ANALSIS MANFAAT INSIDEN (BENEFIT INCIDENCE ANALYSIS) PELAYANAN PUBLIK DI MALANG RAYA BENEFIT INCIDENCE ANALYSIS OF PUBLIC SERVICES IN MALANG RAYA

dokumen-dokumen yang mirip
CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak

Jurnal Geodesi Undip AGUSTUS 2015

PERBANDINGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN KELUARGA PETANI KELAPA SAWIT RAKYAT DENGAN PETANI PADI SAWAH

TINGKAT KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN BURUH TANI TEMBAKAU SKRIPSI

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penulisan

DISTRIBUSI PENDAPATAN KOTA PALANGKA RAYA 2014

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. ini merupakan besarnya tingkat ketimpangan distribusi pendapatan masyarakat

PENETAPAN SASARAN BSM BERBASIS RUMAH TANGGA UNTUK MELENGKAPI PENETAPAN SASARAN BERBASIS SEKOLAH

Tabel 1. Perbandingan Belanja Kesehatan di Negara ASEAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Keterbatasan Indeks Gini sebagai Ukuran Ketimpangan Pendapatan dan Solusi Metoda Alternatif

IV. POLA KONSUMSI RUMAHTANGGA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti pangan, sandang,

BENEFIT INCIDENCE ANALYSIS TERHADAP BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH UNTUK SMP SWASTA DI KOTA SEMARANG. Aditya Permana Evi Yulia Purwanti, SE.

Mengurangi Kemiskinan Melalui Keterbukaan dan Kerjasama Penyediaan Data

DISTRIBUSI PENDAPATAN PENDUDUK KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PELAKSANAAN SPF DI PROVINSI MALUKU. Bappeda Provinsi Maluku

ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN PADA WARGA RT.006 RW.024 LINGKUNGAN KEBON DALEM KELURAHAN KEPATIHAN KECAMATAN KALIWATES KABUPATEN JEMBER

GAMBARAN PELAKSANAAN RUJUKAN RAWAT JALAN PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PUSKESMAS SE-KABUPATEN TABANAN TAHUN 2015

ANALISIS KASUS KEMATIAN IBU BERDASARKAN PENDEKATAN WILAYAH DENGAN MENGGUNAKAN PENERAPAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI

Kemiskinan dan Kesenjangan di Indonesia

KAJIAN PENGELUARAN PUBLIK INDONESIA: KASUS SEKTOR PENDIDIKAN

Efektivitas Program Bantuan Sosial dalam Pengurangan Kemiskinan dan Ketimpangan

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi di setiap negara. Tujuan peningkatan penyerapan tenaga kerja sering

LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI TAHUN ANGGARAN 2013

Novi Hidayat Pusponegoro. Sekolah Tinggi Ilmu Statistik, Child Poverty and Social Protection Conference September 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENSASARAN PROGRAM BERDASARKAN RUMAH TANGGA DAN WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan dalam jangka

Angka Kemiskinan Kabupaten Sekadau 2016

ANALISIS TINGKAT EFEKTIVITAS DAN KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

mikm-detail-tesis-perpustakaan-print-abstrak-158.html MIKM UNDIP Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat

Kemiskinan dan Kesenjangan di Indonesia

I. PENDAHULUAN. mendorong dan meningkatkan stabilitas, pemerataan, pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Sistem Kesehatan adalah meningkatkan derajat kesehatan, ketanggapan, dan keadilan dalam pembiayaan

Pengkajian Pendanaan Pendidikan Secara Masal

MENETAPKAN SASARAN BERBASIS WILAYAH DAN RUMAH TANGGA MENGGUNAKAN DATA BDT, PODES, DAN SUSENAS

EFEKTIVITAS PEMANFAATAN HASIL ALAT UNGKAP MASALAH (AUM) OLEH GURU BK DI SMP NEGERI DAN SWASTA DI KECAMATAN PADANG UTARA KOTA PADANG

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Uji t pada rata-rata tingkat konsumsi untuk daerah aksi dan kontrol sebelum intervensi program

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. negara. Menurut Bank Dunia (2000) dalam Akbar (2015), definisi kemiskinan adalah

USULAN KOMPENSASI KENAIKAN HARGA BBM: PROGRAM BANTUAN SOSIAL TERPADU

Pemerataan akses pelayanan rawat jalan di berbagai wilayah Indonesia Mardiati Nadjib, author

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik analisis yang

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD

SKRIPSI. Disusun Oleh : RAHMA NURFIANI PRADITA

ANALISIS EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS BELANJA PENDIDIKAN DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN

PENGELOMPOKKAN RUMAH BERDASARKAN JARAK KE AKSES FASILITAS UMUM House Clustering Based On Distance To Public Facilities

PENGARUH KEBIJAKAN APBD PEMKAB SUKOHARJO TERHADAP KETAATAN MATA ANGGARAN BIAYA PENDIDIKAN DI SMA N 1 TAWANGSARI TAHUN 2011

BERALIH DARI SUBSIDI UMUM MENJADI SUBSIDI TERARAH: PENGALAMAN INDONESIA DALAM BIDANG SUBSIDI BBM DAN REFORMASI PERLINDUNGAN SOSIAL

Program Pengembangan BOSDA Meningkatkan Keadilan dan Kinerja Melalui Bantuan Operasional Sekolah Daerah

Oleh : Muhlisin, S.E., M.Si.

