BAB 2 LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
UNIVERSITAS BINA NUSANTARA SIMULASI KINEMATIKA ROBOT MOBIL DENGAN FUZZY LOGIC

Fuzzy Logic. Untuk merepresentasikan masalah yang mengandung ketidakpastian ke dalam suatu bahasa formal yang dipahami komputer digunakan fuzzy logic.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini berisi tentang teori mengenai permasalahan yang akan dibahas

BAB III PERANCANGAN Sistem Kontrol Robot. Gambar 3.1. Blok Diagram Sistem

Metode Fuzzy. Analisis Keputusan TIP FTP UB

Perancangan dan Implementasi Embedded Fuzzy Logic Controller Untuk Pengaturan Kestabilan Gerak Robot Segway Mini. Helmi Wiratran

Logika Fuzzy. Farah Zakiyah Rahmanti 2016

METODOLOGI PENELITIAN

Bab III TEORI DAN PENGONTOR BERBASIS LOGIKA FUZZI

IMPLEMENTASI FUZZY LOGIC CONTROLLER PADA ROBOT LINE FOLLOWER

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ci Crisp Logic. Crisp logic is concerned with absolutes-true or false, there is no in-between. Contoh:

Mahasiswa mampu memformulasikan permasalahan yang mengandung fakta dengan derajad ketidakpastian tertentu ke dalam pendekatan Sistem Fuzzy.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV KONSEP FUZZY LOGIC DAN PENERAPAN PADA SISTEM KONTROL. asing. Dalam pengalaman keseharian kita, permasalahan yang berkaitan dengan fuzzy

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penerapan Fuzzy Logic di Masyarakat

Crisp Logic. Crisp logic is concerned with absolutes-true or false, there is no in-between. Contoh:

Sebelumnya... Penalaran pada Sistem Pakar. Ketidakpastian dalam Sistem Pakar. Contoh forward chaining & backward chaining

Implementasi Metode Fuzzy Logic Controller Pada Kontrol Posisi Lengan Robot 1 DOF

Logika fuzzy pertama kali dikembangkan oleh Lotfi A. Zadeh melalui tulisannya pada tahun 1965 tentang teori himpunan fuzzy.

BAB I PENDAHULUAN. Mobile robot otonom adalah topik yang sangat menarik baik dalam penelitian

Sebelumnya... Penalaran pada Sistem Pakar. Ketidakpastian dalam Sistem Pakar. Contoh forward chaining & backward chaining

BAB 1 PENDAHULUAN. Logika fuzzy memberikan solusi praktis dan ekonomis untuk mengendalikan

LOGIKA FUZZY. Kelompok Rhio Bagus P Ishak Yusuf Martinus N Cendra Rossa Rahmat Adhi Chipty Zaimima

Sist Sis em t Fuzzy Fuzz Sistem Pakar

Penerapan Logika Fuzzy Pada Sistem Parkir Truk

Penerapan Metode Fuzzy Mamdani Pada Rem Otomatis Mobil Cerdas

PERANCANGAN KONTROLER LOGIKA FUZZY UNTUK TRACKING CONTROL PADA ROBOT SUMO

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

Logika Himpunan Fuzzy

BAB II DASAR TEORI 2.1. Metode Trial and Error

Logika fuzzy pertama kali dikembangkan oleh Lotfi A. Zadeh melalui tulisannya pada tahun 1965 tentang teori himpunan fuzzy.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

EKO TRI WASISTO Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2

BAB II LANDASAN TEORI. papernya yang monumental Fuzzy Set (Nasution, 2012). Dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI

IMPLEMENTASI LOGIKA FUZZY UNTUK MENGENDALIKAN PH DAN LEVEL AIR KOLAM RENANG

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam kondisi yang nyata, beberapa aspek dalam dunia nyata selalu atau biasanya

