ANALISIS PENENTUAN LOKASI TERMINAL AGRIBISNIS HORTIKULTURA DI KABUPATEN GORONTALO JURNAL ILMIAH ALFIRA HADJU

dokumen-dokumen yang mirip
Gambar 1 : Aliran Pemasaran Komoditas Pertanian di Lokasi Produksi (Departemen Pertanian, 2000;3)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KOMODITAS HORTIKULTURA UNGGULAN DI KABUPATEN SEMARANG (PENDEKATAN LQ DAN SURPLUS PRODUKSI)

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

Republik Indonesia. SURVEI HARGA PEDESAAN Subsektor Tanaman Hortikultura (Metode NP)

2. TANAMAN PANGAN 2.1. Luas Tanam (Ha) Komoditi Tanaman Pangan Kabupaten Luwu, tahun

Tabel Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Sayuran Tahun


Perkembangan Ekonomi Makro

ANALISIS LOCATION QUOTIENT (LQ) AGROPOLITAN PONCOKUSUMO

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik

ANALISIS KERAGAAN PERMINTAAN DAN PENAWARAN CABAI RAWIT DI KOTA GORONTALO JURNAL ILMIAH MEIKO SAIDI


A. Realisasi Keuangan

BAB VI SASARAN PEMBANGUNAN HORTIKULTURA

PROFIL PEMBANGUNAN GORONTALO

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

BAB I PENDAHULUAN. Sayuran merupakan salah satu komoditas unggulan karena memiliki nilai

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

Tabel Lampiran 39. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Bawang Merah Menurut Propinsi

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Banjarnegara terletak antara 7⁰12 7⁰31 Lintang Selatan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

IV. KEDAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110 o sampai dengan

Statistik Konsumsi Pangan 2012 KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan

Konsumsi Buah Dan Sayur Susenas Maret Dalam rangka Hari Gizi Nasional, 25 Januari 2017

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

AGROINTEK Volume 7, No.2 Agustus

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia akan terlindas oleh era globalisasi dan perdagangan bebas.

Analisis PDB Sektor Pertanian Tahun 2015

Programa Penyuluhan Kab.Bangka

Tahun Bawang

Pedoman Pengumpulan Data Hortikultura L-5

TINJAUAN PUSTAKA. daerahnya masing-masing. Oleh karena itu tiap daerah sudah lebih bebas dalam

1. PERTANIAN, KEHUTANAN, KELAUTAN, PERIKANAN, PETERNAKAN & PERKEBUNAN. Tabel 1.1.1C

Pemilihan Tanaman Pangan Unggulan Kotamadya Cilegon Menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yudohusodo (2006) mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi produksi pertanian tropis dan potensi pasar pangan

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional.hal ini dapat

PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa Indonesia adalah salah satu negara yang sedang. berkembang, sebagian besar penduduknya hidup bergantung pada bidang

PENENTUAN KOMODITI BASIS SUB SEKTOR TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA DI KABUPATEN PASER

STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS CABAI MERAH DI KABUPATEN POHUWATO JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, pertanian sayuran sudah cukup lama dikenal dan dibudidayakan.

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20 -

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Rumusan FGD Cabai dan Bawang

PERAN DAN IDENTIFIKASI KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN DI KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data strategis Kabupaten Semarang tahun 2013, produk sayuran yang

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

AGRISTA : Vol. 3 No. 3 September 2015 : Hal ISSN

BAB I PENDAHULUAN. majunya gizi pangan, masyarakat semakin sadar akan pentingnya sayuran sebagai

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sulawesi barat. Kabupaten Mamuju memiliki luas Ha Secara administrasi,

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

LUAS TAMBAH TANAM SAYUR BUAH SEMUSIM (SBS) TAHUN 2015 LUAS PANEN SAYUR BUAH SEMUSIM (SBS) TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari

RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 KETERANGAN

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN

INVENTARISASI KEGIATAN PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI BARAT

Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Dalam Evaluasi Agen Pangkalan LPG 3 kg

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia merupakan bagian dari negara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

30% Pertanian 0% TAHUN

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Oleh karena itu sektor pertanian di Indonesia perlu

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

VII. KOMODITAS UNGGULAN DI KABUPATEN BOGOR


BAB I PENDAHULUAN. pencaharian sebagai petani. Hal ini ditunjang dari banyaknya lahan kosong yang

LAPORAN KINERJA (LKJ)

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor di bidang ekonomi yang memiliki

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

PERUMUSAN STRATEGI KORPORAT PERUSAHAAN CHEMICAL

ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA DI KABUPATEN MEMPAWAH. Universitas Tanjungpura Pontianak.

