BAB 2 LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. bersatu untuk mencapai tujuan yang sama.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penyusunan penelitian ini, penulis mengacu pada berbagai literatur yaitu

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

LAMPIRAN A KERANGKA DOKUMEN ANALISIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

penelitian, maka berikut ini disertakan penjelasan secara terperinci dan menyeluruh mengenai sistematika model metodologi pemecahan masalah.

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB II LANDASAN TEORI. menolong manusia dalam melaksanakan tugas tertentu. Aplikasi software yang. dirancang untuk menjalankan tugas tertentu.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 4 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI. Sistem yang dirancang bertujuan untuk mendukung persediaan bahan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2007/2008

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Sistem Informasi Akuntansi. mengubah data keuangan dan data lainnya menjadi informasi. Informasi ini kemudian

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Genap 2007/2008

Bab 2. Landasan Teori

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

PENJADWALAN PRODUKSI DI LINE B MENGGUNAKAN METODE CAMPBELL-DUDEK-SMITH (CDS)

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PEMBELIAN, PERSEDIAAN DAN PENJUALAN TUNAI PADA PT TRISATYA MITRA ABADI

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Diagram alir di bawah ini merupakan langkah-langkah yang diambil untuk mendukung

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2007/2008

Gambar Window Transaksi Pengeluaran Barang Gudang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan berkembangnya dunia usaha yang semakin pesat, maka

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

5.4. Analisis dan Perancangan Sistem Informasi. dinamakan dengan Unified Modeling Language (UML). UML merupakan bahasa

BAB 2 LANDASAN TEORI. terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan. Contoh suatu

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

Kelebihan Architecture layered: memecahkan layer menjadi bagian yang lebih kecil

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Genap 2005/2006

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Definisi Sistem, Informasi, dan Sistem Informasi

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA PENGEMBANGAN APLIKASI PERHITUNGAN BIAYA PRODUKSI DENGAN ABC METODOLOGI DI PT. GEDESCO SEJAHTERA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 4.50 Form Bahan Baku Keluar

III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang ditandai dengan saling berhubungan dan mempunyai satu fungsi atau tujuan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI. suatu model pada Problem Domain. 2. Class Faktur Penjualan

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Sistem Informasi - Akuntansi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. metodologi penelitian yang merupakan urutan atau langkah-langkah yang sistematis

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut Whitten et al (2004, p12), Information system is an arrangement of

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. informasi penjadwalan produksi paving block pada CV. Eko Joyo. Dimana sistem

BAB 2 LANDASAN TEORI

Universitas Bina Nusantara

BAB 2 LANDASAN TEORI

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

PERANCANGAN BERORIENTASI OBJEK

BAB 4. PT. Siaga Ratindotama

Jurusan Sistem Informasi Program Studi Komputerisasi Akuntansi Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 2005 / 2006

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

PertemuanI. Object Oriented

BAB 4 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN P.D. SINAR MULIA. Pengembangan Sistem Informasi Akuntansi Penjualan P.D. Sinar Mulia mendukung

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

BAB 2 LANDASAN TEORI

Penjadwalan Produksi Job Shop dengan Menggunakan Metode Shifting Bottleneck Heuristic (SHB)

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan globalisasi sekarang ini menyebabkan persaingan usaha antar

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini sistem informasi sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk membantu

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap informasi yang dihasilkan berkaitan dengan sumber daya manusia.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

DAFTAR ISI. ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... vii. DAFTAR GAMBAR... xii. DAFTAR TABEL...xvii BAB I PENDAHULUAN Tujuan...

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007

Transkripsi:

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peta Proses Operasi Menurut Sritomo (2003,p100) Peta Proses Operasi atau dikenal dengan Operation Chart akan menunjukkan langkah-langkah secara kronologis dari semua operasi inspeksi, waktu longgar, dan bahan baku yang digunakan di dalam suatu proses manufacturing yaitu mulai datangnya bahan baku sampai ke proses pembungkusan (packaging) dari produk jadi yang dihasilkan. Peta ini akan melukiskan peta operasi dari seluruh komponen-komponen dan sub assemblies sampai menuju main assembly. Dalam peta operasi yang dicatat hanyalah kegiatan-kegiatan operasi dan pemeriksaan/inspeksi saja. Kadang-kadang pada akhir proses bisa ditambahkan tentang penyimpanan (storage). Sritomo (2003,p101) juga mengatakan bahwa manfaat dari peta operasi antara lain: Data kebutuhan jenis proses operasi/inspeksi macam dan spesifikasi mesin atau fasilitas bahan baku dengan memperhitungkan efisiensi pada setiap elemen operasi kerja atau inspeksi. Pola tata letak fasilitas dan aliran pemindahan bahannya. Alternatif-alternatif perbaikan prosedur dan data kerja yang sedang dipakai.

