https://rotendaokab.bps.go.id

dokumen-dokumen yang mirip
INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2011


INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G /

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67

PROFIL KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN PASER TAHUN : Bappeda Kabupaten Paser bekerjasama dengan. Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser

STATISTIK GENDER 2011

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

KATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017

INIJIKATDR RAKYAT. ~~QI!i. l~e~ejaht&raan. Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pekalongan dengan Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG

Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Mamuju merupakan publikasi tahunan yang diterbitkan BPS Kabupaten Mamuju. Publikasi ini memuat

BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK


BADANPUSATSTATISTIKPROVINSILAMPUNG

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2014

ANALISIS KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2013

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA

madiunkota.bps.go.id

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN GUNUNGKIDUL WELFARE INDICATORS OF GUNUNGKIDUL REGENCY 2015

Kata pengantar. Tanjungpinang, Oktober 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA BONTANG KOTA BONTANG

Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Tual

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

ii DATA DAN INDIKATOR GENDER di INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Penajam Paser Utara merupakan. Kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Paser dan




pareparekota.bps.go.id


PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DI INDONESIA 2013

Katalog BPS:

KATA PENGANTAR. Singaraja, Oktober Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Buleleng

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

KATA PENGANTAR. Semarang, BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG K e p a l a, BADAN PUSAT STATISTIK KOTA SEMARANG.

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2011/2012


KATA PENGANTAR. iii. Alfatah Sibua, S.Ag, M.Hum. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015

KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG

PENYUSUNAN DATA SOSIAL EKONOMI DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2008

KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAKASSAR

KATALOG BPS :


KATA PENGANTAR. Padang, 01 November 2016 Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Provinsi Sumatera Barat Kepala

Katalog :


KATA PENGANTAR. Profil Penduduk Lanjut Usia 2009

Tabel Jenis dan Kawasan Potensi Bencana Alam Kabupaten Temanggung

Keadaan Sosial Ekonomi dan Kependudukan Kota Balikpapan Tahun 2015

,1.1,1..1.1t». <,1. efts INDIKATOR SOSIAL BUDAYA KOTA LUBUKLINGGAU

Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2011 Badan Pusat Statistik Kabupaten Serdang Bedagai

DAFTAR PARAMETER DASAR KEPENDUDUKAN TINGKAT NASIONAL, PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

Sambutan... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii Daftar Tabel.. iv Daftar Gambar.. iv

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2009

BAB III PROFIL SOSIAL BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. Determinan kemiskinan..., Roy Hendra, FE UI, Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010).

Bupati Kepulauan Anambas

BAB II ASPEK STRATEGIS


3.1. Kualitas Sumberdaya Manusia

K A T A P E N G A N T A R

Ikhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Indikator

PENDAHULUAN SUMBER DATA



Profil Gender dan Anak Sumbar 2016 KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun


Katalog BPS :

PENANGGULANGAN KEMISKINAN

KOMPONEN IPM 5.1 INDIKATOR KESEHATAN. Keadaan kesehatan penduduk merupakan salah satu modal

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA

Daftar Tabel Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR. Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat

Profile Perempuan Indonesia


Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr.

BAB I PENDAHULUAN. Rendahnya tingkat kesejahteraan menjadi alasan yang sempurna rendahnya

Tahun Penduduk menurut Kecamatan dan Agama Kabupaten Jeneponto

INDIKATOR MAKRO SOSIAL KABUPATEN SITUBONDO TAHUN 2012

terdapat di tingkat SD/Sederajat. lebih tinggi di luar Temanggung. 1) Angka Kematian Bayi waktu satu tahun per kelahiran hidup.


BAB I PENDAHULUAN. 2010) dan laju pertumbuhan penduduk antara tahun sebesar 1,49% yang

STATISTIK SOSIAL DAN KEPENDUDUKAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2016

Transkripsi:

KATA PENGANTAR Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rote Ndao Tahun 2015 disusun guna memenuhi kebutuhan pengguna data statistik khususnya data statistik sosial. Oleh karena itu BPS Kabupaten Rote Ndao kembali menerbitkan publikasi ini. Data yang disajikan dalam publikasikan ini merupakan rangkuman berbagai data dasar yang bersumber dari sensus dan survei yang dilakukan BPS serta data sekunder yang diperoleh dari instansi di luar BPS dimaksudkan untuk memberikan gambaran sejauh mana perkembangan kesejahteraan rakyat Kabupaten Rote Ndao dari tahun ke tahun. Dengan demikian diharapkan publikasi ini dapat dipergunakan sebagai salah satu bahan pengambilan kebijakan di bidang kesejahteraan rakyat maupun sebagai acuan penelitian selanjutnya. Mengingat bahwa publikasi ini belum sepenuhnya sempurna maka segala kritik dan saran dari berbagai pihak sangat Kami harapkan guna perbaikan di masa yang akan datang. Kepada semua pihak luar yang telah membantu sampai terbitnya publikasi ini, Kami sampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan. Kami berharap kerja sama yang serupa dapat ditingkatkan terus pada masa yang akan datang. Baa, Oktober 2015 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Rote Ndao Ir. Suprih Handayani NIP. 19660703 199401 2 001

1. Ruang Lingkup PENDAHULUAN Kesejahteraan hidup lahir batin yang dapat dinikmati seluruh masyarakat merupakan tumpuan harapan dan menjadi cita-cita luhur perjuangan bangsa Indonesia sejak proklamasi kemerdekaan. Peningkatan taraf hidup masyarakat melalui pembangunan di segala bidang kehidupan h a r u s terus diupayakan, baik oleh pemerintah maupun masyarakat sendiri. Dengan demikian, diharapkan masyarakat dapat lebih mempunyai peran dalam berbagai aspek kegiatan pembangunan dan dapat mensejajarkan diri dengan masyarakat di negara yang lebih maju. Diharapkan kesejahteraan masyarakat akan semakin meningkat dari tahun ke tahun terutama dalam bidang kehidupan seperti pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, pendapatan, dan bidang sosial budaya. Namun, tidak seluruh masyarakat dapat berperan dalam kegiatan pembangunan karena berbagai faktor internal masyarakat seperti kemampuan sosial ekonomi. Oleh karena itu, pemerintah mengupayakan pembangunan diarahkan dan diprioritaskan pada kebutuhan seluruh masyarakat melalui program pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan dan pemerataan. Untuk mengukur hasil pembangunan secara kuantitatif diperlukan indikator yang mampu memberikan gambaran tentang perkembangan kehidupan kesejahteraan masyarakat. 1

Indikator ini biasanya memuat data secara terinci dan disebut sebagai Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA). Informasi yang dicantumkan dalam INKESRA disadari belum lengkap, mengingat kompleksnya dimensi kehidupan sosial masyarakat yang tidak mudah dikuantifikasi. Oleh karena itu, publikasi ini hanya mencakup berbagai data yang menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat yang dapat dikuantifikasi. Publikasi ini diharapkan dapat membantu dalam perencanaan pembangunan yang lebih baik dan terarah dalam rangka peningkatan kesejahteraan rakyat. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rote Ndao Tahun 2015 merupakan lanjutan dari seri publikasi yang sama pada tahun-tahun sebelumnya yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Rote Ndao. Untuk mengetahui perkembangan kesejahteraan rakyat, pada publikasi ini dimuat data-data yang disajikan secara deskriptif yang dikelompokkan ke dalam 7 (tujuh) kelompok masalah penting di bidang sosial. Ketujuh kelompok tersebut adalah: 1. Kependudukan 2. Pendidikan 3. Kesehatan 4. Ketenagakerjaan 5. Konsumsi dan Pengeluaran Rumah Tangga 6. Perumahan dan Lingkungan 7. Sosial Lainnya 2

2. Sumber Data Sumber data utama Indikator Kesejahteraan Kabupaten Rote Ndao Tahun 2015 ini adalah Survei Sosial Ekonomi (Susenas). Sumber data tersebut bersifat primer. Selain itu publikasi ini dilengkapi oleh data-data sekunder yang berasal dari beberapa instansi pemerintah di Kabupaten Rote Ndao. A. Survei Sosial Ekonomi (SUSENAS) Susenas merupakan survei yang dirancang untuk mengumpulkan data sosial kependudukan yang relatif sangat luas. Data yang dikumpulkan antara lain menyangkut bidangbidang pendidikan, kesehatan/gizi, perumahan / lingkungan hidup, kegiatan sosial budaya, konsumsi dan pendapatan rumah tangga, perjalanan, dan pendapat masyarakat mengenai kesejahteraan rumah tangganya. Pada tahun 1992, sistem pengumpulan data Susenas diperbaharui, yaitu informasi yang digunakan untuk menyusun indikator kesejahteraan rakyat (Kesra) yang terdapat dalam modul (keterangan yang dikumpulkan tiga tahun sekali) ditarik ke dalam KOR (kelompok keterangan yang dikumpulkan tiap tahun). Sejak itu, setiap tahun dalam Susenas tersedia perangkat data yang dapat digunakan untuk memantau taraf kesejahteraan masyarakat, merumuskan program pemerintah yang khusus ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan sektor-sektor tertentu dalam 3

masyarakat, dan menganalisis dampak berbagai program peningkatan kesejahteraan penduduk. Dalam publikasi ini, data yang digunakan adalah data KOR yang dikumpulkan tiap tahun dalam Susenas. Dengan demikian, publikasi Inkesra akan mempunyai sumber data yang pasti dan berkesinambungan sehingga selalu dapat menyajikan data yang relatif up-to date. Pertanyaan-pertanyaan yang dimasukkan dalam KOR dimaksudkan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan untuk memonitor hal-hal yang mungkin berubah tiap tahun, berguna untuk perencanaan jangka pendek, serta pertanyaan yang dapat dikaitkan dengan pertanyaan modul, misalnya pengeluaran. Pertanyaan yang dimasukkan dalam modul diperlukan untuk menganalisis masalah yang tidak perlu dimonitor tiap tahun atau menganalisis masalah yang ingin diintervensi pemerintah, misalnya kemiskinan dan kekurangan gizi. B. Sumber Data Lainnya Selain data-data primer yang dikumpulkan sendiri oleh BPS, data-data lainnya yang dimuat dalam publikasi ini diambil juga dari dinas/instansi pemerintah yang ada di Kabupaten Rote Ndao seperti Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan dan lainnya. 4

3. Istilah Teknis Pertumbuhan Penduduk Kepadatan Penduduk Angka Beban Tanggungan Hidup (Dependency Ratio) Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate/CBR) Perbandingan antara banyaknya pertambahan penduduk dengan jumlah penduduk pada tahun yang dibandingkan. Rata-rata banyaknya penduduk per kilometer persegi. Angka yang menggambarkan beban tanggungan ekonomi kelompok usia produktif (15-64 tahun) terhadap kelompok usia non produktif (0-14 atas dan 65 tahun ke atas) Banyaknya kelahiran di suatu wilayah ditimbang dengan jumlah penduduk di wilayah tersebut. 5

Migrasi Perpindahan penduduk dari suatu wilayah ke wilayah lainnya dalam suatu periode tertentu Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio) Metode Kontrasepsi Peserta KB (Akseptor) Penduduk Usia Sekolah Rasio Murid-Guru Perbandingan antara penduduk laki-laki dengan perempuan Cara/ alat pencegah kehamilan. Orang yang mempraktekkan salah satu metode kontrasepsi. Penduduk yang dikelompokkan ke dalam usia sekolah yaitu 7-24 tahun. Perbandingan antara jumlah murid pada suatu jenjang pendidikan dengan jumlah guru yang bersangkutan. Rasio Murid-Sekolah Perbandingan jumlah 6