PENENTUAN LOKASI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN BERKELANJUTAN KABUPATEN BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

(Isian dalam Bilangan Bulat) KAB./KOTA : LEBAK 0 2 Tahun 2017 Luas Luas Luas Luas

H, 2015 TINGKAT KESIAPAN PETANI DALAM MENGHADAPI PENGEMBANGAN AGROPOLITAN DI KECAMATAN CISURUPAN KABUPATEN GARUT

I. PENDAHULUAN. dikenal oleh masyarakat Indonesia. Komoditi kentang yang diusahakan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gamping Kabupaten Sleman ini dilakukan terhadap 117 orang responden yang

Transkripsi:

ANALISIS PENENTUAN LOKASI TERMINAL AGRIBISNIS HORTIKULTURA DI KABUPATEN GORONTALO JURNAL ILMIAH ALFIRA HADJU 614409077 JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2013 1

ANALISIS PENENTUAN LOKASI TERMINAL AGRIBISNIS HORTIKULTURA DI KABUPATEN GORONTALO *) (TERMINAL SITING ANALYSIS HORTICULTURE IN GORONTALO REGENCY) Alfira Hadju 1), Wawan K. Tolinggi 2), Supriyo Imran 3) ABSTRACT This study aims to identify areas of agribusiness in Gorontalo regency terminal and determine the strategic location for the development of horticulture agribusiness terminal in Gorontalo regency, held hose in May-June 2013. Data collection methods used in this study is the method Analytical Hierarchy Process (AHP) was further processed using by expert choice application microsoft office excel 2000 and 2007. The result showed that in Gorontalo regency could be developed terminal area agribusinesses horticulture, Due in Gorontalo regency has potential horticultural production of fruit and vegetables are quite large, with the totality of the value of vegetable production in 2012 reached 49,903 tons, and the totality of the value of fruit production in 2012 reached 2,735 tons, and districts in Gorontalo who obtained the highest weight for penlaian types of fruit and vegetable horticulture, the District after the join Limboto that the average assessment of the existing sub-criteria are feasible to do development as a strategic location with a horticultural agribusiness terminal weight of 0.47. Keywords: Analysis of Determination, AHP, Terminal Horticulture, expert choice Ket * : Skripsi Mahasiswa Jurusan Agribisnis-UNG 1) : Mahasiswa 2) : Pembimbing Utama 3) : Anggota Pembimbing 2

