BAB II LANDASAN TEORI. kesalahan ramalan (forecast error) yang berbeda pula. Salah satu seni dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 METODE PENELITIAN

PENAKSIRAN DAN PERAMALAN BIAYA D. PENAKSIRAN BIAYA JANGKA PANJANG E. PERAMALAN BIAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis regresi menjadi salah satu bagian statistika yang paling banyak aplikasinya.

FORECASTING (Peramalan)

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi Negara yang mempunyai wilayah terdiri dari pulau-pulau yang dikelilingi lautan,

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI DECISION SUPPORT SYSTEM (DSS) UNTUK PREDIKSI PERMINTAAN KEBUTUHAN BERAS SECARA MULTIUSER

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN APLIKASI PREDIKSI JUMLAH SISWA BARU PADA YAYASAN CERDAS MURNI MENGGUNAKAN EXPONENTIAL SMOOTHING

PERAMALAN KURSIDRTERHADAP USDMENGGUNAKAN DOUBLE MOVING AVERAGES DAN DOUBLEEXPONENTIAL SMOOTHING.

MATERI 13 ANALISIS TEKNIKAL ANALISIS TEKNIKAL

LAPORAN RESMI MODUL VII TIME SERIES FORECASTING

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yaitu PT. Sinar Gorontalo Berlian Motor, Jl. H. B Yassin no 28

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 3 METODE PENELITIAN. Disini penerapan kriteria optimasi yang digunakan untuk menganalisis

kesimpulan yang didapat.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data dalam penelitian ini termasuk ke dalam data yang diambil dari Survei Pendapat

Peramalan Jumlah Stok Alat Tulis Kantor Di UD ACHMAD JAYA Menggunakan Metode Double Exponential Smoothing

BAB II TINJAUAN LITERATUR. Pengendalian persediaan dapat dilakukan dalam berbagai cara, antara lain dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. mendapatkan perhatian dan dipelajari oleh ilmuan dari hampir semua ilmu bidang

REGRESI LINIER DAN KORELASI. Variabel bebas atau variabel prediktor -> variabel yang mudah didapat atau tersedia. Dapat dinyatakan

IV. METODE PENELITIAN. berdasarkan tujuan penelitian (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kota

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam melakukan penelitian, terlebih dahulu menentukan desain

Prosiding Manajemen ISSN:

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kawasan Pantai Anyer, Kabupaten Serang

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

REGRESI DAN KORELASI

Model Trend untuk Peramalan Jumlah Penduduk Studi kasus pada Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Gowa

BAB 3 METODE PENELITIAN

MATERI 12 ANALISIS PERUSAHAAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

III. METODE PENELITIAN. Variabel X merupakan variabel bebas adalah kepemimpinan dan motivasi,

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN. Perumusan - Sasaran - Tujuan. Pengidentifikasian dan orientasi - Masalah.

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian

Beberapa metode pengembangan sistem : a. Metode pengembangan Evolusioner

BAB II LANDASAN TEORI. matematika secara numerik dan menggunakan alat bantu komputer, yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. objek penelitian yang penulis lakukan adalah Beban Operasional susu dan Profit

BAB IV PEMECAHAN MASALAH

STATISTICS. Hanung N. Prasetyo Week 11 TELKOM POLTECH/HANUNG NP

BAB IV. METODE PENELITlAN. Rancangan atau desain dalam penelitian ini adalah analisis komparasi, dua

MATERI 10 ANALISIS EKONOMI

ANALISIS RUNTUT WAKTU DAN PERAMALAN (Time Series and Forecasting) Analisis Tren

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PREDIKSI PEMESANAN STOK ALAT- ALAT MUSIK PADA CV GRAHA MUSIC & LIGHTING

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif karena bertujuan untuk mengetahui kompetensi pedagogik mahasiswa

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah:

BAB III 1 METODE PENELITAN. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 2 Batudaa Kab. Gorontalo dengan

BAB V METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

MODUL 3 PERAMALAN. Halaman 3

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Way Jepara Kabupaten Lampung Timur

Bab III Metoda Taguchi

BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di kelas X SMA Muhammadiyah 1 Pekanbaru. semester ganjil tahun ajaran 2013/2014.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (research and