Angka Melek Huruf Keluhan kesehatan Mengobati sendiri murid pada suatu jenjang pendidikan dengan jumlah sekolah pada jenjang pendidikan tersebut. Perbandingan banyaknya penduduk usia 10 tahun ke atas yang bisa membaca dan menulis dengan seluruh penduduk usia 10 tahun ke atas. Keadaan seseorang yang mengalami gangguan kesehatan atau kejiwaan, baik karena penyakit akut, penyakit kronis, kecelakaan, kriminal atau hal lain. Upaya oleh art/keluarga dengan melakukan pengobatan sendiri tanpa datang ke tempat fasilitas kesehatan atau memanggil petugas kesehatan ke rumahnya (misal minum obat 7

Berobat jalan Penduduk usia kerja Bekerja modern, jamu, pijat dan lainnya) agar sembuh dan menjadi lebih ringan keluhan kesehatannya. Kegiatan atau upaya art yang mempunyai keluhan kesehatan untuk memeriksakan diri dan mendapatkan pengobatan dengan mendatangi tempat-tempat pelayanan kesehatan modern atau tradisional tanpa menginap, termasuk mendatangkan petugas kesehatan ke rumah art. Penduduk yang berumur 10 tahun ke atas Melakukan kegiatan paling sedikit selama 1 (satu) jam selama seminggu dengan maksud memperoleh pendapatan atau keuntungan atau 8

Angkatan Kerja Penganggur Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Tingkat Pengangguran Terbuka membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan. Penduduk usia 10 tahun ke atas yang bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Mereka yang termasuk dalam angkatan kerja yang tidak bekerja tetapi mencari pekerjaan. Persentase angkatan kerja terhadap penduduk usia 15 tahun ke atas. Perbandingan antara jumlah pencari kerja dengan jumlah angkatan kerja. Konsumsi makanan Konsumsi makanan dalam segala bentuknya yang mungkin dimakan. Pengeluaran per kapita per Pengeluaran per orang 9

bulan untuk makanan dan bukan makanan selama sebulan Perumahan Tempat untuk tumbuh, hidup, berinteraksi, perlindungan dari gangguan, dan masih banyak fungsi lainnya bagi para penghuninya. Penduduk Miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis kemiskinan (GK) Garis Kemiskinan Makanan nilai pengeluaran kebutuhan minimal makanan yang disetarakan dengan 2100 kkalori per kapita per hari. Garis Kemiskinan Non Makanan kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, kesehatan dan kebutuhan dasar lainnya. 10

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan. gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi indeks maka semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Angka Harapan Hidup perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang selama hidup (secara rata-rata). Daya Beli kemampuan masyarakat dalam membelanjakan 11

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) uangnya untuk barang dan jasa. Ukuran daya beli masyarakat tercermin dalam pengeluaran riil per kapita. indeks komposit yang diukur dari tiga dimensi dasar yaitu umur panjang dan sehat yang diukur dengan angka harapan hidup (AHH) saat kelahiran, pengetahuan diukur dengan angka melek huruf (AMH) dan rata-rata lama sekolah(mys), serta standar hidup layak yang diukur dengan kemampuan daya beli. 12

BAB I KEPENDUDUKAN Penduduk adalah pelaku utama dan tujuan akhir dari setiap pembangunan. Oleh sebab itu, penduduk dan segala permasalahannya berperan penting dalam setiap perencanaan pembangunan. Permasalahan penduduk (kependudukan) pada awalnya hanya mencakup jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk. Namun, dengan adanya pergeseran orientasi pembangunan, permasalahan kependudukan juga berkaitan dengan kemiskinan serta adanya ketimpangan distribusi pendapatan yang bermuara pada tingkat kesejahteraan dan kualitas penduduk yang ada. Pada awalnya, analisis ekonomi yang mendasari pembangunan suatu wilayah hanya mengacu pada pertumbuhan ekonomi (economic growth) seperti yang diperkenalkan oleh Adam Smith (1723-1790). Aspek kependudukan kurang ditekankan dalam kerangka pemikiran Smith yang menganggap bahwa aspek penduduk berperan pasif dan hanya berfungsi sebagai penyedia tenaga kerja dalam proses produksi (pertumbuhan ekonomi). Perhatian ekonom terhadap masalah kependudukan muncul secara luas setelah adanya kajian ekonomi pembangunan (development economics) yang banyak mengkaji permasalahan ekonomi dan kependudukan khususnya di negara berkembang. 15

Analisis dampak pertumbuhan penduduk terhadap perekonomian khususnya terhadap ancaman kekurangan pangan menjadi perhatian pada saat Malthus mengemukakan teori tentang dampak pertumbuhan penduduk terhadap kecukupan pangan dalam tulisannya yang berjudul Essay on The Principle of Population. Malthus berpendapat bahwa penduduk bertambah searah dengan deret ukur, sementara produksi pangan bertambah searah dengan deret hitung. 1.1. Jumlah, Laju Pertumbuhan dan Rasio Jenis Kelamin Tabel 1.1.1 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2015 Kecamatan Jumlah Penduduk (1) (2) 01. Rote Barat Daya 24 325 02. Rote Barat Laut 27 864 03. Lobalain 30 550 04. Rote Tengah 9 931 05. Rote Selatan 6 375 06. Pantai Baru 15 278 07.Rote Timur 14 903 08.Landu Leko 5 596 09.Rote Barat 9 151 10. Ndao Nuse 3 805 Total 147 778 Sumber : Proyeksi Penduduk 2015 16

Jumlah penduduk Kabupaten Rote Ndao selalu mengalami penambahan setiap tahunnya. Pada tahun 2015 hasil dari Proyeksi Penduduk menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Rote Ndao sebanyak 147.778 orang yang tersebar di sepuluh kecamatan. Pada tahun 2014, jumlah penduduk Kabupaten Rote Ndao berjumlah 142.106, artinya terjadi penambahan penduduk sebesar 3,99 persen di Kabupaten Rote Ndao pada tahun 2015 dibandingkan tahun 2014. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tahun 2015, penduduk Kabupaten Rote Ndao lebih banyak tersebar di Kecamatan Lobalain dan yang paling sedikit terdapat di Kecamatan Ndao Nuse. Pada tahun 2015, jumlah penduduk di Kecamatan Lobalain tercatat sebanyak 30.550 jiwa dan di Kecamatan Ndao Nuse terdapat 3.805 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk merupakan salah satu indikator kependudukan yang berguna untuk memprediksi jumlah penduduk di suatu wilayah di masa yang akan datang. Laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Rote Ndao dari tahun-ke tahun cenderung tinggi mencapai 4,07 persen pada tahun 2015. Tingginya laju pertumbuhan penduduk lebih dipicu oleh faktor migrasi penduduk ketimbang faktor alami akibat semakin berkembangnya Kabupaten Rote Ndao sebagai salah satu Kabupaten pemekaran di wilayah Provinsi NTT. 17

Tabel 1.1.2 Penduduk Kabupaten Rote Ndao Menurut Jenis Kelamin, Laju Pertumbuhan Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Tahun 2013-2015 Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa) L P Laju Pertumbuhan Penduduk (%) Rasio Jenis Kelamin (1) (2) (3) (4) (5) 2013 70 080 67 102 3,59 104 2014 72 411 69 695 3,99 104 2015 75 292 72 486 4,07 104 Sumber : Proyeksi Penduduk 2013-2015 Rasio Jenis Kelamin penduduk Kabupaten Rote Ndao cenderung tidak mengalami perubahan dari tahun 2013 sampai tahun 2015. Tahun 2015 rasio jenis kelamin (sex ratio) penduduk Kabupaten Rote Ndao adalah 104, artinya dari setiap 100 penduduk wanita terdapat 104 penduduk laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk di Kabupaten Rote Ndao lebih didominasi oleh Laki-laki daripada perempuan. 1.2. Persebaran dan Kepadatan Penduduk Persebaran penduduk di Kabupaten Rote Ndao masih kurang merata atau tidak seimbang. Hal ini terjadi secara alamiah dan lebih disebabkan karena penduduk lebih memilih 18

untuk tinggal di daerah pusat kegiatan ekonomi dan sekitarnya daripada daerah yang jauh dari pusat kegiatan ekonomi. Kepadatan penduduk menggambarkan rata-rata banyaknya penduduk yang mendiami suatu wilayah (yang diukur dengan satuan km 2 ). Angka Kepadatan Penduduk merupakan perbandingan antara jumlah penduduk di suatu wilayah dengan luas wilayah tersebut. Tabel 1.2.1 Luas Wilayah dan Persebaran Penduduk Kabupaten Rote Ndao Menurut Kecamatan Tahun 2014-2015 Kecamatan Luas Wilayah (km 2 ) *) Persentase Penduduk **) 2014 2015 (1) (2) (3) (4) 01. Rote Barat Daya 114,57 16,46 16,46 02. Rote Barat Laut 172,40 18,85 18,86 03. Lobalain 145,70 20,67 20,67 04. Rote Tengah 162,50 6,72 6,72 05. Rote Selatan 73,38 4,31 4,31 06. Pantai Baru 176,18 10,34 10,34 07. Rote Timur 110,84 10,09 10,08 08. Landu Leko 194,06 3,79 3,79 09. Rote Barat 116,28 6,19 6,19 10. Ndao Nuse 14,19 2,57 2,57 Total 1 280,10 100,00 100,00 Sumber : *) Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Rote Ndao **) Proyeksi Penduduk 2014-2015 19

Luas Kabupaten Rote Ndao yang tercatat 1.280,10 km 2 (Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Rote Ndao) dengan jumlah penduduk pada tahun 2015 sebanyak 147.778 jiwa. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kepadatan penduduk Kabupaten Rote Ndao tahun 2015 adalah 115 jiwa per km 2. Tabel 1.2.2 Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Rote Ndao Menurut Kecamatan Tahun 2014-2015 Luas Kepadatan Penduduk **) Kecamatan Wilayah (km 2 ) *) 2014 2015 (1) (2) (3) (4) 01. Rote Barat Daya 114,57 204 212 02. Rote Barat Laut 172,40 155 162 03. Lobalain 145,70 202 210 04. Rote Tengah 162,50 59 61 05. Rote Selatan 73,38 84 87 06. Pantai Baru 176,18 83 87 07.Rote Timur 110,84 129 134 08.Landu Leko 194,06 28 29 09.Rote Barat 116,28 76 79 10. Ndao Nuse 14,19 258 268 Total 1 280,10 111 115 Sumber : *) Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Rote Ndao **) Proyeksi Penduduk 2014-2015 20

