Oleh : Sri Ayu Saputri Daud Telah diperikasa dan disetujui. Mengetahui, Ketua Jurusan Pendidikan Kimia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III ZAT DAN WUJUDNYA

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 11. KLASIFIKASI BENDALATIHAN SOAL BAB 11

P E T A K O N S E P. Zat dan Wujudnya. Massa Jenis Zat Wujud Zat Partikel Zat. Perubahan Wujud Zat Susunan dan Gerak Partikel Zat

BAB II ZAT DAN WUJUDNYA

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 11. KLASIFIKASI BENDALatihan Soal 11.3

SMP kelas 7 - FISIKA BAB 2. Klasifikasi BendaLatihan Soal 2.3

Dokumen penerbit. Konsep Zat berdasarkan. mempengaruhi. Kohesi

PENDALAMAN MATERI ZAT, WUJUD ZAT, DAN MASSA JENIS

CHAPTER 2. MATTERS & THEIR PHASE BAB 2. ZAT DAN WUJUDNYA

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 11. KLASIFIKASI BENDALatihan Soal 11.2

Antiremed Kelas 7 Fisika

Konsep Zat. Zat adalah sesuatu yang menempati ruang dan memiliki massa.

GLOSSARIUM. Ilmu Pengetahuan Alam - Kelas VII SMP/MTs

1. Pengertian Perubahan Materi

Antiremed Fisika. Persiapan UAS 1 Fisika Kelas Berapakah volume batu yang ditunjukan pada gambar di bawah ini?

SILABUS. - Mengidentifikasikan besaran-besaran fisika dalam kehidupan sehari-hari lalu mengelompokkannya dalam besaran pokok dan turunan.

- - WUJUD ZAT DAN PEMUAIAN

MENGELOMPOKKAN SIFAT-SIFAT MATERI

Silabus. - Mengidentifikasikan besaran-besaran fisika dalam kehidupan sehari-hari lalu mengelompokkannya dalam besaran pokok dan turunan.

BAB 7 PERUBAHAN SIFAT BENDA. Kamu dapat menyimpulkan hasil penyelidikan tentang perubahan sifat benda, baik sementara maupun tetap.

Embun merupakan zat cair yang terbentuk karena proses pengembunan. yaitu perubahan zat gas menjadi zat cair. Wujud zat dibedakan atas zat padat,

SMP kelas 7 - KIMIA BAB 1. MATERI Latihan Soal 1.3

WUJUD ZAT. Perubahan wujud zat dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut: Zat padat. Keterangan:

MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

ZAT, WUJUD ZAT, DAN MASSA JENIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peneliti yang menggunakan model pembelajaran berpikir induktif

KALOR. Peta Konsep. secara. Kalor. Perubahan suhu. Perubahan wujud Konduksi Konveksi Radiasi. - Mendidih. - Mengembun. - Melebur.

SMP kelas 7 - FISIKA BAB 2. Klasifikasi BendaLatihan Soal 2.2

Pengetahuan Alam, Pembimbing I: Dr. Astin lukum, M.Si; Pembimbing II: La Ode Aman, M.Si

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL

BAB III METODE PENELITIAN. gelar R-SBI di Kabupaten Gorontalo sejak tahun 2010 sampai awal tahun 2013.

PERUBAHAN MATERI. Materi dapat berwujud padat, cair, dan gas. Materi berwujud padat mempunyai bentuk tertent

DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 3 LAWANG SOAL ULANGAN SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2008/2009

SILABUS PEMBELAJARAN

MATERI DAN PERUBAHANNYA. Kimia Kesehatan Kelas X semester 1

JURNAL. Oleh. Jahardi Ineng Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji. Nip Nip

PERSETUJUAN PEMBIMBING. Identifikasi Hirarki Pemahaman Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Gorontalo pada Materi Ikatan Kimia. Oleh Bambang NIM.

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 13. SIFAT DAN PERUBAHAN BENDALatihan soal 13.3

BAB III METODE PENELITIAN

2015 ID ENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PAD A MATERI TEKANAN MENGGUNAKAN THREE-TIER TEST

Identifikasi Pemahaman Siswa Terhadap Konsep Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan dengan Menggunakan Tes Diagnostik Three-Tier Multiple Choice

KAPILARITAS ZAT CAIR PADA KERTAS

FLUIDA STATIS. Seekor serangga hinggap di atas permukaan air tanpa basah. Penjepit kertas

PEMETAAN STANDAR KOMPETENSI, KOMPETENSI DASAR, PENILAIAN DAN KKM

Seminar Nasional Evaluasi Pendidikan Tahun 2014

PERSETUJUAN PEMBIMBING

BAGAIMANA HUBUNGAN ANTARA SIFAT BAHAN KIMIA SEHARI-HARI DENGAN STRUKTUR PARTIKEL PENYUSUNNYA? Kegiatan 2.1. Terdiri dari

Tes awal identifikasi miskonsepsi siswa. siswa.

LATIHAN ULANGAN SEMESTER

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

SIFAT FISIKA DAN SIFAT KiMIA ZAT

KAPILARITAS MATERI POKOK

Khoirun Nisa Retno Ning Tiyas * Muhardjito ** Kadim Masjkur *** Jalan Semarang 5 Malang 65145

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Nama : Mata Pelajaran : Fisika

TK ranah IPK. Indikator pencapaian. Produk: Menjelaskan sifat sifat zat berdasarkan wujudnya,yai tu: padat,cair dan gas secara jelas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

EKSPERIMEN 1 FISIKA SIFAT TERMAL ZAT OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2006 Waktu 1,5 jam

Perubahan zat. Perubahan zat

KALOR. Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

BAB III METODE PENELITIAN. data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Demikian

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI PADA MATERI POKOK WUJUD ZAT SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 BAWANG TAHUN AJARAN 2009/2010

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI

BAB XII KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD

BAB VI REAKSI KIMIA. Reaksi Kimia. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas IX 67