Ketimpangan Pendapatan dan Kesempatan di Indonesia

DAMPAK PERTUMBUHAN EKONOMI, JUMLAH PENGANGGURAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN SIDOARJO

KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2017

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, UPAH MINIMUM, DAN TINGKAT PENGANGGURAN TERHADAP JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI INDONESIA TAHUN

TINGKAT KEMISKINAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SEPTEMBER 2013 SEBESAR 15,03 PERSEN

Rasio Gini di Indonesia dalam Lima Tahun Terakhir

PENDAHULUAN. 1 Butir 7 UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dijelaskan bahwa

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK ANAK PUTUS SEKOLAH DI JAWA BARAT DENGAN REGRESI LOGISTIK

BAB I PENDAHULUAN. masalah infrastruktur yang belum merata dan kurang memadai. Kedua, distribusi yang

BAB I PENDAHULUAN. multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek. hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi.

ANALISIS DEMAND MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN DELI, PUSKESMAS BROMO DAN PUSKESMAS KEDAI DURIAN TAHUN 2013

SKRIPSI ANALISIS INDIKATOR DAYA SAING INDUSTRI PARIWISATA DI KABUPATEN SAMOSIR OLEH VALENTINO PANJAITAN

TINGKAT KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA MARET 2014 SEBESAR 15,00 PERSEN RINGKASAN

BAB II SISTEM PEMERINTAH DAERAH & PENGUKURAN KINERJA. Daerah. Reformasi tersebut direalisasikan dengan ditetapkannya Undang

PENGARUH MUTU PELAYANAN TERHADAP KEINGINAN PASIEN JAMKESMAS UNTUK DIRAWAT INAP KEMBALI DI RUMAH SAKIT SEMBIRING DELI SERDANG TAHUN 2010 TESIS.

POTENSI PARTISIPASI MASYARAKAT MENUJU PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN DALAM RANGKA UNIVERSAL COVERAGE DI KOTA BANDUNG

PERTUMBUHAN, KEMISKINAN, DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah suatu negara yang mempunyai latar belakang perbedaan antar

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

V. ANALISIS PENGARUH BANTUAN STIMULUS INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN, KETIMPANGAN DAN KEMISKINAN KABUPATEN TERTINGGAL

ANALISIS USAHATANI UBI KAYU MONOKULTUR DAN TUMPANGSARI DI KECAMATAN KARANGLEWAS KABUPATEN BANYUMAS TESIS

BAB I PENDAHULUAN. kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat

Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Volume 1 Nomor 1, Agustus Hal.17-28

ANALISIS PENGARUH GINI RATIO, INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM), DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional. Pembangunan. secara material dan spiritual (Todaro dan Smith, 2012: 16).

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik atau meningkat. Pembangunan Nasional yang berlandaskan. dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor penyebab..., Rika Aristi Cynthia, FISIP UI, Universitas Indonesia

Ada 5 (lima) macam ukuran yang digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan dalam pembangunan yaitu:

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2015

BAB I PENDAHULUAN. di dunia untuk sepakat mencapai Universal Health Coverage (UHC) pada

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator kemajuan suatu negara tercermin pada kemajuan bidang

KOMPONEN IPM 5.1 INDIKATOR KESEHATAN. Keadaan kesehatan penduduk merupakan salah satu modal

BAB I PENDAHULUAN. mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi di daerah adalah pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. salah satu tema sentral. Perdebatan intraparadigmatik pun menjadikan peta

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ZIRAA AH, Volume 40 Nomor 3, Oktober 2015 Halaman ISSN ELEKTRONIK

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memenuhi amanat Undang Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat

Transkripsi:

International Journal of Social and Local Economic Governance (IJLEG) E-ISSN: 2477-1929 Vol. 2, No. 1, April 2016, pages 69-76 http://ijleg.ub.ac.id ANALSIS MANFAAT INSIDEN (BENEFIT INCIDENCE ANALYSIS) PELAYANAN PUBLIK DI MALANG RAYA Astri Ika Oktaviana Mujiarti 1, Candra Fajri Ananda 2, Susilo 3 1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Email: 1 mujiarti.astri@gmail.com Abstrak Program BOS dan Jamkesmas merupakan bentuk pelayanan publik di bidang pendidikan serta kesehatan yang telah diimplementasikan di Malang Raya (Kota Malang, Kota Batu, dan Kabupaten Malang). Tujuan program-program tersebut adalah memberikan akses layanan kepada masyarakat, khususnya bagi masyarakat miskin dan untuk penanggulangan kemiskinan. Pelaksanaan program yang belum optimal menyebabkan angka kemiskinan masih cukup tinggi di Malang Raya. Penelitian ini bertujuan mengukur efektivitas program BOS dan Jamkesmas berdasarkan distribusi manfaat dengan metode Benefit Incidence Analysis. Pengukuran efektivitas dilakukan pada jenis layanan BOS tingkat SD dan SMP, sedangkan untuk jenis layanan Jamkesmas adalah rawat jalan dan rawat inap. Penilaian efektivitas dengan Benefit Incidence Analysis ini juga menggunakan perbandingan data Susenas Tahun 2009 dan 2013. Berdasarkan hasil analisis efektivitas, program BOS dan Jamkesmas di Malang Raya belum efektif secara keseluruhan. Kota Malang memiliki layanan rawat inap yang belum efektif. Kota Batu memiliki layanan tingkat SMP dan rawat inap yang belum efektif. Seluruh jenis layanan BOS dan Jamkesmas di Kabupaten Malang dinilai belum efektif. Kata kunci: benefit incidence, efektif, pelayanan publik BENEFIT INCIDENCE ANALYSIS OF PUBLIC SERVICES IN MALANG RAYA Abstract BOS and Jamkesmas programs are kind of public services for education and health that have been implemented in Great Malang (Malang City, Batu City, Malang Regency). The purposes of these programs are to give service access for people, especially for the poor and to poverty reduction. The implementation of these programs were not optimal that could cause the poverty rate is still high. The goals of this research is to measure programs effectiveness based on the distribution of benefits with Benefit Incidence Analysis. The measurement of programs effectiveness is done on elementary and junior high school level services from BOS, while the type of Jamkesmas services are outpatient and inpatient.. The measurement of effectiveness was used Susenas data comparation on 2009 and 2013. Based on effectiveness analysis, BOS and Jamkesmas in Great Malang are not effective overall. Malang City have inpatient service that not effective. Batu City have junior high school level and inpatient services that not effective. All of BOS dan Jamkesmas services are not effective in Malang Regency. Keywords: benefit incidence, effective, public service 1. PENDAHULUAN Strategi penanggulangan kemiskinan dalam RPJMN Tahun 2010-2014 adalah melalui kebijakan dan program pro poor melalui peningkatan pelayanan publik dasar pendidikan dan kesehatan. Pelaksanaan kebijakan ini nyatanya masih mengalami kendala dan terdapat masalah yang mendasar pada periode tersebut, yaitu lambatnya penurunan tingkat kemiskinan. Perlambatan penurunan tingkat kemiskinan dalam empat tahun terakhir disebabkan oleh tiga faktor utama. Ketimpangan akses dan penjangkauan pelayanan publik dasar merupakan salah satu faktor penyebab lambatnya penurunan tingkat kemiskinan di Indonesia. BOS dan Jamkesmas merupakan programprogram pelayanan publik untuk seluruh masyarakat, khususnya untuk meningkatkan 69

70 International Journal of Social and Local Economic Governance (IJLEG) Vol. 2, No. 1, April 2016, pages 59-65 akses masyarakat miskin terhadap pendidikan serta kesehatan. Jawa Timur mendapatkan proporsi dana BOS terbesar (18,22 % dari total anggaran BOS) dan proporsi dana penyelenggaraan Jamkesmas terbesar di Indonesia pada Tahun 2013 (16,63 % dari total anggaran Jamkesmas). Daerah penerima dana pelayanan publik (pendidikan dan kesehatan) di Jawa Timur salah satunya adalah Wilayah Malang Raya, yaitu Kabupaten Malang, Kota Malang, Kota Batu. Daerah-daerah tersebut berada pada 1 wilayah tapi memiliki karakter ekonomi dan sosial masyarakat yang berbeda. Kota Malang sebagai daerah perkotaan dengan basis ekonomi dari sektor industri dan jasa, Kota Batu berbasis pariwisata, dan Kabupaten Malang berbasis pertanian. Besarnya anggaran BOS di 3 daerah tersebut nyatanya belum mampu menutup seluruh biaya operasional sekolah dan penyaluran dana BOS sering mengalami keterlambatan. Layanan Jamkesmas juga belum mampu sepenuhnya melayani masyarakat miskin di 3 daerah tersebut. Capaian layanan kesehatan untuk keluarga miskin juga masih dibawah 60 %. Angka kemiskinan di 3 daerah tersebut juga masih tinggi. Penyediaan barang publik seharusnya akan memberi manfaat (utility) bagi masyarakat. Manfaat yang didistribusikan secara adil akan memberikan manfaat lebih besar pada masyarakat miskin. Permasalahan tersebut diduga setelah lebih dari 5 tahun program berjalan belum optimal dan telah terjadi ketimpangan akses layanan publik antara masyarakat kaya serta miskin. Berdasarkan kondisi tersebut penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi efektivitas BOS (layanan tingkat SD dan SMP) dan Jamkesmas (layanan rawat jalan dan rawat inap) di Malang Raya. Identifikasi ini menggunakan metode Benefit Incidence Analysis. Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran hasil implementasi program BOS dan Jamkesmas kepada masyarakat, sehingga dapat menjadi bahan evaluasi untuk pelaksanaan program di masa mendatang. 2. METODE PENELITIAN 2.1. Benefit Incidence Analysis (BIA) Penilaian efektivitas layanan publik dalam penelitian ini menggunakan metode Benefit Incidence Analysis (BIA). Metode ini ditujukan untuk memberikan ringkasan statistik tentang distribusi penerimaan manfaat dari pelayanan pendidikan dan kesehatan di 3 daerah Malang Raya. Benefit incidence atau manfaat insiden dapat direfleksikan dari tingkat akses rumah tangga terhadap pelayanan BOS dan Jamkesmas. Data yang digunakan adalah data Row Susenas dari BPS pusat Tahun 2009 dan 2013 untuk masing-masing daerah. Variabel data yang digunakan adalah data pendapatan atau pengeluaran masyarakat setiap bulan, memiliki anak usia SD (7-12 tahun) dan SMP (13-15 tahun), penerima bantuan Jamkesmas, pernah rawat inap serta rawat jalan. Langkah-langkah metode BIA ini adalah: 1. Membagi seluruh pendapatan masyarakat di setiap daerah menjadi 5 kuantil (kuantil termiskin, miskin, sedang, kaya, dan sangat kaya) Tahun 2009 dan 2013. Nilai setiap kuantil ditentukan berdasarkan garis kemiskinan Tahun 2013 dan nilai pendapatan masyarakat pada setiap daerah. Garis kemiskinan tersebut adalah (BPS Provinsi Jatim, 2014): a. Kota Malang memiliki nilai garis kemiskinan sebesar Rp. 362.162,-; b. Kota Batu memiliki nilai garis kemiskinan sebesar Rp. 336.844,-; dan c. Kabupaten Malang memiliki nilai garis kemiskinan sebesar Rp. 245.120,-. 2. Jumlah rumah tangga yang menerima bantuan BOS dan Jamkesmas pada setiap kelompok atau kuantil pendapatannya; 3. Persentase rumah tangga yang menerima bantuan BOS dan Jamkesmas pada setiap kelompok atau kuantil pendapatannya; 4. Rata-rata tingkat manfaat pelayanan publik di setiap kelompok atau kuantil pendapatan; 5. Menghitung ketimpangan akses antar kuantil pendapatan dengan indeks gini; 6. Membandingkan kondisi 2009 dan 2013. Pada intinya alat ini fokus pada identifikasi segmentasi konsentrasi manfaat dari programprogram sosial, apakah pada kelompok miskin atau justru pada kelompok kaya. 2.2. Indeks Gini dan Kurva Lorenz Perhitungan BIA juga didukung dengan perhitungan ketimpangan pendapatan masyarakat. Ketimpangan tersebut diukur dengan perhitungan indeks gini sebagai berikut dan kurva lorenz (Gambar 1).

