STUDI PENERAPAN MODEL KOREKSI BEDA TINGGI METODE TRIGONOMETRI PADA TITIK-TITIK JARING PEMANTAU VERTIKAL CANDI BOROBUDUR DENGAN TOTAL STATION

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI EVALUASI METODE PENGUKURAN STABILITAS CANDI BOROBUDUR DAN BUKIT

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Pengaruh Sudut Vertikal Terhadap Hasil Ukuran Jarak dan Beda Tinggi Metode Trigonometris Menggunakan Total Station Nikon DTM 352

Membandingkan Hasil Pengukuran Beda Tinggi dari Hasil Survei GPS dan Sipat Datar

Perbandingan Hasil Pengolahan Data GPS Menggunakan Hitung Perataan Secara Simultan dan Secara Bertahap

OPTIMASI JARING PADA PENGUKURAN ORDE-3 MENGGUNAKAN PERATAAN PARAMETER

ANALISIS TINGKAT KETELITIAN PENGUKURAN BEDA TINGGI DENGAN POWERSET SET1010 UNTUK MENUNJANG KELANCARAN PEKERJAAN TEKNIK SIPIL

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang

L A P O R A N K A J I A N

Pemetaan Eksterior Gedung 3 Dimensi (3D) Menggunakan Electronic Total Station (ETS)

IMPLEMENTASI BAHASA PEMROGRAMAN UNTUK PERHITUNGAN DAN PENGGAMBARAN MENGGUNAKAN DATA LAPANGAN HASIL PENGUKURAN DENGAN TS

Pengaruh Penambahan Jumlah Titik Ikat Terhadap Peningkatan Ketelitian Posisi Titik pada Survei GPS

Perbandingan Akurasi Prediksi Pasang Surut Antara Metode Admiralty dan Metode Least Square

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

K-LEVEL: APLIKASI HITUNG KERANGKA KONTROL VERTIKAL BERDASARKAN METODE KUADRAT TERKECIL

ISSN: Jurnal Ilmiah GEOMATIKA

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Aplikasi Survei GPS dengan Metode Statik Singkat dalam Penentuan Koordinat Titik-Titik Kerangka Dasar Pemetaan Skala Besar

Pertemuan 3. Penentuan posisi titik horizontal dan vertikal

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Pengolahan Ukuran Gayaberat Relatif dengan Metode Perataan Kuadrat Terkecil dengan Solusi Bertahap

PENENTUAN TINGGI TITIK DENGAN TEKNIK PERATAAN PARAMETER DAN TEKNIK PERATAAN BERSYARAT

ANALISIS PENYIMPANGAN PADA PENGUKURAN KEMIRINGAN LERENG PENAMBANGAN PT. ANTAM (Persero).Tbk UBPN SULTRA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Jurnal Geodesi Undip Agustus 2013

PERBANDINGAN AKURASI PREDIKSI PASANG SURUT ANTARA METODE ADMIRALTY DAN METODE LEAST SQUARE

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2015

PENGUJIAN KEBULATAN HASIL PEMBUBUTAN POROS ALUMINIUM PADA LATHE MACHINE TYPE LZ 350 MENGGUNAKAN ALAT UKUR ROUNDNESS TESTER MACHINE

PENGUKURAN BEDA TINGGI / SIPAT DATAR

HITUNGAN PERATAAN POSISI 3D TITIK PREMARK SECARA SIMULTAN PADA SURVEI FOTO UDARA FORMAT KECIL

PEMANTAUAN TITIK KERANGKA DASAR VERTIKAL PEMETAAN UNTUK PEKERJAAN KONSTRUKSI JEMBATAN CABLE STAYED, SUKABUMI, JAWA BARAT

POKOK BAHASAN : TEORI KESALAHAN

PERBANDINGAN KLASIFIKASI TUTUPAN LAHAN DENGAN METODE OBJECT-BASED DAN PIXEL- BASED

PENERAPAN MEDIA BENDA SEBENARNYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA KOMPETENSI DASAR MENJELASKAN CARA PENGGUNAAN ALAT UKUR MEKANIK PRESISI

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Pemetaan Situasi dengan Metode Koordinat Kutub di Desa Banyuripan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten

BAB 2 LANDASAN TEORI

STUDI VARIASI DAN PEMODELAN TEMPERATUR LINGKUNGAN AKIBAT PENGGUNAAN LAHAN (Studi Kasus : Kecamatan Klojen Kotamadya Malang)

ANALISIS PARAMETER ORIENTASI LUAR PADA KAMERA NON-METRIK DENGAN MEMANFAATKAN SISTEM RTK-GPS

I.3. Pertanyaan Penelitian Dalam penelitian ini terdapat tiga pertanyaan penelitian :

PEMBENTUKAN MODEL DAN PARAMETER UNTUK ESTIMASI KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN DATA LIGHT DETECTION AND RANGING

Aplikasi Survei GPS dengan Metode Statik Singkat dalam Penentuan Koordinat Titik-titik Kerangka Dasar Pemetaan Skala Besar

ESTIMASI MODEL KOMBINASI SEBARAN PERGERAKAN DAN PEMILIHAN MODA BERDASARKAN INFORMASI ARUS LALU LINTAS TESIS MAGISTER

Prinsip Kuadrat Terkecil

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanjungpinang Timur,

Studi Perbandingan GPS CORS Metode RTK NTRIP dan Total Station dalam Pengukuran Volume Cut and Fill