11 Berdasarkan Sritomo (2003,p101), untuk bisa menggambarkan peta proses dengan baik dan lengkap ada beberapa aturan dasar yang perlu dipahami dan diikuti sebagai berikut: Pertama pada baris paling atas perlu dituliskan PETA PROSES OPERASI (yang bisa disingkat dengan PETA OPERASI ) dan seterusnya tulis semua identifikasi kerja lainnya seperti: nama objek, nomor gambar kerja, dan lain-lain Nama dan spesifikasi material yang akan diproses diletakkan diatas garis horizontal yang menunjukkan bahwa material tersebut masuk dalam proses operasi kerja. Lambang ditetapkan dalam arah vertikal secara berurutan yang menunjukkan terjadinya perubahan proses untuk setiap simbolnya. Penomoran terhadap kegiatan operasi diberikan secara berurutan sesuai dengan urutan operasi yang dilakukan untuk pembuatan produk tersebut atau sesauai dengan proses yang terjadi. Penomoran terhadap kegiatan inspeksi diberikan tersendiri. Agar diperoleh gambar petaproses operasi yang baik, maka produk yang paling banyak memerlukan langkah-langkah proses operasi harus dipetakan terlebih dahulu dan digambarkan pada garis vertikal paling kanan sendiri. Menurut Sritomo (2003,p102), peta proses operasi pada dasaarnya dirancang untuk memberikan pemahaman yang cepat dari kegiatan-kegiatan operasi yang harus diselenggarakan untuk membuat suatu produk lengkap.

12 Demikian pula peta perasi tersebut memungkinkan untuk mempelajari semua operasi dan inspeksi yang diperlukan sehingga langkah-langakh urutan kerja bisa disusun secara logis. Peta ini memungkinkan untuk melihat hubungan antara proses/operasi tanpa harus memperhatikan aktivitas handling yang diperlukan. Dengan alasan ini, maka peta proses operasi merupakan alat fektif untuk menggambarkan suatu proses ke operator yang kurang begitu familiar dengan urutan proses atau inspeksi. 2.2 Pengukuran Waktu Menurut Sutalaksana (1979,p131) pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktu kerja baik setiap elemen ataupun siklus dengan menggunakan alat-alat yang telah disiapkan. Pada garis besarnya teknik pengukuran waktu dibagi ke dalam dua bagian, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Cara pertama disebut demikian karena pengukuran dilaksanakan secara langsung yaitu di tempat di mana pekerjaan yang bersangkutan dijalankan. Sutalaksana (1979,p117) dua cara yang termasuk pengukuran secara langsung, yaitu dengan metode cara jam henti dan sampling pekerjaan. Sedangkan cara tidak langsung melakukan perhitungan waktu tanpa harus berada ditempat pekerjaan yaitu dengan membaca tabel-tabel yang tersedia asalkan mengetahui jalannya pekerjaan melalui elemen-elemen pekerjaan atau gerakan. Yang termasuk kelompok ini adalah data waktu baku dan data waktu gerakan.pengukuran waktu ditujukan untuk mendapatkan waktu baku penyelesaian pekerjaan yaitu waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh seorang pekerja yang normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik.

13 Pengukuran pendahuluan merupakan hal pertama yang harus dilakukan. Tujuan melakukan pengukuran waktu adalah untuk mengetahui berapa kali pengukuran harus dilakukan untuk tingkat ketelitian dan keyakinan yang diinginkan. Langkah-langkah pemrosesan hasil pengukuran pendahuluan adalah: 1. Kelompokkan hasil pengukuran ke dalam beberapa subgrup dan hitung ratarata dari tiap subgrup: Xk = Xi n dimana : n k = banyaknya data dalam satu subgrup = jumlah subgrup yang terbentuk Xi = data pengamatan 2. Hitung rata-rata dari rata-rata subgrup: Xk X = k 3. Hitung standar deviasi dari waktu penyelesaian: Xi X σ = N 1 dimana : N = jumlah pengamatan pendahuluan yang dilakukan 4. Hitung standar deviasi dari distribusi harga rata-rata subgrup: 2 σ x = σ n

14 2.2.1 Pengujian Keseragaman Data Sebelum data dapat digunakan maka perlu dilakukan pengujian keseragaman data untuk dapat menetapkan waktu standar, dengan tujuan untuk mengetahui apakah hasil pengukuran waktu cukup seragam untuk digunakan. Suatu data dikatakan seragam, yaitu data yang berasal dari sistem sebab yang sama, bila berada di antara kedua batas kendali. Perumusan batas kendali sebagai berikut: BKA = X + Z σ x BKB = X Z σ x 1 β Z = 1 2 dimana : BKA = Batas Kendali Atas BKB = Batas Kendali Bawah Z = Nilai dari tabel distribusi normal sesuai dengan tingkat keyakinan 2.2.2 Pengujian Kecukupan Data Menurut Sutalaksana (1979, p.134), uji kecukupan data dilakukan untuk mendapatkan apakah jumlah data hasil pengamatan cukup untuk melakukan penelitian. Untuk menghitung banyaknya pengukuran yang diperlukan untuk tingkat ketelitian 5% dan tingkat keyakinan 95% sebagai berikut: 40 N ' = N xj 2 ( xj xj) 2 2 dimana : N = jumlah data yang seharusnya dilakukan pengamatan N = jumlah data yang aktual

