V. ANALISIS PENGARUH BANTUAN STIMULUS INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN, KETIMPANGAN DAN KEMISKINAN KABUPATEN TERTINGGAL
|
|
- Hendra Lesmono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 V. ANALISIS PENGARUH BANTUAN STIMULUS INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN, KETIMPANGAN DAN KEMISKINAN KABUPATEN TERTINGGAL 5.1. Hasil Estimasi Analisis mengenai pengaruh bantuan infrastruktur (P2IPDT) terhadap perekonomian, ketimpangan dan kemiskinan dalam penelitian ini, dilakukan dengan menghitung pengaruh total bantuan P2IPDT maupun per jenis bantuan P2IPDT yang diterima kabupaten tertinggal. Pada bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa bantuan P2IPDT diberikan pada kabupaten tertinggal dalam bidang transporasi, energi, informasi dan telekomunikasi, sosial dan ekonomi. Tabel 5.1 dan 5.2 masing-masing menyajikan hasil estimasi pengaruh bantuan infrastruktur terhadap perekonomian (model 1) dan pengaruh aktifitas perekonomian terhadap kemiskinan (model 2) dengan menggunakan beberapa teknik ekonometrik, antara lain metode panel statis, panel dinamis dan panel instrumental variable. Penggunaan berbagai metode estimasi ini diharapkan dapat menunjukkan variasi hasil estimasi, melihat kebaikan, robustness model, serta validitas di antara berbagai metode estimasi yang digunakan. Secara khusus, hasil ini juga dapat digunakan untuk mengkomparasi hasil estimasi dari model panel statis, panel dinamis dan panel instrumental variable, mengingat masing-masing metode tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Metode panel data dinamis digunakan dalam penelitian ini mengingat kelebihan metode panel data dinamis yang sanggup mengatasi endogeneity problem terkait dengan penggunaan lag variabel dependen, dimana pada metode panel data statis penggunaan lag variabel dependen menyebabkan hasil estimasi menjadi bias dan tidak konsisten. Penggunaan metode panel instrumental variable digunakan mengingat keterbatasan metode panel data statis dan dinamis jika digunakan pada lebih dari satu persamaan. Digunakannya dua persamaan dalam penelitian ini adalah untuk melihat mekanisme transmisi bantuan stimulus infrastruktur terhadap
2 82 penurunan penduduk miskin (melalui jalur perekonomian) menjadi satu alasan digunakannya metode panel instrumental variable. Estimasi dari ketiga metode ekonometrik yang digunakan tersebut menunjukkan hasil yang bervariasi. Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing metode memiliki kelebihan dan kelemahan. Pada model panel data statis menggunakan model Random Effect (RE), hasil estimasi untuk variabel inflasi dan jumlah populasi, terbukti nyata memengaruhi perekonomian (PDRB per kapita). Hasil yang berbeda didapatkan pada estimasi pengaruh variabel indeks gini, bantuan stimulus infrastruktur (P2IPDT) dan kuadrat bantuan, dimana ketiga variabel tersebut tidak signifikan memengaruhi perekonomian, namun demikian hasil estimasi koefisien menunjukkan arah yang sama dengan hasil estimasi menggunakan metode panel dinamis. Hasil estimasi panel data statis untuk dummy variable yang digunakan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata antara petumbuhan ekonomi KBI dan KTI. Hasil estimasi yang tidak konsisten antara hasil model 1 dan model 2 didapatkan pada penggunaan metode panel data statis. Pada hasil estimasi model 1, variabel indeks gini nyata positif memengaruhi perekonomian. Kondisi ini dapat diartikan bahwa meningkatnya aktifitas perekonomian di kabupaten tertinggal diikuti pula oleh kenaikan ketimpangan ditribusi pendapatan masyarakat daerah tertinggal, sehingga seharusnya kondisi ini tidak mampu menurunkan persentase kemiskinan di kabupaten tertinggal. Kenyataan yang berkebalikan didapat pada hasil estimasi model 2, dimana dapat disimpulkan bahwa perekonomian di kabupaten tertinggal mampu menurunkan angka kemiskinan. Kondisi ini ditunjukkan oleh nilai koefisien regresi pada variabel PDRB per kapita yang nyata negatif memengaruhi persentase penduduk miskin sehingga dapat diartikan kenaikan aktifitas ekonomi diikuti oleh penurunan persentase penduduk miskin. Hasil yang tidak konsisten ini diduga merupakan akibat dari kelemahan panel data statis yang tidak mampu menangkap proses dynamic adjustment dari perekonomian karena tidak diikutsertakannya lag dependent variable (lag PDRB per kapita) dalam model.