BAB XII KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2018

MATERI POKOK 2: SUHU TERMOMETER KONVERSI SUHU Celcius (C) Reamur (R) Fahreinheit (F) Kelvin (K) F (+32) F (-32)

KAJIAN KEMAMPUAN MEMAHAMI TEORI ASAM BASA PADA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 LIMBOTO

PERSETUJUAN PEMBIMBING

PERSETUJUAN PEMBIMBING

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI DALAM MATERI STOIKIOMETRI PADA SISWA KELAS X DI SMAN 1 MALANG MELALUI SOAL DIAGNOSTIK THREE-TIER

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Materi 2.2 Sifat-sifat Materi

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 11. KLASIFIKASI BENDALatihan Soal 11.1

Kisi-Kisi Instrumen Penguasaan Konsep. : Perubahan Fisika dan Perubahan Kimia

MATERI 1.1 Pengertian Materi Sebagai contoh : Hukum Kekekalan Materi 1.2 Sifat Dan Perubahan Materi Sifat Materi

TINGKAT KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL-SOAL PERHITUNGAN KIMIA SISWA KELAS XI IPA 2 DI SMA NEGERI 1 TELAGA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

PROFIL MISKONSEPSI SISWA SMA KELAS XI MENGGUNAKAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO TIER MULTIPLE CHOICE PADA MATERI ASAM-BASA

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 13. SIFAT DAN PERUBAHAN BENDALatihan soal 13.2

BERKAS SOAL OLIMPIADE BIDANG STUDI FISIKA

Soal Suhu dan Kalor. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!

LEMBAR KERJA (LAPORAN ) PRAKTIKUM IPA SD PDGK 4107 MODUL 5. KALOR PERUBAHAN WUJUD ZAT dan PERPINDAHANNYA PADA SUATU ZAT

PERUBAHAN FISIKA DAN PERUBAHAN KIMIA

SIFAT ZAT DAN PEMISAHAN CAMPURAN

BAB 10 KALOR DAN PERPINDAHAN KALOR

BAB II REMEDIASI HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN. A. Pembelajaran Remediasi Menggunakan Metode Eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN

Pendalaman materi prediksi Ujian Nasional SMP 62 Jakarta - SW Page 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) PRA SIKLUS

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR PERUBAHAN KIMIA. Disusun Oleh. Ari Wahyuni PROGRAM D3 FARMASI LABORATORIUM KIMIA DASAR

UNIT 2: Klasifikasi Materi dan Sifatnya

SIFAT-SIFAT BENDA. A.Sifat-Sifat Benda Padat, Cair, dan Gas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. experimental dan deskriptif. Metode pre experimental digunakan untuk melihat

SMP kelas 7 - KIMIA BAB 1. MATERI Latihan Soal Tokoh yang menemukan bahwa massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama adalah...

BAB IV HASIL PENELITIAN. satu kali diisi dengan melakukan pre test, tiga kali pertemuan diisi dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

JURNAL PRAKTIKUM SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK 12 Mei 2014

BAB III METODE PENELITIAN. dengan grafik, bagan, gambar atau tampilan lain. 66

Transkripsi:

PERSETUJUAN PEMBIMBING Jurnal: Identifikasi Pemahaman Konsep Perubahan Wujud Zat Dengan Menggunakan Instrumen Tiga Tingkat (Three-tier test) Pada Siswa Kelas VII MTs Negeri Model Limboto Oleh : Sri Ayu Saputri Daud Telah diperikasa dan disetujui PEMBIMBING I PEMBIMBING II Dr. Lukman A.R Laliyo, M.Pd, MM Julhim S. Tangio, M.Pd NIP.19691124 199403 1 001 NIP.19750828 200812 2 003 Mengetahui, Ketua Jurusan Pendidikan Kimia Dr. Akram Lakilo, M.Si NIP. 19600215 198803 1 001 1

JURNAL PENELITIAN : 2014 IDENTIFIKASI PEMAHAMAN KONSEP PERUBAHAN WUJUD ZAT DENGAN MENGGUNAKAN INSTRUMEN TES TIGA TINGKAT(THREE-TIER TEST) PADA SISWA KELAS VII MTs NEGERI MODEL LIMBOTO Sri Ayu Saputri Daud 1, Lukman A.R Laliyo 2, Julhim S. Tangio 3 Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Matematika dan IPA Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui gambaran tingkat pemahaman konsep perubahan wujud zat siswa kelas VII MTs Negeri Model Limboto yang terkait dengan konsep-konsep yang tidak dipahami siswa dan kesalahan-kesalahan konsep yang dialami siswa, dan (2) Pe rsentase siswa yang dikategorikan paham konsep, tidak paham konsep dan miskonsepsi. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif. Populasi penelitian adalah siswa kelas VII MTs Negeri Model Limboto yang berjumlah 250 siswa. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 84 siswa yang diambil dengan tekhnik purposif sampling yang terdiri dari kelas VII 1, VII 4 dan VII 8. Instrumen penelitian ini menggunakan instrumen tes tiga tingkat (Three-tier test) yang terdiri dari 15 item soal. Hasil uji instrumen tes diperoleh tingkat validasi isi sebesar 93,3% dan reliabilitas 0,77.Hasil penelitianmenunjukkan bahwa gambaran tingkat pemahaman siswa kelas VII MTs Negeri Model Limboto pada konsep perubahan wujud zat yaitu untuk siswa kelas VII 1 termasuk dalam kategori rendah yakni 45,5%, kelas VII 4 32,5% termasuk dalam kategori sangat rendah, dan untuk kelas VII 8 25,1% termasuk dalam kategori sangat rendah. Persentase rata-rata jawaban benar siswa secara keseluruhan adalah 34,4%, hal ini menunjukkan gambaran tingkat pemahaman siswa kelas VII MTs Negeri Model Limboto termasuk dalam kategori sangat rendah. Dari 9 indikator yang diujikan ditemukan 34,4% siswa yang dikategorikan paham konsep, 34,5% siswa yang dikategorikan tidak paham konsep dan 30,8% siswa yang dikategorikan miskonsepsi. 1 KataKunci: PemahamanKonsep,InstrumenThree-Tier Test, KonsepPerubahan Wujud Zat 1 Sri Ayu Saputri Daud, 441410065, Jurusan Kimia, Prodi Pend. Kimia Fakultas MIPA 2 Pembimbing I Dr. Lukman A.R Laliyo, M.Pd, MM 3 Pembimbing II Julhim S. Tangio, S.Pd, M.Pd 2

