KAJIAN EKONOMI REGIONAL

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

Pangkalpinang, Februari 2015 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. Bayu Martanto Deputi Direktur i

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Kajian Ekonomi Regional Banten

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOVEMBER 2017

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1. Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali

Pariwisata Bahari Usulan KEK Sungailiat, Bangka cover belakang Sumber : FGD Bappeda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

Rakordal KALTENG. Kondisi Perekonomian Triwulan III dan Outlook Oktober 2015

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2016

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

Kajian Ekonomi Regional Banten

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

Transkripsi:

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan II - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII

KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan II 2014 dapat dipublikasikan. Buku ini menyajikan berbagai informasi mengenai perkembangan beberapa indikator perekonomian daerah khususnya bidang moneter, perbankan, sistem pembayaran, dan keuangan daerah, yang selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan internal Bank Indonesia juga sebagai bahan informasi bagi pihak eksternal. Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan data dan informasi yang diperlukan bagi penyusunan buku ini. Harapan kami, hubungan kerja sama yang baik selama ini dapat terus berlanjut dan ditingkatkan lagi pada masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dari berbagai pihak guna lebih meningkatkan kualitas buku kajian ini sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkah dan karunia-nya serta kemudahan kepada kita semua dalam upaya menyumbangkan pemikiran dalam pengembangan ekonomi regional khususnya dan pengembangan ekonomi nasional pada umumnya. Palembang, Agustus 2014 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH VII R.Mirmansyah Direktur Eksekutif 1

Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... 1 DAFTAR ISI... 3 DAFTAR TABEL... 5 DAFTAR GRAFIK... 7 INDIKATOR EKONOMI... 9 RINGKASAN EKSEKUTIF Kajian Ekonomi Regional Bangka Belitung... 11 BAB 1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL... 15 1.1. Sisi Penawaran... 15 1.2. Sisi Permintaan... 20 Suplemen A. Keyakinan Konsumen Pangkalpinang Terus Tumbuh Positif... 23 Suplemen B. Analisis Location Quotient : Komoditas Daging Ayam, Karet, dan Kelapa Sawit Berpotensi Menjadi Sumber Pertumbuhan Ekonomi Babel.... 26 Suplemen C. Sukses Mendongkrak Harga Timah, BKDI Ditargetkan Menjadi Acuan Harga Komoditas Lainnya... 30 BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG... 33 2.1. Inflasi Kepulauan Bangka Belitung... 33 2.2. Disagregasi Inflasi... 34 Suplemen D. El Nino Mulai Berdampak Namun Masih Minimal Di Babel... 36 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH DAN SISTEM PEMBAYARAN... 39 3.1. Perkembangan Bank Umum... 39 3.2. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum... 40 3.3. Penyaluran Kredit Bank Umum... 41 3.3.1. Penyaluran Kredit Secara Umum... 41 3.3.2. Kredit UMKM... 43 3.4. Kualitas Kredit/Pembiayaan... 44 3.5. Kelonggaran Tarik... 45 3

3.6. Perkembangan Suku Bunga Bank Umum di Bangka Belitung... 45 3.7. Perkembangan Bank Umum Syariah... 45 3.8. Perkembangan Sistem Pembayaran... 47 BAB 4. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH... 49 4.1. Gambaran Umum... 49 4.2. Realisasi Pendapatan Daerah Sampai Dengan Triwulan II 2014... 49 4.3. Realisasi Belanja Daerah Sampai Dengan Triwulan II 2014... 50 BAB 5. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN... 53 5.1. Kondisi Ketenagakerjaan... 53 5.2. Kondisi Kesejahteraan Petani... 56 5.3. Indikator Kesejahteraan Masyarakat Berdasarkan Survei Konsumen... 60 5.3.1. Indikator Ketenagakerjaan... 60 Tabel 5.7. Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Saat Ini 2014... 61 Sumber: Survei Konsumen Kantor Perwakilan BI Wilayah VII... 61 Tabel 5.8. Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan 6 Bulan YAD 2014... 61 Sumber: Survei Konsumen Kantor Perwakilan BI Wilayah VII... 61 5.3.2. Indikator Penghasilan... 61 Sumber: Survei Konsumen Kantor Perwakilan BI Wilayah VII... 61 Sumber: Survei Konsumen Kantor Perwakilan BI Wilayah VII... 62 BAB 6. OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH... 63 6.1. Kondisi Perekonomian Internasional dan Domestik... 63 6.2. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi... 64 6.3. Proyeksi Inflasi... 66 4

DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Pertumbuhan Tahunan Sisi Penawaran Bangka Belitung (%)... 16 Tabel 1.2 Pertumbuhan Tahunan Sisi Permintaan Bangka Belitung (%)... 20 Tabel 2.1 Inflasi dan Andil Kelompok... 33 Tabel 3.1 Perkembangan Kredit Sektoral Bangka Belitung (Rp Miliar)... 43 Tabel 3.2 Perkembangan Kredit UMKM Bangka Belitung... 44 Tabel 3.3 Perkembangan Bank Umum Syariah... 46 Tabel 3.4 Perputaran Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong Bangka Belitung... 47 Tabel 4.1 Realisasi APBD sampai dengan triwulan II 2013 & 2014... 49 Tabel 4.2 Realisasi Belanja Daerah... 51 Tabel 5.1 Ketenagakerjaan Bangka Belitung di Masing-Masing Kabupaten/Kota... 54 Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan di Bangka Belitung... 55 Tabel 5.3 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama di Bangka Belitung... 56 Tabel 5.4 Perbandingan NTP Berdasarkan SubSektor... 57 Tabel 5.5 Inflasi Pedesaan... 58 Tabel 5.6. Perkembangan Indikator Kemiskinan 2013 Kep. Bangka Belitung... 59 Tabel 5.7. Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Saat Ini 2014... 61 Tabel 5.8. Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan 6 Bulan YAD 2014... 61 Tabel 5.9. Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan Saat Ini 2014... 61 Tabel 5.10. Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan 6 Bulan YAD 2014... 62 Tabel 6.1 Perkembangan Proyeksi Pertumbuhan Global... 63 5

Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1 PDRB Nominal dan Pertumbuhan Ekonomi (%) Bangka Belitung... 15 Grafik 1.2 Perkembangan Harga TBS Bangka Belitung... 16 Grafik 1.3 Produksi Karet Bangka Belitung... 17 Grafik 1.4 Harga Pasar Dunia CPO VS Karet... 17 Grafik 1.5 Produksi dan Harga Timah... 18 Grafik 1.6 Harga Timah BKDI VS LME... 18 Grafik 1.7 Pelanggan VS Penjualan Listrik... 19 Grafik 1.8 Konsumsi Semen Bangka Belitung... 19 Grafik 1.9 Tren Pertumbuhan Tingkat Hunian dan Pariwisata Bangka Belitung... 19 Grafik 1.10 Bongkar Muat Pelabuhan... 20 Grafik 1.11 Arus Penumpang Pesawat... 20 Grafik 1.12 Indeks Konsumsi Barang Tahan Lama... 21 Grafik 1.13 Perkembangan Indeks Utama Survei Konsumen... 21 Grafik 1.14 Pendaftaran Kendaraan Bermotor... 21 Grafik 2.1 Inflasi Bangka Belitung Vs Nasional... 33 Grafik 2.2 Historis Inflasi Babel... 34 Grafik 2.3 Inflasi Umum Tahunan dan Disagregasi Inflasi Tahunan... 34 Grafik 2.4 Perkembangan Stok Beras Bulog... 35 Grafik 2.5 Perkembangan Arus Bongkar Pelabuhan... 35 Grafik 2.6 Perkembangan Curah Hujan Babel... 35 Grafik 2.7 Perkembangan Tinggi Gelombang... 35 Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan Bangka Belitung... 39 Grafik 3.2 Perkembangan Komponen DPK Perbankan di Bangka Belitung... 41 Grafik 3.3 Jumlah dan Pertumbuhan Kredit Menurut Penggunaan Bangka Belitung... 42 Grafik 3.4 Pangsa Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan Bangka Belitung... 42 Grafik 3.5 Perkembangan NPL Perbankan Bangka Belitung... 44 Grafik 3.6 Perkembangan RTGS Bangka Belitung... 47 Grafik 3.7 Perkembangan Penarikan Uang Lusuh di Bangka Belitung... 48 Grafik 3.8 Perkembangan Inflow Outflow di Bangka Belitung... 48 Grafik 4.1 Perbandingan Rencana Pendapatan dan Belanja Daerah 2013 dan 2014... 50 Grafik 5.1 Perkembangan Tingkat Pengangguran... 53 Grafik 5.2 Proporsi Pengangguran terhadap Tenaga Kerja... 54 Grafik 5.3 Perkembangan Nilai Tukar Petani per Bulan... 57 Grafik 5.4 Perkembangan Nilai Tukar Petani dan Inflasi Pedesaan... 57 7

Grafik 5.5 Indeks Penghasilan... 60 Grafik 5.6 Indeks Ketersediaan Lapangan Pekerjaan... 60 Grafik 6.1 Ekspektasi Kegiatan Usaha... 64 Grafik 6.2 Perkembangan Indeks Pengeluaran Konsumen 3 Bulan Mendatang... 65 Grafik 6.3 Perkembangan Indeks Ekspektasi Harga 3 Bulan Mendatang... 67 8

INDIKATOR EKONOMI 9

Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

RINGKASAN EKSEKUTIF Kajian Ekonomi Regional Bangka Belitung I. Perkembangan Makro Ekonomi Regional Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kep. Bangka Belitung melambat seiring belum membaiknya harga komoditas yakni karet dan kelapa sawit. Dari sisi permintaan, pertumbuhan didukung masih tingginya konsumsi rumah tangga meski tumbuh melambat. Melambatnya pertumbuhan terutama diakibatkan kinerja sektor pertanian yang melambat Perekonomian masih didukung konsumsi rumah tangga dan membaiknya ekspor Melambatnya pertumbuhan ekonomi diakibatkan melambatnya kinerja sektor pertanian sementara sektor utama lainnya masih tumbuh stabil. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2014 sebesar 4,65% (yoy) lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 4,91% (yoy). Sektor ekonomi utama masih tumbuh relatif stabil kecuali sektor pertanian yang mengalami perlambatan. Perlambatan sektor pertanian terutama diakibatkan melambatnya sub sektor perkebunan seiring masih belum membaiknya harga komoditas dan produksi yang menurun karena pengaruh musim kemarau sebelumnya. Meski sektor pertanian tumbuh melambat namun masih memberikan kontribusi terbesar pada pertumbuhan pada triwulan II 2014. Sementara sektor ekonomi utama yang masih meningkat adalah sektor industri pengolahan, bangunan, PHR. Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi didukung masih tingginya konsumsi rumah tangga dan membaiknya kinerja ekspor. Konsumsi rumah tangga sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya Perlambatan tersebut diakibatkan belum membaiknya harga komoditas unggulan yang mempengaruhi penghasilan masyarakat Bangka Belitung. Selain itu kenaikan TTL dan masih tingginya inflasi berpengaruh negatif terhadap konsumsi masyarakat. Dari sisi eksternal, ekspor tercatat membaik dikarenakan mulai pulihnya kinerja ekspor timah. II. Perkembangan Inflasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Inflasi Kep. Babel menurun yang diakibatkan menurunnya tekanan inflasi kelompok volatile food dan membaiknya inflasi administered prices. 11

Inflasi pada akhir triwulan II 2014 menurun dari 8,25% (yoy) menjadi 6,12% (yoy) Inflasi pada triwulan II 2014 menurun dari 8,25% (yoy) menjadi 6,12% (yoy) yang didukung menurunnya tekanan inflasi kelompok volatile food dan membaiknya inflasi administered price. Turunnya harga kelompok tersebut terutama disebabkan lancarnya pasokan komoditas pangan strategis ke Pulau Bangka dan Belitung seiring lebih kondusifnya gelombang laut dan cuaca di triwulan ini dibandingkan kondisi triwulan sebelumnya. Sementara itu, tidak adanya kebijakan Pemerintah untuk menaikkan harga selama triwulan laporan mengakibatkan inflasi kelompok administered price relatif terkendali. III. Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Indikator penghimpunan dana dan volume usaha perbankan meningkat namun kinerja intermediasi perbankan sedikit menurun. Total aset perbankan meningkat yang didukung meningkatnya penghimpunan DPK terutama untuk deposito Secara umum, volume usaha perbankan Babel meningkat yang didukung meningkatnya penghimpunan dana terutama untuk deposito. Namun demikian, fungsi intermediasi perbankan terindikasi mengalami penurunan dengan turunnya Loan to Deposit Ratio (LDR) berdasarkan lokasi proyek serta meningkatnya rasio Non Performing Loan (NPL). Total aset perbankan Bangka Belitung meningkat cukup signifikan sebesar 8,97% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya mengalami penurunan sebesar 0,20% (yoy). Meningkatnya aset perbankan dipengaruhi oleh peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada triwulan laporan serta bertambahnya jaringan kantor beberapa bank yang beroperasi di provinsi ini. Pertumbuhan penyaluran kredit melambat Perlambatan pertumbuhan ekonomi khususnya pada sektor perkebunan, menyebabkan pertumbuhan penyaluran kredit sedikit melambat. Kredit bank umum menurut lokasi proyek tercatat sebesar Rp12,11 triliun atau tumbuh 25,10% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 31,56% (yoy). Perlambatan terjadi baik pada kredit produktif maupun non produktif. IV. Perkembangan Keuangan Daerah Realisasi pendapatan sampai dengan triwulan II 2014 2014 mencapai 50,11% sementara realisasi belanja baru mencapai sebesar 25,12%. Realisasi pendapatan Pemerintah sudah mencapai 50,11% Realisasi pendapatan daerah sampai dengan triwulan II 2014 mencapai 50,11% dari perkiraan pendapatan daerah 2014. Realisasi pendapatan Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mencapai 12