Luas wilayah Kabupaten Rote Ndao terbagi dalam sepuluh kecamatan, Kecamatan yang terluas adalah Kecamatan Landu Leko sebesar 194,06 km 2 dan yang paling kecil adalah Kecamatan Ndao Nuse sebesar 14,19 km 2. Kepadatan penduduk paling besar terdapat di Kecamatan Ndao Nuse yaitu sebesar 268 jiwa per km 2 dan yang paling kecil adalah di Kecamatan Landu Leko yaitu sebesar 29 jiwa per km 2. 1.3. Komposisi Umur dan Jenis Kelamin Gambar 1.3 Piramida Penduduk Kabupaten Rote Ndao Menurut Kelompok Umur Tahun 2015 Sumber : Proyeksi Penduduk 2015 Komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin merupakan salah satu informasi penting karena kejadian-kejadian demografis serta karakteristik yang berbeda 21

menurut kelompok umur dan jenis kelamin baik untuk kelahiran, kematian maupun perpindahan penduduk. Komposisi penduduk diperlukan dalam suatu negara karena dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan ataupun penentuan kebijakan dalam pelaksanaan pembangunan. Gambaran mengenai komposisi penduduk perlu dikaji atau dipelajari karena berbagai alasan, antara lain, karena setiap penduduk pasti memiliki usia dan jenis kelamin yang berbeda sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda pula. Komposisi penduduk di Kabupaten Rote Ndao tahun 2015 tertinggi pada kelompok umur 0-4 tahun yaitu sebesar 20.013 jiwa. Apabila dilihat menurut jenis kelamin, penduduk laki-laki paling banyak pada kelompok umur 0-4 tahun yaitu sebesar 10.061 jiwa dan penduduk perempuan paling banyak juga pada kelompok umur 0-4 tahun yaitu sebesar 9.952 jiwa. Dari bentuk piramida penduduk seperti dalam gambar 1 di atas termasuk dalam piramida penduduk muda. Hal ini ditandai dengan jumlah kelahiran yang masih tinggi di Kabupaten Rote Ndao. Piramida penduduk muda menunjukkan angka ketergantungan yang tinggi. Penduduk usia produktif banyak menanggung beban usia muda dan tua. Suatu daerah yang memiliki piramida penduduk muda, diperlukan motivasi kerja yang tinggi bagi penduduk usia produktif agar dapat menghidupi penduduk usia nonproduktif (usia muda dan tua). 22

Rasio ketergantungan (Dependency Ratio) menggambarkan beban tanggungan ekonomi penduduk usia produktif (15-64 tahun) terhadap kelompok usia muda (0-14 tahun) dan usia tua (65 tahun ke atas). Rasio ketergantungan terbagi menjadi dua jenis yaitu angka beban tanggungan hidup penduduk muda (youth dependency ratio/ydr) untuk kelompok umur (0-14 tahun) dan angka beban tanggungan hidup penduduk lanjut usia (old dependency ratio/odr) untuk kelompok umur (65 tahun ke atas). Tabel 1.3. Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio) Kabupaten Rote Ndao Tahun 2014-2015 Tahun Dependency Ratio YDR ODR DR (1) (2) (3) (4) 2014 58,69 10,14 68,83 2015 58,69 10,15 68,84 Sumber : Diolah dari Proyeksi Penduduk, BPS Rasio ketergantungan di Kabupaten Rote Ndao tahun 2015 sebesar 68,84 persen yang berarti 100 orang penduduk usia produktif di Kabupaten Rote Ndao menanggung beban hidup 68 sampai 69 orang penduduk usia nonproduktif (usia 0-14 tahun dan usia 64 tahun ke atas). Angka Beban Tanggungan Hidup pada tahun 2015 ini cenderung tidak mengalami perubahan yang signifikan bila dibanding tahun 2014. 23

1.4. Keluarga Berencana Keluarga Berencana (KB) merupakan suatu program pemerintah yang dirancang untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah penduduk. Program keluarga berencana oleh pemerintah adalah agar keluarga sebagai unit terkecil kehidupan bangsa diharapkan menerima Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) yang berorientasi pada pertumbuhan yang seimbang. Tabel 1.4.1 Persentase Wanita Umur 10 Tahun Keatas yang Pernah Kawin Menurut Umur Perkawinan Pertama Umur Perkawinan Pertama Persentase (%) (1) (2) 16 3,89 17-18 12,90 19-20 18,32 21+ 64,89 Jumlah 100,00 Sumber : Diolah dari Survei Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2015 Masalah keluarga berencana tidak terlepas dari masalah wanita kawin. Pada tabel 1.4.1 menggambarkan persentase wanita umur sepuluh tahun ke atas yang melakukan perkawinan pertama, pada usia produktif terdapat sebanyak 64,89 persen diantaranya melakukan perkawinan pertama pada umur 21 24

tahun ke atas dan sebanyak 18,32 persen pada umur 19-20 tahun. Sementara masih ada wanita pada kelompok umur 16 yang melakukan perkawinan pertama sebesar 3,89 persen dan pada umur 17-18 tahun sebesar 12,90 persen. Hal ini perlu mendapat perhatian untuk mengurangi angka kematian ibu dan anak di Kabupaten Rote Ndao. Persentase wanita berumur 15-49 tahun yang berstatus kawin dan sedang menggunakan alat KB sebesar 42,69 persen dan yang tidak menggunakan alat KB sebesar 17,69 persen. Alasan wanita umur 15-49 tahun yang berstatus kawin dan tidak ber-kb di Kabupaten Rote Ndao lebih banyak merupakan alasan fertilitas seperti mandul, menopause, puasa kumpul, tradisi, atau ingin punya anak. Tabel 1.4.2 Persentase Wanita Umur 15-49 Tahun yang Berstatus Kawin Menurut Penggunaan cara/alat KB Memakai KB Persentase (1) (2) Sedang menggunakan 42,69 Tidak Menggunakan 17,69 Tidak Pernah Menggunakan 39,62 Sumber : Diolah dari Survei Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2015 25

Tabel 1.4.3 Persentase Wanita Umur 15-49 Tahun yang Berstatus Kawin Dan Tidak Ber-KB Menurut Alasannya Alasan Tidak Ber-KB Persentase (1) (2) Alasan Fertilitas 16,67 Tidak Setuju KB 5,23 Tidak Tahu Alat/Cara KB 0,00 Takut Efek Samping Alat/Cara KB 25,63 Tidak Tahu 2,96 Lainnya 49,50 Jumlah 100,00 Sumber : Diolah dari Survei Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2015 Wanita berstatus kawin yang tidak menggunakan KB didasari oleh alasan fertilitas sebesar 16,67 persen. Berdasarkan data Susenas 2015, sebanyak 25,63 persen wanita yang tidak menggunakan KB dengan alasan takut efek samping alat/cara KB dan alasan lainnya sebanyak 49,50 persen. Dengan adanya hal ini maka diperlukan sosialisasi cara penggunaan KB kepada wanita yang berumur 15-49 tahun untuk menekan angka kelahiran yang tinggi di Kabupaten Rote Ndao. Alat/cara KB yang paling banyak digunakan oleh penduduk wanita umur 15-49 tahun yang berstatus kawin adalah susuk KB sebesar 44,87 persen dan tidak ada yang 26

menggunakan alat/cara KB MOP/vasektomi, AKDR/IUD/spiral, kondom/karet KB, intravag/tissue, dan kondom wanita. Susuk KB adalah enam batang logam kecil yang dimasukkan ke bawah kulit lengan atas untuk mencegah terjadinya kehamilan. Orang dikatakan menggunakan susuk KB apabila susuk KB terakhir dipasang ditubuhnya kurang dari lima tahun sebelum pencacahan. Susuk KB di Kabupaten Rote Ndao biasanya dilakukan di beberapa puskesmas atau pustu oleh petugas kesehatan yang terlatih. Tabel 1.4.4 Persentase Wanita Umur 15-49 Tahun yang Berstatus Kawin Menurut Alat/Cara KB yang Dipakai Jenis KB Persentase (1) (2) MOW/tubektomi 4,63 MOP/vasektomi 0,00 AKDR/IUD/spiral 0,00 Suntikan KB 43,50 Susuk KB/norplan/implanon/alwalit 44,87 Pil KB 3,98 Kondom/karet KB 0,00 Intervag/tissue 0,00 Kondom wanita 0,00 Cara tradisional 3,01 Total 100,00 Sumber : Diolah dari Survei Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2015 27

Tabel 1.4.5 Rata-rata Anak Lahir Hidup dan Rata-rata Anak Masih Hidup dari Wanita Pernah Kawin Berumur 15-49 Tahun di Kabupaten Rote Ndao Tahun 2015 Kategori Jumlah (1) (2) ALH 2,93 AMH 2,63 Sumber : Diolah dari Survei Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2015 Dengan melihat tabel 1.4.5 tampak bahwa rata-rata anak yang pernah dilahirkan hidup dan rata-rata anak yang masih hidup oleh seorang wanita berusia 15-49 tahun ke atas yang pernah kawin pada tahun 2015 antara 2 sampai dengan 3 orang. Hal ini menunjukan bahwa tingkat kelahiran total (TFR) di Kabupaten Rote Ndao masih cukup tinggi. 28

BAB II PENDIDIKAN Kualitas sumber daya manusia (SDM) yang baik merupakan syarat mutlak bagi keberhasilan pembangunan yang dilakukan dalam suatu wilayah. Apalagi kita akan memasuki era globalisasi, yang ditandai dengan persaingan yang makin kompetitif di pasar kerja, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Kondisi SDM yang berkualitas rendah tentu akan merugikan pembangunan yang dijalankan oleh suatu wilayah. Pada akhirnya, berdampak pada masyarakatnya sendiri dengan tidak tercapainya tujuan pembangunan, yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan pendidikan tidak terlepas dari kehidupan penduduk sebagai target. Informasi jumlah penduduk, khususnya penduduk usia sekolah di masa kini dan masa depan penting diketahui agar dapat dipersiapkan berbagai fasilitas pendidikan, yaitu sarana dan prasarana pendidikan, tenaga pengajar, dan lainnya lagi yang dibutuhkan di suatu wilayah. Walaupun tidak semua penduduk usia sekolah bersekolah. Dimana sebagian dari mereka tidak pernah bersekolah atau tidak bersekolah lagi karena tidak dapat melanjutkan sekolah ke jenjang berikutnya atau putus sekolah. Jumlah penduduk usia sekolah yang masih bersekolah dapat diketahui dengan menghitung Angka Partisipasi Sekolah (APS). 31

Dalam bab ini akan dibahas secara singkat profil pendidikan di Kabupaten Rote Ndao pada tahun 2015. 2.1 Angka Melek Huruf dan Buta Huruf Kemampuan membaca dan menulis merupakan keterampilan minimum yang dibutuhkan oleh seseorang untuk dapat menuju hidup sejahtera dan mempunyai andil besar terhadap kemajuan sosial-ekonomi suatu bangsa atau suatu wilayah. Oleh karena itu melalui program pembanguan di bidang pendidikan, pemerintah terus berusaha untuk meningkatkan tingkat kemampuan penduduknya dalam hal baca tulis. Kemampuan baca tulis tercermin dari indikator angka melek huruf, yaitu persentase penduduk berusia 10 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya Idealnya angka ini harus mencapai 100 persen yang artinya semua penduduk harus dapat membaca dan menulis baik huruf latin maupun huruf lainnya. Hasil Susenas menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun angka melek huruf Kabupaten Rote Ndao mengalami peningkatan. Pada tahun 2015 angka melek huruf Kabupaten Rote Ndao sebesar 91,76 persen. Hal ini menunjukkan bahwa 91,76 persen penduduk Kabupaten Rote Ndao yang berumur 10 tahun ke atas dapat membaca dan menulis huruf latin atau 32

huruf lainnya. Angka melek huruf ini mengalami peningkatan sebesar 0,32 persen dari tahun sebelumnya. Gambar 2. Angka Melek Huruf dan Buta Huruf Kabupaten Rote Ndao Tahun 2014 2015 Sumber : Diolah dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2014-2015 Angka buta huruf merupakan selisih dari angka melek huruf dengan total penduduk 10 tahun ke atas. Angka buta huruf penduduk Kabupaten Rote Ndao turun dari 8,56 persen pada tahun 2014 menjadi 8,24 persen pada 2015. Pergeseran angka buta huruf ini dari tahun ke tahun cukup menggembirakan karena relative menurun dan menunjukkan 33

