Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012 IKHTISAR EKSEKUTIF

dokumen-dokumen yang mirip
DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014

LAPORAN KINERJA 2016 BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan yang antara lain terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah,

LAPORAN TAHUNAN DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2011


I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017

Evaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *)

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN UPSUS PENINGKATAN PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2015

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... RINGKASAN EKSEKUTIF... I. PENDAHULUAN...

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI)

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN TAHUN

I. PENDAHULUAN. padi jika dibandingkan dengan tanaman-tanaman lainnya seperti tanaman jagung

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juli Sekretaris Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Dr. Ir. Maman Suherman, MM NIP

Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan KATA PENGANTAR

KEBIJAKAN PROGRAM DAN KEGIATAN DITJEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2017

KEBIJAKAN PENGELOLAAN ALSINTAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

PROGRAM & KEBIJAKAN REVITALISASI PENGGILINGAN PADI DIREKTORAT JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN

RENCANA KERJA BADAN PPSDMP DAN EVALUASI E-PROPOSAL TAHUN 2016

PROGRAM PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN 2017

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

RENCANA KINERJA TAHUNAN

KERANGKA ACUAN TEKNIS

Analisis Harga Gabah Maret 2013

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Kepala Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan. Dr. Benny Rachman

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN BRIGADE ALSINTAN

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 / HUK / 2012 TENTANG

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM

FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2016 UNTUK PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN

V. PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

7. Pencapaian Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang


KATA PENGANTAR. Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan

Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan KATA PENGANTAR

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

Oleh: Tim Analisa BPK Biro Analisa APBN & Iman Sugema

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN INSENTIF TENAGA LAPANGAN DIKMAS (TLD)/ FASILITATOR DESA INTENSIF (FDI) Lampiran 3

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT ALAT DAN MESIN PERTANIAN TA. 2014

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha pada Tahun * (Miliar Rupiah)

Jakarta, Desember Direktur Rumah Umum dan Komersial

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PEMBERDAYAAN PEKEBUN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2014

I. EVALUASI UPSUS 2015

KATA PENGANTAR. LAKIP- Direktorat Tanaman Semusim 2013

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal, Dr. Ir. Hasil Sembiring, M.Sc. NIP Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT (PUPM) TAHUN 2016

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram

EVALUASI KEGIATAN FASILITASI PUPUK DAN PESTISIDA TAHUN 2013

2017, No dalam rangka Penyelenggaraan Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2018; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

MEKANISME PENGELOLAAN KEUANGAN PASCA OPTIMALISASI DAN PENGHENTIAN KEGIATAN DEKONSENTRASI URUSAN PEMERINTAHAN UMUM DAN FORKOPIMDA TAHUN ANGGARAN 2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

Laporan Kinerja 2014 KATA PENGATAR

PUSAT DISTRIBUSI DAN CADANGAN PANGAN BADAN KETAHANAN PANGAN RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI DAN STABILITAS HARGA PANGAN TAHUN 2015

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Sebagai Wadah Pemberdayaan Masyarakat

2011, No Gubernur sebagaimana dimaksud pada huruf a, ditetapkan dengan Peraturan Menteri; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013

5. Pupuk dan benih belum enam tepat; 6. Lemahnya permodalan petani; 7. Fluktuatif harga komoditas Harus bisa

LAPORAN KINERJA (LAKIN) PUSAT DISTRIBUSI DAN CADANGAN PANGAN TAHUN 2016

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 37/Permentan/SR.130/5/2010 TENTANG PEDOMAN UMUM BANTUAN LANGSUNG PUPUK TAHUN ANGGARAN

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun Direktorat Budidaya Aneka Kacang Dan Umbi i

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK)

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 25/Permentan/PL.130/5/2008 TENTANG PEDOMAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN USAHA PELAYANAN JASA ALAT DAN MESIN PERTANIAN

LAPORAN AKHIR CADANGAN PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2015

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PUSAT DISTRIBUSI DAN CADANGAN PANGAN TAHUN

LAPORAN KINERJA TA DITJEN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN. Kementerian Pertanian. Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016


CAPAIAN PRODUKSI PADI TAHUN 2014

PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT (PUPM) TAHUN 2016 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 207.1/HK.140/C/02/2016 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN DESA MANDIRI BENIH TAHUN ANGGARAN 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN PRODUKSI TANAMAN ANEKA KACANG DAN UMBI TRIWULAN II 2016

VI. ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN BEDASARKAN KESESUAIAN LAHAN

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Re

Tabel Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi dari Padi Ladang Tahun

Transkripsi:

IKHTISAR EKSEKUTIF, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, yang mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang Pascapanen Tanaman Pangan. Fokus kebijaksanaan pembangunan tanaman pangan tahun 2010 2014 adalah meningkatkan produksi komoditas sub sektor tanaman pangan dalam rangka memperkuat ketahanan pangan menuju kemandirian pangan nasional. Sejalan dengan hal ini maka kebijakan pengembangan penanganan pascapanen tanaman pangan difokuskan pada upaya pengamanan hasil dan upaya mempertahankan kualitas hasil. Hal ini sesuai dengan tujuan penanganan pascapanen yaitu menurunkan susut hasil komoditas tanaman pangan; mempertahankan mutu hasil; mempertahankan dan memperpanjang masa simpan serta meningkatkan daya saing komoditas tanaman pangan. Adapun visi dalam upaya mencapai tujuan penanganan pascapanen adalah : Terwujudnya penanganan pascapanen tanaman pangan yang baik dalam mendukung peningkatan produksi yang berkelanjutan. Sedangkan untuk mencapai visi tersebut, Direktorat Pascapanen menetapkan misi : 1. Meningkatkan pengamanan produksi tanaman pangan berkelanjutan melalui penanganan pascapanen yang baik dan berkualitas. 2. Meningkatkan pemanfaatan dan pengembangan teknologi pascapanen hasil tanaman pangan dalam rangka menurunkan tingkat susut hasil komoditas tanaman pangan. 3. Mengembangkan sistem pengelolaan pascapanen komoditas tanaman pangan dengan memperhatikan nilai budaya lokal. 4. Mengembangkan sistem penyediaan sarana pascapanen secara efektif dan berkelanjutan. 5. Mendorong peran serta instansi dan stakeholder terkait, serta masyarakat dalam meningkatkan pengamanan produksi tanaman pangan dari susut hasil secara berkelanjutan. v

Dalam upaya penyelamatan hasil dan mempertahankan kualitas hasil, maka kebijakan penanganan pascapanen yang dilaksanakan tahun 2012 antara lain : 1. Penerapan atau Pengelolaan Teknologi Pascapanen yang dilaksanakan melalui: a. Sosialisasi teknologi pascapanen. b. Koordinasi penanganan pascapanen c. Apresiasi penanganan pascapanen d. Penyebarluasan informasi teknologi pascapanen e. Bimbingan teknis, monitoring dan evaluasi penanganan pascapanen f. Pengukuran susut hasil melalui survey susut hasil padi dan ujicoba metodologi susut pascapanen jagung, kedelai dan ubikayu 2. Optimalisasi penanganan panen dan pascapanen tanaman pangan melalui fasilitasi teknologi dan sarana pascapanen tanaman pangan Jenis sarana pascapanen yang dipilih disesuaikan dengan kondisi spesifik lokasi dan harus dibeli dengan seluruh dana bantuan per paket. a. Paket Bantuan Sarana Pascapanen Padi 1) Dana senilai Rp. 130.000.000,- (seratus tiga puluh juta rupiah) dialokasikan di 31 provinsi, 183 kabupaten/kota pada 431poktan/ gapoktan. 2) Dana senilai Rp. 676.000.000,- (enam ratus tujuh puluh enam juta rupiah) dialokasikan di 9 provinsi, 11 kabupaten pada 11 gapoktan (merupakan kegiatan model/ percontohan sarana pascapanen berupa alat dan mesin pengering padi (gabah)/vertical dryer) b. Paket Bantuan Sarana Pascapanen Jagung Dana senilai Rp. 75.000.000,- (tujuh puluh lima juta rupiah) dialokasikan di 6 provinsi, 11 kabupaten/kota pada 15 poktan/gapoktan. c. Paket Bantuan Sarana Pascapanen Kedelai Dana senilai Rp. 60.000.000,- (enam puluh juta rupiah) dialokasikan di 14 provinsi, 20 kabupaten/kota pada 25 poktan/gapoktan. d. Paket Bantuan Sarana Pascapanen Ubikayu Dana senilai Rp. 60.000.000,- (enam puluh juta rupiah) dialokasikan di 1 provinsi, 4 kabupaten/kota pada 12 poktan/gapoktan. e. Paket Bantuan Sarana Pascapanen Ubijalar Dana senilai Rp. 60.000.000,- (enam puluh juta rupiah) dialokasikan di 2 provinsi, 9 kabupaten/kota pada 10 poktan/gapoktan. vi