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Kerangka acuan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

Inflasi dan Indeks Harga I

III. METODE PENELITIAN

APLIKASI PERAMALAN PENJUALAN MENGGUNAKAN METODE REGRESI LINIER

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Barat yang terhitung

IV. METODE PENELITIAN

PERANCANGAN MODEL SISTEM INFORMASIPENGELOLAAN OBAT DI APOTEK (Studi Kasus : Apotek Rosa Farma)

METODOLOGI PENELITIAN. penggunaan metode penelitian. Oleh karena itu, metode yang akan digunakan

BAB 2 LANDASAN TEORI. pada masa mendatang. Peramalan penjualan adalah peramalan yang mengkaitkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan suatu ilmu yang mempunyai obyek kajian

BAB IV ANALISIS KERJA PRAKTEK

3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI MIA SMA Negeri 5

Kata Kunci : Forecasting, Program Perhitungan, Simple Moving Averages, Weighted Moving Averages, Mean Absolute Deviation, Mean Square Error

III METODE PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN TEORI

= Keterkaitan langsung ke belakang sektor j = Unsur matriks koefisien teknik

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam tugas akhir ini akan dibahas mengenai penaksiran besarnya

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Way Jepara Kabupaten Lampung Timur

BAB 2 LANDASAN TEORI. Statistika merupakan salah satu cabang penegtahuan yang paling banyak mendapatkan

III. METODE PENELITIAN. Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi NTB, BPS pusat, dan instansi lain

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

APLIKASI PERHITUNGAN METODE PERAMALAN PRODUKSI PADA CV. X

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri I

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang tepat dalam sebuah penelitian ditentukan guna menjawab

Lampiran 1 Bukti Kas Masuk

I. DERET TAKHINGGA, DERET PANGKAT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

APLIKASI PERAMALAN PENJUALAN OBAT MENGGUNAKAN METODE PEMULUSAN (STUDI KASUS: INSTALASI FARMASI RSUD DR MURJANI)

BAB III METODE PENELITIAN

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Model Sistem dalam Persamaan Keadaan

ANALISIS PERAMALAN PENJUALAN USAHA ARDYLA BAKERY DI MUARA BULIAN Muryati 1

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

III. METODE PENELITIAN. kelas VIII semester ganjil SMP Sejahtera I Bandar Lampung tahun pelajaran 2010/2011

BAB 2 TINJAUAN TEORI. Ramalan pada dasarnya merupakan dugaan atau perkiraan mengenai terjadinya suatu

6. Pencacahan Lanjut. Relasi Rekurensi. Pemodelan dengan Relasi Rekurensi

MANAJEMEN RISIKO INVESTASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tekik Peramala Peramala (forecastig) merupaka alat batu yag petig dalam perecaaa yag efektif da efisie. Dalam sistem peramala, pegguaa berbagai model peramala aka memberika ilai yag berbeda da derajat dari kesalaha ramala (forecast error) yag berbeda pula. Salah satu sei dalam melakuka peramala adalah memilih model peramala terbaik yag mampu megidetifikasi da meaggapi pola aktifitas dari data. Meurut Makridakis (1991;10) pola data dapat dibedaka mejadi empat jeis siklis da tred, yaitu: 1. Pola horisotal (H), terjadi bilamaa ilai data berfluktuasi di sekitar ilai ratarata yag kosta. Suatu produk yag pejualaya tidak meigkat atau meuru selama waktu tertetu termasuk jeis ii. 2. Pola musima (S), terjadi bilamaa suatu deret dipegaruhi oleh faktor musima (misalya kuartal tahu tertetu, bulaa, atau hari-hari pada miggu tertetu). 3. Pola siklis (C), terjadi apabila dataya dipegaruhi oleh fluktuasi ekoomi jagka pajag seperti yag berhubuga dega siklus bisis. Cotohya adalah pejuala mobil. 4. Pola tred (T), terjadi bilamaa bayak keaika atau peurua sekuler jagka pajag dalam data dimaa metode yag dapat dipakai utuk peramala data dega pola tred atara lai metode Liier Expoetial Smoothig dari Brow, 6

