BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) berdiri menggantikan IKIP (Institut

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Minat dan Pengetahuan Dasar Pemesinan serta satu variabel terikat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pemahaman mata pelajaran gambar teknik (X 1 ) dan kreativitas (X 2 ) serta

BAB IV HASIL PENELITIAN. Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Sunan. Ampel yang berlokasi di di Jl. A.Yani 117 Surabaya.

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Hasil Jawaban Responden Atas Variabel Kepatuhan Wajib Pajak. kerelaan nilai dalam membayar pajak sebagai berikut :

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. belajar kimia SMA Negeri 1 Jogonalan Kabupaten Klaten.

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. GAMBARAN UMUM OBYEK/SUBYEK PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berada di meruya selatan. dengan total 100 kuesioner yang diantarkan langsung

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 110 responden yang berada di

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Populasi dalam penelitian ini adalah PT. Bank Syariah Mandiri dan Bank

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. melalui kuesioner. Kuesioner yang disebar sebanyak 34 kuesioner, pekerjaan, dan tingkat pendidika terakhir.

BAB III ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian sebaiknya dilakukan pengujian terlebih dahulu

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASILPENELITIAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Cabang Pekalongan yang berjumlah nasabah. Dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN. kecenderungan jawaban responden dari tiap-tiap variabel, baik mengenai

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Penyajian Statistik Deskripsi Hasil Penelitian. kecenderungan jawaban responden dari tiap-tiap variabel, baik mengenai

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV PENGUJIAN. Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat tingkat kevalidan atau

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. sembako. Adapun pertanyaan yang termuat dalam kuesioner terdiri dari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Textile dan Otomotif yang terdaftar di BEI periode tahun

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. atau populasi dan untuk mengetahui nilai rata-rata (mean), minimum, Tabel 4.1. Hasil Uji Statistik Deskriptif

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Program Studi Pendidikan Ekonomi angkatan FKIP-UKSW

BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN. Berikut ini diringkas pengiriman dan penerimaan kuesioner : Tabel 4.1. Rincian pengiriman Pengembalian Kuesioner

BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN. Penggunaan analisis statistik deskriptif untuk memberikan gambaran data yang akan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Analisis Descriptive Statistics. N Minimum Maximum Mean LDR 45 40,22 108,42 75, ,76969

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Statistik deskriptif menggambarkan tentang ringkasan data-data penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. digunakan untuk mengetahui deskripsi suatu data, analisis ini digunakan

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menjadi sampel dalam penelitian mengenai pengaruh harga, kualitas produk, citra merek

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Perusahaan emiten manufaktur sektor (Consumer Goods Industry) yang

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA SAHAM SEKTOR PROPERTY DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. kecenderungan jawaban responden dari tiap-tiap variabel, tentang budaya. religius dan pembentukan karakter peserta didik.

BAB III METODE PENELITIAN. metode analisis data serta pengujian hipotesis.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Biaya operasional terendah adalah dialami oleh PT. Centrin Online Tbk (CENT), dan tertinggi di alami oleh Mitra Adi Perkasa Tbk (MAPI

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. bawah ini. Untuk membantu penulis dalam melakukan perhitungan yang cermat

PENGARUH FAKTOR - FAKTOR FUNDAMENTAL SAHAM PT. UNILEVER INDONESIA, TBK TAHUN : Faishal Febrian NPM :

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. data dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi Analisis bivariate

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.

BAB IV. Tabel 4.1. dan Pendapatan Bagi Hasil. Descriptive Statistics. Pembiayaan_Mudharabah E6 4.59E E E9

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Objek penelitian ini adalah perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Statistik Deskriptif menjelaskan karakteristik dari masing-masing

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 5.1 Karakteristik Responden Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk melihat kuat pengaruh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdaftar di dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) periode Jumlah

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Prosedur Pemilihan Sampel

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. digunakan untuk mengetahui pengaruh unjuk kerja guru, fasilitas pembelajran dan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. penelitian ini meliputi jumlah sampel (N), nilai minimum, nilai maksimum,

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. meliputi analisis kuantitatif yang berupa analisis regresi berganda serta

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN. Berdasarkan data olahan SPSS yang meliputi audit delay, ukuran

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang terdaftar dalam LQ-45 di Bursa Efek Indonesia periode

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS PENELITIAN Profil Partisipan Pada pengambilan data di lapangan, peneliti memperoleh partisipan

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEBAHASAN. terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode Berikut ini disajikan

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN HASIL PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS HASIL. Responden pada penelitian ini adalah mahasiswa jurusan Psikologi Binus

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh GCG dan Manajemen Risiko

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Umum Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) berdiri menggantikan IKIP (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan dengan berdasarkan Pasal 1 Ayat 2a Keputusan Presiden Republik Indonesia No 93 tahun 1999 tentang perluasan mandat Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) menjadi universitas. Salah satu tugas yang harus dilakukan oleh UNY adalah menyelenggarakan pendidikan akademik dan profesional bidang pendidikan dan non kependidikan. Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta merupakan salah satu program studi non kependidikan yang menjadi hasil dari tugas UNY tersebut. Dengan dibentuknya program studi Akuntansi semakin menegaskan bahwa IKIP telah berubah menjadi Universitas. Prodi Akuntansi merupakan tempat yang akan digunakan oleh peneliti untuk menentukan masalah dan kemudian akan menganalisisnya. Untuk menegaskan berdirinya Prodi Akuntansi maka visi dari prodi tersebut telah dibentuk yaitu menjadikan Program Studi unggul yang mampu menghasilkan tenaga profesional dan atau akademik di bidang akuntansi yang religius, mandiri, cendekia, adaptif terhadap perubahan dan kemajuan pengetahuan dan teknologi aplikatif di bidang akuntansi, dan responsif dalam menanggapi tantangan dan permasalahan di lingkungan sekitar dengan keahlian yang dimiliki. Visi tersebut akan lebih bermakna dengan misimisi dari Prodi Akuntansi sendiri: 1. Menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat dalam rangka membentuk lulusan cendekia yang handal di bidang akuntansi.