ALGORITMA FUZZY LOGIC DAN WALLFOLLOWER PADA SISTEM NAVIGASI ROBOT HEXAPOD BERBASIS MIKROKONTROLLER AVR

Praktikum sistem Pakar Fuzzy Expert System

IMPLEMENTASI SISTEM FUZZY UNTUK PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS BERDASARKAN KEPADATAN ARUS KENDARAAN

Analisis Pengaruh Pemilihan Fuzzy Membership Function Terhadap Output Sebuah Sistem Fuzzy Logic

FUZZY LOGIC CONTROL 1. LOGIKA FUZZY

Implementasi Sistem Navigasi Behavior Based Robotic dan Kontroler Fuzzy pada Manuver Robot Cerdas Pemadam Api

BAB II DASAR-DASAR FUZZY LOGIC

EVALUASI MEMBANGKITKAN FUNGSI KEANGGOTAAN PADA FUZZY MODEL MAMDANI. Rafiqa Dewi

Fuzzy Set Logika Fuzzy Fuzzy System

SISTEM INFERENSI FUZZY (METODE TSUKAMOTO) UNTUK PENENTUAN KEBUTUHAN KALORI HARIAN OLEH

JOBSHEET SISTEM CERDAS REASONING 2. Fuzzifikasi

SISTEM PENYIRAM TANAMAN JAGUNG PADA TANAH TANDUS BERBASIS FUZZY LOGIC

DT-51 Application Note

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

SISTEM CERDAS LATIHAN FUZZY LOGIC Dr. Fatchul Arifin, ST., MT. Phone:

Desain dan Implementasi Kendali Cerdas untuk Robot Quadpod (Berkaki Empat) Studi Kasus Robot Pemadam Api (RPA)

LOGIKA FUZZY. Dr. Ade Gafar Abdullah JPTE-UPI

Perancangan Kontroler Fuzzy untuk Tracking Control Robot Soccer

Kontrol Penjejak Pada Robot Pemadam Api Menggunakan Sistem Pengindera Api Dan Posisi Jarak Dengan Metode Fuzzy Logic

SISTEM PAKAR MENGGUNAKAN MESIN INFERENSI FUZZY. Wilis Kaswidjanti. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Robot dapat didefenisikan sebagai mesin yang terlihat seperti manusia dan

Rancang Bangun Sistem Pendingin Mesin Mobil Menggunakan Pengendali Logika Fuzzy

Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh November 2013

IMPLEMENTASI FUZZY LOGIC CONTROLLER PADA SISTEM PENGEREMAN KERETA API

Pengaturan Air Cooler untuk Ruangan menggunakan Logika Fuzzy

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN HANDPHONE BERDASARKAN KEBUTUHAN KONSUMEN MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY. Abstraksi

Elin Haerani. Kata Kunci : Defuzzifikasi, COA (center of area), bisektor, MOM (mean of maximum) LOM

SIMULASI SISTEM UNTUK PENGONTROLAN LAMPU DAN AIR CONDITIONER DENGAN MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY

Implementasi Fuzzy Logic Untuk Mengatur Banyak Air Pada Tanaman Mawar Berdasarkan Suhu Dan Kelembaban

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Kata kunci: Sistem pendukung keputusan metode Sugeno, tingkat kepribadian siswa

Grafik hubungan antara Jarak (cm) terhadap Data pengukuran (cm) y = 0.950x Data pengukuran (cm) Gambar 9 Grafik fungsi persamaan gradien

SIMULASI PENGENDALIAN KECEPATAN MOBIL OTOMATIS MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY DAN ALGORITMA GENETIKA

IMPLEMENTASI SISTEM GERAK HOLONOMIC PADA ROBOT KRSBI BERODA 2017 IMPLEMENTATION OF HOLONOMIC MOTION IN INDONESIAN SOCCER WHEELED ROBOT CONTEST 2017

Jika kecepatan mobil adalah : 50 km/jam dan jaraknya adalah 0,75 m berapa posisi pedal yang harus di injak? Denganketentuan aturan sebagai berikut :