7 Movig Average, da regresi sederhaa. Pejuala bayak perusahaa megikuti suatu tred selama perubahaya sepajag waktu. Meurut Vicet (1998) secara umum model peramala dibagi mejadi 2 kelompok utama yaitu: (1) Metode kualitatif, da (2) Metode kuatitatif. Metode kuatitatif dikelompokka ke dalam 2 bagia utama, yaitu (a) Itrisik, da (b) Ekstrisik. Pada dasarya metode kuatitatif ditujuka utuk peramala terhadap produk baru, pasar baru, proses baru, perubaha sosial dari masyarakat, perubaha tekologi, atau peyesuaia terhadap ramala-ramala berdasarka metode kuatitatif. 2.2 Peramala Pejuala Dalam pegedalia persediaa yag efektif da efisie dalam ragka megatisipasi permitaa kosume diperluka peramala terhadap pejuala pada waktu-waktu yag aka datag. Secara teoritis peramala didefiisika sebagai kegiata memperkiraka apa yag aka terjadi di masa yag aka datag dega megguaka data da iformasi yag ada. Sedagka ramala adalah suatu situasi da kodisi yag memperkiraka aka terjadi di masa yag aka datag (Assauri, 1984.7). Sejak awal tahu 1960, semua jeis orgaisasi telah meujukka keigia yag meigkat utuk medapatka ramala da megguaka sumber daya peramala secara lebih baik. Komitme tetag peramala telah tumbuh karea beberapa faktor, atara lai:

8 1. Disebabka karea meigkatya kompleksitas orgaisasi da ligkugaya, hal ii membuat pegambila keputusa semaki sulitutuk mempertimbagka semua faktor secara memuaska. 2. Meigkatya ukura orgaisasi, maka bobot da kepetiga suatu keputusa telah meigkat pula, lebih bayak keputusa yag memerluka telaah peramala khusus da aalisis yag legkap. Keguaa dari peramala tersebut khususya peramala pejuala dalam perusahaa secara umum adalah sebagai berikut: 1. Utuk meetuka kebijaksaaa dalam peyusua aggara, khususya aggara pejuala da persediaa. 2. Utuk pegawasa dalam persediaa, hal ii karea jika persediaa terlalu besar, maka biaya peyimpaa da biaya laiya juga aka mejadi besar. Sebalikya, jika persediaa terlalu kecil aka mempegaruhi kelacara operasioal perusahaa. Oleh karea itu, agar persediaa tidak terlalu besar da juga tidak terlalu sedikit, maka peramala pejuala dapat diguaka seebagai pedoma (Assauri, 1998: 140) 2.3 Metode Expoetial Smoothig Metode Expoetial Smoothig adalah metode yag megulag perhituga secara terus meerus dega megguaka data terbaru. Metode ii berdasarka pada perhituga rata-rata pemulusa data-data sebelumya secara ekspoesial. Setiap data diberika sebuah ilai dega data yag lebih baru memiliki ilai lebih besar. Nilai yag diguaka adalah α utuk data yag palig

9 baru, α(1- α) utuk data sebelumya, α(1- α) 2 utuk data yag lebih lama lagi, da seterusya. Persamaa Expoetial Smoothig dapat ditulis sebagai berikut: Y^ t+1 = α Y t + (1- α) Y^ t... (2.1) Keteraga: Y^ α t+1 = ilai ramala utuk periode berikutya = kostata pemulusa (0< α<1) Y t = data baru pada periode t Y^ t = ilai pemulusa yag lama yag dimuluska higga periode t-1 2.4 Metode Liier Expoetial Smoothig Dari Brow Metode ii serig juga disebut tekik pemulusa ekspoesial gada (double expoetial smoothig) diguaka dalam peramala data rutut waktu yag megikuti suatu tred liier. Nilai expoetial smoothig dihitug dega megguaka persamaa 2.2 A t = α Y t + (1- α) A t-1...(2.2) Persamaa 2.3 diguaka utuk meghitug ilai double expoetial smoothig A t = α A t + (1- α) A t -1...(2.3)