Rp879,7 miliar. Penyumbang pemasukan terbesar secara nominal pada pendapatan daerah Kep. Bangka Belitung berasal dari pendapatan transfer yang memiliki share sebesar 64,18% dari total pendapatan daerah. Sementara itu pencapaian pendapatan dari pendapatan asli daerah terealisasi sebesar 50,73% dari yang ditargetkan. Realisasi belanja daerah masih relatif rendah Sementara itu realiasi belanja sampai dengan triwulan II 2014 mencapai Rp506,45 miliar atau 25,121% dari total anggaran belanja yang disediakan yaitu sebesar Rp2,02 triliun. Rendahnya realisasi belanja tersebut dikarenakan masih banyak komponen belanja daerah belum menyerap anggaran yang disediakan dengan optimal. Bahkan masih terdapat komponen belanja yang tercatat nihil dalam penggunaan anggaran tersebut. V. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Indikator ketenagakerjaaan dan kesejahteraan membaik. Jumlah pengangguran menurun pada level 2,67% sedangkan tingkat kemiskinan berada pada level terendah selama 7 tahun terakhir pada kisaran dibawah 5,3%. Tingkat Pengangguran Terbuka menurun Pada bulan Februari 2014, TPAK menurun dibandingkan dengan periode sebelumnya yaitu dari 71,1% menjadi 66,8% (yoy) yang berarti jumlah penduduk di Bangka Belitung yang aktif secara ekonomi mengalami penurunan. Namun demikian, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) ikut mengalami penurunan jika dibandingkan dengan triwulan I 2013 yaitu dari 3,30% menjadi 2,67%. VI. Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah Pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2014 diperkirakan meningkat yang didukung masih tingginya konsumsi rumah tangga dan membaiknya ekspor. Sementara itu, tekanan inflasi pada triwulan III 2014 diperkirakan meningkat namun masih dalam level yang terkendali seiring dengan liburan dan mulainya tahun ajaran baru sekolah serta bulan puasa dan perayaan Idul Fitri. Ekonomi Bangka Belitung pada triwulan III 2014 diperkirakan meningkat Pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung diperkirakan tumbuh lebih tinggi yang didukung membaiknya harga komoditas dan meningkatnya kinerja ekspor. Proyeksi pertumbuhan ekonomi diperkirakan pada kisaran 5,4%- 5,9% (yoy) dengan kecenderungan bias ke bawah. Namun demikian terdapat 13

risiko yang dapat menghambat laju pertumbuhan ekonomi diantaranya: a. Pelemahan ekonomi Cina dapat menurunkan kembali harga timah di pasar internasional. b. Kapasitas pengolahan CPO yang ada di Bangka Belitung masih sangat terbatas. Tekanan inflasi meningkat yang diperkirakan menurun Inflasi pada triwulan III 2014 diperkirakan sebesar 5,7%-6,7% (yoy) dengan kecenderungan bias keatas. Dampak kenaikan harga BBM bersubsidi diperkirakan menurun dan menghilang pada triwulan III 2014. Belum adanya kebijakan pemerintah untuk penyesuaian harga khususnya BBM bersubsidi mengakibatkan tekanan inflasi kelompok administered price menjadi berkurang. Sementara itu, potensi tekanan inflasi pada triwulan III2014 berasal dari komoditas inti dan volatile foods. Pemilu presiden, bulan puasa/ Hari Raya, dan tahun ajaran baru akan meningkatkan tekanan inflasi pada kedua kelompok tersebut 14

Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi melambat yang diakibatkan melambatnya kinerja sektor pertanian seiring dengan harga komoditas yang menurun. Dari sisi permintaan, Perekonomian ditopang masih tingginya konsumsi rumah tangga dan membaiknya ekspor. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2014 sebesar 4,65% (yoy) lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 4,91% (yoy). Secara triwulanan, ekonomi Bangka Belitung tumbuh 0,02% (qtq) pada triwulan II 2014. Perlambatan pertumbuhan terutama diakibatkan melambatnya kinerja sektor pertanian. Dari sisi permintaan, perekonomian didukung masih tingginya konsumsi rumah tangga dan membaiknya ekspor. Grafik 1.1 PDRB Nominal dan Pertumbuhan Ekonomi (%) Bangka Belitung Sumber : BPS Bangka Belitung 1.1. Sisi Penawaran Sektor ekonomi utama tumbuh relatif stabil kecuali sektor pertanian yang mengalami perlambatan. Sektor ekonomi utama yang masih meningkat adalah industri pengolahan, PHR dan pertambangan. Meski sektor pertanian tumbuh melambat namun masih memberikan kontribusi terbesar pada pertumbuhan pada triwulan II 2014 sebesar 6,70%. Sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan yang tinggi adalah bangunan. Berdasarkan informasi dari liaison, pada triwulan ini banyak perusahaan melakukan investasi diatas rata-rata untuk mendukung usahannya. Terutama semenjak aktivitas perdagangan timah mulai kembali normal. Selain itu, proyek pembangunan Talud dan pembangkit tenaga listrik juga turut mempengaruhi pertumbuhan sektor bangunan. 15

Perkembangan Ekonomi Makro Regional Tabel 1.1 Pertumbuhan Tahunan Sisi Penawaran Bangka Belitung (%) Sumber : BPS Bangka Belitung Sektor pertanian yang merupakan salah satu sektor ekonomi utama tumbuh melambat namun sektor ini masih menyumbang andil terbesar pada pertumbuhan ekonomi triwulan ini. Sektor ini tumbuh 6,70% (yoy) dengan andil pertumbuhan sebesar 1,61% (yoy). Pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 8,18% (yoy). Berdasarkan hasil liaison, perlambatan terjadi pada subsektor perkebunan yang diakibatkan belum membaiknya harga komoditas internasional dan produksi yang menurun karena pengaruh musim kemarau sebelumnya. Grafik 1.2 Perkembangan Harga TBS Bangka Belitung Sumber : Dinas Pertanian, Peternakan dan Perkebunan Bangka Belitung & Bloomberg Subsektor perikanan juga mengalami perlambatan pada triwulan laporan. Kondisi cuaca yang buruk di bulan April dan Juni 2014 menyebabkan sejumlah nelayan enggan melaut sehingga jumlah tangkapan ikan menurun cukup signifikan. Penurunan pertumbuhan juga terjadi pada subsektor tanaman bahan makanan. Mulai masuknya periode masa tanam padi diyakini sebagai sumber menurunnya output dari subsektor ini. Selain itu perlunya antispasi terhadap terjadinya musim kemarau berkepanjangan 16

Perkembangan Ekonomi Makro Regional yang menyebabkan mundurnya masa tanam bagi sebagian petani dikarenakan perlunya pertimbangan yang matang dalam menentukan strategi tanam yang baik. Sementara itu, sektor perkebunan karet menurun karena kondisi harga yang belum membaik sehingga menurunkan aktivitas penyadapan. Produksi karet di Bangka Belitung pada triwulan laporan tercatat masih menurun sebesar 19,29% (yoy), walaupun kondisi ini lebih baik dari triwulan sebelumnya yang turun lebih dalam sebesar 31,03%. Grafik 1.3 Produksi Karet Bangka Belitung Grafik 1.4 Harga Pasar Dunia CPO VS Karet Sumber: Dinas Perkebunan Babel, diolah Sumber: Bloomberg, diolah Sektor pertambangan dan penggalian mulai membaik seiring dengan membaiknya kinerja pertambangan timah semenjak diberlakukannya Peraturan Menteri Perdagangan No.32/M-DAG/PER/6/2013 tanggal 28 Juni 2013 Tentang Ketentuan Ekspor Timah (berlaku sejak tanggal 30 Agustus 2013) yang mengharuskan kegiatan eksportasi timah dilakukan melalui Bursa Komoditas dan Derivatif Indonesia (BKDI). Hal ini sejalan hasil liaison dimana aktivitas perdagangan timah sudah mulai recovery. Sektor pertambangan dan penggalian tumbuh dari 0,92% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 1,11% (yoy) pada triwulan laporan. Produksi bijih timah selama triwulan II 2014 tercatat tumbuh signifikan 54,46% (qtq) dari triwulan sebelumnya. Sedangkan penjualan logam timah meningkat 31,77% (qtq) dari triwulan sebelumnya. Kewajiban setiap perusahaan untuk melakukan perdagangan melalui BKDI mulai terlihat dampak positifnya dimana harga timah dalam negeri semakin membaik dibandingkan dengan harga timah yang diperdagangkan di LME (London Metal Exchange). Kondisi ini selain dapat menjadi stimulus bagi pengusaha tambang, terutama pengusaha timah untuk meningkatkan kinerjanya, juga dapat menjadi mendorong terbentuk bursa komoditas untuk komoditas unggulan lainnya. 17

