BAB I PENDAHULUAN. mencapai laba yang maksimal. Maka, manajemen perusahaan dituntut untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bisnis yang semakin kompetitif ini, tantangan yang dihadapi oleh organisasi baik yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mampu menghasilkan produk yang bermutu, dan cost effective (Srimindarti, memberikan kepuasan terus menerus kepada pelanggan.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dengan perusahaan lain. Persaingan yang bersifat global dan tajam

BAB I PENDAHULUAN. di Bekasi, pada awalnya berdiri adalah sebuah lembaga keuangan dengan nama BPR

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk menempuh langkah-langkah strategik dalam bersaing pada kondisi

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam hal persaingan, produksi, pemasaran, pengelolaan sumber

ALTERNATIF PENERAPAN BALANCED SCORECARD SEBAGAI PENILAIAN KINERJA PEMBERI LAYANAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana pencapaian perusahaan. Selama ini yang umum dipergunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin kompetitif merupakan tantangan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pada tolak ukur keuangannya saja. pengukuran kinerja yang hanya berdasar pada tolak ukur keuangan sudah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini mengalami perubahan lingkungan yang sangat cepat.

KESIMPULAN DAN SARAN 1 BAB I PENDAHULUAN. semakin ketat. Kondisi ini memacu dunia usaha untuk lebih peduli terhadap strategi

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE BALANCED SCORECARD (Studi Kasus Pada PT. BHANDA GHARA REKSA KANTOR PUSAT JAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai bisnis, dewasa ini kita dapat merasakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Kondisi ini memicu perusahaan-perusahaan untuk terus

PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN DENGAN KONSEP BALANCED SCORECARD

Farah Esa B

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya era pasar bebas membawa dampak persaingan bisnis yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pelanggan. Salah satu bisnis yang berkembang di perkotaan adalah retail. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan-perusahaan menghadapi lingkungan bisnis yang semakin kompleks

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan produktivitas serta pencapaian visi dan misi perusahaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi seperti sekarang ini, tidak dapat dipungkiri bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. menggunakan Balanced Scorecard. Penilaian kinerja memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan baik jasa, dagang maupun industri selalu berusaha mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terjadinya penciutan laba yang diperoleh perusahaan-perusahaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat memberikan gambaran yang riil mengenai keadaan perusahaan. Oleh karena

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengukuran kinerja telah menjadi topik yang menarik di banyak negara maju.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi organisasi bisnis.

BAB I PENDAHULUAN. bisnis, pengukuran kinerja merupakan usaha yang dilakukan pihak manajemen untuk

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi persaingan bisnis yang sangat kompetitif, kinerja

BAB I PENDAHULUAN. layanannya dalam mencapai customer value (nilai pelanggan) yang paling tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lingkungan perusahaan yang semakin kuat pada era globalisasi ini membuat

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang semakin tidak menentu, khususnya perbankan yang termasuk

BAB II LANDASAN TEORI. dicapai pada suatu periode tertentu dan mengukur seberapa jauh terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan pengukuran dari aspek keuangan, kurang memperhatikan. pengukuran tersebut dengan strategi badan usaha.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha yang semakin melesat cepat sekarang ini, ikut UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan dalam menerapkan tujuan organisasi adalah dambaan bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya. Untuk berhasil dan tumbuh dalam

BAB I PENDAHULUAN. strategi yang dijalankan. Bahkan perusahaan-perusahaan terus berupaya

BAB 1 PENDAHULUAN. hambatan dikarenakan tidak adanya batasan antar negara. dasarnya memiliki tujuan yang sama yakni memperoleh laba (Profit oriented),

Analisis Balanced Scorecard Sebagai Alat Pengukuran Kinerja Perusahaan Pada PT. Taspen (Persero) Kcu Bandung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian kinerja menurut Hansen dan Mowen (2006:6), Tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai suatu organisasi pasti mempunyai tujuan yang ingin