Perbandingan Metode Model Based Tomography dan Grid Based Tomography untuk Perbaikan Kecepatan Interval

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. bentuk spasial yang diwujudkan dalam simbol-simbol berupa titik, garis, area, dan

Evaluasi Spesifikasi Teknik pada Survei GPS

5/16/2011 SIPAT DATAR. 1

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MACRO EXCEL PADA MATA PELAJARAN RAB DI SMKN 1 SUKABUMI ABSTRAK

PRESENTASI TUGAS AKHIR

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN

HUBUNGAN ANTARA PANJANG DEPA/ ARM SPAN TERHADAP TINGGI BADAN PADA SISWA SMA. SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN REGRESI LINIER MULTIVARIAT PADA DISTRIBUSI UJIAN NASIONAL 2014 (Pada Studi Kasus Nilai Ujian Nasional 2014 SMP Negeri 1 Sayung)

KAJIAN PENENTUAN LUAS TANAH DENGAN BERBAGAI METODE. Seno Aji 1) Dosen Fakultas Teknik Universitas Merdeka Madiun

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE THE POWER OF TWO TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS XI MIA SMAN 4 PADANG ABSTRACT

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

MODUL TEORI ESTIMASI ATAU MENAKSIR TEORI ESTIMASI ATAU MENAKSIR

Evaluasi Spesifikasi Teknik pada Survei GPS

PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, Tbk. MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average)

SISTEM PENGENALAN PENGUCAPAN HURUF VOKAL DENGAN METODA PENGUKURAN SUDUT BIBIR PADA CITRA 2 DIMENSI ABSTRAK

ABSTRACT. Keywords: target costing, sales price, production cost efficiency. Universitas Kristen Maranatha. vii

APPLICATION OF THE LEAST SQUARES ADJUSTMENT METHOD WITH CONDITIONAL EQUATIONSIN CALCULATION OF RIVER DREDGING VOLUME

PEMATOKAN LENGKUNG HORISONTAL METODE POLAR

SIDANG TUGAS AKHIR RG

APLIKASI ATMEGA 8535 DALAM PEMBUATAN ALAT UKUR BESAR SUDUT (DERAJAT)

Prospek Statistik Nonparametrik Metode Brown-Mood dalam Pendidikan Tinggi:

SKRIPSI Disusun sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

ORIENTASI PADA PRA PLOTTING PETA BERSISTEM KOORDINAT LOKAL TERHADAP SISTEM KOORDINAT FIX (TETAP)

Aplikasi GPS RTK untuk Pemetaan Bidang Tanah

BAB 4 ANALISIS 4.1 Analisis Perbandingan Posisi Titik Perbandingan Posisi Titik dari Elektronik Total Station

METODE LENTH PADA RANCANGAN FAKTORIAL FRAKSIONAL DENGAN ESTIMASI EFEK ALGORITMA YATES

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan

BAB 3 LIDAR DAN PENDETEKSIAN POHON

TINGKAT KETERLAKSANAAN PEMERIKSAAN KESEHATAN BERKALA DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE KECAMATAN BAYAT KABUPATEN KLATEN

Oleh. Muhammad Legi Prayoga

Regresi Linier Sederhana dan Korelasi. Pertemuan ke 4

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. maka di kembangkan kerangka pemikiran penelitian sebagai berikut: ketinggian

Non Linear Estimation and Maximum Likelihood Estimation

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DAN METODE CERAMAH BERMAKNA MATERI DESAIN GRAFIS SMAN 1 GONDANG TULUNGAGUNG

Perbandingan Penentuan Volume Suatu Obyek Menggunakan Metode Close Range Photogrammetry Dengan Kamera Non Metrik Terkalibrasi Dan Pemetaan Teristris

Oleh: Lulut Sunarya ( ) Ghufran Rahmat Putra ( ) Debbiela Fajrina Septierly ( ) Miranti Nurbayani ( )

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH

PERBANDINGAN METODE LEAST TRIMMED SQUARES DAN PENAKSIR M DALAM MENGATASI PERMASALAHAN DATA PENCILAN

PENGESAHAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN SKRIPSI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA

PENGGUNAAN MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN ILMU BAHAN TEKNIK DI SMK MUHAMMADIYAH PRAMBANAN YOGYAKARTA

METODOLOGI PENELITIAN

Bahan ajar On The Job Training. Penggunaan Alat Total Station

PERBANDINGAN TINGKAT EFISIENSI ANTARA METODE KUADRAT TERKECIL DENGAN METODE MINIMUM COVARIANCE DETERMINANT

Pasang Surut Surabaya Selama Terjadi El-Nino

LAPORAN PRAKTIKUM PEMETAAN DIGITAL

REALISASI PERANGKAT LUNAK UNTUK IDENTIFIKASI SESEORANG BERDASARKAN CITRA PEMBULUH DARAH MENGGUNAKAN EKSTRAKSI FITUR LOCAL LINE BINARY PATTERN (LLPB)

BAB 2 STUDI REFERENSI. Gambar 2-1 Kamera non-metrik (Butler, Westlake, & Britton, 2011)

Transkripsi:

Studi Penerapan Model Koreksi Beda Tinggi Metode Trigonometri... (Rosalina) STUDI PENERAPAN MODEL KOREKSI BEDA TINGGI METODE TRIGONOMETRI PADA TITIK-TITIK JARING PEMANTAU VERTIKAL CANDI BOROBUDUR DENGAN TOTAL STATION (Implementation of Height Difference Correction Model Study with Trigonometric Method of the Borobudur Temple Vertical Monitoring Network Points Using Total Station) Githa Eka Rosalina Badan Informasi Geospasial (BIG) Jl. Raya Jakarta-Bogor Km 46 Cibinong 16911, Indonesia E-mail: githa.eka@big.go.id Diterima (received): 30 Juli 2015; Direvisi (revised): 5 September 2015; Disetujui untuk dipublikasikan (accepted): 30 Oktober 2015 ABSTRAK Pengukuran beda tinggi dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu beda tinggi dengan menggunakan Sipat Datar dan beda tinggi menggunakan Total Station atau biasa disebut dengan beda tinggi metode Trigonometri. Pengukuran beda tinggi dengan Sipat Datar lebih teliti dibandingkan dengan metode Trigonometri. Hal ini dikarenakan ketelitian beda tinggi dengan Total Station bergantung pada besaran-besaran yang harus diukur, seperti ketelitian hasil ukuran sudut vertikal, jarak, tinggi instrumen dan tinggi reflektor. Melalui penelitian ini, diharapkan kedepannya pengukuran beda tinggi dengan Total Station dapat menghasilkan beda tinggi dengan ketelitian yang mendekati dengan pengukuran dengan Sipat Datar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari penerapan model koreksi beda tinggi metode Trigomometri yaitu y = 0,000126x+0,0014 terhadap ketelitian penentuan tinggi yang dihasilkan, dengan mengambil kasus jaring pemantau stabilitas Candi Borobudur. Penilitian dilakukan dengan menggunakan data jaring vertikal Sipat Datar Leica SPRINTER-100 Candi Borobudur tahun 2011 dan data jaring vertikal Total Station Nikon DTM- 322 Candi Borobudur tahun 2012. Pada jaring vertikal Total Station diberikan model koreksi y= 0,000126x+0,0014. Data diproses menggunakan hitung perataan kuadrat terkecil dengan metode parameter terkendala minimal. Pengujian untuk analisis hasil dilakukan dengan menggunakan Uji Fisher dan Uji-t dengan tingkat kepercayaan 95%. Proses pengujian dilakukan pada varian masing-masing data yang dihasilkan, kemudian dilakukan pengujian tinggi titik yang diestimasi untuk melihat hasil penentuan tinggi dengan Total Station yang dibandingkan dengan Sipat Datar. Hasil dari penerapan model koreksi beda tinggi pada jaring vertikal Total Station Nikon DTM-322 ini bersifat sistematis. Dalam penelitian ini model koreksi tersebut tidak secara signifikan memberikan perubahan pada ketelitian pengukuran tersebut. Kata kunci: jaring vertikal Candi Borobudur, model koreksi beda tinggi, ketelitian tinggi ABSTRACT Measurement of height differences can be obtained by two approaches, that is leveling and trigonometric methods using Total Station. The levelling method is more accurate than trigonometric because the accuracy depends on the precision of the vertical angle, distance, instrument s height and reflector s height data. In the future, the Total Station measurements expected could provide the accuracy of height differences approach the levelling. This research aims to find out the impact of giving the height difference model corrections using Trigonometric method, that is y = 0,000126x + 0,0014 to the precision and accuracy of the height determination using Total Station at Borobudur vertical monitoring network. Data used in this research are leveling data using Leica SPRINTER-100 of Borobudur network in 2011 and trigonometric leveling data using Nikon DTM-322 Total Station in 2012. Correction Model y = 0,000126x + 0,0014 was given height data of Borobudur network in 2012. The data was processed using least square adjustment with minimum constraint. Statistic test to analyze the result provides using Fisher and student t-test with 95% level of confidence. The test was done in each varian data, then the height test estimation conducted to find the Total Station measurement result compared by levelling. Evaluation result indicated that giving correction using model to height differences measured by TS Nikon DTM-322 can not improve the measurements accuracy, because the correction is systematic evaluation. In this study, the correction model is not significantly change in the measurement accuracy. Keywords: vertical network Borobudur Temple, correction model of height difference, height accuracy PENDAHULUAN Balai Konservasi Borobudur melakukan pemantauan stabilitas Candi Borobudur melalui pengukuran secara periodik setiap tahun sejak 1983 sampai dengan sekarang (Setyawan, 2011). Pengukuran tersebut menggunakan metode poligon untuk jaring kontrol horizontal dan metode Sipat Datar untuk jaring kontrol vertikal. Permasalahannya adalah pengukuran yang selama ini dilakukan belum optimal, sehingga perlu dilakukan evaluasi terhadap peralatan maupun metode pengukuran yang sudah digunakan. Sipat Datar diakui sebagai alat atau metode yang paling baik dan teliti. Disamping itu, 91