RANCANG BANGUN KONTROL SUHU AIR PADA PROTOTIPE PEMANAS AIR MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Erwien Tjipta Wijaya, ST.,M.Kom

Fuzzy Rule Decomposition. Prof. Dr. Sardi Sar Dr. Ir. Wahidin Wahab M.Sc.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISA SISTEM PENILAIAN TINGKAT KUALITAS PENGAJAR MENGGUNAKANLOGIKA FUZZY MAMDANI (STUDI KASUS PADA POLIBAN)

BAB III PERANCANGAN SIMULASI. 3.1 Perancangan Sistem Parkir Mobil Seri Otomatis

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Tahap Sistem Pakar Berbasis Fuzzy

SIMULASI MENENTUKAN WAKTU MEMASAK BUAH KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN FUZZY MAMDANI

RANCANG BANGUN PROTOTYPE SISTEM PENGIDENTIFIKASI MANUVER KENDARAAN RODA EMPAT PADA PERANGKAT MOBILE DENGAN LOGIKA FUZZY DAN KLASIFIKASI NAIVE BAYESIAN

H ndry r Kh K oswa w nto

DAFTAR ISI. Halaman Judul... i. Lembar Pengesahan Pembimbing... ii. Lembar Pernyataan Keaslian...iii. Lembar Pengesahan Pengujian...

PERANCANGAN SISTEM KENDALI PADA MICROHIDRO DENGAN FUZZY LOGIC CONTROLLER

IMPLEMENTASI METODE LOGIKA FUZZY PADA KONTROL KESEIMBANGAN ROBOT MOBIL BERODA DUA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. HALAMAN PERNYATAAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. MOTO DAN PERSEMBAHAN... v. DAFTAR ISI...

BAB 2 LANDASAN TEORI

Definisi LOGIKA FUZZY. Himpunan Fuzzy. Himpunan Fuzzy(contd) 3/13/2012. Budi Rudianto

Fuzzy Inference System untuk Mengurangi Kemacetan di Perempatan Jalan

BAB 2 LANDASAN TEORI

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) REPRESENTASI EMOSI MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY PADA PERMAINAN BONNY S TOOTH BOOTH

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam hidup sehari-hari, banyak hal-hal yang saling berpasangan, seperti hitam

Transkripsi:

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Robot Istilah robot berasal dari kata robota (bahasa Czech) yang berarti kerja. Kamus besar Webster memberikan definisi mengenai robot, yaitu sebuah peralatan otomatis yang melakukan pekerjaan seperti yang dilakukan oleh manusia. Robot Institute of America memberikan definisi robot adalah Manipulator dengan fungsi ganda dan dapat diprogram kembali, didesain untuk dapat memindahkan komponen, peralatan-peralatan khusus melalui pergerakan yang diprogram agar dapat melakukan berbagai kegiatan (Schllusel, 1985). Robot adalah sebuah alat yang dapat diprogram kembali, dibuat untuk memanipulasi dan memindahkan komponen, peralatan dengan cara pergerakan yang diprogram untuk tugas-tugas tertentu (Koren,1985). Service Robot (Robot Layanan) merupakan suatu robot yang digunakan untuk membantu atau melayani manusia dalam kehidupan sehari-hari. Singkatnya Robot adalah manipulator serba guna yang dapat diprogram kembali, mempunyai eksternal sensor dan dapat melakukan berbagai tugas untuk membantu tugas manusia. 2.1.1 Klasifikasi Umum dari Robot Berdasarkan sifat mobilitasnya, robot dapat diklasifikasikan kedalam 2 bagian besar, yaitu: 7