15 Analisa kecukupan data : Apabila N N, maka jumlah data sudah cukup Apabila N > N, maka jumlah data belum cukup Tingkat ketelitian menunjukkan penyimpangan maksimum hasil pengukuran dari data pengukuran sebenarnya. Hal ini biasanya dinyatakan dalam persen, sedangkan tingkat keyakinan menunjukkan besarnya keyakinan pengukur bahwa hasil yang diperoleh memenuhi syarat ketelitian tadi. Tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan adalah pencerminan tingkat kepastian yang diinginkan pengukur,setelah memutuskan tidak akan melakukan pengukuran telalu banyak. 2.2.3 Perhitungan Waktu Baku Setelah semua data yang diperoleh memiliki keseragaman yang dikehendaki dan jumlahnya telah memnuhi tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang diinginkan maka kegiatan pengukuran waktu dapat dikatakan telah selesai. Langkah berikutnya adalah mengolah data untuk menghitung waktu baku yang diperoleh melalui langkah-langkah perhitungan sebagai berikut: 1. Hitung waktu siklus rata-rata Xi Wr = N dimana : Xi = data yang termasuk dalam batas kendali 2. Hitung waktu normal Wn = Wr p dimana : p = faktor penyesuaian

16 3. Hitung waktu baku Wb = Wn (1+ a) Di mana: a= kelonggaran yang diberikan pekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya disamping waktu normal. 2.2.4 Penyesuaian Penyesuaian ditentukan berdasarkan ketidakwajaran yang dapat saja terjadi misalnya bekerja tanpa kesungguhan, sangat cepat seolah-olah diburu waktu atau karena menjumpai kesulitam-kesulitan seperti karena kondisi ruangan yang buruk. Penyesuian bertujuan untuk menormalkan waktu hasil pengukuran jika pengukur berpendapat bahwa operator bekerja dengan tidak wajar, agar waktu penyelesaian proses operasi tidak terlalu singkat atau tidak terlalu panjang. Menurut Sutalaksana (1979, p138) besarnya harga faktor penyesuaian (p) memiliki tiga batasan, yaitu p > 1 ; bila pengukur berpendapat bahwa operator bekerja di atas normal (terlalu cepat) p < 1 ; bila pengukur berpendapat bahwa operator bekerja di bawah normal (terlalu lambat) p = 1 ; bila pengukur berpendapat bahwa operator bekerja dengan wajar Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menentukan faktor penyesuaian adalah metode Westinghouse (Sutalaksana, 1979, p140-146). Cara Westinghouse mengarahkan penilaian pada 4 faktor yang dianggap menentukan kewajaran dan ketidakwajaran dalam bekerja yaitu Keterampilan, Usaha,

17 Kondisi Kerja dan Konsistensi. Setiap faktor terbagi ke dalam kelas-kelas dengan nilainya masing-masing. Tabel 2.1 Penyesuaian Menurut Westinghouse Faktor Kelas Lambang Penyesuaian Super Excellent A1 B1 + 0,15 + 0,11 A2 B2 + 0,13 + 0,08 C1 + 0,06 Good Keterampilan C2 + 0,03 Average D 0,00 Fair Poor Excessive Excellent E1 F1 A1 B1-0,05-0,16 + 0,13 + 0,10 E2 F2 A2 B2-0,10-0,22 + 0,12 + 0,08 C1 + 0,05 Good Usaha C2 + 0,02 Average D 0,00 Fair Poor E1 F1-0,04-0,12 E2 F2-0,08-0,17 Ideal A + 0,06 Excellent B + 0,04 Kondisi Kerja Good C + 0,02 Average D 0,00 Fair E - 0,03 Poor F - 0,07 Perfect A + 0,04 Excellent B + 0,03 Konsistensi Good C + 0,01 Average D 0,00 Fair E - 0,02 Poor F - 0,04

18 2.2.5 Kelonggaran Menurut Sutalaksana (1979, pp149-154), kelonggaran adalah waktu yang dibutuhkan pekerja terlatih, agar dapat mencapai performance kerja sesungguhnya, jika bekerja secara normal. Kelonggaran diberikan untuk tiga hal yaitu : a. Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi Yang termasuk dalam kebutuhan pribadi di sini adalah hal-hal seperti minum untuk menghilangkan dahaga, ke kamar kecil, bercakap-cakap untuk menghilangkan ketegangan atau kejenuhan dalam bekerja. b. Kelonggaran untuk rasa fatique Rasa fatique tercermin dari menurunnya hasil produksi dari segi kualitas maupun kuantitas. Cara menentukan kelonggaran ini adalah dengan melakukan pengamatan sepanjang hari kerja dan mencatat pada saat-saat di mana hasil produksi menurun. c. Kelonggaran untuk hambatan yang tidak terhindarkan Dalam melaksanakan pekerjaan, pekerja tidak akan lepas dari berbagai hambatan. Beberapa contoh yang termasuk ke dalam hambatan tidak terhindarkan adalah: Menerima atau menerima petunjuk kepada pengawas. Melakukan penyesuaian-penyesuaian mesin. Memperbaiki kemacetan-kemacetan singkat seperti mengganti alat potong yang patah, memasang ban lepas dan sebagainya.

