Kata Kunci: Dasar Hukum implementasi KBK, Implementasi KBK.

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PENERBITAN REKOMENDASI PEMBUKAAN DAN PENUTUPAN PROGRAM STUDI DOKTER

2013, No.341 4

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS SEBELAS MARET NOMOR : 317 /UN27/PP/2012

STANDAR PENDIDIKAN PROFESI DOKTER INDONESIA

DAFTAR ISI. I. Pendahuluan 1 A. Visi 1 B. Misi 1 C. Sejarah Fakultas Kedokteran UNS 1 D. Kebijakan Tentang Kurikulum Berbasis Kompetensi 2

STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

STANDAR PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER (S P P A)

PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA TENTANG NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG

Prodi kedokteran FK UNS Oktober 2016

STANDAR PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS BEDAH SARAF

BAB I PENDAHULUAN. Di era informasi dewasa ini, setiap masyarakat membutuhkan informasi, baik

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan kedokteran diharapkan dapat berperan serta dalam Sistem

PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS DI INDONESIA

PIMPINAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PERIODE :

Arah dan Kebijakan Pengembangan RS Universitas

Kurikulum Program Studi S1 Gizi secara nasional dikelompokkan menjadi: A. Kurikulum Inti ( SKS)

PEMBELAJARAN ILMU FARMASI KEDOKTERAN DI FK UNIVERSITAS TARUMANAGARA DENGAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI. Oentarini Tjandra

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia diharapkan memiliki kemampuan untuk beradaptasi

Dokumen Kurikulum Program Studi : Farmasi Klinik dan Komunitas. Lampiran II

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

PEDOMAN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN 2014 SILABUS

DESKRIPSI KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA PENDIDIKAN KEDOKTERAN

KETUA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA, SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

BAN-PT AKREDITASI PROGRAM STUDI KEDOKTERAN NASKAH AKADEMIK

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pembahasan hasil penelitian pada Bab IV, maka hasil penelitian ini dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Pada beberapa tahun terakhir ini terjadi inovasi. di dalam sistem pendidikan kedokteran di Indonesia,

TERM OF REFERENCE PSPD UNHALU MELALUI PENDIDIKAN BERGELAR

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kedokteran bertujuan untuk menghasilkan dokter yang. sebagai bekal untuk belajar sepanjang hayat (Konsil Kedokteran

Komentar dan Rekomendasi

BAB I PENDAHULUAN. tinggi yang bersifat mendasar berupa perubahan dari pandangan kehidupan

TERM OF REFERENCE PSPD UNHALU MELALUI PENDIDIKAN BERGELAR

KURIKULUM PROGRAM STUDI S1 FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS ANDALAS

BAB I BAB I PENDAHULUAN

Gambar 1. Sistematika Penyusunan KBK berdasarkan SKDI (2006)

Dasar Pengembangan Kurikulum Inti

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN

1 DESEMBER Tim P

Komentar dan RekomendasiHasil Visitasi PSPD FKK UMJ

KURIKULUM, PEMBELAJARAN DAN SUASANA AKADEMIK

Tabel Struktur Kurikulum Program Studi Magister Keperawatan Minat Medikal Bedah

Djoko Santoso Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Problem-Based Learning (PBL) diperkenalkan pertama kali di

BAB I PENDAHULUAN. dan daya saing dalam pencarian, perolehan dan penciptaan pekerjaan. Pada

MANUAL PROSEDUR PENYUSUNAN MODUL

Implementasinya dalampbl. Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia Departemen Pendidikan Kedokteran FKUI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS

1. SKS Mata Kuliah Tabel SKS Setiap Mata Kuliah

KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA

Komposisi Standar Kompetensi DRG INA

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. tugasnya, serta beberapa perilaku lain yang merupakan sifat-sifat kemanusiaan

Standardisasi Pendidikan Kedokteran Menuju Pelayanan Kesehatan yang Bermutu. Fasli Jalal. Wakil Menteri Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PSIK FK UMY) menggunakan

KURIKULUM JURUSAN/PROGRAM STUDI FARMASI PENGEMBANGAN

PELATIHAN PEKERTI PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) Halaman Judul MODUL. OLEH: CHOMSIN S WIDODO, M.Si, Ph.D

