Oleh : Rubiati,S.Ag. SMA Negeri I Kwadungan - Ngawi

dokumen-dokumen yang mirip
UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN PAKEM PADA SISWA KELAS VI SD NGAMPAL 1

Mutiah GuruSDN Tlogohaji IKec.SumberrejoKab. Bojonegoro

ISMAIL Guru SMAN 3 Luwuk

Jarianto SMP Negeri 01 Ranuyoso No. Telp.(0334)

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VI-B SD NEGERI 38 AMPENAN FLORA. Guru SD Negeri 38 Ampenan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG VOLUME PRISMA SEGITIGA DAN TABUNG MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PBI. Nur Aini Yuliati

BAB II KAJIAN PUSTAKA

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning)

PENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN PAIKEM UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SEKOLAH MENEGAH PERTAMA

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

BAB II KAJIAN TEORI. berupa masalah ataupun soal-soal untuk diselesaikan. sintesis dan evaluasi (Gokhale,1995:23). Menurut Halpen (dalam Achmad,

PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MALIA ULFA. Jl. Semarang 5 Malang.

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI LINGKARAN SISWA KELAS VIII

Muhammad Iqbal Baihaqi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Balitar

Penerapan Integrasi Model Pembelajaran Group Investigation (Gi) dan Inkuiri Terbimbing Berbasis Lesson Study

BAB III METODE PENELITIAN. proses pembelajaran dalam kelas menggunakan model pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

Oleh: Sri Isminah SDN 2 Watulimo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek

JURNAL DAYA MATEMATIS, Volume 3 No. 3 November 2015

RICO RASMARA NIM : A54 A100158

Rinendah Sihwinedar 16

BAB II KAJIAN TEORI. hakekatnya adalah belajar yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur

Peningkatan Keaktifan Belajar Subtema Kerjasama Ekonomi Internasional melalui Pendekatan Ekspositori pada Siswa Kelas IX

Seminar Nasional Pendidikan Matematika Matematika dan Pembelajarannya, Menyongsong Kurikulum 2013 Surabaya, 01 Juni 2013

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT WIRAUSAHAWAN MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

SRI WINARNI SDN Kandat 2 Kab. Kediri

PENINGKATAN KEMAMPUAN MELAKUKAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN MELALUI METODE MAKE A MATCH

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME. Dina Hikmah Safariyah

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA MATERI BESARAN DAN SATUAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGASI KELAS X-1 SMAN 6 CIREBON TAHUN AJARAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu,

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester

Penerapan Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Memahami Perkalian Bilangan. Eny Handayani

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

Penerapan Experiential Learning

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN METODE SELF DIRECT UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MELAKUKAN PRAKTIKUM MATERI SISTEM PENCERNAAN

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN.

Jurnal Serambi PTK, Volume III, No.2, Desember 2016 ISSN :

Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. yang valid, dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan,

BAB I PENDAHULUAN. dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. dibicarakan, tentu dalam rangka penataan yang terus dilakukan untuk mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN. sulit. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Nurgiyantoro

BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS. A. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab 1 ini tentang pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub bab,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada

Penggunaan Metode Inquiri Dalam Pembelajaran IPS Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV SD Inpres Apal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB III METODE PENELITIAN. sebagai upaya untuk memperbaiki kegiatan belajar mengajar berdasarkan

PEMBELAJARAN BERBANTUAN MEDIA KARTU PECAHAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DI KELAS VIII SMP NEGERI 6 LUBUK BASUNG

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan

E046. M. Agung Fatkhurrokhim 1, Budhi Utami 2 1. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Linda Yuliana 1, Ani Nur Aeni 2, Atep Sujana 3. Jl. Mayor Abdurachman No.211 Sumedang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai.

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL. contextual teaching and learning

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KPK DAN FPB MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA

METODE BERMAIN PERAN DALAM KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V. Wahyu Widyatrini PGSD FIP Universitas Negeri Surabaya

Penerapan Metode Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pelajaran Ekonomi

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL THINK-PAIR-SHARE. Erly Pujianingsih

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penalaran menurut ensiklopedi Wikipedia adalah proses berpikir yang bertolak

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS III SDN BERENG BENGKEL. Oleh : ENGRIPIN Dosen FKIP Universitas Palangka Raya

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ENERGI PANAS

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDK Terpencil Punsung Beau Berbantuan Media Gambar Pada Mata Pelajaran IPA

Peningkatan Kemampuan Menyusun Paragraf Melalui Metode Latihan Terbimbing Siswa Kelas III SDN 5 Ampana

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI MELALUI STRATEGI ORIENTASI TINDAKAN

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI PADA MATERI GEOMETRI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Peningkatan Ketuntasan Belajar Siswa Melalui Model

Volume 6 Nomor 2-Juli 2015 ISSN:

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJAGA KEUTUHAN NKRI MENGGUNAKAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW. Parjimin

I. PENDAHULUAN. erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, oleh karena itu pembelajaran harus

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah proses penemuan

Deliwani Br Purba Guru SMP Negeri 1 Bangun Purba Surel :

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

BAB I PENDAHULUAN. cara tingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan (Muhibbin Syah, 2003:10).

BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS. menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan

IMPLEMENTASI PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

I. PENDAHULUAN. perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKn Dengan Menggunakan Metode Pemberian Tugas Kelas IV SDN Tolole

Desi Rusnita SDN 08 Kepahiang

BAB II KAJIAN TEORITIK. sebagai proses dimana pelajar menemukan kombinasi aturan-aturan yang

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INTRUCTION (PBI) UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS IV SD N SIMO

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu model

YANIK SULISTYANI SDN Ngletih Kec.Kandat Kab.Kediri

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN BIOLOGI DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STIK di KELAS XI IPA 4 SMA NEGERI 7 MATARAM

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas

Belajar Dan Pembelajaran Metode Based Learning

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN HISTORIOGRAFI SOSIAL PADA MATA KULIAH SEJARAH SOSIAL DI FKIP UM METRO

Transkripsi:

Peningkatan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam melalui Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) pada Siswa Kelas X SMAN I Kwadungan Tahun Pelajaran 2014/2015 Oleh : Rubiati,S.Ag. SMA Negeri I Kwadungan - Ngawi rubifatma@ymail.com ABSTRAK Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk dapat belajar di lingkungan pembelajaran yang diciptakan secara alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami sendiri apa yang dipelajarinya. Pembelajaran yang hanya berorientasi pada target penguasaan materi maka akan menghasilkan kompetensi mengingat materi dalam jangka pendek, akan tetapi gagal dalam membekali anak untuk mampu memecahkan persoalan-persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah penerapan model pembelajaran berbasis masalah atau problem based learning untuk meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam?. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar Pendidikan Agama Islam setelah diterapkannya model pembelajaran berbasis masalah atau problem based learning. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan kegiatan, pelaksanaan kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan revisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas X SMAN I Kwadungan Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2014-2015. Data yang diperoleh berupa hasil tes tulis dan lembar observasi kegiatan pembelajaran. Dari hasil analisis hasil tes tulis siswa didapatkan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (72,72%), siklus II (81,81%), siklus III (86,36%). Sedangkan partisipasi peserta didik dalam pembelajaran mendasar pada lembar observasi kegiatan peserta didik didapat data yang memuaskan yaitu pada siklus I peserta didik mencapai 81,25 %, pada sklus II meningkat menjadi 89,58 %, dan pada sklus III mencapai 95,83 %. Simpulan dari penelitian ini adalah model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam pada Siswa kelas X Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2014-2015, serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternative model pembelajaran dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Kata Kunci: Hasil belajar, PAI, pembelajaran berbasis masalah (Probelm Based Learning) Media Prestasi Vol. XVII No.2 Desember 2016 /ISSN 1979-9225 91

PENDAHULUAN Pembelajaran yang baik dan efektif adalah pembelajaran yang memenuhi beberapa kriteria tertentu. Diantaranya adalah pembelajaran tersebut mampu membangkitkan perhatian, partisipasi dan konsentrasi siswa yang baik dalam mengikuti proses pembelajaran. Berikutnya bahwa siswa mencapai tingkat daya serap siswa yang baik terhadap materi pembelajaran. Disamping kedua hal tersebut pembelajaran yang baik dan efektif adalah pembelajaran yang mampu mengantarkan siswa untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Pendidikan Agama Islam adalah mata pelajaran bertujuan untuk membekali peserta didik untuk memiliki kecakapan memecahkan persoalan-persoalan kehidupan dan mengambil keputusan serta menyikapi persoalan-persoalan tersebut berdasar pada ketentuan-ketentuan dalam ajaran agama islam. Hal ini sebagaimana tujuan yang ditetapkan dalam mata Pelajaran PAI pada jenjang sekolah menengah atas, yaitu untuk berperilaku sesuai dengan agama yang dianut sesuai dengan perkembangan remaja. (Tim Redaksi Pustaka Yustisia, 2013). Diperlukan daya konsentrasi dan daya serap yang baik dari siswa dalam proses pembelajaran agar tujuan tersebut dapat tercapai. Berdasarkan hasil observasi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam permasalahan yang dihadapi diantaranya adalah rendahnya daya konsentrasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Tidak semua siswa memiliki daya konsentrasi yang baik dalam waktu yang relatif lama. Daya serap siswa pun bermacam-macam, ada yang cepat, ada yang sedang, dan ada pula yang lambat. Kedua hal tersebut dapat mempengaruhi proses pembelajaran. Proses pembelajaran kurang baik akan berdampak pada rendahnya prestasi belajar siswa. Prestasi belajar adalah tolak ukur penentu tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Oleh karena itu guru wajib menyikapi kedua permasalahan tersebut dengan baik. Untuk menyikapi hal tersebut, maka guru perlu menentukan strategi pembelajaran yang baik. Diantaranya adalah penentuan model pembelajaran Media Prestasi Vol. XVII No.2 Desember 2016 /ISSN 1979-9225 92