3 83 Berbeda halnya dengan hasil estimasi yang didapatkan dengan menggunakan metode panel data dinamis, dimana hasil estimasi antara model 1 dan model 2 menunjukkan arah yang konsisten. Pada estimasi panel data dinamis dalam model 1 menunjukkan bahwa variabel indeks gini nyata positif memengaruhi PDRB per kapita, yang artinya efek distribusi pendapatan yang besar menyebabkan aktifitas perekonomian yang semakin tinggi tidak mampu menurunkan kemiskinan. Hasil yang sama ditunjukkan pada estimasi model 2, dimana nilai koefisien regresi variabel PDRB per kapita nyata positif memengaruhi persentase penduduk miskin, yang artinya kenaikan aktifitas perekonomian diikuti dengan kenaikan persentase penduduk miskin. Estimasi koefisien pada metode panel instrumental variable (IV) model Fixed Effect (FE) menunjukkan hasil yang tidak lebih baik (Tabel 5.2). Terlihat bahwa hanya variabel PDRB per kapita yang nyata negatif memengaruhi persentase penduduk miskin, sedangkan variabel pengeluaran pemerintah baik nominal maupun kuadrat nominalnya tidak nyata dalam menurunkan persentase penduduk miskin. Kelemahan lain pada estimasi panel instrumental variable ini adalah tidak dapat dilihatnya pengaruh bantuan terhadap perekonomian kabupaten tertinggal karena variabel tersebut telah diinstrumenkan ke dalam persamaan model 2. Melihat hasil estimasi dari ketiga metode ekonometrik yang telah diulas di atas, maka disimpulkan bahwa dalam penelitian ini metode panel data dinamis dipilih sebagai metode yang lebih tepat dalam menjelaskan model pengaruh bantuan terhadap perekonomian dan persentase kemiskinan Analisis Pengaruh Bantuan Infrastruktur terhadap Perekonomian Kabupaten Tertinggal Arah koefisien regresi yang dihasilkan dalam estimasi panel data dinamis dengan menggunakan variabel total bantuan P2IPDT sebagian besar telah sesuai dengan kajian teori ekonomi (Tabel 5.1). Variabel lag PDRB per kapita nyata positif memengaruhi PDRB per kapita tahun berjalan, dengan nilai koefisien sebesar 0,859. Angka sebesar ini dapat diartikan sebagai kenaikan sebesar Rp. 1 juta pada PDRB per
4 84 kapita tahun sebelumnya akan meningkatkan PDRB per kapita tahun berjalan sebesar Rp. 859 ribu. Hubungan yang positif ini dikarenakan adanya penyesuaian dinamis (dynamic of adjustment) mengingat variabel PDRB per kapita merupakan variabel yang dinamis terutama dalam analisis jangka panjang. Tabel 5.1. Hasil Estimasi Pengaruh Bantuan P2IPDT (Total dan per Jenis Bantuan) menggunakan Panel Data Statis dan Dinamis Variabel Model 1 (Dependent Var: PDRB per kapita) Total Bantuan Per Jenis Bantuan Lag PDRB per kapita (Yt-1) Bantuan Infrastruktur (P2IPDT) Kuadrat Bantuan Infrastruktur (P2IPDT2) Inflasi (t-1) (Inft_1) Jumlah Penduduk (Popt) Indeks gini (t) (Ginit) Dummy Bantuan Infrastruktur Transportasi (Dtransp) Dummy Bantuan Infrastruktur Energi (Denergi) Dummy Bantuan Infrastruktur Infotel (Dinfotel) Dummy Bantuan Infrastruktur Sosial (Dsos) Dummy Bantuan Infrastruktur Ekonomi (Dekon) Dummy Wilayah (Dwil) RE SysGMM RE SysGMM - 0, , (0,000) (0,000) -113,446-97,06834 (0,450) (0,001) 0, , (0,605) (0,000) , , ,6 (0,000) (0,013) (0,000) (0,050) -3, , , , (0,000) (0,176) (0,003) (0,272) , , ,8 (0,550) (0,003) (0,118) (0,028) (0,008) Cat: angka dalam kurung menunjukkan nilai probabilita ,4 (0,037) 46504,04 (0,625) 27689,4 (0,770) ,57 (0,887) 15540,48 (0,810) ,9 (0,768) (0,081) 46956,63 (0,582) ,45 (0,832) ,84 (0,862) ,26 (0,108) ,77 (0,162) ,4 (0,022) Variabel kuadrat bantuan stimulus infrastruktur (P2IPDT) nyata positif memengaruhi PDRB per kapita, dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,0212. Nilai bantuan stimulus infrastruktur dalam model panel dinamis nyata negatif
5 85 memengaruhi PDRB per kapita dengan nilai koefisien sebesar -97,06. Kedua nilai ini menunjukkan bahwa hubungan antara bantuan dan PDRB per kapita memiliki bentuk pola U (kuadratik), dimana pada awal bantuan diterapkan terdapat kecenderungan penurunan nilai PDRB per kapita, hingga pada suatu saat dicapainya titik balik (turning point), maka bantuan yang diberikan mampu meningkatkan perekonomian. Hasil estimasi yang negatif pada nilai bantuan dan positif pada nilai kuadrat bantuan ini juga menjelaskan bahwa dalam meningkatkan perekonomian, dampak infrastruktur berpengaruh pada jangka menengah dan jangka panjang, mengingat hal tersebut kiranya perlu dibuat peta bantuan (road map) bagaimana bantuan didistribusikan ke kabupaten tertinggal, untuk memperbesar dampaknya terhadap kesejahteraan masyarakat serta memudahkan dalam evaluasi bantuan. Inflasi tahun sebelumnya nyata positif memengaruhi PDRB per kapita kabupaten tertinggal dengan nilai koefisien sebesar ,7. Besaran nilai koefisien regresi ini menunjukkan bahwa apabila terdapat kenaikan 1 persen pada inflasi tahun sebelumnya, maka akan terjadi kenaikan PDRB per kapita sebesar Rp ,7 juta. Hubungan yang positif ini dapat terjadi sebagai akibat adanya inflasi terutama yang berasal dari adanya dorongan permintaan (demand pull inflation), mengingat di daerah tertinggal nilai tambah daerah masih didorong oleh konsumsi masyarakat yang tinggi. Hasil estimasi panel dinamis pada variabel indeks gini yang dalam hal ini merupakan ukuran ketimpangan distribusi pendapatan, menunjukkan arah yang positif dengan nilai koefisien sebesar Angka ini menunjukkan bahwa kenaikan indeks gini sebesar 0,01 akan meningkatkan PDRB per kapita sebesar Rp ,75 juta. Kondisi ini menunjukkan bahwa peningkatan aktifitas ekonomi di kabupaten tertinggal belum mampu menurunkan angka kemiskinan, karena nyatanya ketimpangan yang semakin tinggi menyebabkan peningkatan pada kinerja perekonomian. Hasil ini sejalan dengan penelitian Iradian (2005) yang menyatakan bahwa ketimpangan yang tinggi yang diikuti dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi menyebabkan penurunan kemiskinan akan sulit terjadi. Hubungan positif antara indeks gini dengan PDRB per kapita menunjukkan bahwa ada distribusi