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad informasi saat ini, kita dihadapkan pada semakin ketatnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan perekonomian dan dunia usaha akhir ini yang disertai

Persaingan bisnis yang ketat di era pasar bebas sekarang ini memaksa. perusabaan-perusabaan untuk menyesuaikan diri dalam menghadapi pesaingpesaing

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. apakah bank tersebut berada dalam keadaan baik (sehat) atau mungkin dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. harta yang berharga bagi perusahaan (Intangible Assets) serta berguna untuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk organisasi sangat diperlukan agar suatu organisasi mampu bersaing dan

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tujuan perusahaan adalah dengan perencanaan strategik. Perencanaan strategik membantu perusahaan dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam perumusan skema strategis (strategic planning) suatu organisasi (Wibowo,

BAB 1 PENDAHULUAN. Kinerja merupakan suatu usaha memetakan strategi ke dalam tindakan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Melihat perkembangan yang saat ini terjadi dimana era globalisasi telah menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini, dunia bisnis dirasa semakin berkembang pesat dan kian mendunia.

BAB I PENDAHULUAN. cermat dan bijaksana dalam merancang dan mengimplementasikan berbagai strategi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Penilaian kinerja merupakan proses pengukuran organisasi dalam

BAB I PENDAHULUAN. rupa sehingga agar dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Air adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun industri lainnya. Hal ini disebabkan oleh karena adanya perkembangan pesat

BALANCED SCORECARD SEBAGAI ALAT PENGUKURAN KINERJA PADA PT. BANK MANDIRI (PERSERO), TBK CABANG MAKASSAR SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia bahwa Sampai dengan September ini konsumsi semen di

BAB I PENDAHULUAN. maka perusahaan akan mampu bersaing dan berkembang dengan baik. perusahaan sebagai alat untuk mengevaluasi pada periode yang lalu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Aktivitas bisnis pada era pasar persaingan sempurna saat ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. produk dari dalam negeri ke pasar internasional akan terbuka secara kompetitif, dan

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan utama yang dihadapi oleh perusahaan pada saat ini adalah menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi secara efektif dan efisien serta tetap memiliki usaha bisnis yang

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien sehingga visi perusahaan dapat tercapai. Sebagai konsekuensi

BAB I PENDAHULUAN. penguatan struktur perusahaan dalam rangka memenangkan persaingan. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. sumber, yakni informasi finansial dan informasi nonfinansial. Informasi finansial

BAB I PENDAHULUAN. tuntut untuk menempuh langkah-langkah yang strategik dalam kondisi apapun. Selain

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengadopsi Total Quality Management (TQM) kerena TQM membutuhkan usaha

Adapun perspektif-perspektif yang ada di dalam BSC adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk kepentingan jangka panjang. Jika perusahaan tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Air merupakan sumber kehidupan bagi makhluk hidup di dunia ini termasuk

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dalam rangka memenangkan persaingan. Perusahaan juga

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dunia bisnis telah memasuki era persaingan bebas, di mana persaingan tidak lagi

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan kebutuhan pokok bagi makhluk hidup di dunia ini termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan, perubahan dan ketidakpastian akan semakin meramaikan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar organisasi mengukur kinerjanya dengan menitik beratkan

Taryana Suryana. M.Kom

BAB 1 PENDAHULUAN. ditunjukkan banyak sekolah swasta yang terakreditasi A. Para pelanggan (orang

BAB I PENDAHULUAN. konsumen, dimana mereka sadar biaya (cost conscious) dan sadar nilai (value

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi ini, keberhasilan dan kegagalan suatu perusahan tidak dapat diukur

SKRIPSI. ANALISIS PENERAPAN BALANCED SCORECARD (Studi Kasus pada PT. Telkom Divisi Consumer Service Barat )

BAB I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang terjadi sekarang ini tampak demikian pesat. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan bisnis. Persaingan bisnis semakin tajam dan beragam. Pada dunia era informasi,

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnis yang ada berubah dari persaingan teknologi atau industrial

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memasuki lingkungan bisnis yang semakin kompetitif, manajemen. mampu bersaing dan berkembang dengan baik.