PENDAHULUAN Pemahaman konsep merupakan kemampuan seseorang dalam mengetahui atau memahami, menganalisis, membedakan, memberikan contoh, menerapkan, menuliskan kembali dan menyimpulkan suatu konsep yang telah dipelajari sebe lumnya. Menurut Sudjiono (1996) pemahaman adalah kemamuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dalam pembelajaran pemahaman konsep merupakan tingkat kemampuan yang mengharapkan seseorang mampu memahami arti atau konsep serta fakta yang diketahuinya sehingga mampu menjelaskan, mendemontrasikan, memberikan contoh dan menggunakan konsep yang telah dipelajari dan memecahkan masalah dalam proses pembelajaran. Gabel menyatakan bahwa konsep yang sulit dapat menyebabkan siswa mengalami miskonsepsi. Setiap siswa memiliki konsepsi awal yang dibawa siswa kedalam kelas sebelum memberikan konsep atau informasi baru agar konsep yang diberikan dapat dengan mudah diterima dalam struktur kognitif siswa dan tidak terjadi miskonsepsi pada siswa (dalam Rahmaningsih, 2013). Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi pemahaman siswa diantaranya dengan tes pilihan ganda dan wawancara diagnosis. Namun, kedua cara tersebut belum mampu mengidentifikasi pemahaman siswa dengan baik, hal ini dapat dilihat dengan banyaknya siswa yang tidak mampu menjawab dengan benar soal-soal yang diberikan karena tidak memahami konsep dan mengalami miskonsepsi. Tes pilihan ganda dapat dengan mudah diberikan kepada siswa dalam jumlah besar, objektif dan mudah dianalisis, namun soal pilihan ganda tidak dapat menyelidiki jawaban siswa lebih dalam. Wawancara diagnosis dapat digunakan untuk menyelidiki konsepsi siswa lebih dalam, namun tidak dapat diberikan kepada siswa dalam jumlah yang besar, tidak dapat dianalisis dengan mudah dan terlalu banyak memakan waktu. Salah satu cara yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengidentifikasi pemahaman konsep siswa adalah Three-Tier Test. Three-Tier Test yaitu soal pilihan ganda dengan tiga tingkat pertanyaan dimana tingkat pertama menanyakan materi, tingkat kedua meanyakan alasan dari jawaban tingkat pertama, dan tingkat ketiga berupa indeks keyakinan siswa dalam menjawab. Kelebihan dari instrumen Three-Tier Test adalah dapat mengidentifikasi pemahaman konsep peserta didik dengan mudah dan tidak membutuhkan banyak waktu, dapat mengetahui kemungkinan peserta didik yang menjawab salah karena mengalami miskonsepsi atau tidak memahami materi. Instrumen Three-Tier Test ini telah digunakan oleh beberapa peneliti diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Haki Pesman (2005) pada konseparus listrik, yang berjudul Development Of a Three-TierTest To Assess Ninth Grade Students Misconceptions About SimpleElectric Circuits, penelitian Dindar & Gerban (2011) pada konsep asam basa yang berjudul Development ofa Three-Tier Test To Assess High School Students Understanding of Acids and Bases. Hasil dari penelitian ini adalah tes three-tier lebih efektif dalam menilai pemahaman siswa daripada tespilihanganda karena tes three-tier dapat membedakan siswa yang paham konsep, tidak paham konsep dan miskonsepsidengan menganalisis tingkatan (Salirawati, 2010). 3

Salah satu materiyang menimbulkan miskonsepsi adalah materi perubahan wujud zat.berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bucat dan Fenshan (1995)menunjukkan bahwa siswa cenderung mengalami kesulitan dalam memahami konsep perubahan wujud dan sifat materi pada tingkat makroskopis dan mikroskopis.(laliyo, 2010). Berdasarkan hasil penelitianlaliyo (2010) tentang konsep perubahan wujud zat menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil siswa yang memiliki konstruksi pemahaman yang benar tentang perubahan wujud zat, ditinjau dari konsepsinya tentang ukuran partikel (21,4%), berat partikel (27,3%), jarak antar partikel (53,5%), dan gerak partikel (53,5%). METODE PENELITIAN Latar Penetapan Lokasi Penelitian MTs Negeri Model Limboto adalah salah satu sekolahdi Kabupaten Gorontalo dengan jumlah tenaga pengajar secara keseluruhan 40 orang.jumlah kelas 25 ruangan, dan jumlah siswa secara keseluruhan 800 siswa dimana jumlah perkelas31 siswa, untuk kelas VII terdiri dari delapan kelas dengan jumlah siswa 250. Sekolah ini memiliki 3 orang tenaga pengajar IPA. Sekolah ini merupakan tempat pelaksanaan penelitian dengan alasan karena sekolah ini berdasarkan hasil observasi pembagian kelasnya didasarkan pada peringkat, jadi penelitian ini akan mengidentifikasi pemahaman siswa pada kelas yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah pada konsep perubahan wujud zat. Kegiatan penelitian ini dilakukan selama 3 bulan (Ju li-september) mulai dari tahap persiapan sampai tahap penyusunan. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan tujuan untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan pemahaman konsep siswa pada materi perubahan wujud zat yang dijabarkan dalam kategori paham konsep, tidak paham konsep dan miskonsepsi. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII MTs Negeri Model Limboto Tahun Ajaran 2013/2014 dengan jumlah 250 siswa. Sampel dari penelitian ini adalah siswa kelas VII 1 yang berjumlah 31 siswa, siswa kelas VII 4 yang berjumlah 29 siswa, dan siswa kelas VII 8 yang berjumlah 24 siswa. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah purposif sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan tujuan. Menggunakan tekhnik purposif sampling dalam penelitian ini karena tujuan dari penelitian ini akan mengidentifikasi pemahaman konsep siswa yang berkemampuan tinggi yakni kelas VII 1, siswa yang berkemampuan sedang yakni kelas VII 4, dan siswa yang berkemampuan rendah yakni kelas VII 8. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah instrumen tes tiga tiga tingkat ( Three-tier test). Pada Three-tier test ini terdapat tiga tahap, tahap pertama berisi pertanyaan yang mengandung berbagai pilihan jawaban, tahap kedua berisi alasan-alasan yang mengacu pada jawaban-jawaban yang terdapat 4