3. Fasilitasi Bantuan Sarana Panen dan Rontok (Combine Harvester) dan Mesin Pengering Mekanis (Dryer) melalui dana APBN Kontigensi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan pada tahun 2012 mengalokasikan bantuan sarana pengering dalam membantu gapoktan melalui pemberian sarana panen Combine Harvester sejumlah 25 unit, pengering tipe bak datar/flat bed dryer kapasitas 3 3,5 ton sejumlah 80 unit, pengering tipe vertikal/vertical dryer kapasitas 3,5 4 ton sejumlah 70 unit dan pengering tipe vertikal/vertical dryer kapasitas 10 ton sejumlah 22 unit pada 82 kabupaten/17 provinsi melalui pengadaan di Pusat. Sedangkan bantuan dana mendirikan bangunan untuk penempatan sarana pengering diberikan kepada gapoktan/poktan melalui transfer dana ke rekening bank milik gapoktan/poktan. 4. Fasilitasi Bantuan Sarana Panen/Perontok Padi (Combine Harvester), Sarana Perontok Padi (Power Thresher), dan Sarana Perontok Kedelai (Power Thresher Multiguna) melalui dana APBN-P Dalam rangka mengatasi permasalahan pascapanen serta upaya menurunkan susut hasil dan meningkatkan produksi padi dan kedelai, maka Pemerintah melalui kegiatan APBN-P TA. 2012 berupaya memfasilitasi kebutuhan sarana tersebut melalui fasilitasi sarana pascapanen tanaman pangan berupa Combine Harvester sebanyak 330 unit (185 unit di Pulau Jawa dan 145 unit di Luar Pulau Jawa), Power Thresher sebanyak 300 unit (170 unit di Pulau Jawa dan 130 unit di Luar Pulau Jawa), dan power thresher multiguna sebanyak 100 unit, di 15 Provinsi pada Dinas Pertanian Provinsi. Dengan kontribusi kegiatan yang telah dilakukan pada tahun 2012, maka penurunan susut hasil padi mencapai 0,47% dari target 1,53%, penurunan susut hasil jagung mencapai 0,012% dari target 0,25%, penurunan susut hasil kedelai mencapai 0,195% dari target 0,5%, penurunan susut hasil ubikayu mencapai 0,0065% dari target 0,5%, dan penurunan susut hasil ubijalar mencapai 0,060% dari target 0,5%. Tahun 2012, anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan penanganan pascapanen tanaman pangan senilai Rp. 338.811.632.000,- dan realisasi anggaran Rp. 310.010.598.118,- (91,49%). Anggaran penanganan pascapanen tanaman pangan dialokasikan di Pusat senilai Rp. 6.603.550.000,- terealisasi Rp.5.866.292.495,- (88,84%), APBN-P senilai Rp. 137.036.798.000,- terealisasi vii

Rp. 124.004.842.309,- (90,49%), Kontigensi senilai Rp. 111.576.284.000,- terealisasi Rp. 99.314.977.826,- (89,01%), anggaran dekonsentrasi (Provinsi) senilai Rp. 9.209.000.000,- terealisasi Rp. 7.984.080.388,- (86,70%), dan anggaran tugas pembantuan (kabupaten/kota) senilai Rp. 74.386.000.000,- terealisasi Rp.72.840.405.100,- (97,92%). Secara umum, mekanisme penyerapan anggaran telah dilaksanakan sebaikbaiknya. Pada tahun 2012, telah melaksanakan semua kegiatan dengan penyerapan anggaran yang maksimal. Sementara itu, analisis efisiensi dan efektivitas terhadap pemanfaatan anggaran masih sulit diukur karena tidak adanya tolak ukur yang pasti tentang batasan efektif atau efisiensinya sebuah kegiatan. Untuk itu, ke depan perlu dilakukan perumusan efektivitas dan efisiensi kegiatan. viii

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai dengan amanat Instruksi Presiden Nomor 7 tahun 1999 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, setiap instansi pemerintah wajib mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya serta kewenangan pengelolaan sumber daya dengan didasarkan suatu perencanaan strategis yang ditetapkan. Hal ini merupakan konsekuensi atas eksistensi suatu instansi atau cerminan hasil dari pelaksanaan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Maksud dan tujuan disusunnya Laporan Akuntabilitas Kinerja adalah sebagai bahan pertanggungjawaban atas pemanfaatan sumberdaya yang dialokasikan dan sekaligus untuk dapat memberikan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan dan gambaran tentang kegiatan yang telah dilaksanakan serta hasil-hasil yang dicapai selama tahun 2012 di bidang pascapanen tanaman pangan. 1.2. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, yang mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang Pascapanen Tanaman Pangan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan menyelenggarakan fungsi : a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pascapanen padi, jagung dan serealia lain, kedelai dan aneka kacang, serta aneka umbi; 1

b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pascapanen padi, jagung dan serealia lain, kedelai dan aneka kacang, serta aneka umbi; c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria standar, norma, pedoman, kriteria, di bidang pascapanen padi, jagung dan serealia lain, kedelai dan aneka kacang, serta aneka umbi; d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pascapanen padi, jagung dan serealia lain, kedelai dan aneka kacang, serta aneka umbi; dan e. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan. 1.3. Susunan Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan terdiri dari 4 Sub Direktorat yaitu Sub Direktorat Padi, Sub Direktorat Jagung dan Serealia Lain, Sub Direktorat Kedelai dan Aneka Kacang, serta Sub Direktorat Aneka Umbi. Adapun tugas pokok dan fungsi dari masing-masing Sub Direktorat adalah sebagai berikut : a. Sub Direktorat Padi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan, dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi dibidang pascapanen padi. Dalam melaksanakan tugas Sub Direktorat Padi menyelenggarakan fungsi : 1) Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang teknologi dan sarana pascapanen padi 2) Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang teknologi dan sarana pascapanen padi 2

3) Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang teknologi dan sarana pascapanen padi dan 4) Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang teknologi dan sarana pascapanen padi. b. Sub Direktorat Jagung dan Serealia Lain mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pascapanen jagung dan serealia lain. Dalam melaksanakan tugas Sub Direktorat Jagung dan Serealia Lain menyelenggarakan fungsi : 1) Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang teknologi dan sarana pascapanen jagung dan serealia lain 2) Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang teknologi dan sarana pascapanen jagung dan serealia lain 3) Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang teknologi dan sarana pascapanen jagung dan serealia lain dan 4) Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang teknologi dan sarana pascapanen jagung dan serealia lain. c. Sub Direktorat Kedelai dan Aneka Kacang mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pascapanen kedelai dan aneka kacang. Dalam melaksanakan tugas Sub Direktorat Kedelai dan Aneka Kacang menyelenggarakan fungsi : 1) Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang teknologi dan sarana pascapanen kedelai dan aneka kacang 3

2) Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang teknologi dan sarana pascapanen kedelai dan aneka kacang 3) Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang teknologi dan sarana pascapanen kedelai dan aneka kacang dan 4) Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang teknologi dan sarana pascapanen kedelai dan aneka kacang. d. Sub Direktorat Aneka Umbi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pascapanen aneka umbi. Dalam melaksanakan tugas Sub Direktorat Aneka Umbi menyelenggarakan fungsi : 1) Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang teknologi dan sarana pascapanen aneka umbi. 2) Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang teknologi dan sarana pascapanen aneka umbi. 3) Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan, kriteria dibidang teknologi dan sarana pascapanen aneka umbi dan 4) Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang teknologi dan sarana pascapanen aneka umbi. Pada setiap atau masing-masing Sub Direktorat (Subdit) terdapat 2 (dua) Seksi, sebagai berikut : a. Sub Direktorat Padi terdiri dari : 1) Seksi Teknologi 2) Seksi Sarana b. Sub Direktorat Jagung dan Serealia Lain terdiri dari : 1) Seksi Teknologi 2) Seksi Sarana 4

c. Sub Direktorat Kedelai dan Aneka Kacang terdiri dari : a). Seksi Teknologi b). Seksi Sarana d. Sub Direktorat Aneka Umbi terdiri dari : a). Seksi Teknologi b). Seksi Sarana 1.4. Sumber Daya Manusia Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan didukung oleh 66 orang pegawai, yang terdiri dari 1 orang Direktur, 4 orang Kepala Sub Direktorat dan 8 orang Kepala Seksi serta 53 orang Staf. a. Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan/Pangkat Jumlah pegawai berdasarkan golongan/pangkat adalah sebagai berikut: 1) Golongan IV c/pembina Utama Madya : 1 orang 2) Golongan IV b/pembina Tingkat I : 4 orang 3) Golongan IV a/pembina : 2 orang 4) Golongan III d/penata Tingkat I : 9 orang 5) Golongan III c/ Penata : 4 orang 6) Golongan III b/penata Muda Tingkat I : 4 orang 7) Golongan III a/penata Muda : 21 orang 8) Golongan II d/ Pengatur Tingkat I : 8 orang 9) Golongan II c/pengatur : 8 orang 10) Golongan II b/pengatur Muda Tingkat I : 1 orang 11) Golongan II a/pengatur Muda : 4 orang Jumlah : 66 orang 5

b. Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan 1) S2 : 10 orang 2) S1 : 32 orang 3) D3 : 5 orang 4) SLTA : 17 orang 5) SLTP : 1 orang 6) SD : 1 orang c. Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin 1) Laki-laki : 34 orang 2) Perempuan : 32 orang Daftar pegawai secara lengkap disajikan pada Lampiran 9. 1.5. Dukungan Anggaran Berdasarkan Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Satuan Kerja Tahun 2012 Nomor: 0325/018-03.1.01/00/2011 tanggal 9 Desember 2011, anggaran Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan sebesar Rp. 6.941.000.000,- Dari anggaran sebesar itu sesuai Revisi ke-3 DIPA tanggal 8 Agustus 2012 terdapat pemotongan anggaran untuk penghematan sebesar Rp.337.450.000,- sehingga jumlah anggaran yang dapat digunakan menjadi sebesar Rp. 6.603.550.000,- untuk pelaksanaan kegiatan bidang pascapanen padi, pascapanen jagung dan serealia lain, pascapanen kedelai dan aneka kacang serta pascapanen aneka umbi. Sesuai Revisi ke-4 DIPA tanggal 11 September 2012 terdapat penambahan anggaran untuk alokasi Dana Kontigensi sebesar Rp.111.576.284.000,- sehingga jumlah anggaran menjadi sebesar Rp.118.179.834.000,- Sesuai Revisi DIPA Ke-7 tanggal 5 Desember 2012 terdapat penambahan anggaran untuk alokasi Dana APBN-P sebesar Rp. 137.036.798.000,- sehingga total anggaran di 6

Pusat menjadi sebesar Rp.255.216.632.000,- (Dua ratus lima puluh lima milyar dua ratus enam belas juta enam ratus tiga puluh dua ribu rupiah). Anggaran yang dialokasikan di provinsi (Dekonsentrasi) sebanyak Rp. 9.209.000.000,- (Sembilan milyar dua ratus sembilan juta rupiah), sedangkan anggaran yang dialokasikan di kabupaten/kota (Tugas Pembantuan) sebanyak Rp. 74.386.000.000,- (tujuh puluh empat milyar tiga ratus delapan puluh enam juta rupiah). Total dana yang dialokasikan untuk kegiatan penanganan pascapanen tanaman pangan sebesar Rp. 338.811.632.000,- (tiga ratus tiga puluh delapan milyar delapan ratus sebelas juta enam ratus tiga puluh dua ribu rupiah). 7

II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1. Rencana Strategis 2010-2014 Sasaran utama pembangunan tanaman pangan tahun 2010 2014 merupakan turunan dari sasaran utama pembangunan pertanian yaitu : 1) Terwujudkan pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan; 2) Terwujudkan peningkatan diversifikasi pangan; 3) Terwujudkan peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor; serta 4) Terwujudkan peningkatan kesejahteraan petani. Keempat sasaran ini disebut dengan Empat Sukses Kementerian Pertanian. Untuk mewujudkan pencapaian empat sukses tersebut, orientasi peningkatan produksi menjadi alat utama yang diprioritaskan. Peningkatan produksi diharapkan dapat memacu peningkatan pendapatan, untuk itu penanganan pascapanen yang tepat merupakan faktor yang sangat mendukung dalam pencapaian empat sukses ini. Penanganan pascapanen merupakan salah satu mata rantai yang penting dalam usahatani tanaman pangan. Fokus kebijaksanaan pembangunan tanaman pangan Tahun 2010 2014 adalah meningkatkan produksi komoditas sub sektor tanaman pangan dalam rangka memperkuat ketahanan pangan menuju kemandirian pangan nasional, sejalan dengan hal ini maka kebijakan pengembangan penanganan pascapanen tanaman pangan difokuskan pada upaya pengamanan hasil dan upaya mempertahankan kualitas hasil. Hal ini sesuai dengan tujuan penanganan pascapanen yaitu menurunkan susut hasil; mempertahankan mutu hasil; mempertahankan dan memperpanjang masa simpan serta meningkatkan daya saing komoditas tanaman pangan. Adapun visi dalam upaya mencapai tujuan penanganan pascapanen adalah : Terwujudnya penanganan pascapanen tanaman pangan yang baik dalam mendukung 8

peningkatan produksi yang berkelanjutan. Sedangkan untuk mencapai visi tersebut, menetapkan misi : a. Meningkatkan pengamanan produksi tanaman pangan berkelanjutan melalui penanganan pascapanen yang baik dan berkualitas. b. Meningkatkan pemanfaatan dan pengembangan teknologi pascapanen hasil tanaman pangan dalam rangka menurunkan tingkat susut hasil komoditas tanaman pangan. c. Mengembangkan sistem pengelolaan pascapanen komoditas tanaman pangan dengan memperhatikan nilai budaya lokal. d. Mengembangkan sistem penyediaan sarana pascapanen secara efektif dan berkelanjutan. e. Mendorong peran serta instansi dan stakeholder terkait, serta masyarakat dalam meningkatkan pengamanan produksi tanaman pangan dari susut hasil secara berkelanjutan. Target utama yang ingin dicapai oleh Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan adalah menurunkan susut hasil komoditas tanaman pangan seperti Tabel 1 berikut : Tabel 1. Angka Dasar Susut Pascapanen Tanaman Pangan Komoditas Angka Dasar Tahun Rata-rata Susut 2011 2012 2013 2014 per tahun Padi 13,00 12,00 10,47 8,68 6,98 1,51 Jagung 5,20 5,00 4,75 4,50 4,25 0,24 Kedelai 15,50 15,25 14,75 14,00 13,00 0,63 K. Tanah 15,20 14,95 14,45 13,70 14,20 0,63 Ubikayu 12,25 11,75 11,25 10,75 10,25 0,50 Ubijalar 18,00 17,50 17,00 16,50 16,00 0,50 Untuk mewujudkan pengamanan produksi tanaman pangan, maka sasaran strategis yang diharapkan dari kegiatan penanganan pascapanen tanaman pangan pada tahun 2012 adalah : 9