6 86 pendapatan yang timpang di kabupaten tertinggal, dimana peningkatan aktifitas perekonomian hanya dinikmati oleh masyarakat berpendapatan tinggi. Kondisi yang sama terjadi pada level nasional, data BPS pada tahun 2009 mencatat bahwa sebanyak 44,90 persen pendapatan dinikmati hanya oleh 20% penduduk berpendapatan tinggi yang menunjukkan bahwa peningkatan output yang terjadi lebih banyak dinikmati oleh penduduk berpendapatan tinggi. Pertumbuhan 0,25 0,2 0,15 0,1 0, Persentil Pengeluaran Growth Mean Sumber: BPS, diolah dari Susenas Kor Tahun 2008 dan 2009 Gambar 5.1. Growth Incidence Curve Kabupaten Tertinggal di Indonesia, Tahun Pola hubungan yang positif antara indeks gini dan PDRB per kapita juga dapat dijelaskan oleh pola Growth Incidence Curve (GIC). GIC kabupaten tertinggal periode menunjukkan fungsi turun pada kelas 30 persen pendapatan rendah, sedangkan pada kelas 70 persen pendapatan tinggi, GIC mulai menunjukkan fungsi naik. GIC dengan pola seperti ini menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan ketimpangan yang menurun pada kelas 30 persen pendapatan rendah, sedangkan pada kelas 70 persen pendapatan tinggi menunjukkan kecenderungan ketimpangan yang semakin tinggi. Kesimpulan ini merujuk pada Ravallion dan Chen (2001) yang menyatakan bahwa jika GIC merupakan fungsi turun menunjukkan bahwa
7 87 ketimpangan akan cenderung menurun, sedangkan jika GIC merupakan fungsi naik menunjukkan bahwa ketimpangan akan meningkat. Penduduk kelas 70 persen pendapatan tinggi menguasai 84,04 persen (tahun 2009) dari total pendapatan kabupaten tertinggal yang menunjukkan besarnya kemampuan dalam memengaruhi perekonomian, sehingga penurunan ketimpangan pada kelas 30 persen pendapatan rendah tidak mampu mengimbangi peningkatan ketimpangan kelas 70 persen pendapatan tinggi. Penelitian Suparno (2010) juga mendukung hasil yang didapat pada penelitian ini, dimana dalam penelitiannya disimpulkan bahwa perekonomian ekonomi ( ) di perdesaan belum tergolong pro poor growth, yang artinya penduduk miskin di perdesaan belum menikmati secara optimal efek perekonomian yang terjadi. Nilai PEGR di perdesaan (2,14 persen) lebih rendah dibanding perekonomian pendapatannya (3,48 persen), berbeda dengan hasil penelitian di perkotaan yang sudah tergolong pro poor growth. Hasil yang saling mendukung ini dapat disebabkan oleh kesamaan karakteristik daerah perdesaan pada penelitian tersebut dengan daerah tertinggal yang memang merupakan daerah perdesaan. Klasifikasi kota dan desa BPS mengkategorikan 183 kabupaten tertinggal sebagai daerah perdesaan. Variabel dummy wilayah yang digunakan untuk menangkap perbedaan intersep antara KBI dan KTI nyata positif memengaruhi perekonomian dengan nilai koefisien sebesar ,4. Besaran nilai koefisien ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan intersep pada persamaan PDRB per kapita, yaitu sebesar Rp ,4 antara wilayah KBI dan KTI. Melihat kondisi ini, kiranya kebijakan selanjutnya dapat ditekankan di KTI mengingat marginal benefit akan lebih banyak dinikmati di kawasan timur. Model estimasi total bantuan seperti yang telah dilakukan sebelumnya telah menjelaskan bahwa bantuan infrastruktur (P2IPDT) yang distimulasi oleh Kementrian PDT ternyata mampu meningkatkan aktifitas ekonomi meskipun belum mampu menurunkan persentase kemiskinan di kabupaten tertinggal. Model estimasi total bantuan tersebut namun tidak dapat melihat jenis bantuan apa yang paling signifikan mendorong perekonomian kabupaten tertinggal, sehingga dapat
8 88 diprioritaskan dalam pembangunan infrastruktur kabupaten tertinggal. Model estimasi per jenis bantuan digunakan dalam penelitian ini untuk menjawab permasalahan tersebut. Faktor ketersediaan data menjadi salah satu hambatan dalam memodelkan bantuan infrastruktur (P2IPDT) ke dalam model persamaan ekonometrik, dimana masing-masing kabupaten tertinggal tidak secara kontinu mendapatkan satu jenis bantuan yang sama tiap tahunnya. Model persamaan dengan dummy variable jenis bantuan kemudian digunakan dalam penelitian ini untuk mengatasi hambatan ketersediaan data. Hasil estimasi dengan menggunakan metode panel data dinamis per jenis bantuan infrastruktur didapatkan nilai koefisien regresi yang nyata positf pada variabel lag variabel dependen, yaitu sebesar 0,961. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat penyesuaian dinamis (dynamic of adjustment) pada model pengaruh bantuan infrastruktur (per jenis bantuan) mengingat variabel PDRB per kapita merupakan variabel yang dinamis terutama dalam analisis jangka panjang. Angka koefisien regresi sebesar 0,961 memiliki arti bahwa kenaikan sebesar Rp. 1 juta pada PDRB per kapita tahun sebelumnya akan meningkatkan PDRB per kapita tahun berjalan sebesar Rp. 961 ribu. Nilai koefisien dari dummy variable jenis bantuan kiranya menarik untuk dicermati, dimana tidak ada satupun dari dummy variable jenis bantuan yang nyata secara statistik. Kondisi ini mungkin saja terjadi akibat beberapa faktor diantaranya, bantuan yang diberikan kurang sesuai dengan kebutuhan daerah, bantuan yang diberikan bersifat ad hoc (tidak kontinu) sehingga bantuan tersebut berhenti sebelum dampaknya dirasakan masyarakat. Dari segi permodelan, dummy variable yang digunakan untuk menangkap pengaruh jenis bantuan kiranya belum robust dalam menjelaskan fenomena jenis bantuan secara ekonometrik. Sejalan dengan hasil yang didapatkan pada estimasi pengaruh bantuan P2IPDT total dalam analisis pengaruh per jenis bantuan ini, inflasi tahun sebelumnya nyata positif memengaruhi PDRB per kapita kabupaten tertinggal dengan nilai koefisien sebesar ,6. Besaran nilai koefisien regresi ini menunjukkan bahwa apabila terdapat kenaikan 1 persen pada inflasi tahun sebelumnya, maka akan terjadi