BAB I PENDAHULUAN 1. Pengembangan kapasitas manajemen menuju fakultas kedokteran. 2. Peningkatan Kualitas mahasiswa Baru

KEBUTUHAN TENAGA DOSEN TETAP NON PEGAWAI NEGERI SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Adult Learning dan Berpikir Kritis. By : Kelompok 6

I. PENDAHULUAN. kedokteran dasar di Indonesia. Dari sistem konvensional berupa teacher

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang lalu (Turney, 2007). Pembelajaran anatomi berguna dalam identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran dengan sistem integrasi berbagai multidisiplin ilmu dalam sebuah

LAPORAN TENGAH TAHUNAN PROGRAM HIBAH KOMPETISI PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN DOKTER (PHK-PKPD) Tahun Ringkasan Eksekutif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kedokteran merupakan cabang dari ilmu kesehatan. Pendidikan dokter adalah salah satu program studi

JADWAL BLOK UROPOETIKA

LEARNING OUTCOME S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

No Mata Kuliah SKS T P K KODE 1 Agama Bd Pancasila Bd Kewarganegaraan Bd

BUKU PEDOMAN PROGRAM STUDI KEDOKTERAN - FAKULTAS KEDOKTERAN

Komentar dan Rekomendasi. 2. Soegianto Ali 3. Hartaty Sirait

Apakah yang dimaksud dengan kurikulum? Berasal dari bahasa Latin : - currere - culum berlari kereta kuda

PROGRAM PENGEMBANGAN FAKULTAS KEDOKTERAN DALAM KERANGKA PHK PKPD/HPEQ PROJECT TAHUN 2012

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN 2014 SILABUS

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

PENJABARAN KKNI JENJANG KUALIFIKASI V KE DALAM LEARNING OUTCOMES DAN KURIKULUM PROGRAM KEAHLIAN PARAMEDIK VETERINER PROGRAM DIPLOMA IPB 2012

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Statistik data mahasiswa Pendidikan Dokter (DAA UGM, 2014)

TATA CARA PENERBITAN REKOMENDASI PEMBUKAAN, PEMBINAAN, DAN PENUTUPAN PROGRAM STUDI DOKTER GIGI

SISTEM REGISTRASI DAN PERIJINAN

ANALISIS KURIKULUM FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

IDENTIFIKASI PERAN STAF EDUKASI YANG DIBUTUHKAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU DALAM RANGKA PELAKSANAAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI

PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR : 1 /KKI/PER/ I /2010 TENTANG REGISTRASI DOKTER PROGRAM INTERNSIP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDAHULUAN Misi Fakultas Farmasi, MASTER PLAN Perumusan Visi dan Misi Visi Jangka Panjang Fakultas Farmasi

CAPAIAN PEMBELAJARAN BERBASIS KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Evaluasi Kurikulum Prodi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia FTI UII Yogyakarta

KURIKULUM INSTITUSI PROGRAM DIPLOMA III GIZI JURUSAN GIZI

Komentar dan Rekomendasi. 2. Thianti Sylviningrum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

( MEU ) Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Rapat Kerja Pendidikan FK-UNAND, 2005 DIRJEN DIKTI KONSEP PARADIGMA BARU PENDIDIKAN DOKTER

Formulir RL 2 DATA KETENAGAAN

STANDAR ISI SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

STANDAR ISI PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. setingkat dengan perguruan tinggi (Siswoyo, 2007). Berdasarkan Indonesian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pembelajaran IPE berbasis komunitas memberikan dampak positif dengan

Transkripsi:

GASTER, Vol. 8, No. 2 Austus 2011 (721-730) (PEMIKIRAN) IMPLEMENTASI KBK DI FAKULTAS KEDOKTERAN (Studi Pustaka tentang KBK) Satimin Hadiwidjaja Laboratorium Anatomi Fakultas Kedokteran UNS Abstrak :Latar belakang penelusuran Studi Pustaka ini adalah ditemukannya di lapangan, bahwa implementasi KBK Prodi Kedokteran di Indonesia sangat beraneka-ragam, tidak ada yang sama antara Prodi satu dengan lainnya, serta diperolehnya kemampuan dasar yang diperlukan (pre-requisirte) bagi mahasiswa, belum memadai.tujuan penelusuran Studi Pustaka ini untuk mengetahui rujukan yang dipakai sebagai Dasar Hukum yang digunakan dalam implementasi KBK, serta untuk mengetahui implementasi KBK Prodi Kedokteran di Indonesia yang seharusnya. Tulisan ini merupakan Studi Pustaka untuk mencari rujukan yang dapat dipakai sebagai dasar implementasi KBK Prodi Kedokteran di Indonesia. Terdapat 3 (tiga) rujukan yang dapat dipakai untuk dasar implementasi KBK Prodi Kedoketran, yaitu: (1).Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Direktorat Pembinaan Akademik dan Kemahasiswaan, 2002. Pedoman Pembukaan dan Penyelenggaraan Program Studi Kedokteran. Jakarta. (2). Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional, 2009. Kegiatan Pengembangan Pendidikan Tenaga Kesehatan (HWS-MONE Project) IBRD LOAN No. 4702-IND-IDA CREDIT No. 3784-IND. Kumpulan Manuscript 13 Kajian HWS-DIKTI. Jakarta. (3). Konsil Kedokteran Indonesia, 2006. Standar Pendidikan Profesi Dokter. Jakarta. Rekumendasi dari Studi Pustaka ini berupa (Pemikiran) Implementasi KBK Prodi Kedokteran di Indonesia, yang dirumuskan sebagai: (1). Ilmu-ilmu Biomedik diberikan secara Konvensional pada semester 1-4 awal, di awal program pendidikan.(2). Pelaksanaan Problem-Based Learning (PBL) dilaksanakan setelah pengajaran secara Konvensional, pada semester 5-7. (3) Pengajaran seperti Skills Lab, Field Lab, dan lain-lain dilaksanakan berdasarkan rencana program pendidikan yang dicanangkan. Kata Kunci: Dasar Hukum implementasi KBK, Implementasi KBK. 721

GASTER, Vol. 8, No. 2 Agustus 2011 (721-730) 722 LATAR BELAKANG MASALAH Tulisan ini didorong oleh temuan penulis di lapangan bahwa semua Prodi Kedokteran di Indonesia tidak sama dalam meng-implementasikan KBK. Memang diakui bahwa KIPDI-3 masih dalam bentuk garis besar saja, belum operasional, sehingga membuka peluang setiap Prodi Kedokteran akan meng-implementasikan KBK sesuai dengan kemampuan dan terjemahannya sendiri-sendiri. Kurikulum diharapkan dilaksanakan dengan pendekatan/strategi SPICES (Student-centred, Problem-based, Integrated, Community-based, Elective/Early Clinical Exposure, Systematic). Banyak Prodi Kedokteran yang mengimplementasikan KBK dengan pendekatan PBL sedini mungkin, bahkan Pimpinan Fakultas akan merasa bangga kalau Prodi-nya telah melaksanakan KBK dengan full-pbl sejak awal semester, tanpa mempertimbangkan karaktiristik dan kemampuan dari mahasiswanya. Dengan demikian, seorang mahasiswa yang telah diterima pada Prodi Kedokteran tertentu, tidak mungkin dapat pindah ke Prodi yang lainnya (Negeri ke Negeri, Negeri ke Swasta atau Swasta ke Swasta) dalam menyelesaikan studinya karena perbedaan implementasi KBK tersebut, walaupun pindah Prodi merupakan hak dari mahasiswa. Mahasiswa yang diterima di Prodi Kedokteran di Indonesia sekarang ini berasal dari lulusan SMU jurusan IPA dan IPS; karakteristik kedua kelompok calon mahasiswa ini jelas sangat berbeda. Calon mahasiswa yang berasal dari jurusan IPS mempunyai modal awal yang jauh ketinggalan bila dibanding dengan teman sejawatnya yang berasal dari jurusan IPA. Hal yang sudah berbeda dari sejak awal ini dapat diprediksi bahwa nantinya mereka yang berasal dari jurusan IPS akan terbebani lebih berat dibanding dengan yang berasal dari jurusan IPA. Untuk menangani hal tersebut di atas, mestinya di awal-awal semester perlu diberikan terlebih dahulu exercise tertentu agar diperoleh dasar pijakan yang sama antara kedua kelompok mahasiswa tersebut. Belum lagi bahwa sebenarnya kemampuan dasar yang diperoleh dari SMU untuk Prodi Kedokteran belum mencukupi. Exercise yang dimaksud adalah mendapatkan mata kuliah pre-klinik (Ilmu Biomedik) secara konvensional yang merupakan mata kuliah pre-requisite terhadap Ilmu Kedokteran Klinik. Berdasarkan temuan penulis di lapangan dalam media tutorial, diperoleh data bahwa kemampuan mahasiswa kurang memadai atau kurang menggenbirakan; pengakuan senada juga banyak disampaikan para tutor dalam mendampingi mahasiswa saat tutorial. Hal serupa juga dirasakan oleh klinisi yang membimbing co-as (yang berasal dari era implementasi