1. Turunnya tingkat susut hasil (losses) tanaman pangan (padi 1,53%, jagung 0,25 %, kedelai 0,50 %, ubikayu 0,50 % dan ubijalar 0,50 %). 2. Tercapainya perbaikan mutu hasil panen tanaman pangan sesuai permintaan pasar. 3. Tercapainya perpanjangan masa simpan hasil tanaman pangan. 4. Meningkatnya nilai tambah dan daya saing produk tanaman pangan. 5. Tersusunnya pengembangan sistem pengelolaan pascapanen tanaman pangan. 6. Terbentuknya pengembangan dan pemantapan kelembagaan pascapanen. Sasaran strategis ini dapat tercapai berdasarkan indikator kinerja sebagai berikut : 1. Jumlah kelompok tani/gabungan kelompok tani yag menerapkan teknologi pascapanen tanaman pangan sesuai GHP (Good Handling Practices) dan standar mutu. 2. Jumlah kelompok tani yang mendapatkan bantuan sarana pascapanen tanaman pangan. Dalam upaya pengamanan hasil dan mempertahankan kualitas hasil, maka kebijakan penanganan pascapanen yang dilaksanakan tahun 2012 antara lain : 1. Penerapan atau Pengelolaan Teknologi Pascapanen yang dilaksanakan melalui : a. Sosialisasi teknologi pascapanen b. Koordinasi penanganan pascapanen c. Apresiasi penanganan pascapanen d. Penyebarluasan informasi teknologi pascapanen. e. Bimbingan teknis, monitoring dan evaluasi penanganan pascapanen. 10

2. Optimalisasi penanganan panen dan pascapanen tanaman pangan melalui fasilitasi teknologi dan sarana pascapanen tanaman pangan. Jenis sarana pascapanen yang dipilih disesuaikan dengan kondisi spesifik lokasi dan harus dibeli dengan seluruh dana bantuan per paket: a. Paket Bantuan Sarana Pascapanen Padi 1) Dana senilai Rp. 130.000.000,- (seratus tiga puluh juta rupiah) dialokasikan di 31 provinsi, 183 kabupaten/kota pada 431 poktan/ gapoktan. Pilihan sarana pascapanen padi yang dialokasikan pada tahun 2012 antara lain : a) Sarana panen berupa : mesin pemanen padi tipe sandang (paddy mower) atau mesin pemanen padi tipe pisau bergerigi gerak bolak balik 4 alur pemotongan (reaper) atau mesin panen padi tipe sisir (stripper). b) Sarana perontokan berupa : alat mesin perontok padi tipe Hold On (pedal thresher bermotor) atau alat mesin perontok padi tipe Throw In (power thresher). Setiap alat perontok dilengkapi 2 unit terpal dengan ukuran 8 m x 8 m sebagai alas saat merontokkan padi. c) Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil (PPK) merupakan pilihan alat/mesin PPK antara lain : husker, separator (ayakan), polisher, isi polisher (screen, milling, spiral), paddy cleaner dengan implemen/pelengkap tambahan berupa : pengukur kadar air (moisture tester digital), mesin jahit karung, timbangan duduk/digital. 2) Dana senilai Rp. 676.000.000,- (enam ratus tujuh puluh enam juta rupiah) dialokasikan di 9 provinsi, 11 kabupaten pada 11 gapoktan. Bantuan sarana pengering padi merupakan kegiatan model/ percontohan sarana pascapanen berupa alat dan mesin pengering padi (gabah)/vertical dryer. 11

a) Sarana pengering padi (gabah) tipe vertikal kapasitas tampung 3,5 6 ton dengan tungku sekam dan kelengkapannya (yaitu paddy cleaner kapasitas 3,5 6 ton/jam), pengukur kadar air (moisture tester) digital, mesin jahit karung, timbangan duduk digital ukuran 300 500 kg, 200 buah karung tebal ukuran besar dan 2 unit alat pemadam api ringan ukuran minimal 6 kg. b) Bangunan untuk penempatan sarana pengering padi (gabah)/vertical dryer. Bangunan disesuaikan dengan tata letak vertical dryer. b. Paket Bantuan Sarana Pascapanen Jagung Dana senilai Rp. 75.000.000,- (tujuh puluh lima juta rupiah) dialokasikan di 6 provinsi, 11 kabupaten/kota pada 15 poktan/gapoktan. Pilihan sarana pascapanen jagung yang dialokasikan pada tahun 2012 antara lain : 1) Sarana pengering (dryer) 2) Alat pengukur kadar air (moisture tester) 3) Alat mesin pemipil jagung (corn sheller) dengan kelengkapan 2 unit terpal 8 x 8 m. 4) Alat mesin sortasi c. Paket Bantuan Sarana Pascapanen Kedelai Dana senilai Rp. 60.000.000,- (enam puluh juta rupiah) dialokasikan di 14 provinsi, 20 kabupaten/kota pada 25 poktan/gapoktan. Pilihan sarana pascapanen kedelai yang dialokasikan pada tahun 2012 antara lain : 1) Sarana panen berupa sabit bergerigi 2) Power thresher (alat mesin perontok kedelai tipe throw in) dengan kelengkapan 2 unit terpal 8 x 8 m. 3) Pedal thresher bermotor dengan kelengkapan 2 unit terpal 8 x 8 m. 12

4) Mesin pengering kedelai/dryer dengan kapasitas tampung 250 1.000 kg brangkasan atau 1 ton biji kedelai dengan menggunakan tungku gas/minyak tanah. d. Paket Bantuan Sarana Pascapanen Ubikayu Dana senilai Rp. 60.000.000,- (enam puluh juta rupiah) dialokasikan di 1 provinsi, 4 kabupaten/kota pada 12 poktan/gapoktan. Pilihan sarana pascapanen ubikayu yang dialokasikan pada tahun 2012 antara lain : 1) Alat pengungkit ubikayu 2) Alat perajang ubikayu 3) Alat penyawut ubikayu 4) Alat pengering tipe bak ubikayu 5) Alat pengepres ubikayu 6) Alat angkut/gerobak dorong roda 1 e. Paket Bantuan Sarana Pascapanen Ubijalar Dana senilai Rp. 60.000.000,- (enam puluh juta rupiah) dialokasikan di 2 provinsi, 9 kabupaten/kota pada 10 poktan/gapoktan. Pilihan sarana pascapanen ubijalar yang dialokasikan pada tahun 2012 antara lain : 1) Alat pengungkit ubijalar 2) Alat perajang ubijalar 3) Alat penyawut ubijalar 4) Alat pengering tipe bak ubijalar 5) Alat pengepres ubijalar 6) Alat angkut/gerobak dorong roda 1 2.2. Rencana Kinerja Tahun 2012 A. Indikator Kinerja Utama (IKU) Sasaran yang ingin dicapai di Tahun 2012 adalah : 13

1. Terselenggaranya penanganan pascapanen padi, dengan indikator kinerjanya yaitu terselenggaranya sosialisasi, pembinaan, bimbingan teknis penanganan pascapanen padi di 31 provinsi, dan terlaksananya kelompok tani yang menerapkan teknologi penanganan pascapanen padi di 194 kabupaten/kota sebanyak 442 paket. 2. Terselenggaranya penanganan pascapanen jagung dan serealia lain, dengan indikator kinerjanya yaitu terselenggaranya sosialisasi, pembinaan, bimbingan teknis penanganan pascapanen jagung dan serealia lain di 16 provinsi, dan terlaksananya kelompok tani yang menerapkan teknologi penanganan pascapanen jagung di 11 kabupaten/kota sebanyak 15 paket. 3. Terselenggaranya penanganan pascapanen kedelai dan aneka kacang, dengan indikator kinerjanya yaitu terselenggaranya sosialisasi, pembinaan, pengawalan, dan monev penanganan pascapanen kedelai dan aneka kacang di 31 provinsi, dan terlaksananya kelompok tani yang menerapkan teknologi penanganan pascapanen kedelai di 20 kabupaten/kota sebanyak 25 paket. 4. Terselenggaranya penanganan pascapanen aneka umbi, dengan indikator kinerjanya yaitu terselenggaranya pembinaan, pengawalan, bimbingan teknis, dan monev penanganan aneka umbi di 19 provinsi, dan terlaksananya kelompok tani yang menerapkan teknologi penanganan pascapanen ubikayu di 4 kabupaten/kota sebanyak 12 paket, serta terlaksananya kelompok tani yang menerapkan teknologi penanganan pascapanen ubijalar di 9 kabupaten/kota sebanyak 10 paket. 14

B. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Untuk menurunkan susut hasil (losses) maka diperlukan penanganan pascapanen melalui penerapan Good Handling Practices (GHP) yang bertujuan untuk pengamanan produksi tanaman sehingga produksi dapat meningkat dalam rangka penyediaan pangan dan pasokan bahan baku industri. Penerapan penanganan pascapanen yang baik dilaksanakan dengan didukung oleh sarana dan prasarana untuk menghasilkan produk yang bermutu yang spesifik lokasi dan meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan petani. Sasaran strategis yang ditetapkan pada Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2012 adalah : 1. Terselenggaranya sistem pengelolaan penanganan pascapanen padi, jagung dan serealia lain, kedelai dan aneka kacang, ubikayu dan ubijalar. 2. Terselenggaranya fasilitasi dan optimalisasi pemanfaatan sarana pascapanen padi, jagung, kedelai, ubikayu, dan ubijalar sehingga susut hasil dapat berkurang. 3. Terselenggaranya kegiatan survei susut hasil padi. 2.3. Penetapan Kinerja (PK) Tahun 2012 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, maka telah dilakukan penandatanganan Penetapan Kinerja Tahun 2012 antara Direktur Pascapanen Tanaman Pangan dengan Direktur Jenderal Tanaman Pangan sebagaimana tercantum pada Lampiran 3. Penetapan Kinerja Tahun 2012 yaitu : 15

1. Sasaran strategis yang ditetapkan adalah mengamankan produksi dari kehilangan hasil (susut hasil) pada saat pascapanen. 2. Indikator kinerja yang ditetapkan semula adalah jumlah bantuan sarana pascapanen padi (442 unit), jagung (15 unit), kedelai (25 unit), ubikayu (12 unit), dan ubijalar (10 unit). 16

III. AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN Akuntabilitas kinerja merupakan proses penilaian atas keberhasilan atau kegagalan kinerja sasaran dan kegiatan dalam mewujudkan visi dan misi yang ditetapkan. Proses akuntabilitas kinerja meliputi kriteria ukuran keberhasilan pencapaian sasaran, pencapaian sasaran strategik, evaluasi dan analisis kinerja, akuntabilitas keuangan, hambatan dan kendala, serta upaya dan tindak lanjut. 3.1. Kriteria Ukuran Keberhasilan Pencapaian Sasaran Kriteria ukuran keberhasilan pencapaian sasaran tahun 2012 ditetapkan berdasarkan penilaian melaui metode scoring, yaitu: (1) sangat berhasil (capaian > 100%), (2) berhasil (capaian 80-100%), (3) cukup berhasil (capaian 60-79%), dan (4) kurang berhasil (capaian <60%) terhadap sasaran yang telah ditetapkan. Berdasarkan indikator kinerja yang telah ditetapkan pada Penetapan Kinerja Direktorat Pascapanen Tahun 2012, capaian kinerja Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan tahun 2012 masuk dalam kriteria berhasil (capaian 100%). 3.2. Pencapaian Sasaran Strategis Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Sasaran strategis Tahun 2012 telah tercapai berdasarkan indikator kinerja yang ditetapkan. Adapun indikator kinerja yaitu jumlah bantuan sarana (padi, jagung, kedelai, ubikayu, ubijalar) sebagaimana tercantum pada Penetapan Kinerja Tahun 2012. Dalam rangka peningkatan produksi beras tahun 2012, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan telah mengalokasikan bantuan sarana pengering dalam membantu gapoktan melalui pemberian sarana panen 17

Combine Harvester sejumlah 25 unit, pengering tipe bak datar/flat bed dryer kapasitas 3 3,5 ton sejumlah 80 unit, pengering tipe vertikal/vertical dryer kapasitas 3,5 4 ton sejumlah 70 unit dan pengering tipe vertikal/vertical dryer kapasitas 9-10 ton sejumlah 22 unit pada 80 kabupaten/17 provinsi melalui pengadaan di Pusat. Pengadaan bantuan ini difasilitasi dalam Revisi ke-4 DIPA tanggal 11 September 2012 dengan penambahan anggaran untuk alokasi Dana Kontigensi sebesar Rp.111.576.284.000,-. Rincian alokasi dan realisasi bantuan sarana pascapanen dana kontigensi tahun 2012 tercantum pada Lampiran 7B. Disamping itu, dalam rangka mengatasi permasalahan pascapanen serta upaya menurunkan susut hasil dan meningkatkan produksi padi dan kedelai, maka Pemerintah melalui Revisi DIPA Ke-7 tanggal 5 Desember 2012 melakukan penambahan anggaran untuk alokasi Dana APBN-P sebesar Rp. 137.036.798.000,- untuk memfasilitasi kebutuhan sarana pascapanen padi, dan kedelai berupa sarana panen sekaligus perontokan padi/combine harvester sebanyak 330 unit, power thresher padi sebanyak 300 unit, dan power thresher multiguna sebanyak 100 unit yang dikelola oleh Dinas Pertanian Provinsi dan diharapkan dapat membantu petani pada saat panen. Rincian alokasi dan realissi bantuan sarana pascapanen dana APBN-P tahun 2012 tercantum pada Lampiran 7C. Penambahan jumlah bantuan sarana pascapanen tersebut menyebabkan terjadinya perubahan pada Penetapan Kinerja Tahun 2012, sehingga capaian sasaran strategis Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan menjadi sebagaimana yang tercantum pada Tabel 2. Tabel 2. Pencapaian Strategis Tahun 2012 Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) Mengamankan produksi dari kehilangan hasil (susut hasil) pada saat pascapanen * Jumlah bantuan sarana pascapanen - Padi 1.269 unit 1.269 unit 100 - Jagung 15 unit 15 unit 100 - Kedelai 125 unit 125 unit 100 - Ubikayu 12 unit 12 unit 100 - Ubijalar 10 unit 10 unit 100 18

3.3. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja Direktorat Pascapanen 2012 Tahun 2012, dengan adanya penambahan fasilitasi sarana pascapanen melalui dana kontigensi dan dana APBN-P, maka bantuan sarana pascapanen padi yang semula berjumlah 442 unit meningkat menjadi 1.269 unit yang terdiri dari bantuan dana APBN sebanyak 442 unit, bantuan dana kontigensi sebanyak 197 unit, dan bantuan dana APBN-P sebanyak 630 unit. Berdasarkan realisasi capaian kinerja dari segi input yang difasilitasi dana APBN, Kontigensi dan APBN-P berupa fasilitasi sarana pascapanen sudah mencapai 100%, namun dari segi Roadmap target penurunan susut belum tercapai. Hal ini disebabkan keterbatasan anggaran negara yang dialokasikan untuk penanganan pascapanen tahun 2012, sehingga kebutuhan investasi untuk mencapai target 2012 tidak terpenuhi. Tabel 3. Kebutuhan Biaya Investasi Sarana Pascapanen Untuk Mencapai Target Susut Hasil Tahun 2012 Komoditi Sasaran Penurunan Susut Hasil (%) Target Susut Hasil (%) Penyelamatan Produksi (Ton) Luas Lahan Yang Diintensifkan (Ha) Kebutuhan Biaya Investasi Sarana (Rp) Padi 1,53 10,47 1.037.718 207.544 826.213.484.951 Jagung 0,25 4,75 60.047 11.637 34.650.000.000 Kedelai 0,50 14,75 5.000 666.667 19.285.714.286 Ubikayu 0,50 11,10 125.000 6.944 180.072.869.955 Ubijalar 0,50 18,00 11.500 1.045 13.704.663.212 Target susut hasil untuk padi tahun 2012 sebesar 1,53%. Sedangkan kontribusi bantuan sarana pascapanen padi terhadap penurunan susut hasil sebesar 0,47%, sehingga sisa 1,06% yang belum tercapai. Diharapkan sisa target dapat dipenuhi dari dukungan instansi terkait, pemda dan swadaya. 19