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memasuki lingkungan bisnis yang kompetitif, manajemen

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Republik Indonesia Nomor: 35.3/Per/M.KUKM/X/2007. Unit Jasa

BAB 1 PENDAHULUAN. cepatnya terjadi perubahan pada lingkungan usaha.perubahan yang sangat cepat, yang

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan lingkungan bisnis yang cepat menciptakan suatu kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Tujuan ini menentukan ke arah mana suatu perusahaan atau

BAB III RERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Dewasa ini penyelenggaraan pelayanan publik masih dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. termasuk manusia. Tanpa air, manusia akan mengalami kesulitan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian sesuai dengan selera konsumen pelanggan Hansen

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam kondisi persaingan yang terus meningkat pada masa sekarang ini, untuk mencapai tujuan perusahaan menciptakan kinerja yang unggul dan mencapai laba yang maksimal. Maka, manajemen perusahaan dituntut untuk dapat mengelola sumber daya yang dimilikinya dengan lebih efektif dan efisien serta dapat menghasilkan keputusan yang menunjang terhadap pencapaian tujuan perusahaan. Lesley dan Malcolm dalam bukunya yang berjudul Implementing TQM (Menerapkan Manajemen Mutu Terpadu) (1996: ix), menyatakan bahwa : Kesuksesan sebuah bisnis terletak pada bagaimana melaksanakan penjualan yang menguntungkan kepada pelanggannya. Sebuah bisnis hanya dapat bertahan dengan bantuan unsur pelanggan-pelanggan yang telah dimilikinya dan menarik pelanggan-pelanggan baru, bila perusahaan itu dapat menghasilkan keluaran (apakah itu produk atau jasa) yang sesuai dengan tuntutan para pelanggannya. Deming (dalam Lena Ellitan, 2008: 285) menekankan bahwa: kepuasan pelanggan merupakan inti dalam roda TQM. Kepuasan pelanggan merupakan fokus dalam TQM. Untuk mencapai kepuasan pelanggan, diperlukan perbaikan berkelanjutan dan keterlibatan tenaga kerja dalam setiap proses kegiatan organisasi. Tanpa kedua kegiatan tersebut, keinginan memberikan kepuasan kepada pelanggan akan sulit tercapai. Flynn (dalam Hessel Nogi, 2003: 71), mengemukakan bahwa: TQM adalah model 1

2 pengelolaan perusahaan yang dapat mendorong perusahaan tetap survive dan sekaligus mampu menjadi salah satu pemenang dalam persaingan global. J Paul Peter dan James H (dalam Wibowo, 2007: 284) menyatakan bahwa: Total Quality Management merupakan komitmen organisasi untuk memuaskan pelanggan dengan secara berkelanjutan memperbaiki setiap proses bisnis yang terkait dengan penyampaian barang atau jasa. Implementasi TQM dalam setiap aktivitas perusahan merupakan suatu bentuk strategi operasi untuk mencapai keunggulan kompetitif melalui peningkatan kualitas produk hingga kualitas manajemen secara menyeluruh. Kualitas produk yang dimaksud meliputi input, proses maupun output yang dihasilkan perusahaan baik berupa barang maupun jasa. Untuk meningkatkan mutu produk dan layanan yang dihasilkan perusahaan perlu melaksanakan control kualitas untuk menjamin kualitas bahan baku, proses produksi serta produk jadi sesuai dengan standar yang diisyaratkan, kualitas dapat diukur melalui tingkat kepuasan konsumen yang menggunakan produk dan layanan tersebut. Kualitas suatu output perusahaan dapat dikatakan baik jika memenuhi dan dapat memuaskan kebutuhan konsumen. Perusahaan yang menerapkan Total Quality Management bertujuan untuk memenuhi kepuasan dan harapan pelanggan, tuntutan perubahan lingkungan dan tuntutan perusahaan sendiri. Penerapan TQM yang efektif membawa pengaruh positif yang pada akhirnya akan memberikan manfaat bagi organisasi.