10 Persamaa 2.4 diguaka utuk meghitug perbedaa atara ilai-ilai expoetial smoothig tersebut a t = 2 A t - A t...(2.4) Persamaa 2.5 adalah faktor peyesuai tambaha yag hampir sama dega pegukura slope suatu kurva bt = α 1 α (A t - A t )...(2.5) Sedagka, persamaa 2.6 diguaka utuk membuat peramala pada periode ρ aka datag Y^ t+ ρ = a t +b t ρ...(2.6) Keteraga: A t = ilai Y t yag dimuluska secara ekspoesial pada waktu t At = ilai Yt yag dimuluska secara ekspoesial gada pada waktu t α = kostata pemulusa (0< α<1) Y t = ilai Y aktual pada periode t ρ = jumlah periode ke depa yag aka diramalka 2.5 Ukura Ketepata Metode Peramala Dalam pemodela deret berkala (time series), sebagia data yag diketahui dapat diguaka utuk meramalka data berikutya. Selisih besara (ukura kesalaha peramala) data peramala terhadap data aktual yag terjadi

11 merupaka suatu data petig utuk meilai ketepata suatu metode peramala. Dega membadigka ukura kesalaha beberapa metode peramala aka diperoleh metode maa yag mempuyai ukura kesalaha terkecil, sehigga ilai peramala dapat dipakai sebagai acua dalam meetuka kebutuhakebutuha di masa yag aka datag. Dalam meetuka ukura ketepata metode peramala ada empat jeis forecast error yag dapat diguaka yaitu: 1. Mea Absolute Deviatio (MAD) MAD megukur akurasi peramala dega merata-rataka ilai absolut kesalaha peramala. MAD = t= 1 Y t Yˆ t... (2.7) 2. Mea Squared Errors (MSE) Kesalaha rata-rata kuadrat atau MSE diperoleh dega cara setiap kesalaha atau residual dikuadratka, kemudia dijumlahka da dibagi dega jumlah observasi. MSE = Y t Y t t= 1 ( ˆ ) 2... (2.8) 3. Mea Absolute Percetage Error (MAPE) MAPE memberika petujuk seberapa kesalaha peramala dibadigka dega ilai sebearya. MAPE = Y t Yˆ t t= 1 Y t... (2.9)

12 4. Mea Percetage Error (MPE) MPE diguaka utuk meetuka apakah suatu peramala bias atau tidak. Jika suatu tekik meghasilka suatu ramala yag tidak bias, maka MPE aka meghasilka persetase medekati ol. Jika hasil MPE adalah egatif da cukup besar, maka metode peramala ii aka meghasilka hasil ramala yag terlalu tiggi da sebalikya. MPE = Y t Yˆ t ( t= 1 Y t )... (2.10) 2.6 Kosep Dasar Sistem Meurut Hartoo (1995), terdapat dua kelompok pedekata di dalam medefiisika sistem, yaitu yag meekaka pada prosedurya da meekaka pada kompoe atau elemeya. Pedekata sistem yag lebih meekaka pada prosedur medefiisika suatu sistem sebagai suatu jariga kerja dari prosedur-prosedur yag salig berhubuga, berkumpul bersama-sama utuk melakuka suatu kegiata atau meyelesaika suatu sasara yag tertetu. Suatu sistem mempuyai karakteristik atau sifat-sifat yag tertetu, yaitu mempuyai kompoe-kompoe (compoets), batas sistem (boudary), ligkuga luar sistem (eviromets), peghubug (iterface), masuka (iput), keluara (output), pegolah (process) da sasara (objectives) atau tujua (goal). Kompoe sistem merupaka bagia-bagia dari sistem yag salig berhubuga da mejadi satu kesatua. Kompoe-kompoe sistem atau subsistem ii memiliki karakteristik tersediri da mejalaka suatu fugsi tersediri. Suatu sistem dapat mempuyai suatu sistem yag lebih besar yag