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kawasan-kawasan terminal agribisnis di Kabupaten Gorontalo dan menentukan lokasi strategis untuk pengembangan terminal agribisnis hortikultura di Kabupaten Gorontalo, dilaksanakan selang bulan Mei-Juni 2013. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan selanjutnya diolah dengan menggunakan aplikasi expert choice 2000 dan microsoft office excel 2007. Hasil penelitian diperoleh bahwa di Kabupaten Gorontalo dapat dikembangkan kawasan terminal agribisnis hortikultura. Di Kabupaten Gorontalo memiliki potensi produksi hortikultura buah maupun sayur yang cukup besar, dengan totalitas nilai produksi sayur pada Tahun 2012 mencapai 49.903 ton, dan totalitas nilai produksi buah pada Tahun 2012 mencapai 2.735 ton, dan kecamatan di Kabupaten Gorontalo yang memperoleh bobot tertinggi baik untuk penlaian jenis hortikultura buah maupun sayur, yaitu Kecamatan Limboto yang setelah di gabung rata-rata penilaian atas sub kriteria yang ada dinyatakan layak untuk dilakukan pengembangan sebagai lokasi strategis terminal agribisnis hortikultura dengan bobot 0,47. Kata Kunci : Analisis Penentuan, AHP, Terminal Agribisnis, Hortikultura, expert choice PENDAHULUAN Sebagai daerah berkembang, saat ini Provinsi Gorontalo harus mulai bisa menentukan sektor riil pengembangan agribisnis dengan cara menentukan terminal agribisnis yang ada dan tetap di Provinsi Gorontalo. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi ketimpangan dalam pengembangan tata ruang wilayah. Penentuan sektor-sektor dan subsektor terminal agribisnis, pemerintah provinsi akan lebih mudah menentukan strategi dan kebijakan apa yang tepat untuk dikembangkan di masing-masing wilayah, juga para bupati dan walikota mampu menjabarkan kebijakan pembangunan provinsi tersebut secara ideal sesuai dengan potensi kewilayahan yang dimiliki. Strategi dasar pengembangan kawasan diawali dari optimalisasi potensi komoditas unggulan yang telah berkembang di wilayah tertentu dan kemudian secara terfokus dan terarah dikembangkan dengan basis pendekatan agribisnis dengan memperhatikan keterkaitan hulu-hilir secara berkesinambungan. Pengembangan kawasan hortikultura ini tidak berdiri sendiri, namun lebih merupakan keterpaduan dari berbagai program dan kegiatan pengembangan antar sektor/subsektor, antar institusi, dan antar pelaku yang telah ada di daerah, yang terfokus di kawasan. Pada hakekatnya pengembangan kawasan merupakan kerjasama dari setiap pelaku, termasuk di dalamnya adalah kontribusi dari berbagai sektor terkait, seperti perindustrian, perdagangan, koperasi dan UKM, PU dan lainnya, pusat penelitian, perguruan tinggi, swasta, asosiasi, perbankan, dan lainnya (BPS Provinsi Gorontalo, 2010;118) Menurut data BPS Provinsi Gorontalo, (2010;120) Pengembangan komoditas hortikultura yang tersebar di Provinsi Gorontalo adalah bawang merah, 3

daun bawang, bayam, buncis, kangkung, ketimun, cabai besar, cabai rawit, sawi, terong, kacang panjang, kubis, labu siam, dan tomat. Di antara tanaman-tanaman tersebut, cabai rawit merupakan komoditas utama sayur-sayuran. Luas panen cabai rawit adalah 1.661 hektar dengan produksi sebanyak 25.028 ton. Sedangkan jenis buah-buahan yang diproduksi pada Tahun 2010 adalah alpukat, belimbing, duku (langsat), durian, jambu biji, jambu air, jeruk siam (keprok), jeruk besar, mangga, nangka, nanas, pepaya, pisang, rambutan, salak, sirsak, dan sukun. Di antara buah-buahan tersebut, pisang menjadi komoditas utama dengan produksi setahun sebanyak 4.963,1 ton. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah yang menjadi substansi penelitian yaitu, apakah di Kabupaten Gorontalo dapat dikembangankan kawasan terminal agribisnis hortikultura dan dimanakah lokasi strategis yang sesuai dengan pengembangan terminal agribisnis hortikultura di Kabupaten Gorontalo. Dari masalah yang diangkat maka tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi kawasan-kawasan terminal agribisnis hortikultura di Kabupaten Gorontalo, dan menentukan lokasi stategis untuk pengembangan terminal agribisnis hortikultura di Kabupaten Gorontalo. Terminal agribisnis adalah adalah suatu kompleks pelayanan pemasaran di dalam atau sekitar sentra produksi yang dikelola oleh suatu badan usaha atau badan pengelola yang melibatkan pelaku hulu dan hilir, serta lembaga terkait seperti poktan, perbankan, perusahaan, dan perguruan tinggi. (Departemen Pertanian, 2000;3) Oleh sebab itu pada akhirnya penetapan lokasi terminal agribisnis harus mampu menurunkan biaya pemasaran dan meningkatkan keuntungan bagi pelaku pasar termasuk produsen. Lembaga pemasaran memegang peranan penting dalam menentukan saluran pemasaran. Soekartawi (1989;12) mengatakan bahwa fungsi lembaga pemasaran, berbeda satu dengan yang lain dicirikan oleh aktivitas yang dilakukan maupun skala usahanya. Dalam proses penyampaian barang dari produsen ke konsumen diperlukan berbagai kegiatan atau tindakan lembaga pemasaran yang dapat memperlancar proses penyampaian barang yang bersangkutan. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan metode survey. Penelitian survey dilakukan untuk mengumpulkan informasi dari tindakan seseorang, pengetahuan, kemauan, pendapat, perilaku dan nilai dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan pada judgment expert mengenai data yang dibutuhkan peneliti dengan melihat karateristik atau hubungan sebab akibat antar variabel tanpa adanya interfensi peneliti (Silalahi, 2009;31). Teknik analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analytical Hierarchy Process (AHP) yang didukung dengan aplikasi export choice 2000. AHP merupakan model pengambilan keputusan dengan berdasar pada hirarki fungsional. Input utama model ini adalah persepsi manusia dalam hal ini adalah pengambil keputusan (decision maker). Masalah yang kompleks dan tidak berstruktur akan dipecahkan ke dalam kelompok-kelompok tertentu. Kelompok-kelompok tersebut selanjutnya diatur menjadi suatu bentuk hirarki (Saaty, 1993;3). 4