Jurnal Ilmiah Geomatika Volume 21 No. 2 Desember 2015: 91-98 prosedur pelaksanaan dan perhitungannya sederhana, namun untuk daerah yang tidak datar, seperti daerah Candi Borobudur yang berundakundak, penggalan untuk pengukuran Sipat Datar harus dibuat dengan selisih jarak yang kecil, sehingga alat Sipat Datar dapat membidik rambu. Semakin curam daerah pelaksanaan pengukurannya, semakin banyak penggalan yang dibutuhkan. Hal ini juga menjadi kendala terhadap pengukuran jaring vertikal Candi Borobudur. Cara lain yang diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif dalam pengukuran beda tinggi adalah dengan menggunakan alat Total Station. Total Station diharapkan dapat menggantikan peran alat ukur Sipat Datar dan dapat menghemat waktu pengukuran. Akan tetapi, jika dibandingkan dengan alat Sipat Datar, Total Station mempunyai ketelitian yang lebih rendah dalam melakukan pengukuran beda tinggi. Hal ini dikarenakan banyaknya besaran-besaran yang harus diukur dibandingkan dengan alat Sipat Datar, sehingga memberikan konstribusi kesalahan yang lebih besar (Parseno, 1998). Dikarenakan pengukuran beda tinggi dengan prinsip trigonometrik menghasilkan ketelitian yang lebih rendah, namun penggunaan Total Station memiliki kelebihan yaitu praktis digunakan di lapangan baik di medan yang datar maupun di medan yang bervariasi atau berundak-undak. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian hasil penentuan titik tinggi Candi Borobudur dengan Total Station yang dilaksanakan pada tahun 2012. Pada penelitian Parseno dan Yulaikha (2008) mendapatkan pola selisih beda tinggi antara Total Station dan Sipat Datar mendekati linier dengan persamaan y = 0,000126x + 0,0014. Adanya pola selisih beda tinggi tersebut mendasari penelitian kali ini. Pemberian koreksi dengan menggunakan persamaan pola selisih beda tinggi tersebut diharapkan dapat mengubah ketelitian beda tinggi yang dihasilkan oleh Total Station menjadi lebih baik atau mendekati ketelitian yang dihasilkan Sipat Datar. Studi penentuan tinggi dengan Total Station pernah dilakukan sebelumnya. Parseno dan Yulaikhah (2008), membandingkan beda tinggi hasil pengukuran menggunakan alat Sipat Datar Leica SPRINTER-100 dan Total Station DTM-352 baik pada kondisi lapangan yang datar maupun yang bervariasi, untuk mengetahui pola perbedaan beda tinggi hasil pengukuran kedua alat tersebut. Fajri (2010), membandingkan ketelitian hasil pengukuran beda tinggi alat ukur Sipat Datar Leica SPRINTER-100 dan alat ukur Total Station Nikon DTM-352. Penelitian dilakukan dengan melakukan pengukuran beda tinggi titiktitik kontrol yang sudah tersebar di sekitar Fakultas Teknik UGM dengan kondisi lapangan yang bervariatif. Penelitian ini juga untuk membuktikan seberapa besar pengaruh koreksi hasil pemodelan pola selisih beda tinggi trigonometri terhadap Sipat Datar yang telah dilakukan Perwita (2009) untuk daerah yang relatif datar dengan jarak keseluruhan loop yang relatif pendek yaitu kurang dari 1,5 km. Dengan merujuk pada penelitian dan latar belakang yang ada, penulis melakukan penelitian bagaimana perbandingan ketelitian jaring vertikal antara jaring vertikal yang diukur menggunakan alat Sipat Datar Leica SPRINTER-100 dan alat ukur Total Station Nikon DTM-322. Sebelumnya dilakukan koreksi dengan menggunakan persamaan y = 0,000126x + 0,0014 terhadap pengukuran beda tinggi dengan Total Station. Dimana y adalah koreksi beda tinggi, sedangkan x adalah beda tinggi yang dihasilkan dari pengukuran Total Station. Kemudian hasil koreksi tersebut atau nilai y dimasukkan kedalam nilai beda tinggi yang dihasilkan Total Staion. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan beda tinggi hasil pengukuran Total Station dan Sipat Datar dan mengetahui pengaruh pemberian model koreksi beda tinggi metode trigonometri dengan persamaan y = 0,000126x + 0,0014 terhadap ketelitian pengukuran Total Station dengan keadaan lapangan yang berundak-undak. METODE Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pengukuran beda tinggi dengan menggunakan Sipat Datar Leica SPRINTER-100 yang diperoleh dari hasil pengukuran tahun 2011 yang dilaksanakan oleh tim Kerja Praktek 2011 (Nugroho et al., 2012) dan data pengukuran beda tinggi dengan menggunakan alat Total Station Nikon DTM-322 yang diperoleh dari hasil pengukuran tahun 2012 di area Candi Borobudur yang dilaksanakan oleh tim penelitian Dwi Lestari. Gambar 1 dan Gambar 2 berikut ini adalah gambar jaring pengukuran Sipat Datar tahun 2011 dan Total Station tahun 2012. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain peralatan pengumpulan data, perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak pengolahan data (software) meliputi: 1. Sistem operasi windows 7 Ultimate 2. Microsoft word 2007, digunakan untuk penulisan laporan penelitian. 3. Microsoft excel 2007, digunakan untuk alat bantu hitung. 92

