [y(x)] F (y) = b a f[y(x)]dx = {y C 1 [a, b]; y(a) = y (a), y(b) = y (b), (y(x), y (x)) D}.

Niken Madu Meta 3 Oktober 7 terhadap kendala G j (y) = b a g j [y(x)]dx = G j (y ), j = 1,,..., N. 4. Momentum dan Gaya Menurut Tipler [7], momentum sebuah partikel adalah besaran vektor yang didefinisikan sebagai hasil kali massa dan kecepatan, yaitu p = mv. Hukum II Newton, dalam kaitannya dengan momentum partikel dapat ditulis dp dt = d(mv) dt = m dv dt = ma = F. Jadi gaya yang bekerja pada sebuah partikel sama dengan laju perubahan momentum partikel per satuan waktu. 5. Model Gerakan Sistem Sebagaimana dituliskan Harris, N. C., et al. [], sebuah roket mempunyai dua buah tangki. Satu tangki berisi bahan bakar cair dan tangki yang lain berisi oxidizing agent (zat yang dapat mengoksidasi). Pada ruang pembakaran, bahan bakar cair dan oxidizing agent dicampur sehingga terjadi pembakaran dan menghasilkan gas panas yang akan menyembur keluar melalui mulut pipa pada ekor roket. Selama selang waktu t, terjadinya perubahan momentum gas dari nol menjadi mv sehingga menghasilkan gaya yang dikerjakan roket pada gas kearah bawah. Sesuai Hukum III Newton, timbul reaksi gaya yang besarnya sama dengan yang dikerjakan gas pada roket tetapi arahnya berlawanan. Jadi gas akan menyebabkan gaya ke atas pada roket sehingga roket terdorong ke atas. Gaya inilah yang disebut sebagai daya dorong roket (thrust). Pendekatan yang digunakan untuk memodelkan gerakan roket saat meluncur ke atas adalah menghitung perubahan momentum total sistem (termasuk gas panasnya) untuk selang waktu tertentu dan menyamakan perubahan ini dengan impuls yang dikerjakan pada sistem oleh gaya eksternal yang bekerja padanya. Misalkan pada saat t, roket meluncur dengan massa m (ditambah bahan bakar) dan kelajuan relatif roket v terhadap bumi. Sedangkan pada saat t + t, roket mengeluarkan gas bermassa m. Jadi pada saat t+ t, roket mempunyai massa m m dan bergerak dengan kelajuan v + v. Pada saat t, momentum awal sistem adalah P = mv. Jika gas panas yang dibuang mempunyai kelajuan u keluar relatif terhadap roket, maka kecepatan roket pada saat t + t relatif terhadap bumi adalah v u keluar. Oleh karena itu,

Niken Madu Meta 4 Oktober 7 momentum sistem pada saat t + t adalah P 1 = (m m )(v + v) + m (v u keluar ) = mv + m v v m m v + v m u keluar m. Karena nilai m v mendekati nol, maka persamaan (5.1) dapat ditulis (5.1) P 1 = mv + m v u keluar m. Jika perubahan momentum total sama dengan impuls, maka P = P 1 P = m v u keluar m = F eks t. (5.) Dengan kata lain, persamaan (5.) dapat ditulis setara dengan m v t = u keluar m t + F eks m dv dt = u keluar dm dt + F eks dengan u keluar dm disebut daya dorong roket dan dm = u. Jadi persamaan daya dt dt dorong roket untuk meminimumkan pemakaian bahan bakar adalah F dorong = u. (5.3) 6. Sistem Kontrol Daya Dorong Roket Apabila Gesekan Udara Diabaikan Misal sebuah roket dengan massa m meluncur ke atas sampai ketinggian h dalam waktu T dengan daya dorong mesin u. Berdasarkan persamaan (5.3), daya dorong roket dapat dikontrol dengan meminimumkan F (u) = u (t)dt (6.1) Jika T, m, dan g (percepatan gravitasi) diasumsikan konstan selama peluncuran maka berdasarkan Hukum Newton II tentang gerak, pada saat t, roket mencapai ketinggian y = y(t) dan mengalami percepatan sebesar dengan syarat batas Jika y() =, maka y(t ) = diperoleh ÿ = u g (6.) y() = ẏ() = dan y(t ) = h. (6.3) y(t ) = (T t)ẏ(t) T + ẏ(t)dt. Dengan menggunakan integral parsial, Dari persamaan (6.), (6.3), dan (6.4) diperoleh h = y(t ) = (T t)ÿ(t)dt. (6.4) (T t)u(t)dt gt.

Niken Madu Meta 5 Oktober 7 Jadi kendala untuk persamaan (6.1) dapat ditulis G 1 (u) = (T t)u(t)dt = h + gt = k. (6.5) Karena ekstremal dari persamaan (6.1) adalah kontinu dan domainnya adalah tertutup dan terbatas maka eksistensi nilai ekstrim dijamin. Untuk mencari nilai ekstrim dari persamaan (6.1) dengan menggunakan metode Euler-Lagrange, terlebih dahulu harus dibuktikan bahwa ekstremal dan kendalanya adalah konveks (dan setidak-tidaknya ada satu fungsi yang merupakan fungsi konveks kuat). Teorema 6.1. Ekstremal dari fungsional (6.1), yaitu f(t, u, z) = u adalah konveks kuat pada domain. Bukti. Berdasarkan Definisi 3.1., maka f(t, u + v, z + w) f(t, u, z) = (u + v) u uv = f u (t, u, z)v. (6.6) Teorema 6.. Fungsi kendala g 1 pada persamaan (6.5), yaitu g 1 (t, u, z) = (T t)u adalah konveks pada domain. Bukti. Berdasarkan Definisi 3.1., maka g 1 (t, u + v, z + w) g 1 (t, u, z) = (T t)(u + v) (T t)u = (T t)v = (g 1 ) u (t, u, z)v. (6.7) Selanjutnya, dengan menggunakan metode Euler-Lagrange diperoleh sistem kontrol daya dorong roket apabila gesekan udara diabaikan adalah u (t) = 3(h + gt )(T t), T 3 yang meminimumkan pemakaian bahan bakar sebesar dengan waktu penerbangan optimal F (u ) = 3( h T 3 + gh T + g T 4 ) T = 6h g.

