MODIFIKASI METODE LINEAR CONGRUENTIAL GENERATOR UNTUK OPTIMALISASI HASIL ACAK

dokumen-dokumen yang mirip
Percobaan Perancangan Fungsi Pembangkit Bilangan Acak Semu serta Analisisnya

BILANGAN ACAK (RANDOM NUMBER)

PEMODELAN BILANGAN ACAK DAN PEMBANGKITANNYA. Pemodelan & Simulasi

PERANCANGAN SIMULASI PENGACAKAN SOAL TRYOUT UNTUK MEMBENTUK PAKET SOAL UJIAN NASIONAL MENGGUNAKAN LINEAR CONGRUENT METHOD (LCM)

APLIKASI RANDOM BANK SOAL UJIAN NASIONAL SEKOLAH DASAR MENGGUNAKAN METODE LINEAR CONGRUENTIAL GENERATORS (LCG)

Rancang Bangun Aplikasi Dengan Linear Congruent Method (LCM) Sebagai Pengacakan Soal

Pembangkitan Bilangan Acak Dengan Metode Lantai Dan Modulus Bertingkat

PEMBANGKIT BILANGAN ACAK (Random Number Generator)

BAB III ANALISIS MASALAH

Perancangan Sistem Media Pembelajaran Balita (Game Akez) dengan Metode Linear Congruentials Generator (LCG)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI

SISTEM UJIAN SELEKSI MASUK SEKOLAH MAN 2 MEDAN BERBASIS ONLINE MENGGUNAKAN METODE LINEAR CONGRUENTIAL GENERATORS (LCG)

#12 SIMULASI MONTE CARLO

PERANCANGAN SISTEM APLIKASI UNDIAN BERHADIAH PADA PT. PS MAJU BERSAMA MENGGUNAKAN LINEAR CONGRUENT METHOD (LCM)

PERBANDINGAN WAKTU AKSES ALGORITMA FISHER- YATES SHUFFEL DAN LINEAR CONGRUENT METHOD PADA SOAL TRY-OUT BERBASIS WEB

Aplikasi Teori Bilangan Bulat dalam Pembangkitan Bilangan Acak Semu

LAPORAN TAHUNAN PENELITIAN HIBAH BERSAING

PEMBANGKIT BILANGAN ACAK

Aplikasi Ujian Online untuk SMA PKP JIS dengan Metode Linear Congruental Generator (LCG) Berbasis Website

Blok Cipher JUMT I. PENDAHULUAN

PENERAPAN LEARNING DALAM PROSES UJIAN MENGGUNAKAN LINEAR CONGRUENT METHOD (LCM) PADA SMP DARUL ARQAM MUHAMMADIYAH GOMBARA MAKASSAR

ANALISIS PEMBANGKIT KUNCI DENGAN TENT MAP, SESSION KEY DAN LINEAR CONGRUENTIAL GENERATOR PADA CIPHER ALIRAN

Message Authentication Code (MAC) Pembangkit Bilangan Acak Semu

Pertukaran kunci Diffie-Hellman dengan Pembangkit Bilangan Acak Linear Congruential Generator (LCG)

APLIKASI METODE PANGKAT DALAM MENGAPROKSIMASI NILAI EIGEN KOMPLEKS PADA MATRIKS

Membangkitkan Bilangan Acak Menggunakan Matlab

BAB I PENDAHULUAN. demikian maka dampak buruk akibat kondisi lingkungan yang kurang baik dapat

Membangkitkan Bilangan Acak Menggunakan Matlab. Achmad Basuki

Pertemuan 1 Sistem Persamaan Linier dan Matriks

IMPLEMENTASI LINEAR CONGRUENT METHOD (LCM) UNTUK PENGACAKAN SOAL UJIAN BERKATEGORI

Perancangan dan Implementasi Algoritma Kriptografi Block Cipher

Dynamic Economic Dispatch Menggunakan Pendekatan Penelusuran Ke Depan

Perbandingan dan Analisis True Random Number Generation terhadap Pseudorandom Number Generation dalam Berbagai Bidang

RC4 Stream Cipher. Endang, Vantonny, dan Reza. Departemen Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung Jalan Ganesha 10 Bandung 40132