Studi Penerapan Model Koreksi Beda Tinggi Metode Trigonometri... (Rosalina, G.E) Gambar 1. Gambar 2. Jaring Sipat Datar Candi Borobudur tahun 2011. Jaring Total Station Candi Borobudur tahun 2012. Pendekatan masalah penelitian ini adalah pengukuran dengan menggunakan Sipat Datar menghasilkan ketelitian yang jauh lebih tinggi. Namun, penggunaan alat Sipat Datar mempunyai keterbatasan pada kondisi lapangan yang medannya bergelombang atau berundak-undak. Kemudian dibentuk hubungan selisih beda tinggi Sipat Datar dan Total Station terhadap jarak dengan menggunakan diagram scater yang dilakukan oleh Parseno dan Yulaikha (2008). Persamaan tersebut adalah y = 0,000126x + 0,0014. Lokasi pengukuran yang diberikan koreksi dengan persamaan tersebut adalah lokasi yang dinilai masih datar. Dengan dasar tersebut penulis melakukan penelitian dengan memberikan model koreksi tersebut pada hasil pengukuran yang berundak-undak atau berelief seperti keadaan lokasi di Candi Borobudur. Sehingga kita dapat mengetahui bagaimana pengaruh pemberian model koreksi y = 0,000126x + 0,0014 pada beda tinggi titik-titik jaring vertikal Candi Borobudur. Dari pengolahan hasil pengukuran diperoleh tinggi titik dan ketelitian beda tingginya. Pemberian bobot Total Station sesuai dengan persamaan (Mikhail & Garcie, 1981): P σ 2 0 Σ Lb...(1) Dimana: P : bobot hitungan 2 σ 0 : Varian apriori Σ Lb : Matriks varian kovarian pengukuran Setelah mendapatkan beda tinggi yang telah dikoreksi beserta tinggi titiknya, maka langkah selanjutnya adalah membandingkan ketelitian yang dihasilkan oleh pengukuran beda tinggi dengan menggunakan Total Station yang sebelumnya telah dikoreksi, dengan pengukuran beda tinggi dengan menggunakan Sipat Datar. Perbandingan hasil tersebut dilakukan dengan menggunakan Uji Fisher untuk menguji presisi dan Uji-t untuk menguji akurasinya terhadap pengukuran Sipat Datar. Tahapan penelitian secara garis besar adalah sebagai berikut: 1. Persiapan penelitian 2. Pengumpulan data meliputi: a. Pengumpulan data beda tinggi Sipat Datar Leica SPRINTER-100 dan data pengukuran beda tinggi Total Station Nikon DTM-322. b. Mencari pustaka terkait 3. Pengolahan data meliputi: a. Pengolahan data ukuran Sipat Datar dan Total Station tanpa pemberian koreksi. b. Pembentukan model matematis Sipat Datar, Total Station tanpa pemberian koreksi dan Total Station dengan pemberian koreksi. c. Pembentukan matriks bobot Sipat Datar, Total Station tanpa pemberian koreksi dan Total Sation dengan pemberian koreksi. d. Pembentukan matriks metode parameter Sipat Datar, Total Station tanpa pemberian koreksi dan Total Sation dengan pemberian koreksi. e. Proses hitung perataan metode parameter terkendala minimal Sipat Datar, Total Station tanpa pemberian koreksi dan Total Sation dengan pemberian koreksi. f. Uji statistik untuk evaluasi hitung perataan Sipat Datar, Total Station tanpa pemberian koreksi dan Total Sation dengan pemberian koreksi. 4. Analisis hasil meliputi: a. Membandingkan varian aposteriori b. Melakukan uji statistik varian komparatif dengan uji Fisher untuk membandingkan ketelitian hasil hitungan perataan. c. Melakukan uji statistik parameter komparatif dengan uji tau (τ-tes) untuk membandingkan ketelitian hasil hitungan perataan. d. Perbandingan tinggi dan ketelitian. 93