8 a. Fixed robot, robot yang memiliki ruang kerja (spatial space) yang terbatas, dimana bagian dasarnya (base) dilekatkan pada sebuah benda tetap seperti panel atau meja. b. Mobile robot, robot yang memiliki ruang kerja (spatial space) yang cukup luas, dimana bagian dasarnya pada sebuah alat gerak seperti roda/ban atau kaki. Beberapa macam mobile robot antara lain : - Wheeled robot (robot beroda), robot yang bergerak dengan menggunakan perputaran roda/ban. - Walking/legged robot (robot berkaki), robot yang bergerak dengan menggunakan kaki dalam perpindahannya. Pembahasan lebih lanjut akan berfokus pada jenis robot mobil dengan alat gerak roda (wheeled robot), khususnya tipe differential drive. Untuk tipe fixed robot dan legged robot tidak akan dibahas lebih lanjut. Di bawah ini adalah beberapa contoh gambar robot : Gambar 2.1 Fixed Robot

9 Gambar 2.2 Robot Beroda (http://robots.mit.edu/people/karl/spie_00.pdf) (http://www.frc.ri.cmu.edu/~alonzo/course/course.html) Gambar 2.3 Robot Berkaki (http://www.honda-robots.com/index_ns.html) (http://www.frc.ri.cmu.edu/~alonzo/course/course.html) 2.1.2 Robot Mobil Beroda Beberapa jenis robot mobil beroda adalah differential drive, omni directional, syncho drive. Jenis differential drive akan digunakan untuk

10 simulasi kinematika robot mobil karena jenis ini lebih mudah digunakan dan telah banyak diimplementasikan robot mobil. Robot mobil yang menggunakan roda ada yang bersifat holonomic dan non-holonomic, robot mobil yang akan disimulasikan menggunakan roda yang bersifat non-holonomic, yaitu masing-masing roda kiri dan roda kanan dapat bergerak bebas. Contoh aplikasi yang menggunakan model ini adalah kursi roda. Perbedaan antara holonomic dengan non-holonomic adalah pada sistem holonomic kembali ke posisi awal berarti kembali ke posisi sistem semula, sedangkan pada sistem non-holonomic kembali ke posisi awal roda tidak berarti kembali ke posisi sistem semula. Seperti terlihat pada gambar 2.4. Gambar 2.4 Pergerakan Roda pada Kinematika Non-holonomic

11 2.1.3 Differential Drive Differential Drive adalah suatu sistem penggerak beroda dua dengan aktuator yang independen untuk masing-masing roda. Roda penggerak biasanya terletak pada masing-masing sisi samping robot. Robot yang menggunakan dua roda membutuhkan suatu alat tambahan sehingga robot dapat menyeimbangkan diri, biasanya menggunakan roda pendukung yang diletakkan di depan atau di belakang robot, seperti terlihat pada gambar 2.5 robot yang menggunakan tipe differential drive dengan menggunakan roda pendukung di belakang. Penambahan roda ini diharapkan tidak menggangu pergerakan robot mobil sehingga roda pendukung ini ukurannya harus lebih kecil dari roda penggerak dan bergerak bebas pada axis vertikal. Gambar 2.5 Robot Differential Drive (http://www.isr.ist.utl.pt/~mir/cadeiras/robmovel/kinematics.pdf)

12 2.2 Navigasi Robot Mobil Proses yang digunakan oleh robot mobil untuk bergerak dari posisi awal ke posisi tujuan dengan memperhatikan initial frame. Modelisasi Perception Sensor Info Main Path Trajectory Control Vector Mission Path Generation Navigator Local Navigator Actuator Gambar 2.6 Diagram Blok Navigasi Robot Mobil (Gernot Kroneif and Probst, 1997) Gambar 2.6 di atas merupakan blok diagram navigasi robot mobil, robot menggunakan sensor sebagai input bagi robot untuk mengenali lingkungan sekitarnya melalui perception. Pada perception terdapat sensor interpretasi dan sensor integrasi yang digunakan oleh robot mobil untuk melihat keadaan sekitar selama perjalanan dari posisi awal ke posisi tujuan sehingga robot mobil dapat mengetahui bila ada rintangan atau halangan di depannya. Untuk dapat mencapai posisi tujuan yang diinginkan harus dibuat path planning (denah) dan misi apa yang harus dilakukan oleh