13 disebut dega supra system (Hartoo:1990). Misalya sekolah dapat disebut sebagai sistem da pedidika yag merupaka sistem yag lebih besar dapat disebut sebagai supra system. Batas sistem (boudary) merupaka daerah yag membatasi atara suatu sistem dega sistem yag laiya atau dega ligkuga luarya. Batas sistem ii memugkika suatu sistem dipadag sebagai suatu kesatua. Batas suatu sistem meujukka ruag ligkup (scope) dari sistem tersebut. Ligkuga luar (evirotmet) dari suatu sistem adalah apapu diluar batas dari sistem yag mempegaruhi operasi sistem. Ligkuga luar sistem dapat bersifat megutugka da dapat juga merugika sistem tersebut. Ligkuga luar yag megutugka merupaka eergi dari sistem da dega demikia harus tetap dijaga da dipelihara. Sedag ligkuga luar yag merugika harus ditaha da dikedalika, kalau tidak maka aka meggagu kelagsuga hidup dari sistem (Hartoo:1990). Peghubug (iterface) merupaka media peghubug atara satu subsistem dega subsistem yag laiya. Melalui peghubug ii memugkika sumber-sumber daya megalir dari suatu subsistem ke subsistem yag laiya. Keluara (output) dari suatu subsistem aka mejadi masuka (iput) utuk subsistem yag laiya melalui peghubug. Dega peghubug satu subsistem dapat beritegrasi dega susbsistem yag laiya membetuk satu kesatua. Masuka (iput) adalah eergi yag dimasukka ke dalam sistem. Masuka dapat berupa siyal atau berupa masuka perawata. Masuka siyal adalah eergi yag dimasukka yag atiya aka diolah da meghasilka

14 sesuatu. Sedagka masuka perawata adalah eergi yag diguaka utuk melakuka suatu proses atau dega kata lai eergi yag mejami suatu proses dapat berjala. Keluara sistem dapat dibedaka mejadi dua yaitu keluara yag bergua da sisa pembuaga. Keluara dapat dijadika sebagai masuka dari subsistem yag laiya. Pegolah sistem adalah bagia dari setiap sistem da subsistem yag aka megolah masuka sehigga mejadi keluara, baik yag bergua maupu mejadi sisa. Suatu sistem pasti mempuyai tujua ataupu sasara yag igi dicapai. Jika suatu sistem tidak mempuyai sasara, maka operasi sistem tidak aka ada guaya. Sasara sistem saga meetuka masuka apa yag diperluka serta keluara apa yag harus dihasilka. Suatu sistem dikataka berhasil jika megeai sasara yag igi dicapai. Karakteristik sistem dapat digambarka seperti Gambar 2.1: Peghubug Ligkuga Luar Subsistem Subsistem Batas Subsistem Subsistem Batas Masuka Pegolah Keluara Batas

15 Gambar 2.1 Karakteristik Sistem (Sumber: Hartoo, Aalisis & Desai Sistem Iformasi: Pedekata Terstruktur) 2.7 Kosep Dasar Iformasi Iformasi dapat diibaratka sebagai darah dalam suatu tubuh makhluk hidup. Iformasi memberika suatu semagat, motivasi, gairah dalam suatu orgaisasi. Tapa adaya iformasi, orgaisasi tersebut aka lesu, kerdil da akhirya aka berheti. Meurut Hartoo (1995), iformasi adalah data yag diolah mejadi betuk yag lebih bergua da lebih berarti bagi yag meerimaya. Sumber dari iformasi itu sediri adalah data yag merupaka kata jamak dari betuk tuggal datum. Data adalah keyataa yag meggambarka suatu keadaa yata. 2.8 Kosep Dasar Sistem Iformasi Sistem iformasi didefiisika oleh Robert A. Leitch da K. Roscoe Davis sebagai berikut: Sistem iformasi adalah suatu sistem di dalam suatu orgaisasi yag mempertemuka kebutuha pegolaha trasaksi haria, medukug operasi, bersifat maajerial da kegiata strategi dari suatu orgaisasi da meyediaka pihak luar tertetu dega lapora-lapora yag diperluka. 2.9 Pedekata Sistem Meurut Hartoo, pedekata sistem yag lebih meekaka pada eleme atau kompoeya medifiiska sistem sebagai suatu kumpuka dari eleme-leme yag beriteraksi utuk mecapai satu tujua tertetu.