PENGGUNAAN METODE HILL CIPHER UNTUK KRIPTOGRAFI PADA CITRA DIGITAL. Muhammad Rizal 1), Afdal 2)

BAB 2 LANDASAN TEORI

STUDI DAN MODIFIKASI ALGORITMA BLOCK CHIPER MODE ECB DALAM PENGAMANAN SISTEM BASIS DATA. Arief Latu Suseno NIM:

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan membaca sangat diperlukan oleh semua orang yang

STUDI DAN IMPLEMENTASI WATERMARKING CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN FUNGSI HASH

BAB III SIMULASI SISTEM ANTRIAN M/M/1. paket data. Adapun kinerja yang akan dibahas adalah rata-rata jumlah paket dalam

RANDOM NUMBER GENERATOR DENGAN METODE LINEAR CONGRUENT

Penyembunyian Pesan pada Citra GIF Menggunakan Metode Adaptif

PERANCANGAN APLIKASI KUIS WAWASAN KEBANGSAAN MENGGUNAKAN METODE LINEAR CONGRUENT METHODS (LCM)

Penyelesaian Penempatan Kutub Umpan Balik Keluaran dengan Matriks Pseudo Invers

APLIKASI TEBAK GAMBAR PAHLAWAN DAN CANDI INDONESIA MENGGUNAKAN METODE LINEAR CONGRUENT METHOD (LCM)

IMPLEMENTASI LINEAR CONGRUENTIAL GENERATOR DALAM RANCANG BANGUN APLIKASI GAME PEDULI LINGKUNGAN

Algoritma Kriptografi Kunci Publik. Dengan Menggunakan Prinsip Binary tree. Dan Implementasinya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. adalah linear congruent method (LCM). Bahasa Pemrograman yang digunakan

SPECTRUM PADA GRAF STAR ( ) DAN GRAF BIPARTISI KOMPLIT ( ) DENGAN

BAB Kriptografi

BAB 3 PEMBANGUNAN MODEL SIMULASI MONTE CARLO. Simulasi Monte Carlo merupakan salah satu metode simulasi sederhana yang

BAB II LANDASAN TEORI

Matriks - Definisi. Sebuah matriks yang memiliki m baris dan n kolom disebut matriks m n. Sebagai contoh: Adalah sebuah matriks 2 3.

ANALISIS TEORITIS DAN PENERAPAN UJI AUTOKORELASI DARI FIVE BASIC TEST UNTUK MENGUJI KEACAKAN BARISAN BIT

PERBANDINGAN ALGORITMA EXHAUSTIVE, ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN HOPFIELD UNTUK PENCARIAN RUTE TERPENDEK

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

Perbandingan Algoritma Exhaustive, Algoritma Genetika Dan Algoritma Jaringan Syaraf Tiruan Hopfield Untuk Pencarian Rute Terpendek

BAB II LANDASAN TEORI

SISTEM PERSAMAAN LINEAR

Matriks adalah susunan segi empat siku-siku dari objek yang diatur berdasarkan baris (row) dan kolom (column). Objek-objek dalam susunan tersebut

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM

IMPLEMENTASI ALGORITMA ENKRIPSI CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN SKEMA TRANPOSISI BERBASIS FUNGSI CHAOS. Suryadi MT 1 Zuherman Rustam 2 Wiwit Widhianto 3

Matriks. Baris ke 2 Baris ke 3

BAB III ANALISIS KOMPLEKSITAS ALGORITMA

PENERAPAN MATRIK DAN ALJABAR VEKTOR PADA MASALAH PENUGASAN DENGAN METODE HUNGARIA. Januari Ritonga ABSTRAK

Penerapan Linear Congruent Method Pada Game Edukasi Tebak Huruf Hiragana Dan Katakana Berbasis Android

PENERAPAN METODE LINIER KONGRUENDAN ALGORITMA VIGENÈRE CHIPER PADA APLIKASI SISTEM UJIAN BERBASIS LAN

Bab IV Simulasi dan Pembahasan

Pemanfaatan Vigenere Cipher untuk Pengamanan Foto pada Sistem Operasi Android

PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY KOMPLEKS MENGGUNAKAN METODE DEKOMPOSISI DOOLITTLE

BAB II KAJIAN TEORI. yang diapit oleh dua kurung siku sehingga berbentuk empat persegi panjang atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Kompleksitas Algoritma dalam Operasi BigMod