13 robot mobil sehingga robot mobil tidak menabrak rintangan atau halangan yang ada disekitarnya dan mencapai tujuan yang diinginkan. Selama perjalanan perlu dilakukan pengawasan terhadap robot mobil melalui navigasi yang telah dibuat, sehingga dapat mengetahui apakah robot mobil mengikuti path dengan benar atau tidak. Aktuator digunakan untuk menggerakkan robot mobil sehingga dapat berjalan dan robot mobil dapat dikendalikan atau dikontrol sehingga mengikuti path yang diberikan oleh user. Dibawah ini adalah gambar 2.7 simulasi proses perjalanan robot mobil dengan menggunakan logika fuzzy sebagai navigasi sehingga robot mobil dapat mencapai tujuan yang diinginkan dengan cara menghindari halangan yang ada di depannya. Gambar 2.7 Simulasi Robot Mobil Menggunakan Logika Fuzzy (http://www.ica.ele.puc-rio.br/publicacoes/download/cnf_0113.pdf)

14 2.3 Kinematika Robot Mobil Kinematika adalah ilmu yang mempelajari pergerakan tanpa memperhitungkan gaya yang menyebabkan pergerakan tersebut. Kinematika robot mobil adalah ilmu yang mempelajari pergerakan robot mobil tanpa memperhitungkan gaya yang menyebabkan pergerakan robot mobil. yb Xm Ym y P X Xb Gambar 2.8 Kinematika Robot Mobil {Yb, Xb} adalah base frame, merupakan sumbu kartesian yang mempresentasikan ruangan dalam robot. [Ym, Xm] adalah moving frame, merupakan sumbu kartesian yang mempresentasikan robot terhadap ruangan. θ adalah sudut moving robot mobil terhadap ruangan. P adalah titik pusat robot mobil

15 2.3.1 Persamaan Kinematika Differential Drive Persamaan 2.1, 2.2, 2.3 dan 2.4 adalah persamaan kinematika nonholonomic dimana hubungan antara perputaran roda dan posisi/orientasi pada base (http://www.nd.edu/ndinfo/research/sskaar/ KinematicEquations.html). Gambar 2.9a Jarak Antara 2 Roda Gambar 2.9b Sudut Roda Gambar 2.10 Jarak dan Sudut Antara 2 Roda dengan Kecepatan Berbeda s = R( θ1 + θ 2 ) (2.1) 2 Jika Φ mendekati 0 maka tg Φ = Φ, φ R( θ ) 1 θ 2..(2.2) 2b X s cosφ (2.3) Y s sinφ.(2.4) dimana : θ 1 = lintasan angular roda 1 θ 2 = lintasan angular roda 2

16 2R = diameter roda 2b = jarak antara roda 1 dan roda 2 X = sumbu x Y = sumbu y Terdapat dua permasalahan dalam kinematika yaitu Forward kinematics dan Inverse kinematics [Lee, Fu, Gonzalez, 1987]. 2.3.2 Forward Kinematics Forward kinematics berhubungan dengan mencari solusi untuk mendapatkan posisi dan orientasi dari robot dimana sudah diketahui titik awal posisi robot dan nilai-nilai θ L dan θ R yang akan dijalankan sehingga dapat dicari titik akhir posisi robot akan berhenti. Forward Kinematics Input (X 0, Y 0, φ 0 dan X 1, Y 1, φ 1 ) Inverse Kinematics Output ( θ L dan θ R ) Gambar 2.11 Diagram Blok Hubungan Inverse Kinematics dan Forward Kinematics Dari Gambar 2.11 dapat dilihat hubungan antara inverse kinematics dan forward kinematics, output dari inverse kinematics dapat digunakan

