BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Penggunaan multiple choice question (MCQ soal pilihan berganda) sebagai metode untuk menguji pencapaian hasil akhir belajar saat ini sudah sangat luas. Mulai dari ujian formatif sampai ujian sumatif, dari tingkat sekolah dasar (SD) hingga pada perguruan tinggi (PT) dan dari low stake maupun yang high stake. MCQ menjadi suatu metode yang sangat familiar baik bagi para pengajar maupun peserta didik. Sejak diberlakukannya Uji Kompetensi Dokter Indonesia (UKDI) sejak tahun 2007, MCQ dipilih sebagai salah satu metode untuk menilai pencapaian kompetensi seorang lulusan dokter Indonesia Ujian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang pengetahuan peserta melalui soal-soal yang berkaitan dengan mekanisme penyakit, clinical reasoning, critical thinking dan problem solving. Dalam pelaksanaannya, UKDI menyajikan sebanyak 200 soal berupa MCQ dengan tipe A yang terdiri dari vignette (skenario), lead-in (pertanyaan) dan option (pilihan). Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin (FK UNHAS) yang sejak tahun 2003 telah melakukan inovasi kurikulum dan menerapkan kurikulum terintegrasi, saat ini telah menerapkan berbagai bentuk penilaian baik untuk fase akademik (sarjana) maupun pada fase profesi (dokter). Mulai dari metode yang sudah cukup dikenal seperti short answer question (SAQ), essay, case report (laporan kasus), paper task (penulisan paper), hingga metode penilaian yang baru mulai diaplikasikan seperti objective structured clinical examination (OSCE) yang digunakan untuk menguji keterampilan klinik, objective structured practical examination (OSPE) untuk menilai kemampuan mahasiswa pada akhir kegiatan praktikum, dan tutor s rating yang diterapkan dalam kegiatan tutorial dalam menilai kinerja (performance) mahasiswa. Adapun MCQ hingga saat ini masih dianggap sebagai metode yang paling tepat digunakan untuk 1
menguji pencapian hasil belajar, khususnya untuk ranah pengetahuan. MCQ digunakan sebagai bentuk soal yang disajikan pada semua ujian akhir mata kuliah, baik yang penyajiannya secara blok maupun non-blok. Model soal MCQ ini menjadi bentuk yang paling lazim digunakan pada semua ujian mata kuliah di FK UNHAS dan memberikan kontribusi terbesar dalam membentuk nilai akhir (final mark). Metode ini umumnya dipilih karena dianggap paling tepat untuk mewakili luasnya pengetahuan yang harus diujikan, juga karena kepraktisan dalam penerapannya. Namun, dalam pembuatan dan penyusunan MCQ memiliki tantangan tersendiri, terlebih tipe MCQ yang menguji kemampuan aplikasi. Oleh karena itu di FK UNHAS, teknik penulisan soal MCQ yang baik senantiasa dilatihkan pada dosen-dosen dari setiap blok mata kuliah. Instrumen penilaian, termasuk MCQ, dapat dinilai berdasarkan karakteristik yang dimilikinya, salah satunya adalah instrumen tersebut memberikan dampak yang baik pada proses belajar pada mahasiswa (learning impact) yang mengikuti ujian tersebut atau tidak (Shumway & Harden, 2003). Menurut Van Der Vleuten dan Schuwirth (2005), dampak pembelajaran menjadi karakteristik yang sangat penting karena setiap instrumen, dalam semua bentuknya, dan setiap ujian, untuk semua tujuannya, akan sangat mempengaruhi cara mahasiswa belajar (assessment drives learning). Bagi mahasiswa yang malas belajar, sebelum menghadapi ujian cukup dengan belajar dari soal-soal sebelumnya atau bahkan sama sekali tidak belajar, karena diyakini tetap akan bisa menjawab ketika menghadapi soal ujian. MCQ juga memungkinkan mahasiswa untuk mengoleksi soal-soal yang telah diujikan. Selain itu, ujian dengan MCQ tidak jarang membuat mahasiswa hanya fokus pada jawaban yang benar saja, tanpa melihat gambaran secara utuh, dan tak jarang mendorong mahasiswa untuk melakukan kecurangan dengan menyontek (Shumway & Harden, 2003). 2