3 Dilihat dari uraian diatas, dengan adanya penerapan TQM yang memfokuskan pada kualitas produk, layanan jasa serta adanya keterlibatan tenaga kerja diharapkan dapat mempengaruhi kinerja dari perusahaan. Menurut Nurul Diena Novania dalam diktat pengendalian kualitas, banyak manfaat yang dapat diperoleh dari penerapan TQM, salah satunya adalah dapat mengurangi pemborosan dan meningkatkan kepuasan pelanggan, kedua faktor itu pada akhirnya akan meningkatkan profit atau keuntungan. PT PLN (Persero) sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menguasai sumber daya untuk menghasilkan listrik di seluruh wilayah Indonesia. Akan tetapi hal tersebut tidak berarti PT PLN (Persero) tidak harus berkembang dan hanya dapat bertahan dengan kondisi perusahaan saat ini. Melainkan PT PLN (Persero) harus senantiasa membangun keunggulan kompetitif perusahaan guna menghadapi arus persaingan di waktu yang akan datang apabila muncul kompetitor baru dalam usaha untuk menyediakan listrik bagi keperluan masyarakat. Berdasarkan Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor: 014/ K/ DIR/2010 tentang pedoman pelaksanaan PLN management system (PLN- MS) yang menyatakan bahwa dalam upaya mewujudkan Visi, Misi, dan tujuan perusahaan maka PLN harus senantiasa meningkatkan dan memelihara kinerja unggul (performance excellence) di seluruh unit organisasi, Maka untuk mendukung kinerja unggul tersebut, PLN mengadopsi beberapa standar internasional seperti Total Quality Management, Balance Scorecard, Malcom Baldrige dan sebagainya.

4 PT PLN (Persero) APJ Bandung perlu mengantisipasi dan mempersiapkan diri dengan terus meningkatkan kemampuan dan profesionalisme sumber daya manusia serta melakukan strategi yang dapat dipertanggungjawabkan sehingga kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi. Akan tetapi dalam kenyataannya terdapat berbagai masalah dalam kinerja PT PLN (Persero) APJ Bandung, sehingga dari tahun ke tahun belum menunjukkan suatu kinerja perusahaan yang baik terutama dalam hal kualitas pelayanan terhadap pelanggan. Berikut dilampirkan data mengenai masalah yang terdapat dalam aspek pelayanan yaitu masih banyaknya pelanggan yang merasa bahwa pelayanan yang diberikan oleh seluruh UPJ yang dibawahi oleh PT PLN (Persero) APJ Bandung pada tahun 2010 masih belum memuaskan. Hal tersebut terbukti dari masih banyaknya pelanggan yang mengeluh di setiap bulannya, Berikut adalah data banyaknya pelanggan yang mengeluh dari periode bulan Juli sampai dengan Desember 2010 : Tabel 1.1 Jumlah Pelanggan yang Mengeluh Periode Juli Desember 2010 Cijawura Kopo Bdg Bdg Bdg Ujung timur utara selatan berung Bdg barat Juli 372 238 309 531 455 574 189 Agust 386 189 309 591 397 423 195 Sept 388 173 376 662 456 355 250 Okt 426 182 376 685 477 443 388 Nov 402 142 326 670 446 525 263 Des 369 145 412 565 495 496 273