2. Mengembangkan sistem pendidikan yang mampu membekali lulusan dengan keahlian di bidang akuntansi yang memiliki jiwa kemandirian, fleksibilitas, kearifan, dan berkepribadian nasional serta responsif terhadap setiap perkembangan IPTEK. 3. Membangun budaya akademik yang mendorong timbulnya nurani lulusan. 4. Menerapkan sistem kelembagaan dan jejaringan yang menunjang fungsi Program Studi Akuntansi. B. Karakteristik Responden Profil 102 responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 12. Karakteristik Responden No Keterangan Jumlah Persentase (%) 1 Jenis kelamin Laki laki 54 52,95% Perempuan 48 47,05% Total 102 100% 2. Usia < 20 tahun 49 48,03% 21 25 tahun 53 51,97% Total 102 100% Sumber: Data primer diolah, 2013 Data karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin dan usia. Data karakteristik responden tersebut diuraikan sebagai berikut: Jenis kelamin responden mayoritas adalah laki laki yaitu sebesar 52,95% dan sisanya perempuan sebesar 47,05%. Usia responden mayoritas berusia kurang dari sama dengan 20 tahun sebanyak 49 orang (48,03%), dan antara 21 25 tahun sebanyak 53 orang (51,97%). C. Deskripsi Variabel Penelitian Penelitian ini memiliki empat data yaitu data tentang kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual dan perilaku etis. Deskripsi data yang akan

disajikan meliputi nilai Mean (M), Median (Me), Modus (Mo) dan Standar Deviasi (SDi). Selain itu juga disajikan tabel distribusi frekuensi dan histogram. Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam menyajikan tabel distribusi frekuensi yang diambil dari Sugiyono (2008: 35) adalah sebagai berikut: 1. Menghitung Jumlah Kelas Interval Dalam menentukan jumlah kelas interval digunakan rumus Sturgess yaitu: K = 1 +3,3 Log n Dimana: = Jumlah kelas interval = Jumlah data observasi atau responden = logaritma K = 1 + 3,3 Log (102) =7,6 8 2. Menentukan Rentang Data Yaitu data terbesar dikurangi data terkecil kemudian ditambah 1 3. Menghitung Panjang Kelas = Rentang kelas dibagi jumlah kelas Kemudian dilanjutkan dengan penentuan kedudukan variabel berdasarkan pengelompokkan atas 3 ranking, pengelompokkan atas 3 ranking sebagaimana disebutkan oleh Suharsimi Arikunto (2006: 263) adalah: a. Kelompok atas Semua responden yang mempunyai skor sebanyak skor rata-rata plus 1 standar deviasi ke atas (> Mi + 1 SDi) b. Kelompok sedang Semua responden yang mempunyai skor antara skor rata-rata minus 1 standar deviasi dan skor rata-rata plus 1 standar deviasi (antara M 1 SDi sampai Mi + 1 SDi) c. Kelompok kurang

Semua responden yang mempunyai skor lebih rendah dari skor rata- rata minus 1 standar deviasi (<Mi 1 SDi) sebagai berikut : Untuk menghitung rata-rata dan standar deviasi ideal digunakan rumus Mean Ideal (Mi)= Standar deviasi ideal (Sdi) = skor maksimum ideal skor minimum ideal 2 skor maksimum ideal skor minimum ideal 6 Dari hasil penilaian responden maka dapat dijelaskan besarnya jawaban responden untuk masing-masing variabel yaitu sebagai berikut : 1. Variabel Kecerdasan Emosional (X 1 ) Variabel Kecerdasan Emosional diukur dengan 14 pertanyaan sehingga dapat diketahui nilai-nilai parameter sebagai berikut : Skor minimum ideal = 14 x 1 = 14 Skor maksimum ideal = 14 x 4 = 56 Nilai rata-rata ideal = Nilai standar deviasi ideal = 56 14 = 35 2 56 14 = 7 6 Berdasarkan data Kecerdasan Emosional menunjukkan bahwa skor total tertinggi yang dicapai adalah 56 dan skor total terendah adalah 28. Selain itu juga didapatkan nilai M sebesar 44,4, Me 43 dan Mo 42 serta SDi sebesar 5,1. Hal ini berarti skor maksimum yang terjadi pada kecerdasan emosional adalah 56 yang nilainya jauh diatas dari nilai rata-rata ideal, sehingga menunjukkan penilaian yang sangat baik, dan standar deviasi sebesar 5,1 berarti fluktuasi dari penilaian responden terhadap kecerdasan emosionalnya adalah ±5,1 dari 102 observasi yang diamati. Distribusi frekuensi skor tercantum dalam tabel berikut:

Tabel 13. Distribusi Frekuensi Skor Variabel Kecerdasan Emosional No. Interval Kelas Frekuensi Persentase 1 27 30 2 2.0% 2 31 34 1 1.0% 3 35 38 3 2.9% 4 39 42 0 0.0% 5 43 46 69 67.6% 6 47 50 16 15.7% 7 51 54 5 4.9% 8 55 58 6 5.9% Total 102 100% Sumber: Data primer yang diolah, 2013 Tabel 13 menunjukkan bahwa mayoritas skor jawaban responden pada interval antara 43 46 yaitu sebesar 67,6%. Tabel distribusi frekuensi skor variabel Kecerdasan Emosional di atas, dapat digambarkan dalam histogram berikut ini: Kecerdasan Emosional 27 30 31 34 35 38 39 42 43 46 47 50 51 54 55 58 Gambar 2. Histogram Distribusi Frekuensi Variabel Kecerdasan Emosional

Selanjutnya diidentifikasi kecenderungan atau tinggi rendahnya variabel kecerdasan emosional dengan menggunakan nilai Mean ideal dan Standar Deviasi ideal. Nilai Mean ideal variabel Kecerdasan emosional sebesar 35 dan Standar Deviasi 7. Mean + 1 SDi = 35 + 7 = 42 Mean 1 SDi = 35 7= 28 Tabel 14. Distribusi Kecenderungan Frekuensi Variabel Kecerdasan Emosional No. Interval Kelas Frekuensi Frekuensi Relatif (%) Kategori Kelompok 1 28 35 3 2.9% Kurang 2 36 42 38 37.3% Sedang 3 > 42 61 59.8% Atas 102 100 Tabel tersebut menunjukkan bahwa terdapat 38 (37,3%) responden yang berada dalam kategori kelompok sedang, 61 (59,8%) responden berada dalam kategori kelompok atas, dan 3 (2,9%) dalam kategori kelompok kurang. Berdasarkan tabel 14 di atas dapat digambarkan histogram seperti berikut: Kecerdasan Emosional 28 35 36 42 > 42 Gambar 3. Histogram Kecenderungan Frekuensi Kecerdasan Emosional