Jurnal Ilmiah Geomatika Volume 21 No. 2 Desember 2015: 91-98 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada hasil hitung perataan jaring Sipat Datar ketelitian tinggi titik berkisar 0,002 m dan ketelitian tersebut sesuai dengan ketelitian alat yang dipakai yaitu Leica PRINTER-100 yang mencapai 0,001 m. Hasil perataan jaring Sipat Datar ini didapatkan varian aposteriori dengan nilai sebesar σ 02 = 3,26282E-08. Proses hitung perataan dilanjutkan dengan proses uji statistik dengan uji-τ. Hipotesis nol akan diterima apabila didapat nilai hasil perbandingan yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai yang didapat dari tabel yaitu 2,7764. Hasil dari uji statistik dengan uji-τ menunjukan penerimaan hipotesis nol pada semua data hasil pengukuran dengan alat Sipat Datar. Hal ini menunjukkan data hasil pengukuran tidak dihinggapi kesalahan kasar. Pada hasil hitung perataan jaring Total Station tanpa pemberian koreksi beda tinggi titik mencapai 0,0322 m. Pemberian bobot Total Station sesuai dengan persamaan 1. Proses hitungan perataan dilanjutkan dengan uji statistik dengan uji-τ. Hipotesis akan diterima apabila didapat nilai hasil perbandingan yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai yang didapat dari tabel yaitu 2,160. Hasil dari uji statistik dengan uji-τ menunjukan penerimaan hipotesis nol pada semua data hasil pengukuran Total Station. Hal ini menunjukkan data hasil pengukuran tidak dihinggapi kesalahan kasar. Pada hasil hitung perataan jaring Total Station tanpa pemberian koreksi y = 0,000126x + 0,0014 pada beda tinggi yang dihasilkan, didapatkan varian aposteriori sebesar σ 02 0,000229896 dan rata-rata ketelitian titik tinggi sebesar 0,0314 m. Sedangkan pada hasil hitung perataan jaring Total Station dengan beda tinggi yang dihasilkan, didapatkan varian aposteriori sebesar σ 02 0,000259295 dan ratarata ketelitian titik tinggi sebesar 0,0333 m. Proses hitungan perataan dilanjutkan dengan proses uji statistik menggunakan uji-τ. Hipotesis akan diterima apabila didapat nilai hasil perbandingan yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai yang didapat dari tabel yaitu 2,160. Hasil dari uji statistik dengan uji-τ menunjukan penerimaan hipotesis nol pada semua data hasil pengukuran Total Station tanpa pemberian koreksi y = 0,000126x + 0,0014, maupun hasil hitung perataan jaring Total Station dengan pemberian koreksi. Hal ini menunjukkan data hasil pengukuran tidak dihinggapi kesalahan kasar. Perbandingan Nilai Varian Aposteriori Nilai varian aposteriori hitungan kuadrat terkecil jaring Sipat Datar Candi Borobudur 2011 sebesar σ 02 = 3,26282E-08. Nilai varian aposteriori pada Sipat Datar yang begitu kecil dikarenakan ketelitian alatnya yang mencapai 0,001 m. Nilai varian aposteriori hitungan kuadrat terkecil jaring Total Station Candi Borobudur 2012 tanpa beda tinggi, sebesar σ 02 0,000229896. Setelah jaring Total Station Candi Borobudur 2012 diberikan koreksi y = 0,000126x + 0,0014 pada beda tinggi, varian aposteriorinya sebesar σ 02 0,000259295. Dapat dilihat bahwa pemberian koreksi y = 0,000126x + 0,0014 pada beda tinggi, tidak dapat memperbaiki nilai varian aposteriori jaring Total Station Candi Borobudur 2012. Bahkan pemberian koreksi tersebut menambah nilai varian aposteriori jaring kontrol Total Station 2012, sehingga nilainya menjadi semakin jauh dari nilai aposteriori jaring Kontrol Sipat Datar 2011. Penambahan koreksi tersebut tidak merubah secara signifikan. Perbandingan Jaring Total Station dengan Pemberian Koreksi dengan Tanpa Pemberian Koreksi Uji perbandingan antar varian dilakukan dengan menggunakan uji Fisher. Pengujian dilakukan dengan kriteria 2 yaitu taraf uji sebesar 95% dengan derajat kebebasan Total Station (r 2 ) adalah 13 dan derajat kebebasan Total Station dengan penerapan koreksi y = 0,000126x + 0,0014 pada beda tinggi (r 1 ) adalah 13. Uji Fisher ini dilakukan dengan cara membandingkan antara nilai varian hasil hitung perataan dari kedua jaring. Hipotesis akan diterima apabila didapat nilai hasil perbandingan berada diantara 0,3883 dan 2,575. Dari hasil pengujian dapat dikatakan terdapat penerimaan pada masing-masing titik jaring Total Station 0,0014 pada beda tinggi dari hasil uji Fisher. Hal ini menandakan titik-titik pada jaring Total Station 0,0014 pada beda tinggi memiliki ketelitian yang tidak berbeda signifikan dengan ketelitian titik-titik pada jaring Total Station tanpa koreksi y = 0,000126x + 0,0014 pada beda tinggi. Selanjutnya, uji perbandingan parameter dilakukan dengan menggunakan uji signifikansi τ. Pengujian dilakukan dengan kriteria τ 2 yaitu taraf uji sebesar 95% dengan derajat kebebasan Total Station adalah 13 dan derajat kebebasan Total Station dengan pemberian koreksi y = 0,000126x + 0,0014 pada beda tinggi adalah 13. Derajat kebebasan yang digunakan adalah jumlah dari derajat kebebasan keduanya yaitu r sebesar 26. Uji-τ ini dilakukan dengan cara membandingkan selisih parameter kedua jaring dengan jumlah dari simpangan bakunya. Hipotesis akan diterima apabila didapat nilai hasil perbandingan diantara nilai -2,056 dan 2,056. 94