17 untuk membuktikan kebenaran solusinya yaitu dengan memberikan output inverse kinematics menjadi masukan untuk forward kinematics. 2.3.3 Inverse Kinematics Proses Inverse kinematics digunakan untuk mencari nilai perputaran roda kiri dan kanan (θ L dan θ R ) dari robot mobil, untuk mencapai posisi dan orientasi yang diinginkan. Nilai perputaran roda kiri dan kanan (θ L dan θ R ) didapat dengan menggunakan metode fuzzy, artinya θ L dan θ R merupakan output dari fuzzy (. θ L dan. θ R ) yang dikalikan dengan waktu sampling. Metode fuzzy ini akan dijelaskan pada subbab 2.4. 2.4 Fuzzy Logic Logika fuzzy pertama kali diperkenalkan oleh Profesor Lotfi Zadeh dari Universitas California di Berkeley pada tahun 1962. Logika fuzzy merupakan suatu teori himpunan logika yang dikembangkan untuk mengatasi konsep nilai yang terdapat diantara kebenaran (truth) dan kesalahan (false). Dengan menggunakan logika fuzzy nilai yang dihasilkan bukan hanya ya (1) atau tidak (0) tetapi seluruh kemungkinan diantara 0 dan 1. 2.4.1 Konsep Fuzzy Logic 2.4.1.1 Perbedaan Antara Himpunan Crips dan Himpunan Fuzzy Untuk membedakan antara himpunan klasik (himpunan crips) dan himpunan fuzzy diberikan beberapa contoh dibawah ini : 1. Himpunan Mahasiswi Cantik di Universitas Bina Nusantara Jurusan Sistem Komputer

18 a. Himpunan Crips A = { Dewi, Florentina, Tina, Luvita } Keanggotaan Dewi, Florentina, Tina dan Luvita adalah 1, sedangkan keanggotaan mahasiswi yang lain adalah 0. b. Himpunan Fuzzy B = { ( Dewi,0.6), ( Florentina,0.7), (Tina,0.8), (Luvita,0.9) } Angka 0.6 0.9 menunjukkan tingkat keanggotaan (degree of membership). 2. Expresi Usia Dewasa µ µ 1 Crips Dewasa 1 Crips Dewasa 0 35 45 55 usia 0 35 45 55 usia Gambar 2.12a Crips Dewasa Non Fuzzy Gambar 2.12b Crips Dewasa Fuzzy Pada Himpunan Crips gambar 2.12a di atas dapat dilihat bahwa orang yang usianya 34,5 tahun tidak termasuk dalam anggota himpunan usia dewasa tetapi masuk dalam himpunan anggota usia muda, hal ini terasa tidak natural karena perbedaannya kecil sekali dengan orang yang usianya 35 tahun. Dengan menggunakan konsep fuzzy usia ini dihubungkan dengan tingkat keanggotaan sehingga lebih natural dan sesuai dengan cara berpikir manusia (gambar 2.12b).

19 2.4.1.2 Membership Function ( Fungsi Keanggotaan ) Fungsi Keanggotaan menghubungkan suatu elemen x pada suatu himpunan dengan tingkat keanggotaannya. Gambar 2.13 dibawah adalah model fungsi keanggotaan (sumber : http://faculty.petra.ac.id/resmana/private/fuzzy), beberapa istilah dari gambar tersebut adalah : LABEL : Menentukan nama deskripsi untuk mengindentifikasi himpunan fuzzy UNIVERSE Of DISCOURSE : Merupakan jarak semua nilai kemungkinan yang akan digunakan dalam variabel sistem. SCOPE/DOMAIN : merupakan lebar dari fungsi keanggotaan. CRIPS INPUT : digunakan untuk menghasilkan fuzzy input, contoh: suhu, kecepatan. DEGREE Of MEMBERSHIP (derajat keanggotaan) : merupakan nilai yang berkisar antara 0 sampai 1. Gambar 2.13 Fungsi Keanggotaan