2. Variabel Kecerdasan Intelektual (X 2 ) Variabel Kecerdasan Intelektual diukur dengan 7 pertanyaan sehingga dapat diketahui nilai-nilai parameter sebagai berikut : Skor minimum ideal = 7 x 1 = 7 Skor maksimum ideal = 7 x 4 = 28 28 7 Nilai rata-rata ideal = = 17,5 2 Nilai standar deviasi ideal = 28 7 = 3,5 6 Berdasarkan data Kecerdasan Intelektual menunjukkan bahwa skor total tertinggi yang dicapai adalah 28 dan skor total terendah adalah 15. Selain itu juga didapatkan nilai M sebesar 21,5, Me 21 dan Mo 21 serta SDi sebesar 2,7. Hal ini berarti skor maksimum yang terjadi pada kecerdasan intelektual adalah 28 yang nilainya jauh diatas dari nilai rata-rata ideal, sehingga menunjukkan penilaian yang sangat baik, dan standar deviasi sebesar 2,7 berarti fluktuasi dari penilaian responden terhadap kecerdasan intelektualnya adalah ±2,7 dari 102 observasi yang diamati. Distribusi frekuensi skor tercantum dalam tabel berikut:

Tabel 15. Distribusi Frekuensi Skor Variabel Kecerdasan Intelektual No. Interval Kelas Frekuensi Persentase 1 13 14 0 0.0% 2 15 16 2 2.0% 3 17 18 11 10.8% 4 19 20 20 19.6% 5 21 22 35 34.3% 6 23 24 17 16.7% 7 25 26 11 10.8% 8 27 28 6 5.9% Total 102 100% Sumber: Data primer yang diolah Tabel 15 menunjukkan bahwa mayoritas skor jawaban responden pada interval antara 21 22 yaitu sebesar 34,3%. Tabel distribusi frekuensi skor variabel Kecerdasan Intelektual di atas, dapat digambarkan dalam histogram berikut ini: Kecerdasan Intelektual 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Gambar 4. Histogram Distribusi Frekuensi Variabel Kecerdasan Intelektual Selanjutnya diidentifikasi kecenderungan atau tinggi rendahnya variabel Kecerdasan Intelektual dengan menggunakan nilai Mean ideal dan Standar Deviasi ideal. Nilai Mean ideal variabel kecerdasan intelektual sebesar 17,5 dan Standar Deviasi 3,5.

Mean + 1 SDi = 17,5 + 3,5 = 21 Mean 1 SDi = 17,5 3,5= 14 Tabel 16. Distribusi Kecenderungan Frekuensi Variabel Kecerdasan Intelektual No. Interval Kelas Frekuensi Frekuensi Relatif (%) Kategori Kelompok 1 14 17 6 5.9% Kurang 2 18 21 54 52.9% Sedang 3 > 21 42 41.2% Atas 102 100% Tabel tersebut menunjukkan bahwa terdapat 54 (52,9%) responden yang berada dalam kategori kelompok sedang, 42 (41,2%) responden berada dalam kategori kelompok atas, dan 6 (5,9%) responden berada dalam kategori kelompok kurang. Berdasarkan tabel 16 di atas dapat digambarkan histogram seperti berikut: Kecerdasan Intelektual 14 17 18 21 > 21 Gambar 5. Histogram Kecenderungan Frekuensi Kecerdasan Intelektual 3. Variabel Kecerdasan Spiritual (X 3 ) Variabel Kecerdasan Spiritual diukur dengan 14 pertanyaan sehingga dapat diketahui nilai-nilai parameter sebagai berikut : Skor minimum ideal = 14 x 1 = 14

Skor maksimum ideal = 14 x 4 = 56 Nilai rata-rata ideal = Nilai standar deviasi ideal = 56 14 = 35 2 56 14 = 7 6 Berdasarkan data Kecerdasan Spiritual menunjukkan bahwa skor total tertinggi yang dicapai adalah 56 dan skor total terendah adalah 30. Selain itu juga didapatkan nilai M sebesar 43,2, Me 42 dan Mo 42 serta SDi sebesar 5,3. Hal ini berarti skor maksimum yang terjadi pada Kecerdasan Spiritual adalah 56 yang nilainya jauh di atas dari nilai rata-rata ideal, sehingga menunjukkan penilaian yang sangat baik, dan standar deviasi sebesar 5,3 berarti fluktuasi dari penilaian responden terhadap Kecerdasan Spiritualnya adalah ±5,3 dari 102 observasi yang diamati. Distribusi frekuensi skor tercantum dalam tabel berikut: Tabel 17. Distribusi Frekuensi Skor Variabel Kecerdasan Spiritual No. Interval Kelas Frekuensi Persentase 1 28 31 1 1.0% 2 32 35 5 4.9% 3 36 39 16 15.7% 4 40 43 36 35.3% 5 44 47 24 23.5% 6 48 51 14 13.7% 7 52 54 1 1.0% 8 56 59 5 4.9% Total 102 100% Sumber: Data primer yang diolah

Tabel 17 menunjukkan bahwa mayoritas skor jawaban responden pada interval antara 40 43 yaitu sebesar 35,3%. Tabel distribusi frekuensi skor variabel Kecerdasan Spiritual di atas, dapat digambarkan dalam histogram berikut ini: Kecerdasan Spiritual 28 31 32 35 36 39 40 43 44 47 48 51 52 54 56 59 Gambar 6. Histogram Distribusi Frekuensi Variabel Kecerdasan Spiritual Selanjutnya diidentifikasi kecenderungan atau tinggi rendahnya variabel Kecerdasan Spiritual dengan menggunakan nilai Mean ideal dan Standar Deviasi ideal. Nilai Mean ideal variabel Kecerdasan Spiritual sebesar 35 dan Standar Deviasi 7. Mean + 1 SDi = 35 + 7 = 42 Mean 1 SDi = 35 7= 28 Tabel 18. Distribusi Kecenderungan Frekuensi Variabel Kecerdasan Spiritual No. Interval Kelas Frekuensi Frekuensi Relatif (%) Kategori Kelompok 1 27 34 5 4.9% Kurang 2 35 42 47 46.1% Sedang 3 > 42 50 49% Atas 102 100%