Selisih Tinggi TS terkoreksi dengan Tinggi TS Simpangan Baku (m) Studi Penerapan Model Koreksi Beda Tinggi Metode Trigonometri... (Rosalina, G.E) Dari hasil pengujian terlihat bahwa didapatkan penerimaan pada semua titik-titik jaring Total Station dengan pemberian koreksi y = 0,000126x + 0,0014 pada beda tinggi dari hasil uji-τ. Hal ini menandakan semua titik tinggi yang didapat dari jaring Total Station dengan pemberian koreksi y = 0,000126x + 0,0014 pada beda tinggi tidak berbeda secara signifikan dengan tinggi titik Total Station. Pemberian koreksi y = 0,000126x + 0,0014 pada beda tinggi berpengaruh pada tinggi titiknya. Pada titik tinggi Jaring Total Station 0,0014 pada beda tinggi berpengaruh sampai 0,0523 m. Perbandingan pola titik tinggi antara jaring Total Station dengan pemberian koreksi y = 0,000126x + 0,0014 pada beda tinggi dengan jaring Total Station disajikan dalam grafik seperti yang disajikan pada Gambar 3. grafis, bahkan hampir tidak terlihat. Simpangan baku jaring Total Station dan jaring Total Station 0,0014 pada beda tinggi berkisar pada fraksi sub milimeter. Terlihat juga bahwa tidak terjadinya perubahan ketelitian setelah jaring Total Station mendapatkan koreksi y = 0,000126x + 0,0014 pada beda tinggi. Secara garis besar koreksi tersebut belum dapat memperbaiki ketelitian jaring Total Station. Pemberian koreksi tersebut dapat dikatakan secara sistematis. Grafik Simpangan Baku Grafik Perbedaan Tinggi Titik TS tanpa koreksi Titik TS terkoreksi Gambar 3. Titik POL.IV POL. V POL.VI POL.VII POL.VIII POL.I POL.II POL.III B1 S1 T1 U1 B3 B4 S4 T4 U4 B5 Perbandingan Tinggi Titik antara Jaring Total Station dengan Koreksi pada Beda Tinggi dan Jaring Total Station. Pada Gambar 3 dapat terlihat bahwa perbedaan tinggi titik antara jaring Total Station 0,0014 pada Beda Tinggi dengan jaring Total Station berbeda pada fraksi centimeter. Dapat dilihat kembali pada hasil uji parameter bahwa tinggi titik Total Station dengan beda tinggi terjadi penerimaan pada masingmasing data, maka tinggi titik Total Station 0,0014 pada beda tinggi masih dapat dikatakan sama tingkat akurasinya dengan tinggi titik jaring Total Station. Perbandingan pola ketelitian dari titik-titik antara jaring Total Station dengan beda tinggi dengan jaring Total Station disajikan dalam grafik disajikan pada Gambar 4. Pada Gambar 4 dapat terlihat bahwa ketelitian antara jaring Total Station dengan beda tinggi dengan jaring Total Station mempunyai perbedaan yang sangat kecil secara Gambar 4. Perbandingan Ketelitian antara Jaring Total Station dengan Koreksi y = 0,000126x + 0,0014 pada Beda Tinggi dengan Jaring Total Station. Perbandingan Jaring Total Station dengan Pemberian Koreksi dan Jaring Sipat Datar Uji perbandingan antar varian dilakukan dengan menggunakan uji Fisher. Pengujian dilakukan dengan kriteria 2 yaitu taraf uji sebesar 95% dengan derajat kebebasan Sipat Datar (r 2 ) adalah 4 dan derajat kebebasan Total Station dengan pemberian koreksi y = 0,000126x + 0,0014 pada beda tinggi (r 1 ) adalah 13. Uji Fisher ini dilakukan dengan cara membandingkan hasil hitung perataan antara nilai varian hasil hitung perataan dari kedua jaring. Hipotesis akan diterima apabila didapat nilai hasil perbandingan berada diantara 0,1697 dan 5,870. Dari hasil pengujian didapatkan penolakan pada semua titiktitik jaring Total Station dengan pemberian koreksi y = 0,000126x + 0,0014 pada beda tinggi dari hasil uji Fisher. Hal ini menandakan semua titik-titik jaring Total Station dengan pemberian koreksi y = 0,000126x + 0,0014 pada beda tinggi memiliki ketelitian yang berbeda signifikan dengan ketelitian Sipat Datar, atau dapat dikatakan titiktitik jaring Total Station dengan pemberian koreksi y = 0,000126x + 0,0014 pada beda tinggi berbeda tingkat presisinya dibandingkan dengan jaring Sipat Datar. Selanjutnya, uji perbandingan parameter ini dilakukan dengan menggunakan uji signifikansi τ. Pengujian dilakukan dengan kriteria 2 yaitu taraf uji sebesar 95% dengan derajat kebebasan Sipat Datar adalah 4 dan derajat kebebasan Total Station dengan pemberian koreksi y = 0,000126x 95