9 89 kenaikan PDRB per kapita sebesar Rp ,6 juta. Hubungan yang positif ini dapat terjadi sebagai akibat adanya inflasi yang timbul dari dorongan permintaan (demand pull inflation), mengingat di daerah tertinggal nilai tambah daerah masih didorong dari konsumsi masyarakat yang tinggi. Variabel indeks gini yang merupakan ukuran ketimpangan distribusi pendapatan, menunjukkan arah yang positif dengan nilai koefisien sebesar ,8. Angka ini menunjukkan bahwa kenaikan indeks gini sebesar 0,01 akan meningkatkan PDRB per kapita sebesar Rp ,7 juta. Kondisi ini sejalan dengan estimasi yang dihasilkan dengan menggunakan nominal bantuan P2IPDT total yang juga sejalan dengan yang ditunjukkan oleh penelitian Suparno (2010). Berdasarkan hasil estimasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa peningkatan perekonomian kabupaten tertinggal diikuti dengan kenaikan ketimpangan pendapatan. Melihat fenomena ini, kiranya perlu memfokuskan pembangunan di daerah perdesaan khususnya daerah tertinggal, terutama pada pemberdayaan masyarakat ekonomi menengah ke bawah, untuk turut serta berperan aktif dalam menggerakkan roda perekonomian daerah. Perbedaan variasi dalam perekonomian ekonomi antara KBI dan KTI ternyata signifikan secara statistik. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien regresi yang bernilai positif pada variabel dummy wilayah yang digunakan. Hasil estimasi menunjukkan bahwa terdapat perbedaan variasi PDRB per kapita sebesar Rp ,7 antara wilayah KBI dan KTI. Hal ini dapat diartikan pula bahwa terdapat ketimpangan pembangunan antara wilayah KBI dan KTI, bahkan pada kasus kabupaten tertinggal Analisis Pengaruh Perekonomian terhadap Penurunan Kemiskinan di Kabupaten Tertinggal Analisis pengaruh perekonomian terhadap persentase penduduk miskin dijelaskan dalam model ke-2 (Tabel 5.2). Hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel PDRB per kapita (sebagai proxy aktifitas perekonomian) nyata positif memengaruhi penduduk miskin dengan nilai koefisien regresi sebesar 1,36e-06. Besaran ini mengindikasikan bahwa kenaikan PDRB per kapita sebesar Rp. 1 triliun dapat
10 90 meningkatkan persentase penduduk miskin sebesar 1,36 %. Kondisi ini mendukung hasil estimasi model 1, yang menyimpulkan bahwa aktifitas ekonomi di kabupaten tertinggal belum mampu menurunkan angka kemiskinan karena diikuti oleh kenaikan ketimpangan pendapatan. Kondisi ini terjadi mengingat proses pembangunan lebih dititikberatkan pada daerah maju (perkotaan) dibandingkan dengan daerah tertinggal (perdesaan). Hal ini sejalan dengan penelitian Daryanto (2003) yang mengungkapkan bahwa proses pembangunan lebih mengedepankan pembangunan perkotaan, sedangkan pembangunan perdesaan selalu diletakkan paling belakang Perdesaan masih dianggap sebagai sumber produksi pertanian untuk memenuhi kebutuhan perkotaan, sumber potensi konsumsi dalam penyerapan yang dihasilkan produk industri dan jasa di perkotaan, serta sumber kelimpahan tenaga kerja bagi perkotaan. Hal ini mengakibatkan semakin lebarnya kesenjangan antara perkotaan dan perdesaan (Daryanto, 2003). Tabel 5.2. Hasil Estimasi Pengaruh Perekonomian terhadap Penurunan Kemiskinan dengan Menggunakan Metode Panel Statis, Panel Dinamis dan Panel Instrumental Variable Variabel Model 2 (Dependent Var: Persentase Pddk Miskin) RE SysGMM Panel IV FE Lag Persentase Pddk Miskin (Pot-1) Indeks gini (t) (Ginit) Pengeluaran Pemerintah (Expjuta) Kuadrat Pengeluaran Pemerintah (Expjuta2) PDRB per kapita (Yt) - -16,10561 (0,005) -8,25e-07 (0,098) 3,20e-12 (0,193) -6,71e-07 (0,021) Cat: angka dalam kurung menunjukkan nilai probabilita 1, (0,000) - -0, (0,085) 2,68e-11 (0,029) 1,36e-06 (0,019) - -6,19999 (0,326) 5,16e-6 (0,424) 1,41e-12 (0,603) -0, (0,000) Variabel pengeluaran pemerintah signifikan dalam menurunkan persentase penduduk miskin, hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien yang negatif, yaitu sebesar
11 91-0, Angka ini menunjukkan bahwa kenaikan pengeluaran pemerintah sebesar Rp. 1 miliar dapat menurunkan persentase penduduk miskin sebesar 0,328 %. Hubungan negatif antara pengeluaran pemerintah dengan persentase penduduk miskin ini dapat terjadi sebagai refleksi implementasi kebijakan-kebijakan pemerintah daerah yang pro poor growth. dalam mengalokasikan dan mengelola keuangan daerah, sehingga dampaknya dapat dirasakan oleh masyarakat miskin. Hal yang cukup menarik untuk dicermati adalah pada variabel kuadrat pengeluaran pemerintah yang nilai koefisiennya bernilai positif. Nilai koefisien yang positif dapat diartikan bahwa dalam jangka panjang, kenaikan pengeluaran pemerintah dapat menurunkan pertumbuhan ekonomi dan berpotensi meningkatkan kemiskinan. Kondisi ini dapat terjadi mengingat Anggaran pendapatan dan belanja baik pusat maupun daerah masih didominasi oleh anggaran untuk belanja rutin (belanja pegawai) yang nilainya lebih tinggi dari belanja modal untuk pembangunan, sehingga peningkatan nilai tambah/output yang terjadi disebabkan oleh peningkatan konsumsi bukan dari investasi. Data Kementrian Keuangan (2009) menunjukkan bahwa belanja modal untuk pembangunan hanya sebesar 26,33 persen dari total belanja nasional Uji Spesifikasi Model Panel Data Dinamis Pengujian spesifikasi model panel data dinamis dalam penelitian ini menggunakan uji Sargan atau yang lebih dikenal dengan Sargan Test of Overidentifying Restriction. Uji Sargan ini digunakan untuk melihat validitas instrumen yang digunakan di dalam model. Hasil uji Sargan terhadap ketiga model persamaan panel data dinamis dapat disimpulkan bahwa instrumen/model yang digunakan adalah valid pada tingkat kepercayaan 1%. Kesimpulan tersebut didasarkan pada nilai p-value pada ketiga model persamaan yang digunakan. Nilai p-value pada model pengaruh total bantuan P2IPDT terhadap perekonomian ekonomi adalah sebesar 0,0317 sedangkan nilai p- value untuk model pengaruh bantuan P2IPDT per jenis bantuan adalah sebesar 0,0197. Nilai p-value untuk model pengaruh perekonomian ekonomi terhadap persentase kemiskinan adalah sebesar 0,2459. Ketiga hasil tersebut merujuk pada