19 Mengasah peralatan potong. Mengambil alat-alat khusus atau bahan-bahan khusus dari gudang. Dengan demikian waktu baku tersebut dapat diperoleh dengan mengaplikasikan rumus berikut: Standard Time = Normal Time + (Normal Time x %Allowance) 2.3 Penjadwalan Produksi 2.3.1 Definisi Penjadwalan Menurut Ginting (2007,p255), penjadwalan adalah pengurutan pembuatan/pengerjaan produk secara menyeluruh yang dikerjakan pada beberapa buah mesin. Dengan demikian masalah sequencing senantiasa melibatkan pengerjaan sejumlah komponen yang sering disebut sebagai job. Job sendiri masih merupakan komposisi dari sejumlah elemen-elemen dasar yang disebut aktivitas atau operasi, Tiap aktivitas atau operasi ini membutuhkan alokasi sumber daya tertentu selama periode waktu tertentu yang sering disebut dengan waktu proses. 2.3.2 Tujuan Penjadwalan Menurut Ginting (2007,p256), tujuan dari aktivitas penjadwalan sebagai berikut: Meningkatkan penggunaan sumberdaya atau mengurangi waktu tunggunya, sehingga total waktu proses dapat berkurang, dan produktivitas meningkat.

20 Mengurangi persediaan barang setengah jadi atau mengurangi sejumlah pekerjaan yang menunggu dalam antrian ketika sumber daya masih mengerjakan tugas lain. Teori Baker mengatakan, aliran kerja suatu jadwal konstan, maka antrian yang mengurangi rata-rata waktu alir akan mengurangi rata-rata persediaan barang setengah jadi. Mengurangi beberapa kelambatan pada pekerjaan yang mempunyai batas waktu penyelesaian sehingga akan meminimasi penalty cost (biaya kelambatan). Membantu pengambilan keputusan mengenai perencanaan kapasitas pabrik dan jenis kapasitas yang dibutuhkan sehingga penambahan biaya mahal dapat dihindarkan. 2.3.3 Model Penjadwalan Menurut Ginting (2007,p256),proses penjadwalan timbul jika terdapat keterbatasan sumber daya yang dimiliki sehingga diperlukan adanya pengaturan sumber-sumber daya tersebut secara efisien. Berbagai model penjadwalan telah dikembangkan untuk mengatasi persoalan penjadwalan tersebut. Model penjadwalan dapat dibedakan menjadi 4 jenis keadaan, yaitu: Mesin yang digunakan dapat berupa proses dengan mesin tunggal atau proses dengan mesin majemuk. Pola aliran proses dapat berupa aliran identik atau sembarang. Pola kedatangan pekerjaan statis atau dinamis. Sifat informasi yang diterima dapat bersifat deterministik atau stokastik.

21 Pada keadaan pertama, sejumlah mesin dapat dibedakan atas mesin tunggal dan mesin majemuk. Model mesin tunggal adalah mesin dasar dan biasanya dapat diterapkan pada kasus mesin majemuk. Pada keadaan kedia, pola aliran dapat dibedakan atas flow shop dan job shop. Pada flow shop dijumpai pola aliran proses dari urutan tertentu yang sama. Flow Shop terbagi lagi menjadi pure flow shop dan general flow shop. Pada pure flow shop berbagai pekerjaan akan mengalir pada lini produksi yang sama dan tidak dimungkinkan adanya variasi. Pada general flow shop dimungkinkan adanya variasi antara pekerjaan atau pekerjaan yang datang tidak harus dikerjakan di semua mesin. Sedangkan pada job shop, setiap pekerjaan memiliki pola aliran kerja yang berbeda. Aliran proses tidak searah mengakibatkan pekerjaan yang dikerjakan di suatu mesin dapat berupa pekerjaan baru atau pekerjaan yang sedang dikerjakan (work in process) atau pekerjaan yang akan menjadi produk jadi (finished goods) telah diproses di mesin tersebut. Pada keadaan ketiga, pola kedatangan pekerjaan dapat dibedakan atas pola kedatangan statis atau dinamis. Pada pola statis, pekerjaan datang bersamaan pada waktu nol dan siap dikerjakan atau kedatangan pekerjaan bisa tidak bersamaan tetapi saat kedatangan telah diketahui sejak waktu nol. Pada pola dinamis mempunyai sifat kedatangan pekerjaan tidak menentu, artinya terdapat variabel waktu sebagai faktor yang berpengaruh. Pada keadaan keempat, perilaku elemen-elemen penjadwalan daapat dibedakan atas deterministik dan stokastik. Model deterministik memiliki

22 kepastian informasi tentang parameter dalam model, sedangkan model stokastik mengandung unsur ketidakpastian. Parameter yang dimaksud adalah: Saat datang, saat siap, jumlah pekerjaan, batas waktu penyelesaian (due date), dan bobot kepentingan masing-masing pekerjaan. Jumlah operasi, susunan mesin (routing), waktu proses, dan waktu setup. Jumlah dan kapasitas mesin, kemampuan dan kecocokan tiap mesin terhadap pekerjaan yang akan dikerjakan. Pada proses penjadwalan produksi deterministik dibutuhkan tiga parameter dasar, yaitu: Processing Time (t i ) atau waktu porses, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk memberikan nilai tambah pada order i. Ready Time (r i ) atau saat siap, yaitu saat paling awal order i dapat diproses oleh mesin. Due Date (d i ) atau saat kirim, yaitu saat kirim order i kepada konsumen. Ketiga parameter dasar tersebut digunakan pula dalam mengevaluasi hasil penjadwalan. 2.3.4 Output Penjadwalan Menurut Ginting (2007, p260),untuk memastikan bahwa suatu aliran kerja yang lancar akan melalui tahapan produksi, maka sistem penjadwalan harus membentuk aktivitas aktivitas output sebagai berikut:

23 1. Loading (pembebanan) Pembebanan melibatkan penyesuaian kebutuhan kapasitas untuk order order yang diterima/diperkirakan dengan kapasitas yang tersedia. Pembebanan dilakukan dengan menugaskan order order pada fasilitas fasilitas, operator operator dan peralatan tertentu. 2. Sequencing (pengurutan) Pengurutan ini merupakan penugasan tentang order order mana yang diprioritaskan untuk diproses dahulu bila suatu fasilitas harus memproses banyak job. 3. Dispatching (Prioritas Job) Dispatching merupakan prioritas kerja tentang job job mana yang diseleksi dan diprioritaskan untuk diproses. 4. Pengendalian kinerja penjadwalan, dilakukan dengan : a. Meninjau kembali status order order pada saat melalui sistem tertentu b. Mengatur kembali urut urutan, misalnya: expiditing order order yang jauh di belakang atau mempunyai prioritas utama 5. Up-dating jadwal, dilakukan sebagai refleksi kondisi operasi yang terjadi dengan merevisi prioritas prioritas. 2.3.5 Aturan Prioritas Aturan Prioritas memberikan panduan untuk urut-urutan pekerjaan yang harus dilaksanakan. Aturannya secara khusus bisa diterapkan untuk fasilitas yang berfokus pada proses seperti klinik, percetakan, dan perusahaan manufaktur.

24 Aturan prioritas mencoba untuk mengurangi waktu penyelesaian, jumlah pekerjaan dalam sistem, dan keterlambatan kerja sementara penggunaan fasilitas bisa maksimum (Render dan Heizer, 2001, p473). Pertama datang, pertama kali dilayani (First Come First Serve/FCFS): Pekerjaan yang datang terlebih dahulu di pusat kerja, maka akan diproses lebih dulu. Waktu pemrosesan paling cepat (Shortest Processing Time/SPT): Pekerjaan yang membutuhan waktu paling singkat dilaksanakan dulu, selanjutnya diselesaikan. Pekerjaan yang jatuh temponya paling pendek (Earliest Due Date/EDD): Pekerjaan yang jatuh temponya paling pendek akan dipilih lebih dulu. Waktu pemrosesan paling panjang (Long Processing Time/LPT): Semakin panjang, semakin besar pekerjaan sering kali sangat penting dan kemudian dipilih lebih dahulu 2.4 Standard Operating Procedure Standard Operating Procedure (SOP) adalah sebuah kesatuan perintah tertulis yang mendokumentasikan sebuah rutinitas atau aktivitas berulang didalam sebuah organisasi. Pengembangan dan kegunaan dari SOP adalah sebuah bagian integral dari sistem pengendalian kualitas yang sukses karena memberikan informasi bagi individual untuk melaksanakan pekerjaannya dengan baik. (wikipedia.com/standard_operating_procedure)

25 2.5 Pengertian Sistem Informasi Menurut McLeod (2001, p4), Sistem Informasi(SI) adalah suatu kombinasi yang terorganisasi dari manusia, piranti lunak, perangkat keras, jaringan komunikasi, dan sumber daya data yang mengumpulkan, mentransformasikan, serta menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi. Menurut O Brien (2003, p7), sebuah SI dapat berupa kombinasi teratur dari orang, hardware, software, jaringan komunikasi dan sumber data yang mengumpulkan, mengubah dan menyebarkan informasi di dalam suatu organisasi. Jadi SI adalah elemen-elemen yang saling berkaitan dengan menggunakan sumber daya untuk mengolah masukan berupa data menjadi keluaran berupa informasi, sehingga berguna bagi pihak yang membutuhkannya. 2.6 Object Oriented Analysis and Design (OOAD) Object-Oriented Analysis and Design (OOAD) adalah metode untuk menganalisis dan merancang sistem dengan pendekatan berorientasi object (Mathiassen, 2000, p135). Object diartikan sebagai suatu entitas yang memiliki identitas, state dan behavior (Mathiassen, 2000, p4). Pada analisa, identitas sebuah object menjelaskan bagaimana seorang user membedakannya dari object lain, dan behavior object digambarkan melalui event yang dilakukannya. Sedangkan pada perancangan, identitas sebuah object digambarkan dengan cara bagaimana object lain mengenalinya sehingga dapat diakses, dan behavior object digambarkan dengan operation yang dapat dilakukan object tersebut yang dapat mempengaruhi object lain dalam sistem.