Perbandingan Algoritma Pencarian Kunci di dalam Himpunan Terurut Melalui Linear Search dan Binary Search

IMPLEMENTASI SELF ORGANIZING MAP DALAM KOMPRESI CITRA DIGITAL

Enkripsi dengan Menggunakan Fungsi Polinom Rekursif

Implementasi Algoritma Genetika dalam Pembuatan Jadwal Kuliah

Analisis Kompleksitas Waktu Untuk Beberapa Algoritma Pengurutan

RUNTUN MAKSIMAL SEBAGAI PEMBANGKIT RUNTUN SEMU PADA SISTEM SPEKTRUM TERSEBAR. Dhidik Prastiyanto 1 ABSTRACT

Perancangan Aplikasi Quiz Menggunakan Metode Pengacakan Linear Congruential Generator (LCG) Berbasis Android

Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI

Manajemen Sains. Model Penugasan (Assignment Modelling) Eko Prasetyo Teknik Informatika Univ. Muhammadiyah Gresik 2011

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENGAMANAN PESAN TEKS MENGGUNAKAN TEKNIK STEGANOGRAFI SPREAD SPECTRUM BERBASIS ANDROID

KOMPARASI PENGGUNAAN METODE TRUTH TABLE DAN PROOF BY FALSIFICATION DALAM PENENTUAN VALIDITAS ARGUMEN. Abstrak

Pemanfaatan Matriks dalam Penyeimbangan Persamaan Reaksi Kimia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERBANDINGAN METODE VIGENERE DAN AFFINE UNTUK PESAN RAHASIA

Implementasi Algoritma Mixed Congruential Random Number Generator Untuk Game Siaga Bencana Alam Berbasis Android

Implementasi Algoritma Linear Congruentials Generator Untuk Menentukan Posisi Jabatan Kepanitiaan

PERSAMAAN RELASI REKURENSI PADA PERHITUNGAN NILAI DETERMINAN MATRIKS MENGGUNAKAN METODE EKSPANSI LAPLACE DAN METODE CHIO

Muttaqin 1, Atthariq 2, Mursyidah 3

uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd fghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg

Pencapaian Biaya Minimum Menggunakan Metode Hungarian Dan Daftar Kombinasi

PEMANFAATAN SOFTWARE MATLAB DALAM PEMBELAJARAN METODE NUMERIK POKOK BAHASAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR SIMULTAN

BAB II DASAR TEORI. 1. Citra diam yaitu citra tunggal yang tidak bergerak. Contoh dari citra diam adalah foto.

Penerapan Algoritma Exact Cover Problem pada Persoalan Pentomino Puzzle

Aplikasi Aljabar Lanjar untuk Penyelesaian Persoalan Kriptografi dengan Hill Cipher