Tabel tersebut menunjukkan bahwa terdapat 50 (49%) responden yang berada dalam kategori kelompok atas, 47 (46,1%) responden berada dalam kategori kelompok sedang, dan 5 (4,9%) responden berada dalam kategori kelompok kurang. Berdasarkan tabel 18 di atas dapat digambarkan histogram seperti berikut: Kecerdasan Spiritual 27 34 35 42 > 42 Gambar 7. Histogram Kecenderungan Frekuensi Kecerdasan Spiritual 4. Variabel Perilaku Etis (Y) Variabel Perilaku Etis diukur dengan 8 pertanyaan sehingga dapat diketahui nilai-nilai parameter sebagai berikut : Skor minimum ideal = 8 x 1 = 8 Skor maksimum ideal = 8 x 4 = 32 32 8 Nilai rata-rata ideal = = 20 2 32 8 Nilai standar deviasi ideal = = 4 6 Berdasarkan data Perilaku Etis menunjukkan bahwa skor total tertinggi yang dicapai adalah 32 dan skor total terendah adalah 19. Selain itu juga didapatkan nilai M sebesar 25,5, Me 25 dan Mo 24 serta SDi sebesar 2,9. Hal ini berarti skor maksimum yang terjadi pada Perilaku Etis adalah 32 yang nilainya jauh di atas dari nilai rata-rata ideal, sehingga menunjukkan penilaian yang sangat baik, dan standar deviasi sebesar

2,9 berarti fluktuasi dari penilaian responden terhadap Perilaku Etisnya adalah ±2,9 dari 102 observasi yang diamati. Distribusi frekuensi skor tercantum dalam tabel berikut: Tabel 19. Distribusi Frekuensi Skor Variabel Perilaku Etis No. Interval Kelas Frekuensi Persentase 1 18 19 2 2.0% 2 20 21 5 4.9% 3 22 23 13 12.7% 4 24 25 39 38.2% 5 26 27 18 17.6% 6 28 29 18 17.6% 7 30 31 1 1.0% 8 32 33 6 5.9% Total 102 100% Sumber: Data primer yang diolah Tabel 19 menunjukkan bahwa mayoritas skor jawaban responden pada interval antara 24 25 yaitu sebesar 38,2%. Tabel distribusi frekuensi skor variabel Perilaku Etis di atas, dapat digambarkan dalam Histogram berikut ini:

Perilaku Etis 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 Gambar 8. Histogram Distribusi Frekuensi Variabel Perilaku Etis Selanjutnya diidentifikasi kecenderungan atau tinggi rendahnya variabel Perilaku Etis dengan menggunakan nilai Mean ideal dan Standar Deviasi ideal. Nilai Mean ideal variabel Perilaku etis sebesar 20 dan Standar Deviasi 4. Mean + 1 SDi = 20 + 4 = 24 Mean 1 SDi = 20 4= 16 Tabel 20. Distribusi Kecenderungan Frekuensi Variabel Perilaku Etis No. Interval Kelas Frekuensi Frekuensi Relatif (%) Kategori Kelompok 1 15 19 2 1,97% Kurang 2 20 24 13 12,74% Sedang 3 > 24 87 85,29% Atas 102 100% Tabel tersebut menunjukkan bahwa terdapat 13 (12,74%) responden yang berada dalam kategori kelompok sedang, 87 (85,29%) responden berada dalam kategori kelompok atas, 2 (1,97%) responden berada dalam kategori kelompok kurang. Berdasarkan tabel 20 di atas dapat digambarkan histogram seperti berikut:

Perilaku Etis 15 19 20 24 > 24 Gambar 9. Histogram Kecenderungan Frekuensi Perilaku Etis D. Uji Prasyarat Analisis Data 1. Asumsi Klasik Berdasarkan hasil pengujian hipotesis secara statistik sebenarnya model persamaan regresi yang diajukan adalah sudah memenuhi syarat, dalam arti eratnya hubungan variabel bebas dengan variabel tidak bebasnya. Tetapi, agar model persamaan tersebut dapat diterima secara ekonometrik maka harus memenuhi asumsi klasik antara lain uji normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan linieritas. a. Uji Normalitas Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah tiap variabel memiliki distribusi normal atau tidak. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan statistik Kolgomorov-Smirnov dengan SPSS 17.0. Kriteria yang digunakan adalah melalui nilai Asymp. Sig (2-Tailed). Pengukuran dengan membandingkan nilai Asymp. Sig(2- Tailed) dengan nilai alpha yang ditentukan yaitu 5%, sehingga apabila nilai Asymp. Sig(2-tailed)>0,05 maka disimpulkan bahwa data tersebut berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil uji normalitas dapat ditunjukkan pada tabel 21 berikut:

Tabel 21. Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters a,b Most Extreme Dif f erences Kolmogorov-Smirnov Z Asy mp. Sig. (2-tailed) Mean Std. Dev iation Absolute Positive Negativ e a. Test distribution is Normal. b. Calculated f rom data. Standardized Residual 102.0000000.98503656.096.085 -.096.968.306 Sumber: Data primer diolah, 2013 Berdasarkan hasil uji normalitas di atas, karena nilai Asymp.Sig sebesar 0,306>0,05, maka dapat dinyatakan bahwa data-data penelitian telah memenuhi distribusi normal. b. Uji Multikolinieritas Uji ini digunakan untuk menguji ada tidaknya hubungan antar variabel bebas dan untuk menguji apakah dalam persamaan regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas/independent. Di dalam model regresi dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawan Variance Inflation Factor (VIF). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance <0,10 atau nilai VIF > 10 dengan tingkat kolonieritas 0.50, dan iktisar hasil multikolinieritas pada variabel bebas dapat ditunjukkan pada tabel 22 berikut: Tabel 22. Hasil Uji Multikolinieritas Variabel Tolerance VIF Keterangan