26 2.7 Konsep OOAD Objek Oriented Analysis and Design (OOAD) memiliki tiga konsep dasar yaitu: Encapsulation Yaitu pembungkusan beberapa item menjadi sebuah unit (Whitten, 2004, p432). Maksudnya adalah menjadikan atribut dan perilaku dari objek menjadi satu kesatuan. Sehingga cara untuk mengakses informasi dari objek tersebut yaitu melalui perilakunya. Inheritance Yaitu merupakan konsep dimana methods atau atribut dari sebuah class objek dapat diturunkan atau digunakan kembali oleh class objek lain (Whitten, 2004, p434). Dengan demikian sebuah class baru dapat terbentuk dengan memiliki sifat yang sama dengan kelas induknya sekaligus sifat individu dari class itu sendiri. Polymorphism Yaitu konsep di mana sebuah objek dapat memiliki berbagai bentuk, artinya objek yang berbeda dapat menanggapi sebuah pesan dengan berbagai cara yang berbeda (Whitten, 2004, p438). 2.8 Objek dan Class Menurut Mathiassen (2000,p4), objek adalah dasar dari seluruh rancangan pada OOA&D. Objek adalah sebuah entitas yang memiliki identitas, status, dan perilaku. Contoh dari objek misalnya pelanggan merupakan entitas dengan identitas yang spesifik, dan memiliki status dan perilaku tertentu yang

27 berbeda satu sama lain. Class merupakan deskripsi dari kumpulan objek yang memiliki struktur, pola perilaku, dan atribut sama. 2.9 Keuntungan dan Kelemahan OOAD Menurut Mathiassen (2000, p5-6) menyatakan bahwa keuntungan menggunakan OOAD antara lain : 1. OOAD memberikan informasi yang jelas mengenai context sistem. 2. OOAD berhubungan erat dengan analisa berorientasi objek, perancangan berorientasi objek, user interface berorientasi objek, dan pemrograman berorientasi objek. 3. OOAD dapat mendukung dalam menangani data dalam jumlah besar dan mendistribusikannya ke seluruh bagian organisasi Kelemahan OOAD menurut Raymond McLeod, Jr (2001, p615) yaitu: 1. Diperlukan waktu lama untuk memperoleh pengalaman pengembangan. 2. Kesulitan metodologi untuk menjelaskan sistem bisnis yang rumit. Kurangnya pilihan peralatan pengembangan yang khusus disesuaikan untuk sistem bisnis 2.10 Aktivitas Utama Object Oriented Analysis and Design (OOAD) Mathiassen(2000, p14-15) menjelaskan empat buah aktivitas utama dalam analisis dan perancangan berorientasi objek seperti yang digambarkan berikut ini.

28 Sumber: Mathiassen (2000, p15) Gambar 2.1 Aktivitas Utama dalam OOAD Dalam membuat system definiton harus memperhatikan pendekatan kriteria FACTOR untuk melengkapi informasi terkandung dalam definisi sistem yang dibuat. Masing-masing huruf dari kriteria FACTOR memiliki kepanjangan. Sehingga setiap system definition harus mengandung informasi tentang (Mathiassen, 2000, p39-40) : Functionality: Fungsi dari sistem yang mendukung kegiatan dalam application domain. Application domain: Bagian dari organisasi yang mengatur, mengawasi dan mengontrol problem domain. Conditions: Kondisi dimana sistem akan dikembangkan dan digunakan. Technology: Teknologi yang digunakan baik untuk mengembangkan sistem dan juga teknologi yang memungkinkan dan mendukung jalannya sistem. Objects: Objek utama dalam problem domain. Responsibility: Tanggung jawab sistem secara keseluruhan dalam hubungannya dengan konteksnya.

29 2.11 Problem-domain Analysis Menurut Mathiassen (2000, p46), Problem domain merupakan bagian dari konteks yang diatur, diawasi dan dikendalikan oleh sistem. Dengan kata lain analisis problem domain berkaitan dengan mengekspresikan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh sistem. Tujuannya yaitu mengidentifikasi dan memodelkan problem domain sehingga didapatkan informasi apa saja yang dibutuhkan oleh sistem. Analisis problem domain memiliki aktivitas-aktivitas sebagai berikut: Sumber: Mathiassen et al. (2000, p46). Gambar 2.2 Aktivitas Problem Domain Analysis 2.11.1 Classes Aktivitas dalam mendefinisikan classes ini bertujuan untuk mencari bagian-bagian yang terdapat dalam problem domain, yaitu objects, classes dan events. Menurut Mathiassen (2000, p51), object adalah suatu entity yang mempunyai identitas, state dan behavior. Identity dari object adalah property yang memisahkannya dari object-object lainnya, di mana semua object memiliki

30 identitas supaya dapat dibedakan antara satu object dengan object lainnya. State dari object terdiri dari atribut yang bersifat statis dan dinamis. Behavior dari object merupakan rangkaian dari event baik secara aktif atau pasif dilakukan oleh object selama masa hidupnya. Menurut Lars Mathiassen (2000, p53), class deskripsi dari kumpulan object yang mempunyai struktur, behavior pattern dan attribute yang sama. Event adalah kejadian yang terjadi seketika yang melibatkan satu atau lebih object. 2.11.2 Structure Menurut Lars Mathiassen (2000, p70), Aktivitas ini bertujuan untuk membuat model dengan didasarkan pada hubungan struktural antara class dan object. Setelah mengetahui class dan object yang ada, event table dapat dibuat untuk menggambarkan hubungan struktural antara class dan object tersebut. Lalu, struktur antara class dan object dapat digambarkan lewat Class Diagram. Class Diagram menggambarkan sekumpulan class, interface, collaboration dan relasi-relasinya. Class Diagram juga menunjukkan atribut dan operasi dari sebuah object class. Class Diagram dapat dikatakan sebagai diagram dari problem domain yang menggambarkan seluruh hubungan struktural antara class dan object yang terdapat di dalam model sistem yang telah ditetapkan. Terdapat tiga jenis hubungan struktural yang dapat menggambarkan hubungan antar object, yaitu aggregation dan association. Berikut adalah penjelasannya:

31 a. Aggregation. Menggambarkan hubungan antara dua atau lebih object yang menyatakan bahwa salah satu object adalah dasarnya dan mendefinisikan bagian yang lainnya. Gambar 2.3 Aggregation Structure b. Association. Menggambarkan hubungan antara dua atau lebih object tetapi berbeda dengan aggregation di mana object yang tergabung tidak didefinisikan sebagai property dari sebuah object. Umumnya association digambarkan dengan sebuah garis di antara class yang relevan. Gambar 2.4 Assocation Structure Untuk class dapat digambarkan dua jenis hubungan, yaitu generalization dan cluster. Berikut adalah penjelasannya: a. Generalization. Merupakan hubungan antara 2 atau lebih subclass dengan sebuah super class.

32 Gambar 2.5 Generalization Structure b. Cluster. Cluster menggambarkan hubungan sebuah kumpulan dari class yang saling berhubungan. Gambar 2.6 Cluster Structure 2.11.3 Behavior

33 Mathiassen (2000, p90) mengatakan bahwa, behavior merupakan sekumpulan dari event dalam urutan yang tidak teratur yang melibatkan sebuah object. Behavior perlu dibuat untuk semua class dan dapat dibuat dengan membuat event trace sebelumnya. Event Trace adalah urut-urutan event yang meliputi suatu object tertentu. Sedangkan Behavioral Pattern adalah penjelasan dari event trace untuk seluruh object dalam sebuah class, yang ditampilkan dalam bentuk State Chart Diagram. Statechart diagram menunjukkan state-state yang mungkin dijalankan oleh sebuah object dan bagaimana state object tersebut menjalankannya berubah sebagai hasil dari event-event yang mencapai object tersebut. Statechart diagram dibuat dengan langkah-langkah sebagai berikut (Whitten, 2004, p700): 1. Mengidentifikasi initial dan final state. 2. Mengidentifikasi status objek selama masa hidup objek tersebut. 3. Mengidentifikasi event pemicu perubahan status objek. 4. Mengidentifikasi jalur perubahan status.

34 Sumber: Mathiassen et al. (2000, p425) Gambar 2.7 Contoh Statechart Diagram 2.12 Application Domain Analysis Mathiassen (2000, p116) mengatakan bahwa, Application domain analysis bertujuan untuk mendefinisikan fungsi dan interface dari sistem. Aktivitas yang dilakukan dalam application domain analysis ini adalah aktivitas mendefinisikan usage, function dan interface. Sumber: Mathiassen (2000, p117) Gambar 2.8 Aktivitas Analisis Application Domain

35 2.12.1 Usage Mathiassen (2000, p119), mendefinisikan usage adalah untuk menentukan bagiamana aktor berinteraksi dengan sistem. Hasil dari usage adalah use case. Use case adalah suatu gambaran umum dari pola interaksi antara sistem dan actor. Actor adalah abstraksi dari user atau sistem lain yang berinteraksi dengan target sistem. Penggambaran hubungan antara actor dan use case dapat digambarkan lewat use case diagram ataupun dalam bentuk actor table. Sumber: Whitten (2004, p282) Gambar 2.9 Contoh Use Case Diagram

36 2.12.2 Function Mathiassen (2000, p138) berpendapat bahwa, Function didefinisikan untuk mengetahui apa yang dapat dilakukan sistem untuk membantu actor. Hasilnya adalah function list. Sebuah fungsi akan diaktifkan, dieksekusi dan akhirnya memberikan hasil, di mana eksekusi yang dilakukan terhadap fungsi dapat merubah perubahan di application domain dan application domain. Tipe tipe functions adalah : 1. Update Fungsi update diaktifkan oleh event problem domain dan menghasilkan perubahan status model. 2. Signal Fungsi signal diaktifkan oleh perubahan status model dan menghasilkan reaksi di dalam context. 3. Read Fungsi read diaktifkan oleh kebutuhan actor akan informasi dan menghasilkan tampilan model sistem yang relevan. 4. Compute Fungsi compute diaktifkan oleh kebutuhan actor akan informasi dan berisi perhitungan yang dilakukan baik oleh actor maupun oleh model. Hasilnya adalah tampilan dari hasil perhitungan yang dilakukan.

37 2.12.3 Interface Interface digunakan oleh actor untuk berinteraksi dengan sistem. Interface adalah suatu fasilitas yang membuat model dan function dapat berinteraksi dengan actor. Interface terdiri dari user interface dan system interface. Hasil dari aktivitas ini adalah pembuatan tampilan (form), navigation diagram dan lainnya. 2.12.4 Sequence Diagram Bennet (2006, p253) mengemukakan bahwa sequence diagram menunjukkan interaksi antar objek yang diatur berdasarkan urutan waktu. Sequence diagram dapat digambarkan dalam berbagai level of detail berbeda untuk memenuhi tujuan yang berbeda-beda dalam daur hidup pengembangan sistem. Aplikasi sequence diagram paling umum adalah untuk menggambarkan interaksi antar objek yang terjadi pada sebuah use case atau sebuah operation. Bennet (2006, pp253-254) menyatakan bahwa setiap sequence diagram harus diberikan frame yang memiliki heading dengan menggunakan notasi sd yang merupakan kependekan dari sequence diagram. Bennet (2006, p270) juga menyatakan bahwa terdapat beberapa notasi penulisan heading pada setiap frame yang terdapat dalam sequence diagram, antara lain: a. alt Notasi alt merupakan kependekan dari alternatives yang menyatakan bahwa terdapat beberapa buah alternatif jalur eksekusi untuk dijalankan.