yang tepat. Model pembelajaran yang dipilih guru hendaknya adalah model pembelajaran yang diharapkan dapat mengatasi permasalahan- permasalah an yang dihadapi guru dalam pembelajaran PAI. Model yang dipilih hendaknya dapat meningkatkan daya konsentrasi siswa dengan baik dan dalam jangka waktu lama yakni selama proses pembelajaran. Model tersebut juga diharapkan dapat meningkatkan daya serap siswa terhadap materi pembelajaran. Yang terakhir bahwa model tersebut hendaknya dapat melatih dan memberikan kecakapan siswa dalam menganalisa dan mengatasi permasalahan-permasalahan sehari-hari. Roestiyah, N.K. (1989: 1), berpendapat bahwa guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasanya disebut metode mengajar. Belajar akan lebih bermakna jika siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti hanya berhasil dalam kompetensi mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali siswa dalam hal kemampuan memecahkan persoalan-persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Sebagaimana pengamatan penulis dalam pembe lajaran Pendidikan Agama Islam khususnya pada aspek materi al Qur an dan akhlak seringkali guru dihadapkan permasalahan tentang daya konsentrasi siswa yang hanya jangka pendek dan mudah bosan, serta daya serap siswa yang kurang maksimal karena mereka kesulitan mengaitkan konsep-konsep ajaran agama islam dengan kehidupan sehari-hari. Model pembelajaran berbasis masalah atau problem based learning (PBL) adalah model pembelajaran yang karakteristiknya dapat memenuhi harapan tersebut. Pembelajaran berbasis masalah atau problem based learning (PBL) adalah suatu model pembelajaran yang menyajikan masalah autentik dan bermakna serta dicari pemecahannya. Problem based learning menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan Media Prestasi Vol. XVII No.2 Desember 2016 /ISSN 1979-9225 93

bermakna yang dapat memberikan secara jelas tentang tujuan kemudahan kepada mereka untuk pembelajaran, materi, model melakukan penyelidikan. (Dhofir, pembelajaran, alat peraga dan teknik 2009). evaluasi yang digunakan. Guru harus Mengajar bukan semata memahami benar tentang tujuan persoalan menceritakan. Belajar pembelajaran, kemudian memilih dan bukanlah konsekuensi otomatis dari perenungan informasi ke dalam benak menentukan model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan yang hendak siswa. Belajar memerlukan dicapai, memilih, menentukan dan keterlibatan mental dan kerja siswa menggunakan alat peraga, dan sendiri. Penjelasan dan pemeragaan evaluasi. semata tidak akan membuahkan hasil Berdasarkan pemaparan di atas, belajar yang langgeng. Yang bisa maka menurut peneliti sangatlah membuahkan hasil belajar yang penting untuk mengadakan penelitian langgeng hanyalah kegiatan belajar dan mengambil judul Peningkatan aktif. Belajar aktif adalah kegiatan Prestasi Belajar Pendidikan Agama belajar yang menuntut peserta didik berbuat dan mengalami sendiri proses belajar karena peserta didiklah yang menjadi subyek belajar. Mereka harus Islam melalui Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning (PBL) pada Siswa Kelas X Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2014-2015. menggunakan otak, mengkaji gagasan, Dari judul tersebut fokus dalam memecahkan masalah, dan penelitian ini adalah: Bagaimanakah menerapkan apa yang mereka pelajari. penerapan model pembelajaran Belajar aktif harus gesit, berbasis masalah atau problem based menyenangkan, bersemangat dan learning dapat meningkatkan prestasi penuh gairah. belajar Pendidikan Agama Islam pada Guna mencapai hal tersebut guru siswa Kelas X SMAN I Kwadungan harus menyusun persiapan Tahun Pelajaran 2014/2015? pembelajaran yang baik. Dalam persiapan tersebut perlu dirumuskan KAJIAN TEORI Pembelajaran Berbasis Masalah Media Prestasi Vol. XVII No.2 Desember 2016 /ISSN 1979-9225 94