AHP memiliki suatu keuntungan yang membedakan dengan model pengambilan keputusan lainnya yaitu tidak ada syarat konsistensi mutlak. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa keputusan manusia sebagian didasari logika dan sebagian lagi didasarkan pada unsur bukan logika seperti perasaan, pengalaman dan instuisi. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Gorontalo terletak antara 0 0 30 0 0 54 Lintang Utara dan 122 0 07 123 0 44 Bujur Timur. Pada Tahun 2011 Kabupaten ini terbagi menjadi 18 Kecamatan, terdiri dari 205 desa. Sampai dengan Tahun 2011, Kabupaten Gorontalo sudah mengalami tiga kali proses pemekaran. Pertama, Tahun 1999 yang melahirkan Kabupaten Boalemo; kedua, Tahun 2003, yang melahirkan Kabupaten Bone Bolango; dan ketiga, Tahun 2007 yang melahirkan Kabupaten Gorontalo Utara. Hasil pemekaran wilayah Kabupaten Gorontalo, maka saat ini Kabupaten Gorontalo memiliki batas-batas wilayah; a). Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Sulawesi, b). Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Tomini, c). Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bone Bolango dan Kota Gorontalo, dan d). Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Boalemo.- Berdasarkan data perkembangan tanaman hortikultura pada Tahun 2012 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik, diketahui bahwa di Kabupaten Gorontalo terdapat beberapa jenis tanaman hortikultura baik buah maupun sayuran yang hasil panennya cukup besar. Untuk mengetahui jenis hortikutura buah maupun sayur tersebut, dapat dilihat pada tabel di bawah ini; Tabel 1. Perkembangan Potensi Hortikultura Buah dan Sayur, 2013 Komoditas Sayur Produksi Komoditas Buah Produksi Bawang Merah Bawang Daun Petsai/Sawi Kacang Panjang Cabe Besar Cabe Rawit Tomat Terong Buncis Ketimun Kangkung Bayam Semangka/Melon 495 158 513 1.927 641 21.927 13.002 2.992 920 5.101 1.581 73 573 Alpukat Belimbing Duku Durian Jambu Biji Jambu Air Jeruk Siam Jeruk Besar Mangga Nangka Nenas Pepaya Pisang Rambutan Sirsak Sukun 5,8 5,8 9,5 10,4 3,6 0,2 20,9 14,6 799,0 108,1 89,5 157,0 1.504,0 4,0 2,6 0,2 Sumber : Badan Pusat Statistik (2012;92-93) Berdasarkan Tabel 1, terlihat bahwa cabe rawit merupakan komoditas hortikultura jenis sayuran yang memiliki potensi produksi paling besar, dengan nilai produksi pada Tahun 2012 mencapai 21.927 ton, Sedangkan produksi 5