Perkembangan Ekonomi Makro Regional Grafik 1.5 Produksi dan Harga Timah Grafik 1.6 Harga Timah BKDI VS LME Sumber: Dinas Pertambangan Kepulauan Bangka Belitung, diolah Sumber: Bloomberg, http://www.icdx.co.id/ Pertumbuhan sektor industri pengolahan meningkat, dari 1,02% (yoy) menjadi 1,46% (yoy) sehingga andilnya terhadap pertumbuhan ekonomi juga meningkat dari 0,20% menjadi 0,29%. Meningkatnya pertumbuhan sektor industri pengolahan dipengaruhi oleh masih tingginya permintaan CPO untuk kebutuhan dalam negeri sehingga menjadi subsitusi ditengah masih menurunnya ekspor. Selain itu mulai beroperasinya pabrik refineray CPO PT SWP sebagai pabrik dengan kapasitas terbesar pengolahan kernel dan inti sawit semakin memacu kinerja industri pengolahan di Kep. Babel terutama di Belitung Timur. Dengan adanya pabrik ini, ekspor CPO sudah tidak dalam bentuk CPO mentah namun sudah diolah menjadi produk dengan nilai tambah yang lebih tinggi. Beroperasinya pabrik ini turut menyerap tenaga kerja sebanyak +/- 3.500 pekerja yang akan semakin berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi regional. Sektor listrik, gas, dan air bersih tumbuh masih tumbuh melambat menjadi 1,01% (yoy). Perlambatan pertumbuhan tersebut antara lain diakibatkan adanya penyesuaian Tarif Tenaga Listrik (TTL) untuk industri besar secara bertahap yang berlaku mulai 1 Mei 2014 disamping masih terdapat efek samping dari kenaikan TTL secara bertahap sebanyak 3 kali di tahun 2013 terutama untuk konsumen rumah tangga. Informasi yang didapat dari beberapa kontak liaison, biaya energi dalam beberapa bulan ini mulai mendominasi biaya operasional perusahaan. Selain itu tingginya biaya listrik mempengaruhi konsumsi oleh pelanggan khususnya rumah tangga. Berdasarkan data PLN, penjualan listrik pada triwulan II 2014 hanya tumbuh 8,27% (yoy) lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 10,15% (yoy). 18

Perkembangan Ekonomi Makro Regional Grafik 1.7 Pelanggan VS Penjualan Listrik Grafik 1.8 Konsumsi Semen Bangka Belitung Sumber: PLN Sumber: Asosiasi Pengusaha Semen Indonesia Pertumbuhan sektor bangunan tercatat 7,77% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 7,44% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan sektor tersebut juga didukung mulai meningkatnya realisasi proyek Pemda antara lain proyek pembangunan pemecah gelombang (Talud) tahap II yang mulai dilanjutkan kembali. Proyek ini akan melindungi pelabuhan-pelabuhan besar dari transportasi sedimen sehingga terhindar dari pendangkalan. Percepatan pembangunan PLTU 3 Air Anyer dan PLTU 4 di Belitung yang diharapkan dapat beroperasi maksimal di akhir tahun ini turut mendongkrak pertumbuhan dari sektor bangunan. Selain itu, pembangunan infrastruktur khususnya jalan di daerah pedesaan juga telah dimulai sejak awal tahun melalui Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP). Grafik 1.9 Tren Pertumbuhan Tingkat Hunian dan Pariwisata Bangka Belitung Sektor perdagangan, hotel, dan restoran masih tumbuh cukup tinggi yang didorong meningkatnya perdagangan antar pulau dan kegiatan pariwisata. Sektor ini pada triwulan laporan tercatat tumbuh 5,35% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh 5,22% (yoy). Hasil survei liaison memperlihatkan adanya peningkatan aktivitas pariwisata di Bangka Belitung saat liburan. Jumlah wisatawan pada triwulan II 2014 mencapai 76.931 orang atau tumbuh meningkat dari 19,04% (yoy) pada triwulan I 2014 menjadi 28,99% (yoy). 19

Perkembangan Ekonomi Makro Regional Grafik 1.10 Bongkar Muat Pelabuhan Grafik 1.11 Arus Penumpang Pesawat Sumber : PT Pelindo Cabang Pelabuhan Pangkalbalam dan Tanjungpandan, diolah Sumber : PT Angkasa Pura, diolah Sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya. Andil sektor pengangkutan terhadap pertumbuhan ekonomi tahunan sebesar 0,23%. Sektor ini tumbuh sebesar 5,80% (yoy) atau sedikit lebih tinggi dibanding periode sebelumnya 5,55% (yoy). Perbaikan pertumbuhan ini dipengaruhi oleh aktivitas pertambangan dan pengolahan CPO yang semakin membaik dari triwulan sebelumnya. Sektor non dominan lainnya yakni sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa tercatat tumbuh melambat. Sektor keuangan tumbuh sebesar 7,50% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,63% (yoy) seiring masih tersendatnya kinerja komoditas karet. Sementara itu, sektor jasa-jasa tumbuh melambat dari 7,03% (yoy) menjadi 5,83% (yoy) seiring melambatnya konsumsi rumah tangga. 1.2. Sisi Permintaan Tabel 1.2 Pertumbuhan Tahunan Sisi Permintaan Bangka Belitung (%) Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi didukung masih tingginya konsumsi rumah tangga dan membaiknya kinerja ekspor. Sumber utama pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2014 masih tercatat dari konsumsi rumah tangga walaupun pertumbuhannya melambat. Konsumsi rumah tangga memberikan andil terhadap 20

Perkembangan Ekonomi Makro Regional pertumbuhan ekonomi Babel sebesar 2,95%. Komponen lainnya yakni PMTB tumbuh positif. Dari sisi eksternal, ekspor tercatat membaik dikarenakan mulai pulihnya kinerja ekspor timah. Konsumsi rumah tangga sedikit melambat menjadi sebesar 5,8% (yoy), setelah triwulan sebelumnya tumbuh 5,99%. Perlambatan tersebut diakibatkan belum membaiknya harga komoditas unggulan yang mempengaruhi penghasilan masyarakat Bangka Belitung. Selain itu kenaikan TTL dan masih tingginya inflasi berpengaruh negatif terhadap konsumsi masyarakat. Namun membaiknya kinerja ekspor timah dan meningkatnya permintaan menjelang bulan puasa menahan penurunan konsumsi rumah tangga lebih dalam lagi. Hal ini terkonfirmasi dari indeks konsumsi barang tahan lama 1 yang menunjukkan perkembangan searah yakni meningkat dari 91,25 pada triwulan I 2014 menjadi 109,33 pada triwulan laporan. Grafik 1.12 Indeks Konsumsi Barang Tahan Lama Grafik 1.13 Perkembangan Indeks Utama Survei Konsumen Sumber : KPw BI Wilayah VII Sumber : KPw BI Wilayah VII Melambatnya pertumbuhan konsumsi masyarakat yang dipengaruhi oleh kondisi pendapatan masyarakat Babel juga tercermin dari berkurangnya pertumbuhan kendaraan baru di provinsi tersebut. Selama triwulan II 2014, kendaraan baru menurun sebesar 24,82% (yoy). Grafik 1.14 Pendaftaran Kendaraan Bermotor Sumber : Dispenda Provinsi Kep. Bangka Belitung, diolah 1 Hasil Survei Konsumen KPw BI Wilayah VII, diolah 21