Mujiarti, Ananda & Susilo, Analisis Manfaat Insiden 71 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Benefit Incidence BOS di Malang Raya A. Kota Malang Kota Malang menjadi salah satu daerah percontohan untuk pelaksanaan program BOS di Jawa Timur. Pelaksanaan program pendidikan gratis ini diberikan pada jenjang pendidikan SD dan SMP. Pelaksanaan program BOS di Kota Malang dapat ditunjukkan berdasarkan hasil analisis benefit incidence pada Tabel 2. Gambar 1. Kurva Lorenz Sumber: Todaro et.al, 2004 Menurut definisinya, koefisien gini adalah perbandingan luas daerah antara kurva lorenz dan garis lurus 45 derajat terhadap luas daerah di bawah garis 45 derajat tersebut (Gambar 1). Nilai indeks dapat diklasifikasikan pada Tabel 1. Tabel 1. Kategori Ketimpangan Distribusi Nilai Koefisien Gini Koefisien Gini Distribusi... 0,50 Tingkat Ketimpangan Rendah 0,4-0,5 Tingkat Ketimpangan sedang... 0,51 Tingkat Ktimpangan tinggi Sumber: Todaro et.al, 2004 Distribusi pendapatan diberikan istilah yang berbeda pada penelitian ini. Istilah tersebut tetap mengacu pada Tabel 1, yaitu relatif merata (... 0,50); mendekati timpang (0,4-0,5); dan relatif timpang (... 0,51). Penilaian efektivitas pelayanan publik dapat diketahui berdasarkan perubahan nilai BIA dan nilai koefisien gini. Layanan publik yang efektif adalah layanan yang mengalami peningkatan akses dan memiliki ketimpangan yang rendah. Peningkatan akses menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah telah berjalan baik karena peningkatan akses menggambarkan peningkatan kesejahteraan. Peningkatan kesejahteraan yang didukung dengan ketimpangan pendapatan yang rendah semakin menguatkan bahwa kesejahteraan masyarakat mampu mengatasi kesenjangan. Tabel 2. Perubahan Benefit Incidence Program BOS di Kota Malang (Tahun 2009 dan 2013) SD SMP 1 34.40 10.28 2 18.65 1.08 3-2.44 5.59 4 4.48-5.01 5 4.36 3.14 Berdasarkan Tabel 2, kelompok miskin (kuantil 1 dan 2) mengalami peningkatan benefit incidence layanan pendidikan SD terbesar dan kelompok termiskin (kuantil 1) juga mengalami peningkatan benefit incidence terbesar pada layanan pendidikan SMP. Masyarakat miskin cenderung mendapat benefit incidence rendah pada Tahun 2009, tapi pada Tahun 2013 justru mengalami peningkatan benefit incidence terbesar dibanding masyarakat kaya. Hampir seluruh kuantil pendapatan mengalami peningkatan benefit incidence layanan pendidikan di Kota Malang. Peningkatan benefit incidence menunjukkan bahwa program BOS berjalan baik di Kota Malang. B. Kota Batu Kota Batu telah menerapkan program pendidikan gratis 12 tahun. Pelaksanaan program pendidikan gratis ini diberikan pada jenjang pendidikan SD hingga SMA. Pelaksanaan program BOS di Kota Batu pada tingkat SD dan SMP dapat ditunjukkan berdasarkan hasil analisis benefit incidence pada Tabel 3.