12 92 kesimpulan bahwa tidak cukup bukti secara statistik untuk menolak Ho, sehingga disimpulkan bahwa instrumen/model valid secara statistik.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 telah menggariskan bahwa Visi Pembangunan 2010-2014 adalah Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis,
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelian ini adalah data sekunder dari berbagai publikasi Badan Pusat Statistik (BPS), diantaranya publikasi indikator
Lebih terperinciBAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Perkembangan Kinerja Keuangan Kabupaten/Kota
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Perkembangan Kinerja Keuangan Kabupaten/Kota Pada analisis ini hanya melihat dari sisi penerimaan kabupaten/kota di provinsi Aceh. Kinerja keuangaan dari sisi penerimaan
Lebih terperinci5. PROFIL KINERJA FISKAL, PEREKONOMIAN, DAN KEMISKINAN SEKTORAL DAERAH DI INDONESIA
86 5. PROFIL KINERJA FISKAL, PEREKONOMIAN, DAN KEMISKINAN SEKTORAL DAERAH DI INDONESIA Profil kinerja fiskal, perekonomian, dan kemiskinan sektoral daerah pada bagian ini dianalisis secara deskriptif berdasarkan
Lebih terperinciVIII. KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN. produktivitas tenaga kerja di semua sektor.
VIII. KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan 1. Dalam jangka pendek peningkatan pendidikan efektif dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja pertanian dibanding dengan sektor industri
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut. 1. Selama periode penelitian tahun 2008-2012, ketimpangan/kesenjangan kemiskinan antarkabupaten/kota
Lebih terperinci5 HASIL DAN PEMBAHASAN
75 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pemerintah Penerimaan pemerintah terdiri dari PAD dan dana perimbangan. PAD terdiri dari pajak, retribusi, laba BUMD, dan lain-lain
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. 6.1 Kesimpulan
BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap ketimpangan pendapatan dan kemiskinan, serta menganalisa keberpihakan pertumbuhan ekonomi
Lebih terperinciIV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 4.1. Dinamika Disparitas Wilayah Pembangunan wilayah merupakan sub sistem dari pembangunan koridor ekonomi dan provinsi dan merupakan bagian
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
28 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber. Jenis data yang digunakan adalah data panel,
Lebih terperinciBAB III. METODE PENELITIAN
BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang berasal dari Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh dan Kementrian Keuangan Republik
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang menguji teori-teori melalui pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan
Lebih terperinci5. DETERMINAN KETAHANAN PANGAN REGIONAL DAN RUMAH TANGGA
5. DETERMINAN KETAHANAN PANGAN REGIONAL DAN RUMAH TANGGA 5.1 Determinan Ketahanan Pangan Regional Analisis data panel dilakukan untuk mengetahui determinan ketahanan pangan regional di 38 kabupaten/kota
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten/Kota Se propinsi
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Setelah dilakukan pengumpulan data yang berupa laporan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten/Kota Se propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Lebih terperinciDAMPAK INVESTASI DAN TENAGA KERJA TERHADAP KETIMPANGAN PEMBANGUNAN KAWASAN TIMUR INDONESIA
DAMPAK INVESTASI DAN TENAGA KERJA TERHADAP KETIMPANGAN PEMBANGUNAN KAWASAN TIMUR INDONESIA Rosmeli, SE, ME *Dosen Fakultas Ekonomi Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Jambi Kampus Pinang Masak
Lebih terperinciVII. SIMPULAN DAN SARAN
VII. SIMPULAN DAN SARAN 7.1. Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa : 1. Komposisi terbesar belanja Pemerintah Indonesia adalah untuk belanja rutin dan pelayanan
Lebih terperinciV. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI JAWA BARAT
V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI JAWA BARAT 5.1 Analisis Model Regresi Data Panel Persamaan regresi data panel digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan juga merupakan ukuran
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan syarat yang diperlukan dalam melaksanakan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan juga merupakan ukuran utama keberhasilan pembangunan. Pertumbuhan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan ekonomi pada hakikatnya bertujuan untuk menghapus atau mengurangi kemiskinan, mengurangi ketimpangan pendapatan, dan menyediakan lapangan pekerjaan dalam konteks
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Utara. Series data yang digunakan dari tahun
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari Badan Pusat Statistik Republik Indonesia dan BPS Provinsi Maluku Utara.