bahwa program pembangunan di Kabupaten Rote Ndao dalam bidang pendidikan dirasa cukup berhasil. 2.2. Angka Partisipasi Murni (APM) Angka Partisipasi Murni (APM) menggambarkan kesesuaian antara usia dan jenjang pendidikan yang sedang diduduki di suatu wilayah. APM Sekolah Dasar (SD) adalah persentase Murid SD usia 7-12 tahun di bagi dengan penduduk usia 7-12 tahun pada wilayah tersebut, begitupun kelompok umur 13-15 untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan kelompok umur 16-18 untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Seyogyanya semua penduduk usia sekolah bersekolah dan berada pada jenjang pendidikan sesuai dengan kelompok umur di atas maka, APM mencapai titik tertinggi yaitu 100 persen. Gambaran APM Kabupaten Rote Ndao dapat dilihat pada tabel 2.2 di bawah ini. APM usia penduduk 7-12 tahun usia sekolah pada jenjang pendidikan SD adalah 97,70%. Nilai APM tersebut dapat diartikan hampir semua penduduk bersekolah dan tepat waktu sesuai dengan usia sekolah pada jenjang pendidikannya. Nilai APM SLTP yaitu penduduk usia 13-15 tahun secara total mencapai 65,97%. Nilai APM SLTA yaitu penduduk usia 16-18 tahun secara total mencapai 61,23%. Nilai APM perguruan tinggi yaitu penduduk usia 19-24 tahun secara total 7,48%. Nilai APM perguruan tinggi tahun 2015 mengalami 34

penurunan yang signifikan sebesar 11,06 persen dibandingkan dengan tahun 2014. Tabel 2.2 Persentase Angka Partisipasi Murni (APM) Di Kabupaten Rote Ndao Tahun 2015 Jenjang Pendidikan Angka Partisipasi Murni (APM) Laki-laki Perempuan Jumlah (1) (2) (3) (4) SD 97,89 97,48 97,70 SLTP 60,82 72,96 65,94 SLTA 67,43 54,68 61,23 PT 9,63 5,40 7,48 Sumber : Diolah dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2015 2.2.1. Rata-rata Lama Sekolah & Ijasah Tertinggi yang Dimiliki Rata-rata lama sekolah yang merupakan salah satu variabel dalam IPM (Indeks Pembangunan Manusia) menunjukkan rata-rata lamanya penduduk 15 tahun ke atas bersekolah. Rata-rata lama sekolah Kabupaten Rote Ndao dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan. Tahun 2015 rata-rata lama sekolah Kabupaten Rote Ndao 6,68 tahun, meningkat jika dibandingkan dengan dua tahun lalu yang hanya sebesar 6,46 tahun. 35

Ijasah merupakan bukti otentik bagi seseorang yang menerangkan bahwa orang tersebut telah menyelesaikan pendidikan yang dijalaninya. Dengan data ijasah tertinggi yang dimiliki dapat dilihat tingkat kualitas sumber daya manusia yang terdapat di suatu wilayah. Penduduk 15 tahun ke atas Kabupaten Rote Ndao tahun 2015 yang tidak mempunyai ijasah sebesar 31,86 atau hampir dari sepertiga penduduk Kabupaten Rote Ndao tidak lulus SD atau tidak sekolah sama sekali. Penduduk 15 tahun ke atas Kabupaten Rote Ndao tahun 2015 yang memiliki ijasah SMU atau sederajat sebagai ijasah tertinggi yang dimiliki yaitu sebesar 14,80 persen. Sedangkan penduduk yang memiliki ijasah diploma I/II jumlahnya paling rendah yaitu sebesar 0,28 persen. 36

Tabel 2.3 Persentase Penduduk 15 Tahun Keatas Menurut Jenis Kelamin dan Ijasah Tertinggi yang Dimiliki Tahun 2015 Ijasah Tertinggi Laki- Laki Jenis Kelamin Perempuan Laki-Laki + Perempuan % % % (1) (2) (3) (4) Tidak Punya 32,72 30,93 31,86 SD/MI/sederajat 28,77 34,09 31,33 SLTP/MTs/sederajat/kejuruan 14,56 14,39 14,48 SMU/MA/sederajat 15,97 13,54 14,80 SM kejuruan 2,31 0,95 1,66 Diploma I/II 0,14 0,43 0,28 Diploma III/Sarmud 1,06 1,37 1,21 Diploma IV/S1, S2, S3 4,46 4,30 4,39 Jumlah 100,00 100,00 100,00 Sumber : Diolah dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2015 2.4. Jumlah Sekolah, Murid dan Guru Data tentang jumlah sarana dan prasarana pendidikan sangat diperlukan untuk mengetahui gambaran umum tentang sarana dan prasarana pendidikan di masyarakat. Namun dari data ini tidak dapat diketahui bagaimana kualitas dari sarana maupun prasarana pendidikan yang ada sebab hanya memuat kuantitas dari sarana maupun prasarana pendidikan. 37

Tabel 2.4.1. Banyaknya Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri/Swasta Menurut Kecamatan, 2015 Kecamatan SD SMP SMA SMK (1) (2) (3) (4) (5) 01. Rote Barat Daya 20 4 1 1 02. Rote Barat Laut 28 7 2 1 03. Lobalain 26 9 2 1 04. Rote Tengah 13 3 1-05. Rote Selatan 7 2 1-06. Pantai Baru 17 6 1 1 07. Rote Timur 14 4 1-08. Landu Leko 7 1 - - 09. Rote Barat 9 3 1 1 10. Ndao Nuse 4 1 - - Jumlah 145 40 10 5 Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Rote Ndao Di Kabupaten Rote Ndao sampai dengan tahun 2015 terdapat 145 buah bangunan SD negeri/swasta, 40 bangunan SMP negeri/swasta, 10 bangunan SMA negeri/swasta, dan 5 bangunan SMK negeri/swasta. Pada tabel 2.4.1 sampai dengan tabel 2.4.6 dapat dilihat secara jelas jumlah dan penyebaran sekolah-sekolah di Kabupaten Rote Ndao. 38

Tabel 2.4.2 Banyaknya Guru Sekolah Dasar, Sekolah Menegah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri/Swasta Menurut Kecamatan, 2015 Kecamatan SD SMP SMA SMK (1) (2) (3) (4) 01. Rote Barat Daya 144 54 26 4 02. Rote Barat Laut 167 72 34 18 03. Lobalain 150 96 54 65 04. Rote Tengah 66 33 16-05. Rote Selatan 51 25 18-06. Pantai Baru 114 58 20 20 07. Rote Timur 93 50 22-08. Landu Leko 45 12 - - 09. Rote Barat 38 25 19 21 10. Ndao Nuse 30 10 - - Jumlah 898 435 209 128 Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Rote Ndao Tenaga Pengajar PNS atau guru yang bertugas di Kabupaten Rote Ndao pada tahun 2015 tercatat sebanyak 898 orang guru SD, 435 orang guru SMP, 209 orang guru SMA, dan 128 orang guru SMK. Pada tabel 2.4.2 dapat dilihat dengan lebih jelas jumlah tenaga guru di Kabupaten Rote Ndao menurut kecamatan. 39

Tabel 2.4.3 Banyaknya Murid Sekolah Dasar Negeri/Swasta Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2015 Kecamatan Banyaknya Murid Laki-Laki Perempuan Jumlah (1) (2) (3) (4) 01. Rote Barat Daya 1 996 1 874 3 870 02. Rote Barat Laut 2 321 2 108 4 429 03. Lobalain 2 252 2 011 4 263 04. Rote Tengah 659 629 1 288 05. Rote Selatan 501 413 914 06. Pantai Baru 1 239 1 117 2 356 07. Rote Timur 1 058 998 2 056 08. Landu Leko 440 395 835 09. Rote Barat 711 661 1 372 10. Ndao Nuse 235 229 464 Jumlah 11 412 10 435 21 847 Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Rote Ndao Jumlah murid di Kabupaten Rote Ndao pada tahun 2015 tercatat sebanyak 21.847 orang siswa SD negeri/swasta, 8.100 orang siswa SMP negeri/swasta, 4.299 orang siswa SMA negeri/swasta, dan 622 orang siswa SMK negeri/swasta. Informasi lengkapnya seperti terlihat pada tabel 2.4.3 sampai tabel 2.4.5. 40

Tabel 2.4.4 Banyaknya Murid SMP Negeri/Swasta Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2015 Banyaknya Murid Kecamatan Jumlah Laki-Laki Perempuan (1) (2) (3) (4) 01. Rote Barat Daya 629 684 1 313 02. Rote Barat Laut 734 808 1 542 03. Lobalain 911 856 1 767 04. Rote Tengah 192 219 411 05. Rote Selatan 278 273 551 06. Pantai Baru 417 432 849 07. Rote Timur 406 428 834 08. Landu Leko 73 68 141 09. Rote Barat 241 285 526 10. Ndao Nuse 81 85 166 Jumlah 3 962 4 138 8 100 Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Rote Ndao 41

Tabel 2.4.5 Banyaknya Murid SMA Negeri/Swasta Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2015 Kecamatan Banyaknya Murid Laki-Laki Perempuan Jumlah (1) (2) (3) (4) 01. Rote Barat Daya 295 336 631 02. Rote Barat Laut 294 389 683 03. Lobalain 565 693 1 258 04. Rote Tengah 83 99 182 05. Rote Selatan 202 179 381 06. Pantai Baru 164 196 360 07. Rote Timur 245 212 457 08. Landu Leko - - - 09. Rote Barat 177 170 347 10. Ndao Nuse - - - Jumlah 2 025 2 274 4 299 Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Rote Ndao 42