hortikultura paling kecil adalah jenis hortikultura sayur bayam dengan jumlah hasil produksi hanya mencapai 73 ton. Sementara untuk kategori buah, pisang merupakan komoditas hortikultura terbesar dengan jumlah produksi mencapai 1.504 ton, Sedangkan produksi terendah adalah jenis buah sukun yang hanya mencapai 0,2 ton hasil produksi. 2. Penentuan Lokasi Terminal Agribisnis Berdasarkan Sub Kriteria Penentuan/Penetapan lokasi bertujuan untuk meningkatkan efisiensi pasar karena pasar yang lama dianggap tidak efisien. Hal ini sesuai dengan tujuan Terminal Agrobisnis yaitu untuk meningkatkan harga jual petani, dengan cara memotong mata rantai perdagangan dan menciptakan transparansi harga yang nantinya berdampak pada peningkatan pendapatan petani. Tetapi, seringkali pemerintah hanya memperhatikan sarana dan prasarana fisik dalam persyaratan pendirian pasar baru, tetapi tidak memperhatikan bagaimana berjalannya perubahan sistem pemasaran di pasar baru sehingga tujuan meningkatkan harga jual petani tidak dapat terealisasi. Banyak sedikitnya lembaga pemasaran dan aktivitas yang dilakukan dapat mempengaruhi share harga yang diterima petani produsen dan harga yang dibayarkan oleh konsumen karena disamping mengeluarkan biaya mereka juga mengambil keuntungan. Pembagian keuntungan antara lembaga pemasaran yang terlibat yaitu pedagang, pengumpul dan pengecer juga tidak adil. Akibatnya, distribusi marjin pemasaran, pembagian keuntungan dengan biaya pada masingmasing lembaga pemasaran tidak merata. Tidak meratanya distribusi marjin merupakan salah satu indikator bahwa sistem pemasaran belum efisien (Wedastra,1999;17 dan Anindita, 2005;6). Menurut Departemen Pertanian (2003;7) Bahwa suatu wilayah dapat dikembangkan menjadi suatu kawasan terminal agribisnis karena: 1. Fasilitas dasar umum yang memadai berupa; Jalan, Pasar, saluran air dan ketersediaan area parkir yang memadai, 2. Fasilitas inti berupa; Lahan strategis untuk masing-masing komuditi termasuk komuditi unggulan, kantor pengelola yang lengkap, keranjang, bahan dan meja serta adanya gudang pengepakan dan penyimpanan, 3. Dukungan sumber daya Manusia berupa; tenaga kerja handal dan profesional, balai penyuluhan/ klinik penyuluhan, tenaga pengelola dan tenaga pendamping lapangan/fasilitator, 4. Dukungan kelembagaan eksternal berupa; asosiasi pertanian/gapoktan, lembaga pinjaman usaha kecil dan menengah yang menyediakan pinjaman modal usaha dengan bunga sangat rendah dan angsuran ringan, serta adanya lembaga yang mejamin keselamatan tenaga kerja baik yang bergerak di bidang pertanian maupun pedagang. Berdasarkan hasil uji konsistensi diperoleh data goal atas penetuan masingmasing kriteria penilaian sebagai berikut; 6