20 Triangular Trapezoidal Singleton Gambar 2.14 Bentuk-bentuk Fungsi Keanggotaan Gambar 2.14 di atas adalah beberapa bentuk dari fungsi keanggotaan antara lain Triangular, Trapezoidal, Singleton, selain itu juga ada bentuk bell, haversine, exponential. Bentuk Triangular dan Trapezoidal biasanya yang paling banyak digunakan sebagai fungsi keanggotaan untuk fuzzy input sedangkan untuk fuzzy output biasanya digunakan bentuk Singleton karena bentuk ini mudah untuk direpresentasikan di komputer dan algoritma defuzzifikasinya lebih mudah. 2.4.1.3 Operasi Himpunan Fuzzy Beberapa operasi himpunan fuzzy yang digunakan untuk menentukan tingkat derajat keanggotaan, antara lain : a. Operasi Union Union dari himpunan fuzzy A dan himpunan fuzzy B adalah himpunan fuzzy AUB, dengan fungsi keanggotaan : µ A B (x) = max [µ A (x). µ B (x)] untuk setiap x X Derajat keanggotaan setiap himpunan fuzzy AUB adalah derajat keanggotaannya pada himpunan fuzzy A atau B yang memiliki nilai lebih besar.

21 Gambar 2.15 Operasi Union c. Operasi Intersection Intersection dari himpunan fuzzy A dan himpunan fuzzy B adalah himpunan fuzzy A B, dengan fungsi keanggotaan : µ A B (x) = min [µ A (x). µ B (x)] untuk setiap x X Derajat keanggotaan setiap himpunan fuzzy A B adalah derajat keanggotaannya pada himpunan fuzzy A atau B yang memiliki nilai lebih kecil. Gambar 2.16 Operasi Intersection

22 d. Operasi Complement Complement dari fuzzy set A adalah A c dengan fungsi keanggotaan : µ A c (x) = 1- µa (x) untuk setiap x X Gambar 2.17 Operasi Complement e. Set Inclusion Himpunan fuzzy A dan B dikatakan sama (equal) (A=B) jika dan hanya jika µ A (x) = µ B (x) untuk setiap x X Himpunan Fuzzy A merupakan propersubset dari fuzzy set B (A B) jika dan hanya jika : µ A (x) µ B (x) untuk setiap x X

23 2.4.2 Fuzzy Logic Controller (FLC) Fuzzy Logic Controller digunakan untuk melakukan pengontrolan terhadap suatu alat atau sistem. Cara kerja Fuzzy Logic Controller adalah seperti pola pikir manusia, FLC akan membuat keputusan berdasarkan fuzzy rules (aturan fuzzy) yang dibuat dengan menggunakan syntax : If antecedent 1 AND antecedent 2 THEN Consequent 1 AND consequent 2 AND merupakan salah satu operasi logika yang dipakai dalam operasi logika fuzzy, Antecedent merupakan bentuk dari variabel input = label, contoh : temperature = hot. Consequent merupakan bentuk dari variabel output = label, contoh : watering duration = long. Gambar 2.18 merupakan blok diagram yang digunakan untuk merancang suatu Fuzzy Logic Controller. Gambar 2.18 Fuzzy Logic Controller