Tabel 2.4.6 Banyaknya Murid SMK Negeri/Swasta Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2015 Kecamatan Banyaknya Murid Laki-Laki Perempuan Jumlah (1) (2) (3) (4) 01. Rote Barat Daya 26 47 73 02. Rote Barat Laut 21 34 55 03. Lobalain 207 107 314 04. Rote Tengah - - - 05. Rote Selatan - - - 06. Pantai Baru 37 19 56 07. Rote Timur - - - 08. Landu Leko - - - 09. Rote Barat 74 50 124 10. Ndao Nuse - - - Jumlah 365 257 622 Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Rote Ndao 2.5. Rasio Murid-Guru Rasio antara murid dan guru diperoleh dengan menghitung perbandingan antara jumlah murid pada suatu jenjang pendidikan dengan jumlah guru yang bersangkutan. Indikator ini untuk memperoleh beban kerja guru dalam mengajar. Indikator ini juga dapat digunakan untuk melihat mutu pengajaran di kelas karena semakin tinggi nilai rasio ini berarti semakin berkurang tingkat pengawasan atau perhatian 43

guru terhadap murid sehingga mutu pengajaran cenderung akan semakin rendah. Tabel 2.5.1 Rasio Murid-Guru SD Negeri/Swasta Menurut Kecamatan Tahun 2015 Kecamatan Jumlah Murid Jumlah Guru Rasio Murid-Guru (1) (2) (3) (4) 01. Rote Barat Daya 3 870 144 27 02. Rote Barat Laut 4 429 186 24 03. Lobalain 4 263 183 23 04. Rote Tengah 1 288 83 16 05. Rote Selatan 914 51 18 06. Pantai Baru 2 356 123 19 07. Rote Timur 2 056 96 21 08. Landu Leko 835 49 17 09. Rote Barat 1 372 45 30 10. Ndao Nuse 464 30 15 Kabupaten Rote Ndao 21 847 990 22 Sumber : Diolah dari data Dinas Pendidikan Kabupaten Rote Ndao Di Kabupaten Rote Ndao pada tahun 2015 rasio antara murid dan guru untuk jenjang pendidikan SD negeri/swasta sebesar 22 yang berarti satu orang guru mengajar kurang lebih 22 orang siswa. Untuk jenjang pendidikan SMP negeri/swasta rasio murid dan guru sebesar 17 murid per guru dan SMU 44

sebesar 21 murid per guru. Pada tabel 2.5.1 sampai dengan tabel 2.5.3 dapat dilihat lebih rinci nilai rasio antara murid dan guru menurut jenjang pendidikan dan kecamatan di Kabupaten Rote Ndao tahun 2015. Tabel 2.5.2 Rasio Murid-Guru SMP Negeri/Swasta Menurut Kecamatan Tahun 2015 Kecamatan Jumlah Murid Jumlah Guru Rasio Murid-Guru (1) (2) (3) (4) 01. Rote Barat Daya 1 313 54 24 02. Rote Barat Laut 1 542 81 19 03. Lobalain 1 767 106 17 04. Rote Tengah 411 33 12 05. Rote Selatan 551 25 22 06. Pantai Baru 849 58 15 07. Rote Timur 834 70 12 08. Landu Leko 141 12 12 09. Rote Barat 526 25 21 10. Ndao Nuse 166 10 17 Kabupaten Rote Ndao 8 100 474 17 Sumber : Diolah dari data Dinas Pendidikan Kabupaten Rote Ndao 45

Tabel 2.5.3 Rasio Murid-Guru SMA Negeri/Swasta Menurut Kecamatan Tahun 2015 Kecamatan Jumlah Murid Jumlah Guru Rasio Murid-Guru (1) (2) (3) (4) 01. Rote Barat Daya 631 26 24 02. Rote Barat Laut 683 34 20 03. Lobalain 1 258 54 23 04. Rote Tengah 182 16 11 05. Rote Selatan 381 18 21 06. Pantai Baru 360 20 18 07. Rote Timur 457 22 21 08. Landu Leko - - - 09. Rote Barat 347 19 18 10. Ndao Nuse - - - Kabupaten Rote Ndao 4 299 209 21 Sumber : Diolah dari data Dinas Pendidikan Kabupaten Rote Ndao 2.6. Rasio Murid-Sekolah Seperti halnya rasio antara murid dan guru, rasio muridsekolah diperoleh dari perhitungan perbandingan jumlah murid pada suatu jenjang pendidikan dengan jumlah sekolah pada jenjang pendidikan tersebut. Angka yang diperoleh merupakan gambaran rata-rata daya tampung per sekolah. 46

Di Kabupaten Rote Ndao tahun 2015 rasio murid dan sekolah untuk sekolah dasar sebesar 151 artinya satu buah Sekolah Dasar menampung murid sebanyak 151 orang siswa. Untuk tingkat SMP rasio murid-sekolah sebesar 203 murid per sekolah dan untuk tingkat SMU rasio murid-sekolah sebesar 430 murid per sekolah. Tabel 2.6.1 Rasio Murid-Sekolah SD Negeri/Swasta Menurut Kecamatan Tahun 2015 Kecamatan Jumlah Murid Jumlah Sekolah Rasio Murid-Sekolah (1) (2) (3) (4) 01. Rote Barat Daya 3 870 20 194 02. Rote Barat Laut 4 429 28 158 03. Lobalain 4 263 26 164 04. Rote Tengah 1 288 13 99 05. Rote Selatan 914 7 131 06. Pantai Baru 2 356 17 139 07. Rote Timur 2 056 14 147 08. Landu Leko 835 7 119 09. Rote Barat 1 372 9 152 10. Ndao Nuse 464 4 116 Kabupaten Rote Ndao 21 847 145 151 Sumber : Diolah dari data Dinas Pendidikan Kabupaten Rote Ndao 47

Pada tabel 2.6.1 sampai dengan 2.6.3 dirinci lebih jelas rasio murid-sekolah menurut jenjang pendidikan dan kecamatan di Kabupaten Rote Ndao tahun 2015. Tabel 2.6.2 Rasio Murid-Sekolah SMP Negeri/Swasta Menurut Kecamatan Tahun 2015 Kecamatan Jumlah Murid Jumlah Sekolah Rasio Murid-Sekolah (1) (2) (3) (4) 01. Rote Barat Daya 1 313 4 328 02. Rote Barat Laut 1 542 7 220 03. Lobalain 1 767 9 196 04. Rote Tengah 411 3 137 05. Rote Selatan 551 2 276 06. Pantai Baru 849 6 142 07. Rote Timur 834 4 209 08. Landu Leko 141 1 141 09. Rote Barat 526 3 175 10. Ndao Nuse 166 1 166 Kabupaten Rote Ndao 8 100 40 203 Sumber : Diolah dari data Dinas Pendidikan Kabupaten Rote Ndao 48

Tabel 2.6.3 Rasio Murid-Sekolah SMA Negeri/Swasta Menurut Kecamatan Tahun 2015 Kecamatan Jumlah Murid Jumlah Sekolah Rasio Murid-Sekolah (1) (2) (3) (4) 01. Rote Barat Daya 631 1 631 02. Rote Barat Laut 683 2 342 03. Lobalain 1 258 2 629 04. Rote Tengah 182 1 182 05. Rote Selatan 381 1 381 06. Pantai Baru 360 1 360 07. Rote Timur 457 1 457 08. Landu Leko - - - 09. Rote Barat 347 1 347 10. Ndao Nuse - - - Kabupaten Rote Ndao 4 299 10 430 Sumber : Diolah dari data Dinas Pendidikan Kabupaten Rote Ndao 49

BAB III KESEHATAN Menurut Undang-Undang Kesehatan tahun 1992, kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Derajat atau kualitas kesehatan yang tinggi merupakan salah satu hak dasar (fundamental right) dari setiap manusia tanpa harus membedakan suku, bangsa, agama, aliran politik, keadaan ekonomi dan sosialnya (Konstitusi WHO, 1948). Menurut Broto (2003), kualitas kesehatan penduduk dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling berkait, saling berpengaruh dan saling berinteraksi, seperti kondisi lingkungan, gaya hidup (life style), demografi, pendidikan, ekonomi dan sosial budaya. Kesehatan yang baik akan berperan penting dalam memperbaiki tingkat pertumbuhan ekonomi melalui empat cara, yaitu pertama, berkurangnya kerugian produksi akibat absensi tenaga kerja yang sakit. Kedua, penduduk lebih mampu memanfaatkan sumber-sumber alam (natural resources) secara optimal. Ketiga, anak-anak dapat masuk sekolah secara teratur dan mempunyai kemampuan belajar yang lebih baik. Keempat, pendapatan dan tabungan tidak terkuras untuk mengobati penyakit yang mungkin sangat mahal ongkosnya (World Bank, 1993 dalam Broto, 2003). Pada bab ini akan diulas beberapa indikator kesehatan. Indikator utama yang biasa digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan masyarakat adalah indikator untuk melihat aspek 50

derajat kesehatan. Untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat, selain derajat kesehatan, aspek penting lainnya adalah status kesehatan. 3.1 Keluhan Kesehatan Masyarakat Penduduk Kabupaten Rote Ndao selama tahun 2013 sampai tahun 2015 terus mengalami kenaikan. Pada tahun 2015, penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan sebanyak 34,14 persen sedangkan pada tahun 2013 hanya sebesar 23,23 persen. Gambaran lengkap mengenai penduduk Kabupaten Rote Ndao yang mengalami keluhan terhadap kesehatan selama tahun 2013 sampai 2015 seperti pada gambar 3.1.1 di bawah ini. Gambar 3.1.1 Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan Tahun 2013-2015 Sumber: Diolah dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2015 51

Dari 34,14 persen penduduk Kabupaten Rote Ndao yang mengalami keluhan kesehatan selama tahun 2015, sebanyak 44,99 persen penduduk menderita sakit selama tiga hari atau lebih. Sedangkan 4,69 persen penduduk mengaku menderita sakit selama 22-33 hari. Gambar 3.1.2 Persentase Penduduk yang Menderita Sakit Menurut Jumlah Hari Sakit di Kabupaten Rote Ndao Tahun 2015 Sumber:Diolah dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2015 3.2 Pengobatan Untuk segera sembuh dari penyakit yang sedang diderita, biasanya seseorang melakukan pengobatan terhadap penyakitnya. Hal ini dilakukan agar keluhan kesehatan yang sedang dialami tidak menganggu kegiatan sehari-hari, sehingga penduduk Kabupaten Rote Ndao menjadi lebih produktif. 52

Persentase penduduk Kabupaten Rote Ndao yang mengalami keluhan kesehatan dan pernah berobat jalan sebesar 48,81 persen. Dari penduduk yang pernah berobat jalan, paling banyak berobat jalan di Puskesmas/Pustu yaitu sebesar 72,81 persen. Gambar 3.2.1 Persentase Penduduk yang Berobat Jalan Menurut Tempat/Cara Berobat Sumber:Diolah dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2015 Sementara penduduk Kabupaten Rote Ndao yang mengalami keluhan kesehatan dan berobat sendiri terdapat sebesar 56,93 persen. 53

Tabel 3.2.2 Persentase Penduduk yang Berobat Jalan selama Sebulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, dan Daerah Tempat Tinggal Jenis kelamin Tempat Tinggal Perdesaan Perkotaan Perkotaan+ Perdesaan (1) (2) (3) (4) Laki-Laki 100 Perempuan 100 Laki- Laki+Perempuan 100 Sumber:Diolah dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2015 Persentase penduduk laki-laki yang mengalami keluhan kesehatan dan berobat sendiri sebanyak 57,75 persen dan untuk penduduk perempuan sebesar 56,14 persen. Dari jumlah penduduk yang berobat sendiri tersebut, sebagian besar dari mereka melakukan pengobatan sendiri dengan menggunakan obat modern yaitu sebesar 91,94 persen. 54