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

MODIFIKASI METODE LINEAR CONGRUENTIAL GENERATOR UNTUK OPTIMALISASI HASIL ACAK I Made Divya Biantara 1), I Made Sudana 2), Alfa Faridh Suni, Suryono 3), Arimaz Hangga 4) 1,2,3,4) Jurusan Teknik Elektro, Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer Universitas Negeri Semarang, Semarang, Indonesia e-mail : imadenation@students.unnes.ac.id Abstrak Pelaksanaan ujian secara konvensional dianggap kurang efektif dan efisien karena membutuhkan biaya yang besar dan waktu yang lama dalam pelaksanaannya sehingga perlu dilakukan perbaikan dengan mengubah sistem ujian menjadi komputerisasi. Dalam setiap pelaksanaan ujian perlu memperhatikan tindak kecurangan yang dilakukan siswa berupa mencontek dan kerja sama bertukar jawaban. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan soal acak yang berbeda kepada setiap siswa dengan menggunakan metode Linear Congruential Generator (LCG). Akan tetapi penggunaan metode LCG masih memiliki kelemahan dimana hasil pengacakan mudah ditebak sehingga perlu adanya optimalisasi pengacakan yaitu menggunakan dua LCG dan bantuan matrik yang menjadi metode Coupled Linear Congruential Generator (CLCG). Metode modifikasi CLCG menghasilkan pengacakan yang lebih baik dan pola yang lebih rumit dibandingkan dengan metode LCG. Kata Kunci : LCG, CLCG, Pola, Acak 1. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh setiap orang. Kualitas pendidikan dapat diketahui dengan melalui pelaksanaan ujian untuk mengetahui pencapaian kemampuan dan keberhasilan dalam memahami bidang studi yang ditempuhnya [1]. Seiring perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sistem ujian sudah tidak lagi menggunakan media konvensional melainkan sudah secara komputerisasi. Pelaksaan ujian secara konvensional kurang efektif dan kurang efisien karena membutuhkan biaya yang besar untuk mencetak soal, membutuhkan waktu yang lama untuk distribusi soal dan pemeriksaan jawaban masih secara manual. Selain itu menurut Nasution [5] bahwa pelaksanaan ujian secara konvensional rentan terhadap kebocoran soal yang akan diajukan sebelum ujian dan kecurangan yang dilakukan seperti mencontek jawaban teman. Dengan adanya ujian secara komputerisasi akan memiliki keunggulan berupa pengurangan biaya dan waktu yang dapat menutup kekurangan pada pelaksanaan ujian secara konvensional. Pelaksanaan ujian secara konvensional maupun komputerisasi perlu memperhatikan terhadap tindak kecurangan yang mungkin saja terjadi. Hal tersebut dipicu karena kepercayaan diri siswa menurun ketika mengerjakan soal ujian sehingga lebih percaya kepada siswa lain. Selain itu pemberian tipe soal ujian yang sama akan memberikan siswa peluang untuk mencontek dan bekerja sama. Berdasarkan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk memberikan solusi berupa penerapan tipe soal yang berbeda-beda untuk setiap siswa. Penerapan dilakukan pada pelaksanaan ujian secara komputerisasi sehingga dapat meminimalkan biaya dan waktu yang dibutuhkan serta meminimalkan tindak kecurangan yang mungkin dilakukan oleh siswa. Penerapan pengacakan soal pada ujian komputerisasi sering menggunakan metode Linear Congruential Generator (LCG). Akan tetapi penggunaan metode LCG masih memiliki kekurangan sehingga pada penelitian ini menggunakan metode Couple Linear Congruential Generator (CLCG). 2. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode pengacakan yang dimodifikasi untuk mendapatkan kombinasi soal yang berbeda-beda untuk setiap siswa. Pengacakan diterapkan dengan mengimplementasikan metode CLCG. Penggunaan metode tersebut dimodifikasi dengan matrik yang digunakan untuk menentukan hasil akhir pengacakan. Percobaan dilakukan terhadap variabel soal sebanyak 10, 20, 30, dan 40. Variabel yang berbeda berfungsi untuk mengetahui tingkat perbedaan pola yang dihasilkan oleh metode CLCG. 182

3. MODEL MATEMATIS A. Matrik Matrik merupakan sekumpulan bilangan yang disusun menurut baris dan kolom sehingga membentuk jajaran (array) persegi maupun persegi panjang. Matrik yang memiliki baris dan kolom disebut matrik atau matrik berorde. Matrik hanyalah sekedar jajaran sekumpulan bilangan dan tidak memiliki hubungan aritmetis antar elemen-elemennya [6]. Matrik akan memiliki alamat baris dan kolom yang berbeda-beda seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. Gambar 1. Notasi Matrik Nilai elemen-elemen dari matrik A yang terlihat di Gambar 1 merupakan bilangan cacah positif sebanyak jumlah soal. Pada penelitian ini, nilai elemen-elemen digunakan untuk pengacakan soal dengan metode Coupled Linear Congruential Generator (CLCG). Jumlah kolom matrik yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 5 sedangkan jumlah baris yang digunakan sebanyak jumlah soal dibagi jumlah kolom. B. Linear Congruential Generator (LCG) Linear Congruential Generator merupakan salah satu jenis pembangkit bilangan acak semu. LCG menggunakan metode linier dalam membangkitkan bilangan acak dalam jumlah besar dan waktu yang cepat [4]. Model matematis LCG dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (1) [3] : (1) = bilangan acak ke-n dari deretnya = faktor pengali = penambah = jumlah soal LCG memiliki periode penuh jika dan hanya jika [3] : 1. relatif prima terhadap. 2. dapat dibagi dengan setiap faktor prima dari. 3. adalah kelipatan 4 jika adalah kelipatan 4. C. Coupled Linear Congruential Generator Coupled Linear Congruential Generator merupakan sebuah metode pembangkit bilangan acak semu dengan menggunakan penggabungan dua persamaan linear berbasis metode LCG. Model matematis CLCG dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2) [2] : 183 (2)