5 Sumber : Divisi Distribusi setiap UPJ PT PLN (Persero) APJ Bandung Dilihat dari Tabel 1.4 diatas bahwa keluhan yang ditujukan pelanggan terhadap UPJ Cijawura pada bulan Agustus mengalami kenaikan sebesar 3% (386) dari bulan sebelumnya Juli (372). Kenaikan pun terjadi pada September dan Oktober, masing- masing sebesar 0.5% (388) dan 9% (426) dari bulan sebelumnya. Sedangkan pada November dan Desember, keluhan pelanggan cenderung menurun masing- masing sebesar 5% (402) dan 8% (369) dari bulan sebelumnya. Pada UPJ Kopo jumlah keluhan pelanggan pada Juli sebanyak 238 dimana pada saat Agustus dan September keluhan pelanggan mengalami penurunan sebesar 20% (189) dan 8% (173) dari bulan sebelumnya. Sebaliknya pada Oktober terjadi kenaikan dari bulan sebelumnya sebesar 5% (182). Pada November terjadi penurunan kembali sebesar 22% (142) dari bulan Oktober dan kembali mengalami kenaikan jumlah keluhan pelanggan pada Desember sebesar 2.1% (145) dari bulan sebelumnya. Jumlah keluhan pelanggan UPJ Bandung Timur pada Juli dan Agustus konstan yaitu 309 keluhan kemudian mengalami kenaikan pada September sebesar 21% (376) dari bulan sebelumnya, pada Oktober tidak mengalami penurunan dan kenaikan bersifat konstan dari bulan September. Pada November jumlah keluhan mengalami penurunan sebesar 13% (326) dan kenaikan pada Desember sebesar 26 % (412) dari bulan November. Keluhan yang ditujukan pelanggan terhadap UPJ Bandung Utara pada bulan Agustus mengalami kenaikan sebesar 11% (591) dari bulan sebelumnya

6 Juli (531). Kenaikan pun terjadi pada September dan Oktober, masing- masing sebesar 12% (662) dan 3.4% (685) dari bulan sebelumnya. Sedangkan pada November dan Desember, keluhan pelanggan cenderung menurun masingmasing sebesar 2.2% (670) dan 15% (565) dari bulan sebelumnya. Jumlah keluhan pelanggan pada UPJ Bandung Selatan bulan Juli sebanyak 455 yang mengalami penurunan sebesar 12% (397) pada bulan Agustus. Pada September dan Oktober mengalami kenaikan masing-masing sebesar 15% (456) dan 4% (477) dari bulan sebelumnya. Pada November terjadi penurunan jumlah keluhan sebesar 6% (446) dari bulan Oktober dan pada Desember kembali mengalami kenaikan sebesar 10% (495) dari bulan sebelumnya. UPJ Ujung berung, Juli memperoleh jumlah keluhan pelanggan sebanyak 574 kemudian mengalami penurunan berturut-turut pada saat Agustus dan September yang masing-masing sebesar 26% (423) dan 16% (355) dari bulan sebelumnya. Sebaliknya pada saat Oktober dan November mengalami kenaikan dari bulan sebelumnya sebesar 24% (443) dan 18.5% (525) dan kembali mengalami penurunan pada saat Desember sebesar 5.5% (496). Keluhan pelanggan di UPJ Bandung Barat pada Juli sebanyak 189 kemudian mengalami kenaikan secara berturut- turut pada bulan Agustus, September dan Oktober sebesar 3.17% (195), 28.2% (250) dan 55.2% (388) dari bulan sebelumnya. Kemudian saat November mengalami penurunan

7 sebesar 32.2% (263) dari bulan Oktober dan mengalami kenaikan kembali pada Desember sebesar 3.8% (273). Dilihat dari persentase naik turunnya keluhan pelanggan pada grafik di atas, maka kinerja PT PLN (Persero) APJ Bandung masih belum bisa memuaskan para pelanggannya, disini dapat disimpulkan bahwa penerapan TQM dalam hal perbaikan kualitas pelayanan belum dilakukan secara maksimal. Untuk dapat menjamin suatu perusahaan berlangsung dengan baik, maka organisasi perlu mengadakan evaluasi terhadap kinerjanya. Dalam evaluasi tersebut diperlukan suatu standar pengukuran kinerja yang tepat, tidak hanya berorientasi pada sektor keuangan saja, karena hal tersebut tidak mencerminkan kondisi strategi perusahaan secara menyeluruh dimana aspek di luar finansial tidak diperhitungkan. Kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari suatu pekerjaan. Menurut Amstrong dan Baron (dalam Wibowo, 2007: 2) bahwa: Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan, diantaranya adalah faktor lingkungan bisnis eksternal seperti kebijakan pemerintah, kekuatan hukum dan politik, teknologi, sumber daya, pesaing, selera pelanggan dan pengelolaan perusahaan. Pengukuran kinerja merupakan suatu sistem yang mengevaluasi untuk meningkatkan kemungkinan keberhasilan organisasi dalam menerapkan