X 1 0.795 1,258 Tidak terjadi multikolinieritas X 2 0.742 1,347 Tidak terjadi multikolinieritas X 3 0.801 1,248 Tidak terjadi multikolinieritas Sumber: Data primer diolah, 2013 Hasil perhitungan analisis menunjukkan bahwa nilai VIF masing-masing variabel independen lebih kecil dari 10 dan nilai tolerance lebih besar dari 0,1, sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak mengandung gejala multikolinieritas. c. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah situasi tidak konstannya varians. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dilakukan pengujian dengan menggunakan metode Glejser yang selanjutnya dilakukan perbandingan antara nilai sig-t dengan 0,05. Jika Sig-t_ hitung lebih kecil dari 0,05 maka akan terjadi heteroskedastisitas, begitu juga sebaliknya. jika sig-t_ hitung lebih besar dari 0,05 maka tidak akan terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji Glejser dapat ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 23. Hasil Uji Heteroskedastisitas Variabel t hitung sig t Keterangan X 1 1.234 0.220 Tidak terjadi heteroskedastisitas X 2 0.093 0.926 Tidak terjadi heteroskedastisitas X 3 0.232 0.817 Tidak terjadi heteroskedastisitas Sumber: Data primer diolah, 2013 Dari hasil heteroskedastisitas terhadap masing-masing variabel independen diperoleh p-value (sig-t) > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat heteroskedastisitas pada masing-masing variabel independen. d. Uji Linieritas Pengujian linieritas regresi dilakukan dengan uji Statistik F. Harga F dihitung kemudian dikonsultasikan dengan F tabel dengan taraf signifikansi 5%. Apabila harga F hitung lebih kecil atau sama dengan F tabel maka hubungan variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y) dinyatakan linier. Tabel 24. Rangkuman Hasil Uji Linieritas F Hitung P value Variabel Keterangan X 1 dengan Y 0.978 0.495 Linier X 2 dengan Y 1.055 0.407 Linier X 3 dengan Y 1.693 0.052 Linier Sumber : Hasil Olah Data SPS, 2013 Berdasarkan hasil uji linieritas pada tabel 24 menunjukkan bahwa uji linieritas antara X 1 diperoleh nilai F hitung sebesar 0,978 dan p value sebesar 0,495 (0,495>0,05) yang menunjukkan bahwa hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Perilaku Etis adalah linier. Hasil uji linieritas antara Kecerdasan Intelektual diperoleh nilai F hitung sebesar 1,055 dan p value sebesar 0,407 (0,407>0,05) yang menunjukkan bahwa hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Perilaku Etis adalah linier. Hasil uji linieritas antara Kecerdasan Spiritual diperoleh nilai F hitung sebesar 1,693 dan p value sebesar 0,052 (0,052>0,05) yang menunjukkan bahwa hubungan antara Kecerdasan Spiritual dengan Perilaku Etis adalah linier.

2. Uji Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara atas permasalahan yang dirumuskan. Oleh sebab itu, jawaban sementara ini harus diuji kebenarannya secara empiris. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik regresi sederhana untuk hipotesis pertama, kedua, dan ketiga, sedangkan untuk hipotesis yang keempat menggunakan teknik regresi berganda. Penjelasan tentang hasil pengujian hipotesis ini adalah sebagai berikut: a. Pengujian Hipotesis Pertama Hipotesis pertama menyatakan bahwa Kecerdasan Emosional berpengaruh positif terhadap Perilaku Etis mahasiwa akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta. Untuk menguji hipotesis pertama ini digunakan analisis regresi linier sederhana. Dengan bantuan seri program Statistik (SPSS) for windows 17 diperoleh rangkuman hasil analisis regresi linier sederhana seperti pada tabel sebagai berikut: Tabel 25. Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana (Kecerdasan Emosional) Variabel Koef. Regresi (B) t hitung Sig.t Keterangan Konstanta 14.808 6.353 0.000 Kecerdasan Emosional (X 1 ) 0.240 4.604 0.000 Signifikan R Square 0,175 Sumber: Data primer diolah, 2013 Hasil analisis regresi linier sederhana seperti pada tabel 25 di atas dapat ditulis persamaan regresi yaitu sebagai berikut : Y = 14,808 + 0,240X 1

Nilai konstanta sebesar 14,808, hal ini berarti bahwa Perilaku Etis akan sebesar 14,808 jika Kecerdasan Emosional sama dengan nol. Hal ini dapat dijelaskan bahwa Perilaku Etis akan menurun jika tidak ada Kecerdasan Emosional. Variabel Kecerdasan Emosional (X 1 ) mempunyai pengaruh positif terhadap Perilaku Etis, dengan koefisien regresi sebesar 0,240 menunjukkan bahwa apabila Kecerdasan Emosional meningkat sebesar 1 persen maka Perilaku Etis akan meningkat sebesar 0,240 persen dengan asumsi variabel bebas yang lain konstan. Nilai signifikan (sig) sebesar 0,000, nilai ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan 0,05 maka pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Perilaku Etis adalah signifikan. Berdasarkan perhitungan SPSS, nilai t hitung sebesar 4,604, sedangkan p value sebesar 0,000, sehingga p value <5% (0,000<0,05), artinya ada pengaruh signifikan variabel Kecerdasan Emosional terhadap Perilaku Etis. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin tinggi Kecerdasan Emosional maka Perilaku Etis akan semakin baik, begitu pula sebaliknya. Koefisien determinasi R 2 sebesar 0,175 yang berarti 17,5% variasi pada variabel dependen Perilaku Etis dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen Kecerdasan Emosional. Sedangkan sisanya 82,5% dipengaruhi oleh variabel yang tidak dijelaskan dalam model tersebut. Dengan demikian hipotesis pertama yang menyatakan Kecerdasan Emosional berpengaruh positif terhadap Perilaku Etis mahasiswa akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta diterima. b. Pengujian Hipotesis Kedua Hipotesis kedua menyatakan bahwa Kecerdasan Intelektual berpengaruh positif terhadap Perilaku Etis mahasiwa akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta. Untuk menguji hipotesis kedua ini digunakan analisis regresi linier sederhana.