= faktor pengali = penambah = modulus Berdasarkan hasil persamaan dan maka akan didapatkan deret bilangan acak yang akan diubah ke dalam orde matrik. Orde didapatkan dari hasil perhitungan modulus terhadap jumlah baris sehingga didapatkan persamaan (3) : Orde didapatkan dari hasil perhitungan modulus terhadap jumlah kolom dengan sehingga didapatkan persamaan (4) : Model matematis untuk hasil bilangan acak dengan menggunakan matrik baru dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (5) : (3) (4) (5) = hasil bilangan acak ke- dari deretnya = baris matrik = kolom matrik Dengan menggunakan alamat orde matrik dapat dilakukan pengambilan nilai dengan menyesuaikan alamat orde matrik secara urut berdasarkan hasil acak dari matrik 4. ALGORITMA Pengacakan soal dengan metode LCG dilakukan melalui empat tahapan. Penentuan jumlah soal yang diacak (m) merupakan tahap pertama yang dilakukan dalam peneltian ini. Setelah itu dilakukan tahap penentuan nilai variabel faktor pengali (a). Tahap ketiga merupakan tahap penentuan variabel penambah (b). Tahap akhir pengacakan soal dengan metode LCG adalah perhitungan kombinasi dari variabel,, dan dengan menggunakan persamaan (1). Hal ini berbeda dengan pengacakan soal dengan metode CLCG. Tahap pertama dengan metode CLCG adalah penentuan jumlah baris dan kolom matrik A dimana jumlah elemennya sesuai dengan jumlah soal yang diacak. Selanjutnya dilakukan perhitungan variabel,, dan dengan tahap yang sama seperti LCG dan harus diulang 2 kali. Tahap ketiga dari metode CLCG adalah perhitungan bilangan acak dan sesuai dengan persamaan (2). Pembentukan matrik Mn dan penyesuaian orde matrik dengan matrik sesuai dengan persamaan (3-5) merupakan tahap akhir dari pengacakan soal dengan metode CLCG. 184

5. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Untuk mengetahui batas dari hasil pengacakan dan pola yang terbentuk dilakukan ujicoba terhadap variabel soal yaitu 10, 20, 30, dan 40. Dengan menggunakan metode LCG dan CLCG didapatkan hasil pola dengan jumlah yang berbeda pada setiap variabel ditunjukkan pada Tabel 1. Jumlah soal Tabel 1. Pola Pengacakan Terhadap Variabel Soal Parameter LCG CLCG 10 11 7 10-3 2, -3 20 21 17 20-3 2,7,2,7,7 30 31 17 30-13, 17 3,8,3,3,8 40 21 17 40-17, 3-7,18,-7,13,-2,13,-2,13,-7,18 Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa jumlah pola yang terbentuk dipengaruhi terhadap variabel soal. Semakin banyak variabel soal yang digunakan maka jumlah pola yang terbentuk akan semakin banyak baik pada metode LCG maupun CLCG. Hasil pola pengacakan yang dihasilkan oleh LCG lebih sedikit dikarenakan proses pengacakan dengan persamaan linier menghasilkan sebuah deret bilangan acak yang sama artinya merupakan sebuah vektor baris atau vektor kolom dari sebuah matrik. Sebaliknya, metode CLCG menghasilkan pola yang lebih banyak dikarenakan proses yang dilakukan menggunakan dua persamaan linier dan hasilnya membentuk dua buah vektor yaitu vektor baris dan vektor kolom. Kedua vektor terebut digabungkan sehingga membentuk sebuah matrik kompleks. Hasil pengacakan didapatkan seuai urutan dari pasangan deret yang terbentuk. Hasil pola pengacakan tersebut didapatkan dengan menghitung hasil acak dari setiap deret menggunakan metode LCG dan CLCG ditunjukkan pada Tabel 2. Parameter yang digunakan dalam metode tersebut adalah = 20, = 21, dan = 17 : Tabel 2. Hasil Perbandingan LCG dan CLCG Tanpa Pengacakan Pengacakan LCG Pola Acak Pengacakan CLCG Pola Acak 1 5-3 7 2 2 2-3 14 7 3 19-3 16 2 4 16-3 3 7 5 13-3 10 7 6 10-3 12 2 7 7-3 19 7 8 4-3 1 2 9 1-3 8 7 10 18-3 15 7 11 15-3 17 2 12 12-3 4 7 13 9-3 6 2 14 6-3 13 7 15 3-3 20 7 16 20-3 2 2 17 17-3 9 7 18 14-3 11 2 19 11-3 18 7 20 8-3 5 7 185