Perkembangan Ekonomi Makro Regional Konsumsi pemerintah sedikit meningkat. Konsumsi pemerintah tercatat tumbuh meningkat dari 4,58% (yoy) menjadi 4,85% (yoy) seiring meningkatnya pengeluaran pemerintah Kabupaten dan Kota untuk realisasi proyek pembangunan serta persiapan penyelenggaraan dan pelaksanaan pemilu presiden. Sementara itu, investasi sedikit meningkat dari 4,70% (yoy) menjadi 4,77% (yoy). Walaupun reaksi pelaku usaha menerapkan wait and see terkait dengan hasil pemilu namun suksesnya penyelenggaraan pemilu legislatif memicu pertumbuhan investasi ke arah yang positif. Disamping itu mulai bergairahnya aktivitas perdagangan timah dan masih tingginya permintaan CPO dalam negeri cukup memberikan keyakinan bagi pelaku usaha untuk melakukan ekspansi usahanya. Ekspor secara umum tercatat tumbuh 1,74% (yoy) pada triwulan laporan, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 0,65% (yoy). Meningkatnya ekspor terutama didukung membaiknya ekspor komoditas timah. Nilai ekspor timah pada triwulan II 2014 sebanyak $ 485,50 juta atau meningkat 68,06% dibandingkan triwulan sebelumnya. Membaiknya harga timah pada BKDI sebagai salah satu bursa acuan harga timah, memberikan efek positif bagi pertumbuhan ekspor Babel. Sementara itu, impor mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya walaupun di Babel masih tercatat net ekspor. Pada triwulan laporan, impor tercatat tumbuh 9,31% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 8,08% (yoy). Mulai berkembangnya subsektor tanaman pangan serta pulihnya kembali harga sawit dan meningkatnya aktivitas perdagangan timah menyebabkan aktivitas di sektor ini meningkat kembali. Kondisi inilah yang memicu peningkatan impor luar negeri untuk sarana produksi pertanian dan pertambangan seperti pupuk, nutrisi tanaman, dan alat-alat berat. 22

Perkembangan Ekonomi Makro Regional Suplemen A. Keyakinan Konsumen Pangkalpinang Terus Tumbuh Positif Perkembangan Indeks Keyakinan konsumen Triwulan II 2014 Hasil survei konsumen (SK) menunjukkan masyarakat Kota Pangkalpinang pada triwulan II 2014 lebih optimis terhadap indikator perekonomian. Rata-rata Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada triwulan II sebesar 133 atau naik signifikan dibanding triwulan sebelumnya sebesar 114. Kenaikan IKK tersebut diakibatkan meningkatnya semua komponen pembentuk IEK dan IKE secara signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kenaikan terbesar pada komponen Perkiraan Ketersediaan lapangan kerja 6 bulan mendatang dibandingkan saat ini naik sebesar 36,50% dan komponen ketersediaan lapangan kerja saat ini dibanding 6 bulan lalu naik sebesar 32,60%. Perkembangan IKK dalam 3 tahun terakhir dapat dilihat pada grafik A.1. Grafik A.1 IKK, IKE, IEK Triwulanan 2012-2014 Komponen Indeks Keyakinan Konsumen Rata-rata IKK pada triwulan II 2014 sebesar 133 atau meningkat 17,6% dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara bulanan, Indeks Keyakinan Konsumen selama triwulan II 2014 menunjukkan kecenderungan tren yang meningkat. Selama triwulan II 2014, posisi tertinggi IKK berada pada bulan Mei yaitu sebesar 135,17. Berdasarkan komponen penyusun IKK yaitu IKE dan IEK, peningkatan rata-rata IKK pada triwulan II 2014 terutama diakibatkan oleh Perkiraan Ketersediaan lapangan kerja 6 bulan mendatang dan Ketersediaan lapangan kerja saat ini 23

Perkembangan Ekonomi Makro Regional dengan peningkatan masing-masing 36,50% dan 32,60%. Grafik A.2 IKK, IKE dan IEK Bulanan 2012-2014 Pendapat Responden terhadap Penghasilan Optimisme konsumen terhadap kondisi penghasilan saat ini dibanding enam bulan yang lalu meningkat cukup tajam, tercermin dari naiknya indeks menjadi 144,67 pada triwulan II 2014 dari triwulan sebelumnya 133,25. Kenaikan tersebut dipengaruhi oleh membaiknya keyakinan masyarakat terhadap jaminan ketersediaan lapangan pekerjaan saat ini dan mendatang di Kep. Bangka Belitun. Kondisi tersebut juga diikuti oleh indeks perkiraan penghasilan 6 bulan mendatang dibanding saat ini yang tumbuh positif. Kenaikan indeks perkiraan penghasilan 6 bulan mendatang naik menjadi 140,33 pada triwulan II dari triwulan sebelumnya sebesar 137,88. Grafik A.3 Pembentuk Ekspektasi Konsumen 2012-2014 24

Perkembangan Ekonomi Makro Regional Grafik A.4 Pembentuk Keyakinan Konsumen 2012-2014 Pendapat Responden terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Kondisi membaiknya komponen penghasilan juga diikuti oleh perkembangan positif mengenai keyakinan konsumen terhadap lapangan pekerjaan. Tingkat keyakinan konsumen terus meningkat pada triwulan II 2014 terhadap indeks ketersediaan lapangan pekerjaan saat ini sebesar 121,33 jauh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 91,50. Sementara itu, ekspektasi ketersediaan lapangan pekerjaan juga meningkat yang tercermin dari indeks rata-rata perkiraan ketersediaan lapangan pekerjaan saat ini dibandingkan 6 bulan yang akan datang yaitu sebesar 136,50 atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 100. Grafik A.5 Keyakinan Konsumen Terhadap Pertumbuhan Lapangan Pekerjaan 25