72 International Journal of Social and Local Economic Governance (IJLEG) Vol. 2, No. 1, April 2016, pages 59-65 Tabel 3. Perubahan Benefit Incidence Program BOS di Kota Batu (Tahun 2009 dan 2013) SD SMP 1 12.54-1.52 2 7.45 4.82 3 0.00 3.77 4 8.85 5.59 5 7.91 2.43 Berdasarkan Tabel 3, kelompok termiskin mengalami peningkatan benefit incidence terbesar pada tingkat SD walaupun kelompok termiskin tersebut mendapatkan nilai benefit incidence terendah. Penurunan benefit incidence mengindikasikan masyarakat termiskin di Kota Batu semakin sulit mengakses pendidikan SMP. Kondisi ini perlu menjadi perhatian karena semakin banyak masyarakat berpendapatan terendah tidak mampu mengakses pendidikan SMP. C. Kabupaten Malang Kabupaten Malang merupakan daerah yang memperoleh total dana BOS terbesar di Jawa Timur. Pelaksanaan program BOS diberikan pada jenjang pendidikan SD dan SMP. Pelaksanaan program BOS di Kabupaten Malang dapat ditunjukkan berdasarkan hasil analisis benefit incidence pada Tabel 4. Tabel 4. Perubahan Benefit Incidence Program BOS di Kabupaten Malang (Tahun 2009 dan 2013) SD SMP 1 9.40 9.95 2 4.12-2.30 3 0.97 3.25 4 4.33 4.28 5 0.85 3.99 Berdasarkan Tabel 4, kelompok miskin (kuantil 2) mengalami penurunan benefit incidence pada tingkat SMP. Penurunan benefit incidence mengindikasikan masyarakat termiskin di Kabupaten Malang semakin sulit mengakses pendidikan SMP bagi kelompok miskin. Kelompok miskin mengalami penurunan benefit incidence pada layanan SMP. Hasil analisis pada tiga daerah tersebut menunjukkan rata-rata benefit incidence yang berbeda-beda. Hasil analisis dijabarkan pada Tabel 5. Tabel 5. Perubahan Benefit Incidence BOS di Malang Raya (Tahun 2009 dan 2013) Kota Malang 5 4.36 3.14 7.91 2.43 0.85 3.99 Perbedaan efek layanan publik pendidikan antar tiga daerah tersebut terlihat dari perbedaan kelompok yang mengalami penurunan benefit incidence. Kelompok menengah (kuantil 3 tingkat SD) dan kaya (kuantil 4 tingkat SMP) mengalami penurunan benefit incidence di Kota Malang. Kelompok termiskin (tingkat SMP) mengalami penurunan benefit incidence di Kota Batu dan kelompok miskin (tingkat SMP) di Kabupaten Malang juga mengalami penurunan benefit incidence. Penurunan benefit incidence layanan BOS di Kota Malang cenderung terjadi pada kelompok menengah. Hal tersebut bukan disebabkan oleh faktor finansial. Penurunan benefit incidence layanan BOS di Kota Batu dan Kabupaten Malang cenderung terjadi pada kelompok pendapatan rendah khususnya pada tingkat SMP. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa masyarakat pendapatan rendah cenderung memiliki keterbatasan mencapai akses pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Pola distribusi benefit incidence di tiga daerah tersebut memiliki kesamaan. Masyarakat miskin cenderung memiliki akses yang rendah terhadap pendidikan. Tapi masyarakat kelompok miskin cenderung menerima peningkatan benefit incidence pendidikan terbesar dibanding kelompok kaya. Peningkatan benefit incidence terbesar pada kelompok termiskin dan miskin ini sesuai dengan konsep pelayanan publik yang pro poor. 3.2 Benefit Incidence Jamkesmas di Malang Raya A. Kota Malang Kota Batu Kabupaten Malang SD SMP SD SMP SD SMP 1 34.40 10.28 12.54-1.52 9.40 9.95 2 18.65 1.08 7.45 4.82 4.12-2.30 3-2.44 5.59 0.00 3.77 0.97 3.25 4 4.48-5.01 8.85 5.59 4.33 4.28 Kota Malang merupakan daerah tingkat layanan kesehatan hirarki 2 di Jawa Timur.