Tabel tersebut menunjukkan bahwa hasil pengacakan LCG dipengaruhi oleh penentuan variabel yang membentuk pola secara naik maupun turun. Pola naik adalah bilangan awal akan mengalami kenaikan dari yang semula bernilai kecil menjadi besar pada urutan selanjutnya dan sebaliknya pola turun adalah bilangan awal akan mengalami penurunan dari yang semula bernilai besar menjadi kecil. Sedangkan hasil pengacakan CLCG selain dipengaruhi oleh penentuan variabel dan pada dan juga dipengaruhi oleh pembentukan matrik. Pembentukan matrik menentukan hasil akhir dari pengacakan dimana ukuran matrik akan merubah pola dari dan menjadi pasanagan ordo matrik dan pada persamaan (3-5). Dengan demikian hasil pengacakan dan jumlah pola yang terbentuk dengan metode CLCG lebih rumit dibandingkan dengan LCG. 6. KESIMPULAN Hasil simulasi menunjukkan metode Couple Linear Congruential Generator memiliki pola pengacakan yang lebih rumit dibandingkan metode Linear Congruential Generator. Pola pengacakan dipengaruhi oleh nilai dan banyaknya pemberian kombinasi nilai pada variabel dan. Semakin banyak kombinasi nilai variabel dan maka semakin banyak pengacakan yang dihasilkan. Selain itu, semakin banyak nilai variabel maka semakin rumit pola pengacakan yang dihasilkan. Karena dimodifikasi menggunakan matrik sehingga hanya pada kondisi tertentu dimana jumlah soal yang diacak harus sama dengan jumlah elemen yang terdapat dalam matrik. Apabila diimplementasikan dalam pengacakan soal dianjurkan menggunakan metode Coupled Linear Congruential Generator dikarenakan pola dan hasil pengacakan yang lebih bagus. 7. DAFTAR PUSTAKA Ichsan M. 2014. Menutup Celah Ujian Online. http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/419- artikel-teknologi-informasi/20318-menutup-celah-ujian-online, diakses 25 Juli 2015. Katti, R. S., Kavasseri. R. G. 2008. Secure Pseudo-random Bit Sequence Generation using Coupled Linear Congruential Generator. International Symposium Circuits and Systems (ISCAS 2008). May 18-21. IEEE: 2929-2932. Knuth, D. E. 1981. The Art of Computer Programming. 2nd Edition. Addison-Wesley Publishing Company, Inc. Canada. Munthe, D. 2014. Implementasi Linier Congruent Method (LCM) Pada Aplikasi Tryout SNMPTN. Jurnal Pelita Informatika Budi Darma 7(2): 111-115. Nasution, S. D. 2013. Penerapan Metode Linier Kongruendan Algoritma Vigenere Chiper Pada Aplikasi Sistem Ujian Berbasis LAN. Jurnal Pelita Informatika Budi Darma 4(1): 94-102. Stroud, K. A. 1996. The program and the questions Mathematics To techniques (Ed. 4). Standard-Erwin Sucipto. Jakarta: Erlangga. 186