Tabel 3.2.3 Persentase Penduduk yang Sakit Tapi Tidak Berobat Jalan selama Sebulan Terakhir dan Alasan Utama Tidak Berobat Jalan Tahun 2015 Jenis Kelamin Jenis Obat Laki-Laki Perempuan Laki-laki + Perempuan % % % (1) (2) (3) (4) Obat Tradisional Obat Modern Lainnya Sumber:Diolah dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2015 3.3 Balita Perhatian yang lebih memang seharusnya kita curahkan kepada balita sebab balita merupakan penerus yang akan melanjutkan pembangunan di negeri ini. Kualitas balita yang baik akan sangat membantu di kemudian hari dalam proses pembangunan. Di Kabupaten Rote Ndao pada tahun 2015, proses kelahiran balita lebih banyak ditolong oleh bidan. Tercatat sebesar 48,53 persen kelahiran terakhir ditolong oleh dukun. Faktor tingkat pendidikan mempengaruhi ibu dalam mengambil keputusan siapa yang akan menolong kelahirannya. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Agustinus Sugiarto menyimpulkan bahwa tingkat pendidikan ibu hamil 55

berpengaruh terhadap pemilihan penolong persalinan. Dalam kasus ini menyarankan agar pemerintah Kabupaten Rote Ndao, masyarakat dan keluarga dapat membantu meningkatkan pendidikan ibu hamil untuk meningkatkan cakupan persalinan oleh NAKES sebagai upaya membantu program-program dalam mengendalikan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi. Gambar 3.3.1 Persentase Balita Menurut Jenis Kelamin dan Penolong Kelahiran Terakhir Sumber : Diolah dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2015 Para orang tua di Kabupaten Rote Ndao sangat menyadari arti pentingnya pemberian air susu ibu (ASI) pada balitanya. Hal ini dapat dilihat dari persentase balita kurang 56

dari 2 tahun yang tidak pernah diberi air susu ibu yaitu hanya sebesar 0,75 persen. Studi menunjukkan bahwa memberikan ASI selama dua tahun adalah sangat penting dalam kehidupan setiap anak. Hal itu untuk meningkatkan efektivitas sistem kekebalan tubuh dan memiliki ketahanan terhadap berbagai penyakit, serta memberikan kemampuan lebih besar untuk berinovasi dan meningkatkan kecerdasan. Persentase anak usia kurang dari 2 tahun yang pernah diberi ASI di Rote Ndao adalah sebesar 99,25 persen. Persentase di perkotaan lebih besar bila dibandingkan dengan di perdesaan. Persentase terbanyak anak usia kurang dari 2 tahun yang pernah disusui laki-laki maupun perempuan di Rote Ndao adalah di bawah 12 bulan. Tabel 3.3.1 Persentase Anak Usia Kurang dari 2 Tahun Menurut Tempat Tinggal dan Pernah/Tidak Diberi Air Susu Ibu (ASI) Tempat Tinggal Persentase Pernah Diberi ASI Ya Tidak Jumlah (1) (2) (3) (4) Perkotaan 100,00 0,00 100,00 Perdesaan 99,24 0,76 100,00 Perkotaan+Perdesaan 99,25 0,75 100,00 Sumber : Diolah dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2015 Pada saat awal kelahiran, bayi memang akan mendapat kekebalan atau perlindungan alami dari ibunya. Kekebalan alami bayi ini di dapat saat dilakukan proses inisiasi dini. Namun, 57

kekebalan atau perlindungan alami ini hanya bersifat sementara dan hanya berlaku terhadap suatu jenis penyakit tertentu karena ibu bayi memiliki kekebalan terhadap penyakit tersebut. Antibodi ini tidak akan bertahan lama, maka bayi rentan terkena berbagai penyakit, oleh karena itu disinilah fungsi imunisasi untuk meneruskan kekebalan alami kepada bayi yang telah diberikan oleh ibunya. Gambar 3.3.3 Persentase Anak Usia Kurang dari 2 Tahun yang Pernah Disusui Menurut Lamanya Disusui Sumber : Diolah dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2015 Gambar 3.3.4 menunjukkan persentase balita yang pernah mendapat imunisasi. Sebanyak 74,83 persen sudah pernah dimunisasi BCG, 62,45 persen sudah pernah dimunisasi 58

DPT. Untuk lebih jelasnya mengenai persentase balita yang mendapat imunisasi dan frekuensinya dapat dilihat di tabel 3.3.3. Secara keseluruhan, persentase bayi yang mendapat imunisasi DPT, polio, hepatitis B secara lengkap di Kabupaten Rote Ndao adalah masing-masing sebesar 28,12 persen, 44,84 persen, dan 22,20 persen. Gambar 3.3.4 Persentase Balita yang Pernah Mendapat Imunisasi Menurut Jenis Imunisasi Sumber : Diolah dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2015 Tabel 3.3.2 Persentase Balita yang Pernah Mendapat Imunisasi DPT,Polio, dan Hepatitis B Menurut Frekuensi Imunisasi Yang Didapat 59

Jenis Imunisasi 1 2 3+ Tidak Tahu (1) (2) (3) (4) (5) DPT 49,48 15,60 28,12 6,80 POLIO 31,73 22,25 44,84 1,18 HEPATITIS B 59,43 6,45 22,20 11,93 Sumber:Diolah dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2015 60

BAB IV KETENAGAKERJAAN Dewasa ini data-data mengenai ketenagakerjaan semakin dibutuhkan. Terutama untuk evaluasi perencanaan pembangunan di bidang ketenagakerjaan seperti peningkatan keterampilan tenaga kerja, perluasan kesempatan kerja dan berusaha serta produktifitas tenaga kerja. Sehingga analisis mengenai kualitas sumber daya manusia (SDM) biasanya menempatkan faktor ketenagakerjaan sebagai salah satu dimensi yang vital. Pengertian tentang tenaga kerja adalah berbeda menurut kultur masing-masing negara maupun daerah. Oleh sebab itu badan kependudukan PBB telah mengeluarkan rekomendasi tentang konsep pengumpulan data ketenagakerjaan yang saat ini juga dianut oleh Indonesia. Secara umum penduduk usia 10 tahun ke atas dibagi menjadi 2 kelompok yaitu Angkatan Kerja (AK) dan Bukan Angkatan Kerja (BAK). KETENAGAKERJAAN 65

Angkatan Kerja merupakan penduduk usia 15 tahun ke atas yang terlibat dalam kegiatan ekonomi, yaitu penduduk yang bekerja dan penduduk yang mencari pekerjaan. Sedangkan bukan angkatan kerja adalah merupakan penduduk yang mengurus rumah tangga, sekolah dan lainnya. 4.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Masalah ketenagakerjaan dan kependudukan saling berhubungan antara satu dengan lainnya. Sebagai ilustrasi, jumlah penduduk usia kerja yang semakin meningkat akan membuat semakin banyak orang yang membutuhkan pekerjaan. Sehingga dibutuhkan tambahan lapangan pekerjaan untuk menampung tambahan tenaga kerja tersebut. Sebagian besar penduduk Kabupaten Rote Ndao usia 15 tahun ke atas pada tahun 2015 kegiatannya adalah bekerja. Persentase dari jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja adalah 69,13 persen. Sementara jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang sedang mencari pekerjaan atau sedang menganggur sebesar 1,68 persen. Pada tabel 4.1.1 diuraikan 66 KETENAGAKERJAAN

penduduk usia 15 tahun ke atas menurut jenis kegiatan selama seminggu yang lalu dan jenis kelamin. Tabel 4.1.1 Persentase Penduduk Umur 15 Tahun Keatas Menurut Jenis Kelamin dan Jenis Kegiatan Utama Selama Seminggu yang Lalu Jenis Kelamin Kegiatan Utama Laki- Laki-Laki + Perempuan Seminggu yang Lalu Laki Perempuan % % % (1) (2) (3) (4) Angkatan Kerja 80,99 60,10 70,81 - Bekerja 79,05 58,69 69,13 - Pengangguran 1,94 1,41 1,68 Bukan Angkatan Kerja 19,01 39,90 29,19 - Sekolah 13,05 10,20 11,66 - Mengurus RT 2,65 26,87 14,45 - Lainnya 3,31 2,83 3,08 Jumlah 100,00 100,00 100,00 Sumber : Survei Angkatan Kerja Nasional 2015 Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) merupakan ukuran yang diperoleh melalui perbandingan antara jumlah angkatan kerja terhadap jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas. KETENAGAKERJAAN 67

Persentase Angkatan Kerja Kabupaten Rote Ndao usia 15 tahun ke atas terhadap total penduduk usia kerja pada tahun 2015 adalah sebesar 70,81 persen. Sementara persentase Bukan Angkatan Kerja sebesar 29,19 persen. Bila dirinci menurut jenis kelamin, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan TPAK perempuan. TPAK laki-laki sebesar 80,99 persen dan TPAK perempuan sebesar 60,10 persen. Hal ini disebabkan karena umumnya laki-laki memiliki peran sebagai pencari nafkah untuk keluarga sedangkan perempuan lebih banyak berperan sebagai pengurus rumah tangga. TPAK Kabupaten Rote Ndao masih menunjukkan kecenderungan menurun dari tahun ke tahun. TPAK pada tahun 2015 sebesar 70,81 persen atau mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2014 sebesar 71,86 persen. Hal ini menunjukkan bahwa selama tahun 2015 pertumbuhan lapangan pekerjaan lebih cepat jika dibandingkan dengan pertumbuhan angkatan kerja. 68 KETENAGAKERJAAN

Menurut definisi, seseorang dikatakan bekerja apabila mereka melakukan pekerjaan dengan maksud untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan dan lamanya bekerja paling sedikit 1 jam secara terus menerus selama seminggu yang lalu. Penduduk yang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan disebut menganggur (unemployed). Jadi, pengangguran termasuk mereka yang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan, telah diterima bekerja tetapi belum bekerja dan yang di PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) tetapi masih berkeinginan untuk bekerja. Tingkat pengangguran terbuka (TPT) menggambarkan persentase penduduk yang mencari pekerjaan terhadap total angkatan kerja. TPT di Kabupaten Rote Ndao pada tahun 2015 cenderung lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya karena mengalami penurunan. Tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Rote Ndao turun dari 3,69 persen pada tahun 2014 menjadi 2,37 persen pada tahun 2015. Gambaran lengkap TPAK dan TPT tahun 2015 seperti terlihat pada tabel 4.1.2 di bawah ini. KETENAGAKERJAAN 69

Tabel 4.1.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Tahun 2012-2015 Tahun TPAK TPT L P L+P L P L+P (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 2012 84,04 50,61 67,74 5,53 1,56 4,09 2013 83,24 66,39 75,04 1,79 3,41 2,48 2014 81,22 62,02 71,86 3,54 3,85 3,69 2015 80,99 60,10 70,81 2,39 2,34 2,37 Sumber : Survei Angkatan Kerja Nasional 2015 4.2 Tingkat Pendidikan dan Lapangan Pekerjaan Tenaga Kerja merupakan salah satu faktor penggerak pembangunan yang penting. Program pembangunan di suatu daerah akan berhasil baik jika tersedia tenaga kerja ahli dan trampil. Tenaga kerja yang berkualitas pada umumnya berkorelasi positif dengan tingkat pendidikan. Kualitas pekerja di Kabupaten Rote Ndao dapat dikatakan cukup rendah apabila diukur dari pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Hal ini dikarenakan proporsi penduduk 15 tahun ke atas yang bekerja dengan tingkat pendidikan tertinggi 70 KETENAGAKERJAAN

SMA ke atas lebih sedikit dibandingkan dengan tingkat pendidikan SD ke bawah. Gambaran lengkap penduduk 15 tahun ke atas yang bekerja menurut tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan di Kabupaten Rote Ndao Tahun 2015 seperti terlihat pada tabel 4.2.1 di bawah ini. Tabel 4.2.1 Persentase Penduduk 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Menurut Tingkat Pendidikan Yang Ditamatkan Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan L P L+P (1) (2) (3) (4) 1. Tdk/blm pernah sekolah 5,11 5,72 5,36 2. Tdk/blm tamat SD 27,35 22,62 25,39 3. SD/Ibtidaiyah 31,69 40,86 35,49 4. Paket A 0,31 0,00 0,18 5. SMP/Tsanawiyah 6,39 10,77 8,20 6. SMP Kejuruan 0,00 0,75 0,31 7. Paket B 0,87 0,36 0,66 8. SMA/Aliyah 23,38 8,50 17,22 9. SMK 1,77 1,08 1,49 10.Paket C 0,65 0,00 0,38 11. Diploma I/II 0,11 0,40 0,23 12. Diploma III 1,11 1,51 1,28 13. Diploma IV/Universitas 1,25 7,43 3,80 14. S2/S3 - - - Total 100,00 100,00 100,00 Sumber : Diolah Survei Angkatan Kerja Nasional 2015 KETENAGAKERJAAN 71