pada bagian pertama, dan tahap ketiga berupa indeks keyakinan siswa dalam menjawab. Instrumen tes tiga tingkat dalam penelitian ini terdiri dari 9 indikator yang tersebar dalam 15 butir soal. Sebelum tes digunakan untuk menjaring data terlebih dahulu dilakukan verifikasi yang terdiri dari uji validitas dan uji rabilitas. Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan tujuan untuk memberikan makna data yang telah dikumpulkan dari sampel penelitian. Data yang akan dianalisis meliputi gambaran pemahaman siswa pada konsep perubahan wujud zat dan persentase siswa yang dikategorikan paham konsep, tidak paham konsep dan miskonsepsi. Adapuan analisis data yang dilakukan sebagai berikut a. Analisis Data Gambaran Tingkat Pemahaman Siswa Pada Konsep Perubahan Wujud Zat Data gambaran pemahaman siswa pada konsep perubahan wujud zat diperoleh dengan menggunakan tes dalam bentuk three-tier test (tes tiga tingkat). Pada tes ini peneliti menganalisis data hasil penelitian secara deskriptif dengan menggunakan persamaan menurut Arikunto(2009: 245)sebagai berikut: X= b. Analisis Data Persentase Siswa pada Kategori Paham Konsep, Tidak Paham Konsep dan Misonsepsi Untuk mengetahui siswa yang yang dikategorikan paham konsep, tidak paham konsep dan miskonsepsi data yang dikumpulkan dari tes tiga tingkat (three-tier test) dianalisis dengan menggunakan tabel kategori tingkat pemahaman peserta didik berdasarkan jawaban three-tier test Tabel 1.Katgori tingkat pemahaman Tahap Pertama Tahap Kedua Tahap Ketiga Kategori Benar Benar Yakin Paham Konsep Benar Benar Tidak Yakin TidakPaham Konsep Benar Salah Yakin Miskonsepsi Benar Salah Tidak Yakin Tidak Paham Konsep Salah Benar Yakin Miskonsepsi Salah Benar Tidak Yakin Tidak Paham Konsep Salah Salah Yakin Miskonsepsi Salah Salah Tidak Yakin Tidak Paham Konsep 5

(Astari, 2012:5) HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) gambaran pemahaman siswa pada konsep perubahan wujud zat, (2) konsep-konsep perubahan wujud zat yang belum dipahami siswa dengan baik, dan (3) mengetahui persentase siswa yang dikategorikan paham konsep, tidak paham konsep dan miskonsepsi pada materi perubahan wujud zat dengan menggunakan instrumen tes tiga tingkat (Three-Tier Test). Deskripsi dilakukan berdasarkan data perolehan jawaban siswa berkenaan dengan pemahamannya tentang konsep perubahan wujud zat. Berdasarkan data hasil penelitian dengan menggunakan instrumen tes tiga tingkat, persentase pemahaman konsep siswa kelas VII MTs Negeri Model Limboto pada materi perubahan wujud zat dalam tiga kategori tingkat pemahaman yaitu kategori paham konsep, tidak paham konsep dan miskonsepsi dapat dilihat pada Tabel 2 Tabel 2.Persentase Kategori Tingkat Pemahaman Berdasarkan Jawaban Siswa Pada Setiap Indikator Indikator Menjelaskan pengertian zat dan sifat-sifat zat Memberikan contoh perubahan wujud zat dalam kehidupan seharihari Menjelaskan perubahan wujud zat berdasarkan perubahan fisika dan kimia Menafsirkan Susunan partikel masing-masing zat Menjelaskan gerak partikel pada masingmasing wujud zat Menjelaskan perbedaan kohesi dan adhesi berdasarkan hasil pengamatan Mengaitkan peristiwa kapilaritas dalam kehidupan sehari-hari Menghitung massa jenis suatu zat Menggunakan konsep massa jenis untuk Kelas VII 1 Kelas VII 4 Kelas VII 8 M TM Mi M TM Mi M TM Mi 92 4,5 3,5 71 15,5 13,5 62,5 25 12,5 74,5 8 17,5 41,5 26 32,5 35,5 27 37,5 23 41,5 35,5 12 27,5 60,5 10 48 42 90 3 7 72 4 24 71 12 17 21 48 30,5 17 15 38 6 46 48 22,5 42 35,5 14 51,5 34,5 20,5 44 35,5 25,5 56,5 18 22 53,5 24,5 12,5 58 29,5 32 39 29 17 59 24 0 67 33 29 39 32 17 28 55 8 38 54 6