Pembelajaran berbasis masalah atau problem based learning (PBL) adalah suatu model pembelajaran yang menyajikan masalah autentik dan bermakna serta dicari pemecahannya melalui suatu penyelidikan yang menggunakan lima tahap pembelajaran, yaitu: 1. orientasi masalah 2. mengorganisasi siswa belajar 3. membimbing penyelidikan individual maupun kelompok 4. mengembangkan dan menyajikan hasil karya 5. menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Problem based learning terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan (Dhofir, 2009). Problem based learning merupakan pendekatan pembelajaran yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi, pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya, pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks (Holil, 2008). Pembelajaran problem based learning dapat ditelusuri menjadi tiga aliran pemikiran pendidikan yaitu Dewey dan kelas demokratis, konstruktivisme Piaget dan Vygotsky, serta belajar penemuan Bruner (Ibrahim dan Nur, 2004). 1. Dewey dan Pembelajaran Demokratis Dewey menyampaikan pandang an bahwa sekolah seharusnya mencerminkan masyarakat yang lebih besar dan kelas merupakan laboratorium untuk memecahkan masalah kehidupan nyata. Ilmu mendidik Dewey menganjurkan guru untuk mendorong siswa terlibat dalam proyek atau tugas berorientasi masalah dan membantu mereka menyelidiki masalah masalah intelektual dan sosial. 2. Konstruktivisme Piaget dan Vygotsky Piaget berpendapat bahwa berdasarkan pandangan konstruk tivis kognitif, pengetahuan adalah konstruksi dari kegiatan atau Media Prestasi Vol. XVII No.2 Desember 2016 /ISSN 1979-9225 95

tindakan seseorang. Pengetahuan tumbuh dan berkembang pada saat siswa menghadapi pengalaman baru. Pengalaman baru tersebut akan memaksa siswa untuk membangun dan memodifikasi pengetahuan awal yang dimiliki. Setiap pengetahuan mengandalkan suatu interaksi dengan pengalaman. Tanpa interaksi dengan obyek, siswa tidak dapat menkonstruksi pengetahuannya (Dahar, 1988). Seperti halnya Piaget, Vygotsky percaya bahwa perkembangan intelektual terjadi pada saat individu berhadapan dengan pengalaman baru yang menantang. Pengalaman tersebut akan membuat siswa berusaha untuk memecahkan masalah, sehingga merangsang keterampilan berpikir (Ibrahim dan Nur, 2000). Untuk memperoleh pemahaman, individu mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan awal yang dimiliki. Piaget berpendapat bahwa tahap-tahap perkembangan intelek tual individu dilalui tanpa memandang latar konteks sosial dan budaya individu. Sementara itu, Vygotsky memberi tempat lebih pada jenjang sosial pembelajaran. Ia percaya bahwa interaksi sosial dengan orang lain mendorong terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelek tual pembelajaran. Implikasi dari pandangan Vygotsky dalam pendidikan adalah bahwa pembelajaran terjadi melalui interaksi sosial dengan guru dan teman sejawat (Ibrahim dan Nur, 2004). 3. Bruner dan Belajar Penemuan Jerome Bruner merupakan ahli psikologi yang menganjurkan pembelajaran dengan penemuan. Pembelajaran dengan penemuan merupakan suatu komponen penting dalam pendekatan konstruktivis yang telah memiliki sejarah panjang dalam inovasi pendidikan (Nur dan Wikandari, 1998:7). Pembelajaran penemuan merupakan suatu pembelajaran yang menekankan pentingnya membantu siswa memahami struktur atau ide kunci dari suatu disiplin ilmu. Dalam pembelajaran tersebut siswa perlu Media Prestasi Vol. XVII No.2 Desember 2016 /ISSN 1979-9225 96

aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan suatu keyakinan bahwa pembelajaran yang sebenarnya terjadi melalui penemuan. (Ibrahim dan Nur, 2000:20-21). Belajar dengan penemuan mempunyai beberapa keuntungan antara lain: memacu keingintahuan dan motivasi siswa sehingga mereka menemukan jawaban, dan belajar memecahkan masalah secara mandiri serta melatih ketrampilan berpikir kritis. Hal tersebut terjadi, karena mereka harus selalu menganalisis dan memanipulasi informasi. Kaitan antara pembelajaran penemuan adalah pada kedua model ini guru melibatkan siswa secara aktif, orientasi induktif lebih ditekankan daripada deduktif, dan siswa menemukan atau mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Pembelajaran problem based learning memiliki karakteristik sebagai berikut (Nurhadi. 2004). a. Pengajuan pertanyaan atau masalah Dimulai dengan pengajuan pertanyaan atau masalah. Model pembelajaran berbasis masalah berpusat pada pertanyaan atau masalah yang secara pribadi bermakna bagi siswa. siswa mengajukan situasi kehidupan nyata autentik untuk menghindari jawaban sederhana dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi. b. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin ilmu Berpusat pada mata pelajaran tertentu. Masalah yang dipilih benar benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah dari banyak mata pelajaran. c. Penyelidikan autentik Menghendaki siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Siswa harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembang kan hipotesis dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen dan merumuskan kesimpulan. d. Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya Menuntut siswa menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya Media Prestasi Vol. XVII No.2 Desember 2016 /ISSN 1979-9225 97