Mujiarti, Ananda & Susilo, Analisis Manfaat Insiden 73 Pelaksanaan program Jamkesmas di Kota Malang dijabarkan pada Tabel 6. Tabel 6. Perubahan Benefit Incidence Program Jamkesmas di Kota Malang (Tahun 2009 dan 2013) 1 4.16 9.11 2 2.29-5.37 3-10.56-11.98 4 4.94 3.67 5-6.48 8.67 Kelompok pendapatan termiskin mengalami peningkatan benefit incidence cukup besar dari dua layanan tersebut. Kondisi ini menunjukkan adanya peningkatan kesejahteran ekonomi masyarakat miskin. Peningkatan tersebut juga didukung dengan tingginya alokasi pemerintah untuk Jamkesmas di Kota Malang. Kota Malang mendapat dana Jamkesmas sebesar Rp. 28.664.000.000,- pada Tahun 2012 dan meningkat menjadi Rp. 37.652.000.000,- pada Tahun 2013. Peningkatan akses atau benefit incidence layanan kesehatan menunjukkan telah adanya peningkatan nilai sosial bagi masyarakat termiskin di Kota Malang. Benefit incidence rawat inap mengalami penurunan pada kelompok pendapatan miskin (kuantil 2). Penurunan benefit incidence tersebut menunjukkan bahwa akses rumah tangga miskin terhadap rawat inap menurun. Hal ini didukung dengan masih rendahnya capaian layanan kesehatan untuk masyarakat miskin di Kota Malang, yaitu masih mencapai 62,28 % pada Tahun 2013 dan penerima bantuan yang tidak tepat sasaran. B. Kota Batu Rawat Jalan Rawat Inap Pelaksanaan program Jamkesmas di Kota Malang dijabarkan pada Tabel 7. Kelompok termiskin mendapatkan peningkatan benefit incidence rawat inap terbesar. Benefit incidence rawat jalan kelompok termiskin juga mengalami peningkatan yang cukup besar dibanding kelompok lainnya. Peningkatan manfaat tersebut didukung oleh peningkatan alokasi dana pemerintah untuk Jamkesmas di Kota Batu. Peningkatan manfaat tersebut didukung oleh peningkatan alokasi dana pemerintah untuk Jamkesmas di Kota Batu. Tabel 7. Perubahan Benefit Incidence Program Jamkesmas di Kota Batu (Tahun 2009 dan 2013) Rawat Jalan 1 5.46 14.71 2 7.39 12.64 3-3.82-5.15 4-4.71 13.21 5 22.88 1.36 Peningkatan manfaat tersebut didukung oleh peningkatan alokasi dana pemerintah untuk Jamkesmas di Kota Batu. Pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin di Kota Batu diberikan melalui Jamkesmas, dengan total dana Rp. 940.000.000,- pada Tahun 2012 dan meningkat menjadi Rp. 1.500.000.000,- pada Tahun 2013. Penurunan benefit incidence juga terjadi pada kelompok kuantil 3 dan 4 untuk rawat jalan serta kelompok kuantil 3 untuk rawat inap. Hal ini dapat disebabkan karena pelayanan kesehatan kurang optimal dan adanya faktor data base penerima bantuan yang kurang update setiap tahunnya. C. Kabupaten Malang Rawat Inap Kabupaten Malang merupakan salah satu daerah yang telah menerima bantuan Jamkesmas di Jawa Timur. Kondisi manfaat pelayanan Jamkesmas tersebut dijabarkan pada Tabel 8. Tabel 8. Perubahan Benefit Incidence Program Jamkesmas di Kabupaten Malang (Tahun 2009 dan 2013) Rawat Jalan Rawat Inap 1-3.24-5.33 2-10.88 16.83 3 10.28 13.66 4 1.10 3.02 5 10.85 5.34 Berdasarkan Tabel 8, kelompok termiskin cenderung mengalami penurunan benefit incidence layanan kesehatan. Benefit incidence layanan rawat jalan kelompok termiskin dan miskin (kuantil 1 dan 2) menurun, sedangkan penurunan benefit incidence rawat inap terjadi pada kelompok termiskin (kuantil 1) di Kabupaten Malang. Penurunan ini menunjukkan bahwa akses masyarakat miskin terhadap layanan kesehatan cenderung menurun di Kabupaten Malang.