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perubahan yang cukup berfluktuatif. Pada
Lebih terperinciBAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. implementasi kebijakan desentralisasi fiskal di Provinsi Sulawesi Barat. Bab ini
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini menguraikan gambaran dan analisis terkait dengan implementasi kebijakan desentralisasi fiskal di Provinsi Sulawesi Barat. Bab ini juga menjelaskan pengaruh
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Bangli, Kabupaten Karangasem, dan Kabupaten Buleleng.
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan lokasi penelitian wilayah Provinsi Bali yang merupakan salah satu provinsi yang ada di Indonesia. Luas Provinsi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Implementasi desentralisasi fiskal yang efektif dimulai sejak Januari
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Implementasi desentralisasi fiskal yang efektif dimulai sejak Januari 2001 telah memberikan kewenangan yang luas kepada pemerintah daerah untuk merencanakan dan melaksanakan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam
1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan proses multidimensial yang meliputi perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam kelembagaan (institusi)
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. 2002). Penelitian ini dilakukan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan
Lebih terperinciVIII. DAMPAK KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DAN JEMBATAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA
VIII. DAMPAK KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DAN JEMBATAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA 8.1. Analisis Simulasi Kebijakan Dalam analisis jalur struktural atau SPA sebelumnya telah diungkap bagaimana
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. distribusi pendapatan di desa dan kota, di mana terjadi peningkatan
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Ketimpangan distribusi pendapatan Provinsi Kalimantan Timur meningkat pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem desentralistik atau otonomi daerah merupakan salah satu keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut dilatarbelakangi oleh pelaksanaan
Lebih terperinciBAB IV. DINAMIKA KABUPATEN/KOTA PESISIR DALAM UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PEMP
BAB IV. DINAMIKA KABUPATEN/KOTA PESISIR DALAM UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PEMP Analisis deskriptif dan kuadran dalam penelitian ini digunakan untuk memberikan gambaran mengenai
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perkembangan Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Pembahasan mengenai kinerja keuangan pemerintah daerah ditinjau dari beberapa hal. Pertama, proporsi belanja
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis akan melaksanakan langkah-langkah sebagai
BAB III METODE PENELITIAN A. Langkah Penelitian Dalam penelitian ini, penulis akan melaksanakan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Merumuskan spesifikasi model Langkah ini meliputi: a. Penentuan variabel,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi antar wilayah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Ketimpangan Ekonomi Antar Wilayah Ketimpangan ekonomi antar wilayah merupaka ketidakseimbangan pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data panel (pool data).
31 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data panel (pool data). 3.2 Metode Analisis Data 3.2.1 Analisis Weighted
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kesenjangan Ekonomi Antar Wilayah Sjafrizal (2008) menyatakan kesenjangan ekonomi antar wilayah merupakan aspek yang umum terjadi dalam kegiatan pembangunan
Lebih terperinciDISTRIBUSI PENDAPATAN PENDUDUK KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013
DISTRIBUSI PENDAPATAN PENDUDUK KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013 DISTRIBUSI PENDAPATAN PENDUDUK KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013 KATA PENGANTAR Buku Distribusi Pendapatan Penduduk Kota Palangka Raya Tahun 2013
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sektor swasta dan masyarakat (Saragih, 2009). merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang menjadi sumber daya potensial di wilayah
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data tenaga kerja, PDRB riil, inflasi, dan investasi secara berkala yang ada di kota Cimahi.
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang meliputi: 1. Data panel hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) dan Survei Angkatan
Lebih terperinciTata Kelola Ekonomi Daerah & Kesejahteraan Masyarakat di Indonesia
Tata Kelola Ekonomi Daerah & Kesejahteraan Masyarakat di Indonesia Oleh: Rahmasari Istiandari Dalam era desentralisasi dan otonomi daerah saat ini, setiap Pemda diberikan kewenangan dan peran aktif membangun
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. lumpuhnya sektor-sektor perekonomian dunia, sehingga dunia dihadapkan bukan
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi global lebih dari 12 tahun yang lalu telah mengakibatkan lumpuhnya sektor-sektor perekonomian dunia, sehingga dunia dihadapkan bukan hanya dengan upaya
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini, Indonesia dijadikan sebagai objek penelitian untuk menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah, ekspor dan jumlah penduduk terhadap
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. topik penelitian secara keseluruhan. Dalam kaitannya dengan hal ini, metode
III. METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan pendekatan umum untuk membangun topik penelitian secara keseluruhan. Dalam kaitannya dengan hal ini, metode penelitian merupakan sistem atas peraturan-peraturan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. mengetahui pengaruh belanja daerah, tenaga kerja, dan indeks pembangunan
BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian empiris yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh belanja daerah, tenaga kerja, dan indeks pembangunan manusia terhadap
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi menunjukkan proses pembangunan yang terjadi di suatu daerah. Pengukuran pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat dilihat pada besaran Pendapatan Domestik
Lebih terperinciDaftar Isi. Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... vii 1. PENDAHULUAN...1
Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... vii 1. PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Isu-isu Pokok Pembangunan Ekonomi Daerah... 2 1.1.2 Tujuan... 5 1.1.3 Keluaran... 5
Lebih terperinciDISTRIBUSI PENDAPATAN KOTA PALANGKA RAYA 2014
DISTRIBUSI PENDAPATAN KOTA PALANGKA RAYA 2014 ISSN : No. Publikasi : Katalog BPS : Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : iii + 20 halaman Naskah: Penanggung Jawab Umum : Sindai M.O Sea, SE Penulis
Lebih terperinciVI. ANALISIS MULTIPLIER PEMBANGUNAN JALAN TERHADAP EKONOMI