Dengan bantuan seri program Statistik (SPSS) for windows 17 diperoleh rangkuman hasil analisis regresi linier sederhana seperti pada tabel sebagai berikut:

Tabel 26. Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana (Kecerdasan Intelektual) Variabel Koef. Regresi (B) t hitung Sig.t Keterangan Konstanta 15.312 7.511 0.000 Kecerdasan Intelektual (X 2 ) 0.472 5.024 0.000 Signifikan R Square 0,202 Sumber: Data primer diolah, 2013 Hasil analisis regresi linier sederhana seperti pada tabel 26 di atas dapat ditulis persamaan regresi yaitu sebagai berikut : Y = 15,312 + 0,472X 2 Nilai konstanta sebesar 15,312, hal ini berarti bahwa Perilaku Etis akan sebesar 15,312 jika Kecerdasan Intelektual sama dengan nol. Hal ini dapat dijelaskan bahwa Perilaku Etis akan menurun jika tidak ada Kecerdasan Intelektual. Variabel Kecerdasan Intelektual (X 2 ) mempunyai pengaruh positif terhadap Perilaku Etis, dengan koefisien regresi sebesar 0,472 menunjukkan bahwa apabila Kecerdasan Intelektual meningkat sebesar 1 persen maka Perilaku Etis akan meningkat sebesar 0,472 persen dengan asumsi variabel bebas yang lain konstan. Nilai signifikan (sig) sebesar 0,000, nilai ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan 0,05 maka pengaruh Kecerdasan Intelektual terhadap Perilaku Etis adalah signifikan. Berdasarkan perhitungan SPSS, nilai t hitung sebesar 5,024, sedangkan p value sebesar 0,000, sehingga p value <5% (0,000<0,05), artinya ada pengaruh signifikan variabel Kecerdasan Intelektual terhadap Perilaku Etis. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin tinggi Kecerdasan Intelektual maka Perilaku Etis akan semakin baik, begitu pula sebaliknya. Koefisien determinasi R 2 sebesar 0,202 yang berarti 20,2% variasi pada variabel dependen Perilaku Etis dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen

Kecerdasan Intelektual, sedangkan sisanya 79,8% dipengaruhi oleh variabel yang tidak dijelaskan dalam model tersebut. Dengan demikian hipotesis kedua yang menyatakan Kecerdasan Intelektual berpengaruh positif terhadap Perilaku Etis mahasiwa akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta diterima. c. Pengujian Hipotesis Ketiga Hipotesis ketiga menyatakan bahwa Kecerdasan Spiritual berpengaruh positif terhadap Perilaku Etis mahasiswa akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta. Untuk menguji hipotesis ketiga ini digunakan analisis regresi linier sederhana. Dengan bantuan seri program Statistik (SPSS) for windows 17 diperoleh rangkuman hasil analisis regresi linier sederhana seperti pada tabel sebagai berikut: Tabel 27. Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana (Kecerdasan Spiritual) Variabel Koef. Regresi (B) t hitung Sig.t Keterangan Konstanta 14.372 6.800 0.000 Kecerdasan Spiritual (X 3 ) 0.257 5.290 0.000 Signifikan R Square 0,219 Sumber: Data primer diolah, 2013 Hasil analisis regresi linier sederhana seperti pada tabel 27 di atas dapat ditulis persamaan regresi yaitu sebagai berikut : Y = 14,312 + 0,257X 3 Nilai konstanta sebesar 14,372, hal ini berarti bahwa Perilaku Etis akan sebesar 14,372 jika Kecerdasan Spiritual sama dengan nol. Hal ini dapat dijelaskan bahwa Perilaku Etis akan menurun jika tidak ada Kecerdasan Spiritual. Variabel Kecerdasan Spiritual (X 3 ) mempunyai pengaruh positif terhadap Perilaku Etis, dengan koefisien regresi sebesar 0,257 menunjukkan bahwa apabila Kecerdasan Spiritual meningkat sebesar 1 persen maka Perilaku Etis akan meningkat

sebesar 0,257 persen dengan asumsi variabel bebas yang lain konstan. Nilai signifikan (sig) sebesar 0,000, nilai ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan 0,05 maka pengaruh Kecerdasan Spiritual terhadap Perilaku Etis adalah signifikan. Berdasarkan perhitungan SPSS, nilai t hitung sebesar 5,290, sedangkan p value sebesar 0,000, sehingga p value <5% (0,000<0,05), artinya ada pengaruh signifikan variabel Kecerdasan Spiritual terhadap Perilaku Etis. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin tinggi Kecerdasan Spiritual maka Perilaku Etis akan semakin baik, begitu pula sebaliknya. Koefisien determinasi R 2 sebesar 0,219 yang berarti 21,9% variasi pada variabel dependen Perilaku Etis dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen Kecerdasan Spiritual. Sedangkan sisanya 78,1% dipengaruhi oleh variabel yang tidak dijelaskan dalam model tersebut. Dengan demikian hipotesis ketiga yang menyatakan Kecerdasan Spiritual berpengaruh positif terhadap Perilaku Etis mahasiswa akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta diterima. d. Pengujian Hipotesis Keempat Untuk mempermudah perhitungan regresi dari data yang cukup banyak maka dalam penelitian ini diselesaikan dengan bantuan perangkat lunak (software) komputer program SPSS 17. Hasil pengujian terhadap model regresi berganda terhadap variabel Kecerdasan Emosional (X 1 ), Kecerdasan Intelektual (X 2 ), dan Kecerdasan Spiritual (X 3 ) yang mempengaruhi Perilaku Etis dilihat dalam tabel 28 berikut: Tabel 28. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Koefisien Variabel Independen Regresi t-hitung Probabilitas SE SR (Constant) 7.435 2.868 0.005