GASTER, Vol. 8, No. 2 Agustus 2011 (721-730) 723 KBK) di Rumah Sakit. Tidak berlebih-lebihan bila penulis mengemukakan temuan dari HWS-DIKTI (2009) dalam laporan Manuscript-nya menyebutkan bahwa kemampuan dasar yang diperlukan (pre-requisite) untuk setiap kemampuan generik terhadap belajar sepanjang hayat, belum memadai. Berdasarkan instruksi dari Dirjen Dikti, bahwa semua Prodi Kedokteran di Indonesia mulai tahun ajaran 2007/2008 harus sudah melaksanakan KBK dengan pendekatan PBL. Kesiapan maupun kemampuan setiap Prodi Kedokteran berbeda-beda, sehingga dapat dimemgerti bahwa implementasi KBK antara Prodi satu dengan lainnya juga berbeda, baik menyangkut awal mulanya PBL diberlakukan maupun kontennya. Lalu, kenapa implementasi KBK antara Prodi satu dengan lainnya menjadi berbeda? Apakah hanya berdasarkan instruksi Dirjen Dikti ini saja yang melatar-belakangi bentuk implementasi KBK menjadi beranekaragam? Hal inilah yang mendorong penulis melakukan Studi Pustaka bagaimana sebenarnya implementasi KBK yang benar itu dilahirkan. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, maka Rumusan Masalah yang di ajukan adalah sebagai berikut. 1. Apa yang dijadikan Dasar Hukum dalam implementasi KBK Prodi Kedokteran di Indonesia? 2. Bagaimana seharusnya implementasi KBK Prodi Kedokteran di Indonesia? TUJUAN PENULISAN Tujuan penulisan dalam Studi Pustaka ini adalah: 1. Untuk mengetahui Dasar Hukum yang digunakan dalam impliementasi KBK Prodi Kedokteran di Indonesia 2. Untuk mengetahui implementasi KBK Prodi Kedokteran yang seharusnya di Indonesia MANFAAT Manfaat yang dapat diambil dari Studi Pustaka ini adalah: 1. Diperolehnya Dasar Hukum yang dipakai sebagai pijakan untuk implementasi KBK Prodi Kedokteran di Indonesia