berbgai penyelesaian masalah dalam kehidupan sehari-hari Rata-rata 45,5 31,3 23,2 32,5 32,1 35,1 25,1 40,6 34,3 Keterangan: M : Paham Konsep TM : Tidak Paham Konsep PEMBAHASAN Mi : Miskonsepsi a. GambaranPemahaman KonsepPerubahan Wujud Zat Siswa Kelas VII MTs NegeriModel Limboto Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata total siswa yang menjawab benar untuk siswa kelas VII 1 adalah 45,5 % termasuk dalam kategori tingkat pemahaman rendah, untuk siswa kelas VII 4 adalah 32,5% termasuk dalam kategori tingkat pemahaman sangat rendah, dan untuk siswa kelas VII 8 25,1 % termasuk dalam kategori tingkat pemahaman sangat rendah. Dimana rata-rata total keseluruhan siswa kelas VII adalah 34,4%, hal ini menunjukkan pemahaman siswa kelas VII MTs Negeri Model Limboto pada materi perubahan wujud zat termasuk pada kategori sangat rendah. Gambaran tingkat pemahaman siswa berdasarkan kategori paham konsep pada konsep perubahan wujud zat ditinjau dari aspek daya serap yaitu sebagai berikut: 1. Konsep Zat dan Sifat-sifat Zat Daya serap siswa dalam menjelaskan pengertian zat dan sifat-sifat zat, rata-rata pemahaman siswayang dijadikan sampel penelitian adalah 75,2% termasuk dalam kategori pemahaman baik.dalam menjelaskan pengertian zat dan sifat-sifat zat sebagian besar sudah memahami dengan baik konsep ini tetapi masih ada beberapa siswa yang belum mampu membedakan contoh zat dan bukan zat. Hal ini ditunjukkan dari jawaban siswa yang menyebutkan kapur tulis bukan merupakan contoh zat, padahal kapur tulis merupakan zat yaitu zat padat. Untuk siswa kelas VII 1 sudah memahami dengan baik konsep ini dibandingkan dengan siswa kelas VII 4 dan kelas VII 8 yang tingkat pemahaman siswa cukup dimana beberapa siswa belum mampu membedakan sifat-sifat zat padat, zat cair an zat gas. 2. Konsep Perubahan Wujud Zat Daya serap siswa pada konsep memberikan contoh perubahan wujud zat dalam kehidupan sehari-hari persentase rata-rata siswa yang menjawab benar yang dikategorikan paham konsepuntuk tiga kelas yang meupakan sampel penelitian adalah 50,5% artinya tingkat pemahaman siswa pada konsep termasuk pada kategori tingkat pemahaman rendah.daya serap siswa dalam menjelaskan perubahan wujud zat berdasarkan perubahan fisika dan perubahan kimia persentase jawaban benar siswa yang dikategorikan paham konsep untuk kelas VII 1, VII 4, dan VII 8 masing-masing adalah 23%, 12% dan 10% termasuk dalam kategori pemahaman sangat rendah. Pada konsep ini siswa belum memahami dengan baik perubahan wujud zat berdasarkan perubahan fisika dan perubahan kimia yakni contoh peristiwa yang 7

termasuk perubahan fisika dan perubahan kimia, tidak memahami pengertian perubahan fisika dan perubahan kimia, dan tidak memahami dengan baik contoh perubahan wujud zat dalam kehidupan sehari-hari yakni contoh peristiwa menyublim yaitu perubahan zat padat menjadi zat gas dan contoh peristiwa pengembunan yaitu perubahan dari gas menjadi cair, kecuali untuk siswa kelas VII 1 sebagian besar telah memahami konsep ini, tetapi masih ada juga beberapa siswa belum mampu menyebutkan contoh peristiwa pengembunan. 3. Konsep Partikel zat Daya serap siswa dalam menafsirkan susunan partikel pada masingmasing zat memiliki daya serap untuk kelasvii 1 adalah 90 % termasuk dalam kategori pemahaman baik, hal ini menunjukkan bahwa siswa sudah mampu memahami konsep tentang menafsirkan susunan partikel pada masing-masing zat, dan untuk kelas VII 4 dan kelas VII 8 memiliki daya serap masing-masing 72% dan 71% termasuk dalam kategori pemahaman cukup pada konsep ini.daya serap siswa tentang gerak partikel padamasing-masing wujud zat persentase rata-rata untuk tiap kelas termasuk dalam kategori tingkat pemahaman sangat rendah yaitu, kelas VII 1 persentase rata-rata jawaban benar siswa yang dikategorikan paham konsep adalah 21%, kelas VII 8 persentase rata-rata jawaban benar siswa adalah 17% dan kelas VII 8 persentase rata-rata jawaban benar siswa adalah 6%.Hal ini menunjukkan bahawa siswa belum mampu memahami konsep gerak partikel pada masing-masing wujud zat dengan baik. 4. Kohesi Adhesi Daya serap siswa pada konsep mejelaskan perbedaan kohesi dan adhesi berdasarkan hasil pengamatan termasuk dalam kategori pemahaman sangat rendah dimana rata-rata perolehan jawaban benar siswa untuk setiap kelas yang dikategorikan paham konsep yaitu, persentase jawaban benar siswa kelas VII 1 22,5%, untuk siswa kelas VII 4 persentase jawaban benar siswa adalah 14%, dan untuk kelas VII 8 yang daya serapnya 20,5%. Pada konsep ini sebagian besar siswa tidak memahami dengan baik, hal ini tunjukkan dari jawaban siswa yang belum mampu menjelaskan perbedaan kohesi dan adhesi berdasarkan contoh, dan tidak memahami contoh peristiwa yang menunjukkan adhesi lebih besar dari kohesi. 5. Kapilaritas Pada konsep ini kemampuan yang diukur adalah mengaitkan peristiwa kapilaritas dalam kehidupan sehari-hari. Daya serap siswa dalam mengaitkan peristiwa kapilaritas dalam peristiwa kehidupan sehari-hari presentase rata-rata untuk masing-masing kelas adalah kelas VII 1 25,5% termasuk pada kategori pemahaman sangat rendah dan persentase untuk kelas VII 4 22%, dan kelas VII 8 12,5% termasuk kategori pemahaman sangat rendah pada konsep ini.sebagian besar siswa belum memahami dengan baik contoh peristiwa kapilaritas dalam kehidupan sehari-hari dan pengertian kapilaritas, dan tidak memahami kapilaritas pada raksa (Hg), dengan tidak mampu menunjukkan gejala kapilaritas raksa (Hg) pada beberapa pipa kapiler yang berbeda ukuran dan saling berhubungan. 6. Massa Jenis Daya serap siswa menghitung massa jenis suatu zat termasuk dalam kategori pemahaman sangat rendah dimana perolehan jawaban benar siswa yang 8