8 strategi, yang dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat deviasi antara progres yang direncanakan dengan kenyataan. Apabila terdapat deviasi berupa progres yang lebih rendah daripada rencana, perlu dilakukan langkah-langkah untuk memacu kegiatan agar tujuan yang diharapkan dapat dicapai. Pengukuran kinerja yang menitikberatkan pada sektor keuangan saja, juga kurang mampu mengukur kinerja harta-harta yang tak tampak (intangible assets) dan harta-harta intelektual (sumber daya manusia) perusahaan. Selain itu pengukuran kinerja dengan cara ini juga tidak memadai untuk menuntun dan mengevaluasi perusahaan dalam menciptakan nilai masa depan melalui investasi yang ditanamkan pada pelanggan, pemasok, pekerja, proses, teknologi dan inovasi, sehingga tidak mampu dengan sepenuhnya menuntun perusahaan ke arah yang lebih baik (Kaplan dan Norton, 2000: 7). Oleh karena itu, dari uraian di atas disadari bahwa pengukuran kinerja keuangan yang digunakan oleh banyak perusahaan untuk mengukur kinerja perusahaan tidak memadai, sehingga dikembangkan suatu konsep Balanced Scorecard oleh Robert S. Kaplan dan David P. Norton. Kaplan dan Norton (2000: 22) menyatakan bahwa : Balanced Scorecard menerjemahkan misi dan strategi ke dalam berbagai tujuan dan ukuran, yang tersusun ke dalam empat prespektif: finansial, pelanggan, proses bisnis internal serta pembelajaran dan pertumbuhan. Scorecard memberi kerangka kerja, bahasa, untuk mengkomunikasikan misi dan strategi; Scorecard menggunakan pengukuran untuk memberi informasi kepada para pekerja tentang faktor yang mendorong keberhasilan saat ini dan yang akan datang. Balanced Scorecard ini menyeimbangkan pengukuran atas kinerja sebuah organisasi bisnis yang selama ini dianggap terlalu condong pada kinerja keuangan. Konsep ini membagi pengukuran kinerja perusahaan dikelompokkan

9 menjadi dua, yaitu pengukuran kinerja non keuangan dan pengukuran kinerja keuangan. Berikut adalah tabel mengenai hasil laporan kinerja manajemen triwulan IV tahun 2010 untuk UPJ yang dibawahi PLN (Persero) APJ Bandung, sebagai berikut : Tabel 1.2 Kinerja manajemen APJ Bandung Periode Triwulan IV tahun 2010 Nama UPJ Angka penilaian kinerja Level kinerja UPJ Prima Priangan UPJ Kopo UPJ Cijawura UPJ Ujung Berung UPJ Bandung Timur UPJ Bandung Utara UPJ Bandung Barat UPJ Bandung Selatan 98.75 98.04 90.08 92.37 94.94 100 99.54 96.5 Sumber: Laporan Manajemen Triwulan PLN (Persero) APJ Bandung Berdasarkan estimasi kinerja sampai dengan triwulan IV tahun 2010 maka secara keseluruhan kinerja APJ Bandung mencapai nilai 89.03 dengan level Kinerja adalah PLN K-2 yaitu Kinerja PLN baik. Menurut Bapak Doli selaku manajer bagian kinerja di PLN (Persero) APJ Bandung menyatakan bahwa kinerja manajemen APJ Bandung secara keseluruhan telah mencapai kemajuan, dan mengalami peningkatan dari periode sebelumnya. Selain kinerja perusahaan, laba yang diperoleh perusahaanpun menjadi perhatian penting bagi manejemen. Laba merupakan salah satu tujuan