Kecerdasan Emosional 0.127 2.409 0.018 9.3 27.5 Kecerdasan Intelektual 0.246 2.448 0.016 10.5 31.1 Kecerdasan Spiritual 0.164 3.25 0.002 13.9 41.4 F hitung 27,929 R 2 square 0,337 Multiple R 0,581 Sig f 0.000 Sumber : Data hasil regresi, 2013 Pada penelitian ini digunakan model persamaan regresi linear berganda sebagai berikut : Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 Dengan memperhatikan model regresi dan hasil regresi linear berganda maka didapat persamaan faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku Etis sebagai berikut : Y = 7,435+ 0,127 X 1 + 0,246X 2 + 0,164X 3 Dari tabel 28 di atas di dapat F hitung sebesar 27,929 dengan taraf signifikansi 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa probabilitas < taraf signifikansi yang ditolerir (0,000<0,05), maka Ha diterima dan menolak Ho. Ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif signifikan Kecerdasan Emosional, Kecerdasan intelektual, dan Kecerdasan Spiritual secara bersama-sama terhadap Perilaku Etis. Kemudian untuk menunjukkan berapa persen pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelektual, dan Kecerdasan Spiritual secara bersama-sama terhadap Perilaku Etis digunakan koefisien determinasi. Dari tabel 28 di atas dapat diketahui koefisien determinasi (R 2 square) sebesar 0,337, yang berarti 33,7% variasi Perilaku Etis dapat dijelaskan oleh ketiga variabel bebas yang terdiri dari Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelektual, dan Kecerdasan Spiritual, sedangkan sisanya 66,3% variasi Perilaku Etis dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian.

Dengan demikian hipotesis keempat yang menyatakan Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelektual, dan Kecerdasan Spiritual secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap Perilaku Etis mahasiswa akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta diterima. Pada tabel 28 menunjukkan besarnya sumbangan efektif variabel Kecerdasan Emosional sebesar 9,3%. Artinya bahwa besarnya kontribusi variabel Kecerdasan Emosional terhadap Perilaku Etis sebesar 9,3% dan besarnya sumbangan relatif sebesar 27,5%. Pada tabel 28 menunjukkan besarnya sumbangan efektif variabel Kecerdasan Intelektual sebesar 10,5%. Artinya bahwa besarnya kontribusi variabel Kecerdasan Intelektual terhadap Perilaku Etis sebesar 10,5% dan besarnya sumbangan relatif sebesar 31,1%. Pada tabel 28 menunjukkan besarnya sumbangan efektif variabel Kecerdasan Spiritual sebesar 13,9%. Artinya bahwa besarnya kontribusi variabel Kecerdasan Spiritual terhadap Perilaku Etis sebesar 13,9% dan besarnya sumbangan relatif sebesar 41,4%. Hal ini berarti bahwa variabel Kecerdasan Spiritual lebih dominan dan berpengaruh terhadap Perilaku Etis. Berdasarkan tabel tersebut juga dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama variabel Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelektual, dan Kecerdasan Spiritual secara bersama-sama memberikan sumbangan efektif sebesar 33,7% terhadap Perilaku Etis dan 66,3% diberikan oleh variabel-variabel lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini. E. Pembahasan Hasil Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Kecerdasan Emosional,

Kecerdasan Intelektual, dan Kecerdasan Spiritual terhadap Perilaku Etis mahasiwa akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta. Berdasarkan hasil analisis, maka pembahasan tentang hasil penelitian adalah sebagai berikut: 1. Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Perilaku Etis Hasil penelitian mendukung hipotesis pertama bahwa variabel Kecerdasan Emosional (X 1 ) berpengaruh positif secara parsial terhadap Perilaku Etis. Hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien regresi X 1 sebesar 0,240 menyatakan bahwa setiap kenaikan Kecerdasan Emosional sebesar 1 satuan akan meningkatkan Perilaku Etis sebesar 0,240 satuan. Nilai probabilitas yang lebih kecil dari 5% yaitu 0,000 < 0,05 mengindikasikan bahwa Kecerdasan Emosional berpengaruh positif terhadap Perilaku Etis. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Maryani & Ludigdo (2001) yang menyatakan bahwa Kecerdasan Emosional memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Perilaku Etis. Kecerdasan Emosional menyangkut kemampuan seseorang dalam memahami diri sendiri, mengelola emosi, mengungkapkan dan memahami serta memantau perasaan. Kecerdasan Emosional memungkinkan seseorang untuk memahami situasi sekeliling sehingga dapat bersikap dan dapat menempatkan diri dengan baik. Kecerdasan Emosional berkaitan dengan rasa senang, rasa sedih, empati, motivasi, pengaturan diri, dan kemampuan berinteraksi dengan orang lain. Dengan adanya Kecerdasan Emosional yang baik, setiap individu mampu menangani dan mengelola emosi. Selain itu, seseorang mampu mengetahui dan menanggapi perasaan mereka sendiri dengan baik dan mampu membaca dan menghadapi perasaan-perasaan orang lain dengan efektif.

Seseorang mampu memotivasi dan mendorong dirinya sendiri untuk terus berusaha mencapai tujuan yang diinginkan, mampu menahan kendali agar emosinya terkontrol dengan baik, mampu memfokuskan diri pada tugastugasnya dan mampu berpikir dengan jernih agar semua berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Seseorang dengan keterampilan emosional yang baik berarti kemungkinan besar ia akan berhasil dalam kehidupan dan memiliki motivasi untuk mencapai prestasi yang diinginkan. Kecerdasan Emosional yang ditandai oleh kemampuan pengenalan diri, pengaturan diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan kemampuan sosial akan mempengaruhi perilaku mahasiswa yang nantinya juga mempengaruhi seberapa besar mahasiswa dalam berperilaku etis. 2. Pengaruh Kecerdasan Intelektual terhadap Perilaku Etis Hasil penelitian mendukung hipotesis kedua bahwa variabel Kecerdasan Intelektual (X 2 ) berpengaruh positif secara parsial terhadap Perilaku Etis. Hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien regresi X 2 sebesar 0,472 menyatakan bahwa setiap kenaikan Kecerdasan Intelektual sebesar 1 satuan akan meningkatkan Perilaku Etis sebesar 0,472 satuan. Nilai probabilitas yang lebih kecil dari 5% yaitu 0,000 < 0,05 mengindikasikan bahwa Kecerdasan Intelektual berpengaruh positif terhadap Perilaku Etis. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tikollah, Triyuwono dan Ludigdo (2006) yang menyatakan bahwa Kecerdasan Intelektual memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Perilaku Etis. Kecerdasan Intelektual terkait dengan kemampuan untuk bertindak lebih tepat dan lebih efektif. Banyak orang yang menganggap bahwa jika seseorang memiliki tingkat Kecerdasan Intelektual (IQ) yang tinggi, maka orang tersebut