Menurut Roediger, dkk. (2010), kebanyakan dosen dan mahasiswa menganggap bahwa ujian adalah instrumen untuk mengetahui sampai sejauh mana mahasiswa belajar dan menentukan kelulusan mahasiswa saja. Padahal sesungguhnya, bila suatu instrumen penilaian didisain sebaik mungkin, juga bisa meningkatkan kualitas belajar mahasiswa (Roediger, McDermott & McDaniel, 2010). Studi tentang dampak pembelajaran dari suatu instrumen penilaian di Indonesia sejauh ini masih sangat kurang, khususnya pada FK UNHAS, sejak diberlakukannya format soal MCQ yang menggunakan vignette, nampak memberikan perubahan cara belajar pada mahasiswa secara bermakna. Hingga saat ini belum ada studi yang mengukur atau menggali dampak MCQ sebagai instrumen penilaian untuk menghasilkan pengaruh yang positif ataupun negatif terhadap proses belajar mahasiswa. I.B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas disusunlah rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut: bagaimana dampak penilaian dengan MCQ terhadap proses/cara belajar mahasiswa FK UNHAS? I.C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui berbagai dampak struktur MCQ terhadap proses 2. Mengetahui berbagai dampak isi MCQ terhadap proses belajar mahasiswa FK UNHAS. 3. Mengetahui berbagai dampak informasi MCQ terhadap proses 4. Mengetahui berbagai dampak regulasi MCQ terhadap proses 3
I.D. Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis; penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi bidang ilmu pendidikan kedokteran mengenai penilaian mahasiswa, khususnya dampak pembelajaran dari instrumen penilaian, dalam hal ini MCQ. 2. Secara praktis; a. Bagi mahasiswa; dapat menyadari bahwa suatu instrumen ujian atau penilaian dapat mempengaruhi cara mereka belajar. Selain itu, membantu untuk mengenali cara mereka belajar, sehingga dapat meningkatkannya di kemudian hari. b. Bagi dosen; akan memberikan informasi bahwa suatu penilaian atau ujian bukan sekedar untuk menentukan kelulusan mahasiswa, tetapi juga dapat memberikan pengaruh terhadap proses pembelajaran mahasiswa, sehingga pada akhirnya diharapkan dapat melakukan introspeksi terhadap penilaian yang telah dijalankan selama ini, khususnya MCQ, untuk selanjutnya melakukan perbaikan. c. Bagi institusi; akan menyajikan data yang adekuat untuk melakukan evaluasi dan inovasi terhadap sistem penilaian yang ada, dengan menjadikan hasil studi tentang MCQ ini sebagai model. Dengan demikian setiap instrumen yang diterapkan akan memberikan gambaran dan mengukur proses pembelajaran yang sebenarnya. I.E. Keaslian Penelitian Penelitian yang mengeksplorasi suatu instrumen penilaian sudah sangat banyak dilakukan, demikian pula tentang MCQ, telah begitu banyak dipublikasikan. Namun khusus tentang dampak pembelajaran yang dihasilkan oleh MCQ, masih sangat terbatas. Dua orang ahli, Palmer dan Devitt (2006), melakukan penelitian di Australia yang bertujuan untuk mengukur pengaruh pembuatan soal MCQ berbasis mahasiswa sebagai stimulus pembelajaran dan pemahaman terhadap topik-topik di bagian 4
bedah. Hasilnya adalah bagi sebagian besar mahasiswa membuat soal MCQ sebagian alat pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang tidak familiar dan strategi belajar yang tidak populer. Namun, sesungguhnya mahasiswa mampu menghasilkan soal yang cukup baik, dan hal tersebut dapat dimanfaatkan oleh dosen untuk meningkatkan kapasitas belajar mereka. Case dan Swanson (1998) dalam bukunya yang berjudul Constructing written test questions for the basic and clinical sciences: Multiple-choice-item formats, menuliskan berbagai dampak pembelajaran dari soal berbentuk MCQ yang berasal dari perspektif pendidik, bukan mahasiswa. Adapun studi ini lebih memusatkan kajian pada berbagai dampak pembelajaran yang ditimbulkan oleh soal ujian berbentuk MCQ pada mahasiswa. Soal-soal MCQ ditayangkan dalam kelas, kemudian mahasiswa diminta memberikan tanggapan tentang dampak pembelajaran yang dihasilkan dari setiap bentuk soal MCQ tersebut. Sehingga dampak pembelajaran yang diperoleh merupakan pernyataan atau pengakuan langsung dari mahasiswa. Apalagi pada studi ini, ditambahkan komentar bebas mahasiswa berkaitan dengan dampak yang timbul sebelum dan sesudah ujian yang berbentuk MCQ. Sehingga informasi yang diperoleh lebih lengkap. 5