dikategorikan paham konsep yaitu kelas VII 1 32%, untuk kelas VII 4 17%, dan untuk kelas VII 8 tidak ada satupun siswa yang mampu menjawab soal pada konsep ini. Hal ini menunjukan siswa tidak memahami konsep yakni menghitung massa jenis suatu zat. Daya serap siswa dalam menggunakan konsep massa jenis untuk berbagai penyelesaian masalah dalam kehidupan sehari-hari memiliki daya serap kategori pemahaman sangat rendah dimana persentase jawaban benar siswa untuk kelas VII 1, kelas VII 4, dan kelas VII 8 masing-masing adalah 29%, 17%,dan 8%. Hal ini menunjukkan pemahaman pada konsep masih sangat rendah. Pada konsep ini sebagian besar siswa kelas VII 1 dan kelas VII 8 tidak mengetahui rumus mencari massa jenis, ada beberapa siswa yang mengetahui rumus massa jenis tetapi tidak mampu mengaplikasikan rumus pada contoh soal, tidak memahami cara menkonvrensi satuan dan tidak memahami penggunaan konsep massa jenis untuk berbagai penyelesaian masalah dalam kehidupan seharihari yakni pengaruh massa jenis suatu benda dalam kehidupan sehari-hari, dan untuk siswa kelas VII 1 sebagian besar mengetahui rumus massa jenis dan mampu mengaplikasikan rumus pada contoh soal tetapi tidak memahami cara menkonvrensi satuan dan belum memahami dengan baik pengaruh massa jenis suatu benda dalam kehidupan sehari-hari. b. Pola-pola Jawaban Siswa yang di Kategorikan Tidak Paham Konsep Dan Miskonsepsi Siswa Kelas VII MTs Negeri Model Limboto Pada Materi Perubahan Wujud Zat Pola-pola jawaban siswa yang dikategorikan tidak paham konsep dan miskonsepsi dapat diketahui dengan memperhatikan pola jawaban yang diberikan pada setiap butir soal pada three-tier test. Berdasarkan hasil penelitian siswa kelas VII MTs Negeri Model Limbotopada materi perubahan wujud zat ditemukan siswa yang mengalami miskonsepsi sebanyak 30,9 % dan siswa yang tidak paham konsep adalah 34,6% dari 9 indikator yang diukur. Persentase siswa yang menjawab salah pada konsep perubahan wujud zat dengan menggunakan tes tiga tingkat dapat dilihat pada Gambar 1 berikut. Presentase Siswa Yang Menjawab Salah 60 40 20 0 31,3 32,1 Kelas VII-1 23,2 35,1 Kelas VII-4 Kelas 40,6 Kelas VII-8 34,3 Tidak Memahami Miskonsepsi Kecenderungan kesalahan pemahaman atau miskonsepsi yang terjadi pada siswa kelas VII MTs Negeri Model Limboto pada setiap indikator yang diujikan diuraikan sebagai berikut: Kemampuan Menjelaskan Pengertian Zat dan Sifat-sifat Zat 9

Berdasarkan hasil jawaban siswa pada three-tier test yaitu siswa sebagian besar telah memahami konsep ini tetapi ada beberapa siswa yang menjawab salah pada tier (tingkat) pertama yakni pertanyaan tentang contoh yang tidak termasuk zat tetapi menjawab dengan benar tier (tingkat) kedua yakni alasan tentang konsep zat yaitu zat adalah sesuatu yang menempati ruang dan memilik massa. Siswa menyebutkan atau memahami bahwa kapur tulis bukan merupakan contoh dari zat karena kapur tulis tidak menempati ruang, padahal jawaban yang sebenarnya kapur tulis merupakan contoh dari zat karena kapur tulis menempati ruang dan memiliki massa.kecenderungan kesalahan pemahaman siswa dalam menjelaskan sifat-sifat zat cair berdasarkan pernyataan yang diberikan siswa menjawab bahwa zat cair memiliki sifat yakni volumenya berubah dan bentuk tetap. Memberikan Contoh Perubahan Wujud Zat dalam Kehidupan Sehari-hari Contoh perubahan wujud zat dalam kehidupan sehari-hari yakni peristiwa mengecilnya ukuran kapur barus yang disimpan dalam lemari sebagian besar sudah memahami dengan baik, tetapi masih ada beberapa siswa yang cenderung menjawab salah pada tier (tingkat) pertama yakni perubahan wujud zat yang terjadi pada kapur barus dan menjawab benar pada tier (tingkat) kedua yakni alasan tentang konsep perubahan wujud zat yang terjadi pada kapur barus dan menjawab yakin pada tier (tingkat) ketiga. Kecenderungan kesalahan pemahaman yang dialami siswa yaitu siswa memahami bahwa peristiwa mengecilnya kapur barus disebabkan oleh peristiwa melebur dan ada juga yang menjawab peristiwa menguap, dengan alasan perubahan wujud zat padat menjadi gas. Padahal jawaban yang seharusnya peristiwa tersebut merupakan peristiwa menyublim yaitu perubahan zat padat menjadi zat gas. Selanjutnya kecenderungan kesalahan pemahaman siswa dalam menyebutkan contoh peristiwa pengembunan terdapat dua tipe jawaban dimana siswa pada tipe jawaban pertama, siswa cenderung menjawab contoh dari peristiwa pengembunan adalah air yang dipanaskan mendidih, dengan alasan peristiwa perubahan wujud dari cair menjadi gas, padahal jawaban sebenarnya air yang dipanaskan mendidih merupakan peristiwa penguapan yaitu perubahanwujud dari zat cair menjadi gas. Pada tipe jawaban kedua siswa menyebutkan contoh peritiwa pengembunan adalah gelas yang berisi air es dan pada dinding luar gelas teramati ada titik-titik air dengan alasan yaitu peristiwa perubahan wujud dari cair menjadi gas.alasan yang seharusnya yakni pengembunan merupakan peristiwa perubahan wujud dari gas menjadi cair. Kemampuan Menjelaskan Perubahan Wujud Zat Berdasarkan Perubahan Fisika Dan Perubahan Kimia kecenderungan kesalahan pemahaman dalam menyebutkan contoh perubahan fisika yaitu siswa menyebutkan atau memahami contoh peristiwa perubahan fisika adalah besi berkarat dengan alasan perubahan fisika adalah perubahan yang disertai dengan terbentuknya zat baru, padahal jawaban yang sebenarnya contoh peristiwa perubahan fisika adalah es mencair dengan alasan perubahan fisika adalah perubahan yang tidak disertai dengan terbrntuknya zat baru. Konsep yang sebenarnya besi berkarat bukan merupakan contoh perubahan fisika tetapi merupakan peristiwa perubahan kimia karena perubahan besi menjadi besi berkarat tebentuk zat baru yakni logam besi (Fe) mengikat oksigen (O) sehingga menghasilkan karat. Reaksinya sebagai berikut: 10