Tabel 4. Perbandingan Jumlah Bantuan Sarana Pascapanen Tahun 2011 2012 2011 Penurunan Susut Hasil 2012 Penurunan Susut Hasil Indikator Kinerja % % Target Realisasi (%) Target Realisasi (%) Jumlah bantuan sarana pascapanen - Padi 609 unit 604 unit 99,2 0,190 1.269 unit 1.269 unit 100 0,470 - Jagung 15 unit 15 unit 100 0,012 - Kedelai 125 unit 125 unit 100 0,195 - Ubikayu 12 unit 12 unit 100 0,007 - Ubijalar 10 unit 10 unit 100 0,060 Apabila dibandingkan tahun 2011 dengan tahun 2012, maka penurunan susut hasil padi menunjukkan terjadinya peningkatan penurunan susut senilai 0,28 % (Tabel 4). Penurunan susut hasil sebesar 0,47% pada tahun 2012 dapat mengamankan hasil padi sebanyak 314.798 ton GKG, sedangkan penurunan susut hasil sebesar 0,19% pada tahun 2011 dapat mengamankan hasil padi sebanyak 125.922 ton GKG. Tidak tercapainya target penurunan susut hasil padi tahun 2012, disebabkan karena untuk mencapai target tersebut dibutuhkan bantuan sarana berupa paddy mower sebanyak 863 unit, power thresher sebanyak 2.072 unit, combine harvester sebanyak 518 unit, dryer sebanyak 921 unit dan Rice Milling Unit (RMU) sebanyak 740 unit. Sedangkan realisasi pembelian/pengadaan bantuan sarana pascapanen padi dana APBN tahun 2012 adalah sabit bergerigi sebanyak 7.040 unit, paddy mower sebanyak 904 unit, pedal thresher sebanyak 506 unit, power thresher sebanyak 1.695 unit, combine harvester sebanyak 356 unit, dan dryer sebanyak 179 unit, sehingga hanya mampu menurunkan susut sebesar 0,17% dengan pengamanan produksi sebesar 115.253 ton. Penambahan bantuan melalui dana kontigensi berupa combine harvester sebanyak 25 unit dan dryer sebanyak 172 unit hanya mampu menurunkan susut hasil padi sebesar 0,06% dengan pengamanan produksi sebesar 40.085 ton, sedangkan penyaluran bantuan sarana pascapanen melalui dana 20

APBN-P 2012 berupa combine harvester sebanyak 330 unit dan power thresher padi sebanyak 100 unit mampu menurunkan susut hasil panen sebesar 0,24% dengan pengamanan produksi sebesar 159.460 ton, sehingga jumlah penurunan susut hasil panen padi tahun 2012 mencapai 0,47%. Rincian kebutuhan jenis sarana padi dan biaya investasi yang dibutuhkan tercantum pada Lampiran 9, sedangkan kontribusi bansos terhadap penurunan susut hasil panen padi tercantum pada Lampiran 11. Target penurunan susut hasil panen untuk jagung sebesar 0,25%. Untuk mencapai target ini dibutuhkan bantuan sarana berupa cornsheller sebanyak 675 unit dan dryer sebanyak 120 unit. Sedangkan realisasi pembelian/pengadaan bantuan sarana pascapanen jagung tahun 2012 adalah cornsheller sebanyak 34 unit dan dryer sebanyak 1 unit, sehingga hanya mampu menurunkan susut sebesar 0,012% dengan pengamanan produksi sebesar 2.820 ton. Rincian kebutuhan jenis sarana jagung dan biaya investasi yang dibutuhkan tercantum pada Lampiran 9, sedangkan kontribusi bansos terhadap penurunan susut hasil panen jagung tercantum pada Lampiran 12. Target penurunan susut hasil kedelai sebanyak 0,5%. Untuk mencapai target ini dibutuhkan bantuan sarana pascapanen kedelai berupa power thresher sebanyak 238 unit dan dryer sebanyak 167 unit. Sedangkan realisasi pembelian/pengadaan bantuan sarana pascapanen kedelai tahun 2012 adalah pedal thresher sebanyak 14 unit, power thresher sebanyak 67 unit, dan dryer sebanyak 2 unit, sehingga hanya mampu menurunkan susut sebesar 0,09% dengan pengamanan produksi sebesar 1.704 ton. Sesuai Revisi DIPA ke-7 tanggal 5 Desember 2013, terdapat penambahan anggaran untuk pengadaan sarana pascapanen kedelai berupa power thresher multiguna sebanyak 100 unit yang mampu menurunkan susut hasil panen sebesar 0,105% dengan pengamanan produksi sebesar 1.995 ton, sehingga jumlah penurunan susut hasil kedelai pada tahun 2013 adalah 0,195% dengan pengamanan produksi sebesar 3.699 ton. Rincian kebutuhan jenis sarana kedelai dan biaya 21

investasi yang dibutuhkan tercantum pada Lampiran 9, sedangkan kontribusi bansos terhadap penurunan susut hasil panen kedelai tercantum pada Lampiran 13a dan 13b. Target untuk penurunan susut hasil ubikayu tahun 2012 sebesar 0,5%. Untuk mencapai target tersebut dibutuhkan sarana berupa alat pengungkit sebanyak 7.007 unit, alat perajang 7.007 unit, alat pengepres 33.632 unit, dan alat pengering 7.007 unit. Sedangkan realisasi pembelian/pengadaan bantuan sarana pascapanen ubikayu tahun 2012, berupa alat pengungkit sebanyak 90 unit, perajang sebanyak 144 unit, penyawut sebanyak 24 unit, pengering 6 unit dan pengepres sebanyak 18 unit, sehingga hanya mampu menurunkan susut sebesar 0,0065% dengan pengamanan produksi sebesar 1.625 ton. Rincian kebutuhan jenis sarana ubikayu dan biaya investasi yang dibutuhkan tercantum pada Lampiran 9, sedangkan kontribusi bansos terhadap penurunan susut hasil ubikayu tercantum pada Lampiran 14. Adapun target penurunan susut hasil ubijalar tahun 2012 sebesar 0,5%. Untuk mencapai target tersebut dibutuhkan sarana berupa alat pengungkit sebanyak 851 unit, alat perajang 511 unit, alat pengepres 2.554 unit, dan alat pengering 511 unit. Sedangkan realisasi pembelian/pengadaan bantuan sarana pascapanen ubijalar adalah alat perajang sebanyak 28 unit, penyawut sebanyak 3 unit, pengungkit sebanyak 286 unit, dan pengering 4 unit, sehingga hanya mampu menurunkan susut hasil sebesar 0,060% dengan pengamanan produksi sebesar 1.380 ton. Rincian kebutuhan jenis sarana ubijalar dan biaya investasi yang dibutuhkan tercantum pada Lampiran 9, sedangkan kontribusi bansos terhadap penurunan susut hasil ubijalar tercantum pada Lampiran 15. Masih rendahnya pencapaian penurunan susut hasil untuk komoditas jagung, kedelai, ubikayu, dan ubijalar disebabkan karena masih rendahnya dukungan anggaran yang dialokasikan untuk komoditas jagung, kedelai, ubikayu dan ubijalar untuk fasilitasi sarana pascapanen. 22