memiliki banyak peluang untuk meraih kesuksesan yang lebih besar dibanding orang lain. Padahal, hal tersebut belum dapat dipastikan. Banyak orang yang memiliki tingkat Kecerdasan Intelektual yang tinggi, tapi terkalahkan oleh orang lain yang tingkat kecerdasan intelektualnya lebih rendah. Kecerdasan Intelektual ditandai oleh beberapa hal yaitu kemampuan memecahkan masalah, intelegensi verbal, dan intelegensi praktis. Seorang mahasiswa akuntansi yang memiliki Kecerdasan Intelektual yang baik maka akan mampu berpikir, bertindak efektif dan berperilaku etis. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa Kecerdasan Intelektual memiliki hubungan dengan Perilaku Etis. 3. Pengaruh Kecerdasan Spiritual terhadap Perilaku Etis Hasil penelitian mendukung hipotesis ketiga bahwa variabel Kecerdasan Spiritual (X 3 ) berpengaruh positif secara parsial terhadap Perilaku Etis. Hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien regresi X 3 sebesar 0,257 menyatakan bahwa setiap kenaikan Kecerdasan Spiritual sebesar 1 satuan akan meningkatkan Perilaku Etis sebesar 0,257 satuan. Nilai probabilitas yang lebih kecil dari 5% yaitu 0,000 < 0,05 mengindikasikan bahwa Kecerdasan Spiritual berpengaruh positif terhadap Perilaku Etis. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Maryani & Ludigdo (2001) yang menyatakan bahwa Kecerdasan Spiritual memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Perilaku Etis. Kecerdasan Spiritual berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam memaknai arti hidup yang dijalani dan kemampuan nilai yang terkandung dari setiap tindakan-tindakan yang dilakukan. Kecerdasan Spiritual memungkinkan manusia menjadi kreatif, mengubah aturan dan lebih memahami situasi.

Seseorang yang memiliki Kecerdasan Spiritual yang baik memiliki kualitas hidup yang disertai oleh visi dan nilai-nilai seperti prinsip/pegangan hidup yang berpijak pada kebenaran. Terkadang seseorang mengartikan kecerdasan ini lebih terkait dengan hal baik, hal jahat dan berhubungan dengan agama. Padahal kenyataannya tidak demikian, seseorang yang beragama tidak menjamin memiliki Kecerdasan Spiritual yang tinggi. Banyak orang humanis dan ateis memiliki Kecerdasan Spiritual sangat tinggi, namun orang yang aktif beragama memiliki Kecerdasan Spiritual yang sangat rendah. Spritualitas mahasiswa akuntansi yang cerdas akan mampu membantu dalam pemecahan permasalahan-permasalahan dan berperilaku etis sehingga mahasiswa dapat bersikap tenang dalam menghadapi masalah-masalah/kendala-kendala dalam bertindak dan berperilaku etis. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa Kecerdasan Spiritual memiliki hubungan dengan Perilaku Etis. 4. Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelektual, dan Kecerdasan Spiritual terhadap Perilaku Etis Hasil penelitian mendukung hipotesis keempat bahwa variabel Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelektual, dan Kecerdasan Spiritual berpengaruh positif secara bersama-sama terhadap Perilaku Etis. Hal ini ditunjukkan oleh nilai F hitung sebesar 27,929 dan p value sebesar 0,000. Masing-masing kecerdasan, yaitu Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelektual, dan Kecerdasan Spiritual terhadap Perilaku Etis memiliki kadar yang berbeda. Kecerdasan Emosional (EQ) memiliki peran yang jauh lebih penting dibandingkan dengan Kecerdasan Intelektual (IQ). Didapatkan dari penelitian para ahli, dikatakan bahwa Kecerdasan Intelektual (IQ) hanya

menyumbangkan kira-kira 20 persen bagi faktor-faktor yang menentukan keberhasilan seseorang, sedangkan 80 persen diisi oleh kekuatan-kekuatan lain yaitu Kecerdasan Emosional (EQ). Walaupun demikian, Kecerdasan Intelektual (IQ) dan Kecerdasan Emosional (EQ) saja tidaklah cukup untuk membawa diri seseorang dalam mencapai kebahagiaan dan kebenaran. Selain itu, masih ada nilai-nilai lain yang juga penting yaitu Kecerdasan Spiritual (SQ). SQ merupakan landasan yang penting dan diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif sehingga ada keseimbangan diantara ketiga kecerdasan tersebut. Dari berbagai ungkapan di atas dapat dipahami bahwa Kecerdasan Spiritual (SQ) merupakan kecerdasan tertinggi manusia (melebihi IQ maupun EQ) yang diwujudkan dalam sikap moral yang luhur (etis). Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelektual, dan Kecerdasan Spiritual memiliki hubungan dengan Perilaku Etis F. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dan dilakukan sesuai prosedur ilmiah, namun masih memiliki keterbatasan antara lain: 1. Penelitian hanya menggunakan kuesioner dalam pengumpulan data, maka memungkinkan data yang diperoleh bias, karena perbedaan keseriusan masing-masing responden dalam menjawab kuesioner. 2. Menyadari bahwa yang dapat mempengaruhi Perilaku Etis sangat banyak, sedangkan dalam penelitian ini hanya terdiri dari tiga variabel, yaitu Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelektual, dan Kecerdasan Spiritual. Hasil penelitian ini perilaku etis hanya bisa dijelaskan sebesar 33,7 oleh

ketiga variabel bebas, untuk peneliti yang akan datang sebaiknya menambah variabel independen yang lain, misalnya Kecerdasan Sosial.