16 Pedekata yag dapat diguaka dalam megaalisa suatu sistem yag ada mejadi suatu sistem iformasi yag atiya bisa meghasilka iformasi yag bermafaat, atara lai: 1. System Approach Sistem iformasi sebagai suatu kesatua yag teritegrasi 2. Top Dow Approach Kebutuha iformasi dari Top Maager ke bawahaya secara lagsug 3. Modular Approach Dipecah mejadi modul yag lebih sederhaa 4. Evolutioary Approach Megikuti perkembaga tekologi 2.10 System Developmet Life Cycle Meurut Kedall & Kedall (2003), system developmet life cycle (SDLC) terdiri dari tujuh fase yaitu: 1. Megidetifikasi masalah, kemugkia da tujua. Pada fase pertama ii, seorag sistem aalis berfokus pada idetifikasi masalah, kemugkia da tujua. Tahap ii merupaka tahap yag palig petig da palig kritis karea sagat meetuka kesuksesa seluruh proyek. Orag-orag yag terlibat pada fase ii adalah peggua sistem, sistem aalis da maajer sistem yag megkoordiasika proyek. Kegiata yag terjadi pada fase ii adalah melakuka wawacara kepada peggua, maajeme,

17 meragkum iformasi yag didapat, meaksir ruag ligkup proyek da medokumetasi hasil yag didapat. 2. Meetuka iformasi yag diperluka Pada tahap kedua ii, sistem aalis harus meetuka iformasi apa yag diperluka utuk setiap peggua yag terlibat dalam proyek. Istrume yag biasaya diguaka utuk medefiisika iformasi yag diperluka adalah sample da ivestigasi dokume riil (hard data), wawacara, kuisioer, melakuka pegamata megeai ligkuga kerja da pegambil keputusa da prototypig. 3. Megaalisa kebutuha sistem. Pada tahap selajutya, sistem aalis megaalisa kebutuha sistem. Dalam tahap ii, sistem aalis dapat megguaka istrume utuk meetuka kebutuha sistem seperti data flow diagram utuk megambarka masuka, proses, da keluara. 4. Meracag sistem yag direkomedasika. Pada tahap peracaga, sistem aalisis megguaka iformasi yag telah terkumpul pada tahap sebelumya utuk meyelesaika racaga secara logis (logical desig) dari sistem iformasi. 5. Megimplemetasika da medokumetasi peragkat luak. Pada tahap kelima, sistem aalis bekerja sama dega programer utuk megembagka peragkat luak yag diperluka. Pada tahap ii, sistem aalis juga berkerja sama dega peggua utuk megembagaka dokumetasi yag efektif utuk peragkat luak yag diracag, termasuk maual prosedur, olie help, Frequetly Ask Questio (FAQ) pada Read Me file.

18 6. Uji coba da merawat sistem. Sebelum sistem iformasi dapat diguaka, sistem iformasi tersebut harus diuji terlebih dahulu. Aka lebih murah jika masalah pada aplikasi ditagkap sebelum aplikasi diserahka kepada peggua. 7. Megimplemetasi da megevaluasi sistem. Pada tahap akhir ii, sistem aalis melakuka implemetasi pada sistem iformasi yag telah selesai kepada peggua. Tahap ii melibatka traiig kepada peggua megeai pegguaa sistem. 2.11 Etity Relatioship Diagram (ERD) Etity Relatioship Diagram yag selajutya disebut ERD diguaka utuk megiterpretasika, meetuka da medokumetasika kebutuhakebutuha utuk sistem perosesa database. ERD meyediaka betuk utuk meujukka struktur keseluruha kebutuha data dari pemakai. 2.12 Data Flow Diagram (DFD) Meurut Kristato (2004) Data Flow Diagram adalah suatu model logika data atau proses yag dibuat utuk meggambarka darimaa asal data da kemaa tujua data yag keluar dari sistem, dimaa data disimpa, proses apa yag meghasilka data tersebut da iteraksi atara data yag tersimpa da proses yag dikeaka pada data tersebut. Data Flow Diagram merupaka suatu metode pegembaga sistem yag terstruktur (structure aalysis ad desig). Pegguaa otasi dalam data flow diagram ii sagat membatu sekali utuk memahami suatu sistem pada

19 semua tigkat kompleksitas. Pada tahap aalisis pegguaa otasi ii dapat membatu dalam berkomuikasi dega pemakai sistem utuk memahami sistem secara logika. 2.13 System Flow System flow adalah baga yag meujukka arus pekerjaa secara keseluruha dari suatu sistem yag mejelaska tetag uruta prosedur yag terdapat di dalam sistem.