10 perusahaan selain untuk bertahan hidup (going concern). Pada umumnya tujuan perusahaan adalah memperoleh laba yang maksimal. Dengan memperoleh laba yang maksimal, maka perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya dan terus berkembang serta memberikan pengembalian yang menguntungkan bagi para pemiliknya. Berikut ditampilkan tabel Laba bersih pada PT. PLN (Persero) APJ Bandung dari periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2009: Tabel 1.3 Laba Bersih PT PLN (Persero) APJ Bandung Periode 2006-2009 Periode Laba bersih Januari- Desember 2006 Januari- Desember 2007 Januari- Desember 2008 Januari- Desember 2009 1.931.989.656.098 1.995.124.028.567 2.108.834.310.018 2.191.047.305.061 Sumber : Divisi Akuntansi PT PLN (Persero) APJ Bandung Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa selalu terjadi kenaikan laba bersih dari kurun tahun 2006 sampai dengan 2009. Laba bersih pada tahun 2007 dan 2008 mengalami kenaikan sebesar 3,27% dan 5,7% dari tahun sebelumnya. Dimana pada tahun 2009, kenaikan laba bersih turun menjadi 3,9% dari tahun 2008. Kinerja perspektif keuangan dalam Balanced scorecard dapat diukur melalui adanya pertumbuhan pendapatan, penurunan biaya dan pertumbuhan ROI. Pertumbuhan pendapatan merupakan aspek yang sangat penting dalam mempengaruhi tingkat profitabilitas perusahaan, untuk mengetahui tingkat

11 pertumbuhan pendapatan dapat dilihat dari mengukur tingkat pertumbuhan pendapatan yang dihasilkan perusahaan. Sedangkan penurunan biaya dalam perusahaan akan tercipta apabila adanya efektivitas dan efisiensi penggunaan biaya dalam operasional perusahaan. Berikut ditampilkan tabel perbandingan Biaya operasional dan Pendapatan operasional pada PT. PLN (Persero) APJ Bandung dari periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2009: Tabel 1.4 Perbandingan Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional PT PLN (Persero) APJ Bandung Periode 2006-2009 Tahun Biaya operasional Pendapatan Operasional Persentase 2006 2007 2008 2009 150.610.409.451 164.095.123.559 167.273.428.083 153.915.605.854 2.083.207.521.801 2.156.311.789.654 2.274.226.547.217 2.345.401.324.981 Sumber : Divisi Akuntansi PT PLN (Persero) APJ Bandung 7,23 7,61 7,35 6,56 Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa tahun 2006, biaya operasional sebesar Rp.150.610.409.451,- sedangkan pendapatan operasional sebesar Rp.2.083.207.521.801,-. Berdasarkan hal tersebut efektifitas penggunaan biaya dalam menghasilkan pendapatan sebesar 7,23% artinya setiap penggunaan biaya sebesar Rp 723 akan menghasilkan pendapatan Rp 10.000 Pada tahun 2007, biaya operasional sebesar Rp. 164.095.123.559,- sedangkan pendapatan operasional sebesar Rp.2.156.311.789.654,-. Berdasarkan hal tersebut efektifitas penggunaan biaya dalam menghasilkan