Distribusi penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha mencerminkan struktur ekonomi dari suatu wilayah. Di wilayah yang karakteristiknya masih pedesaan, pada umumnya sebagian besar penduduk bekerja di sektor primer (Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan & Perikanan, Pertambangan dan Penggalian). Sementara untuk wilayah yang sedang berkembang, mulai beralih dari sektor primer ke sektor sekunder (industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih, konstruksi) atau sektor tersier (Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi, Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi, Lembaga Keuangan, Real Estate, Persewaan dan Jasa Perusahaan, Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan). Struktur perekonomian Kabupaten Rote Ndao menunjukkan struktur perekonomian wilayah dengan karakteristik pedesaan. Hal ini terlihat dari distribusi penduduk Kabupaten Rote Ndao yang sebesar 69,71 persen bekerja di sektor primer, terutama sektor Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan & Perikanan. 72 KETENAGAKERJAAN

Gambar 3 Komposisi Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha 2015 Sumber : Diolah Survei Angkatan Kerja Nasional 2015 KETENAGAKERJAAN 73

Tabel 4.2.2 Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Lapangan Pekerjaan Utama L P L+P (1) (2) (3) (4) 1 Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan & Perikanan 28 164 19 090 47 254 2 Pertambangan dan Penggalian 305 562 867 3 Industri 1 472 2 840 4 312 4 Listrik, Gas dan Air Minum - - - 5 Konstruksi 6 Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi 7 Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 8 Lmbg Keuangan, Real Estate, Ush Persewaan & Js Perusahaan 9 Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan 1 731 0 1 731 869 1 886 2 755 1 794 0 1 794 226 0 226 5 179 3 664 8 843 Total 39 740 28 042 67 782 Sumber : Diolah Survei Angkatan Kerja Nasional 2015 74 KETENAGAKERJAAN

BAB V KONSUMSI DAN PENGELUARAN RUMAH TANGGA Konsumsi dan pengeluaran rumah tangga secara umum dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu kelompok makanan dan bukan makanan. Pada dasarnya tingkat kesejahteraan masyarakat dapat digambarkan oleh jumlah pendapatan atau penghasilan dari masyarakat tersebut. Semakin besar tingkat pendapatan suatu masyarakat berarti tingkat kesejahteraan masyarakat tersebut juga akan semakin tinggi. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah tingkat pendapatan suatu masyarakat maka tingkat kesejahteraannya pun akan semakin rendah. Pada dasarnya hubungan antara pengeluaran dan pendapatan akan berbanding lurus. Dimana semakin besar pendapatan maka pengeluaran pun akan semakin besar. Sulitnya mengukur tingkat pendapatan dalam masyarakat dalam survei dan sensus maka BPS melakukan pendekatan pengeluaran melihat tingkat kesejahteraan rumah tangga. Dalam kegiatan Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2015 yang dilakukan BPS bertujuan untuk mendapatkan keterangan/data mengenai keadaan sosial ekonomi/tingkat kesejahteraan yang dilihat dari pola pengeluaran rumah tangga. 77

Di negara berkembang umumnya pengeluaran untuk makanan masih dominan dibandingkan pengeluaran non makanan terhadap total pengeluaran. Berbeda dengan negara maju dimana pengeluaran non makanan (barang dan jasa) mempunyai porsi terbesar dari total pengeluaran rumah tangga. Sehingga perubahan angka persentase tersebut akan menunjukan tingkat perkembangan taraf hidup masyarakat. 5.1 Pengeluaran Rata-Rata Perkapita Sebulan Tabel 5.1.1. Persentase Penduduk Kabupaten Rote Ndao Menurutn Golongan Pengeluaran Perkapita Perbulan Tahun 2015 Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan Persentase (1) (2) 100.000-149.999 1,58 150.000-199.999 8,58 200.000-299.999 26,26 300.000-499.999 35,00 500.000-749.999 14,72 750.000-999.999 7,88 >=1.000.000 5,98 Sumber : Diolah dari Susenas 2015 Jumlah 100,00 78

Rata-rata pengeluaran perkapita dalam sebulan penduduk Kabupaten Rote Ndao tahun 2015 sebesar Rp 469.072. Dari jumlah tersebut 55,81 persen atau sebesar Rp 261.776 merupakan pengeluaran untuk makanan dan 44,19 persen atau sebesar Rp 207.296 adalah pengeluaran untuk bukan makanan. Tabel 5.1.2 Rata-Rata Pengeluaran Perkapita Sebulan Penduduk Kabupaten Rote Ndao Tahun 2015 Pengeluaran Rp Persentase (1) (2) (3) Makanan 261 776 55.81 Non Makanan 207 296 44.19 Total 469 072 100,00 Sumber : Diolah dari Susenas 2015 79

BAB VI PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah mendapatkan rumah dan lingkungan yang nyaman. Arti fisik perumahan, dalam konteks yang diperluas disebut permukiman. Yaitu tempat tinggal anggota masyarakat dan individu-individu yang biasanya hidup dalam ikatan perkawinan atau keluarga beserta berbagai fasilitas pendukungnya. Perumahan menjadi tempat untuk tumbuh, hidup, berinteraksi, perlindungan dari gangguan, dan masih banyak fungsi lainnya bagi para penghuninya. Dengan demikian semakin tinggi status sosial ekonomi suatu masyarakat, keadaan perumahannya akan semakin lengkap dan bermutu baik. Lengkap dalam arti fasilitas yang dimiliki rumah tersebut, seperti listrik, telepon, air dan jaringan drainase, serta sistem pembuangan kotoran semuanya tersedia. Program pembangunan yang dicanangkan oleh pemerintah yang menyangkut bidang perumahan terus 83

ditingkatkan, bukan hanya dari segi kuantitasnya melainkan juga dari segi kualitas serta harga yang terjangkau. Peningkatan jumlah penduduk yang pesat menjadikan kebutuhan terhadap perumahan akan semakin meningkat pula. Sementara luas wilayah daratan yang tetap tidak bisa bertambah, maka pembukaan lahan untuk kepentingan permukiman harus tetap mempertimbangkan faktor keamanan bagi semua pihak. Lahan pertanian yang dirubah menjadi lahan permukiman tentu akan berakibat pada berkurangnya produksi pangan yang bisa dihasilkan oleh lahan tersebut. Belum lagi lahan produktif yang diubah fungsinya menjadi industri dan infrastruktur akan menyita sumber daya air dalam tanah. 6.1 Kondisi Fisik Bangunan Indikator ini menggambarkan kualitas dan kuantitas tempat tinggal yang dikuasai, baik milik sendiri atau pun bukan. Fisik bangunan yang kuat dan terbuat dari bahan yang tidak membahayakan menjamin keamanan penghuni tidak saja dari ancaman tindak kriminal, tetapi juga kerentanan bangunan itu sendiri dari kemungkinan terserang penyakit. Fisik bangunan yang kuat ditentukan oleh pemilihan bahan komponen 84

bangunan yaitu lantai, dinding dan atap. Sementara kenyamanan dan kesehatan penghuni selain menuntut pemilihan bahan bangunan yang baik juga diperlukan luas lantai yang memadai. 6.1.1 Luas Lantai Rumah Rata-rata luas lantai (hunian) per rumah tangga dapat digunakan untuk menggambarkan kondisi tempat tinggal penduduk. Semakin luas lantai yang dihuni oleh suatu rumah tangga, semakin baik kondisi (kesehatan) rumah tangga tersebut. Tabel 6.1.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Luas Lantai Rumah Luas Lantai Persentase (1) (2) <20 3,23 20-49 59,24 50-99 32,88 100-149 4,36 150+ 0,29 Jumlah 100,00 Sumber : Diolah dari Susenas 2015 85

Di Kabupaten Rote Ndao tahun 2015, persentase rumah tangga menurut luas lantai rumah paling banyak terdapat pada kelompok luas lantai 20-49 m 2 yaitu sebesar 59,24 persen. Sedangkan yang paling sedikit adalah yang tergolong dalam kelompok luas lantai 150+ m 2 yaitu sebesar 0,29 persen. 6.1.2 Jenis Atap Terluas Indikator ini menyajikan proporsi rumah tangga yang menghuni rumah beratap seng, genteng dan lainnya. Angka inii dapat digunakan sebagai petunjuk kondisi bangunan tempat tinggal penduduk. Tabel 6.1.2 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Atap Terluas Jenis Atap Terluas Persentase (1) (2) Beton 0,40 Genteng 2,85 Sirap 0,27 Seng 79,75 Asbes 1,02 Ijuk/rumbia 13,21 Lainnya 2,50 Jumlah 100,00 Sumber : Diolah dari Susenas 2015 86

Rumah tangga di Kabupaten Rote Ndao tahun 2015 sebagian besar menggunakan jenis atap seng sebagai jenis atap yang paling luas yaitu sebesar 79,75 persen. 6.1.3 Jenis Lantai Terluas Semakin besar proporsi rumah tangga yang menghuni rumah berlantai tanah mengindikasikan kondisi perumahan di daerah tersebut umumnya jelek. Semakin kecil angka persentase ini, cenderung akan semakin baik tingkat kesejahteraan masyarakat. Tabel 6.1.3 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Lantai Terluas Jenis Lantai Terluas Persentase (1) (2) Tanah 28,66 Bukan Tanah 71,34 Jumlah 100,00 Sumber : Diolah dari Susenas 2015 Persentase rumah tangga di Kabupaten Rote Ndao tahun 2015 yang menghuni rumah dengan lantai tanah sebagai jenis lantai terluas tercatat sebesar 28,66 persen. Sedangkan 87

sisanya sebesar 71,34 persen adalah rumah tangga yang menempati rumah dengan jenis lantai bukan tanah sebagai jenis lantai terluas. 6.1.4 Jenis Dinding Terluas Tabel 6.1.4 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Dinding Terluas Jenis Dinding Terluas Persentase (1) (2) Tembok 65,52 Kayu 8,94 Bambu 1,47 Lainnya 23,67 Jumlah 100,00 Sumber : Diolah dari Susenas 2015 Indikator ini menyajikan proporsi rumah tangga yang menghuni rumah berdinding tembok, kayu, bambu atau lainnya. Persentase rumah tangga yang menempati rumah dengan tembok sebagai jenis dinding terluas merupakan kelompok yang terbanyak yaitu sebesar 65,52 persen. Sisanya adalah rumah tangga yang menggunakan kayu, bambu atau lainnya sebagai jenis dinding terluas. 88

6.2 Fasilitas Tempat Tinggal Indikator ini menunjukkan kelengkapan, kelayakan, fasilitas dan penggunaan tempat tinggal seperti kelengkapan fasilitas listrik, telepon, air dan lain-lainnya. Semakin lengkap fasilitas dan utilitas hunian di suatu daerah, semakin nyaman berdiam di daerah tersebut. 6.2.1 Sumber Penerangan Sebagian besar rumah tangga di Kabupaten Rote Ndao menggunakan penerangan yang bersumber dari listrik PLN yaitu sebesar 72,13 persen. Tabel 6.2.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Penerangan Sumber Penerangan Persentase (1) (2) Listrik PLN 72,13 Listrik Non PLN 18,17 Bukan Listrik 9,70 Jumlah 100,00 Sumber : Diolah dari Susenas 2015 89