nyata yang menjelaskan atau mewakili penyelesaian masalah yang ditemukan. Karya nyata dapat berupa transkrip debat, laporan, model fisik, video atau program komputer yang disajikan dalam diskusi kelas. e. Kerjasama dalam kelompok Dicirikan oleh siswa yang bekerjasama satu sama lain secara berpasangan atau dalam kelompok kecil bekerjasama memberikan motivasi untuk terlibat dalam tugas tugas kompleks, memperbanyak peluang berbagi inkuiri dan dialog serta mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berpikir. Langkah-langkah model pembelajaran problem based learning adalah, (Tegeh, 2009): a. Mengorientasikan siswa pada masalah Guru menyajikan masalah secara hati-hati dengan prosedur yang jelas, situasi masalah baru disampaikan semenarik mungkin, biasanya memberikan kesempatan siswa untuk melihat, merasakan dan menyentuh sesuatu sehingga dapat memunculkan keterkaitan dan memotivasi inkuiri. Sajian masalah tersebut diharapkan dapat menggugah minat siswa dan menimbulkan keinginan untuk memecahkan masalah tersebut. b. Mengorganisasikan siswa belajar Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok, bagaimana kelompok terbentuk tergantung tujuan yang ditetapkan guru untuk masalah tertentu. Setelah siswa diorientasikan kepada situasi masalah dan telah membentuk kelompok, maka tugas pertama bagi kelompok adalah mengajukan hipotesis dari permasalahan yang terjadi. Dalam tahap ini guru membantu siswa dalam merencanakan dan mengatur waktu untuk melakukan penyelidikan, diskusi serta mengembangkan dan menyajikan hasil karya. c. Membimbing penyelidikan individual dan kelompok. Penyelidikan yang dilakukan secara mandiri atau kelompok banyak melibatkan pengumpulan data, melakukan percobaan, pengajuan hipotesis, menjelaskan dan memberikan pemecahan masalah. Selama tahap penyelidikan, guru menyediakan bantuan yang dibutuhkan tanpa menunggu dan mengingatkan Media Prestasi Vol. XVII No.2 Desember 2016 /ISSN 1979-9225 98

tugas-tugas yang harus mereka selesaikan. Bantuan guru dapat berupa memberikan bimbingan apabila siswa menemukan kesulitan, menyediakan bahan ajar, dan menyediakan alat dan bahan percobaan. d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Pada tahap ini, guru membantu siswa dalam manyiapkan karya yang sesuai, seperti poster, video, laporan dan model. Setelah pengembangan hasil karya selesai, guru memberikan kesempatan masing-masing kelompok untuk menyajikan hasil karya yang digarapkan dapat mewakili penyelesaian dan penjelasan dari masalah yang sedang dipelajari. e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Tahap ini dimaksudkan untuk membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri serta keterampilan penyelidikan dan keterampilan intelektual yang mereka gunakan. Selama tahap ini, guru meminta siswa untuk melakukan rekonstruksi pemikiran dan aktivitas mereka selama tahap-tahap pelajaran yang telah dilewatinya. Beberapa prinsip yang berkaitan dengan model pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut: a. Belajar adalah proses konstruktiv dan bukan penerimaan Pakar konstruktivisme meyakini bahwa siswa harus mengkonstruksi makna untuk dirinya sendiri. Hal ini kan membuat belajar yang terjadi adalah sesuatu yang dihubungkan dengan pengetahuan, pengalaman atau konseptualisasi yang telah ada pada diri individu. Sesuatu yang dipelajari siswa bukanlah tiruan dari yang diamati di sekitarnya, tetapi hasil dari pemikiran dan pemrosesan mereka sendiri (Handayanto, 2003). b. Faktor faktor kontekstual dan sosial dalam pembelajaran Tentang penggunaan pengeta huan. Jika tujuan pembelajaran adalah mengajarkan siswa untuk menggunakan pengetahuan dalam memecahkan masalah dunia nyata Gruber (1993) dalam Supat (2003) menyarankan bahwa pembelajaran harus diletakkan dalam konteks situasi pemecahan masalah kompleks dan bermakna serta belajar harus Media Prestasi Vol. XVII No.2 Desember 2016 /ISSN 1979-9225 99