GASTER, Vol. 8, No. 2 Agustus 2011 (721-730) 724 2. Diperolehnya pola implementasi KBK Prodi Kedokteran baku, yang siap dilaksanakan DASAR HUKUM: Dalam penelusuran Studi Pustaka yang berhubungan dengan implementasi KBK Prodi Kedokteran di Indonesia, setidaknya diperoleh 3 (tiga) rujukan yang dapat dipakai untuk implementasi KBK; rujukan tersebut adalah: 1. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Direktorat Pembinaan Akademik dan Kemahasiswaan, 2002. Pedoman Pembukaan dan Penyelenggaraan Program Studi Kedokteran. Jakarta. 2. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional, 2009. Kegiatan Pengembangan Pendidikan Tenaga Kesehatan (HWS-MONE Project) IBRD LOAN No. 4702-IND-IDA CREDIT No. 3784-IND. Kumpulan Manuscript 13 Kajian HWS-DIKTI. Jakarta. 3. Konsil Kedokteran Indonesia, 2006. Standar Pendidikan Profesi Dokter. Jakarta. Penjelasan: 1. Bahwa dalam Pedoman Pembukaan dan Penyelenggaraan Program Studi Kedokteran, memuat aturan-aturan dasar penyelenggaraan Program serta mapping Kurikulum Pendidikan Dokter, yang di dalamnya berisi: (a). Aturan Dasar Penyelenggaraan program, di antaranya ketersediaan Laboratorium (ruangan dan peralatan) untuk melaksanakan pengalaman belajar praktikum (PBP), khususnya untuk mata ajar dalam bidang Ilmu Kedokteran Dasar dan Biomedik, seperti: Kimia/Fisika/Biologi Kedokteran, (option) Anatomi/Histologi Kedokteran, Fisiologi Kedokteran, Biokimia Kedokteran, Farmakologi Kedokteran, Mikrobiologi Kedokteran, Parasitologi Kedokteran, Patologi Anatomi Kedokteran/Patobiologi, Patologi Klinik. Jenis praktika dalam pelaksanaan PBP sesuai dengan Tujuan pendidikan (educational objective) yang tercantum dalam Kurikulum wajib Program studi Kedokteran (b). Kurikulum Pendidikan Dokter. Kurikulum Pendidikan Institusi atau Kurikulum Pendidikan berisikan: Lengkap, 1). Kurikulum Inti Pendidikan Dokter Indonesia (80% dari beban total), mencakup Rumusan Tujuan Pendidikan, Orientasi Pendidikan, Kerangka

GASTER, Vol. 8, No. 2 Agustus 2011 (721-730) 725 Konsep Pendidikan, Kelompok Ilmu, Pengalaman Belajar dan Evaluasi Hasil Belajar. 2). Muatan Pelengkap (20% dari beban total), diturunkan dari visi, misi dan orientasi institusi pendidikan melalui suatu proses yang benar 3). Rancangan Instruksional, khususnya untuk beberapa semester (3-4 semester awal) awal Program Pendidikan. Kurikulum Pendidikan selanjutnya, diterjemahkan ke dalam Rancangan Instruksional, sebagai operasionalisasi kurikulum pendidikan yang disusun berdasarkan strategi dasar pembelajaran yang digunakan (subject-based, organ system-based, problem-based, evidence-based), serta memperhatikan berbagai sumber daya pendidikan yang diperlukan. 2. Bahwa dalam Kumpulan Manuscript 13 Kajian HWS-DIKTI, dalam kesimpulan Kajian 1 yang membahas tentang Model Kurikulum untuk Pengembangan Kompetensi Pembelajaran Sepanjang Hayat sebagai Best Practice dalam Program Studi Dokter di 5 Pusat Pengembangan Pendidikan Kedokteran Wilayah (P3KW) di Indonesia dalam kesimpulaannya, (di antaranya) dikemukakan sebagai berikut: a. Empat FK (USU, UI, UNUD, UNHAS) melaksanakan metode SPICES yang dikenal dengan metode Problem-Base Learning (PBL); namum masih terdapat Kuliah Pengantar sebelum kegiatan PBL. (Sementara) UNDIP menggunakan metode PBL-Hybrid. b. Untuk kemampuan generik belajar sepanjang hayat, antara lain dilakukan dengan diberikan modul atau yang serupa seperti: Study Skills, Community Reseach Program, serta Learning Skills and Information Technology (LSIT) yang dilaksanakan secara khusus, dan juga diintegrasikan pada kegiatan pembelajaran yang lain. Namun, jumlah waktu pelaksanakaan kemampuan generik belajar sepanjang hayat untuk individu belum di-evaluasi, dan Kemampuan Dasar yang diperlukan (pre-requisite) belum memadai. SARAN: Fakultas Kedokteran, sesuai dengan kemampuan masing-masing FK yang bersangkutan, dapat diberikan kesempatan untuk menerapkan metode PBL atau PBL-Hybrid (Hybrid curriculum). 1. Mahasiswa perlu dibiasakan membaca buku teks, membaca jurnal ilmiah sebagai rujukan