3.4. Evaluasi Kinerja Lain a) Survey Hasil Susut Padi Survei susut hasil padi pada tahun 2012 dilakukan karena penerapan teknologi pascapanen selama 5 tahun terakhir (2007-2012) diperkirakan telah mengalami perubahan, sehingga perlu dilakukan updating data dan penyempurnaan pelaksanaan survei untuk mendapatkan data/angka susut dan konversi gabah/beras yang lebih akurat. Pada tahun 2012 bekerjasama dengan BPS RI melakukan updating data dan penyempurnaan pelaksanaan survei susut dengan metode survei yang lebih akurat dan terkini. Tujuan dilakukan survei susut hasil padi tahun 2012 adalah mendapatkan besaran nilai susut pascapanen padi pada tahapan panen, perontokan, pengeringan dan penggilingan di 12 provinsi sentra produksi padi, yaitu Aceh, Sumut, Sumsel, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, DI. Yogyakarta, Jatim, Kalsel, NTB, dan Sulsel. Survei dilakukan dalam 2 tahap yaitu musim hujan (MH) dan musim kemarau (MK) yang dapat mewakili sekitar 12 % dari seluruh provinsi di Indonesia. Jadwal pelaksanaan pencacahan survei susut hasil padi pada tahap I yaitu pada musim hujan (MH) bulan Maret April 2012 dan Tahap II pada musim kemarau (MK) bulan Juli September 2012. Selain untuk mengetahui besaran nilai susut pascapanen padi pada tahapan panen, perontokan, pengeringan dan penggilingan, survei susut hasil padi dimaksudkan untuk mendapatkan besaran konversi pengeringan dari gabah kering panen (GKP) ke gabah kering giling (GKG) serta untuk mendapatkan besaran konversi atau rendemen penggilingan dari GKG ke beras. Responden sampel survei susut hasil padi tahun 2012 berdasarkan listing yang ditentukan oleh BPS RI. Dalam pelaksanaan survei susut 23

hasil padi di 12 provinsi, target sampel sebanyak 13.200 sampel terdiri dari kegiatan panen sebanyak 3.300 sampel, perontokan 3.300 sampel, pengeringan 3.300 dan penggilingan 3.300 sampel. Dari target tersebut realisasi pelaksanaan survei susut hasil padi sebanyak 11.055 sampel (83,75%) dari 13.200 sampel yang terdiri dari realisasi kegiatan panen sebanyak 2.810 sampel (85,00%) dari 3.300 sampel, realisasi kegiatan perontokan sebanyak 2.809 sampel (85,10%) dari 3.300 sampel, realisasi pengeringan sebanyak 2.789 sampel (84,50%) dari 3.300 sampel dan kegiatan penggilingan 2.647 sampel (80,22%) dari 3.300 sampel. Target dan realisasi pelaksanaan survei susut hasil padi Subround I dan Subround II selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Target dan Realisasi Pelaksanaan Survei Susut Padi Subround I dan Subround II Tahun 2012 Propinsi Kab Total Target Sampel Panen Rontok Kering Giling Panen % Rontok % Kering % Giling % Aceh 5 800 200 200 200 200 171 85.5 171 85.5 171 85.5 200 100 Sumatera Utara 8 1000 250 250 250 250 73 29.2 73 29.2 73 29.2 74 29.6 Sumatera Selatan 10 1000 250 250 250 250 179 71.6 178 71.2 176 70.4 165 66.0 Lampung 5 1000 250 250 250 250 246 98.4 246 98.4 246 98.4 240 96.0 Jawa Barat 15 1800 450 450 450 450 418 93 418 92.9 403 89.6 415 92.2 Banten 4 800 200 200 200 200 175 87.5 175 87.5 175 87.5 116 58 Jawa Tengah 15 1800 450 450 450 450 418 93 418 92.9 415 92.2 352 78.2 DI. Yogyakarta 4 400 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 74 74 Jawa Timur 15 1800 450 450 450 450 364 81 364 80.9 364 80.9 372 82.7 NTB 5 800 200 200 200 200 189 94.5 191 95.5 191 95.5 187 93.5 Kalimatan Selatan 5 1000 250 250 250 250 237 94.8 237 94.8 237 94.8 203 81.2 Sulawesi Selatan 10 1000 250 250 250 250 240 96 238 95.2 238 95.2 249 99.6 101 13200 3300 3300 3300 3300 2810 85 2809 85.1 2789 84.5 2647 80.2 Dari hasil pengolahan data survei MK I dan MK II diperoleh angka susut hasil panen dan penumpukan sementara 0,53 %; perontokan 0,83 %; pengeringan 6,09 %; penggilingan 2,92 % (total susut hasil panen, perontokan, pengeringan dan penggilingan sebesar 10,43 %); konversi pengeringan (GKP ke GKG) 83,11 % dan rendemen penggilingan (GKG ke beras) 62,85 %. Realisasi 24

Rekapitulasi hasil survei susut hasil padi pada tahap panen, perontokkan dan penggilingan tercantum pada Tabel 6, sedangkan hasil survei susut hasil padi pada tahap pengeringan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 6. Rekapitulasi Hasil Survei Susut Hasil Padi pada Tahap Panen, Perontokan dan Penggilingan di 12 Provinsi No Provinsi Susut Panen Susut Perontokan Susut Penggilingan % % % 1 Aceh 1.09 0.43 2.01 2 Sumatera Utara 0.63 0.22 5.71 3 Sumatera Selatan 0.76 0.28 4.29 4 Lampung 0.25 1.56 3.42 5 Jawa Barat 0.51 1.17 1.19 6 Jawa Tengah 0.69 1.78 2.79 7 DI Yogyakarta 0.48 1.05 2.22 8 Jawa Timur 0.38 0.76 2.77 9 Banten 0.55 0.82 1.37 10 Nusa Tenggara Barat 0.88 0.60 4.59 11 Kalimantan Selatan 1.05 0.84 0.75 12 Sulawesi Selatan 0.69 0.60 3.90 Rata-rata 0.66 0.84 2.92 Tabel 7. Rekapitulasi Hasil Survei Susut Hasil Padi pada Tahap Pengeringan Kode Prov Nama Prov Pengurangan Kadar Air Susut Pengeringan Konversi 11 ACEH 8,63 2,80 88,57 12 SUMATERA UTARA 10,85 5,77 83,38 13 SUMATERA BARAT 12,54 2,64 84,82 14 RIAU 10,70 4,04 85,26 15 JAMBI 11,21 4,44 84,35 16 SUMATERA SELATAN 9,35 7,77 82,88 17 BENGKULU 10,89 3,88 85,23 18 LAMPUNG 11,88 4,26 83,86 32 JAWA BARAT 10,35 7,65 82,00 33 JAWA TENGAH 11,63 6,41 81,96 34 DI YOGYAKARTA 12,62 8,01 79,37 35 JAWA TIMUR 11,95 7,15 80,90 36 BANTEN 10,16 4,99 84,85 51 BALI 12,18 1,57 86,25 52 NUSA TENGGARA BARAT 13,05 4,21 82,74 53 NUSA TENGGARA TIMUR 8,52 6,28 85,20 61 KALIMANTAN BARAT 9,84 4,59 85,57 62 KALIMANTAN TENGAH 10,21 2,14 87,65 63 KALIMANTAN SELATAN 6,73 4,82 88,45 64 KALIMANTAN TIMUR 6,91 7,18 85,91 71 SULAWESI UTARA 12,95 8,74 78,31 72 SULAWESI TENGAH 12,84 3,70 83,46 73 SULAWESI SELATAN 9,43 4,77 85,80 74 SULAWESI TENGGARA 15,05 3,42 81,53 75 GORONTALO 9,31 4,97 85,72 76 SULAWESI BARAT 13,81 2,92 83,27 81 MALUKU 9,53 8,97 81,50 82 MALUKU UTARA 9,26 4,60 86,14 91 PAPUA BARAT 12,05 4,94 83,01 94 PAPUA 11,03 7,15 81,82 Rata-Rata 10,79 6,09 83,12 25

b) Ujicoba Metodologi Susut Jagung, Kedelai dan Ubikayu Tahun 2012, telah dilakukan ujicoba metode pengukuran susut hasil pascapanen jagung (bulan Juni), ujicoba metode pengukuran susut hasil pascapanen kedelai (bulan Mei Juni dan September), dan ujicoba metode pengukuran susut hasil pascapanen ubikayu (bulan Juni Juli). Tujuan pelaksanaan ujicoba adalah mendapatkan data besaran susut/tercecer (kehilangan hasil) serta untuk menguji kelengkapan rancangan metodelogi pengukuran dan penghitungan susut pascapanen jagung, kedelai dan ubikayu secara baik dan benar yang telah disusun. Pelaksanaan ujicoba susut hasil pascapanen jagung dilaksanakan di Provinsi Lampung dan Jawa Barat; kedelai di Provinsi DIY dan Banten; serta ubikayu dilaksanakan di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur, dengan hasil sebagai berikut : 1) Jagung Secara keseluruhan hasil ujicoba pengukuran susut hasil pascapanen jagung disajikan pada Tabel 8 berikut : Tabel 8. Susut Hasil Pascapanen Jagung Tahun 2012 Tahap Kehilangan Hasil (Susut) (%) Pascapanen Lampung Timur Pesawaran Majalengka Kuningan Jumlah Rata-rata Pemanenan 0.096 2.0815 1.268 0.73 4.175 1.044 Pemipilan 0.24 0.024 0.055 0.19 0.509 0.127 Pengeringan 0.74 1.535 0.10 0.89 3.265 0.816 Jumlah 1.076 3.6405 1.419 1.81 7.94 1.985 26