6.2.2 Air Minum Secara umum, semakin besar persentase rumah tangga yang mempunyai fasilitas air minum sendiri cenderung semakin baik tingkat kesejahteraan rumah tangganya. Persentase rumah tangga di Kabupaten Rote Ndao pada tahun 2015 yang memiliki fasilitas air minum sendiri sebesar 15,03. Rumah tangga di Kabupaten Rote Ndao paling banyak menggunakan fasilitas air minum Umum yaitu sebesar 51,53 persen sedangkan yang paling kecil adalah persentase rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas air minum yaitu sebesar 0,57 persen. Tabel 6.2.2 Persentase Rumah Tangga Menurut Fasilitas Air Minum Fasilitas Air Minum Persentase (1) (2) Sendiri 16,96 Bersama 43,94 Umum 39,10 Tidak Ada 0,00 Jumlah 100,00 Sumber : Diolah dari Susenas 2015 90

6.2.3 Sumber Air Minum Rumah tangga yang menggunakan sumur terlindung sebagai sumber air minum merupakan kelompok yang paling banyak yaitu sebesar 53,88 persen. Namun demikian masih terdapat rumah tangga yang memperoleh sumber air minumnya dari sumur yang tak terlindung yaitu sebesar 11,19 persen. Tabel 6.2.3 Persentase Rumah Tangga menurut Sumber Air Minum Sumber Air Minum Persentase (1) (2) Air kemasan bermerk/air isi ulang 1,01 Leding meteran/leding eceran 9,79 Pompa/Sumur Bor 2,08 Sumur Terlindung 53,88 Sumur Tak Terlindung 11,61 Mata Air Terlindung/Tak Terlindung 21,55 Air Hujan 0,08 Jumlah 100,00 Sumber : Diolah dari Susenas 2015 91

6.2.4 Jarak Sumber Air Minum Ke Penampungan Kotoran Terdekat Sebagian besar rumah tangga di Kabupaten Rote Ndao tahun 2015 memiliki jarak sumber air minum lebih dari 10 m 2 yaitu sebesar 87,71 persen. Sedangkan rumah tangga yang jarak sumber air minum ke penampungan kurang dari 10 m 2 sebanyak 5,88 persen. Sisanya sebesar 6,41 persen rumah tangga tidak tahu jarak sumber air minumnya ke penampungan kotoran terdekat. Tabel 6.2.4 Persentase Rumah Tangga Menurut Jarak Sumber Air Minum Ke Penampungan Jarak Ke Penampungan Persentase (1) (2) 10 M2 5,88 > 10 M2 87,71 Tidak Tahu 6,41 Jumlah 100,00 Sumber : Diolah dari Susenas 2015 92

6.2.5 Tempat Buang Air Besar Persentase rumah tangga yang mempunyai fasilitas tempat buang air besar sendiri adalah paling banyak yaitu tercatat sebesar 55,55 persen. Sedangkan yang paling kecil adalah rumah tangga yang menggunakan fasilitas tempat buang air besar umum yaitu sebesar 1,39 persen. Namun demikian masih banyak rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas tempat buang air besar yaitu 35,32 persen. Tabel 6.2.5.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Fasilitas Tempat Buang Air Besar Fasilitas Tempat Buang Air Besar Persentase (1) (2) Sendiri 55,55 Bersama 7,74 Umum 1,39 Tidak Ada 35,32 Jumlah 100,00 Sumber : Diolah dari Susenas 2015 Sedangkan jika menurut jenis kloset yang digunakan, 77,06 persen rumah tangga menggunakan jenis kloset leher 93

angsa dan paling kecil tidak menggunakan kloset yaitu sebesar 1,23 persen. Tabel 6.2.5.2 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Kloset Jenis Kloset Persentase (1) (2) Leher Angsa 77,06 Plengsengan 17,39 Cemplung 4,31 Tidak Pakai 1,23 Jumlah 100,00 Sumber : Diolah dari Susenas 2015 6.2.6 Tempat Pembuangan Tinja Persentase rumah tangga yang menggunakan jenis pembuangan tinja melalui lubang tanah paling tinggi yaitu sebesar 50,35 persen. Sedangkan paling kecil yaitu Kolam/sawah/sungai/danau/laut sebesar 1,02 persen. 94

Tabel 6.2.6 Persentase Rumah Tangga Menurut Tempat Pembuangan Tinja Tempat Pembuangan Tinja Persentase (1) (2) Tangki 8,36 SPAL 9,14 Kolam/sawah/sungai/danau/laut 1,02 Lubang tanah 50,35 Pantai/tanah lapang/kebun 31,12 Jumlah 100,00 Sumber : Diolah dari Susenas 2015 95

BAB VII SOSIAL LAINNYA Selain statistik sosial yang telah dibahas dalam 6 Bab sebelumnya, masih terdapat beberapa statistik sosial lainnya seperti : Kemiskinan dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Pada bab ini akan diulas mengenai keempat indikator-indikator tersebut. 7.1 Kemiskinan Kemiskinan adalah kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang tidak mampu untuk memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Kemiskinan merupakan masalah sosial yang sering dihadapi oleh Negara berkembang. Indonesia sebagai Negara berkembang juga menghadapi peliknya masalah kemiskinan. Banyak program-program yang digulirkan oleh pemerintah dalam rangka mengatasi permasalahan ini akan tetapi program-program tersebut dianggap masih belum tepat sasaran dan dinilai masih bersifat reaktif, jangka pendek dan parsial. Untuk mendukung pemerintah dalam menyusun program penanggulangan kemiskinan yang efektif, menyeluruh dan berkelanjutan dibutuhkan system informasi kemiskinan 99

yang baik. BPS telah mengembangkan beberapa indikator kemiskinan melalui sensus dan survey yang dilakukan dengan metodologi yang selalu disempurnakan. Dalam mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Pendekatan ini memandang kemiskinan sebagai ketidakmampuan dari segi ekonomi seseorang atau sekelompok orang untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan non makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan. BPS telah mengembangkan metode perhitungan garis kemiskinan berdasarkan kriteria tertentu. Metode yang digunakan untuk menghitung Garis Kemiskinan (GK), terdiri dari dua komponen yaitu garis kemiskin makanan (GKM) dan garis kemiskinan non makanan (GKNM). GK Kabupaten Rote Ndao setiap tahun berubah atau mengalami peningkatan. GK Kabupaten Rote Ndao tahun 2014 Rp 235.613/Kapita/Bulan. Tabel 7.1.1 Garis Kemiskinan Kabupaten Rote Ndao Tahun 2013-2014 Tahun Garis Kemiskinan (GK) (1) (2) 2013 235,613 2014 244 901 Sumber : Diolah dari Susenas 100

Kemiskinan tidak hanya menyangkut jumlah penduduk miskin dan persentase penduduk miskin, akan tetapi kondisi kemiskinan dapat dilihat dari indeks kedalaman kemiskinan dan indeks keparahan kemiskinan. Indeks kedalaman kemiskinan (poverty gap index-p1) merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk terhadap GK (garis kemiskinan). Semakin tinggi nilainya semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari GK. Sedangkan indeks keparahan kemiskinan (poverty severity index-p2) memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk misikin. Semakin tinggi nilainya maka semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Tabel 7.1.2 Indeks Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan Kabupaten Rote Ndao Tahun 2014-2015 Tahun Indeks Kedalaman (P1) Indeks Keparahan (P2) (1) (2) (3) 2013 5,75 1,80 2014 6,10 2,05 Sumber : Diolah dari Susenas Indeks kedalaman kemiskinan Kabupaten Rote Ndao dalam kurun waktu dua tahun terakhir cenderung mengalami 101

peningkatan. Pada tahun 2014 indeks kedalaman kemiskinan Kabupaten Rote Ndao sebesar 5,75 atau meningkat jika dibandingkan dengan indeks kedalaman kemiskinan Kabupaten Rote Ndao tahun 2014 yang sebesar 5,21. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin di Kabupaten Rote Ndao bergerak semakin menjahui GK. Dalam kurun waktu dua tahun terakhir nilai indeks keparahan Kemiskinan di Kabupaten Rote Ndao semakin meningkat. Tahun 2014 nilai indeks keparahan kemiskinan sebesar 1,8 atau meningkat dari tahun 2014 yang sebesar 1,38. Hal ini menunjukkan bahwa ketimpangan pengeluaran antar penduduk miskin semakin bertambah atau semakin besar. 7.2 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Pembanguan manusia merupakan model pembangunan yang bertujuan untuk memperluas peluang agar penduduk dapat hidup layak. Tujuan tersebut dapat tercapai jika setiap orang memperoleh peluang seluas-luasnya untuk hidup sehat dan panjang umur, untuk berpendidikan dan berketrampilan serta memiliki pendapatan yang diperlukan untuk hidup. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menjadi indikator penting untuk mengukur keberhasilan pembanguanan kualitas hidup manusia yang dapat menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan dan pendidikan. IPM mengukur ratarata pencapaian suatu wilayah dalam 3 dimensi dasar 102

pembangunan manusia yaitu umur panjang dan sehat yang diukur dengan angka harapan hidup, pengetahuan diukur dengan angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah, serta standar hidup layak yang diukur dengan kemampuan daya beli. Secara umum pembangunan manusia di Kabupaten Rote Ndao selama kurun waktu 2 tahun terakhir (2014-2015) terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2015 angka IPM Kabupaten Rote Ndao sebesar 58,32 atau naik jika dibandingkan dengan tahun 2014 yang sebesar 57,82. Hal ini menunjukkan bahwa nilai IPM tetap mengalami peningkatan. Tabel 7.2 Angka IPM dan Indikator Pembentuk IPM di Kabupaten Rote Ndao Tahun 2014-2015 Angka Angka Rata-rata Pengeluaran Tahun Harapan Melek Lama Riil per Hidup Huruf Sekolah Kapita IPM (Tahun) (%) (Tahun) (Ribu Rp) (1) (2) (3) (4) (5) (6) 2014 62,86 91,44 6,16 5 873 57,82 2015 62,86 91,76 6,45 5 946 58,32 Sumber : Diolah dari Susenas Angka Harapan Hidup adalah perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh seseorang selama hidup (secara ratarata). Indikator ini sering digunakan untuk mengevaluasi kinerja 103

pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk khususnya di bidang kesehatan. Dalam kurun waktu dua tahun terakhir angka harapan hidup penduduk Kabupaten Rote Ndao memiliki nilai yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa beberapa program pemerintah kabupaten Rote Ndao di bidang kesehatan tidak ada perkembangan selama dua tahun ini. Pada tahun 2015 angka harapan hidup penduduk Kabupaten Rote Ndao adalah sebesar 62,86 tahun, artinya rata-rata penduduk Kabupaten Rote Ndao dapat mencapai umur sampai 62 tahun. Daya Beli merupakan kemampuan masyarakat dalam membelanjakan uangnya untuk barang dan jasa. Kemampuan ini sangat dipengaruhi oleh harga-harga riil antar wilayah karena nilai tukar yang digunakan dapat menurunkan atau menaikkan nilai daya beli. Dengan demikian kemampuan daya beli masyarakat antar satu wilayah dengan wilayah lain berbeda. Dalam kurun waktu dua tahun terakhir daya beli masyarakat kabupaten Rote Ndao terus mengalami peningkatan yang cukup besar. Tahun 2015 daya beli masyarakat kabupaten Rote Ndao sebesar Rp 5.946,00. 104