Perkembangan Ekonomi Makro Regional Suplemen B. Analisis Location Quotient : Komoditas Daging Ayam, Karet, dan Kelapa Sawit Berpotensi Menjadi Sumber Pertumbuhan Ekonomi Babel. Penentuan komoditas unggulan pada suatu daerah merupakan langkah strategis untuk menuju pembangunan ekonomi yang mengacu pada konsep efisiensi dalam mencapai optimalisasi menghadapi globalisasi perdagangan. Berbagai pendekatan dan alat analisa banyak digunakan untuk mengidentifikasi komoditas unggulan. Setiap pendekatan memiliki kelebihan dan kelemahan, sehingga dalam memilih metode analisis untuk komoditas unggulan perlu dilakukan secara hati-hati dan bijaksana. Salah satunya dengan menggunakan pendekatan Analisis Location Quotient (LQ). Analisis Location Quotient (LQ) Analisis LQ ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat spesialisasi sektor-sektor ekonomi di suatu daerah atau sektor-sektor apa saja yang merupakan sektor basis atau leading sector. Pada dasarnya teknik ini menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan suatu sektor di daerah yang diteliti dengan kemampuan sektor yang sama pada daerah yang menjadi acuan. Adapun persamaannya sebagai berikut: pppp/tttt PPPP/TTTT Keterangan: px tx PX TX : Produktivitas komoditas x di Provinsi Kep. Babel : Total produktivitas komoditas x di Provinsi Kep. Babel : Produktivitas komoditas x di Indonesia : Total produktivitas komoditas x di Indonesia Dari perhitungan Location Quotient (LQ) suatu sektor, kriteria umum yang dihasilkan adalah: a. LQ >1 : komoditas perkebunan ini menjadi basis atau menjadi sumber pertumbuhan. Komoditas tersebut tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan di Provinsi Kep. Babel tetapi 26

Perkembangan Ekonomi Makro Regional berpotensi untuk dapat didistribusikan ke provinsi/wilayah lainnya. b. b. LQ =1 : komoditas perkebunan ini tergolong non basis. Komoditas tersebut hanya cukup memenuhi kebutuhan di Provinsi Kep. Babel sendiri dan tidak dapat di distribusikan ke provinsi lainnya. c. c. LQ <1 : komoditas perkebunan ini juga tergolong non basis. Produksi komoditas tersebut di Provinsi Kep. Babel tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri, sehingga perlu pasokan dari provinsi lainnya. Analisa ini dilakukan terlebih dulu dengan menentukan periode observasi selama 3 tahun (2010-2012) dan kategori komoditas yang akan dibandingkan dengan kategori nasional. Selain itu pemilihan untuk jenis komoditas terpilih mempertimbangkan komoditas yang memiliki peran dalam penyumbang inflasi dan komoditas unggulan yang mempengaruhi ekonomi Kep. Babel. Adapun kategori yang akan dibandingkan diantarannya: o o o Kategori Peternakan: Komoditas Daging Ayam, Daging Kambing, dan Daging Sapi. Kategori Tabama: Komoditas Padi, Jagung, Kacang Tanah, dan Kedelai. Kategori Perkebunan: Komoditas Karet, Kelapa Sawit, dan Kopi. Tabel B.1 Kinerja Ekspor Karet, CPO, Kopi Kep. Bangka Belitung Sumber: Cognos 27

Perkembangan Ekonomi Makro Regional Tabel B.2 Perkembangan Inflasi Kelompok Kep. Bangka Belitung Sumber: BPS, Diolah Hasil Analisis Location Quotient (LQ) berikut: Berdasarkan penghitungan LQ hasil LQ dari tahun 2010 2012 Prov. Kep. Babel sebagai Tabel B.2 Hasil Perhitungan LQ Kategori Peternakan Peternakan Nilai LQ 2010 2011 2012 Daging Ayam Ras Pedaging 1.12 1.10 1.09 Daging Kambing 0.14 0.10 0.13 Daging Sapi 0.84 0.90 0.92 Sumber: Kementerian Pertanian, Diolah Tabel B.2 Hasil Perhitungan LQ Kategori Tabama Tabama Nilai LQ 2010 2011 2012 Padi Sawah 0.74 0.69 0.64 Jagung 0.68 0.75 0.69 Kacang Tanah 0.84 0.83 0.77 Kedelai 0.77 0.71 - Sumber: Kementerian Pertanian, Diolah Tabel B.3 Hasil Perhitungan LQ Kategori Perkebunan Perkebunan Nilai LQ 2010 2011 2012 Karet 0.93 1.03 1.13 Kelapa Sawit 1.05 1.03 1.09 Kopi 0.87 0.78 0.39 Sumber: Kementerian Pertanian, Diolah Keterangan: Basis Non basis 28

Perkembangan Ekonomi Makro Regional Dari hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa setiap tahunnya, karakteristik LQ ke 10 jenis komoditas tersebut ada yang bersifat konstan dan ada juga yang berubah-ubah. Daging ayam ras dan kelapa sawit adalah komoditas yang selalu memiliki nilai LQ > 1 dalam 3 tahun terakhir. Sedangkan karet adalah komoditas yang memiliki trend LQ selalu meningkat tiap tahunnya dan dapat dijadikan komoditas unggulan yang dapat memberikan keuntungan lebih besar bagi petaninya. komoditas yang tergolong basis, dapat diartikan sebagai komoditas di Provinsi Kep. Babel yang memiliki keunggulan komparatif, hasilnya tidak saja dapat memenuhi kebutuhan di wilayah tersebut akan tetapi juga dapat diekspor atau dijual ke luar wilayah Kep. Babel. Sedangkan untuk komoditas-komoditas di luar ketiga komoditas tersebut, memiliki LQ < 1 sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan domestik provinsi Kep. Babel sendiri, perlu pasokan atau impor dari wilayah lain. Dengan kata lain komoditas-komoditas non basis bukan merupakan komoditas yang saat ini dapat dijadikan komoditas unggulan dari provinsi Kep. Babel. Dengan hasil perhitungan ini, perlu peran dari pemerintah dan masyarakat untuk terus mengembangkan komoditas golongan basis yaitu daging ayam, karet, dan sawit agar produktivitasnya terus meningkat sehingga mampu bersaing dengan provinsi lain di Indonesia. Sedangkan untuk komoditas golongan non basis perlu dilakukan intensifikasi dan ekstensifikasi agar dapat memenuhi kebutuhannya sendiri dan tidak terus bergantung dari wilayah lain. 29

Perkembangan Ekonomi Makro Regional Suplemen C. Sukses Mendongkrak Harga Timah, BKDI Ditargetkan Menjadi Acuan Harga Komoditas Lainnya Pembentukan Bursa Komoditas dan Derivatif Indonesia (BKDI) Berdasarkan Surat Keputusan No. 26/BAPPEBTI/KP/6/2009 Pemerintah membentuk Bursa Komoditas dan Derivatif Indonesia (BKDI) pada 23 Juni 2009 yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas komoditas yang akan diperdagangkan dan melindungi pelaku usaha yang sangat rentan terhadap gejolak perubahan harga komoditas dunia. Pemerintah menyadari pentingnya sebuah sarana lindung nilai (Bursa Berjangka) di Indonesia. Sebagai negara yang kaya akan sumber daya antara lain timah, CPO, karet, emas, tembaga, dan masih banyak sumber daya alam lainnya, merupakan suatu kebutuhan bagi Indonesia untuk memiliki bursa komoditas tersendiri sebagai penentu harga acuan komoditas di pasar internasional sehingga memiliki posisi tawar yang lebih baik. Kinerja Ekspor Timah Melalui BKDI Kegiatan ekspor timah di Indonesia yang ditransaksikan melalui BKDI secara perdana dimulai pada tanggal 21 September 2013 dengan volume ekspor sebesar 149,9 ribu metrik ton dari Pelabuhan Pangkalbalam, Bangka Belitung. Dalam BKDI, terdapat beberapa persyaratan terkait dengan kualitas komoditas dan adminsitrasi yang dirancang sedemikian rupa demi meningkatkan nilai tambah, baik untuk komoditas perdagangan, maupun untuk proses perdagangannya sehingga transaksi melalui bursa tersebut lebih tertata rapi dan transparan serta kualitas produk yang diperoleh pembeli lebih terjamin. Walaupun sempat muncul isu negatif mengenai oligopoli perdagangan, ekspor ilegal, dan persyaratan yang bias, namun sampai saat ini bursa perdagangan tersebut dinilai berhasil untuk meningkatkan harga dan kualitas perdagangan komoditas ekspor. Harga timah dalam BKDI menunjukkan perkembangan yang lebih baik dibandingkan harga di London Metal Exchange (LME) yang diacu sebelumnya. Harga komoditas timah di BKDI relatif lebih tinggi dibandingkan harga acuan LME. Kondisi ini diharapkan mampu memacu pelaku usaha timah untuk meningkatkan kinerjanya, baik dari segi kualitas produk maupun dari segi administrasi. Perkembangan nilai ekspor timah pasca diberlakukannya transaksi melalui BKDI rata-rata meningkat 11,20%. 30