38 b. opt Notasi opt merupakan kependekan dari optional dimana frame yang memiliki heading ini memiliki status pilihan yang akan dijalankan jika syarat tertentu dipenuhi. c. loop Notasi loop menyatakan bahwa operation yang terdapat dalam frame tersebut dijalankan secara berulang selama kondisi tertentu. d. break Notasi break mengindikasikan bahwa semua operation yang berada setelah frame tersebut tidak dijalankan. e. par Merupakan kependekan dari parallel yang mengindikasikan bahwa operation dalam frame tersebut dijalankan secara bersamaan. f. seq Notasi seq merupakan kependekan dari weak sequencing yang berarti operation berasal dari lifeline yang berbeda dapat terjadi pada urutan manapun. g. strict Notasi strict merupakan kependekan dari strict sequencing yang menyatakan bahwa operation harus dilakukan secara berurutan. h. neg Notasi neg merupakan kependekan dari negative yang mendeskripsikan operasi tidak valid.

39 i. critical Frame yang memiliki heading critical menyatakan bahwa operasi-operasi yang terdapat di dalamnya tidak memiliki sela kosong. j. ignore Notasi ini mengindikasikan bahwa tipe pesan atau parameter yang dikirimkan dapat diabaikan dalam interaksi. k. consider Consider menyatakan pesan mana yang harus dipertimbangkan dalam interaksi. l. assert Merupakan kependekan dari assertion yang menyatakan urutan pesan valid. m. ref Notasi ref merupakan kependekan dari refer yang menyatakan bahwa frame mereferensikan operation yang terdapat di dalamnya pada sebuah sequence diagram tertentu. 2.13 Architectural Design Mathiassen (2000, p173) berkata bahwa, Architectural Design bertujuan untuk membuat struktur dari sistem yang terkomputerisasi. Architectural Design terdiri dari 2 bagian yaitu Component Architecture dan Process Architecture. Component architecture adalah struktur sistem yang terdiri dari komponenkomponen yang saling berhubungan.

40 Process architecture adalah struktur sistem eksekusi yang terdiri dari proses yang interdependen. Aktivitas yang dilakukan dalam Architectural design adalah mendefinisikan criteria, components dan processes. Sumber: Mathiassen et al (2000, p176) Gambar 2.10 Aktivitas Architectural Design 2.13.1 Criteria Criteria adalah property yang diinginkan dari sebuah arsitektur (Mathiassem, 2000, p178). Ada 12 kriteria untuk desain yang baik, yakni kriteria klasik untuk kualitas software: Usable: Kemampuan beradaptasi sistem dalam organisasi, hubungan kerja dan secara teknik. Secure: Kemampuan untuk menanggulangi bahaya dari akses tak berwenang terhadap data dan fasilitas. Efficient: Eksploitasi secara ekonomi dari fasilitas teknik platform. Correct: Sistem dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang ada. Reliable: Sistem dapat memenuhi kebutuhan eksekusi fungsi-fungsi program.

41 Maintainable: Biaya yang digunakan untuk mengalokasikan dan memperbaiki kerusakan sistem. Testable: Biaya yang digunakan untuk meyakinkan bahwa sistem yang dikembangkan melakukan fungsi sesuai dengan yang diharapkan. Flexible: Biaya yang digunakan untuk memodifikasi sistem yang telah dikembangkan. Comprehensible: Usaha yang dibutuhkan agar user dapat memahami sistem dengan mudah. Reusable: Menggunakan bagian suatu sistem pada sistem lain yang berhubungan. Portable: Biaya untuk memudahkan sistem pada platform teknikal lainnya. Interoperatable: Biaya untuk merangkaikan sistem pada sistem lain. 2.13.2 Component Diagram Component diagram adalah diagram dengan tipe implementasi yang digunakan untuk secara grafis menggambarkan arsitektur fisik dari perangkat lunak sistem (Whitten, 2004, p667). Diagram komponen juga dapat juga digunakan untuk menggambarkan bagaimana kode pemrograman dibagi ke dalam komponen komponen dan untuk menggambarkan hubungan di antara komponen tersebut.

42 Sumber: Mathiassen et al. (2000, p201) Gambar 2.11 Contoh Component Diagram 2.13.3 Deployment Diagram Deployment Diagram merupakan diagram dengan tipe implementasi yang menggambarkan arsitektur fisik dari perangkat keras dan piranti lunak pada suatu system (Whitten, 2004, p668). Diagram ini menggambarkan komponen perangkat lunak, prosesor, dan peralatan yang membentuk arsitektur sistem.

43 :Client User Interface System Interface Function more clients Model :Server System Interface Sumber: Mathiassen et al. (2000, p217) Gambar 2.12 Contoh Deployment Diagram