VI. ANALISIS MULTIPLIER PEMBANGUNAN JALAN TERHADAP EKONOMI 6.1. Analisis Multiplier Pembangunan Jalan Terhadap Pendapatan Faktor Produksi Pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan umumnya membutuhkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Faktor-faktor yang..., Yagi Sofiagy, FE UI, 2010.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada hakekatnya pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, memperluas lapangan pekerjaan, meratakan pembagian
Lebih terperinciINDEKS KESENJANGAN EKONOMI ANTAR KECAMATAN DI KOTA PONTIANAK (INDEKS WILLIAMSON)
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PONTIANAK No : 02/02/6171/Th VI, 12 Pebruari 2008 INDEKS KESENJANGAN EKONOMI ANTAR KECAMATAN DI KOTA PONTIANAK (INDEKS WILLIAMSON) Rata-rata pertumbuhan ekonomi di Kota Pontianak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. belanja modal sendiri terjadi akibat kebutuhan sarana dan prasarana suatu daerah
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pengalokasian anggaran belanja modal merupakan suatu pengalokasian dana dalam bentuk APBD yang bertujuan untuk menambah aset tetap. Anggaran belanja modal sendiri
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sehingga pembangunan bidang pertambangan merupakan tanggung jawab bersama. Oleh karenanya
Lebih terperinciV. HASIL DAN ANALISIS
53 V. HASIL DAN ANALISIS 5.1. Analisis Regresi Data Panel Statis Tabel 8 menyajikan hasil estimasi koefisien regresi dari model data panel statis pada persamaan (1). Koefisien estimasi yang disajikan merupakan
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN PENUTUP
92 BAB 5 KESIMPULAN DAN PENUTUP First of all, human capital is considered one of the major factors in explaining a countries remarkable economic growth - Jong-Wha Lee - 5.1 Kesimpulan Dari penelitian ini,
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. per fungsi terhadap pertumbuhan ekonomi 22 kabupaten tertinggal dengan
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Tahap Evaluasi Model 5.1.1. Tahap Evaluasi Pemilihan Model Estimasi model, untuk mengetahui pengaruh belanja pemerintah daerah per fungsi terhadap pertumbuhan ekonomi 22
Lebih terperinciVIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. dampak investasi dan pengeluaran pemerintah terhadap kinerja perekonomian
205 VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis atas data yang telah ditabulasi berkaitan dengan dampak investasi dan pengeluaran pemerintah terhadap kinerja perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Bangsa dan Negara Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah pokok yang dihadapi Bangsa dan Negara Indonesia sebagai negara berkembang yang dikelompokkan berdasarkan tingkat kesejahteraan masyarakatnya adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi di daerah adalah pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses pembangunan daerah diarahkan pada peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan hasil-hasil pembangunan yang dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan.
Lebih terperinciABSTRAK. ketimpangan distribusi pendapatan, IPM, biaya infrastruktur, investasi, pertumbuhan ekonomi.
Judul : Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Biaya Infrastruktur, dan Investasi Terhadap Ketimpangan Distribusi Pendapatan Melalui Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Bali Nama : Diah Pradnyadewi
Lebih terperinciVII. MODEL PERMINTAAN IKAN DI INDONESIA
161 VII. MODEL PERMINTAAN IKAN DI INDONESIA Pemodelan suatu fenomena seringkali tidak cukup hanya dengan satu persamaan, namun diperlukan beberapa persamaan. Pada Bab IV telah disebutkan bahwa ditinjau
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Penelitian dilakukan di kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur. Dengan pertimbangan di setiap wilayah mempunyai sumber daya dan potensi dalam peningkatan pertumbuhan
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Analisis pengaruh PDRB per kapita, pengeluaran pemerintah sektor kesehatan, dan pengeluaran pemerintah sektor pendidikan terhadap indeks pembangunan manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita, atau yang biasa disebut pertumbuhan ekonomi. Indikator
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan suatu negara diarahkan pada upaya meningkatkan pendapatan perkapita, atau yang biasa disebut pertumbuhan ekonomi. Indikator yang digunakan untuk melihat
Lebih terperinciHALAMAN PENGESAHAN...
Judul : Pengaruh Pembiayaan Pemerintah Di Sektor Pendidikan Dan Kesehatan Terhadap Indeks Kualitas Manusia Serta Pertumbuhan Ekonomi Pada Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun 2011-2015 Nama : I Gede Komang
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH BULAN SEPTEMBER 2011
No. 05/01/33/Th. VI, 2 Januari 2012 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH BULAN SEPTEMBER 2011 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Provinsi Jawa Tengah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia memasuki era baru tata pemerintahan sejak tahun 2001 yang ditandai dengan pelaksanaan otonomi daerah. Pelaksanaan otonomi daerah ini didasarkan pada UU
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Kab/Kota di 6 Provinsi Pulau Jawa Periode tahun , peneliti mengambil
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian 3.3.1 Lokasi Penelitian Adapun lokasi penelitian yang dipilih peneliti adalah seluruh pemerintah Kab/Kota di 6 Provinsi Pulau Jawa Periode tahun 2011 2015,
Lebih terperinciDINAMIKA PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN
IV. DINAMIKA PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Bertambahnya jumlah penduduk berarti pula bertambahnya kebutuhan konsumsi secara agregat. Peningkatan pendapatan diperlukan
Lebih terperinciBeberapa Isu-terkait Kemiskinan: Analisis Awal Data Survei Sosial Ekonomi Nasional
Beberapa Isu-terkait Kemiskinan: Analisis Awal Data Survei Sosial Ekonomi Nasional 2004-2008 Uzair Suhaimi i uzairsuhaimi.wordpress.com Artikel ini mengulas beberapa isu terkait-kemiskinan: tingkat konsumsi,
Lebih terperinci4. GAMBARAN UMUM 4.1 Pertumbuhan Ekonomi
4. GAMBARAN UMUM 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan dasar pengukuran atas nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha yang timbul akibat adanya
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang metodologi yang digunakan dalam studi ini, yang terdiri dari spesifikasi model, definisi operasional variabel, data dan sumber data, serta metode
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2012: 13), penelitian deskriptif
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kemiskinan Analisis data panel digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi kemiskinan di Kawasan Barat Indonesia dan Kawasan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yag pesat merupakan feneomena penting yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yag pesat merupakan feneomena penting yang dialami dunia hanya semenjak dua abad
Lebih terperinciBAB V HASIL ESTIMASI DAN ANALISIS MODEL. Tabel 5.1. Output regresi model persentase penduduk miskin absolut (P 0 )
97 BAB V HASIL ESTIMASI DAN ANALISIS MODEL 5.1. Hasil Estimasi Model Persentase Penduduk Miskin Absolut (P 0 ) Head count index (P 0 ) merupakan jumlah persentase penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan.