Perkembangan Ekonomi Makro Regional Tabel C.1 Harga Komoditas Unggulan BKDI VS LME Transaksi Perdana BKDI Pengembangan BKDI untuk Komoditas Unggulan Lain Media asing melihat, perubahan regulasi timah ini sebagai langkah awal kebijakan pemerintah Indonesia untuk meningkatkan nilai tambah ekspor komoditas. Perubahan regulasi ini cukup efektif menjaga persediaan timah dunia dan mendorong kenaikan harga kepada titik keseimbangan. Saat ini BKDI juga telah memperdagangkan komoditas-komoditas lainnya, diantaranya komoditas emas. Progres saat ini, harga emas di BKDI tidak terlalu jauh berbeda dibandingkan dengan harga acuan LME. Bahkan ke depannya diperkirakan harga emas di BKDI akan lebih kompetitif dibandingkan harga acuan di LME, hal ini mulai terlihat pada periode Agustus 2014 dimana harga emas di BKDI sebesar $ 1.301 / OZ sedangkan harga emas acuan LME sebesar $ 1.290 / OZ. Dengan keberhasilan mendongkrak harga timah dalam negeri dan menjadi acuan penentu harga timah dunia, diharapkan ke depannya BKDI dapat menjadi acuan penentu harga komoditas unggulan lainnya dan menjaga stabilisasi harga komoditas di pasar global seperti layaknya kesuksesan yang terjadi pada komoditas timah. 31

Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank 32

Perkembangan Inflasi Regional BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Inflasi menurun yang didorong adanya deflasi pada kelompok volatile food dan menurunnya tekanan inflasi kelompok administered prices dan core. 2.1. Inflasi Kepulauan Bangka Belitung Inflasi pada triwulan II 2014 menurun dari 8,25% (yoy) menjadi 6,12% (yoy) yang didukung menurunnya tekanan inflasi kelompok volatile food. Turunnya tekanan inflasi kelompok volatile food terutama disebabkan lancarnya pasokan komoditas pangan strategis ke Pulau Bangka dan Belitung seiring lebih kondusifnya gelombang laut dan cuaca di triwulan ini dibandingkan kondisi triwulan sebelumnya. Sementara itu, tidak adanya kebijakan Pemerintah untuk menaikkan harga selama triwulan laporan mengakibatkan inflasi kelompok administered price relatif terkendali. Grafik 2.1 Inflasi Bangka Belitung Vs Nasional Tabel 2.1 Inflasi dan Andil Kelompok Sumber: BPS, Diolah Sumber: BPS Berdasarkan kelompok barang, yang mengalami inflasi yang cukup signifikan adalah kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan dengan inflasi sebesar 9,43% (yoy). Masih tingginya inflasi kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan terutama diakibatkan naiknya sub kelompok transpor yang diakibatkan karena kenaikan harga transportasi pada musim liburan sekolah. Sementara itu kelompok yang deflasi adalah bahan makanan sebesar 3,21% terutama diakibatkan menurunnya harga sub kelompok lemak dan minyak yaitu sebesar 6,67%. 33

Perkembangan Inflasi Regional Grafik 2.2 Historis Inflasi Babel Sumber: BPS, Diolah 2.2. Disagregasi Inflasi 2 Berdasarkan sifatnya inflasi IHK dapat dibedakan menjadi tiga yaitu : (i) inflasi inti yang dipengaruhi dari tekanan permintaan, (ii) volatile foods yang pergerakannya bergejolak, dan (iii) administered prices yang pergerakannya dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah. Grafik 2.3 Inflasi Umum Tahunan dan Disagregasi Inflasi Tahunan Sumber: BPS, Diolah Inflasi kelompok inti menurun seiring melambatnya konsumsi masyarakat. Inflasi inti pada triwulan laporan tercatat 4,85% (yoy), lebih rendah dari inflasi inti triwulan sebelumnya sebesar 5,73% (yoy). Adanya perlambatan konsumsi rumah tangga selama periode laporan turut mendorong menurunnnya inflasi inti. Sub kelompok yang mengalami penurunan cukup signifikan dalam kelompok ini adalah ikan diawetkan mengalami deflasi sebesar 6,94%. Inflasi kelompok volatile food tercatat deflasi sebesar 3,09% (yoy) yang memberikan andil penurunan inflasi pada periode laporan. Kondisi deflasi ini dipengaruhi oleh penurunan harga dari kelompok bahan pangan terutama komoditas bahan pangan seperti 2 Karena keterbatasan data NK hasil SBH 2012, disagregasi yang ditampilkan mulai periode 2013 34

Perkembangan Inflasi Regional kol putih, cabe rawit, dan kacang panjang yang mengalami deflasi masing-masing sebesar 26,50%, 21,76%, dan 25,45 dengan andil deflasi masing-masing sebesar 0,02%. Grafik 2.4 Perkembangan Stok Beras Bulog Grafik 2.5 Perkembangan Arus Bongkar Pelabuhan Sumber : Bulog Divre Sumsel Grafik 2.6 Perkembangan Curah Hujan Babel Sumber : PT Pelindo Grafik 2.7 Perkembangan Tinggi Gelombang Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Meteorologi Bangka Belitung Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika, Stasiun Klimatologi KLAS II Kenten Palembang Penurunan tekanan inflasi juga terjadi pada kelompok administered prices. Inflasi kelompok ini tercatat sebesar 10,92% (yoy) atau lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mencapai 18,73% (yoy). Sub kelompok yang mengalami inflasi yang cukup tinggi pada triwulan ini sub kelompok transpor yang diakibatkan adanya penyesuaian tarif penumpang kelas ekonomi untuk angkutan laut yang mulai berlaku pada pertengahan Mei 2014. Namun demikian, secara umum kondisi inflasi dari kelompok AP masih 5,84% (yoy). 35