2Fe (s) + O 2(g ) + 4 H + 2 Fe 2+ (s) + 2H 2 O (l) Selanjutnya kecenderungan kesalahan pemahaman siswa pada konsep ini berdasarkan jawaban pada three-tier testyaitu pada tier (tingkat) pertama siswa memahami bahwa kertas yang dibakar menghasilkan nyala api dan asap, reaksi akhir yang terbentuk adalah abu merupakan perubahan secara fisika dengan alasan perubahan yang disertai dengan terbentuknya zat baru padahal jawaban yang seharusnya bahwa kertas yang dibakar menjadi nyala api, dan asap, reaksi akhir yang terbentuk adalah abu merupakan peristiwa perubahan secara kimia dengan alasan peristiwa perubahan tersebut menghasilkan zat baru yaitu abu dan arang. Kemampuan Menafsirkan Susunan Partikel Pada Masing-masing Zat Konsep ini siswa sebagian besar telah memahami konsep ini dengan baik kecuali ada beberapa siswa yang mengalami kesalahan pemahaman. Kecenderungan kesalahan pemahaman berdasarkan gambar susunan partikel siswa memahami bahwa susunan partikel pada zat padat adalah partikel bebas bergerak kesegala arah. Kemampuan Menjelaskan Gerak Partikel Pada Masing-masing Wujud Zat Kecenderungan kesalahan pemahaman siswa pada konsep ini yaitusiswa menjawab bahwa minyak kayu putih yang digosokan pada kulit, baunya dapat menyebar keseluruh ruangan membuktikan bahwa partikel-partikel zat dapat menyebar dengan alasan yaitu partikel-partikel bergerak bebas kesegala arah. Padahal jawaban yang seharusnya yaitu pada peristiwa tersebut membuktikan bahwa partikel-partikel zat dapat bergerak dengan alasan partikel-partikel bergerak bebas kesegala arah. Kecenderungan kesalahan pemahaman siswa pada konsep perubahan jarak antar partikel suatu zat yaitu siswa menyebutkan atau memahami contoh dari perubahan jarak antar partikel adalah gula dicampur dengan air menjadi air manis dengan alasan yaitu jarak antar partikel zat pada zat padat lebih besar daripada jarak antar partikel zat pada zat cair. Meskipun siswa menjawab benar pada tier (tingkat) pertama tetapi siswa menjawab salah pada tier (tingkat) kedua yakni alasan dari jawaban tier pertama, alasan yang seharusnya yaitu jarak antara partikel zat pada zat padat cair lebih besar dari pada jarak antar partikel pada zat padat. Kemampuan Menjelaskan Perbedaan Kohesi dan Adheesi Berdasarkan Hasil Pengamatan Kecenderungan kesalahan pemahaman pada konsep ini berdasarkan jawaban pada three tier test yaitu siswa menjawab salah pada tier (tingkat) pertama yakni cat yang menempel secara sempurna pada dinding rumah merupakan peristiwa yang diakibatkan oleh kohesi, dan menjawab salah pada tier (tingkat) kedua yakni alasan dari jawaban tier pertama dengan alasan gaya tarik menarik antar partikel zat yang sejenis, dan menjawab yakin pada tier ketiga. Padahal jawaban yang seharusnya peristiwa tersebut merupakan adhesi dengan alasan gaya tarik menarik antar partikel yang tidak sejenis. Selanjutnya kecenderungan kesalahan pemahaman yang dialami siswa berdasarkan jawaban pada three-tier test pada soal nomor 11 yaitu siswa memahami bahwa tetesan air yang jatuh dipermukaan daun talas tidak menempel tetapi selalu tergelincir jatuh menunjukan adhesi lebih besar dari kohesi dengan alasan adhesi antara partikel air lebih besar daripada kohesi antara partikel air dan daun talas. Padahal jawaban 11