Tabel 1. Goal Prioritas Kriteria Terminal Agribisnis, Kabupaten Gorontalo Goal Bobot Persentase % Peringkat Fasilitas Dasar Umum Fasilitas Inti SDM Kelembagaan Eksternal 0,34 0,21 0,38 0,07 34% 21% 38% 7% 2 3 1 4 Berdasarkan Tabel 1, terlihat bahwa analisis pembobotan kriteria terhadap tujuan (Goal) diperoleh bobot tertinggi untuk penentuan sebuah TA hortikultura adalah SDM sebesar 0,38 atau 38%, dan untuk bobot terendah adalah kelembagaan eksternal dengan bobot 0,07 atau 7%. Ketika sebuah TA hortikultura berlangsung, maka pada lokasi tersebut terdapat aktifitas yang melibatkan penjual dan pembeli. Potensi Sumber Daya Manusia yang baik akan sangat menunjang profesionalisme dagang pada lokasi TA hortikultura. Oleh karena itu SDM menjadi Prioritas goal dalam sebuah TA hortikultura. Dalam penentuan konsistensi matriks dengan menggunakan AHP yaitu nilai inconsistensi rasio sebesar 10% ke bawah ialah tingkat inconsistensi yang masih bisa diterima (Nurmiyanto dkk,2004;50). Berikut disajikan akumulasi tabel Prioritas dari tiap sub kriteria. Tabel 2. Prioritas Penetuan TA Berdasarkan Sub Kriteria, Kabupaten Gorontalo Sub Kriteria Bobot Persentase% Peringkat Jalan 0,4538 6,97% 3 Pasar 0,4641 7,13% 2 Saluran air 0,4141 6,36% 10 Area parkir 0,4081 6,27% 11 Lahan 0,4245 6,52% 4 Kantor 0,4236 6,51% 5 Alat 0,4014 6,17% 12 Gudang 0,4231 6,50% 6 Tenaga kerja 0,4209 6,47% 8 Balai penyuluhan 0,4155 6,38% 9 Tenaga pengelola 0,4879 7,50% 1 Fasilitator pendamping 0,4212 6,47% 7 Gapoktan 0,3348 5,14% 14 Koperasi 0,3332 5,12% 16 Lembaga asuransi 0,3333 5,12% 15 Lembaga swasta 0,3497 5,37% 13 Sumber; Data Primer Setelah Diolah, 2013 Dari hasil analisis pendapat judgement expert setelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan softwere expert chois 2000 terhadap penentuan lokasi terminal agribisnis yang di Prioritaskan berturut-turut yaitu tenaga pengelola dengan bobot 0,4879 = 7,50% merupakan aspek paling penting dalam penentuan lokasi terminal agribisnis. Sub kriteria berikutnya adalah pasar dengan bobot 0,4641 = 7,13%, sub kriteria jalan dengan bobot 0,4538 = 6,97% berada pada Prioritas ketiga, dan sub kriteria terendah adalah koperasi dengan bobot 0,3332 = 5,12% berada pada Prioritas ke-16. 7

Terpilihnya tenaga pengelola, pasar, jalan, dan lahan masing-masing sebagai Prioritas pertama sampai dengan Prioritas keempat menunjukan bahwa terminal agribisnis dapat terbentuk apabila pada suatu wilayah terdapat tenaga pengelola pasar yang didukung dengan sarana prasarana jalan serta lahan yang memadai. Tidak terlepas dari itu pula dukungan sarana perkantoran, gudang, hingga hadirnya lembaga pemberi bantuan pinjaman stimulan kepada pedagang selaku tenaga pengelola merupakan bagian yang saling bersinergi dan tidak dapat dipisahkan antara satu dan lainnya. Sebagaimana judul yang diangkat oleh peniliti dalam penelitian ini, terdapat 3 (tiga) lokasi yang menjadi objek penelitian. Ketiga objek penelitian itu meliputi Kecamatan Telaga, Kecamatan Limboto dan Kecamatan Tibawa. Dalam penelitian ini pula peneliti telah menentukan judgement expert serta metode analisis data yang menggunakan AHP dengan bantuan softwere expert choise 2000. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini; Tabel 3. Prioritas Penentuan Lokasi TA Hortikultura, Kabupaten Gorontalo Lokasi TA Hortikultra Bobot Persentase% Peringkat Kecamatan Telaga Kecamatan Limboto Kecamatan Tibawa 0,39 0,47 0,36 32% 38% 29% Sumber; Data Primer Setelah Diolah, 2013 Berdasarkan hasil penilaian AHP dengan bantuan softwere expert choise 2000 dalam penentuan lokasi terminal agribisnis di Kabupaten Gorontalo yang dilakukan dengan analisa sub kriteria disinkronisasikan dengan lokasi objek penelitian, maka diperoleh hasil analisa bahwa lokasi yang paling strategis untuk dijadikan sebagai lokasi pengembangan TA hortikultura adalah Kecamatan Limboto dengan bobot 0,4685 dengan persentase sebesar 38%, sementara Kecamatan Telaga memperoleh bobot 0,3930 atau 32%, sedangkan Kecamatan Tibawa berada pada Prioritas ketiga dengan bobot 0,3590 atau 29%. LOKASI TERMINAL AGRIBISNIS 2 1 3 ISIMU TELAGA 0,3590 0,3930 30% 32% LIMBOTO 0,4685 38% Gambar 1. Prioritas Penentuan Lokasi TA Hortikultura, 2013 Penentuan lokasi pada Kecamatan Limboto untuk menjadi sebuah lokasi terminal agribisnis hortikultura, dianggap mampu menjawab pengembangan terminal agribisnis yang ada di Kabupaten Gorontalo. Hal ini didasarkan pada 4 (empat) kriteria terciptanya sebuah terminal agribisnis, yang meliputi fasilitas 8