7. Sistem Kontrol Daya Dorong Roket Apabila Gesekan Udara Dipertimbangkan Pada kasus ini, gesekan udara dipertimbangkan sehingga percepatan yang dialami roket berubah menjadi dan sehingga atau ÿ = u g αẏ, α > (7.1) d dt (eαt y) = e αt (u g) αe αt y = e αt (u g) y = 1 (u g) (7.) α Selanjutnya, dengan menggunakan Transformasi Laplace pada persamaan diferensial dengan koefisien konstan pada persamaan (7.1) dan syarat batas pada persamaan (7.) diperoleh y(t ) = h = 1 α (1 e α(t t) )(u(t) g)dt. Jadi kendala untuk persamaan (6.1) apabila gesekan udara dipertimbangkan adalah G(u) = (1 e α(t t) )(u(t) g)dt = αh. (7.3) Karena pada bagian sebelumnya,ekstremal persamaan (6.1) sudah terbukti konveks kuat, maka untuk kasus apabila gesekan udara dipertimbangkan, cukup dibuktikan bahwa fungsi kendala adalah konveks. Teorema 7.1. Fungsi kendala g pada persamaan (7.3), yaitu g (t, u, z) = (1 e α(t t) )(u g) adalah konveks pada domain. Bukti. Berdasarkan Definisi 3.1., maka g (t, u + v, z + w) g (t, u, z) = (1 e α(t t) )(u g) + (1 e α(t t) )v (1 e α(t t) )(u g) = (1 e α(t t) )v = (g ) u (t, u, z)v. (7.4) Dengan menggunakan metode Euler-Lagrange, sistem kontrol daya dorong roket apabila gesekan udara dipertimbangkan adalah u (t) = h + g[t 1 + e T ] T 3 + (1 e (T t) ) e T e T Niken Madu Meta 6 Oktober 7

Niken Madu Meta 7 Oktober 7 yang meminimumkan pemakaian bahan bakar sebesar F (u ) = (h + g[t 1 + e T ]) T 3 + e T e T dan tidak mempunyai waktu penerbangan optimal. 8. Sistem Kontrol Daya Dorong Roket jika ekstremal memenuhi pertidaksamaan u β Kasus ini merupakan pengembangan dari kasus pertama, yaitu ekstremal dari persamaan (6.1) memenuhi pertidaksamaan u β, yaitu f(t, u, z) = u + λ(t)(u β ) + λ 1 (T t)u (8.1) dengan λ 1 adalah konstanta. Mengacu pada Teorema 3., untuk membuktikan bahwa ekstremal yang memenuhi pertidaksamaan u β adalah konveks kuat, cukup dibuktikan bahwa persamaan (8.1) adalah konveks kuat. Teorema 8.1. Persamaan (8.1)adalah konveks kuat pada domain. Bukti. Berdasarkan Definisi 3.1., maka f(t, u + v, z + w) f(t, u, z) = (u + v) + λ(t)((u + v) β ) + λ 1 (T t)(u + v) (u + λu + λ 1 (T t)) uv + λuv + λ 1 (T t)v = f u (t, u, z)v. (8.) Dengan menggunakan metode Euler-Lagrange, sistem kontrol daya dorong roket jika ekstremal memenuhi pertidaksamaan u β adalah β, t < τ u (t) = β, t τ dengan waktu switch T h τ = T T h yang meminimumkan pemakaian bahan bakar sebesar F (u ) = β T 3 β T h dengan waktu penerbangan optimal h T = 3 5.

Niken Madu Meta 8 Oktober 7 9. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan pada skripsi ini, diperoleh kesimpulan sebagai berikut. (1) Sistem kontrol daya dorong roket apabila gesekan udara diabaikan adalah u (t) = 3(h + gt )(T t). T 3 () Sistem kontrol daya dorong roket apabila gesekan udara dipertimbangkan adalah u (t) = h + g[t 1 + e T ] T 3 + (1 e (T t) ). e T e T (3) Sistem kontrol daya dorong roket apabila ekstremalnya memenuhi pertidaksamaan u β adalah β, t < τ u (t) = β, t τ dengan waktu switch T h τ = T T h. Daftar Pustaka 1. Gregory, J and Lin, C., Constrained Optimation in the Calculus of Variations and Optimal Control Theory, Van Nostrand Reinold, New York, 199.. Harris, N. C., et al., Physics Principles Applications Fifth Edition, McGraw-Hill, Inc., New York, 199. 3. Manderscheid, U. B., Introduction to The Calculus of Variations, ChapmanHall Mathematics, London, 1991. 4. Ogata, K., Teknik Kontrol Automatik Jilid I Edisi Kedua, Erlangga, Jakarta, 1997. 5. Prahoro, D., Kalkulus Variasi dan Penerapannya pada Masalah Aerodinamika, FMI- PA Institut Teknologi Bandung, 1985. 6. Purcell, E. J., et al., Edisi Kedelapan Kalkulus Jilid 1, Erlangga, Jakarta, 4. 7. Tipler, P. A., Fisika Untuk Sains dan Teknik Edisi Ketiga Jilid 1, Erlangga, Jakarta, 1991. 8. Troutman, J. L., Variational Calculus and Optimal Control, Springer-Verlag, New York, 1996.