24 Dari gambar 2.18 di atas terdapat tiga step untuk membuat fuzzy logic controller antara lain : Step 1 Fuzzification (Fuzzifikasi) : Meliputi pengambilan nilai crips input yang kemudian dengan fungsi keanggotaan menghasilkan fuzzy input. Step 2 Rule evaluation (Penggunaan aturan logika) : Pada tahap ini fuzzy input dibandingkan dengan aturan-aturan yang telah dibuat dan akan menghasilkan fuzzy output. Step 3 Defuzzification (Defuzzifikasi) : Tahap terakhir ini akan melakukan perubahan hasil fuzzy output menjadi crisp output. Untuk dapat lebih mengerti cara kerja setiap step di atas, berikut adalah contoh sederhana bagaimana menggunakan Fuzzy Logic Controller. Sistem penyiram rumput, langkah pertama adalah menentukan fungsi keanggotaan dengan menggunakan 2 crips input yaitu out door temperature dan soil moisture. Sedangkan untuk crips outputnya adalah watering duration. Gambar 2.19 Fungsi Keanggotaan dari Input Out Door Temperature

25 Gambar 2.20 Fungsi Keanggotaan dari Input Soil Moisture Gambar 2.21 Fungsi Keanggotaan untuk Output Watering Duration Tabel 2.1 Label Dan Domain LABEL Cold Cool Normal Warm Hot DOMAIN 30 o F 47 o F 40 o F 70 o F 60 o F 84 o F 75 o F 98 o F 90 o F 110 o F Tabel 2.1 merupakan nama label dan domain untuk Fungsi Keanggotaan dari input out door temperature, sehingga dapat dilihat pada gambar 2.19 fungsi keanggotaannya.

26 Langkah kedua adalah menentukan aturan fuzzy, aturan fuzzy menggunakan logika IF-THEN. Beberapa aturan yang dibuat berdasarkan gambar 2.22 dibawah adalah IF temperature is hot AND soil is dry THEN watering duration is long, IF temperature is cold AND soil is wet THEN watering duration is short. Rule yang dibuat dapat direpresentasikan dalam bentuk tabel, sehingga mudah untuk membacanya. Untuk lebih lengkapnya aturan yang dapat dibuat dapat dilihat pada gambar 2.22. Gambar 2.22 Rule (Aturan) Sistem Penyiram Rumput Gambar 2.23 Fungsi Keanggotaan pada Air Temperature dan Soil Moisture Untuk input air temparature pada 92 o, pada gambar 2.23 dapat dilihat nilai keanggotaan untuk warm 0.2 dan hot 0.46. Sedangkan untuk input soil moisture pada 11%, nilai keanggotaan untuk dry 0.25 dan Moist 0.75. Dengan

27 menggunakan operasi AND (intersection), dapat ditentukan rule strength (kekuatan aturan) untuk setiap aturan : IF temperature is hot (0.46) AND soil is dry (0.25) THEN watering duration is long (rule strength 0.25) IF temperature is warm (0.2) AND soil is moist (0.75) THEN watering duration is medium ( rule strength 0.2) IF temperature is warm (0.2 ) AND soil is dry (0.25) THEN watering duration is long (rule strength 0.2) IF temperature is hot (0.46) AND soil is moist (0.75) THEN watering duration is medium (rule strength 0.46) Langkah ketiga adalah defuzzifikasi, untuk mendapatkan crips output biasanya mengunakan teknik Center of Gravity (COG). Untuk contoh sistem penyiram rumput dengan temperature 92 o F dan Soil moisture 11% didapat rule strength yang terbesar adalah 0.25 dan 0.46, sehingga dapat digambarkan fungsi keanggotaan outputnya seperti pada gambar 2.24. Gambar 2.24 Fungsi Keanggotaan Output

28 Dengan menggunakan teknik Center of Gravity (COG), sehingga fungsi keanggotannya seperti gambar 2.25, dengan mencari balancing point dari Center of Gravity didapat crips output untuk watering duration adalah 38 menit. Gambar 2.25 Crips Output untuk Watering Duration Rumus mencari crips output menggunakan Center of Gravity, yaitu : Center of Gravity dapat juga digunakan untuk fungsi keanggotaan dengan ouput tipe singleton seperti gambar 2.26 dibawah :

29 Gambar 2.26 Crips Output Tipe Singleton Untuk menghitung besarnya Center of Gravity dengan menggunakan rumus :