dasar umum, fasilitas inti, dukungan SDM maupun dukungan kelembagaan eksternal. Bila dilihat dari hasil pengelolaan AHP dengan menggunakan aplikasi expert choise 2000 atas terpilihnya Kecamatan Limboto untuk dijadikan sebagai lokasi strategis terminal agribisnis hortikultura dapat dilihat pada gambar 6. Gambar 2. Kurva Hasil Olahan Data Expert Choise, 2013 KESIMPULAN 1. Berdasarkan data tentang perkembangan jenis hortikultura, di Kabupaten Gorontalo dapat dikembangkan kawasan terminal agribisnis hortikultura. Karena di Kabupaten Gorontalo memiliki potensi produksi hortikultura buah maupun sayur yang cukup besar, dengan totalitas nilai produksi sayur pada Tahun 2012 mencapai 49.903 ton, dan totalitas nilai produksi buah pada Tahun 2012 mencapai 2.735 ton. 2. Berdasarkan hasil analitical hyrarchy process (AHP) diketahui bahwa lokasi yang strategis untuk dikembangkan sebagai terminal agribisnis di Kabupaten Gorontalo yaitu Kecamatan Limboto, yang memperoleh bobot tertinggi baik untuk penlaian jenis hortikultura buah maupun sayur. Selain itu pula berdasarkan analisis terhadap dukungan masing-masing sub kriteria, diketahui bahwa Kecamatan Limboto juga memperoleh nilai lebih besar dibandingkan dengan dua kecamatan lainnya yang menjadi lokasi penelitian dengan bobot 0,47. DAFTAR PUSTAKA Anindita, Ratya, 2004. Pemasaran Hasil Pertanian. Papyrus.Surabaya Badan Agribisnis, Departemen Pertanian. 2005 Petunjuk Teknis Pengembangan Terminal Agribisnis. Jakarta BAPPENAS, 2004. Tata Cara Pengembangan Kawasan Untuk Percepatan Pembangunan Daerah. Direktorat Kawasan Khusus dan Tertinggal. Jakarta 9

BPS Provinsi Gorontalo, 2010. Gorontalo Dalam Angka 2010. Badan Pusat Statistik Provinsi Gorontalo. Departemen Pertanian, 2003. Pedoman Operasional Pengembangan Kawasan Agropolitan. Jakarta, 2005. Pedoman Terminal Agribisnis dan Sub Terminal Agribisnis. Dirjen Bina Pengolahan dan Hasil Pertanian. Jakarta, 2008. Membangun Hortikultura Berdasarkan Enam Pilar Pengembangan. Jakarta Saaty, T.L. 1993. Decision Making for Leaders The Analytical Hierarchy Process for Decisions. (Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin Proses Hierarki Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang Kompleks, diterjemahkan oleh Ir. Liana Setiona, Editor Ir. Kirti Peniwati, MBA). PT. Pustaka Binaman Pressindo dan PT. Gramedia. Jakarta.270p. Silalahi, U. 2009. Metode Penelitian Sosial. Refika Aditama. Bandung 10