GASTER, Vol. 8, No. 2 Agustus 2011 (721-730) 726 2. Kemampuan dasar yang diperlukan (pre-requisite) untuk setiap kemampuan generik terhadap belajar sepanjang hayat diberikan dengan alokasi waktu yang memadai, untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran tentang pengetahuan dan ketrampilan Evidence-based medicine diselengarakan lebih dini, supaya mahasiswa lebih kritis untuk membaca dan melakukan interpretasi hasil penelitian. 3. Bahwa dalam Standar Pendidikan Profesi Dokter yang ditetapkan oleh KKI tahun 2006, pada halaman 7-10 disebutkan: a. Model Kurikulum. Model KBK dilakukan dengan pendekatan integrasi baik horizontal maupun vertikal, serta berorientasi pada masalah kesehatan individu, keluarga dan masyarakat dalam konteks pelayanan kesehatan primer. b. Isi Kurikulum. Isi Kurikulum meliputi prinsip-prinsip Metode Ilmiah, Ilmu Biomedik, Ilmu Kedokteran Klinik, Ilmu Humaniora, Ilmu Kedokteran Komunitas dan Ilmu Kedokteran Keluarga yang disesuaikan dengan Standar Kompetensi Dokter. Prinsip-prinsip Metode Ilmiah, meliputi Metodologi Penelitian Filsafat Ilmu, Berfikir Kritis, Biostatistik dan Evidence-Based Medicine. Ilmu Biomedik, meliputi: Anatomi, Biokimia, Histologi, Biologi Sel dan Molekuler, Fisiologi, Mikrobiologi, Imunologi, Parasitologi, Patologi dan Farmakologi. Ilmu-ilmu Biomedik dijadikan dasar Ilmu Kedokteran Klinik, sehingga mahasiswa mempunyai pengetahuan yang cukup untuk memahami konsep dan praktik kedokteran klinik. Ilmu-ilmu Humaniora, meliputi Ilmu Perilaku, Psikologi Kedokteran, Sosiologi Kedokteran, Antropologi Kedokteran, Agama, Etika dan Hukum Kedokteran, Bahasa, Pancasila serta Kewarganegaraan. Ilmu Kedokteran Klinik, meliputi IPD beserta percabangannya, Ilmu Bedah, Ilmu Penyakit Anak, Ilmu Kebidanan dan Kandungan, Ilmu Penyakit Saraf, Ilmu Kesehatan Jiwa, Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, Ilmu Kesehatan Mata, Ilmu THT, Radiologi, Anestesi, Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal.

GASTER, Vol. 8, No. 2 Agustus 2011 (721-730) 727 llmu Kedokteran Komunitas, terdiri dari Ilmu Kesehatan Masyarakat, Ilmu Kedokteran Pencegahan, Epidemiologi, Ilmu Kesehatan Kerja, Ilmu Kedokteran Keluarga dan Pendidikan Kesehatan Masyarakat. Kompetensi penting dari setiap kurikulum adalah tersedianya kesempatan bagi mahasiswa untuk mengadakan kontak efektif secara personal dengan pasien seawal mungkin. Selama kontak dimanfaatkan untuk mempelajari interaksi faktor penyebab, patogenesis, faktor fisik dan psikologis, keluarga, komunitas, sosial dan lingkungan yang mempengaruhi perjalanan penyakit pasien. c. Struktur, Komposisi dan Durasi Kurikulum 1. Struktur Kurikulum terdiri atas dua tahap, yaitu: Tahap Sarjana Kedokteran dan Tahap Profesi Dokter. Tahap Sarjana Kedokteran dilakukan minimal 7 semester (112 minggu atau minimal 4480 jam atau minimal 144 SKS) dan diakhiri dengan gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked). Tahap Profesi Dokter dilaksanakan minimal 3 semester (minimal 72 minggu atau minimal 2880 jam) di RS Pendidikan dan Wahana Pendidikan lain, serta diakhiri dengan gelar Dokter (dr.) Kurikulum dilaksanakan dengan pendekatan/strategi SPICES (Studentcentred, Problem-Based, Integrated, Community-based, Elective/Early Clinical Exposure, Systematic) Kurikulum Pendidikan Dokter di tingkat Institusi terdiri dari muatan yang disusun berdasar Standar Kompetensi Dokter yang disahkan oleh KKI dan muatan Lokal; beban muatan lokal maksimum 20% dari seluruh kurikulum Muatan Lokal Kurikulum Institusi dikembangkan oleh setiap institusi sesuai dengan Visi, Misi dan Kondisi Lokal, dapat merupakan materi wajib dan atau materi elektif. Materi Elektif memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan minat khusus. d. Manajemen Program Pendidikan Untuk mengelola program pendidikan, Institusi Pendidikan memiliki Unit Pendidikan Kedokteran (MEU?) yang mencakup kegiatan perencanaan,