yang seharusnya kohesi lebih besar dari adhesi alasannya kohesi antara partikel air lebih besar daripada adhesi antara partikel air dan daun talas. Dari jawaban siswa dapat diketahui bahwa siswa memahami dengan baik perbedaan kohesi dan adhesi tetapi tidak memahami dengan baik partikel-partikel yang sejenis dan partikel-partikel yang tidak sejenis sehingga tidak mampu membedakan peristiwa yang menunjukan kohesi dan adhesi. Kemampuan Mengaitkan Peristiwa Kapilaritas Dalam Kehidupan Seharihari Padakonsepkapilaritas kesalahan pemahaman yang dialami siswa pada soal nomor 12 berdasarkan pernyataan-pernyataan yang diberikan yang menunjukan gejala kapilaritas siswa memahami bahwa gejala kapilaritas adalah (1) naiknya air tanah kedaun melalui pembulu akar, (2) tubuh mengeluarkan keringat ketika beraktifitas berat seperti olahraga, dan (3) tumbuhnya lumut di dinding tembok rumah. Dengan alasan kapilaritas adalah peristiwa naiknya zat cair melalui pembuluh kecil (pipa kapiler), padahal jawaban sebenarnya contoh dari gejala kapilaritas adalah: (1) kemampuan menyerap cairan pada beberapa benda seperti kain kering dan tissue, (2) naiknya air tanah kedaun melalui pembulu akar, (3) tumbuhnya lumut di dinding tembok rumah, dengan alasan kapilaritas adalah peristiwa naik atau turunya zat cair melalui pembuluh kecil (pipa kapiler). Selanjutnya kecenderungan kesalahan pemahaman yang dialami siswa pada konsep kapilaritas pada raksa (Hg) berdasarkan gambar ketika raksa (Hg) ditempatkan pada beberapa pipa kapiler yang saling berhubungan tetapi memiliki perbedaan ukuran pipa yaitu siswa memahami bahwa raksa yang berada pada pipa kapiler akan semakin turun karena adhesi lebih besar daripada kohesi raksa dengan pipa kapiler. Padahal jawaban yang seharusnya raksa yang berada pada pipa kapiler akan semakin turun karena kohesi raksa lebih besar daripada adhesi raksa dengan pipa kapiler. Kemampuan Menghitung Massa Jenis Suatu Zat Kecenderungan kesalahan pemahaman yang dialami siswa dalam menghitung massa jenis berdasarkan gambar sebuah kubus siswa menjawab salah pada tier (tingkat) pertama yakni menghitung massa jenis benda tetapi menjawab benar pada tier (tingkat) kedua yakni persamaan massa jenis adalah ρ=. Artinya siswa mengetahui persamaan massa jenis tetapi tidak mampu mengaplikasikan persamaan massa jenis pada soal yang diberikan dimana siswa tidak memahami cara mengkonvrensi satuan. Menggunakan Konsep Massa Jenis Untuk Berbagai Penyelesaian Masalah Dalam Kehidupan Sehari-hari Kecenderungan kesalahan pemahaman dalam menggunakan massa jenis untuk berbagai penyelesaian masalah dalam kehidupan sehari-hariyaitu siswaumumnya menjawab bahwa aluminium yang digunakan sebagai bahan paduan logam (alloy) pada industri pembuatan pesawat terbang karena aluminium memiliki massa jenis besar dan bahannya kuat dengan alasan aluminium memiliki massa jenis yang lebih besar daripada logam lainnya dan bersifat ringan. Padahal jawaban yang seharusnya aluminium memiliki massa jenis kecil dan bahannya kuat dengan alasan aluminium memiliki massa jenis lebih kecil daripada logam lainnya dan bersifat ringan. 12

Berdasarkan jawaban siswa dapat diketahui pada indikator ini siswa tidak memahami dengan baik pengaruh massa jenis suatu benda dalam kehidupan sehari-hari dan tidak memahami penggunaan konsep massa jenis untuk berbagai penyelesaian masalah dalam kehidupan sehari-hari. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Gambaran tingkat pemahaman siswa kelas VII MTs Negeri Model Limboto pada konsep perubahan wujud zat yaitu untuk siswa kelas VII 1 termasuk dalam kategori rendah yakni 45,5%, kelas VII 4 32,5% termasuk dalam kategori sangat rendah, dan untuk kelas VII 8 25,1% termasuk dalam kategori sangat rendah. Persentase rata-rata jawaban benar siswa secara keseluruhan adalah 34,4%, hal ini menunjukkan gambaran tingkat pemahaman siswa kelas VII MTs Negeri Model Limboto termasuk dalam kategori sangat rendah. Adapun konsep-konsep yang tidak dipahami siswa dan mengalami miskonsepsi yaitu konsep perubahan wujud zat berdasarkan perubahan fisika dan kimia, contoh perubahan wujud zat dalam kehidupan sehari-hari, partikel zat, perbedaan kohesi dan adhesi, kapilaritas, menghitung massa jenis suatu zat dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. 2. Persentase rata-rata siswa kelas VII MTs Negeri Model Limboto berdasarkan tiga kategori tingkat pemahaman adalah 34,4% siswa yang dikategorikan paham konsep, 34,5% siswa dikategorikan tidak paham konsep dan 30,8% siswa yang dikategorikan miskonsepsi. Saran 1. Melihat tingkat pemahaman siswa yang sangat rendah dan cenderung mengalami kesalahan pemahaman atau miskonsepsi dalam memahami konsep perubahan wujud zat, guru dapat mengantisipasinya dengan memberi penekanan pada konsep-konsep yang cenderung belum dipahami dengan baik dan merancang strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan agar dapat memperbaiki dan mengurangi terjadinya kesalahan pemahaman konsep. 2. Mengingat keterbatasan yang ada dalam penelitian ini kiranya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada konsep perubahan wujud zat dengan menggali secara mendalam sebab-sebab tingkat pemahaman siswa sangat rendah dan terjadinya miskonsepsi dalam memahami konsep perubahan wujud zat. 3. Melihat tingginya persentase miskonsepsi yang terjadi pada siswa harus segera dilakukan penelitian tindakan kelas (PTK) oleh guru dan pihak-pihak terkait yang akan melakukan penelitian untuk mencegah terjadinya miskonsepsi yang berkesinambungan DAFTAR PUSTAKA 13

Sudijono, Anas. 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada Arikunto, Suharsismi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Press Astari, Dewi Riana. 2012. Pengembangan Trhee-Tier Test Sebagai Instrumen Dalam Identifikasi Miskonsepsi Konsep Atom, Ion, dan Molekul. Skripsi.Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.Yogyakarta. Laliyo, AR. Lukman. 2010. Model Mental Siswa Dalam Memahami Materi Perubahan Wujud Zat. Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo. Rahmaningsi, Ria, Priyetno, Yahmin. 2013. Menggali Pemahaman Konsep Siswa Madrasah Aliyah X Tentang Keperiodikan Unsur Dengan Menggunakan Instrumen Diagnostic Two- Tier. Universitas Negeri Malang. Malang. Salirawati, Das. 2010. Pengembangan Model Instrumen Pendekteksi Miskonsepsi Kimia Pada Peserta Didik SMA. Disertasi.Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Yogyakarta.Yogyakarta. 14