Selisih Titik Tinggi TS, TS Terkoreksi dengan WP Simpangan Baku Jurnal Ilmiah Geomatika Volume 21 No. 2 Desember 2015: 91-98 + 0,0014 beda tinggi adalah 13. Derajat kebebasan yang digunakan adalah jumlah dari derajat kebebasan keduanya yaitu r sebesar 17. Uji τ ini dilakukan dengan cara membandingkan selisih parameter kedua jaring dengan jumlah dari simpangan bakunya. Hipotesis akan diterima apabila didapat nilai hasil perbandingan diantara nilai -2,11 dan 2,11. Dari hasil pengujian dapat dikatakan secara keseluruhan terdapat penerimaan hipotesis nol pada semua titik-titik jaring Total Station dengan pemberian koreksi y = 0,000126x + 0,0014 pada beda tinggi dari hasil uji τ, kecuali pada titik POL.IV, POL.V, POL.VI dan POL.III. Hal ini menandakan titik-titik jaring Total Station tersebut mempunyai akurasi tinggi titik yang tidak berbeda secara signifikan dengan tinggi titik jaring Sipat Datar. Perbandingan tinggi dan ketelitian dari titiktitik jaring Sipat Datar dan jaring Total Station 0,0014 pada beda tinggi mempunyai perbedaan secara numeris. Untuk dapat melihat perbedaan tersebut secara grafis, perbandingan pola titik tinggi antara jaring Total Station dengan beda tinggi dengan jaring Sipat Datar disajikan dalam grafik disajikan pada Gambar 5. Grafik Perbandingan Titik Tinggi beda tinggi dan Sipat Datar disajikan dalam grafik disajikan pada Gambar 6. Gambar 6. Grafik Perbandingan Simpangan Baku Titik TS Dengan Koreksi Perbandingan ketelitian titik antara jaring Total Station dengan pemberian koreksi y = 0,000126x + 0,0014 pada Beda Tinggi dengan Sipat Datar. Pada Gambar 6 dapat terlihat bahwa ketelitian antara jaring Total Station dengan beda tinggi dengan jaring Sipat Datar mempunyai perbedaan secara grafis. Ketelitian jaring Sipat Datar berkisar pada fraksi milimeter, sedangkan ketelitian jaring Total Station dengan pemberian koreksi y = 0,000126x + 0,0014 pada beda tinggi berkisar pada fraksi centimeter. Perbedaan ketelitian tersebut bisa saja dikarenakan ketelitian alat yang berbeda. KESIMPULAN Gambar 5. TS terkoreksi Titik TS Tanpa Koreksi Perbandingan tinggi titik antara jaring Total Station dengan pemberian koreksi y = 0,000126x + 0,0014 pada Beda Tinggi dengan jaring Sipat Datar. Pada Gambar 5 dapat terlihat bahwa perbedaan tinggi titik antara jaring Total Station tanpa koreksi dan Total Station dengan beda tinggi dengan jaring Sipat Datar berbeda pada fraksi centimeter. Dapat dilihat kembali pada hasil uji parameter bahwa tinggi titik Total Station 0,0014 pada beda tinggi terjadi penerimaan pada masing-masing data kecuali pada empat titik, maka secara garis besar tinggi titik Total Station dengan pemberian koreksi pada beda tinggi masih dapat dikatakan tidak berbeda signifikan dengan titik-titik jaring Sipat Datar. Perbandingan pola ketelitian dari titik-titik tinggi antara jaring Total Station dengan Berdasarkan pembahasan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan pemberian koreksi y = 0,000126x + 0,0014 pada hitung perataan jaring tidak berpengaruh secara signifikan dalam peningkatan ketelitian (simpangan bakunya) titik jaring Total Station Candi Borobudur 2012. Bahkan dapat dikatakan bahwa pemberian koreksi tersebut di beberapa titik hampir sama sekali tidak terjadi perubahan, namun mempengaruhi nilai tinggi titiknya berkisar antara 0,005 m sampai dengan 0,090 m. Dapat disimpulkan bahwa pemberian koreksi y = 0,000126x + 0,0014 bersifat sistematis. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih ditujukan kepada Dwi Lestari, M.T, M.Eng sebagai pembimbing penelitian ini sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan mengembangkan ide yang telah ada. Terima kasih kepada Balai Konservasi Borobudur atas ijin dan kerjasamanya dalam pengambilan data pada tahun 2013. Para penyedia data dan informasi yang telah membantu dalam penelitian ini. 96

Studi Penerapan Model Koreksi Beda Tinggi Metode Trigonometri... (Rosalina, G.E) DAFTAR PUSTAKA Mikhail, E. M., & Garcie, G. (1981). Analysis and Adjustment of Survey Measurement. New York: Van Nostrad Reinhold Company. Parseno, 1998, Kerangka Kontrol Geodesi Sub Kerangka Kontrol Vertikal, jurusan Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Fajri, S., 2010, Perbandingan ketelitian Hasil Pengukuran Beda Tinggi Alat Ukur Sipat Datar Leica-SPRINTER-100 dan Alat Ukur Total Station Nikon DTM-352 pada Jaring Kontrol Vertikal di Fakultas Teknik UGM, Skripsi, Jurusan Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Nugroho, A. dkk., 2012, Laporan Kerja Praktek Pengukuran Jaring Kontrol Vertikal untuk Pemantauan Candi dan Bukit Borobudur, jurusan Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Perwita, A. Y., 2009, Evaluasi Penerapan Model Koreksi pada Beda Tinggi Metode Trigonometri Hasil Ukuran Total Station Nikon DTM-352, Skripsi, Jurusan Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Eniversitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Setyawan, J., 2011, Studi Evaluasi Metode Pengukuran Stabilitas Candi Borobudur dan Bukit, Balai Konservasi Peninggalan Borobudur, juni 2011, http://konservasiborobudur.org/download/jurnal/2 011/Jurnal2011 6 Studi Evaluasi Metode Pengukuran Stabilitas Candi Borobudur dan Bukit.pdf (akses tanggal 16 Desember 2012). Parseno, and Yulaikhah, 2008, Model Koreksi Beda Tinggi Secara Trigonometrik Hasil Ukuran Total Station Nikon DTM-352, Media Teknik No.4, November 2008, http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/4300845546 1.pdf (akses tanggal 16 Desember 2012). ff HH 97

Jurnal Ilmiah Geomatika Volume 21 No. 2 Desember 2015: 91-98 Halaman ini sengaja dikosongkan 98