2) Kedelai Rata hasil ujicoba pengukuran susut hasil pascapanen kedelai selengkapnya tercantum pada Tabel 9 berikut : Tabel 9. Rata-Rata Susut Hasil Pascapanen Kedelai Tahun 2012 Tahap Pascapanen Gunung Kidul Kehilangan Hasil (Susut) (%) Bantul Pandeglang Lebak Rata-rata Pemanenan 1.72 0.80 2.79 0.195 1.38 Pengangkutan 1.23 0.66 1.26 0.845 0.99 Pengeringan 0.21 0.06 0.51 0.3 0.27 Perontokan 2.63 0.36 1.62 2.42 1.76 Penyimpanan 1.6-0.6-1.10 Jumlah 7.39 1.88 6.78 3.76 5.49 3) Ubikayu Secara keseluruhan hasil ujicoba pengukuran susut hasil pascapanen ubikayu pada Tabel 10 berikut : Tabel 10. Rata-Rata Susut Hasil Pascapanen Ubikayu Tahun 2012 Tahap Pascapanen Kehilangan Hasil (Susut) (%) Pati Wonogiri Ponorogo Trenggalek Rata-rata Pemanenan 2,86 1,63 2,69 1,68 2,22 Pengupasan - 1) 1,72 2,38 1,75 1,95 Perajangan 1,46 2) 0,00 0,00 2) 5,56 1,75 Pengeringan - 3) 1,62 6,5 0,68 2,93 Penyimpanan 1,35 4,7 12,11 0,55 4,68 Jumlah 5,67 9,67 23,68 10,22 12,31 Keterangan : 1) Pengupasan asalan (data tidak mewakili) 2) Tidak ada proses perajangan karena gaplek glondong (tidak tersedia data) 3) Kondisi sampel berubah sehingga kadar air terlalu tinggi (data tidak mewakili) 27

Tabel 11. Hasil Ujicoba Pengukuran Susut Hasil Pascapanen Jagung, Kedelai dan Ubikayu No Tahap Komoditas Pascapanen Jagung Kedelai Ubikayu 1 Pemanenan 2,09 1,38 2,22 2 Pemipilan 0,26 - - 3 Pengupasan - - 1,95 4 Perajangan - - 1,75 5 Pengangkutan - 0,99-6 pengeringan 1,64 0,27 2,93 7 perontokan - 1,76-8 penyimpanan - 1,10 4,68 Jumlah 3,99 5,50 13,53 Keterangan: Tahapan kegiatan tersebut tidak termasuk dalam komoditas yang diujikan. Berdasarkan hasil ujicoba metodologi susut panen jagung, kedelai dan ubikayu dapat disampaikan hal-hal sebagai berikut : 1. Akurasi angka hasil ujicoba susut dalam laporan ini masih belum dapat dikonfirmasi ketepatannya dikarenakan lokasi sampel yang diambil terlalu sedikit karena terbatasnya anggaran, namun hasil yang diperoleh dapat digunakan sebagai rintisan (pendahuluan) untuk dilakukan ujicoba selanjutnya dengan lebih banyak sampel. 2. Survey pengujian metodologi ini sangat baik dan penting untuk dilaksanakan, namun kelemahannya adalah bila diterapkan di lapangan, perlakuan yang diharapkan dapat mewakili perlakuan secara manual dan mekanis kadang tidak bisa terukur dan teramati secara bersamaan terutama bila disesuaikan dengan cara dan kebiasaan petani setempat yang masih melakukan penanganan pascapanen dengan teknologi dan sarana yang terbatas serta mengikuti budaya setempat. 3.5. Akuntabilitas Keuangan Tahun 2012, anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan penanganan pascapanen tanaman pangan berada di Pusat, Provinsi (dekonsentrasi), dan Kabupaten (Tugas Pembantuan). Pagu anggaran senilai Rp. 338.811.632.000,- dan realisasi Rp. 310.010.598.118,- (91,49%). Secara rinci, alokasi anggaran tercantum pada Tabel 12. 28

Tabel 12. Alokasi dan Realisasi Anggaran Kegiatan Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2012 No. Kegiatan Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) % 1. a. Pusat (APBN) 6.603.550.000 5.866.292.495 88,84 b. APBN-P 137.036.798.000 124.004.842.309 90,49 c. Kontigensi 111.576.284.000 99.314.977.826 89,01 2. Provinsi (Dekonsentrasi) 9.209.000.000 7.984.080.388 86,70 3. Kabupaten (Tugas Pembantuan) 74.386.000.000 72.840.405.100 97,92 Total 338.811.632.000 310.010.598.118 91,49 Secara umum, mekanisme penyerapan anggaran telah dilaksanakan sebaik-baiknya. Pada tahun 2012, Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan telah melaksanakan semua kegiatan dengan penyerapan anggaran yang maksimal. 3.6. Hambatan dan Kendala Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan penanganan pascapanen tanaman pangan tahun 2012 antara lain adalah: 1. Dana kegiatan bansos 2012 di Dinas Pertanian Kabupaten/Kota berada pada satker bidang Tanaman Pangan, sedangkan kegiatan ditangani oleh Bidang Binus/P2HP, sehingga menghambat realisasi kegiatan. 2. RUK (Rencana Usulan Kelompok) dalam pembelian sarana pascapanen yang dilakukan oleh beberapa poktan/gapoktan tidak sesuai dengan pedoman pelaksanaan dan tidak dilaksanakan pada awal tahun anggaran. 3. Dalam realisasi pembelian sarana pascapanen kedelai dijumpai adanya beberapa kesalahan pembelian sarana tidak sesuai dengan paket yang telah ditetapkan 29

4. Petani masih kurang terampil dalam mengoperasikan sarana pascapanen seperti mesin perontok kedelai/power thresher sehingga pada saat proses perontokan kedelai masih banyak tercecer 5. Koordinasi antar lembaga terkait baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota dalam penanganan pascapanen masih perlu ditingkatkan. 6. Kelembagaan/kemitraan yang manangani kegiatan pascapanen umumnya masih lemah, bahkan di beberapa sentra belum berkembang sama sekali. 7. Masih minimnya dukungan APBD, baik dari Pemerintah Daerah Provinsi maupun Kabupaten terhadap upaya penanganan pascapanen, sehingga masih tergantung dari dukungan dan bantuan dari Pemerintah Pusat. 8. Kurangnya dana pembinaan bagi petugas Dinas Pertanian di tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota untuk memonitor, membina dan mengevaluasi operasionalisasi dan pemanfaatan bantuan sarana pascapanen tanaman pangan dalam penanganan pascapanen. 9. Ketersediaan teknisi dan operator yang cukup profesional dalam mengoperasikan sarana pascapanen belum mencukupi. 10. Kemampuan petani untuk mengakses teknologi sarana pascapanen masih terbatas, terutama teknologi baru (seperti reaper, paddy mower), sementara di sisi lain tuntutan penggunaan alsintan dibutuhkan di tengah kekurangan tenaga kerja pedesaan. 11. Ketersediaan suku cadang alsin pascapanen di tingkat lapangan belum juga mencukupi sehingga suku cadang tersebut harus dicari/dipesan keluar daerahnya. 12. Minimnya pengetahuan petugas bengkel dalam memperbaiki sarana pascapanen yang rusak. 13. Kelembagaan panen dan pascapanen yang belum berkembang. 30