12 pendapatan sebesar 7,61% artinya setiap penggunaan biaya sebesar Rp 761 akan menghasilkan pendapatan Rp 10.000 Pada tahun 2008, beban operasional sebesar Rp.167.273.428.083,- sedangkan pendapatan operasional sebesar Rp.2.274.226.547.217,-. Berdasarkan hal tersebut efektifitas penggunaan biaya dalam menghasilkan pendapatan sebesar 7,35% artinya setiap penggunaan biaya sebesar Rp 735 akan menghasilkan pendapatan Rp 10.000 Pada tahun 2009, biaya operasional sebesar Rp.153.915.045.854,- sedangkan pendapatan operasional sebesar Rp.2.345.401.324.981,-. Berdasarkan hal tersebut efektifitas penggunaan biaya dalam menghasilkan pendapatan sebesar 6.56% artinya setiap penggunaan biaya sebesar Rp 656 akan menghasilkan pendapatan Rp 10.000 Berdasarkan deskripsi tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan biaya operasional pada PT PLN (Persero) APJ Bandung secara umum dapat dikatakan efektif, karena tahun 2006 sampai dengan 2009 penggunaan biaya oleh perusahaan lebih besar daripada pendapatan yang dihasilkan oleh perusahaan. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dian Maya Finasari (2006) dengan judul Pengaruh Penerapan Konsep Total Quality Management (TQM) terhadap Kinerja Karyawan Melalui Kepuasan Kerja menyimpulkan bahwa penerapan TQM berpengaruh positif secara langsung yang signifikan terhadap kinerja karyawan.

13 Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Suprantiningrum dan Zulaikha (2003) dengan judul Pengaruh TQM terhadap Kinerja Manajerial dengan Sistem Pengukuran Kinerja dan Sistem Penghargaan (Reward) Sebagai Variabel Moderating. Menyimpulkan bahwa TQM mempunyai pengaruh langsung yang signifikan terhadap kinerja manajerial, sistem pengukuran kinerja tidak mempunyai pengaruh moderating terhadap hubungan antara TQM dan kinerja manajerial dan sistem reward mempunyai pengaruh moderating terhadap hubungan antara TQM dan kinerja manajerial. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian guna melihat apakah Total Quality Management berpengaruh terhadap Kinerja Perusahaan di PT PLN (Persero) APJ Bandung. Penelitian ini akan tertuang pada Judul Skripsi: Pengaruh Total Quality Management terhadap Kinerja Perusahaan (Studi kasus pada PT PLN (Persero) APJ Bandung). 1.2 Rumusan Masalah Dalam pembahasan mengenai Pengaruh Total Quality Management terhadap Kinerja Perusahaan, maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana Total Quality Management di PT. PLN (Persero) APJ Bandung. 2. Bagaimana Kinerja Perusahaan di PT PLN (Persero) APJ Bandung.

14 3. Seberapa besar Total Quality Management berpengaruh terhadap Kinerja perusahaan pada PT PLN (Persero) APJ Bandung. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud dilakukannya penelitian ini adalah untuk menjawab tujuan secara umum dari proses penelitian, kemudian ditarik kesimpulan sehingga diperoleh bukti yang empiris mengenai pengaruh Total Quality Management (TQM) terhadap Kinerja Perusahaan pada PT. PLN (Persero) APJ Bandung. 1.3.2 Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih lanjut mengenai : 1. Untuk mengetahui Total Quality Management (TQM) di PT. PLN (Persero) APJ Bandung. 2. Untuk mengetahui Kinerja perusahaan di PT. PLN (Persero) APJ Bandung. 3. Untuk mengetahui seberapa besar Total Quality Management (TQM) berpengaruh terhadap Kinerja Perusahaan pada PT. PLN (Persero) APJ Bandung. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan secara teoritis

15 Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan pengetahuan dan pengembangan ilmu pengetahuan tentang ilmu akuntansi manajemen khususnya mengenai Total Quality Management serta pengaruhnya terhadap kinerja perusahaan. Sehingga dapat diperoleh gambaran yang jelas mengenai kesesuaian antara teori-teori yang diperoleh selama perkuliahan dengan praktek dilapangan. Serta, dapat dijadikan sebagai tambahan informasi dan pembanding untuk penelitian selanjutnya, sehingga pengembangan ilmu dapat bermanfaat bagi pihak lain yang membutuhkannya dan sebagai sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak yang memerlukannya. 1.4.2 Kegunaan secara praktis Bagi Perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi manajemen perusahaan dalam pengambilan keputusan, khususnya yang berhubungan dengan Total Quality Management (TQM) serta pengaruhnya dengan kinerja perusahaan.