berlangsung dalam situasi kerjasama. Faktor sosial juga mempengaruhi belajar individu. Dalam model pembelajaran berbasis masalah, siswa bekerjasama satu sama lain (berpasangan atau dalam kelompok kecil) sehingga dapat memberikan motivasi untuk terlibat dalam tugastugas, berbagi inkuiri, dialog dan mengembangkan keterampilan sosial serta keterampilan berpikir (Nurhadi, 2004). Dalam kelompok kecil, siswa akan membangkitkan metode pemecahan masalah dan pengetahuan konseptual merekan. Mereka menyatu kan ide-ide dan membagi tanggung jawab dalam menyelasaikan situasi masalah. Kelebihan model pembelajaran Problem Based Learning adalah : mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif, meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru, mendorong siswa mempunyai inisiatif untuk belajar secara mandiri, dan mendorong kreativitas siswa dalam pengungkapan penyelidikan masalah yang telah ia lakukan Kekurangan model pembelajarn tersebut adalah kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan metode ini, peserta didik dan pengajar masih terbawa kebiasaan metode konvensional, pemberian materi terjadi secara satu arah, kurangnya waktu pembelajaran. PBL terkadang membutuhkan waktu yang lebih banyak, peserta didik terkadang memerlukan waktu untuk menghadapi persoalan yang diberikan. sementara, waktu pelaksanaan proses pembelajar an harus disesuaikan dengan beban kurikulum. menurut Fincham et al. (1997), "PBL tidak menghadirkan kurikulum baru tetapi lebih pada kurikulum yang sama melalui metode pengajaran yang berbeda, siswa tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin penting bagi mereka untuk belajar, terutama di daerah yang mereka tidak memiliki pengalaman sebelumnya, seorang guru mengadopsi pendekatan PBL mungkin tidak dapat untuk menutup sebagai bahan sebanyak kursus kuliah berbasis konvensional. PBL bisa sangat Media Prestasi Vol. XVII No.2 Desember 2016 /ISSN 1979-9225 100

menantang untuk melaksanakan, karena membutuhkan banyak perencanaan dan kerja keras bagi guru. Ini bisa sulit pada awalnya bagi guru untuk "melepaskan kontrol" dan menjadi fasilitator, mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan yang tepat daripada menyerahkan mereka solusi Pengajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah, termasuk belajar bagaimana belajar. Pengajaran berbasis masalah tidak dapat dilaksanakan jika guru tidak mengembangkan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide secara terbuka. Intinya, siswa dihadapkan situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat menantang siswa untuk memecahkannya (Nurhadi, 2004: 109). Model Problem Based Learning (PBL) adalah suatu model pembelajaran yang berorientasi pada penggunaan masalah nyata sebagai cara untuk melibatkan siswa dalam proses belajarnya. Materi pokok yang dipilih dalam pembelajaran PAI adalah materi Semangat menuntut ilmu dan menyampaikan kepada sesamanya. Materi Pendidikan Agama Islam pada tema semangat menuntut ilmu dan menyampaikan kepada sesamanya, merupakan materi PAI pada aspek akhlak sekalipun didalammnya terdapat aspek al Qur an sebagai sumber dasarnya. Pada materi ini jika ditarik kepada lingkungan kontekstual kehidupan peserta didik maka akan dijumpai banyaknya permasalahan aktual yang terkait dengan penurunan semangat menuntut ilmu dikalangan remaja dan masyarakat karena banyak faktor penyebabnya, termasuk keengganan masyarakat untuk bertekad menyebarkan ilmu yang dimiliki kepada khalayak umum dengan berbagai alasan dan kendala. Belum lagi adanya pergeseran nilai yang mendasari manusia dalam menuntut ilmu sehingga ini berpengaruh pada etika menuntut ilmu. Maka dalam penelitian ini kita mencoba untuk melaksanakan model pembelajaran pada tema tersebut dengan model pembelajaran berbasis masalah atau yang sering dikenal dengan PBL yakni problem based learning. Media Prestasi Vol. XVII No.2 Desember 2016 /ISSN 1979-9225 101

METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggam barkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagai mana hasil yang diinginkan dapat dicapai. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Kwadungan yang terletak di Jl. Raya Ngawi Kwadungan Km. 15 Tirak. Subyek penelitian adalah kelas X semester ganjil tahun pelajaran 2014-2015, yang berjumlah 22 orang pada kompetensi dasar 3.7 Memahami Q.S. At-Taubah (9) : 122 dan hadits terkait tentang semangat menuntut ilmu, menerapkan dan menyampaikannya kepada sesama. Penelitian tindakan, ini menggu nakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Arikunto, Suharsimi, 2002:83), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Masalah diidentiifikasi ketika pembelajaran Pendidikan Agama Islam, yang mana guru PAI menjumpai permasalahan tentang rendahnya daya konsentrasi dan daya serap serta kemampuan siswa dalam menghubung kan konsep konsep ajaran islam dengan kehidupan sehari-hari. Kemudian guru menentukan model pembelajaran berbasis masalah. Adapun tahap tahapanya adalah sebagai berikut: 1. Tahap perencanaan ( planning ) Pada tahap ini peneliti membuat perencanaan pembelajaran Pendidik an Agama Islam dengan mengguna kan model pembelajaran berbasis masalah dengan kompetensi dasar 3.7 Memahami Q.S. At-Taubah (9) : 122 dan hadits terkait tentang semangat menuntut ilmu, menerapkan dan menyampaikannya kepada sesama. 2. Tahap pelaksanaan (acting) Pada tahap ini guru melaksanakan Media Prestasi Vol. XVII No.2 Desember 2016 /ISSN 1979-9225 102