Perkembangan Inflasi Regional Suplemen D. El Nino Mulai Berdampak Namun Masih Minimal Di Babel Fenomena Iklim El Nino Terhadap Aktivitas Ekonomi Babel El Nino merupakan fenomena cuaca skala global dan mempengaruhi kondisi iklim di berbagai tempat. Fenomena El Nino menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berkurang, tingkat berkurangnya curah hujan ini sangat tergantung dari intensitas El Nino tersebut. Namun karena posisi geografis Indonesia yang dikenal sebagai benua maritim, maka tidak seluruh wilayah Indonesia dipengaruhi oleh fenomena El Nino. El Nino pernah menimbulkan kekeringan panjang di Indonesia. Curah hujan berkurang dan keadaan bertambah menjadi lebih buruk dengan meluasnya kebakaran hutan dan asap yang ditimbulkannya. BMKG pusat memperkirakan bahwa dampak El Nino akan terjadi mulai bulan Juli atau Agustus. Perkiraan ini sesuai dengansouthern Oscillation Index (SOI) yang diukur dari fluktuasi bulanan perbedaan tekanan udara antara Tahiti dan Darwin, dimana indeks SOI dibawah -10 mengindikasikan El Nino kuat dan indeks SOI antara -5 s/d - 10 mengindikasikan El Nino lemah. Grafik D.1 Southern Oscillation Index Grafik D.2 Perkiraan Curah Hujan Agustus 2014 Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/current/ Sumber : BMKG Bangka Belitung Berdasarkan sumber dari stasiun meteorologi Buluhtumbang, Tanjungpandan, dampak El Nino saat ini di Kep. Babel sudah mulai terasa,namun pengaruhnya tidak terlalu besar. Walaupun musim kemarau tahun ini lebih buruk dibandingkan tahun lalu akibat tingkat El Nino yang lebih besar dan cenderung semakin dalam intensitasnya dalam beberapa bulan terakhir (grafik A1), namun masih terdapat hujan yang turun dengan 36

Perkembangan Inflasi Regional intensitas rendah. Kondisi ini juga terlihat pada perkiraan curah hujan pada bulan Agustus dari BMKG yang menyatakan bahwa curah hujan di Kep.Babel berada pada level rendah menengah. Dampak dari intensitas curah hujan pada sektor pertanian adalah mundurnya musim tanam menjadi akhir April (biasanya Februari/Maret). Sedangkan potensi kabut asap yang berasal dari titik api di Provinsi Bangka Belitung diperkirakan relatif minimal. Terkait antisipasi terjadinya dampak negatif dari El Nino, pemerintah daerah bersama dengan instansi terkait telah menyiapkan langkah-langkah penanggulangan seperti sosialisasi melalui buletin dan media massa, melatih Petugas Penyuruh Lapangan (PPL) dalam menerapkan hasil perkiraan cuaca, berkoordinasi dengan Administrasi Pelayaran untuk menginformasikan kondisi gelombang dan prakiraan cuaca, dan berkoordinasi dalam penyusunan kalender tanam tanaman pangan dan palawija yang disusun bersama BMKG, BPPT, dan Kementerian Pertanian. 37

Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank 38

Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH DAN SISTEM PEMBAYARAN Indikator penghimpunan dana dan volume usaha perbankan meningkat namun kinerja intermediasi perbankan sedikit menurun. 3.1. Perkembangan Bank Umum Secara umum, volume usaha perbankan Babel masih mengalami peningkatan yang didukung meningkatnya penghimpunan dana terutama untuk deposito. Namun demikian, fungsi intermediasi perbankan terindikasi mengalami penurunan dengan turunnya Loan to Deposit Ratio (LDR) berdasarkan lokasi proyek serta meningkatnya rasio Non Performing Loan (NPL). Secara tahunan, aset perbankan Bangka Belitung meningkat cukup signifikan sebesar 8,97% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya mengalami penurunan sebesar 0,20% (yoy). Meningkatnya aset perbankan dipengaruhi oleh peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada triwulan laporan serta bertambahnya jaringan kantor beberapa bank yang beroperasi di provinsi ini. 16000 14000 12000 10000 8000 6000 4000 2000 0 Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan Bangka Belitung I II III IV I II III IV I II III IV I II 2011 2012 2013 2014 30,00% 25,00% 20,00% 15,00% 10,00% 5,00% 0,00% -5,00% Sumber: Bank Indonesia aset (Rp Miliar) aset (yoy) Jumlah bank yang beroperasi di Bangka Belitung sampai dengan bulan Juni 2014 sebanyak 20 bank yang terdiri dari 17 Bank Umum dan 3 BPR/S. Jumlah jaringan kantor bank sebanyak 139 kantor yang terdiri dari 3 Kantor Pusat BPR/S, 25 Kantor Cabang Bank Umum, 9 Kantor Cabang BPR/S, 83 Kantor Cabang Pembantu Bank Umum, 16 Kantor Kas 39

Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Bank Umum dan 3 Kantor Kas BPR/S. Sementara itu, jumlah Anjungan Tunai Mandiri (ATM) tercatat sebanyak 102 unit Sementara itu, fungsi intermediasi perbankan terindikasi mengalami penurunan. Loan to Deposit Ratio (LDR) lokasi proyek sedikit turun dari 93,80% pada triwulan sebelumnya menjadi 91,61% pada triwulan laporan. Dari sisi rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan gross), perbankan Babel tetap mampu menjaga rasio NPLnya pada level yang rendah yaitu sebesar 2,11%. 3.2. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum Penghimpunan DPK oleh perbankan Bangka Belitung pada akhir triwulan II 2014 mencapai Rp13,22 triliun. Aktivitas penghimpunan dana pada triwulan laporan meningkat 4,94% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya turun sebesar 3,07% (yoy). Peningkatan terutama terjadi pada simpanan jenis tabungan dan deposito yang meningkat signifikan. Sementara itu, pada triwulan laporan simpanan dalam bentuk giro masih menunjukkan penurunan sebesar 0,01% (yoy) namun jauh lebih baik dan tidak sedalam penurunan pada triwulan sebelumnya yang mencapai 25,72% (yoy). Pada triwulan laporan, tabungan tercatat tumbuh meningkat dari 0,30% (yoy) menjadi 2,83% (yoy). Kondisi ini seiring dengan melambatnya intensitas konsumsi masyarakat yang terindikasi dari meningkatnya pertumbuhan tabungan milik individu dari turun sebesar 0,57% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi meningkat 2,43% (yoy). Meningkatnya suku bunga simpanan serta masih terganggunya pendapatan masyarakat mempengaruhi tingkat penyimpanan masyarakat pada triwulan laporan. Sementara itu nasabah pelaku usaha nampaknya juga menahan diri dalam melakukan pengeluaran menunggu kepastian hasil pemilu presiden. Sama halnya dengan tabungan, deposito juga tumbuh meningkat dari 5,46% (yoy) menjadi 12,39% (yoy). Selain konsumsi masyarakat yang berkurang, meningkatnya suku bunga deposito secara signifikan menjadi akselerator pertumbuhan deposito pada triwulan laporan. Deposito milik individu tercatat tumbuh meningkat dari 6,85% (yoy) menjadi 23,13% (yoy). Sementara itu, posisi giro pada akhir triwulan II 2014 mencapai Rp2,5 triliun. Simpanan ini masih mengalami penurunan yakni sebesar 0,01% (yoy), namun tidak sedalam triwulan sebelumnya yang mencapai 25,72% (yoy). Hal ini dipengaruhi oleh adanya dropping dana penyelenggaraan pemilu presiden ke daerah untuk dipergunakan pada bulan Juli. Selain itu, adanya kegiatan pemilu legislatif dan presiden juga menyebabkan jadwal realisasi anggaran 40