74 International Journal of Social and Local Economic Governance (IJLEG) Vol. 2, No. 1, April 2016, pages 59-65 Hal ini didukung dengan data capaian pelayanan kesehatan untuk masyarakat miskin di Kabupaten Malang masih mencapai 31,56 % pada Tahun 2013 (Dinkes Kabupaten Malang, 2014). Faktor geografi juga dapat menyebabkan masyarakat miskin tidak dapat mengakses layanan kesehatan. Jarak rumah menuju pusat layanan kesehatan yang jauh dapat menyebabkan hal tersebut. Terdapat 7,15 % dari total fasilitas kesehatan di Kabupaten Malang yang terletak sangat jauh dari permukiman. Hasil analisis pada tiga daerah tersebut menunjukkan rata-rata benefit incidence yang berbeda-beda. Hasil analisis dijabarkan pada Tabel 9. Berdasarkan Tabel 3, kelompok miskin cenderung mengalami peningkatan layanan Jamkesmas di Kota Batu. Peningkatan benefit incidence terbesar pada kelompok termiskin dan miskin (kuantil 1 dan 2) ini sesuai dengan konsep pelayanan publik yang progresif. Kelompok termiskin (kuantil 1) Kota Malang juga mengalami peningkatan benefit incidence dari layanan Jamkesmas. Tabel 9. Perubahan Benefit Incidence Jamkesmas di Malang Raya (Tahun 2009 dan 2013) Kota Malang Kota Batu Kabupaten Malang Rawat Jalan Rawat Inap Rawat Jalan Rawat Inap Rawat Jalan Rawat Inap 1 4.16 9.11 5.46 14.71-3.24-5.33 2 2.29-5.37 7.39 12.64-10.88 16.83 3-10.56-11.98-3.82-5.15 10.28 13.66 4 4.94 3.67-4.71 13.21 1.10 3.02 5-6.48 8.67 22.88 1.36 10.85 5.34 Masyarakat miskin (kuantil 2) Kabupaten Malang justru mengalami penurunan benefit incidence dari dua layanan Jamkesmas tersebut. Layanan Jamkesmas Kota Malang menunjukkan adanya permasalahan kualitas layanan yang perlu ditingkatkan, faktor kontrol data penerima layanan Jamkesmas untuk Kota Batu, dan faktor geografis di Kabupaten Malang. Permasalahan yang banyak terjadi di tiga daerah tersebut adalah update data base penerima Jamkesmas. Hal ini perlu menjadi perhatian bagi pemerintah setempat untuk menghindari terjadinya bantuan kesehatan yang salah sasaran. Indeks gini dihitung berdasarkan pendapatan rata-rata pada setiap kuantil. Indeks gini dan kurva lorenz dapat memperlihatkan tingkat ketimpangan pendapatan antara kelompok miskin dan kaya yang mendapatkan layanan BOS serta Jamkesmas. Indeks gini dijabarkan pada Tabel 10. Distribusi pendapatan masyarakat penerima layanan BOS di Kota Malang, Kota Batu, dan penerima layanan Jamkesmas di Kabupaten Malang relatif merata. Tabel 10. Indeks Gini BOS & Jamkesmas di Malang Raya Rawat Rawat Daerah Tahun SD SMP Jalan Inap 0.32 0.31 0.26 0.51 2009 Kota RM RM RM RT Malang 0.30 0.31 0.24 0.40 2013 RM RM RM MT Kota Batu Kabupaten Malang 2009 2013 2009 2013 0.35 0.33 0.36 0.33 RM RM RM RM 0.33 0.31 0.26 0.40 RM RM RM MT 0.46 0.42 0.35 0.32 MT MT RM RM 0.43 0.40 0.37 0.34 MT MT RM RM. RM : Relatif Merata; MT : Mendekati Timpang; RT : Relatif Timpang Distribusi pendapatan masyarakat penerima layanan BOS di Kota Malang, Kota Batu, dan penerima layanan Jamkesmas di Kabupaten Malang relatif merata. Distribusi pendapatan yang merata ini menggambarkan pendapatan riil kelompok kaya tumbuh beriringan dengan kelompok miskin. Terdapat ancaman manfaat yang timpang pada Jamkesmas untuk rawat inap di Kota Malang. Ketimpangan pendapatan masyarakat tersebut menggambarkan pendapatan riil kelompok kaya tumbuh lebih cepat dibanding kelompok miskin. Ketimpangan pendapatan penerima layanan rawat inap tersebut menggambarkan perbedaan kesejahteraan yang jauh antara kaya dan miskin. Hal ini dapat menyebabkan rendahnya kesempatan kelompok miskin mengakses layanan kesehatan. Kurva lorenz rawat inap di Kota Malang Tahun 2009 dan 2013 pada Gambar 2. Gambar 2. Kurva Lorenz Layanan Rawat Inap Jamkesmas di Kota Malang 2009 dan 2013 Sumber: Susenas Tahun 2013, diolah Tahun 2015