pembelajaran sebagaimana rencana yang telah ditetapkan. Pelaksanaan pembelajaran terdiri dari 3 siklus, yaitu siklus 1, 2, dan 3, dimana masing masing siklus dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes tulis di akhir masing-masing putaran. 3. Tahap pengamatan (Observing) Pengamatan tindakan (Observing) pengamatan tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi yang dilakukan oleh teman sejawat yang bertindak sebagai observer dalam pembelajaran PAI. Observasi dilakukan oleh kolaborator terhadap proses kegiatan yang dilakukan selama kegiatan PAI dengan model pembelajaran berbasis masalah. Hal ini dilakukan agar data yang didapat bersifat obyektif. Kolaborator mengamati jalannya kegiatan untuk melihat apakah tindakan tersebut sesuai dengan yang direncanakan. 4. Tahap tindakan (reflecting) Pada tahap ini adalah mengadakan refleksi tindakantindakan yang telah dilakukan untuk menganalisis ketercapaian proses pemberian tindakan maupun untuk menganalisis faktor penyebab tidak tercapainya tindakan. Adapun hasil siklus pertama kurang memuaskan dan harus diperbaiki pada siklus kedua. Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah tes buatan guru yang fungsinya adalah: (1) untuk menentukan seberapa baik siswa telah menguasai bahan pelajaran yang diberikan dalam waktu tertentu, (2) untuk menentukan apakah suatu tujuan telah tercapai, dan (3) untuk memperoleh suatu nilai (Arikunto, Suharsimi, 2002:149). Sedangkan tujuan tes adalah untuk mengetahui tingkat ketuntasan belajar siswa secara individual maupun secara klasikal. HASIL PENELITIAN Temuan penelitian dari siklus I, II dan III dalam penelitian ini dapat diperhatikan sebagai berikut : Media Prestasi Vol. XVII No.2 Desember 2016 /ISSN 1979-9225 103

Prestasi belajar PAI dengan PBL Series 1 Series 2 Series 3 84.95 86.36 80.09 81.81 76.81 19 18 16 72.72 Nilai rata-rata tes Jumlah siswa yang tuntas belajar Persentase ketuntasan belajar Berdasar data di atas maka dapat dipahami dalam penelitian ini diperoleh data bahwa melalui pembelajaran berbasis masalah prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus 1 ke siklus berikutnya. Peningkatan terjadi baik pada aspek rata-rata nilai kelas, jumlah siswa yang tuntas maupun prosentase ketuntasan belajar. Rata-rata nilai kelas mengalami peningkatan yaitu pada siklus I diperoleh rata-rata nilai sebesar 76,81, kemudian meningkat pada siklus kedua yakni sebesar 80,09 dan pada siklus ketiga sebesar 84,95. Peningkatan hasil belajar dari aspek rata-rata nilai kelas ini merupakan sesuatu yang bagus karena pencapaian ini menunjukkan adanya peningkatan daya serap siswa terhadap materi pembelajaran. Peningkatan juga terjadi pada hasil belajar dari aspek ketuntasan siswa dalam belajar. Pada siklus pertama sebesar siswa yang tuntas adalah sebesar 16 orang dari 22 siswa, kemudian meningkat pada siklus kedua naik menjadi sebesar 18 orang dan pada siklus ketiga meningkat pula yakni sebesar 19 orang. Peningkatan dari aspek jumlah siswa yang mencapai nilai ketuntasan belajar adalah sesuatu yang sangat diharapkan karena dalam pembelajaran seorang guru hendaknya mampu mengantarkan siswa tuntas secara klasikal. Prosentase ketuntasan siswa juga mengalami peningkatan yakni pada siklus I sebesar 72,72 %, Media Prestasi Vol. XVII No.2 Desember 2016 /ISSN 1979-9225 104