GASTER, Vol. 8, No. 2 Agustus 2011 (721-730) 728 pelaksanaan, evaluasi dan pengembangan kurikulum. Unit ini beranggotakan berbagai disiplin ilmu dan di bawah tanggungjawab Pimpinan Institusi. e. Hubungan antara Kurikulum dengan Praktik Kedokteran dan Sistem Pelayanan Kesehatan Mahasiswa harus mendapat Pengalaman Belajar Lapangan (Field Lab?) di dalam Sistem Pelayanan Kesehatan yang secara nyata termuat di dalam Kurikulum. f. Penilaian Hasil Belajar. Penilaian Hasil Belajar harus didasarkan pada Pencapaian Kompetensi sesuai dengan Standar Kompetensi Dokter. Pencapaian kompetensi dinilai dengan menggunakan Penilaian Acuan Patokan (Criterion-Referenced) Kriteria kelulusan merupakan hasil pencapaian kompetensi dan penilaian proses pendidikan (akademik dan non-akademik) Penilaian hasil belajar harus memenuhi azas validitas, reliabilitas, kelayakan dan mendorong proses belajar Pada akhir pendidikan dilakukan Uji Kompetensi yang dilaksanakan oleh Kolegium Dokter Indonesia dan Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI?), untuk memperoleh Sertipikat Kompetensi. PEMBAHASAN: 1. Berdasakan pemikiran Dirjen Dikti (dasar no.1), bahwa dalam kenyataannya, Laboratorium Ilmu Kedokteran Dasar dan Biomedik, seperti: Kimia/Fisika/Biologi Kedokteran, (option) Anatomi/Histologi Kedokteran, Fisiologi Kedokteran, Biokimia Kedokteran, Farmakologi Kedokteran, Mikrobiologi Kedokteran, Parasitologi Kedokteran, Patologi Anatomi Kedokteran/Patobiologi, Patologi Klinik, masih tetap terjaga eksistensinya. 2. (Sementara) berdasarkan pemikiran KKI (dasar no.3), Ilmu-ilmu Biomedik meliputi: Anatomi, Biokimia, Histologi, Biologi sel dan molekuler, Fisiologi, Mikrobiologi, Imunologi, Parasitologi, Patologi dan Farmakologi) eksistensinya juga tetap masih ada. Makna yang dapat dipetik dari Laboratoria tersebut ad.1 dan ad. 2 di atas adalah, bahwa laboratoria dapat merupakan sumber pembelajaran yang potensial dengan memberdayakan SDM yang ada, sehingga mampu meningkatkan kualitas mahasiswa.