Mujiarti, Ananda & Susilo, Analisis Manfaat Insiden 75 Gambar 2 menunjukkan bahwa kurva Lorenz rawat inap di Kota Malang Tahun 2009 berada menjauh dari kurva equality, artinya rawat inap di Kota Malang relatif timpang. Kondisi kurva Lorenz berubah pada Tahun 2013. Kurva Lorenz Tahun 2013 cenderung mendekati kurva equality dengan nilai indeks 0,40, artinya layanan rawat inap Kota Malang Tahun 2013 mendekati timpang. Perubahan nilai indeks tersebut ditunjang dengan peningkatan dana jamkesmas Kota Malang sebesar Rp.25.190.000.000,- pada Tahun 2012 dan meningkat menjadi Rp.38.604.000.000 pada Tahun 2013. Pemerintah semakin meningkatkan perhatiannya pada kesehatan di Kota Malang. Indeks gini ditunjukkan pada luas area antara kurva Lorenz dan kurva equality. Area indeks gini Tahun 2009 terlihat lebih luas dibanding 2013. Berdasarkan analisis benefit incidence, efektivitas layanan publik di Malang Raya dapat diketahui. Capaian efektivitas layanan BOS dan Jamkesmas dijabarkan pada Tabel 11. Tabel 11. Efektivitas BOS & Jamkesmas di Malang Raya BOS Jamkesmas Daerah Rawat Rawat SD SMP Jalan Inap Kota Malang Kota Batu Kabupaten Malang Layanan yang telah efektif adalah layanan yang memiliki nilai peningkatan Benefit Incidence pada kelompok termiskin dan distribusi pendapat menerima layanan relatif merata. Jenis layanan rawat inap di Kota Malang dan Kota Batu belum efektif karena terdapat ketimpangan atau mendekati timpang pendapatan penerima layanan tersebut. Program BOS untuk semua tingkatan belum efektif di Kabupaten Malang karena distribusi pendapatan penerima manfaat mendekati timpang. Program Jamkesmas untuk semua tingkatan belum efektif di Kabupaten Malang karena penurunan Benefit Incidence pada kelompok termiskin (2009-2013). 4. KESIMPULAN DAN SARAN Program BOS dan Jamkesmas di Malang Raya belum efektif secara keseluruhan. Kota Malang memiliki layanan rawat inap yang belum efektif. Kota Batu memiliki layanan tingkat SMP dan rawat inap yang belum efektif. Seluruh jenis layanan BOS dan Jamkesmas di Kabupaten Malang dinilai belum efektif. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa saran yang dapat disampaikan. Kementerian Pendidikan dan Dinas Pendidikan di setiap daerah perlu meningkatkan dan memonitoring kualitas layanan pendidikan di setiap lembaga pendidikan formal, agar kualitas layanan pendidikan yang diterima oleh masyarakat di Malang Raya tidak timpang. Perlu adanya sistem subsidi silang di setiap sekolah. Perlu adanya kesediaan masyarakat berpendapatan tinggi untuk membayar biaya pendidikan lebih mahal dibanding masyarakat miskin. Biaya yang lebih mahal tersebut dimanfaatkan untuk membantu biaya pendidikan masyarakat miskin. Partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan untuk mensukseskan pelaksanaan program JKN sebagai pengganti Jamkesmas, yaitu partisipasi dalam keikutsertaan anggota BPJS, partisipasi memberikan informasi akurat tentang keluarga miskin, dan partisipasi dalam pengawasan pelaksanaan program. Pemerintah memiliki keterbatasan dalam penyediaan dana kesehatan, sehingga melalui BPJS masyarakat dapat membantu pemerintah dalam hal penyediaan dana dan mewujudkan masyarakat Indonesia yang memiliki jaminan kesehatan. 5. UCAPAN TERIMA KASIH Syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena jurnal dari penyusunan TESIS ini dapat diselesaikan. Kelancaran penyelesaian penyusunan jurnal ini juga didukung oleh berbagai pihak. Dengan segala hormat dan kerendahan hati, penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada : 1. Prof. Candra Fajri Ananda, SE., M.Sc., Ph. D., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya dan selaku Ketua Komisi Pembimbing Tesis; 2. Dr. Susilo, SE., MS., selaku Dosen Pembimbing 2; 3. Dr. Moh. Khusaini, SE., M.Si., MA., selaku Ketua Program Studi PMIE FEB; 4. Kepala Dinas Kesehatan Kota Malang, Kota Batu, dan Kabupaten Malang; 5. Kepala Dinas Pendidikan Kota Malang, Kota Batu, dan Kabupaten Malang.

76 International Journal of Social and Local Economic Governance (IJLEG) Vol. 2, No. 1, April 2016, pages 59-65 6. DAFTAR PUSTAKA Agustin. N, Setiabudi. B, Purwanto. 2013. Analisis Pola Spasial Fasilitas Pelayanan Kesehatan menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografi (SIG) Di Kecamatan Kepanjen, Kecamatan Pakisaji Dan kecamatan Pagak Kabupaten Malang. Fakultas Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang. Ajwad, M.I. and Wodon, Q. 2002. Who Benefits from Increased Access to Public Services at the Local Level? A Marginal Benefit Incidence Analysis for Education and Basic Infrastructure. World Bank Economists Forum Vol. 2. Bappeda Provinsi Jawa Timur. 2012. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2031. BPS Provinsi Jatim. 2014. Jawa Timur Dalam Angka. Dinas Kesehatan Kota Malang, Kota Batu, Kabupaten Malang, 2012, Capaian Standar Minimum Pelayanan Kesehatan di Kabupaten Malang Tahun 2012 Dinas Kesehatan Kota Malang, 2013, Capaian Standar Minimum Pelayanan Kesehatan di Kota Malang Tahun 2013. Hyman, D. 2005. Public Finance A Contemporary Application of Theory to Policy, Eight Edition. Thomson. South- Western. North Carolina State University. Kementerian Keuangan. 2014. Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2014. Kemendiknas, 2014. Bantuan Operasional Sekolah. Kemenkes, 2014. Jaminan Kesehatan Masyarakat. Regina, B. Soeaidy, S. Ribawanto, H. 2015. Implementasi Kebijakan Bantuan Operasional Sekolah Di Kota Malang (Studi Di Dinas Pendidikan Kota Malang). Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang. Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 3, No.1 Todaro, M.P dan Smith, S. C. 2004. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.