meningkat pada silklus kedua sebesar 81,81 persen dan pada siklus ketiga sebesar 86,86. Pencapaian peningkatan hasil belajar siswa sebagaimana di atas, dikarenakan adanya tindak lanjut atau perbaikan langkah-langkah dalam penerapan model pembelajaran berbasis masalah dari siklus I sampai siklus III. Pada siklus pertama terdapat hambatan bahwa siswa masih merasa baru dan belum memahami betul bagaimana model pembelajaran berbasis masalah berlangsung dalam pembelajaran PAI di kelas. Hal tersebut berdampak pada tingkat motivasi belajar beberapa siswa kurang bagus, kemudian kurang maksimalnya pengelolaan waktu pembelajaran, beberapa siswa kurang aktif cenderung pasif dan terdapat dua kelompok dari 5 kelompok yang kurang dinamis dalam proses diskusi dan presentasi, dikarenakan kurang maksimalnya peran ketua kelompok dalam memfungsikan peran anggota. Dan untuk memperbaiki hal tersebut di siklus II yang dilakukan guru adalah memotivasi siswa, memperjelas penyampaian tujuan pembelajaran, mendistribusikan waktu pembelajaran secara baik dengan menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan serta lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga siswa bisa lebih antusias. Pada siklus kedua diperoleh peningkatan prestasi baik pada aspek rata-rata nilai kelas, jumlah siswa yang tuntas, maupun prosentase ketuntasan sebagaimana dipaparkan di atas. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini diantaranya dipengaruhi oleh kesiapan peserta didik yang lebih baik karena guru telah menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan diinginkan guru dengan menerapkan pembelajaran berbasis masalah. Untuk mendapat peningkatan yang lebih baik, perbaikan yang dilakukan pada siklus III adalah membuat siswa lebih termotivasi selama proses pembelajaran berlangsung, lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut dalam diri siswa baik untuk Media Prestasi Vol. XVII No.2 Desember 2016 /ISSN 1979-9225 105

mengemukakan pendapat atau bertanya, 1. pembelajaran berbasis masalah lebih sabar dalam membimbing siswa atau problem based learning dapat merumuskan kesimpulan/menemukan meningkatkan kualitas konsep, mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan pembelajaran pembelajaran PAI, khususnya pada bahasan semangat menuntut ilmu dapat berjalan sesuai dengan yang dan menyampaikan kepada diharapkan, menambah lebih banyak contoh soal dan memberi soal-soal sesamanya; 2. Pembelajaran berbasis masalah latihan pada siswa untuk dikerjakan atau problem based learning pada setiap kegiatan belajar mengajar. memiliki dampak positif dalam Pada siklus III terdapat meningkatkan hasil belajar siswa peningkatan prestasi belajar yang lebih yang ditandai dengan peningkatan baik lagi sebagaimana dipaparkan ketuntasan belajar siswa dalam sebelumnya. Peningkatan tersebut setiap siklus, yaitu siklus I dipengaruhi oleh kemampuan guru (72,72%), siklus II (81,81%), yang lebih baik dalam menerapkan siklus III (86,36%); pembelajaran berbasis masalah 3. pembelajaran berbasis masalah sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran berbasis masalah sehingga siswa lebih berpartisipasi aktif atau problem based learning dapat menjadikan peserta didik merasa dirinya mendapat perhatian dan selama proses pembelajaran, lebih kesempatan untuk menyampaikan mudah memahami materi pendapat, gagasan, ide dan pembelajaran, sehingga hasil belajar tercapai lebih baik. pertanyaan; 4. Peserta didik dapat bekerja secara mandiri maupun kelompok, serta KESIMPULAN mampu mempertanggungjawabkan Berdasarkan hasil penelitian yang segala tugas individu maupun telah dipaparkan selama tiga siklus, kelompok; kelima, penerapan hasil seluruh pembahasan serta analisis pembelajaran berbasis masalah yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: mempunyai pengaruh positif, Media Prestasi Vol. XVII No.2 Desember 2016 /ISSN 1979-9225 106

terhadap peningkatan belajar siswa. SARAN Saran yang penulis sampaikan mendasar hasil penelitian ini agar pembelajaran dapat memberikan hasil yang optimal bagi siswa, adalah: 1. Untuk melaksanakan model pembelajaran berbasis masalah atau problem based learning memerlukan persiapan yang matang. Guru harus menentukan atau memilih topik yang benarbenar bisa diterapkan dengan pembelajaran berbasis masalah dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal. 2. Dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pembelajaran, walau dalam taraf yang sederhana, dimana peserta didik nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga mereka berhasil dan mampu memecahkan masalah-masalah dihadapinya. yang 3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di SMAN I Kwadungan tahun pelajaran 2014-2015 4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikanperbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta. 2002. Dahar, R.W. Teori-teori Belajar. Jakarta: Departemen P dan K Direktorat Jendral Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.1998. M. Ibrahim dan M. Nur. Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. 2000. M. Nur dan Wikandari P.R. Pengajaran Berpusat pada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis dalam Pengajaran. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.1998 Nurhadi. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: UM Press. 2004 Media Prestasi Vol. XVII No.2 Desember 2016 /ISSN 1979-9225 107

Rustiyah, N.K. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.1991 Sukidin, dkk. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Insan Cendekia.2002. Tegeh, I.M. Perbandingan Prestasi Belajar Mahasiswa yang Diajar dengan Menggunakan Problem Based-Learning dan Ekspositori yang Memiliki Gaya Kognitif Berbeda. Disertasi tidak diterbitkan. Malang: Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang 2009 Tim Redaksi Pustaka Yustisia, Perundangan tentang Kurikulum Sistem Pendidikan Nasional 2013.Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2013. Media Prestasi Vol. XVII No.2 Desember 2016 /ISSN 1979-9225 108