GASTER, Vol. 8, No. 2 Agustus 2011 (721-730) 729 3. Berdasarkan pemikiran KKI (dasar no.3) di atas, Ilmu-ilmu Biomedik dijadikan dasar ilmu Kedokteran Klinik, sehingga mahasiswa mempunyai pengetahuan yang cukup untuk memahami konsep dan praktik Kedokteran Klinik. Ini mengandung pengertian bahwa ilmu-ilmu Biomedik harus diberikan terlebih dahulu sebelum Ilmu Kedokeran Klinik, sehingga tepatlah bahwa ilmu-ilmu Biomedik ini dijadikan sebagai dasar ilmuilmu Kedokteran Klinik. 4. Juga berdasarkan pemikirian Dirjen Dikti dalam (dasar no.1) di atas, dalam mapping kurikulum tertulis rancangan instruksional, khususnya untuk beberapa semester (3-4 semester awal) awal program pendidikan. Ini mengandung pengertian bahwa mata kuliah yang dimaksud adalah kelompok Ilmu Biomedik, sejalan dengan pemikiran KKI (2006), sehingga mahasiswa mempunyai pengetahuan yang cukup untuk memahami Ilmu Kedokteran Klinik 5. Penempatan ilmu-ilmu Biomedik di awal semester dalam program pendidikan Dokter, sekaligus merupakan jawaban atas temuan HWS-MONE Project dalam Manuscrip-nya (dasar no.2), yang mengemukakan bahwa Kemampuan dasar yang diperlukan (pre-requisite) belum memadai. 6. Kurikulum pendidikan selanjutnya, (harus dimaknai setelah semester 4, yakni pada semester 5-7 dalam Tahap Sarjana Kedokteran), diterjemahkan ke dalam rancangan instruksional, sebagai operasionalisasi kurikulum pendidikan yang disusun berdasarkan strategi dasar pembelajaran yang digunakan (subject-based, organ system-based, problem-based, evidence-based), serta memperhatikan berbagai sumber daya pendidikan yang diperlukan. (PEMIKIRAN) IMPLEMENTASI KBK. Rekomendasi implementasi KBK yang dapat dirumuskan adalah: 1. Ilmu-ilmu Biomedik diberikan secara Konvensional pada semester 1-4 awal, di awal program pendidikan berdasarkan pertimbangan: a. Konsil Kedokteran Indonesia (KKI, 2006) tentang Standar Pendidikan Profesi Dokter, yang menyatakan bahwa Ilmu-ilmu Biomedik dijadikan dasar ilmu Kedokteran Klinik. b. Temuan HWS-DIKTI (2009), dalam Kumpulan Manuscript 13 Kajian HWS- DIKTI pada Kajian 1, yang dalam kesimpulannya menyatakan bahwa Kemampuan Dasar yang diperlukan (pre-requisite) belum memadai.

GASTER, Vol. 8, No. 2 Agustus 2011 (721-730) 730 c. Pedoman Dirjen Dikti (2002), yang dinyatakan dalam mapping kurikulum, rancangan instruksional diberlakukan khususnya untuk beberapa semester (3-4 semester awal) awal program pendidikan. 2. Pelaksanaan Problem-Based Learning (PBL) dilaksanakan setelah pengajaran secara Konvensional, pada semester 5-7, sesuai pedoman Dirjen Dikti (2002), yang menyatakan bahwa: Kurikulum Pendidikan Selanjutnya diterjemahkan ke dalam rancangan instruksional sebagai operasionalisasi kurikulum pendidikan yang disusun berdasarkan strategi dasar pembelajaran yang digunakan (subject-based, organ system-based, problem-based, evidence-based), serta memperhatikan berbagai sumber daya pendidikan yang diperlukan. 3. Pengajaran seperti Skills Lab, Field Lab, dan lain-lain dilaksanakan berdasarkan rencana program pendidikan yang dicanangkan. Secara diagramatis, pendidikan Tahap Sarjana Kedokteran dapat disajikan seperti di bawah ini. SEM 1 SEM 3 SEM 5 SEM 7 SEM 2 SEM 4 SEM 6 KONVENSIONAL (Ilmu-ilmu Biomedik) P B L (Ilmu Kedokteran Klinik) DAFTAR PUSTAKA Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Direktorat Pembinaan Akademik Dan Kemahasiswaan, 2002. Pedoman Pembukaan Dan Penyelenggaraan Program Studi Kedokteran. Jakarta. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional, 2009. Kegiatan Pengembangan Pendidikan Tenaga Kesehatan (HWS-MONE Project) IBRD LOAN NO. 4702-IND-IDA CREDIT No. 3784-IND. Kumpulan Manuscript 13 Kajian HWS-DIKTI. Jakarta. Konsil Kedokteran Indonesia, 2006. Standar Pendidikan Profesi Dokter. Jakarta.