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder bersifat runtun waktu (time series)
46 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder bersifat runtun waktu (time series) dalam periode tahunan dan data antar ruang (cross section). Data sekunder
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI. Gambar 3.1. Bagan Kerangka Pikir Penelitian
30 BAB 3 METODOLOGI 3.1. Kerangka Pikir Analisis Penelitian ini berangkat dari pemikiran bahwa semua orang (warga negara) mempunyai hak akan penghidupan yang layak dan bebas dari kemiskinan sesuai dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai suatu bangsa dan negara besar dengan pemilikan sumber daya alam yang melimpah, dalam pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional
Lebih terperinciBAB III METODELOGI PENELTIAN. Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur,
BAB III METODELOGI PENELTIAN A. Obyek/Subyek Penelitian Obyek dalam penelitian ini meliputi seluruh wilayah atau 33 provinsi yang ada di Indonesia, meliputi : Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menunjang pertumbuhan ekonomi yang pesat. Akan tetapi jika bergantung pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam yang berlimpah pada suatu daerah umumnya akan menunjang pertumbuhan ekonomi yang pesat. Akan tetapi jika bergantung pada sumber daya alam yang tidak
Lebih terperinciBAB 4 : KEUANGAN DAERAH
BAB 4 KEUANGAN DAERAH BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Realisasi penyerapan belanja APBD Pemerintah Provinsi Gorontalo triwulan IV-2010 cenderung lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Lambatnya
Lebih terperinci3. METODE. Kerangka Pemikiran
25 3. METODE 3.1. Kerangka Pemikiran Berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu serta mengacu kepada latar belakang penelitian, rumusan masalah, dan tujuan penelitian maka dapat dibuat suatu bentuk kerangka
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Indonesia dengan menggunakan data Tingkat Pengangguran Terbuka, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Upah Minimum dan Jumlah Penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah. Hasil dari pembangunan ekonomi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan sebuah proses untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah. Hasil dari pembangunan ekonomi bervariasi, ada yang menguntungkan
Lebih terperinciBAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Per Kapita dan Struktur Ekonomi Tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam lima tahun terakhir
Lebih terperinciIV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia
IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA 4.1. Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia 4.1.1. Uang Primer dan Jumlah Uang Beredar Uang primer atau disebut juga high powered money menjadi sasaran
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGAH SEPTEMBER 2014
No. 05/01/72/Th. XVIII, 02 Januari 2015 PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGAH SEPTEMBER RINGKASAN Perkembangan jumlah dan persentase penduduk miskin di Sulawesi Tengah selama periode 2010 terus mengalami
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. yang mempengaruhi aliran ekspor Surakarta ke Negara tujuan utama ekspor.
digilib.uns.ac.id 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan suatu kajian masalah terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi aliran ekspor Surakarta ke Negara tujuan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelian Penelian ini mengunakan metode penelian asosiatif dengan pendekatan kuantatif. Penelian asosiatif merupakan penelian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek penelitian Penelitian yang digunakan ini mengunakan obyek penelitian dari seluruh kabupaten dan kota yang berada di Provinsi Jawa Timur yang totalnya ada 38 Kabupaten
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT MARET 2010
No. 27/ 07/91/Th. IV, 1 Juli 2010 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT MARET 2010 Jumlah penduduk miskin di Provinsi Papua Barat pada tahun 2009 sebanyak 256.840 jiwa (35,71 persen) turun menjadi
Lebih terperinciBAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik analisis yang
BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian yang berkaitan dengan indeks pembangunan manusia juga telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012
RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 1 Halaman Daftar Isi Daftar Isi... 2 Kata Pengantar... 3 Indikator Makro Pembangunan Ekonomi... 4 Laju Pertumbuhan Penduduk...
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder bersifat runtun waktu (time series)
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder bersifat runtun waktu (time series) dalam periode tahunan dan data antar ruang (cross section). Data sekunder
Lebih terperinciBAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menganalisis pengaruh derajat desentralisasi fiskal penerimaan, variabel desentralisasi pengeluaran yaitu belanja tak langsung dan belanja langsung, Inflasi
Lebih terperinciPENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN GORONTALO
PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN GORONTALO HELDY ISMAIL Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri
Lebih terperinciV. PEMBAHASAN. perekonomian daerah. Pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk
V. PEMBAHASAN 5.1. Kinerja Ekonomi Daerah Kota Magelang Adanya penerapan desentralisasi fiskal diharapkan dapat mendorong perekonomian daerah. Pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk meningkatkan
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH PROGRAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERHADAP PENURUNAN KEMISKINAN DI KABUPATEN TERTINGGAL PERWITA SARI NRP.
ANALISIS PENGARUH PROGRAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERHADAP PENURUNAN KEMISKINAN DI KABUPATEN TERTINGGAL PERWITA SARI NRP. H 151090294 SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 PERNYATAAN
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji. Multikolinearitas dan uji Heteroskedastisitas.
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas Instrumen dan Data Uji kualitas data dalam penelitian ini menggunakan uji asumsi klasik. Asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Jawa Periode tahun karena di Pulau Jawa termasuk pusat pemerintahan
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Adapun lokasi penelitian yang digunakan penulis dalam menyusun penelitian di Indonesia khususnya di Pulau Jawa dengan objek penelitian
Lebih terperinci